Buku Praktikum Iptek 2019.pdf

  • Uploaded by: kelas elub
  • 0
  • 0
  • October 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Buku Praktikum Iptek 2019.pdf as PDF for free.

More details

  • Words: 6,684
  • Pages: 57
BUKU PETUNJUK PRAKTIKUM ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI PENGOLAHAN BAHAN PAKAN TERNAK

Nama

:

NIM

:

Kelompok

:

Kelas

:

Nama Asisten :

Bagian Nutrisi dan Makanan Ternak Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya Malang 2019

Buku Petunjuk Praktikum Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Pengolahan Bahan Pakan Ternak

TIM PENYUSUN Prof.Dr.Ir.Hartutik,MP Prof.Dr.Ir.Kusmantono Prof.Dr.Ir.Siti Chuzaemi,MS Dr.Ir.Eko Widodo, M.Agr.Sc. Dr.Ir.Osfar Sjofjan,M.Sc Dr.Ir.Irfan H. Djunaidi,M.Sc Dr.Ir. M. Halim Natsir,S.Pt.,MP Dr.Ir.Mashudi,M.Agr.Sc Artharini Irsyammawati,S.Pt.,MP Poespitasari Hazanah Ndaru,SPt.,MP Asri Nurul Huda,SPt.,MP.,MSc Yuli Frita Nuningtyas,SPt.,MP.,MSc

Bagian Nutrisi dan Makanan Ternak Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya Malang 2019

PRAKTIKUM I. Teknologi Fermentasi

PRAKTIKUM I TEKNOLOGI FERMENTASI BAHAN PAKAN

1. Prinsip Adanya aktivitas mikroba (jamur, kapang dan yeast serta bakteri) yang diberikan sebagai inokulum / starter di dalam bahan pakan akan menghasilkan proses fermentasi sesuai dengan persyaratan-persyaratan yang diperlukan dalam suatu proses fermentasi. 2. Bahan Praktikum a. Bahan pakan sumber energi / karbohidrat b. Bahan pakan sumber protein c. Bahan pakan sumber serat atau jerami d. Bahan pakan berbentuk cair seperti molases (tetes), limbah kecap dsb e. Ragi Tape f. Ragi Tempe g. Ragi Roti h. Mikroba bakteri cair 3. Perlatan : a. Fermentor padat b. Nampan c. Air hangat

1|IPTEKBAHANPAKAN2019

PRAKTIKUM I. Teknologi Fermentasi

4. Cara kerja seperti yang diuraikan dalam lay out berikut “ PROSEDUR FERMENTASI BAHAN PAKAN TERNAK Bahan Baku (tepung jagung, kedelai)

- Dicampur sampai homogen - Dikukus sekitar 30 menit - Diaduk sampai rata - Diberi inokulum sesuai perlakuan sebagai berikut : No.

Perlakuan

1.

Bahan Pakan + Tanpa ragi (sebagai pembanding organoleptis) Bahan Pakan + Ragi tempe Bahan Pakan + Ragi roti Bahan Pakan + Ragi tape

2. 3. 4.

Waktu inkubasi (jam) 0, 24, 48 0, 24, 48 0, 24, 48 0, 24, 48

0

- Didinginkan dengan suhu 25-30 C - Difermentasi dengan waktu inkubasi sesuai dengan perlakuan Hasil Fermentasi

0

- Dikeringkan dalam oven 50-60 C - Digrinding bahan pakan hasil fermentasi. Bahan Pakan Hasil Fermentasi

Bahan Pakan Bekatul Dedak Bungkil Kedelai

Ragi Roti Tape Tempe

Perlakuan 1% 1% 1%

1,5% 1,5% 1,5%

2% 2% 2%

2,5% 2,5% 2,5%

2|IPTEKBAHANPAKAN2019

3% 3% 3%

PRAKTIKUM I. Teknologi Fermentasi

-

LEMBAR KERJA PRAKTIKUM 1

Hasil fermentasi diamati secara fisik dan khemis serta organoleptik baik sebelum fermentasi maupun setelah proses fermentasi. Adapun pengamatan yang diamat adalah sebagai berikut : a. Pengamatan fisik dan organoleptik setelah fermentasi : Parameter yang diamati

Keterangan

Tekstur

Warna

Bau

Temperatur

Miselia

3|IPTEKBAHANPAKAN2019

PRAKTIKUM I. Teknologi Fermentasi

b. Pengamatan Kimia Analisis proksimat baik sebelum dan sesudah fermentasi Fraksi Analisis

Hasil Analisis Proksimat

Proksimat Sebelum Fermentasi

Sesudah Fermentasi

Kadar BK (%) Kadar BO (100% BK) Kadar PK (100% BK) Kadar SK (100% BK) Kadar LK (100% BK)

4|IPTEKBAHANPAKAN2019

PRAKTIKUM I. Teknologi Fermentasi

PEMBAHASAN

5|IPTEKBAHANPAKAN2019

PRAKTIKUM I. Teknologi Fermentasi

PEMBAHASAN

6|IPTEKBAHANPAKAN2019

PRAKTIKUM I. Teknologi Fermentasi

KESIMPULAN

DAFTAR PUSTAKA

7|IPTEKBAHANPAKAN2019

PRAKTIKUM II. PEMBUATAN HIJAUAN AWETAN KERING (HAY)

PRAKTIKUM II PEMBUATAN HIJAUAN AWETAN KERING (HAY)

1.

Prinsip Hay adalah hijauan yang sengaja dipotong sebelum tua untuk dikeringkan

sampai kadar air 15 – 20 % dalam waktu singkat. Pengeringan hijauan sampai kadar air ini dilakukan dengan tujuan agar tidak dapat digunakan untuk media pertumbuhan mikroorganisme (jamur) agar hay dapat disimpan dalam rentang waktu yang lebih lama dengan kualitas tetap bagus. Bahan baku untuk pembuatan hay ini adalah material/hijauan yang dipotong sebelum tua. Hal inilah yang membedakan hay dan jerami. Jerami adalah sisa tanaman setelah hasil utamanya untuk kepentingan manusia, sehingga umumnya jerami mempunyai kualitas yang rendah karena umur tanaman sudah tua dan materila yang bagus sudah digunakan oleh manusia. Sementara hay dari tanaman yang masih muda dengan mempertimbangkan produksi dan kualitas, sehingga sebagai pakan ternak kualitasnya cukup baik tergantung bahan baku tanaman.

2.

Tujuan Pembuatan Hay



Sebagai upaya untuk mengawetkan pakan yang berlimpah.



Sebagai pakan cadangan saat kekurangan atau pakan selama transportasi.



Sebagai bahan pakan untuk menstimulir fungsi dan perkembangan rumen.



Sebagai sumber serat untuk pakan lengkap agar dapat tahan lama.

8|IPTEKBAHANPAKAN2019

PRAKTIKUM II. PEMBUATAN HIJAUAN AWETAN KERING (HAY)

3.

Bahan Untuk pembuatan Hay Bahan untuk pembuatan hay adalah semua jenis hijauan yang disukai oleh

ternak ruminansia baik rumput maupun leguminosa. Kualitas hay ditentukan oleh jenis tanaman dan umur pemotongan. Cara memanen dan menangani hijauan pasca panen sangat mempengaruhi kualitas hay, karena banyak hijauan yang tercecer dan terbuang. Juga penanganan pasca panen dengan menempatkan di tempat yang teduh dan terlindungi dari sinar matahari dan hujan. Proses pengeringan yang berlangsung terlalu lama akan mengakibatkan kehilangan nutrisi dan memudah tumbuhnya jamur. Syarat Hijauan yang akan digunakan untuk hay:



Bertekstur halus dan batang pipih agar mudah dikeringkan



Dipanen menjelang berbunga



Hijauan yang akan diolah harus dipanen saat menjelang berbunga. Hijauan yang dipanen terlalu muda mempunyai kualitas yang baik tetapi produksinya rendah dan kandungan air tinggi sehingga sulit untuk dikeringkan. Sedangkan dipanen umur tua kualitasnya rendah. Bahan Tambahan : Agar hay dapat lebih awet disimpan, maka biasanya diberi bahan tambahan. Adapun macam-macam bahan tambahan yang dapat dipakai antara lain garam dapur (NaCl), asam propionat dan ammonia cair. Garam : Sebagai pengawet diberikan 1-2% akan dapat mencegah timbulnya panas karena kandungan uap air, juga dapat mengontrol aktivitas mikroba, serta dapat menekan pertumbuhan.

9|IPTEKBAHANPAKAN2019

PRAKTIKUM II. PEMBUATAN HIJAUAN AWETAN KERING (HAY)

Asam Propionat : Berfungsi sebagai fungisidal dan fungistalitic yaitu mencegah dan memberantas jamur yang tumbuh serta tidak menambah jumlah jamur yang tumbuh. Adapun pemberian untuk hay yang diikat/dipak sebanyak 1% dari berat hijauan. Amonia Cair : Bahan ammonia cair berfungsi sebagai fungisidal dan pengawet, mencegah timbulnya panas, meningkatkan kecernaan hijauan serta memberikan tambahan N yang bukan berasal dari NPN. Proses Pembuatan Hay Hijauan segar yang terkumpul di gelar dalam tumpukan setipis mungkin saat dijemur dibawah sinar matahari. Hijauan hendaknya dibalik tiap 2 jam. Lama pengeringan tergantung tercapainya kandungan air antara12-20 %. Metode Pengeringan Metode pengeringan hay terdiri dari dua cara yaitu pengeringan dengan mesin pengering (dryer) dan secara alami dengan penjemuran di bawah sinar matahari. Metode Penjemuran A. Metode hamparan Metode hamparan merupakan metode sederhana, dilakukan dengan cara meghamparkan hijauan yang sudah dipotong di lapangan terbuka di bawah sinar matahari. Setiap hari hamparan di balik-balik hingga kering. Hay yang dibuat dengan cara ini biasanya memiliki kadar air: 20 - 30% (tanda: warna kecoklatcoklatan).

10 | I P T E K B A H A N P A K A N 2 0 1 9

PRAKTIKUM II. PEMBUATAN HIJAUAN AWETAN KERING (HAY)

B. Metode Pod Metode ini dilakukan dengan menggunakan semacam rak sebagai tempat menyimpan hijauan yang telah dijemur selama 1-3 hari (kadar air ±50%). Hijauan yang akan diolah harus dipanen saat menjelang berbunga (berkadar protein tinggi, serat kasar dan kandungan air optimal), sehingga hay yang diperoleh tidak berjamur (tidak berwarna “gosong”) yang akan menyebabkan turunnya palatabilitas dan kualitas. Kriteria Hay yang Baik : • Berwarna tetap hijau meskipun ada yang pucat. • Daun yang rusak tidak banyak, bentuk hijauan masih tetap utuh dan jelas. • Tidak kotor dan tidak berjamur •

Perlu diingat bahwa parameter keberhasilan pembuatan hay yang terbaik adalah Ternak yang akan memakannya.

Cara Pembuaatan Hay : • Rumput gajah dan gliricidia sebanyak 10 kg dipotong-potong (rumput gajah dipotong dengan chopper). • Kemudian dijemur di atas hamparan plastik selama 1 hari • Setelah itu ditimbang beratnya • Kemudian dicetak hingga membentuk bales padat seperti gambar di bawah ini. Tali rafia

Alat cetak

11 | I P T E K B A H A N P A K A N 2 0 1 9

PRAKTIKUM II. PEMBUATAN HIJAUAN AWETAN KERING (HAY)



Pencetakan dilakukan dengan menumpuk hay di dalam alat cetak berbentuk kotak tersebut yang sebelumnya sudah diberi tali rafia dengan posisi seperti gambar di atas.



Setelah hay ditumpuk hingga padat, kemudian diikat dengan tali rafia tersebut dan dikeluarkan dari alat cetak.



Penyimpanan dapat dilakukan dengan menumpuk hay yang sudah dibentuk kubus/bales tersebut.

Prinsip : Selisih berat adalah air yang hilang setelah penjemuran. Perbedaan pembuata hay rumput dan leguminosa antara lain kecepatan pengeringan, perontokan daun dan warna.

Penyimpanan Hay Cara penyimpanan yang murah dan sangat efektif adalah dengan menggunakan Ten Ton (mereka menyebutnya dengan Tenda Tony) atau disimpan dalam bentuk bales padat seperti pada gambar berikut :

12 | I P T E K B A H A N P A K A N 2 0 1 9

PRAKTIKUM II. PEMBUATAN HIJAUAN AWETAN KERING (HAY)

Ten Ton (tempat Penyimpanan Hay)

Bales Hay

NO 1 2 3

JENIS BAHAN Rumput Gajah Rumput Odot Tebon Jagung

13 | I P T E K B A H A N P A K A N 2 0 1 9

PRAKTIKUM II. PEMBUATAN HIJAUAN AWETAN KERING (HAY)

Lembaran Kerja Praktikum 2 Nama Hijauan

: ____________________________________________

Metode Pengeringan

: ____________________________________________

Lama Pengeringan

: ____________________________________________

Hasil Pengamatan

:

Parameter yang diamati

Keterangan

Warna hay

Kadar air

Tekstur

Ada tidaknya jamur

14 | I P T E K B A H A N P A K A N 2 0 1 9

PRAKTIKUM II. PEMBUATAN HIJAUAN AWETAN KERING (HAY)

PEMBAHASAN

15 | I P T E K B A H A N P A K A N 2 0 1 9

PRAKTIKUM II. PEMBUATAN HIJAUAN AWETAN KERING (HAY)

PEMBAHASAN

16 | I P T E K B A H A N P A K A N 2 0 1 9

PRAKTIKUM II. PEMBUATAN HIJAUAN AWETAN KERING (HAY)

PEMBAHASAN

17 | I P T E K B A H A N P A K A N 2 0 1 9

PRAKTIKUM II. PEMBUATAN HIJAUAN AWETAN KERING (HAY)

KESIMPULAN

DAFTAR PUSTAKA

18 | I P T E K B A H A N P A K A N 2 0 1 9

PRAKTIKUM III. PEMBUATAN JERAMI UREA AMONIASI

PRAKTIKUM III PEMBUATAN JERAMI UREA-AMONIASI Landasan Teori Peningkatan produksi hijauan makanan ternak dibatasi oleh adanya kecenderungan sempitnya lahan akibat jumlah penduduk yang selalu bertambah dan perluasan lahan untuk tanaman pangan. Penggunaan lahan untuk tanaman pangan tidak akan merupakan penghambat pengembangan produksi ternak asalkan limbah yang dihasikan dapat dimanfaatkan dengan efektif sebagai pakan. Namun pada umumnya limbah pertanian seperti jerami adalah berkualitas rendah karena pada umumnya jerami merupakan limbah pertanian yang telah tua, telah mengalami lignifikasi dan silifikasi lebih lanjut. Agar dapat digunakan sebagai pakan maka perlu diusahakan peningkatan nilai nutrisinya. Dan hendaknya agar dapat bermasyarakat, hendaknya dengan teknologi yang sederhana dan ekonomis. Rendahnya nilai nutrisi limbah pertanian disebabkan oleh ; -

Rendahnya protein kasar dan mineral (Ca, Mg, P dan S)

-

Tingginya lignin dan silica

-

Konsumsi yang terbatas

-

Daya cerna yang rendah Salah satu limbah pertanian yang paling potensial di Jawa dan Bali adalah

jerami padi (19 juta ton/tahun). Jerami padi sendiri adalah sisa hijauan dari tanaman padi setelah buah atau bijinya diambil untuk kepentingan manusia. Penumpukan jerami padi masih sering dilakukan petani, hal tersebut selain mengganggu lingkungan hidup, juga menghilangkan bahan-bahan organic yang sebenarnya dapat dikonversikan menjadi beberapa komponen produksi ternak. Integrasi peternakan dengan pertanian tanaman pangan tidak hanya meningkatkan nilai tambah limbah pertanian yang dihasilkan, tetapi juga menghasilkan pupuk organic yang dapat menyebabkan kesuburan lahan lebih cepat daripada proses pembuatan kompos. Menurut Speeding (1977) bahwa setiap ekor sapi mampu menghasilkan 8 ton kotoran segar per tahun atau 23 kg N per tahun. 19 | I P T E K B A H A N P A K A N 2 0 1 9

PRAKTIKUM III. PEMBUATAN JERAMI UREA AMONIASI

Jerami padi mempunyai komponen dinding sel yang sulit dicerna oleh enzim mikroba terutama kadar lignin dan silikanya yang tinggi, sehingga dinding

sel ini mencegah tercernanya isi sel (protein, karbohidrat, lemak) oleh mikroba rumen. Rendahnya proporsi isi sel yang mudah tercerna maka komposisi dan ketahanan degradasi dari dinding sel sangat penting. Komponen utama untuk dinding sel adalah hemiselulosa, selulosa, lignin dan mineral. Nilai nutrisi jerami padi dapat disajikan sebagai berikut (Chuzaemi,1986) : Tabel 2. Kadar zat nutrien jerami padi dan jerami padi amoniasi. Peubah Bahan kering (%) Protein kasar (%) Serat kasar (%) Lemak kasar (%) BETN (%) Abu (%) Dinding sel (%) Energi bruto (Kcal/kg) KCBK (%) KCBO (%)

Zat Nutrien Tanpa Amoniasi Dengan Amoniasi 40,16 44,38 3,45 9,36 33,02 35,53 1,20 1,39 37,27 25,06 29,68 79,80 3539,48 40,65 50,57 -

Dari tabel tersebut diatas terlihat bahwa ternyata kadar protein kasar dan kecernaan jerami padi adalah rendah. Beberapa faKtor yang mempengaruhi nilai nutrisi jerami padi adalah : 1. Jenis (varietas) 2. Bagian dari tanaman (helai daun dan batang) 3. Fase pertumbuhan (sebelum dan sesudah fase berbunga atau berbuah) 4. Factor tanah (unsure hara, pH) 5. Pengelolaan (pemupukan, irigasi dsb) Beberapa alternative perlakuan untuk meningkatkan nilai nutrisi jerami padi antara lain :

1. Perlakuan kimia Adalah suatu usaha untuk memecahkan ikatan antara lignin dengan OH. Bahan kimia yang sering digunakan antara lain : NaOH, amoniak 20 | I P T E K B A H A N P A K A N 2 0 1 9

PRAKTIKUM III. PEMBUATAN JERAMI UREA AMONIASI

anhidrase (NH3), KOH, Ca(OH)2 2%, NH4OH 3%, KCl, H2SO4, HCl, NaCl, SO2, Urea (CO(NH2)2). Daya kerja Alkali adalah sebagai berikut : a. Memutuskan sebagaian ikatan antara selulosa dengan lignin dan selulosa dengan hemiselulosa (lignin dan silica). b. Esterifikasi gugus asetil dengan membentuk asam uronat. c. Merombak struktur dinding sel melalui pengembangan jaringan serat, yang ada gilirannya memudahkanpenetrasi molekul enzim mikroorganisme.

2. Perlakuan fisik Tujuan :

a. Memperkecil ukuran partikel sampai lebih kecil 1 mm, misalnya dengan perlkuan grinding dan pelleting. Dalam hal ini akan menurunkan bahan organic tetapi meningkatkan protein kasar. b. Memecahkan ikatan lignin dengan komponen karbohidrat penyusun dinding sel yaitu irradiasi, pressure, cooking, Steam,Soaking dan boiling. Cara-cara ini bertujuan terutama untukmerusak struktur (kristalisasi) dari serat kasar. c. Perlakuan dengan sinar X (bombardement) dengan kecepatan electron tinggi. d. Pengolahan dengan uap panas dengan autoklaf dengan cara

2

dikukus dengan tekanan 8 kg/cm dan suhu

0

170 C. Perlakuan fisik-kimiawi :

0

NaOH 6% kemudian direbus dalam 170 C selama 1 jam. 3. Perlakuan biologis Dengan menggunakan mikroorganisme yang memproduksi enzim seperti : selulase dan lain-lain dapat dicapai suatu prafermentasi atau prapencernaan. Jamur, seperti telah dikutip oleh soejono (1987) umumnya 21 | I P T E K B A H A N P A K A N 2 0 1 9

PRAKTIKUM III. PEMBUATAN JERAMI UREA AMONIASI

dapat memetabolisme lignin, selulosa dan komponen serat lainnya di dalam kayu (Kirk dan Moore, 1972) dan limbah pertanian (Zadrail, 1979) serta mampu menaikkan kecernaan secara in vitro (Ibrahimdan Pearce, 1980). Beberapa jamur yang dapat digunakan antara lain : - Coprinus cinereus (banyak pada jerami busuk) - Pleurotus cajus - P.Florida - P. astreatus - Volvariella volvacea - Phanerochaeta chrysosorium (white rot-fungus) - Chaetomium cellulolyticum (termasuk Ascomycetes) Perlakuan kimia yang paling praktis saat ini adalah dengan menggunakan senyawa ammonia (NH3) yang berasal dari urea. Istilah umum yang digunakan untuk jerami padi adalah urea amoniase jerami padi. Urea atau carbamide (CO(NH2)2) adalah senyawa organic yang mempunyai bentuk Kristal padat, warna putih, mudah larut dalam air dan mengandung 46 % N. Urea yang merupakan pupuk tanaman pangan merupakan sumber NH3 yang murah, mudah diperoleh dan sudah dikenal di tingkat petani. Konsep yang terkandung dengan melakukan amoniasi terhadap jerami padi adalah untuk memecahkan ikatan lignoselulosa dan lignohemiselulosa sehingga kecernaan jerami padi meningkat, disamping dengan dihasilkannya ammonia (NH3) sebagai sumber N maka protein jerami padi juga meningkat. Proses yang terjadi pada amoniasi adalah sebagai berikut : mikroba tertentu pada jerami akan enghasilkan enzim urease yang mampu mendegradasi urea membentuk senyawa amoniak kenudian amoniak tersebut menyusup ke dalam jerami padi. NH2 C

O + H2O

2 NH3 + 2 CO2

NH2

22 | I P T E K B A H A N P A K A N 2 0 1 9

PRAKTIKUM III. PEMBUATAN JERAMI UREA AMONIASI

Reaksi

yang

terjadi

adalah

pemotongan

ikatan

H

-

sehingga

mengembangkan jaringan dan fleksibilitas dinding sel dan selanjutnya memudahkan penetrasi enzim selulase. O R

C

O OR + NH3

C

O NH2 – H O R

Keterangan : R = Karbohidrat

*

R = Karbohidrat lain dalam bentuk asam karboksilat/fenol propane dari lignin Satu kg urea menghasilkan 0,57 kg gas ammonia (Anonimus, 1983). Amoniasi dapat dilakukan dengan dua metode yaitu metode basah dan metode kering. 1. Metode Basah Teknik ini pertama kali ditemukan oleh Dolberg (1981) dari Bangladesh. Dibuat suatu silo (didalam atau di atas tanah) kemudian dihamparkan lembaran plastic. Jerami yang telah diketahui bahan keringnya ditaburkan berlapis-lapis dan dinjak-injak atau dipadatkan. Setiap lapis disiram secara rata atau proporsional dengan larutan urea 4 % (perbandingan ; urea : air : BK jerami padi = 0,04 : 1 : 1). Setelah selesai pengadukan dan penyiraman, bagian atas jerami ditutup dengan lembaran plastik lalu diberi tutup tanah atau pemberat yang lain. Pemeraman dilakukan paling sedikit 7 hari lalu dibuka. 2. Metode Kering Teknik ini menggunakan jerami kering yang dibuat kubus-kubus hay kemudian ditempatkan dalam container yang kedap udara. Dibagian bawah dari tumpukan jerami tersebut di tempatkan bak yang berisi larutan yang mengandung sumber urease misalnya feses domba/sapi, daun Gliricidia sebanyak 6 %. Setelah 7 hari pemeraman, proses amoniasi dianggap telah selesai dan dapat dibuka untuk dimanfaatkan sebagai pakan ternak.

23 | I P T E K B A H A N P A K A N 2 0 1 9

PRAKTIKUM III. PEMBUATAN JERAMI UREA AMONIASI

Dalam hal dua metode ini, metode basah merupakan metode yang paling sering dipraktekkan. Beberapa factor penting yang perlu diperhatikan dalam amoniasi adalah (Utomo, 1987) : 1. Kualitas dan varietas jerami 2. Konsentrasi urea yang digunakan 3. Air yang digunakan 4. Lama pemeraman 5. Perlakuan-perlakuan lain

1. Kualitas dan varietas jerami Kualitas dari pada bayak varietas dan species biji-bijian diseluruh dunia tentu berbeda. Beberapa varietas atau species bisa lebih baik dari pada yang lain. Pada umumnya jerami yang berkualitas jelek mempunyai respon lebih baik terhadap amoniasi dari pada yang berkualitas baik (Ibrahim, 1986)

2. Konsentrasi yang digunakan Konsentrasi urea disini adalah banyaknya urea yang digunakan dalam persen bahan jerami padi. Menurut Komar (1984) level urea kurang dari 3 % tidak ada pengaruhnya terhadap kecernaan maupun peningkatan protein kasar tetapi hanya berfungsi sebagai pengawet saja. Kecernaan tidak naik lagi bila level urea dinaikkan lebih dari 4 % (Sundstol et al, 1978). Level urea yang paling optimum adalah 4 %.

3. Air yang digunakan Kadar air disini adalah banyaknya air dalam persentase terhadap bahan kering jerami. Menurut Sundstol (1979) dan Solaiman (1979) kadar air yang optimal tidak boleh lebih dari 50 % (rasio jerami dan air adalah 1 : 1).

24 | I P T E K B A H A N P A K A N 2 0 1 9

PRAKTIKUM III. PEMBUATAN JERAMI UREA AMONIASI

4. Lama pemeraman Lama peram adalah lamanya waktu memeram jerami dalam larutan sumber ammonia. Secara teknis akan lebih memudahkan pekerjaan amoniasi bila lama peram adalah pendek, tetapi bila lama peram terlalu pendek maka enzim urease mikroba tidak cukup waktu untuk mendegradasi seluruh urea untuk menghasilkan ammonia. Menurut Soejono (1987) lama pemeraman sampai 6 hari belum mampu meningkatkan kecernaan dan energy tercerna, dan sebaiknya pemeraman dilakukan paling tidak selama 7 hari.

5. Perlakuan-perlakuan lain Proses amoniase akan lebih baik bila dihasilkan produk berkualitas baik dan dalam tempo yang singkat. Dalam hal ini tentu saja banyak factor yang berpengaruh.. factor-faktor tersebut selain seperti yang disebutkan diatas juga termasuk usaha-usaha mempercepat terjadinya reaksi amoniasi. Usaha-usaha yang biasa dilakukan adalah menambah sumber urease (umumnya feses domba/sapi dan daun gliricidia) dan meningkatkan suhu. Semakin banyak urease akan semakin mempercepat degradasi urea, demikian pula semakin besar suhu reaksi yang terjadi semakin cepat. Di suatu negara yang mempunyai iklim tropis dimana suhu lingkungannya

0

rata-rata 25 C, sudah cukup proses amoniasi.

Tujuan Agar mahasiswa dapat mengetahui cara-cara meningkatkan nilai nutrisi limbah perhatian untuk pakan ternak dengan proses amoniasi.

25 | I P T E K B A H A N P A K A N 2 0 1 9

PRAKTIKUM III. PEMBUATAN JERAMI UREA AMONIASI

Bahan dan Alat Metode basah : Bahan : - Jerami padi - Urea - Air

- Gelas Ukur - Lembaran Plastik - Ember - Gembor - Kantong Plastik

Pelaksanaan Pratikum Pambuatan urea amoniasi jerami pada Sistem Basah 1. Mempersiapkan semua bahan dan peralatan yang diperlukan 2. Mempersiapkan jerami padi yang akan diamoniasi - Siapkan jerami padi yang benar-benar kering - Jerami padi dipotong kecil-kecil 5 – 10 cm - Timbang 20 kg jerami padi yang sudah dipotong-potong tersebut - Anggap bahan kering jerami padi 86 %, dengan demikian berat bahan kering jerami padi = 86/100 x 20 kg = 17,2 kg 3. Mempersiapkan larutan urea - Timbang 4 % urea dari berat bahan kering jerami padi, yaitu 4/100 x 17,2 kg = 688 gram - Ambil air bersih sebanyak sebanding berat bahan kering jerami padi yaitu 17,2 kg atau sebanyak 17,2 liter - Kemudian urea yang telah ditimbang seberat 688 gr dilarutkan di dalam 17,2 ltr air, diaduk sampai benar-benaar larut 4. Menghamparkan plastic diatas tanah 5. Jerami padi yang sudah ditimbang (17,2 kg) secara berharap dihamparkan diatas hamparan plastic 26 | I P T E K B A H A N P A K A N 2 0 1 9

PRAKTIKUM III. PEMBUATAN JERAMI UREA AMONIASI

6. Jerami padi tahapan pertama disiram dengan larutan urea secukupnya dengan menggunakan gembor hingga rata. 7. Tahapan berikutnya jerami padi ditumpah lagi diatas jerami padi tahapan pertama kemudian disiram lagi hingga merata. 8. Demikian tahap demi tahap sampai jerami padi yang akan diamoniasi telah tersiram rata dengan larutan urea seluruhnya. Untuk membuat larutan urea merata dari lapisan jerami paling atas sampai ke bawah maka lapisan jerami yang paling atas mendapat bagian larutan ure lebih banyak daripada lapisan bawah. Hal ini untuk mencegah genangan urea di dasar plastic 9. Setelah siraman larutan urea terhadap jerami padi benar-benar merata, tumpukan jerami padi tadi dimasukkan dalam kantong plastic yang tebal (tidak ada lubang sedikitpun), kantong ditutup dan ujungnya diikat dengan tali raffia. Pembuatan jerami amoniasi tidak boleh ditutup rapat karena untuk melepas NH3 membutuhkan O2. 10. Proses amoniasi akan dianggap selesai setelah tersimpan 1 minggu (7 hari) 11. Setelah proses amoniasi selesai, tutup plastic dibuka dan urea amoniase jerami padi yang dihasilkan dapat diberikan kepada ternak dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut : a. Mengingat bau yang dihasilkan dari proses amoniasi tersebut adalah bau ammonia (menyengat), maka sebelum diberikan kepada ternak jerami itu perlu diangin-anginkan selama sekitar setengah hari agar gas ammonia berkurang. Dengan demikian jika jerami padi amoniasi akan diberikan kepada ternak pada pagi hari, maka pada sore hari sebelumnya jerami tersebut harus sudah dikeluarkan dari kantong plastic. Demikian juga jika jerami akan diberikan pada sore hari, jerami harus sudah dikeluarkan dari kantong plastic pada pagi hari. b. Mengingat bahwa seekor ternak (sapi, domba atau ruminansia lain) mengalami pergantian pakan secara tiba-tiba akan terjadi penurunan produksi, maka pemberian jerami padi amoniasi harus dilakukan sedikit demi sedikit. Misalnya pada sapi perah pada hari 27 | I P T E K B A H A N P A K A N 2 0 1 9

PRAKTIKUM III. PEMBUATAN JERAMI UREA AMONIASI

pertama dapat diberikan seebanyak 3 kg jerami padi amoniasi, hari kedua 6 kg. demikian seterusnyasetiap hari ada peningkatan jumlah pemberian sebesar 3 kg jerami padi amoniasi. Diharapkan dalam jangka waktu 7 sampai 14 hari sapi perah dapat menerima pakan semuanya berupa jerami padi amoniasi. c. Hendaknya setelah diambil sebagian jerami padi amoniasi untuk ternak, kantong plastik ditutup lagi yang rapat. Hal ini bukan untuk proses amoniasi lagi, namun hanya untuk mencegah agar air dan embun pagi tidak masuk kedalam kantong plastic. d. Mengingat bahwa jerami padi amoniasi kepada ternak hanya akan dapat memenuhi kebutuhan hidup pokok saja, maka jika dikehendaki produksi daging atau air susu dari ternak tersebut maka hendaknya pemberian jerami padi amoniasi disuplementasikan dengan konsentrat, legume dan sebagainya. e. Satu hal lagi bahwa kualitas jerami padi amoniasi masih tetap berada dibawah kualitas hijauan segar, oleh sebab itu praktek pemberian jerami padi amoniasi kepada ternak hanya ditujukan untuk menutup kekurangan hijauan segar pada musim tertentu. 12. Berhubung jerami padai amoniasi yang akan diberikan pada ternak harus tersedia setiap hari, maka pembuatan jerami padi amoniasi harus menggunakan minimal 2 kantong plastic. Dengan selesainya pembuatan jerami padi amoniasi pertama, kantong plastic berikutnya digunakan. Dengan demikian persediaan jerami padi amoniasi sebagai pakan ternak di msim langka hijauan selalu tersedia. Perlakuan Jerami Urea Amoniasi (JUA) Bahan

Urea

Jerami jagung

3%

4%

5%

6%

Jerami kacang

3%

4%

5%

6%

Jerami padi

3%

4%

5%

6%

28 | I P T E K B A H A N P A K A N 2 0 1 9

PRAKTIKUM III. PEMBUATAN JERAMI UREA AMONIASI

Daftar Pustaka

Chuzaemi,S.1986. Pengaruh Urea Amoniasi Terhadap Komposisi Kimia danNilai Gizi

Jerami

Padi

Untuk

Sapi

Peranakan

Ongole.

Thesis.

FakultasPeternakan Pasca Sarjana. UGM Ibrahim, M.N.M. 1986. Efficiency of Urea-Amonia Treatment. In: Rice Straw andRelated

Feeds

in

Ruminants

Ration.

Proceeding

of

an

Fungi

On

InternationalWorkshop Held in Kandy. Srilanka _________,andPaerce,

G.K.

1980.

Effect

of

White

Root

TheComposition and In Vitro Degestibility of Crop by Product, AgriculturalWastes 2 : 199 – 205. Kirk, T.K and Moore, W.E. 1972. Wood and Fiber 14 :72. Solaiman,

S.G,Horn,

G.W

and

Owens,

F.

N.

1979.

Amonium

HydroxydeTreatment of Wheat straw. Jour. Anim. Sci. 49 : 802–808. Sundstol, F., Coxworth, E and Mowat, D.N. 1978. Improving The Nutritive ValueOf Straw and Other Low Quality Roughages by Treatment With Urea.World Animal Rev.

29 | I P T E K B A H A N P A K A N 2 0 1 9

PRAKTIKUM III. PEMBUATAN JERAMI UREA AMONIASI

LEMBAR KERJA PRAKTIKUM 3

Hasil kegiatan praktikum Parameter yang diamati

Keterangan

Tekstur

Warna

Bau

30 | I P T E K B A H A N P A K A N 2 0 1 9

PRAKTIKUM III. PEMBUATAN JERAMI UREA AMONIASI

PEMBAHASAN

31 | I P T E K B A H A N P A K A N 2 0 1 9

PRAKTIKUM III. PEMBUATAN JERAMI UREA AMONIASI

PEMBAHASAN

32 | I P T E K B A H A N P A K A N 2 0 1 9

PRAKTIKUM III. PEMBUATAN JERAMI UREA AMONIASI

PEMBAHASAN

33 | I P T E K B A H A N P A K A N 2 0 1 9

PRAKTIKUM III. PEMBUATAN JERAMI UREA AMONIASI

KESIMPULAN

DAFTAR PUSTAKA

34 | I P T E K B A H A N P A K A N 2 0 1 9

PRAKTIKUM IV. PENGAWETAN HMT SECARA SEGAR - SILASE

PRAKTIKUM IV

PENGAWETAN HIJAUAN MAKANAN TERNAK SECARA SEGAR ( SILASE )

Seperti diketahui pada musim penghujan produksi hijauan melimpah, sebaliknya pada musim kemarau terjadi kekurangan. Hal ini akan menjadi masalah bagi peternak yang memelihara sapi, kambing dsb. Karena untuk tujuan produksi perlu kekontinuan persediaan pakan. Untuk mengatasi hal tersebut perlu suatu teknologi yang dapat mengawetkan hijauan. Dengan teknologi pengawetan, hijauan yang sangat melimpah pada musim hujan dapat diamankan untuk digunakan pada musim kemarau. Dengan demikian kekurangan hijauan dapat diatasi. Teknologi pengawetan hijauan yang cukup popular saat ini adalah pengawetan secara segar yang dinamakan silase.

Definisi : Silase adalah hijauan makanan ternak yang disimpan dalam keedaansegar dengan kadar air antara 60 -70 %, di dalam suatu tempat yang dinamakan silo.

Tujuan : 1. Untuk persediaan pada musim kering 2. Menampung kelebihan hijauan 3. Mendayagunakan sisa-sisa hasil pertanian dan hasil ikutan pertanian

Ensilase : Ada 2 tahap proses ensilase yaitu tahap aerob dan anaerob. Pada tahap aerob, setelah hijauan dimasukkan dan dipadatkan di dalam silo, sel-sel tanaman masih hidup dan terus bernafas menggunakan O2 dan mengeluarkan CO2, air dan panas. Pada tahap ini enzim dan bakteri aktif. Terjadi fermentasi dimana karbohidrat diubah jadi alcohol, asam laktat, karbonat dan air. Serta pembusukan 35 | I P T E K B A H A N P A K A N 2 0 1 9

PRAKTIKUM IV. PENGAWETAN HMT SECARA SEGAR - SILASE

dimana protein diubah menjadi ammonia, asam amino, peptide, asam asetat, butirat dan air. Semakin lama udara semaki surut, kegiatan enzim dan pernafasan menurun sebaliknya kegiatan bakteri anaerob meningkat. Pada waktu tertentu O 2 habis untuk pernafasan sel-sel tanaman dan pernafasan terhenti (anaerob). Pada tahap kedua yaitu anaerob, jamur tidak tumbuh lagi, sedangkan bakteri aktif mendominasi fermentasi dan banyak menghasilkan asam terutama asam laktat (dari karbohidrat). Pembentukan asam akan terus menerus berlangsung sampai pada suatu saat keasaman akan turun dimana bakteri-bakteri yang tidak cocok dengan pH rendah akan lysis sedangkan bakteri pembentuk asam laktat tetap aktif. Pada suatu saat dimana keasaman sudah mancapai pH tertentu, bakteri-bakteri sudah tidak aktif lagi dan proses ansilase selesai.

Prinsip : Mencapai konsentrasi asam laktat yang cukup yang dihasilkan mikroba dalam hijauan yang dipotong untuk mencegah aktifitas mikroba bentuk lain, sehingg dapat mengawetkan silase.

Bahan silase : Hijauan (rumput atau tebon jagung) : -

Sebaiknya dipotong sebelum berbunga

-

Kadar air tidak terlalu tinggi (60 – 70 %)

-

Sebelumnya dilayukan dulu 2-3 jam

-

Dipotong-potong ukuran 5 cm

Bahan Pengawet : Tujuan menggunakan bahan pegawet adalah mempercepat penurunan pH dan untuk media bakteri (bahan makanan). Bahan pengawet hendaknya merupakan karbohidrat yang mudah terfermentasikan (RAC). Misal : Tetes, Dedak, Jagung dsb.

36 | I P T E K B A H A N P A K A N 2 0 1 9

PRAKTIKUM IV. PENGAWETAN HMT SECARA SEGAR - SILASE

Kualitas Silase : Kualitas silase yang dibuat, ditentukan oleh beberapa factor diantaranya : 1. Hijauan, terutama dari jenis hijauan umur dan perlakuan 2. Teknik pembuatan 3. Kegiatan mikroorganisme Hasil silase yang dibuat, kualitasnya dapat diklasifikasikan sebagai berikut : 1. Baik sekali 2. Baik 3. Sedang 4. Jelek

Baik Asam, tidak basah, tidak ada jamur dan warna coklat terang.

Buruk Berlendir, berjamur, basah, warna coklat kehitaman.

Alat dan Bahan : -

Bahan rumput gajah

-

Alat pemotong hijauan

-

Kantong plastic

-

pH meter

-

beaker glass

-

Bahan Pengawet

Pelaksanaan pratikum : -

Siapkan rumput gajah yang akan digunakan untuk silase sebanyak 2 kg, kemudian potong kecil-kecl 3-5 cm dengan chooper atau parang.

-

Ambil contoh dari hijauan tersebut untuk menentukan kadar bahan kering dan pH awal 37 | I P T E K B A H A N P A K A N 2 0 1 9

PRAKTIKUM IV. PENGAWETAN HMT SECARA SEGAR - SILASE

-

Sediakan bahan pengawet sesuai dengan kebutuhan

-

Siapkan silo yang terbuat dari : Bahan kantong plastic yang tebal

-

Campurkan bahan hijauan dan bahan pengawet sampai rata sebelum dimasukkan kedalam kantong plastic

-

Masukan bahan silase ke dalam kantong plastic dan padatkan serapat mungkin agar udara dapat keluar dari dalam silo.

-

Tutup rapat-rapat silo tersebut kemudian diikat yang erat

-

Lakukan pemeriksaan secara teliti terhadap perubahan pH bahan silase dengan cara : o Ambil sampel silase sebanak 50 gr secara reprensentative o Masukkan dalam beaker glass, dan tambahkan 100 ml air o Diremas-remas, kemudian gunakan pH meter untuk mengetahui derajat keasaman

-

Lakukan pemeriksaan fisik silase setelah selesai proses ensilase

Pengamatan : -

Tentukan pH silase setelah dimasukkan selama 2,4,7,14,21 dan 28 hari!

-

Tentukan kedaan fisik silase, meliputi warna, cendawan dan lender, tekstur, kebersihan, bau serta penyusutan berat!

-

Buatlah grafik penurunan pH akibat penambahan bahan pengawet!

-

Buatlah grafik penurunan kadar air akibat penambahan bahan pengawet!

-

Tentukan kualitas terbaik dari masing-masing perakuan dan beri alasannya! Perlakuan silase

Bahan Tebon jagung Rumput odot Rumput gajah

Molasses 6% 6% 6%

EM4 0,1% 0,1% 0,1%

0,3% 0,3% 0,3%

0,5% 0,5% 0,5%

0,7% 0,7% 0,7%

38 | I P T E K B A H A N P A K A N 2 0 1 9

PRAKTIKUM IV. PENGAWETAN HMT SECARA SEGAR - SILASE

LEMBAR KERJA PRAKTIKUM 4

Hasil kegiatan praktikum Parameter yang diamati

Keterangan

Tekstur

Warna

pH

Ada tidaknya jamur Bau

Kadar air

39 | I P T E K B A H A N P A K A N 2 0 1 9

PRAKTIKUM IV. PENGAWETAN HMT SECARA SEGAR - SILASE

PEMBAHASAN

40 | I P T E K B A H A N P A K A N 2 0 1 9

PRAKTIKUM IV. PENGAWETAN HMT SECARA SEGAR - SILASE

PEMBAHASAN

41 | I P T E K B A H A N P A K A N 2 0 1 9

PRAKTIKUM IV. PENGAWETAN HMT SECARA SEGAR - SILASE

PEMBAHASAN

42 | I P T E K B A H A N P A K A N 2 0 1 9

PRAKTIKUM IV. PENGAWETAN HMT SECARA SEGAR - SILASE

KESIMPULAN

DAFTAR PUSTAKA

43 | I P T E K B A H A N P A K A N 2 0 1 9

PRAKTIKUM V. Urea Molases Blok

PRAKTIKUM V UREA MOLASSES BLOCK (UMB)

Landasan Teori Yang dimaksud dengan Urea Molasses Block (UMB) adalah pakan tambahan (suplemen) untuk ternak ruminansia, berbentuk padat yang kaya dengan zat-zat makanan; terbuat dari bahan utama yang berupa molasses (tetes tebu) sebagai sumber enersi, pupuk urea sebagai sumber nitrogen (protein), bahanbahan lain sebagai pelengkap zat-zat makanan, mineral-mineral serta bahan-bahan lain sebagai bahan pengisi dan penyerap air tetes tebu. Bahan suplemen ini dipadatkan dan dibentuk sedemikian rupa sehingga menjadi bahan yang keras dan kompak. Bentuk bahan pakan ini dapat diatur sesuai dengan selera yang membuatnya, dapat dibuat berbentuk kotak persegi empat, berbentuk bulat (berbentuk mangkuk) atau bentuk-bentuk lain menurut cetakan yang digunakan dalam proses pemadatan. Oleh karena bahan pakan ini berbentuk padatan dan keras, maka untuk mengkonsumsinya ternak akan selalu berusaha untuk menjilatnya, sehingga ternak akan memperoleh zat-zat makanan sedikit demi sedikit namun terus menerus. Dengan demikian maka ternak dapat menggunakan bahan pakan ini sesuai dengan kebutuhan biologisnya. Oleh sebab hal-hal inilah maka bahan pakan suplemen ini dapat juga disebut “PERMEN JILAT UNTUK TERNAK” atau “PERMEN SAPI”.

Bahan-bahan yang digunakan sebagai penyusun Urea Molasses Block terdiri atas : 1.

Molasses (Tetes tebu) Merupakan komponen utama dalam pembuatan Urea Molasses Block. Bahan ini digunakan karena banyak mengandung karbohidrat sebagai sumber enersi, dan mineral (baik mineral makro ataupun mineral mikro). Bahan ini memiliki rasa yang disukai ternak. Molasses tergolong bahan yang cukup potensial 44 | I P T E K B A H A N P A K A N 2 0 1 9

PRAKTIKUM V. Urea Molases Blok

untuk pakan, dapat diperoleh sebanyak 3 - 4 % dari jumlah tebu yang digiling di pabrik-pabrik gula. 2. Urea Dipergunakan dalam Urea Molasses Block sebagai sumber nitrogen (nitrogen bukan protein) yang diperlukan dalam proses fermentasi dalam rumen, sehingga sangat bermanfaat bagi ternak ruminansia. Urea dapat diperoleh dengan mudah dan harganyapun terjangkau oleh para peternak. 3. Bahan-bahan pengisi Bahan-bahan ini ditambahkan agar dapat meningkatkan kandungan zat-zat makanan Urea Molasses Block dan untuk menjadikan Urea Molasses Block menjadi bentuk padatan yang baik dan kompak. Bahan-bahan pengisi ini dapat berupa : dedak padi, dedak gandum (pollard), bungkil kelapa, bungkil biji kapuk, bungkil kedelai, ampas tapioka (onggok), ampas tebu, empulur ampas tebu (pith), atau bahan-bahan lain. Sebagai bahan pengisi dalam pembuatan Urea Molasses Block, dapat dipilih diantara bahan-bahan terseut yang murah dan mudah diperoleh. 4. Bahan pengeras Penambahan bahan ini dimaksudkan untuk menghasilkan Urea Molasses Block yang keras. Bahan-bahan ini diantaranya juga mengandung mineral terutama Calsium (Ca) yang cukup tinggi. Dapat dipakai sebagai bahan pengeras, antara lain adalah: tepung batu kapur, bentonite, semen, atau bahanbahan kimia misalnya : MgO, CaO dan CaCO3. 5. Garam dan Mineral Bahan-bahan sumber mineral perlu ditambahkan terutama apabila bahanbahan pakan yang diberikan kepada ternak dirasa kandungan mineralnya rendah. Garam digunakan sebagai bahan penyusun Urea Molasses Block dengan maksud untuk meningkatkan selera makan bagi ternak dan sekaligus untuk membatasi konsumsi pakan yang berlebihan. 6. Obat-obatan Perlu ditambahkan terutama bahan obat-obatan untuk pengontrol parasit yang menganggu pencernaan. 45 | I P T E K B A H A N P A K A N 2 0 1 9

PRAKTIKUM V. Urea Molases Blok

Tabel 1. Contoh bahan-bahan penyusun Urea Molasses Block dan batasan penggunaannya Bahan Baku Molasses Urea Bahan Pengisi : • Dedak padi • Dedak gandum • Bungkil kelapa • Bungkil biji kapuk • Pith • Serbuk gergaji Bahan Pengeras : • Tepung batu kapur • Semen • Bentonite • MgO • CaO

% 15 – 79 3 – 15 20 – 30 15 – 23 8 – 15 4 – 12 2– 8 3– 7 1– 3 1 – 10 2– 6 1– 3 1– 3 1– 2 2 – 10 0,5 – 1

Garam dapur Mineral campuran Vitamin campuran Cara Pembuatan Urea Molasses Block

Ada beberapa cara pembuatan Urea Molasses Block terutama yang menyangkut teknis pemanasan dan tergantung kepada jumlah molasses yang digunakan. Cara-cara pembuatan Urea Molasses Block adalah sebagai berikut : 1. Cara Dingin Pembuatan Urea Molasses Block dengan cara ini, dilakukan hanya dengan mencampur molasses dan urea dengan bahan-bahan lain sebagai bahan pengisi, pengeras dan bahan tambahan lainnya, sampai terjadi adonan yang rata; kemudian dipadatkan dengan cetakan. Cara ini dapat dilaksanakan apabila molasses yang digunakan berjumlah sedikit. Urea Molasses Block yang dihasilkan dengan cara ini tidak keras.

46 | I P T E K B A H A N P A K A N 2 0 1 9

PRAKTIKUM V. Urea Molases Blok

2. Cara Hangat Dengan cara ini, mula-mula molasses dipananskan sampai mencapai suhu 40

0

– 50 C, kemudian dicampurkan urea, bahan-bahan pengisi dan pengeras serta bahan-bahan lain. Setelah adonan ini rata, dicetak dan dipadatkan. Dengan cara ini, Urea Molasses Block yang dihasilkan kurang keras.

47 | I P T E K B A H A N P A K A N 2 0 1 9

PRAKTIKUM V. Urea Molases Blok

3. Cara Panas Pembuatan Urea Molasses Block dengan cara ini dilakukan apabila molasses yang digunakan sebagai bahan utama berjumlah banyak. Urea Molasses Block yang dihasilkan dengan cara ini padat dan keras sesuai dengan maksud penggunannya. Dengan cara ini, adonan yang terdiri dari molasses dan bahan-

0

bahan pengisi, dipanaskan dengan merebusnya pada suhu 100 – 120 C

0

selama 10 menit; untuk selanjutnya setelah agak dingin (± 70 C), dicampurkan urea dan bahan-bahan pengeras. Kemudian dituangkan ke dalam cetakan dan dipadatkan. Yang perlu diperhatikan dalam pembuatan Urea Molasses Block dengan cara ini adalah pencampuran urea ke dalam adonan, perlu dilakukan dengan hatihati dan dijaga untuk tidak terjadi penggumpalan.

48 | I P T E K B A H A N P A K A N 2 0 1 9

PRAKTIKUM V. Urea Molases Blok

Cara Penggunaan Urea Molasses Block untuk Ternak Sesuai dengan bentuk Urea Molasses Block yang padat dan keras, serta sesuai dengan tujuan penyajian bahan ini kepada ternak sebagai bahan pakan suplemen, diharapkan ternak mau menjilat bahan ini sesuai dengan kebutuhan biologisnya; sehingga ternak akan mengkonsumsi zat-zat makanan yang berasal dari bahan

suplemen ini meskipun secara sedikit demi sedikit namun secara terus menerus. Sejalan maksud tersebut, maka penyajian Urea Molasses Block ini akan lebih baik apabila ditempatkan ke dalam tempat khusus yang sesuai dengan bentuknya, dan selalu tersedia sepanjang hari. Tentang jumlah atau besarnya Urea Molasses Block yang disajikan kepada ternak, bergantung kepada kehendak peternak, dan hendaknya disesuaikan dengan efisiensi kerja para peternak. Misalnya petani menghendaki pemberian bahan ini dengan rotasi penyajian selama lima hari, seminggu sekali atau setiap hari pasaran tertentu, maka berat atau besarnya Urea Molasses Block ini dapat dibuat dengan perhitungan jumlah hari x banyaknya pakan suplemen ini yang dikonsumsi. Banyaknya Urea Molasses Block yang dikonsumsi setiap hari oleh masing-masing jenis ternak (per 100 kg berat badan) adalah sebagai berikut : •

Kambing dan domba: 400 gram

• Sapi potong

: 150 gram

• Sapi perah

: 75 gram

P1

P2

P3

Bekatul Pollard Molasses Mineral mix

20% 20% 40% 8%

Bekatul Pollard Molasses Mineral mix

20% 20% 40% 8%

Garam Urea Semen Putih

2% 5% 5%

Garam Urea Semen Hitam

2% 5% 5%

Bekatul Pollard Molasses Mineral mix Garam Urea Gipsum

20% 20% 40% 8% 2% 5% 5%

49 | I P T E K B A H A N P A K A N 2 0 1 9

PRAKTIKUM V. Urea Molases Blok

LEMBAR KERJA PRAKTIKUM 5

HASIL KEGIATAN PRAKTIKUM

Cara/perlakuan saat praktikum :

Pengamatan : Parameter yang diamati

Keterangan

Tekstur

Warna

Kepadatan

50 | I P T E K B A H A N P A K A N 2 0 1 9

PRAKTIKUM V. Urea Molases Blok

PEMBAHASAN

51 | I P T E K B A H A N P A K A N 2 0 1 9

PRAKTIKUM V. Urea Molases Blok

PEMBAHASAN

52 | I P T E K B A H A N P A K A N 2 0 1 9

PRAKTIKUM V. Urea Molases Blok

PEMBAHASAN

53 | I P T E K B A H A N P A K A N 2 0 1 9

PRAKTIKUM V. Urea Molases Blok

KESIMPULAN

DAFTAR PUSTAKA

54 | I P T E K B A H A N P A K A N 2 0 1 9

Related Documents


More Documents from "Santibatalipu"