Bulletin78 12-15 - Agust-nov 1994

  • Uploaded by: SyaifulAzram
  • 0
  • 0
  • November 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Bulletin78 12-15 - Agust-nov 1994 as PDF for free.

More details

  • Words: 11,128
  • Pages: 16
Jakarta InfoCenter

NOMOR 12-15, AGUST-NOV 1994

istimewa

KISAH SUKSES KERJA SETAHUN bisa menyisihkan waktu semudah dulu, karena tugas yang demikian banyak. Tak apalah, meski kalian tidak bisa ikut bergabung dengan kami dalam reuni, yang jelas suara 18 orang kami rasa sudah cukup untuk menyatukan sikap kita semua. Meski di antara kalian tidak bisa ikut, kami akan mencoba menyampaikan semua yang kami hasilkan di Jakarta kepada kalian dalam buletin edisi khusus yang tebalnya mungkin lebih banyak dibanding nomor-nomor sebelum ini. Cuma maaf, kahadirannya terlambat. NOSTALGIA - Menginjak halaman Istana Merdeka memang sesuatu yang baru bagi mereka yang belum pernah. Yang pasti, reuni kecil Tapi, bagi Purna Paskibraka 1978, hadir mengikuti Upacara Peringatan Detik-detik Proklamasi Kemerdekaan kita sudah berlangsung RI ke-49, 17 Agustus 1994 adalah luar biasa. Kebahagiaan terlihat dari wajah-wajah ini. Dari kiri: Syaiful, Budi Winarno, Sambusir, Sonny, Amir, Aida, Ikbal, Salamah, Halidja, Fridhany, Yadi, Rita, Gde dan Herdeman. sukses. Ada satu pelajaran penting yang ALAU dipikir-pikir, setahun bu lalu. Dalam hati memang tak puas dan dapat kita ambil dari reuni pertama kanlah waktu yang sebentar. ada keinginan lebih yang ingin direng- kita. Bahwa persaudaraan yang terTapi, bagi sebuah pekerjaan kuh: mengapa tidak seluruh 31 teman jalin selama latihan tidak hilang begitu besar, persiapan waktu setahun yang telah ditemukan bisa ikut berkum- saja, dan kita semua sepakat untuk meneruskan amanat yang telah dimemang jauh dari cukup. Waktu terasa pul? demikian cepat berjalan, sehingga Sahabat-sahabat Paskibraka 1978, embankan sebagai Paskibraka. Seperti yang sering diingatkan para tahu-tahu... 18 sahabat telah berkumPanitia di Jakarta memang telah berupul di Jakarta. Saling pandang seolah saha keras untuk menghadirkan kalian pembina, tidak satu jalan untuk menutidak percaya, kalau yang di hadapan- semua di Jakarta. Bahkan, berapa pun larkan apa yang diperoleh selama latinya adalah orang yang sudah demiki- jumlah kalian yang hadir, kami sudah han. Bukan cuma melalui wadah oran lama dirindukan. siap untuk menyambutnya, menyedi- ganisasi, tapi yang lebih penting Itulah ungkapan yang patut dike- akan penginapan, akomodasi dan adalah tanggung jawab pribadi yang mukakan sebagai catatan khusus undangan masuk ke Istana Merdeka. dapat dilaksanakan minimal dalam Reuni Purna Paskibraka 1978 yang Sayang, kondisi kita memang tidak lagi lingkungan kecil di kehidupan seharibaru saja berlangsung 16-19 Agustus seperti dulu. Kita semua tidak mungkin hari: yakni keluarga!

K

Buletin Purna Paskibraka 1978 ini diterbitkan untuk menggalang kembali rasa persaudaraan (brotherhood) sesama teman seangkatan. Purna Paskibraka angkatan lain yang membutuhkan dapat mengutip, memperbanyak atau membagikan buletin ini, sebagian atau secara keseluruhan. Terbit atas inisiatif Purna Paskibraka 1978 yang kini berada di Jakarta yaitu: Syaiful Azram (SumUt), Rita Sudradjat (JaBar), Sonny Jwarson Parahiyanto (JaTim), Budiharjo

Winarno (Yogya), Tatiana Shinta (Lampung), Chelly Urai Sri Ranau (KalBar), Saraswati (Jakarta), Amir Mansyur (Jakarta), I Gde Amithaba (Bali), Budi Saddewo (JaTeng), Sambusir (SumSel) dan Yadi Muyadi (JaBar). Surat-surat dapat dialamatkan ke: RITA SUDRADJAT, Jalan Mandar 14, Blok DD3 No 3 Bintaro Jaya Sektor 3A, Jakarta 12330. SYAIFUL AZRAM, Pondok Tirta Mandala (Tahap V), Blok E4 No. 1, Sukamaju, Sukmajaya, Depok 16415.

Halaman 2

Paskibraka'78 Jakarta InfoCenter

NO. 12-15, AGUS-NOV 1994

Makna Besar Sebuah Reuni Kecil S

Catatan dari Jakarta tujuan murninya semula. Mencapai tujuan itu memang harus tan-pa embel-embel menumpangkan keingin-an dan kepentingan pribadi. Apalagi, diser-tai upaya-upaya politicking yang bukan memperbaiki, malah memperburuk kea-daan, padahal Purna Paskibraka Indonesia memang bukan organisasi politik. Kedua kendala itu masih saja terlihat sampai saat ini, ditandai dengan apa yang terungkap dalam pertemuan Rakernas Paskibraka yang diadakan bersamaan dengan penyertaan Purna Paskiraka dalam tugas keprotokol-an di Istana Merdeka. Diskusi bukan mempersoalkan halhal yang prinsip untuk mempersatukan suara Paskibraka yang selama ini cenderung terpecah entah karena alasan apa. Tapi, cuma mempersoalkan hal-hal teknis yang cuma kulitkulitnya. Mirip dengan persoal-an di kebanyakan organisasi pemuda lain, yang cuma berkutat pada persoalan “jaket dan baret”, soal porsi ketua dan pengurus, bukan soal program kerja. Tak salah, kalau sesepuh kita seperti Kak Husain Mutahar cenderung mengam-bil sikap diam selama setahun ini. Di benak-nya ada setumpuk gagasan yang seharusnya bisa dilak-

syaiful azram

EPERTI yang telah kami sam paikan pada buletin sebelum nya, Reu-ni Purna Paskibraka 1978 memang menghadapi banyak tantangan. Sikap pro dan kontra terhadap upaya berlatar bela-kang alternatif jalan keluar memecahkan kebekuan aktivitas itu, nuansanya sangat terasa. Ada yang menyebut reuni itu seba-gai tindakan pengucilan diri terhadap Pur-na yang lain, bahkan ada yang jelas-jelas menuding sebagai tindakan di luar garis organisasi yang ditetapkan. Tapi, mereka yang lebih jeli dan arif, tentu akan bisa memandang lain. Mereka bisa menangkap fenomena yang kita hadir-kan sebagai sebuah sikap kepedulian ter-hadap nasib dan masa depan keberadaan Paskibraka di masa depan. Sikap mereka ini tentu saja identik dengan pemikiran kita sejak awal, bahwa terobosan-terobosan baru perlu dilakukan untuk lebih menunjuk-kan eksistensi yang sebenarnya sangat potensial. Sikap pro dan kontra itu tetap ada sam-pai detik ini, meski ke-18 Purna Paskibraka yang mengadakan reuni sudah menunjukkan bukti tidak ada sedikitpun tujuan bu-ruk, apalagi ingin mengotak-ngotakkan diri dari semua Purna Paskibraka yang ada. Kita hanya ingin menunjukkan, sebenarnya Paskibraka itu bisa bersatu, mandiri dan berbuat lebih banyak asal ingat pada

DESA BAHAGIA : Kesempatan berkunjung ke Wisma PHI Cempaka Putih seusai dari Istana Merdeka adalah bagian lain yang mengingatkan akan Desa Bahagia. Mereka berfoto bersama di depan papan nama Wisma PHI. Jongkok dari kiri: Gde, Ikbal, Amir, Yadi, Sambusir, Herdeman dan Sonny. Berdiri dari kiri: Budi Winarno, Aida, Rita, Halidja, Fridhany, Chelly, Salamah dan Syaiful.

sanakan, tapi para Purna sendiri yang masih berkutat pada persoal-an kecil menyangkut status keanggotaan dalam wadah PPI, di mana Musyawarah Nasional (Munas) akan dilaksanakan, siapa yang pantas datang dan didudukkan dalam kepengurusan, dan seterusnya. Artinya, persoalan di lapis bawah ternyata belum tuntas. Padahal, Kak Mut menganggap kita bukan lagi anak kecil yang harus dituntun dan dibantu untuk “membangun sebuah rumah”. Moral force yang ada pada kita dianggap sudah cukup besar, sehingga ia berpikir hanya akan membantu dalam soal “melengkapi arsitektur” atau “menata interior”. Kak Mut sebagai orang yang pertama kali mencetuskan gagasan Paskibraka, sebe-narnya tetap peduli pada kita. Itu terbukti dengan kesediaannya untuk datang dalam upacara “Ulang Janji” Paskibraka 1978 pada tanggal 18 Agustus malam. Dengan pikiran yang cerdas, kita bisa membuat pertanyaan sederhana: fenomena apa yang menyebabkan Kak Mut mau datang sendiri? “Karena kalian adalah moral force!” katanya singkat malam itu. Meski Direktur PGM Kakak Drs Suwoyo S Adi tidak bisa ikut dalam satu pun kesempatan Reuni Paskibraka 1978, ke-hadiran Kasubdit Bimbingan Organisasi Pemuda (BOP) Kakak Drs Syahrir Ilyas menunjukkan dukungan terhadap kita. Ha-sil reuni dan ulang janji Paskibraka meru-pakan sebuah fenomena baru yang dilihatnya bernilai positif. “Apakah benar, untuk membangkitkan kembali semangat yang sudah lama terpendam itu setiap Pas-kibraka harus mengulangi janjinya?” ung-kap Kak Syahrir spontan. Yang terpenting dilakukan sekarang adalah: bagaimana agar potensi seluruh Purna Paskibraka dapat terakomodasi, lalu membuat program kerja yang jelas dan sesuai dengan misi Paskibraka. Namun, dua hal ini saling berkaitan erat. Potensi tidak akan terpadu sebagai sebuah kekuat-an dan program kerja matang tidak bisa dihasilkan, bila “manusia-manusia” potensialnya sendiri belum dicari dan dikumpulkan. Sementara program kerja yang he-batpun, tidak akan terlaksana bila potensi orang-orangnya masih sangat minim. Karena itu, adalah pantas bila kita se-karang bersikap sangat akomoda-

Halaman 3

tif terha-dap upaya apa saja yang bertujuan ke sana. Kita hanya bisa menunjukkan con-toh-contoh hasil karya nyata, dengan ha-rapan bisa dilirik, direnungkan, dan diam-bil nilai positifnya. Apa yang kita lakukan selama setahun ini adalah contoh kecil yang dapat diadopsi dalam skala lebih besar. Semua keinginan tetap mungkin diwujudkan, karena pengalaman kita menunjukkan bahwa semua pihak selalu bersikap terbuka dan mendukung setiap upaya Pur-na Paskibraka, apakah itu Direktorat Pembinaan Generasi Muda (PGM), pihak Istana Kepresidenan, sponsor, donatur dan seterusnya. Seperti yang dapat kalian baca dalam hasil reuni di halaman lain buletin ini, kita mempunyai sikap yang jelas, yakni: 1. Pada prinsipnya, Paskibraka 1978 tidak menunjukkan sikap kontra terhadap keberadaan PPI. Yang kita sesalkan adalah sikap pengurus PPI yang tidak mampu melihat kondisi objektif Paskibraka saat ini dengan kacamata lebih realistis, sehingga mampu mengakomodasikan ke-

Paskibraka'78 Jakarta InfoCenter inginan setiap Purna. 2. Paskibraka 1978 hanya bisa memper-kenalkan sebuah konsep dan metode baru menyatukan Purna Paskibraka un-tuk berkumpul dan bersama-sama du-duk berdampingan agar bisa berbicara secara terbuka dalam suasana persaudaraan. 3. Sudah waktunya Purna Paskibraka me-lakukan upaya-upaya penegakan citra yang lebih intensif sesuai dengan salur-an yang ada, selanjutnya mengambil peran lebih aktif dalam lingkup tang-gung jawab yang diembannya. Situasi yang terus berubah dan berkembang, memaksa kita untuk lebih luwes dalam menerjemahkan prinsip sepi ing pamrih, rame ing gawe seperti yang sering dipesankan para pembina. 4. Tanpa teramat menggantungkan diri pada wadah yang sampai saat ini belum terwujud dengan mantap, setiap Purna Paskibraka dapat mencoba melakukan aktivitas apa saja yang berhubungan dengan misinya. Kita yakin, bila waktunya tiba kelak, aktivitas-aktivitas itu akan

Apakah Perlu Seluruh Purna Paskibraka ”Ulang Janji”?

S

ELAIN acara kangen-kangenan, diskusi dan bernostalgia ke tempat-tempat yang pernah tercatat dalam kenangan 16 tahun lalu, salah satu event penting dalam Reuni Purna Paskibraka 1978 adalah “Ulang Janji” dan kenaikan grade dari Perintis Pemuda —yang umurnya sudah terlalu tua bagi kita. Upacara khusus itu dipersiapkan di akhir reuni, 18 Agustus malam, tepat seusai pelaporan hasil-hasil reuni kepada Direktorat PGM. Diharapkan, kedua kegiatan khusus yang menyangkut keberadaan lembaga Gladian Sentra Nasional itu dapat kembali membangkitkan semangat yang sudah lama “tidur” karena dibuai waktu dan kesibukan pribadi. Sesuai dengan biodata yang sudah diserahkan, Kak Dhar menjanjikan akan menentukan siapa-siapa yang akan dinaikkan grade-nya sampai ke tingkat tertentu. Sayang, niat itu tidak terlaksana seluruhnya, karena Kak Dhar harus mendampingi adik-adik Paskibraka 1994 dalam acara dengan Mendikbud Wardiman Djojonegoro di Hotel Kartika Plaza, padahal Kak Husain Mutahar sudah muncul di Pusdika tepat lima menit sebelum acara dilaksanakan, pukul 21.00 WIB.

Atas prakarsa Kak Mut sendiri, acara khidmat itu tetap dilaksanakan dan ia segera “mengambil-alih” peran Kak Dhar sebagai Pembina. “Saya punya radar dan yakin Dharminto pasti terlambat. Karena itu, laksanakan saja dan saya akan memimpin langsung,” kata Kak Mut tandas. Disaksikan Kasubdit Bimbingan Organisasi Pemuda (BOP) Direktorat PGM, Drs Syahrir Ilyas dan puluhan Purna Paskibraka lain yang ikut dalam Latihan Keprotokolan dan Rakernas, tanpa teks “Pengantar Pengukuhan” terbaru seperti yang lazim dan telah disusun rapi oleh GSN, Kak Mut mulai memimpin upacara itu dengan “Pengantar” yang tak kurang bobotnya. Dengan pemahamannya yang —tentu saja— lebih dari siapapun tentang Paskibraka (karena ia adalah pencetusnya), Kak Mut memaparkan latar belakang latihan dan tujuannya. “Kalian adalah moral force. Saya minta janji yang akan kalian janji yang kalian akan ulangi pengucapannya ini tidak hanya sekadar janji seperti yang diucapkan kebanyakan orang. Bukan janji yang diucapkan di bawah sumpah “demi Allah” dan Kitab Suci yang kemudian dibuang ke lubang sampah setelah diucapkan,” ujar Kak Mut

NO. 12-15, AGUS-NOV 1994

dapat menyumbangkan banyak hal kepada kemandirian organisasi.

MEJENG: Keakraban wanita memang agak beda dengan pria. Lihat saja ketika Firdhany, Halidja, Salamah dan Rita sedang mejeng...

mengingatkan sebelum mengajak Purna Paskibraka 1978 mengucapkan “Ikrar Putra Indonesia”. Dimulai dengan pengucapan “Ikrar Putra Indonesia” —versi lama karena ingin seperti 16 tahun lalu— acara itu diteruskan dengan penyematan lencana MPG (merah-putih-garuda) dan kendit berdasar kuning. Itu berarti tingkatan Perintis Pemuda telah resmi dinaikkan menjadi Pendamping Pemuda oleh lembaga Gladian Setra Nasional (GSN). Ketika bendera merah putih kembali dicium diiringi lagu Padamu Negeri, terasa kembali nuansa dan bau khas 16 tahun lalu yang samar-samar muncul di dalam ingatan. Tak tertahan, air mata pun kembali menetes dan isak tangis haru terdengar satu-satu. Kak Mut didampingi Bunda Bunakim terus menyematkan MPG dan kendit satu persatu sampai kami semua mendapatkannya. Seusai upacara khidmat itu, kami meminta Kak Mut, Bunda, Kak Syahrir dan seluruh Purna Paskibraka lain untuk bergandengan tangan sambil menyanyikan lagu Syukur. Kami ingin menggambarkan bahwa dalam keadaan apapun, seluruh Purna Paskibraka dan Pembina harus saling bergandeng tangan, bersatu dan terus begitu. Kak Mut meninggalkan Pusdika hampir pukul 24.00, ketika Kak Dhar LANJUTANNYA..... LIHAT HALAMAN16

Paskibraka'78 Jakarta InfoCenter

Halaman 4

NO. 12-15, AGUS-NOV 1994

Detik Demi Detik Reuni Paskibraka 1978 D

membuat kalian tidak bisa berkutik, meski semangat untuk datang ke Jakarta demikian membara. Kami betul-betul baru tahu siapasiapa yang datang setelah tanggal 16 Agustus siang satu demi satu mereka muncul di Pusdika Cibubur. Beberapa teman yang kebetulan punya fasilitas “bicara jarak jauh” memang sudah memberitahukan kedatangan mereka. Bahkan Halidja, Fridhany dan Aida Sumarni sudah datang beberapa hari sebelum itu. Rita dan Tetty yang menunggu di Pusdika mulai mencatat kehadiran mereka yang tentu saja sebagian justru tidak terduga. Contohnya Herdeman yang nekat datang dari Kalimantan dan Muhammad Ikbal dari Jambi. Kekagetan dan kejutan lain datang tiba-tiba dari Yadi Mulyadi yang dengan misterius menghubungi warga JIC tanggal 16 Agustus pagi lewat telepon. Asal tahu saja, Yadi ternyata ada di Jakarta dan menjadi Kepala Gerbang Tol Jasa Marga di Tangerang. Sampai usai maghrib, di penginapan tercatatlah 18 orang Purna Paskibraka 1978 yang berkumpul, termasuk Salamah. Dari warga JIC ada Rita, Chelly, Tetty, Syaiful, Budi Winarno,

syaiful azram

ARI awal, kami ingin member itahukan pada teman-teman, bahwa untuk menggambarkan secara utuh jalannya “Reuni Purna Paskibraka 1978” bukanlah sesuatu yang mudah. Banyak kejadian dan perasaan yang tidak bisa diungkapkan dengan kalimat biasa. Karena itu, sengaja buletin ini menyiapkan halaman khusus yang berisi rekaman kamera selama reuni, dengan harapan bisa bercerita lebih banyak. Kami cuma bisa menceritakan apa yang terjadi detik demi detik, maaf kalau ada yang tertinggal. Teman-teman yang ikut juga sudah diminta ikut menulis, dan hasilnya bisa kalian baca di kesankesan pribadi mereka. Kami di Jakarta memang sudah memperkirakan dari 30 Purna Paskibraka yang diketahui alamatnya, paling-paling hanya separuh yang bisa hadir dalam reuni. Tapi, mengingat 10 orang di antaranya berada di Jakarta, keyakinan kami jadi berubah, paling tidak akan ada 20 orang yang datang. Perkiraan kami ternyata agak meleset, karena beberapa dari kalian tidak bisa menyesuaikan jadwal cuti dengan pekerjaan. Kami tahu, tugas-tugas mendadak, apalagi dinas luar kota

TRIBUNE B -- Dengan modal undangan yang diperoleh dari Protokol Istana, Purna Paskibraka mendapat tempat duduk di Tribune B yang kelasnya setingkat ”Kolonel”. Datang pagi-pagi, mereka bebas memilih tempat yang paling nyaman. Depan dari kiri: Rita, Salamah, Gde, Fridhany, Sonny, Amir, Halidja dan Syaiful. Belakang: Ikbal. Herdeman, Chelly, Yadi, Aida, Budi.

Sonny, Sambusir, Budi Saddewo, Gde Amithaba danAmir Mansur. Sebagian anggota membawa serta keluarganya, sementara Saraswati yang kebetulan sedang sakit juga datang agak malam diantar suami tercinta. Suasana pertemuan pertama, terutama bagi mereka yang tidak pernah bertemu selama 16 tahun jadi unik, lucu dan mengharukan. Malam itu, pembukaan reuni dilakukan dengan sangat sederhana oleh Ketua Panitia Budi Winarno. Tak ada ruangan yang megah, sound system yang membahana, tak ada tamu undangan, ataupun pembina dan staf Direktorat PGM. Kebetulan, malam bersejarah menjelang peringatan DetikDetik Proklamasi esok harinya membuat para pembina sibuk dan tidak bisa menyisihkan waktunya. Detik-Detik Proklamasi Seperti yang sudah dijadwalkan semula, pagi hari 17 Agustus 1994, kami semua sepakat untuk menghadiri peringatan Detik-Detik Proklamasi Kemerdekaan RI ke-49 di Istana Merdeka. Dengan modal tujuh lembar undangan, 14 orang berhasil masuk ke Istana. Sementara Sambusir yang ketinggalan (harus pulang ke rumah malamnya karena anaknya sakit) menyusul dan menerobos masuk ke tribun D tanpa undangan dengan kepiawaiannya sendiri. Kunjungan ke PHI Dari Istana Merdeka, siang hari kami langsung menuju Wisma PHI Cempaka Putih. Meski tidak dengan acara khusus, kunjungan ke tempat kita dulu menjalani hari-hari penuh kenangan itu sungguh menyenangkan. Bentuk bangunan lama PHI yang tidak jauh berubah dengan kondisi tahun 1978, membuat kenangan itu muncul satusatu. Dari halaman, pagar, kamar penginapan dan lapangan badminton tempat kita setiap hari senam, masih tetap seperti dulu. Lihatlah betapa kami mengabadikan sudut-sudut PHI yang dulu jadi tempat kita bersenda gurau. Teras samping penginapan dijepret dan menggambarkan betapa jendela kamar bawah (tempat penginapan putra) masih juga jendela yang dulu. Bahkan, salah seorang staf PHI mengaku masih

Halaman 5

ingat kepada kita, karena ia bekerja sejak tahun 1974 sampai sekarang. Melihat Upacara Penurunan Bendera Dengan modal undangan yang cukup dari hasil lobby dengan Kepala Rumah Tangga Istana, sore hari kami juga kembali ke Istana Merdeka untuk menyaksikan penurunan bendera pusaka. Warga JIC yang paginya tidak sempat ke Istana (tidak tahu pasti akan jadi berangkat karena undangan masih kurang), bertugas menemani temanteman dari daerah sore harinya. Tapi, akhirnya 15 orang pergi pula ke Istana, sehingga tinggal Syaiful, Budi dan Gde yang tinggal di penginapan. Budi dan Syaiful sengaja tinggal untuk mempersiapkan bahan-bahan diskusi, karena kalau ikut juga, mereka tak yakin diskusi malam harinya akan mulus tanpa konsep. Pada mereka yang pergi ke Istana sudah dipesankan agar segera pulang, karena waktu untuk diskusi akan sangat sempit kalau terus diulur-ulur. Tapi dasar “Kamso”, mereka tetap saja baru pulang ke Cibubur agak lambat. Alasannya, “Maklum, perlu sedikit jalanjalan.. Kan tidak pasti setiap tahun bisa jalan-jalan di Jakarta dengan sahabat lama...” Diskusi Panas Kalau siang 17 Agustus, semua teman-teman yang ikut reuni tak mau menyia-nyiakan kesempatan berkangen-kangenan sehingga seolah rugi untuk waktu harus disisihkan untuk diskusi yang serius-serius, ternyata dugaan mereka keliru. Begitu detik diskusi dimulai pada pukul 20.00 WIB lebih sedikit, suasana berubah menjadi lain. Budi dan Syaiful yang sudah mengingatkan agar penyamaan persepsi dicapai lebih dulu sebelum diskusi menghangat jadi agak pusing tujuh keliling. Mengapa? Karena ternyata, masa berpisah yang 16 tahun telah membentuk karakter-karakter yang beda dengan dulu. Kesenjangan informasi tentang ke-Paskibraka-an pun harus dijembatani dengan susah payah, sebelum satu persepsi itu sampai. Tapi, malam itu, bahkan sampai diskusi-diskusi selanjutnya, persepsi itu tetap saja belum 100 persen sama. Cara melihat persoalan tetap berbeda, begitu juga tingkat pemahaman, apalagi soal emosi. Sehingga, Bunda pun perlu ikut nimbrung menjelang tengah malam, dengan harapan suasana diskusi jadi lebih adem. Nyatanya, seperti juga emosi yang muncul dari hati teman-teman ketika seluruh perkembangan Paskibraka

Paskibraka'78 Jakarta InfoCenter

NO. 12-15, AGUS-NOV 1994

MERTUA -- Meski hanya mertua Izziah, Purna Paskibraka'78 menganggap Menpangan/ Kabulog Ibrahim Hasan dan Ibu Ibrahim Hasan seolah-olah mertua mereka sendiri...

dipaparkan gamblang, Bunda pun tak lepas dari itu. Bedanya, kami hanya melihat persoalan dari luar sedangkan Bunda ikut berkiprah langsung di dalamnya. Bunda menyerahkan kesimpulan pada kami setelah ia juga mengungkapkan apa yang jadi unegunegnya selama ini. Malam yang dingin itu dilewati dengan diskusi yang hawanya justru “panas”. Tapi, ketika mata mulai mengantuk dan tubuh terasa lemah, diskusi harus diputus untuk dilanjutkan esok harinya... Joget Dangdut Pagi 18 Agustus, rencananya acara akan dilanjutkan dengan rekreasi ke Taman Mini Indonesia Indah (TMII). Hitung-hitung, sambil bernostalgia bisa pula melanjutkan diskusi di sana. Tapi, mengingat belum klopnya persepsi pada diskusi malamnya dan waktu yang terasa begitu sempit, akhirnya diputuskan untuk mendinginkan situasi ke tempat yang dekat saja, tapi suasananya tak kalah segar. Diputuskanlah untuk berekreasi ke Taman Bunga Wiladatika Cibubur yang jaraknya hanya 300 meter dari penginapan. Di antara pohoh-pohon rindang dan bunga-bunga yang mekar, dengan mengambil salah satu teras terbuka, kami pun mulai melepaskan hobi. Begitu lagu dangdut diputar, maka bergoyanglah para ibu-ibu yang lepas dari anak-anaknya itu. Saking keenakan berjoget, sampaisampai mereka hampir lupa kalau diskusi masih harus dilanjutkan untuk mencapai kata akhir. Pukul 08.00 jogetberjoget itu dimulai, dan pukul 10.00 terpaksa haru distop. Diskusi dimulai lagi, meski sebagian masih ada yang terus menggoyang-goyangkan badannya, terutama Chelly dan Aida. Dengan suasana yang tak kalah

serunya, diskusi itu “terpaksa” mencapai kata sepakat, meski titik temu persepsi sebenarnya masih perlu satu langkah lagi. Tapi tak apa, sepakat untuk kebaikan dan merelakan sebagian gagasan tidak tertampung adalah hal yang biasa dalam sebuah diskusi. Yang penting, siang itu semua sepakat untuk tetap bergandeng tangan dan melakukan sesuatu untuk kebaikan Paskibraka di masa datang. Makan di Kuring Seusai diskusi, semua kembali ke mobil. Chelly memimpin rombongan ke sebuah “kuring” di Cibubur untuk makan siang. Panitia sudah sepakat untuk menyervis peserta reuni dengan menu yang lebih baik ketimbang di Pusdika, dengan harapan bisa mengubur seluruh perdebatan sengit selama diskusi. Niat itu tak salah, karena dalam suasana yang nyaman, makan siang di dangau yang berada di atas air kolam penuh ikan itu terasa lain. Desir angin semilir membuat semuanya mengantuk setelah selesai makan, sehingga mereka masih dibiarkan di kuring itu sampai sore. Sayang, sore itu Halidja harus kembali ke Jakarta karena akan segera terbang kembali ke Ambon. Dia harus rela tidak mengikuti penutupan reuni dan “Ulang Janji”, karena bila terlambat akan mendapat teguran dari kantornya. Dengan ucapan selamat jalan, Halidja dilepas oleh teman-teman dengan janji dan niat keras akan ketemu lagi tahun depan. Penutupan dan Ulang Janji Sore hari, Syaiful dan Budi kelihatan ngotot di depan layar komputer untuk menyiapkan hasil-hasil kesepakatan yang dibahas dalam reuni. Sementara Chelly yang jadi seksi sibuk mempersiapkan aula, makan malam dan “tetek-

Halaman 6

bengek” acara bersama Rita. Yang lain pun bersiap-siap untuk untuk mengikuti acara yang nantinya ternyata paling berkesan di antara semua program reuni. Panitia sempat bingung untuk menetapkan waktu acara penutupan. Kak Syahrir yang diminta mewakili Direktur PGM dalam penutupan harus lebih dulu menutup acara Rakernas dan Latihan Keprotokolan di Graha Wisata Cibubur pukul 20.00. Sementara Kak Dharminto yang berjanji akan memimpin “Ulang Janji” masih harus ikut rombongan Paskibraka 1994 untuk acara khusus ramah tamah dengan Mendikbud Prof Dr-Ing Wardiman Djojonegoro. Akhirnya, diputuskan acara penutupan dan penyampaian hasil reuni pada pukul 21.00. Kak Mutahar yang sudah menyatakan akan hadir terpaksa ditelepon untuk memberitahukan perubahan itu. Memang benar, acara baru bisa dimulai pukul 21.00 saat Kak Syahrir datang, begitu pula Kak Mut pada pukul 20.55. Namun, persoalan lain muncul, karena selain 18 Purna Paskibraka 1978, tidak ada lagi yang akan menyaksikan acara itu. Gde dan Yadi segera mengambil inisiatif menjemput temanteman Purna Paskibraka lain yang baru saja mengikuti upacara penutupan Latihan Keprotokolan, karena kehadiran mereka dianggap sangat penting. Awal acara masih harus tertunda sekitar 20 menit menunggu mereka datang. Setelah Kak Mut menyatakan siap menggantikan Kak Dhar dalam memimpin Ulang Janji, acara pun dimulai. Rita yang jadi MC kagetan mengatur jalannya acara, dan Budi sebagai Ketua Panitia Reuni menyampaikan hasil-hasil reuni kepada Direktorat PGM. Usai itu, acara diserahkan ke Kak Mut yang dengan caranya sendiri memimpin Ulang Janji dalam suasana sangat khidmat. Malam itu, sebagian Purna Paskibraka 1978 menyatakan ulang “Ikrar Putera Indonesia”, diikuti dengan mencium bendera merah putih serta penyematan lencana MPG dan kendit “Ibu Indonesia Ber-Pancasila” berdasar kuning. Kak Mut setuju untuk melantik kami menjadi Pendamping Pemuda. Ketika acara usai, Kak Dhar baru pulang. Dia segera menemui Kak Mut dan meminta maaf. Kak Mut hanya tersenyum dan tenang-tenang saja karena merasa persoalan Ulang Janji bukanlah sesuatu yang perlu dibikin pusing. “Semua sudah aku beresi. Kalau kamu marah, aku pulang saja...,” ujar Kak Mut setengah bercanda. Seusai acara dan Kak Mut sudah

Paskibraka'78 Jakarta InfoCenter

NO. 12-15, AGUS-NOV 1994

Berburu Anak Hilang SAAT-SAAT terakhir runi akan berlangsung, rasa penasaran untuk memburu beberapa rekan yang seharusnya tertangkap semakin kuat. Tapi, bagi Neng Rita yang selama ini kehilangan ”suami”, perasaan gembira jelas membuncah ketika tanda-tanda akan ditemukannya lagi Yadi Mulyadi mulai kelihatan. Awalnya datang begitu saja, ketika Adang (Paskibraka 1980 dari Jabar) tibatiba menyodorkan alamat Yadi ketika bertemu di Cibubur. Kegigihan Saras akhirnya berbuah, karena lewat telepon dapat melacak posisi mantan Lurah Desa Bahagia 1978 itu. Begitu muncul di Cibubur dalam pakaian seragam Jasa Marga, Yadi ternyata masih gagah dan enerjik. Paling tidak, selama reuni ia masih kuat untuk mengangkat satu kardus Aqua sebelum dan seusai diskusi plus rekreasi di Taman Bunga Wiladatika ! Bertemu dengan Purna Paskibraka lain

yang datang ke Jakarta dalam latihan Keprotokolan juga ada hikmahnya. Dengan bantuan rekan dari NTB, kita mendapatkan kembali alamat ibu Angan alias Maskayangan. Kini, ibu dari sekian anak itu sibuk mengurusi du salon kecantikan miliknya di Ampenan, Lombok. Saras sudah mengontaknya lewat telepon. Dengan tak sabar, Angan menyatakan ingin segera ke Jakarta, untung saja dilarang karena belum tentu waktunya cocok untuk bisa bertemu dengan teman-teman. Mungkin bisa diatur lagi, agar rencana bertemu teman-teman bisa lebih akurat. Soalnya, kita di Jakarta ini susah Bu Angan... Semuanya sibuk dan susah mengatur waktu ! Dengan ditemukannya dua lagi, Yadi tercatat sebagai ”Anak Hilang yang Ditemukan Lagi” nomor 31, sementara Angan nomor 32. Siapa yang akan jadi nomor 33 dan seterusnya? Kerja keras kita dibutuhkan untuk itu. SONNY JWARSON

Farewell Party & Mie Instan SETELAH Salamah dan Herdeman berangkat sama-sama ke Surabaya, saya tak sangka masih ada yang ketinggalan di Jakarta. Aida menelepon dan mengajak kumpul di sebuah kuring di Jalan Raden Saleh Jakarta. Berlima (Rita, Yadi, Gde, Sonny dan Aida) mengadakanfarewel party sederhana. Teman lain tak bisa ikut begitu juga ketika esoknya mengantar Aida ke airport. Lain lagi dengan Mahruzal ”Poh” yang kembali ke Indonesia setelah 6 bulan di Jepang. Setibanya di Jakarta ia ”ngerjai”

minta diri, kami menyempatkan diri meminta Kak Dhar, Kak Syahrir dan Bunda untuk sekadar berdiskusi. Tujuannya memperjelas persoalan tentang Gladian Sentra Nasional dan pemberian serta pemakaian lencana MPG. Diskusi itu akhirnya tidak cuma panjang, tapi juga menarik sehingga baru usai pukul 02.30 dinihari, Jumat 19 Agustus. Pagi yang cerah 19 Agustus sebenarnya menyambut hari baru yang indah. Tapi, keindahan itu tidak bisa dinikmati sepenuhnya karena temanteman dari luar daerah akan segera pulang. Mata yang berat karena tidur terlambat terpaksa segera dibuka lebar-lebar, sekadar untuk melihat wajah-wajah kuyu yang tak bakal dilihat lagi beberapa waktu mendatang. Fridhany akan menuju ke Surabaya mengambil sesuatu di rumah saudara-

Sambusir lewat telepon. Sayang, kehadiran Poh di Jakarta juga tidak menguntungkan dalam soal waktu, karena tak semua rekan bisa menemui, termasuk Sambusir yang sudah dikerjai. Saya cuma bis amenceritakan pada Zal apa yang terjadi selama Reuni. Yang bisa diceritakan, selama di Jepang Zal tak sempat cukur jenggot dan makannya mie instant melulu, karena makanan Jepang harganya selangit. Pokoknya, wajahnya ketika itu memang sudah mirip dengan mie instant-lah. SONNY JWARSON

nya ditemani Herdeman dan untuk selanjutnya mereka berdua akan bersama-sama kembali ke Kalimantan. Aida dijemput saudaranya dan akan membali ke Medan. Sementara Ikbal juga dijemput saudaranya untuk mampir di rumah kakaknya di Jakarta, seterusnya kembali ke Jambi. Tinggallah para warga JIC yang menjaga gawang dan membereskan semua urusan yang berkaitan dengan reuni, sebelum pulang ke rumah masing-masing di Jakarta dan sekitarnya. Tahun ini kita bisa mengumpulkan 18 orang. Apakah tahun depan kita sepakat untuk berkumpul lebih banyak lagi? Hanya waktulah yang akan menentukan. Selamat bertemu dan berpisah, semoga Tuhan mengizinkan kita untuk kumpul-kumpul lagi di tahun 1995.***

Halaman 7

Paskibraka'78 Jakarta InfoCenter

NO. 12-15, AGUS-NOV 1994

Pantaskah Lencana MPG yang Kita Pakai?

M

tahun. 4. Ungu muda untuk Pembina, usia minimal 32 tahun. 5. Ungu tua untuk Penaya, usia minimal 32 tahun. Selain itu ada warna dasar lain yang diberikan kepada orang-orang tententu, yakni: 6. Coklat untuk aktivis pemuda di Karang Taruna. 7. Putih untuk tanda Kehormatan kepada orang-orang yang banyak berjasa dalam pembinaan generasi muda. Untuk memperoleh tanda gladian itu, seseorang harus mele-wati tahap-tahap latihan dengan kurikulum yang sudah tertentu. Selain itu faktor kemampuan/pengalaman dan usia sangat menentukan grade yang diberikan. Yang lebih penting adalah dengan memakai grade tertentu maka kemampuan, sikap, pengabdian dan kemampuan lainnya akan secara langsung dinilai oleh masyarakat tentang pantas tidaknya seseorang menggunakan warna yang dipakai. Penentuan grade tidak bisa seenaknya sendiri. Semua harus dikontrol oleh para Pembina di GSN/GSD, sehingga tidak bisa setiap orang menaikkan grade sesuka hati, meskipun menjadi pengurus organisasi alumni Program PGM. Kenaikan tingkat harus melalui ujian, pengamatan serta penilaian yang teliti dari para Pembina dalam waktu yang tidak sebentar. Setelah dipandang mampu barulah bisa naik grade dengan ketentuan yang berlaku. Sampai saat ini GSN untuk Paskibraka yang ditangani oleh para Pembina yang terdiri dari Kak Mutahar, Kak Idik S, Kak Dharminto S, Bunda Bunakim. “Setahu saya, sampai saat ini GSN belum pernah mengeluarkan tanda gladian ungu atau Pembina kepada Purna Paskibraka,” jelas Kak Dhar. Dengan penjelasan Kak Dhar itu, tahulah kita bahwa Purna Paskibraka yang menggunakan lencana MPG berdasar ungu sebenarnya tidak melewati proses dan tahapan yang ditentukan GSN/GSD. Keabsahannya perlu dipertanyakan dan dibuktikan dengan data-data otentik serta dari Pembina yang mana ia memperolehnya. Yang pasti, yang berhak melantik seseorang menjadi Pembi-na haruslah pemegang tanda gladian ungu tua (Penaya) dan apa yang dilakukannya harus dilaporkan kepada GSN, sehingga melecehkan keberadaan lembaga GSN/ GSD. Tanda gladian ter-tentu mengandung konsekuensi moral yang tertentu pula. Ma-kin tinggi grade yang dicapai maka semakin berat beban moral yang harus disandangnya. Kita hanya meminta pada Direktorat PGM untuk kembali membenahi lembaga GSN/GSD dan mengakuratkan data ten-tang siapa-siapa yang pernah naik grade beserta tingkatannya. Hal itu penting, untuk tidak membuka peluang orang-orang ter-tentu memanfaatPANAS -- Mulanya ogah-ogahan diajak diskusi, tapi begitu dimulai... suasananya jadi panas. kan kehormatan itu untuk kepentBegitulah sulitnya menyatukan persepsi setelah 16 tahun tak bertemu. Bunda hadir di bagian penghujung diskusi ikut menyumbangkan buah pikiran yang membuat hati adem di tengah malam ingan dirinya sendiri. SYAIFUL/BUDI WINARNO yang sebenarnya sudah dingin.

ENJELANG tengah malam, setelah usai “Ulang Janji” dan upacara kenaikan grade 18 orang Purna Paskibraka 1978, kami sengaja mengundang Kak Dhar, Bunda Bunakim dan Kak Syahrir untuk sedikit berdiskusi tentang lembaga GSN, tugas-tugas yang diembannya dan penggunaan atribut-atribut “Latihan Kepemudaan”, termasuk lencana MPG. Dalam penjelasan selannjutnya, Kak Dhar memaparkan secara rinci tentang tingkatan-tingkatan dalam latihan kepemudaan di GSN. Ia menilai, sampai saat ini masih banyak penyimpangan yang terjadi dalam pemakaian atribut dan persepsi tentang keberadaan lembaga GSN/GSD (Gladian Sentra Daerah). GSN, menurut Kak Dhar adalah sebuah lembaga tersendiri yang bertanggung-jawab pada setiap latihan dan pemberian atribut kepada alumni latihan. Lembaga itu bersifat independen, namun pengawasannya secara struktural dikaitkan ke Direktorat PGM. Jadi, seperti yang tercantum dalam setiap sertifikat latihan, para pembina/penaya yang menandatangani sementara Direktur PGM mengetahui. ”Sayang, lembaga ini memang sepertinya tidak terlalu jelas eksistensinya di mata para peserta latihan sendiri, termasuk para Purna Paskibraka. Karena itu, kami sedang berusaha bersama Direktorat untuk ‘menghidupkannya’ lagi sesuai tujuan semula.” Tingkatan Latihan Warna dasar lencana MPG dan kendit yang diberikan GSN/GSD sesuai dengan tingkatan latihan yang diberikan. Dijelaskan Kak Dhar, warna dasar dan tingkatan itu adalah sebagai berikut: 1. Hijau untuk Perintis Pemuda, usia minimal 17 tahun. 2. Merah untuk Pemuka Pemuda, usia minimal 22 tahun. 3. Kuning untuk Pendamping Pemuda, usia minimal 26

Halaman 8

Paskibraka'78 Jakarta InfoCenter

BERITA KEPADA KAWAN... Jogyakarta, 18 Agustus 1994 Salam Paskibraka !! Kabar baik dari kami sekeluarga di Kota Gudeg, semoga demikian pula halnya seluruh kerabat JIC beserta keluarga. JIC yang semakin okey, bagaimana kabar-kabur kalian semua? Semoga okey terus dan semakin asoii.... Oh... ya, dengan surat ini kami sekelurga mohon maaf yang sebesar-besarnya diserta penyesalan sedalam-dalamnya bahwa kami sekeluarga tak dapat datang pada acara yang sangat kami nantikan kemarin. Hal itu dikarenakan jadwal cuti yang telah kami ajukan pada awal tahun tidak dapat teralisir karena pada beberapa waktu terakhir ini kesivukan jawdwal in training sangat padat. Endang harus menjalankantraining itu 1-10 Agustus di Cisarua (Puncak-Bogor). Saat itu Endang berusaha untuk menghubungi Rita di Kuningan tapi tak ketemu. Kemudian, 18 Agustus harus berangkat ke Surabaya (Tretes). Tadinya, kami telah mengusahakan untuk tetap datang ke Jakarta, dengan mencari tiket pesawat Yogya-Jakarta pp tanggal 17 Agustus. Tapi apa daya, ternyata tiket pesawat tidak tersedia. Endang pun sangat kangen dengan kalian semua, namun kangen itu tetap belum terobati sampai tahun ini. Secara kebetulan, suami Endang juga baru pergi dinas ke luar kota selama sebulan. Untuk itu, sekali lagi mohon maaf. Kami berjanji tahun depan harus terealisir dan Insya Allah kami datang. (Itu kalau kita reuni lagi..ha.. ha.. ha.. , Red) Rekan-rekan di JIC yang sangat berbahagia. Endang di Yogya yakin bahwa kalian sukses dalam menyelenggarakan reuni ke-marin. Bagaimana ceritanya? Tentu asyik sekali dan mengharukan. Endang nggak bisa membayangkan betapa bahagianya... Oh ya, bagaimana buletinnya kok ngumpet? Semoga nanti terbit dengan cerita-cerita yang menggembirakan. Demikian surat dari Endang. Tak lupa salam kangen buat semua Purna Paskibraka.... dan jayalah Paskibraka !! ENDANG RAHAYU PUROHATU

Ringan Sama Dijinjing DENGAN ikhlas, kami memang akan menangani penerbitan dan pengiriman buletin ini setiap bulan dengan dana yang ada pada kami bersepuluh di Jakarta. Tapi, tentu saja tidak adil kalau kita semua tak ikut andil. Kami cuma bisa mengimbau, kalau ada kelebihan ”uang dapur”, ya kami-kami dibantu. Berapa aja deh.... pokok-nya asal ada. Kalau ada, silakan kirim atau transfer lewat rekening: SYAIFUL AZRAM: Tahapan BCA No. 071-100-27158-8 (Cabang Blok A, Cipete), atau Taplus BNI No. 022.78009964.6 (Cab. Kebayoran Baru, Blok M) Jangan lupa kirimkan resinya agar bisa diketahui setelah masuk. ***) BCA online di 23 kota: Medan, Pekanbaru, Batam, Palembang, Jabotabek, Karawang, Depok, Cilegon, Serang, Bandung, Semarang, Yogyakarta, Klaten, Salatiga, Solo, Malang, Surabaya, Sidoarjo, Denpasar dan Kuta. Sementara BNI rasanya ada di setiap ibukota kabupaten/kodya seluruh Indonesia.

NO. 12-15, AGUS-NOV 1994

Medan, 6 September 1994 Sahabatku Syaiful Azram dan rekan-rekan Paskibraka’78, Bagaimana memulainya atau apakah surat ini enak dibaca, Ida juga tidak tahu. Ida hanya mengabarkan, bahwa Ida sudah ngumpul lagi dengan suami dan anak-anak tercinta di Medan untuk meneruskan kewajiban keluarga. Meski terasa tempat kita saling berjauhan, keakraban yang begitu harmonis telah membuahkan kedekatan hati kita selama bertemu di bulan Agustus. Semoga pertemuan itu menjadi sweet memory untuk diceritakan kelak kepada anak cucu kita. Marilah kita berdoa agar anak-anak kita kelak, meski pun hanya satu, dapat meneruskan jejak kita menjadi anggota Paskibraka sekaligus meneruskan apa yang kita rintis. (Siapa tahu pula, ada di antara anak-anak kita yang jadi menteri... ha.. ha..ha..) ”Ke Jakarta aku kan kembali....” begitu kata syair lagu Koes Plus, seakan-akan menjadi pendorong bagi kita untuk mengadakan reuni lagi kapan-kapan dan dihadiri lebih lengkap daripada yang kemarin. Kerinduan yang dalam menyertai tulisan ini, seiring mohon maaf bila ada sesuatu yang kurang sreg tersisa dalam kenangan reuni. Mudahmudahan segera tersingkir dari ingatan kita. Bertemu dan saling berkomunikasi adalah satu-satunya cara untuk kita bisa berbagi rasa, saling meringankan beban satu sama lain. Hendaknya, kekeluargaan yang telah kita jalin tetap kita pertahankan. Rekan-rekan tercinta, Banyak hikmah yang dapat kita ambil dari reuni keluarga besar Paskibraka'78 yang lalu. Paling tidak, kita bisa mensyukuri kebesaran Tuhan yang bisa mempertemukan kita lagi setelah sekian lama berpisah. Ida cuma bsa berdoa, semoga kita sukses dalam menempuh karir dan kehidupan, agar jarak kita tak lagi jauh, agar kapan saja kita bisa bertemu. Salam Ida dan keluarga di Medan kepada semua anggota ”gerombolan '78”. Ida akan terus kirim surat lagi, asal kalian tidak bosan. Wassalam, AIDA SUMARNI

KOMANDAN, PEMBINA, PELATIH KOL POL DRS ADRIAN DANIEL Rumah: Jalan Veteran No.2 Palembang, Telp. (0711) 345397; Kantor : Kadit Pers - Polda Sumbagsel, Jl.Sudirman Km 4 Palembang, Telp. (0711) 311751 LETKOL POL JUSUF MUCHARAM Rumah: Jalan Wahid Hasyim No.1L Medan, Telp. (061) 327152; Kantor: Kadit Samapta Polda Sumut, Jl. Zainul Arifin 7 Medan, Telp. (061) 321441. LETKOL PNB. SUTRISNO Rumah : Jalan Rajawali Baru No. 10 Halim Perdanakusuma (Depan RS Angkatan Udara) Jakarta Timur, Telp. (021) 8019512. LETKOL ALBERT INKIRIWANG Rumah: Jl. Masjid I/8 Pejompongan Jakarta Pusat, Telp. (021) 5706340; Kantor: Komando Brigade 17 Kodam V Brawijaya, Jl. Tugu Malang 65000

BUNDA BUNAKIM Jalan Tarian Raya Timur W-20 Kompleks AD - Kelapa Gading Jakarta 14240 DRS IDIK SULAEMAN Jalan Budaya No. 2 Kemanggisan Jakarta 11480, Tel. (021) 5480217 DARMINTO SURAPATHY Jalan Bandengan Utara 1 RT 005/ 011 No. 11 Jakarta Barat 11240 HUSEIN MUTAHAR Jalan Dharmawangsa XII (Prapanca Buntu) No. 119 RT 101/01 Jakarta Selatan 12160 Telp. (021) 7150447390699 BUNDA FATMAWATI Jalan Raya Malaka Blok 2 No.94 Perumnas Klender Jakarta Timur

Halaman 9

INFO ALAMAT YANG TELAH DITEMUKAN Mahruzal MY (Aceh); Rumah: Jl Alkindi 25 Unsyiah Darusalam Banda Aceh,Telp.34013 Kantor: BappedaTk. l Aceh, Jl. T. Nyak Arief Banda Aceh,Telp. (0651) 23230. Izziah (Aceh); Sekarang menjadi menantu Menten Negara Unusan Pangan/Kabulog dan sedang belajar di Amerika Serikat. Alamat: d/ a Prof Dr Ibrahim Hasan, Jalan Kristal Blok H-8, Kompleks Permata Hijau, Jakarta Selatan 12210,Telp. 5480914 Syaiful Azram (Sumut); Rumah: Jalan Kramat Batu 20 RT 002/05 Gandaria Selatan, Cilandak, Jakarta Selatan 12420; Kantor: Redaksi Harian Pelita, Jl. Blora 37 Jakarta 10310,Telp. 021-391410,390-1404,3901405, Fax. 390-1411, 390-1412 Aida Sumarni Batubara (Sumut);Rumah1: Jl. Halat Ujung Gg Kelinci No.1 Medan. Rumah2: Cok Simbara, Jl. Tebet Barat Dalam 5A No.35 Jakarta 12810, Telp. 021-8301260. Masril Syarif (Sumbar); Perumnas PT Semen Padang, d/a Syahrul Syarif, Bagian Humas PT Semen Padang, Indarung Padang Azmiyati Aziz (Sumbar); Jl. Letjen Soeprapto No.22 (Depan STM Bumi Nyiur) Palu, SulawesiTengah. Muhammad Ikbal (Jambi); Rumah: Jalan Kepodang 8 No. 132 Kota Baru - Jambi; Kantor: PT Bank Dagang Negara (persero) Cabang Jambi, Jalan KH Wahid Hasyim 812 Jambi,Telp (0741) 24339 - 26883 Sambusir (Sumsel); Rumah 1: Jl Bagus Kuning Lr. Kartini RT 29 No. 1090 Plaju Palembang; Rumah 2: Jl Pramuka Comperta No.330B Prabumulih - Sumsel (semua alamat lama) Tatiana Shinta ( Lampung); Rumah/Kantor : PT Adhykarya Ciptapratama; Jl Masjid 39 Kemang, RT 05/07, Jatiwaringin, Pd. Gede, Bekasi 17411; Telp. (021) 8464430 - (082) 121624 (cell. phone), Pager. 8800222, 8800333 pes. 6216 Amir Mansur (DKI Jakarta); Rumah: Jalan S. Brantas RT 07/01 No. 235, Cilincing Jakarta Utara 14120; Kantor: SD Negeri 12 Cilincing, Jakarta Utara. Telp. 4400952 Saraswati (DKI Jakarta); Rumah: Kompl. Sarana Indah Permai, Jl. Arumdalu Blok A7 No.12, Kedaung, Ciputat, Tangerang; Kantor

Paskibraka'78 Jakarta InfoCenter PT Nugra Santana, Bank Pacific Bulding, 3rd Floor, Jl. Sudirman Kav, 7-8 Jakarta 10220; Tel. 021-5702040, 5704893, 5704895, 5704897, Fax. 021-5705109 Yadi Mulyadi (Jabar): Rumah/Kantor: GerbangTol Tangerang, Telp. (021) 5523904. Arita P Sudradjat (Jabar); Rumah: Jl Mandar 14 Blok DD3 No.3 Sektor 3A Jakarta Sel.12330, Kantor: PT Procter & Gamble Indonesia, TlFA Building, 8th Floor, Jl Kuningan Barat 26 Jakarta 12710, Tel. (021) 520-0333, Fax. (021) 520-0093 BudiharjoWinarno (Yogya); Rumah: Bintaro Melati Raya JJ-3, Bumi Bintaro Permai, Jakarta Selatan 12320, Tel. 021-7364642; Kantor: PT Asuransi Jiwa Sewu New York Life, Chase Plaza Tower 10th Floor, Jalan Jend. Sudirman Kav. 21, Jakarta Selatan 12920,Telp. 021-5208408, 5208444, 5700202, Fax. 0215208440 Endang Rahayu (Yogya); Rumah: Jalan Jlagran 115Yogyakarta,Telp. 0254-2281 SalamahWahyu (Jateng); Rumah: JlWisma Bungurasih Il/36Waru, Surabaya, Pager. 511111 pest 80844; Kantor: P Gatot Stariadi SH 8 Associates, Lantai lll, Darmoka1i 5C, Surabaya 60241, Tel. (031) 574445, Fax. (031) 583990 Sonny Jwarson (Jatim); Rumah: Pondok Surya Mandala G-1 No.14 Jakamulya Bekasi Selatan; Kantor : Sekolah Tinggi Manajemen Prasetya Mulya, Jl Raya Jagorawi, Cilandak, Jakarta12430, PO. Box7130/JKSCL,Jakarta 12071, Tel. (021) 7697247, 7500463, 7511140, 7511143, Fax. 021-7501460, 7500461 Rahmaniyah Yusuf (Jatim): Rumah: Jl. Sri Rejeki II No. 17 Semarang 51040, Telp. 024607724. Kantor: SMA Ronggolawe, Jl. Damarwulan II/53 Semarang. Maskayangan (NTB) Jalan Asahan Raya 23, Perumnas Tanjung Karang, Ampenan, Lombok Telp. (0364) 36230. Gde Amithaba (Bali); Rumah: Jl. Citra Garden II Blok B9 No.12 Cengkareng, Jakarta Barat, Telp. 021-5404962. Kantor: PT Delta Djakarta, Jl. Bandengan Selatan 43 Jakarta Utara 14450,Tel. 021-6690708, 6680688. Oka Saraswati (Bali); Jalan Seruni 4C, DenpasarTel. (0361) 226130 Syarbaini (Kalbar); Jl. Kom LautYos Sudarso, Perumnas II Gg Matan II No. 18, RT 03/XXXIII Pontianak 78113 "Chelly" Urai Sri Ranau Wiatna (Kalbar); Rumah: Antilop Maju, Jabbening I, Jl. Merapi 116 Kalimalang, Jakarta Timur; Kantor: DPP KNPI, Jl Rasuna Said, Kuningan Jakarta Selatan,Tel. (021) 512811.

NO. 12-15, AGUS-NOV 1994

Fridhany (Kalteng); Jalan HM Arsyad XXXVI Blok D No. 7 Sampit, telp. 0531- 22256. Herdeman (Kalteng); Jl. Ci Bangas Gang Dikari No. 1 Palangkaraya 73111. Nunung Restuwanti (Kalsel) Jl. Kampung Baru RT XV/74 Murung Pudak 71571, Kalimantan Selatan,Tel. 0516-21275. Halidja Husein (Maluku); Rumah: Kompleks Pelayaran Ammada No. 36, OSM, Ambon, Kantor: Biro Ekonomi Kantor Gubemur KDH Tk I Maluku, Jalan Raya Pattimura, Ambon. Tel. (0911 ) 43409.

YANG MASIH HILANG Auzar Hasfat (Riau); Jl. Tasykurun 44 Pekanbaru (alamat lama) Suhartini (Riau); Jl. Pembangunan 2 Selat Panjang - Riau (alamat lama) Ellyawaty (Jambi); Jln. Merdeka 43 Kuala Tungkal, Jambi (alamat lama) Nilawati (Sumsel); Jl Telaga Jawa RT V No. 5 Lubuk Linggau (alamat lama) Iskandar Rama (Bengkulu); Jalan MH Thamrin 32 Curup Bengkulu (alamat lama) Ernawati (Bengkulu); Depan Lap. Dwi Tunggal Curup, Bengkulu (alamat lama) Akrom Faisal (Lampung); ???? Mazhur (NTB): ???? Wendalinus Nahak (NTT); (alamat terbaru tidak diketahui, setelah pindah dari Gejayan Gg. Alamanda 12A Yogyakarta) ”Ice” Trice De Bora Bria (NTT); Jl. Hatta Tanah Merah, Atambua, Timor (alamat lama dan tidak jelas) Frederick (Kaltim); Asrama Don Bosco, Jalan Sudirman 59 Samarinda (alamat lama) Rahmawaty Siddik (Kaltim); Jalan Jend. Sudirman RT I SD 1/37 Tenggarong (alamat lama) Daniel Pakasi (Sulut); Jl KS Tubun 6 Manado (alamat lama) Deetje Saroinsong (Sulut); Jl. Dua Mei, Teling, Manado (alamat lama yang tidak jelas) Sinyo Mokodompit (Sulteng); Jl. Panasakan Dalam 179 Toli-Toli (alamat lama) Diah Palupi (Sulteng): ???? Ridwan (Sulsel); ???? Hafsah Dahlan (Sulsel); Jl. Baji Minasa 17H Janeponto (alamat lama) M Ilham R. Rauf (Sultra); Jl. Pattimura 67 Kendari (alamat lama) Patty Nehemia (Maluku), Jl Pancasila 40 Ambon (alamat lama) Johny Ronsumbre (Irja); Ardipura 1 Jayapura (alamat lama) Sipriano Magno (Timtim); (alamat terbaru tidak diketahui setelah pindah dari Yogya) Maria Loerensa de Rosario Sarmento (Timtim); Jl Franssico Machado, Dilli (alamat lama) Catatan: Alamat terbaru setelah pindah atau alamat yang baru ditemukan.

Halaman 10

Paskibraka'78 Jakarta InfoCenter

NO. 12-15, AGUS-NOV 1994

Munas, Atribut dan Kulit Luar

S

EPERTI yang telah direncana kan semula, 30 Purna Paski braka yang dihadirkan di Jakarta untuk mengikuti Latihan Keprotokolan dalam rangka HUT-RI ke-49 juga dimaksudkan sebagai utusan daerah dalam Rapat Kerja Nasional Purna Paskibraka Indonesia (Rakernas PPI). Direktorat PGM tidak mengingkari janjinya, karena Minggu 14 Agustus 1994 mereka dikumpulkan dan diajak berdiskusi dalam sebuah forum yang bertujuan mencari masukan dalam mempersiapkan Musyawarah Nasional (Munas) PPI. Arena diskusi dan pembahasan itu jadi sangat menarik, karena selain 30 utusan daerah, hadir pula di sana 6 Purna Paskibraka 1976, 3 Purna Paskibraka 1978 (Sonny, Budi Winarno dan Sambusir), sementara Jawa Barat mengusung Paskibraka 1969, Endang Sarwoto. Adi Nugroho sebagai Ketua Umum PPI dipercaya memimpin diskusi dan didampingi pembina kak Syahrir Ilyas dari Direktorat PGM. Pada awalnya, forum membuka kesempatan tiap daerah memberikan laporan mengenai aktivitas dan kendala-kendala yang dihadapi. Semua masukan itu akan dipakai sebagai bahan acara Munas. Dari laporanlaporan itu, dapat ditarik kesimpulan bahwa beberapa daerah yang organisasinya sudah mapan tidak menghadapi kendala didalam melakukan aktivitasnya. Sedang beberapa daerah yang masih mencari-cari aktivitas untuk menunjukkan eksistensinya. Di dalam pembinaan calon anggota Paskibraka di daerah terlihat pula belum seragamnya pola yang digunakan. Ada yang sudah menggunakan sistem asrama tetapi banyak juga yang belum menerapkannya. Sayangnya, banyak di antara utusan daerah yang kurang memenuhi harapan Rakernas. Mereka belum bisa menjelaskan sepenuhnya apa dan bagaimana PPI di daerahnya, maklum yang dikirim adalah Purna Paskibraka junior dan tidak aktif dalam kepengurusan daerah. Bahkan, ada yang mengirim Purna Paskibraka 1993. Kapan dan di Mana Munas? Diskusi menjadi lebih seru ketika pembahasan mulai memasuki usulan-usulan tentang pelaksanaan Munas PPI. Jabar yang membawa delegasi

Catatan dari

”Rakernas” Purna Paskibraka khusus tampak berambisi untuk menggolkan diri menjadi tuan rumah Munas. Bahkan, mereka menawarkan imingiming akan mampu menutup kekurangan dana yang dibutuhkan dan menyediakan fasilitas menarik untuk para peserta. Keinginan Jabar itu didukung oleh Lafran Paradisi (Paskibraka Propinsi Sumsel 1984) yang menjadi utusan provinsi Sumsel dan telah melakukan lobby ke beberapa Purna Paskibraka sejak pembukaan latihan Paskibraka 1994 di Pusdika Cibubur. Ada juga sebagian Purna lain yang menginginkan Munas diadakan di Jakarta, karena toh yang akan dibicarakan program kerja nasional dan pemilihan Pengurus Pusat PPI. Dalam situasi perbedaan pendapat itu, beberapa peserta daerah yang belum mapan terpaksa mengikuti “arah angin” yang bertiup dan menyerahkan keputusan kembali kepada Direktorat PGM. Kak Syahrir lalu mengambil alih pimpinan sidang dan mengajak seluruh Purna untuk mengambil kesepakatan, bukan mempersoalkan hal-hal yang tidak penting. Dari sana, akhirnya disepakati bahwa Munas akan diselenggarakan pada minggu kedua bulan Desember 1994, sementara tempatnya masih dipilih Jakarta dan Bandung. Kepastian tempat itu baru akan diketahui setelah menunggu pertimbangan sekaligus persetujuan dari Direktorat. Siapa yang Berhak Ikut Munas? Masalah kedua yang diperdebatkan dalam Rakernas adalah siapa yang bisa hadir dalam Munas, lalu berapa orang utusan daerah yang akan jadi peserta. Saat seorang Purna Paskibra 1976 mengusulkan agar para senior atau minimal perwakilan setiap angkatan diundang hadir dalam Munas, tanggapan beragam dan seru berdatangan dari para peserta Rakernas. Ada beberapa daerah yang ngotot bahwa yang bisa hadir di Munas hanyalah pengurus/perwakilan daerah. Jadi,

para senior/perwakilan angkatan tidak perlu diundang karena mereka tidak berhak dan tidak diperlukan di Munas. Deddy dari Jabar berteriak paling keras soal ini, dan ironisnya didukung pula oleh beberapa peserta. Adi Nugroho Ketua PPI terlihat berusaha menekan perasaan dan bersikap sabar. Berkali-kali dia mengajak peserta Rakernas untuk bersikap arif bahwa kehadiran para senior bukan berarti akan mengkudeta Munas atau tidak memberi kesempatan pada yang muda-muda. “Perlu dipahami, PPI terbentuk atas andil para senior yang telah merintis jalan. Mereka mengerti betul tentang jiwa Paskibraka dan tahu apa kendala yang dihadapi PPI selama ini,” ujarnya. Adi juga menekankan, kehadiran para senior diperlukan untuk sumbang saran sehingga tidak ada buruknya mendengarkan aspirasi mereka, dengan harapan putusan Munas tidak menyimpang dari jalur pembinaan Paskibraka. “Keputusan yang tidak bisa diterima seluruh Purna akan berdampak kurang baik terhadap gerak langkah organisasi secara keseluruhan,” tambah Adi lagi. Karena cenderung buntu, akhirnya keputusan ini juga diambangkan lalu kembali diserahkan pada pengurus PPI dan Direktorat. Namun, mengenai Struktur Organisasi PPI nantinya, disepakati bahwa struktur itu akan lebih disempurnakan sementara konsep barunya akan disiapkan oleh Steering Committee dan Organizing Committee yang akan dibentuk. Dengan perubahan itu, nantinya Anggaran Dasar/ Anggaran Rumah Tangga (AD/ART) PPI jelas akan berubah. Para peserta Rakernas juga sepakat bahwa organisasi PPI harus didaftarkan di Direktoral Sosial Politik (Ditsospol) Depdagri agar eksistensinya sebagai ormas diakui. Soal Atribut Salah satu agenda yang juga menjadi perdebatan sengit adalah soal seragam anggota PPI yang sampai saat ini masih belum seragam (atau boleh dibilang sama sekali belum ada untuk ukuran PPI daerah). Namun, sesuai dengan keputusan Munas sebelumnya, seragam harian anggota PPI adalah kemeja lengan pendek dan celana/ rok berwarna krem agak kecoklatan. Pengadaan seragam itu diserahkan kepada masing-masing daerah sesuai

Halaman 11

Paskibraka'78 Jakarta InfoCenter

NO. 12-15, AGUS-NOV 1994

Renungan dari Rakernas PPI Dari hasil rekaman utuh selama mengikuti jalannya Rakernas, JIC dapat menyampaikan beberapa catatan lain kepada seluruh teman-teman Purna Paskibraka 1978 bahwa ada laporanlaporan menarik yang agaknya perlu direnungkan bersama. Tujuannya, agar kalau ada persepsi yang salah, tidak ditangkap sebagai sesuatu yang lumrah, namun perlu diprihatinkan. Yang pertama, utusan Sulsel sempat menuding organisasi PPI tidak menjanjikan masa depan yang baik kepada anggotanya. Kita pun lantas jadi heran, apa benar dalam “Ikrar Putera Indonesia” tersebut bahwa dengan menjadi Paskibraka masa depan kita akan terjamin? Persepsi yang menyimpang itu, kita anggap sebagai sikap belum memahami sepenuhnya jiwa Paskibraka dari anggota Paskibraka, terlebih sebagai pengurus PPI. Jiwa merah-putih mengamanatkan pada kita agar menganut semangat pengabdian dengan filsafat Sepi ing pamrih, rame ing gawe. Sikap kemandirian yang sangat ditekankan, membuat kita harus tetap tegar, kreatif dan berdiri di atas kaki sendiri dalam menghasilkan karya nyata sekecil apapun bentuknya. Tidak mengharap balas jasa, karena kita yakin benih bernas yang ditanam dengan baik pasti akan menghasilkan penen yang baik pula. Bagaimana bisa kita menularkan apa yang kita peroleh kepada orang lain kalau urusan sendiri juga masih harus bergantung pada orang lain? Kita juga tahu, Direktorat memang

situasi dan kondisi setempat. Namun, lagi-lagi muncul pendapat agak “aneh” bahwa seragam yang belum tentu bisa dipenuhi oleh masing-masing pengurus daerah itu justru harus dipakai saat mengikuti Munas. Bagi sebuah organisasi, pakaian seragam memang bisa membuat ikatan korps semakin kuat. Tetapi, kalau garagara seragam lalu orang yang seharusnya punya hak lalu tidak diizinkan ikut dalam Munas, jelas itu sebuah sikap yang “lupa daratan” dan membuat PPI sama saja dengan organisasi lain yang hanya memikirkan soal “jaket dan baret”. Padahal seragam hanyalah kulit luar dan jauh lebih penting dari itu adalah persatuan dan kesatuan harus didasarkan pada ikatan moral diantara anggotanya. BUDI WINARNO

menyediakan dana untuk pembinaan para Purna Program PGM setiap tahun di pusat dan daerah. Tapi, jumlah itu sangat kecil dibanding apa yang seharusnya dilakukan. Belum lagi soal pengaturan administrasi yang kadang sangat rumit karena jenis kegiatan dan pos-pos pengeluarannya telah ditentukan sesuai dengan DIP (Daftar Isisn Proyek). Bidang PGM di daerah, kadang juga sangat kaku dalam menentukan jenis kegiatan, sehingga akhirnya para Purna Paskibraka hanya menjadi penonton atau objek. Dana yang kecil itu, seharusnya bukan diberikan dengan konsep “ikan goreng yang siap disantap” tapi “kail yang bisa dipakai menangkap ikan”. Namun, lepas dari ada tidaknya dana itu pun, seharusnya PPI bisa melakukan sesuatu, asal menjalankan prinsip mandiri dengan perwujudan sikap kreatif. Tidak sedikit orang lain yang mau dan bisa membantu, asal bantuan yang diberikan juga dimanfaatkan sesuai dengan misinya. Tidak ada dana pun, kita tetap bisa melakukan aktivitas dengan konsep yang lebih profesional

karena yang dibutuhkan hanya kemauan dan kerja keras. Contoh nyata kegagalan aktivitas hanya karena urusan dana, terlihat tahun lalu (1993) ketika “Reuni Akbar Paskibraka” bertepatan dengan ulang tahun perak (25 tahun) tidak jadi terlaksana. Koordinasi dan sistem kerja yang tidak baik menyebabkan kekecewaan bagi sekian banyak Purna Paskibraka yang susah-susah dan membuang biaya jutaan untuk hadir di Jakarta. Kita pantas mengucapkan alhamdulillah dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena “Reuni Purna Paskibraka 1978” bulan Agustus lalu dapat terselenggara dengan baik tanpa tergantung pada siapa pun juga. Kegiatan kita telah menunjukkan bahwa sikap mandiri dan swadaya penuh adalah modal utama, meskipun bagi sebagian orang reuni kita adalah kegiatan yang sangat-sangat kecil artinya karena hanya mendatangkan 18 orang. Berbanggalah dan teruslah bersyukur atas karunia Tuhan itu, karena di hari-hari mendatang, tantangan itu lebih besar lagi di depan kita.***

TIDAK ADA BOS - Tak peduli apakah di kantornya jadi bos, yang pasti dalam reuni status kembali tak berbeda. Yadi harus mengangkat kardus Aqua (atas), begitu pula Gde dan Ikbal (bawah). Yang cewek, bolehlah santai tanpa beban ketika pulang rekreasi dari Taman Bunga Wiladatika, Cibubur.

Halaman 12

Paskibraka'78 Jakarta InfoCenter

NO. 12-15, AGUS-NOV 1994

REKAMAN KAMERA DARI REUNI PASKIBRAKA’78

MENPERA - Di halaman Istana, sempat juga ”menangkap” Menpera Akbar Tanjung untuk diajak foto bersama...

syaiful azram

KEAKRABAN DAN KEBERSAMAAN -- Pembina, Purna Paskibraka '78 dan Purna angkatan lain bergandengan tangan bersama seusai ”Ulang Janji”,

APA BEDANYA? -- Atas dan bawah, Wisma PHI masih terlihat sama. Bedanya, yang atas ”Kamso” yang bawah sudah keren pake dasi dan jas.

MORAL FORCE -- Kak Mutahar datang sekaligus memimpin sendiri ”Ulang Janji” Paskibraka '78. ”Kalian adalah moral force," ujarnya...

WOMEN BUSINESS -- Apa yang dikerjakan wanita kalau berkumpul? Tak lain ”ngerumpi” dan ketika kamera lewat ya kembali mejeng... Yah.. sekadar pamer kalau mereka sekarang sudah gemuk dan hidup senang...

DI SAUNG -- Capek bergoyang-ria di Taman Bunga Cibubur, Chelly mengajak kawan-kawan makan siang di sebuah saung. Lahap banget kelihatannya.

SERIUS ATAU NGANTUK? -- Tak jelas, apakah mereka ini serius atau ngantuk ketika diskusi yang tadinya panas sudah melewati klimaks.Tapi, bagaimana pun pembahasan harus tuntas agar bisa sepakat.

T

Halaman 13

Paskibraka'78 Jakarta InfoCenter

NO. 12-15, AGUS-NOV 1994

HASIL-HASIL REUNI PURNA PASKIBRAKA 1978 1. Pendahuluan Reuni I Purna Paskibraka 1978 diselenggarakan sebagai wujud rasa kebersamaan, senasib sepenanggungan dan persaudaraan sesama teman seangkatan. Gagasan ini tercetus sejak Agustus 1993, seusai beberapa Purna Paskibraka 1978 meninjau pelaksanaan latihan Paskibraka 1994, sekaligus ingin ikut serta dalam rencana Reuni Besar 25 Tahun Paskibraka. Sejak itu, dengan tekad ingin menggalang kembalibrotherhood, kami melakukan berbagai upaya antara lain mendata ulang seluruh Purna Paskibraka 1978 yang telah berpisah selama 15 tahun dan menerbitkan media komunikasi interen berupa buletin kecil. Upaya selama setahun telah mendapatkan hasil berupa terlacaknya kembali 30 Purna Paskibraka dari 54 yang ada. Kami berkeyakinan, upaya yang kami lakukan itu tidak sia-sia dan akan memberikan masukan yang bermanfaat bagi Direktorat PGM. Karena itu, selain bertemu untuk melepas kangen, kesempatan reuni juga kami manfaatkan untuk bertukar pikiran dan saling berbagi informasi sesuai dengan pengalaman masing-masing. Tidak ada sedikitpun terlintas di benak kami untuk melakukan kegiatan sendiri atau mengucilkan diri. Kami memang berkeinginan agar reuni ini dikembangkan menjadi reuni dengan lingkup yang lebih besar. Tapi setelah kami mengukur kemampuan diri, ternyata kami hanya mampu mengumpulkan teman-teman seangkatan. Langkah kecil yang kami lakukan ternyata membuahkan hasil yang bagi kami sangat tidak ternilai harganya. Kami hanya berharap, upaya yang telah kami lakukan itu bisa menjadi sebuah langkah awal yang mampu menggugah dan memacu Purna Paskibraka lain untuk “segera bangkit dari tidur” dan bergandengan tangan dalam memikirkan apa yang terbaik untuk korps kita di masa mendatang. Reuni I Purna Paskibraka 1978 yang dihadiri 18 Purna Paskibraka 1978 utusan dari 13 propinsi ini telah menghasilkan beberapa butir masukan yang ingin kami teruskan kepada Direktorat PGM dan pihak-pihak yang berkaitan. Harapan kami, minimal butirbutir kecil ini dapat menjadi bahan perenungan dan diwujudkan seperti apa yang kami bayangkan dan impikan.

2. Pembinaan Paskibraka 2.1. Buku Pedoman Calon Paskibraka Untuk membantu para calon anggota Paskibraka yang akan mengikuti latihan di Jakarta, perlu dibuat sebuah buku pedoman. Isinya terutama ditujukan untuk menyiapkan fisik dan mental mereka, selain wawasan yang cukup tentang ke-Paskibraka-an dan segala sesuatu yang sifatnya teknis. Dengan demikian, diharapkan akan didapatkan calon anggota yang sudah lebih dulu dibekali sejak awal, sehingga dalam latihan dan pembinaan mereka dapat menyerap seluruh materi sesuai kurikulum. Dari sana, diharapkan akan dihasilkan para anggota Paskibraka yang siap pakai dan pada gilirannya menjadi Purna Paskibraka yang mengerti tentang tugas dan tanggung jawabnya. Buku ini akan dicetak dengan edisi yang baik dan dikirimkan ke calon anggota sebulan sebelum berangkat ke Jakarta. Penyusunan dan pencetakan buku ini merupakan sumbangan dari Paskibraka’78 Jakarta Information Centre, dengan terlebih dulu dikonsul-

tasikan kepada pihak Direktorat Pembinaan Generasi Muda. (Draft “Buku Panduan Calon Anggota Paskibraka” terlampir).

2.2. Ratio Pelatih terhadap Anggota Paskibraka Menurut hasil observasi kami selama beberapa tahun terakhir, dan dengan mempertimbangkan faktor efisiensi serta adanya kekhawatiran akan terganggunya proses pentahapan latihan Paskibraka, kami menilai jumlah pelatih yang ada sekarang ini terlalu banyak. Pada dasarnya, upaya meningkatkan kualitas hasil pelaksanaan tugas utama (barisberbaris dan formasi) tidak identik dengan penambahan jumlah pelatih. Di sisi lain, makin banyaknya pelatih justru akan memperlambat proses penyamaan persepsi di antara para pelatih sendiri, apalagi dengan materi pelatih yang tidak sama kualitasnya. Hal ini akan berdampak kurang baik terhadap tingkat penyerapan materi latihan, sehingga pentahapan sesuai dengan jadwal waktu yang singkat akan mengandung risiko tinggi. Karena kemampuan baris-berbaris calon anggota Paskibraka rata-rata telah memenu-

hi standar PBB yang baku, maka menurut hemat kami rasio jumlah pelatih terhadap jumlah anggota Paskibraka yang ideal adalah 1:8 (1 pelatih menangani 8 anggota Paskibraka). Dengan demikian, jumlah pelatih Paskibraka cukup 7 (tujuh) orang dengan perincian: 4 pelatih senior (yang sudah berpengalaman beberapa tahun), 2 pelatih junior dan 1 Koordinator Palatih. Komposisi itu juga sudah menjamin hasil optimal dan proses pengkaderan pelatih baru.

2.3. Komandan Pasukan Jumlah calon Dan Pas sebenarnya cukup 2 (dua) sejak awal. Seleksi untuk Dan Pas sebaiknya tidak dilaksanakan bersamaan dengan latihan Paskibraka (bisa dilaksanakan terpisah oleh pihak Garnizun). Tujuannya agar penyeleksian Dan Pas tidak menjadi bagian khusus yang memerlukan perhatian tersendiri, dan jadwal waktu yang ditetapkan untuk latihan dapat lebih difokuskan pada penggemblengan anggota Paskibraka. Di sisi lain, calon Dan Pas yang tidak terpilih (seperti yang terjadi sekarang ini), secara psikologis tidak perlu merasa “tidak mampu” atau “malu” di hadapan anggota Paskibraka yang telah akrab selama latihan.

2.4. Pembakuan Job Discription Pelatih dan Pembina Kami berpendapat, memang sudah saatnya seluruh pedoman penyelenggaraan “Latihan Persiapan Paskibraka” dibakukan. Bukan saja soal job pelatih dan pembina, tapi tugas masing-masing anggota panitia juga harus digariskan dengan tegas. Jangan sampai terjadi lagi kasus orang yang tidak tidak tahu menahu atau tidak ditugaskan, melakukan tindakan berlebihan di luar wewenangnya. Penetapan “garis demarkasi” bagi tiaptiap anggota panitia dan penentuan siapa saja yang boleh “melintasi garis” sesuai dengan wewenang, kemampuan dan pengalamannya, kami anggap sangat mendesak. Pelatih tidak boleh mencampuri urusan pembinaan di luar lapangan latihan baris-berbaris, sementara para pembina tidak berhak mencampuri urusan lapangan tanpa mandat dan wewenang yang ditetapkan. Direktorat PGM bisa menyusun buku pedoman baku yang sifatnya universal (tidak tergantung pada kuantitas orang, waktu atau situasi), sehingga dapat seterusnya digunakan setiap tahun tanpa perubahan. Dan

Halaman 14

yang paling penting, Direktorat PGM diharapkan bisa melakukan pengawasan lebih ketat dalam pelaksanaannya.

2.5. Tata Tertib Tata tertib yang diberlakukan di dalam latihan Paskibraka tujuan utamanya adalah dalam rangka pembentukan pribadi (character building). Para peserta latihan diwajibkan mematuhi tata tertib yang ditetapkan tanpa pilih kasih atau tawar menawar. Dalam pelaksanaan character building itu, anggota Paskibraka tidak bisa sekadar diberi pedoman-pedoman dan tata nilai. Dalam prakteknya, mereka justru akan lebih banyak menyerapnya dari contoh nyata, yaitu meniru sikap dan tindakan dari para pelatih dan pembina. Prosesnya akan menghadapi kendala bila ternyata orang-orang yang mereka anggap tauladan itu ternyata tidak mampu menunjukkan sikap positif secara terus menerus. Persoalan tata tertib, hampir setiap tahun selalu jadi masalah di arena latihan Paskibraka. Selalu ada pelanggaran-pelanggaran tata tertib yang dilakukan para peserta, pelatih dan pembina. Pengambilan tindakan terhadap pelanggaran tata tertib di kalangan peserta akan lebih mudah, tapi akan sebaliknya bila yang melanggar itu justru pelatih atau pembina. Untuk itu, sanksi tegas harus diberlakukan terhadap siapa saja yang melanggar tata tertib, tidak peduli apakah itu anggota Paskibraka, para pelatih atau pembina. Pelanggaran tata tertib yang dilakukan pelatih dan pembina perlu dicatat khusus, dengan tujuan mengevaluasi keikutsertaan yang bersangkutan dalam latihan di masa mendatang, atau pemberlakukan sanksi pada saat yang bersamaan. Pelanggaran tata tertib yang dilakukan oleh peserta dapat ditanggulangi dengan cara memberikan “hukuman yang mendidik” bukan “hukuman yang menyakiti”. Di lapangan latihan, hukuman ini dapat dijalankan oleh para pelatih, sementara di luar lapangan dilakukan oleh para pembina yang ditunjuk dan berwenang untuk itu. Perlu diingat pula, setiap berlangsungnya latihan Paskibraka, banyak Purna Paskibraka yang datang ke lokasi latihan dan asrama. Tata tertib terhadap kehadiran Purna Paskibraka itu juga perlu dibuat, sehingga dapat dihindari hal-hal yang tidak diinginkan dan memperburuk citra Purna Paskibraka sendiri di mata adik-adik atau pihak lain.

2.6. Kualitas Pembina Pembinaan Paskibraka di luar lapangan latihan membutuhkan metode pendekatan yang sangat spesifik. Dibutuhkan di sana orang-orang yang mempunyai kelebihan dan bisa melakukan improvisasi agar kehidupan di asrama tidak kaku, melelahkan dan

Paskibraka'78 Jakarta InfoCenter membosankan. Metode “Desa Bahagia” yang merupakan perwujudan kehidupan Pancasilais hanya bisa efektif bila para “pamong” bisa menjabarkannya dalam bentuk kehidupan yang aman dan tentram, namun penuhtepa selira, sedikit unik dan penuh keriang-gembiraan. Direktorat sudah perlu segera mempersiapkan para “pamong” yang memenuhi kriteria itu untuk mempertahankan sekaligus meningkatkan kualitas anggota Paskibraka di masa mendatang.

2.7. Materi Ceramah Kecenderungan yang terjadi beberapa tahun terakhir memperlihatkan makin banyaknya jadwal pemberian ceramah kepada anggota Paskibraka. Padahal, menurut hemat kami makin banyaknya jumlah materi ceramah tidak identik dengan makin banyaknya pengetahuan yang diserap anggota Paskibraka. Apalagi, ceramah diterima anggota Paskibraka dalam keadaan lelah setelah menjalani latihan fisik siang hari. Penekanan ceramah-ceramah diharapkan merujuk kembali pada konsep pembinaan Paskibraka, terutama menyangkut “konsep dasar” tentang nasionalisme, patriotisme dan mental/spiritual serta penerapannya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Selain itu, materi tentang kepaskibrakaan dan tugas serta penjabaran kehidupan ber-Pancasila dalam keseharian. Untuk mencapai hasil yang optimal, penentuan kriteria penceramah juga harus lebih selektif. Penceramah diupayakan menggunakan metode sesuai dengan iklim yang telah diciptakan di “Desa Bahagia”, bahasa yang sederhana dan mudah diserap, disertai dengan contoh-contoh yang mudah dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari. Agar lebih memahami dinamika pembinaan di asrama Paskibraka (Gladian Sentra Nasional), diharapkan para pelatih dapat ikut serta mendengarkan ceramah setiap malam. Sementara Dan Pas yang ikut dikukuhkan sebagai “Pendamping Pemuda” diwajibkan mengikuti seluruh ceramah sebagai bagian dari kurikulum latihan “Pandu Ibu Indonesia Ber-Pancasila”.

2.8. Bukti diri Paskibraka Kenyataan telah membuktikan, seringkali ada oknum-oknum yang mengatasnamakan Paskibraka atau mengaku-aku Paskibraka untuk menjalankan praktek-praktek tidak terpuji. Praktek-praktek seperti itu dapat merusak citra dan kehormatan korps Paskibraka di mata masyarakat. Karena itu kami menganggap perlu dilakukan upaya-upaya antisipasi, salah satunya memberikan bukti diri yang sah kepada setiap anggota Paskibraka seusai menjalani latihan. Bukti diri itu antara lain: - Sertifikat (seperti yang dilakukan selama

NO. 12-15, AGUS-NOV 1994

ini), yang dilengkapi dengan foto sehingga terjamin orisinalitasnya. - Lencana Merah-Putih-Garuda (MPG) yang diberi nomor registrasi dengan kodekode tertentu. Nomor registrasi akan berlaku seumur hidup, dan tetap terus dicantumkan pada lencana berikutnya bila yang bersangkutan naik “grade” menjadi Pemuka Pemuda, Pendamping, Pembina atau Penaya. - Memberikan kartu tanda pengenal (registrasi) alumni Paskibraka sesuai dengan nomor lencana dan biodata diri yang berlaku seumur hidup. Bentuk, ukuran dan kartu diusahakan tidak gampang ditiru, sehingga terhindar dari pemalsuan.

2.9. Pelaporan Peserta Paskibraka Untuk menjaga kelancaran jadwal kegiatan latihan, maka: - Peserta wajib melapor ke Direktorat PGM pada saat kedatangan dan tidak diperkenankan untuk langsung menuju lokasi penginapan. Hal ini penting untuk menanamkan rasa kebersamaan sejak awal di antara anggota Paskibraka, - Peserta harus kembali ke daerah segera setelah latihan berakhir (tergantung jadwal pemberangkatan sarana transportasi) dan tidak dibenarkan menunda kepulangan ke daerah dengan alasan pribadi. Pengawasan itu dapat dilakukan Direktorat PGM dengan cara booking tiket dan pengantaran ke bandara. Hal ini juga dimaksudkan untuk menjaga citra Paskibraka. - Peserta wajib lapor ke Bidang PGM di daerahnya sesegera mungkin, untuk menunjukkan sikap disiplin hasil latihan di Jakarta.

2.10. Pengangkutan Barang Bawaan Paskibraka Saat Pulang Pada saat kembali ke daerah, biasanya peserta harus membawa setumpuk barangbarang yang diperoleh selama latihan, termasuk perlengkapan maupun hadiah atau souvenir. Pengangkutannya selalu merepotkan, bahkan sering mengakibatkaneverweight di pesawat, khususnya bagi peserta luar Jawa. Untuk mengatasinya, pengangkutan sebagian barang dapat dilakukan melalui kerjasama dengan biro pengiriman barang (cargo) yang ada, misalnya Elteha atau Titipan Kilat. Barang yang tidak dipakai/diperlukan selama perjalanan pulang dapat dikirimkan lebih dulu atau bersamaan saat kepulangan, dengan teknis pelaksanaan tersendiri. Pihak kargo berhubungan langsung dengan para peserta (termasuk urusan biaya pengiriman) di bawah pengawasan Direktorat PGM.

2.11. Penggunaan Pakaian Seragam Seragam PDU (putih-putih dengan atribut dan emblem) merupakan identitas utama Paskibraka. Menurut kami, Direktorat PGM

Halaman 15

perlu mengatur tata cara penggunaannya dengan tujuan menjaga citra Paskibraka. Perlu dihindari terjadinya pemakaian seragam PDU yang tidak pada tempatnya, seperti contohnya saat perjalanan pulang. Di luar tata cara yang ditentukan, Paskibraka masih bisa menunjukkan identitasnya dengan seragam lain (seandainya ada diberikan pada saat menjalani latihan).

3. Pembinaan Organisasi Purna Paskibraka 3.1 Kondisi Objektif Mengingat pengalaman tidak pernah mapannya organisasi wadah Purna Paskibraka selama ini, rasanya perlu dicarikan jalan keluar terbaik sebagai alternatif dari kebijaksanaan yang telah dilakukan. Pemantapan organisasi hanya dengan mengandalkan Purna yang dikenal sosoknya, tanpa “melirik” pada Purna lain yang sebenarnya punya potensi tapi tak diikutsertakan, adalah hal yang sia-sia. Stelsel pasif yang menjadi acuan organisasi Purna Paskibraka mempunyai kelemahan, terutama dalam menarik anggota sebanyak-banyaknya untuk ikut dalam setiap aktivitas, dan memilih calon-calon personil pengurus. Sebabnya, anggota tidak masuk secara sukarela dan memang punya keinginan, tapi secara otomatis menjadi anggota begitu selesai latihan (sebut saja organisasi alumni). Penentuan keanggotaan dan hak mengajukan pendapat, hak memilih dan dipilih setiap Purna Paskibraka yang ditetapkan saat ini, menurut kami belum mampu menggambarkan keluwesan itu, apalagi dapat mengakomodasikan seluruh potensi Purna Paskibraka. Hal itu juga terbukti dari tidak berkembangnya peran dan aktivitas organisasi setelah berjalan beberapa tahun. Tanpa bermaksud membeda-bedakan hak atau diskriminasi, menurut kami, ada beberapa hal penting yang perlu diperhatikan dan diatasi, yaitu: 1. Ketentuan keanggotaan serta hak dan kewajiban yang lebih akomodatif terhadap seluruh Purna Paskibraka yang ada, sehingga pengembangan organisasi dapat menampung seluruh aspirasi anggota sesuai dengan tingkatnya masing-masing. 2. Ketentuan kriteria pengurus yang tepat sesuai dengan: - job discription yang harus diemban dalam kepengurusan, - tingkat pelatihan yang pernah dijalani (Gladian Sentra Nasional, Daerah Tk I dan Daerah Tk II) secara “proporsional”. 3. Ketentuan pentahapan level keanggotaan, sebelum diterima menjadi anggota secara resmi dalam organisasi, misalnya lebih dulu menjadi “Anggota Muda” selama

Paskibraka'78 Jakarta InfoCenter jangka waktu tertentu. Hal ini penting untuk memberikan kesempatan kepada setiap Purna agar siap ketika menerima tongkat estafet kepemimpinan dengan lebih dulu belajar dari para seniornya.

3.2. Rencana Jangka Pendek dan Jangka Panjang Kondisi tak menggembirakan dalam perkembangan organisasi Purna Paskibraka saat ini kami nilai bersumber dari tidak tertampungnya seluruh aspirasi Purna yang ada. Langkah membentuk organisasi lebih dulu baru kemudian melakukan heregistrasi kami anggap kurang tepat dan hanya bersifat pembinaan jangka pendek. Untuk lebih memantapkan jalannya roda organisasi, dianggap perlu untuk lebih dulu mengadakan “heregistrasi” secara nasional dan daerah (Tk I dan Tk II). Setelah aspirasi dan potensi seluruh Purna Paskibraka itu dapat tertampung melalui kegiatan atau pertemuan lanjutan, baru disusun rencana pembinaan jangka panjang yang dianggap paling tepat. Dengan kata lain, setelah penyusunan pembinaan jangka panjang itu, bisa jadi keberadaan organisasi yang ada sekarang ini masih perlu direvisi lagi.

3.3. Kelompok Kerja Pendataan Purna Paskibraka Untuk melakukan pendataan ulang (heregistrasi), perlu dibentuk sebuah Kelompok Kerja (Pokja) Pendataan Purna Paskibraka Nasional. Pokja di tingkat nasional dibentuk melalui penunjukan dan pemberian mandat oleh Direktorat Pembinaan Generasi Muda kepada beberapa Purna Paskibraka yang berdomisili di Jakarta, sementara untuk daerah dapat ditunjuk Purna Paskibraka Nasional/Daerah yang berdomisi di ibukota daerah.

NO. 12-15, AGUS-NOV 1994

4. Pernyataan Kesiapan Purna Paskibraka 1978 Purna Paskibraka 1978 sebagai salah satu bagian kecil dari Purna Paskibraka, merasa mengemban tugas dan tanggung jawab yang dalam pembinaan Paskibraka dan Purna Paskibraka. Karena itu, kami menyadari masukan-masukan yang kami sampaikan melalui Hasil Reuni I Purna Paskibraka 1978 ini mempunyai konsekwensi yang juga tidak ringan dalam pelaksanaannya. Dengan kesepakatan dan mufakat bulat yang dicetuskan pada peserta reuni, dengan ini kami menyatakan bahwa Purna Paskibraka telah siap untuk membantu Direktorat Pembinaan Generasi Muda dalam proses perwujudannya, sesuai dengan kemampuan yang kami miliki. Semoga Tuhan memberkati niat suci kami ini dan apa yang kami sampaikan dapat diterima dengan hati yang lapang. Jakarta, 18 Agustus 1994 Perumus Hasil Reuni Purna Paskibraka 1978 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18.

Budiharjo Winarno (DI Yogya) Syaiful Azram (Sumut) Aida Sumarni Batubara (Sumut) Tatiana Shintadewi (Lampung) Amir Mansur (DKI Jakarta) Saraswati (DKI Jakarta) Sonny Jwarson Parahiyanto (Jatim) Arita Sudradjat (Jatim) Yadi Mulyadi (Jabar) Urai Sri Ranau (Kalbar) Sambusir (Sumsel) Budi Saddewa (Jateng) Salamah Wahyu (Jateng) I Gde Amithaba (Bali) Herdeman (Kalteng) Fridhany (Kalteng) Halidja Husein (Maluku) . Muhammad Ikbal (Jambi)

MELEPAS SOBAT - Begitu reuni usai, tak semua rekan yang langsung pulang ke kampungnya. Contohnya, Aida yang kebetulan bebas bolos... Sebelum pulang, dia sempat dijamu oleh sobat-sobatnya di sebuah kuring... Dari kiri: Aida, Rita, Gde, Sonny dan Yadi...

Paskibraka'78 Jakarta InfoCenter

Halaman 16

NO. 12-15, AGUS-NOV 1994

LUPA DIRI... Apakah benar reuni bisa membuat lupa diri? Mungkin saja. Lihat saja ketika Aida, Amir, Chelly dan Budi yang sejenak melupakan rumah, suami, istri dan anak saat bergoyang habishabisan di antara musik dangdut mengalun ”ndut-ndutan”... (gambar atas). Tak ketinggalan Rita, Ikbal dan Herdeman yang juga asyik bergoyang (gambar bawah). Entah apa yang dikatakan anak-anak mereka kelak bila melihat kelakuan orangtua mereka.

SELAMAT !! JIC mengucapkan selamat atas kelahiran anak kedua SYAIFUL AZRAM, yakni seorang putri yang telah diberi nama:

SAFIRA AZELYTTA pada hari Jumat, 21 Oktober 1994 pukul 23.37 WIB di RS Tria Dipa Jakarta Selatan. Semoga si kecil dan ibunya berada dalam keadaan sehatwalafiat dan selalu dalam lindungan Tuhan YME. === P’78-JIC ===

Apakah Perlu

......................................................... sambungan dari hal 3

dan Paskibraka 1994 kembali dari acara Mendikbud. Kak Mut menyampaikan pada Kak Dhar bahwa seluruh acara sudah dilaksanakan sesuai rencana, dan Kak Dhar diminta menangani kelanjutannya. Kami lalu meminta Kak Dhar, Bunda dan Kak Syahrir untuk berdiskusi tentang apa-apa yang baru dilaksanakan agar kenaikan grade itu tidak menjadi persoalan di belakang hari. Kami minta pendapat Kak Dhar tentang atribut yang baru saja disematkan Kak Mut. Karena tadinya Kak Dhar yang akan menentukan pemberian atribut sesuai biodata yang diterimanya, kami mengatakan, bila memang kami tidak pantas menjadi Pendamping Pemuda, lencana dan

kendit akan kami kembalikan. Kak Dhar menyatakan tegas, pemberian itu sah dan sesuai aturan yang berlaku di GSN. “Aturan dan tradisi GSN telah memberikan kepercayaan kepada setiap penaya untuk melantik seseorang sesuai penilaiannya. Karena Kak Mut sudah memutuskan, kami (pembina dan penaya lainnya, Red) harus menerima. Tapi, bila suatu saat ternyata kalian tak pantas memakainya, kami akan minta pertanggung-jawaban Kak Mut,” ujar Kak Dhar tegas. Kak Syahrir dalam kesempatan itu menyatakan kekagumannya pada Kak Mut yang mau bersusah payah hadir. “Tadinya saya tidak percaya Kak Mut mau datang. Tapi ternyata, adik-adik memang mempunyai niat yang baik

dan didukung oleh Kak Mut. Saya terkesan dan sangat terharu dengan apa yang saya saksikan. Apakah benar, seluruh Purna Paskibraka harus kembali “Ulang Janji” agar niat dan hati mereka benar-benar kembali bersih seperti pertama kali mereka mengucapkannya?” tanya Kak Syahrir. Tak ada seorangpun yang saat itu bisa menjawab pertanyaan Kak Syahrir. Tapi kami yang hadir di sana yakin, Kak Syahrir telah menemukan sebuah metode baru untuk membuka “pintu masa depan” Purna Paskibraka yang bebas dari polusi luar, ambisi pribadi dan bertujuan untuk kepentingan bersama. Kami bangga, karena gagasan itu muncul dari Purna Paskibraka 1978 dan baru pertama kali dilakukan di antara Purna Paskibraka lainnya. SYAIFUL/BUDI WINARNO

Related Documents

1215
November 2019 16
1215-003
November 2019 8

More Documents from ""