agama yang sempurna: akidah, syariat, hukum, politik, dan risalah ke seluruh dunia. Berkaitan dengan hal ini Allah SWT berfirman: "Hari ini, telah Aku sempurnakan bagi kalian agama kalian, dan telah Aku cukupkan atas kalian nikmat-Ku, dan Aku meridhai bagi kalian Islam sebagai agama kalian (TQS. Al Maidah:3). Dengan momentum Ramadhan ini kaum muslimin harus segera menyadari bahwa pemahaman tentang ibadah hanya terfokus pada ibadah mahdoh semata (sholat,puasa, zakat dan haji), merupakan penyempitan maknah ibadah dalam Islam, sehingga konsep ibadah dalam Islam menjadi terpisah dari semua aspek kehidupan. Pada akhirnya terjadinya pemilahan dalam menjalankan kewajiban dan terjadinya sekulerisasi dalam kehidupan. Padahal kata ibadah mengandung makna ; ketundukan , ketaatan, kerelaan dan kepasrahan - tunduk, rela dan pasrah terhadap seluruh hukum Allah. Seorang petani, pedagang, politisi, ekonom dan pemimpin negara yang tunduk, taat , rela dan pasrah terhadap seluruh aturan-aturan yang bersumber dari Allah, berarti mereka telah melakukan aktifitas ibadah. Karena telah menggabungkan setiap perbuatan dengan kesadaran akan hubungannya dengan Allah dalam ketundukan, ketaatan, kerelaan dan kepasrahan terhadap aturan-aturan Allah. Bahkan beberapa ulama ummat ini seperti Asy-Syahid Sayyid Quthb bependapat bahwa orang yang menganggap ibadah hanya kewajiban ritual, I'tikaf di masjid dengan menjauhi dunia maka mereka adalah orangorang yang sesat. Jauh sebelum beliau, Ibnul Qoyyim Al-Jauzy,berpendapat bahwa orang yang memisahkan ibadah dari kehidupan dunia adalah para pendusta agama. Pendapat-pendapat ini dikuatkan oleh hadits-hadits Rasulullah saw, salah satunya adalah hadits tentang seorang yang dipuji karena mengisolasi dirinya di masjid untuk beribadah dan berdzikir kepada Allah swt,
namun ketika Rasulullah saw menanyakan siapa yang menanggung kebutuhan jasmaniyahnya, para sahabat menjawab : "Kami semua yang menanggungnya", maka Rasulullah berkomentar : "Kamu sekalian lebih baik darinya". Pemahaman ibadah yang benar adalah :"khudhu' warridho wattaslim" (Tunduk kepada semua peraturan Alloh, rela kepada semua peraturan dari Alloh dan berserah diri kepada Alloh). Dan dengan hanya beribadah / mengabdi kepada Alloh saja, dan tidak mengabdi kepada selain Alloh, akan mengantarkan kepada umat yang bertauhid, bebas dari perbudakan dan penjajahan makhluq, dan mendorong kemerdekaan semua manusia dari penjajahan rezim imperialis yang dzalim, mungkar dan kufur. Di masa Rasulullah dan para sahabat, bulan Ramadhan merupakan moment untuk meraih kesuksesan dan kemenangan besar dalam memerdekakan manusia dari berbagai cengkeraman berbagai rezim penjajah untuk dilepaskan dari exploitasi, penindasan, kedzaliman untuk hanya tunduk, rela dengan peraturan-peraturan Alloh semata. Diantaranya adalah Perang Badar Kubro terjadi pada tanggal 17 Ramadhan tahun 10 Hijriyah. Dan pada saat itu juga gembong kebathilan Abu Jahal terbunuh. Fathu Makkah pada tanggal 10 Ramadhan tahun 8 Hijriyah. Perang 'Ain Jalut menaklukan tentara Mongol terjadi pada tanggal 25 Ramadhan 658 Hijriah. Andalusia (Spanyol) yang ditaklukan oleh tentara Islam di bawah pimpinan Tariq bin Ziyad juga terjadi pada bulan Ramadhan, yaitu pada tanggal 28 Ramadhan. Penerapan dan penegakan syariah Islam secara total-yang merupakan wujud nyata dari ketakwaan sebenarnya yang akan menentukan kemuliaan dan kemerdekaan kita; juga akan mendatangkan jalan keluar bagi kita dari permasalahan-permasalahan yang kita hadapi. Inilah janji Allah SWT dalam Alqur'an surat athThalaq ayat 2: “Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan ke luar.”
323 th. VIII Agt ‘08
RAMADHAN, DARI KETAQWAAN RITUAL MENUJU KETAQWAAN DISELURUH ASPEK KEHIDUPAN Alhamdulilah, Ramadhan sudah diambang pintu. Ramadhan, bulan yang memiliki banyak keutamaan, seluruh amalan wajib Allah lipat gandakan pahalanya, amalan sunnah Allah ganjar pahala wajib. Ramadhan awalnya rahmat, pertengahannya ampunan, sepertiga akhirnya bebas dari api neraka, dan pada bulan ini Al-Quran pertama kali diturunkan sebagai risalah yang membawah rahmat untuk seluruh alam, melepaskan manusia dari segala belenggu sistem Jahiliyah yang gelap gulita menuju sistem Islam yang terang benderang. Melihat begitu banyak keutamaan yang terdapat di dalamnya maka Rasulullah bersabda :"Penghulu segala bulan adalah bulan Ramadhan dan penghulu segala hari adalah hari Jum'at" (HR. Thabrani dan Baihaqi).
K
arena itu sepatutnya kita senantiasa berdo'a untuk dapat dipertemukan kembali dengan Ramadhan " Allahumma bariklana fi Rajaba wa Sya'bana wa balighna Ramadhana" ("Ya Allah berkahilah hidup kami di bulan Rajab dan sampaikanlah usia kami hingga bulan Ramadhan". Namun selama ini, bulan Ramadhan sering dilalui oleh aktivitas yang bersifat seremonial, tanpa adanya ruh. Ramadhan seakan hanya menjadi masa cuti dari kemaksiatan dan begitu Ramadhan berlalu beramai-ramai memulai kembali kemaksiatan yang pernah dilakukan sebelum Ramadhan. Padahal ruh yang diinginkan dari Ramadhan adalah terbentuknya individu individu yang bertaqwa dan kehidupan yang didasarkan pada asas ketaqwaan. Ramadhan Membangun Ruh Kehidupan "Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kalian berpuasa sebagaimana puasa itu diwajibkan atas orang-orang sebelum kalian, agar kalian bertakwa. (QS Al-Baqarah : 183). Dalam ayat ini khithab kewajiban berpuasa pada bulan Ramadhan ditujukan kepada orang -
orang yang beriman, ini mengisyaratkan bahwa pelaksanaan ibadah puasa yang dapat mengantarkan kepada kataqwaan adalah yang didasarkan pada ruh (idrak shilah billah). Sayangnya, justru di sinilah yang menjadi kelemahan selama ini, yakni prosesi, ritual dan aktivitas Ramadhan tidak mensertakan ruhnya. Puasa dijalankan bisa jadi karena sudah menjadi tradisi, bukan karena kesadaran akan hubungannya dengan Allah dalam rangka menjalankan perintah serta menjauhi larangan Allah dan harapan akan ridha-Nya. Ramainya majelis dzikir dan pengajian bisa jadi lebih karena terbawa suasana religius Ramadhan, bukan didasari oleh keyakinan bahwa semua itu adalah bagian dari kewajiban mengkaji Islam, dakwah, amar makruf dan nahi munkar. Penutupan tempat-tempat maksiat dan penghentian kemaksiatan pun dilakukan untuk menghormati kesucian Ramadhan karena toleransi, bukan didasari oleh keyakinan bahwa segala bentuk kemaksiatan besar ataupun kecil akan mendapatkan azab kelak di akhirat. Acara dan program yang bernuansa Islami yang
JANGAN DIBACA SAAT KHOTIB BERKHOTBAH
A
AJ
E L I S DI S
M
H
M
AL HIDAYAH / Sya’ban 1429 H - Agustus 2008 M
Kamu adalah ummat yang terbaik yang dilahirkan manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Alloh. (TQS Al Imron: 110)
SI I SL A
H I DA Y
AL HIDAYAH / Sya’ban 1429 H - Agustus 2008 M
memeluk aqidah kufur sekulerisme. Ramadhan Sebagai Pendorong Penegakan Islam di seluruh Aspek Kehidupan Pada bulan Ramadhan Allah swt menurunkan Al-Qur'an sebagai petunjuk kehidupan bagi yang mengikutinya dan menyesatkan bagi siapa saja yang menyimpang darinya, karena di dalam Al Quran itu terdapat petunjuk, penjelas (berisi keterangan-keterangan tentang hukum), dan pembeda (antara haq dan batil). Allah swt berfirman: Penerbit "Bulan Ramadhan bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Majelis Diskusi Islam al-Quran, sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan Al Hidayah (MeDIA) mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang haq dan yang bathil)" Yayasan Peduli Ummat (TQS. al-Baqarah : 185) (PIMT) Lebih dari itu Allah swt telah menjelaskan segala sesuatu hingga Penasehat tidak ada satu masalah pun (meski masalah itu senantiasa muncul Ust. Fitroni Hariadi, SE dan jenisnya bermacam-macam) kecuali ada hukumnya. Allah swt berfirman: Pimred "Dan Kami turunkan kepadamu al-Kitab (al-Quran) untuk Adi Nurcahyo, S.Sos menjelaskan segala sesuatu. " (QS. An-Nahl : 89) Redaksi Allah swt telah mensyariatkan Islam kepada Nabi Muhammad Gilig Pradhana, SS saw sebagai satu-satunya agama yang benar, bukan seperti yang Abu Al Gifar, S.Kep disangka oleh kaum kafir, sebagai ritual belaka. Islam adalah agama Yusuf, SE yang mengatur hubungan manusia dengan Rabb-nya, yang mengatur Bambang P, SS hubungan dengan dirinya sendiri, dan yang mengatur hubungannya Produksi dengan manusia lainnya. Aktivitas menerapkan wahyu yang diturunkan Arif termasuk penerapan hukum-hukum syariat (Islam) secara total di berbagai aspek kehidupan manusia, baik individu, kelompok maupun Sirkulasi negara merupakan penyebab hakiki untuk kemuliaan Islam dan kaum Khoirul M muslim. Dan, didalam penerapan itulah terdapat keagungan dan Rosyidah kewibawaan mereka di depan musuh-musuhnya. Allah swt berfirman: Donasi "Padahal kekuatan (kemuliaan) itu hanyalah bagi Allah, bagi RasulNya dan bagi orang-orang mukmin, akan tetapi orang-orang munafik BNI Cab. Jember No Rek : 0035333961 itu tiada mengetahui. (TQS. Al-Munafiqun : 8) a.n. Saifudin Zuhri Sebaliknya, jauhnya kaum muslim dari Islam dan hukumhukumnya, itulah penyebab hakiki kelemahan mereka, ketertinggalan Alamat Redaksi dan kenestapaannya. Firman Allah swt: Perum Kebonsari "Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka Indah Blok O No. 23 sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan Jember 68126 telp.3618407/ menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta. (TQS. 085236395395 Thaha : 124) Berbagai krisis yang menimpa dan mengepung negeri ini sejak Berlangganan beberapa tahun lalu hingga hari ini merupakan sebaik-baik argumen Minimal 25 ex. akan diantarkan ke tempat. tentang hal itu. Kemudian, sekarang kaum muslim telah sadar bahwa infaq Rp 200,-/lembar Islam bukanlah semata syiar-syiar ibadah ritual, melainkan merupakan KU
AL
Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada (agama) Allah, mengerjakan amal sholeh dan berkata, “sesungguhnya aku termasuk golongan orang-orang Muslimin.” (QS Fushshilat:33)
banyak ditayangkan di media televisi senantiasa menggabungkan setiap perbuatan diadakan bukan karena dorongan yang kita lakukan dengan ruhnya (kesadaran mensyiarkan kehidupan Islam akan tetapi akan hubungan dengan Allah) - menjalankan karena termotivasi oleh rating dan semua aturan- aturan yang berasal dari Alkeuntungan bisnis. lah, baik dalam menjalankan ibadah mahdoh Kurang bermakna dan lemahnya seperti (sholat, puasa, zakat dan haji) atau pengaruh Ramadhan pada menjalankan kewajiban individu dan kehidupan Takwa itu adalah perasaan takut untuk memutuskan semua sosial bermasyarkat kepada Zat Yang Mahaagung, p e r m a s a l a h a n karena puasa Ramadhan mengamalkan al-Quran, dan berdasarkan hukum Allah yang ditunaikan hilang menyiapkan diri untuk menyambut seperti dalam politik, dari ruhnya, dan realitas datangnya hari yang kekal ekonomi, peradilan, taqwa yang menjadi (akhirat). Atau kesadaran akal dan pendidikan dan hikmah puasa belum jiwa serta pengetahuan syar'i akan kenegaraan. tergambar jelas dan belum wajibnya mengambil halal-haram Dengan tanpa sebagai standar bagi seluruh m e m b e d a - b e d a k a n dihayati. Hikmah adalah aktivitas dan merealisasikannya kewajiban tersebut. secara praktis ('amalî) di tengahsesuatu yang harus Karena pembedaan antara tengah kehidupan senantiasa diperhatikan satu kewajiban dengan dan diupayakan secara maksimal agar kewajiban lain dapat menghilangkan terealisasi saat menjalankan suatu aktivitas ketaqwaan dan dapat menjadikan pelakunya ibadah tertentu. Ketakwaan adalah hikmah kafir seperti firman Allah : dari puasa. Artinya, mereka yang berpuasa "....".kami beriman kepada yang sebagian harus senantiasa memperhatikan dan dan kami kafir terhadap sebagian (yang lain)", mengupayakan secara maksimal agar serta bermaksud (dengan perkataan itu ) ketakwaan terwujud dalam dirinya. mengambil jalan (tengah) diantara yang Para Sahabat, yang diwakili oleh demikian (iman atau kafir), merekalah orang ungkapan Imam Ali bin Abi Thalib - orang yang kafir sebenar - benarnya karromallohu wajhah., sering menyatakan ........(QS. An-Nisaa' 150 - 151). bahwa takwa itu adalah: al-khawf min alMaka seorang muslim (rakyat jelata Jalîl wa al-'amal bi at-tanzîl wa al-isti'dâd li maupun pemimpin negara) yang senatiasa yawm ar-rahîl (yakni rasa takut kepada Zat sholat wajib atau sholat sunah, puasa wajib Yang Maha Agung, mengamalkan Al-Quran, maupun sunnah, bersedekah, zakat dan haji, dan menyiapkan diri untuk menyambut akan tetapi mengabaikan kewajiban untuk datangnya hari yang kekal (akhirat). Dengan menjadikan aturan-aturan yang berasal dari kata lain, takwa adalah kesadaran akal dan Allah dalam urusan politik, ekonomi, jiwa serta pengetahuan syar'i akan wajibnya peradilan dan kenegaraan, dapat menjadi mengambil halal-haram sebagai standar kafir karena hanya mengimani hukum-hukum bagi seluruh aktivitas dan Allah dalam urusan ibadah mahdoh, tetapi merealisasikannya secara praktis ('amalî) mengingkari dan mencampakkan kewajiban di tengah-tengah kehidupan. hukum-hukum Allah dalam urusan yang Taqwa mewajibkan kita untuk lainnya - mencampakkan aqidah Islam dan