BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Diare merupakan suatu keadaan pengeluaran tinja yang tidak normal atau tidak seperti biasanya, ditandai dengan peningkatan volume, keenceran, serta frekuensi lebih dari 3 kali sehari dan pada neonates lebih dari 4 kali sehari dengan atau tanpa lendir darah. Diare dapat disebabkan oleh berbagai infeksi, selain penyebab lain seperti malabsorbsi. Diare sebenarnya merupakan salah satu gejala dari penyakit pada system gastrointestinal atau penyakit lain di luar saluran pencernaan. Tetapi sekarang lebbih dikenal dengan “Penyakit Diare” karena dengan sebutan penyakit diare akan mempercepat tindakan penanggulangan. Penyakit diare terutama pada bayi perlu mendapatkan tindakan secepatnya karena dapat membawa bencana bila terlambat. Demam Typhoid adalah penyakit infeksi akut yang selalu ada di masyarakat (endemic) di Indonesia, mulai usia balita sampai orang dewasa. Prevalensi demam typhoid paling tinggi pada usia 5 - 9 tahun karena pada usia tersebut orang-orang cenderung memiliki aktivitas fisik yang banyak, atau dapat dikatakan sibuk dengan pekerjaan dan kemudian kurang memperhatikan pola makannya, akibatnya mereka cenderung lebih memilih makan di luar rumah, atau jajan di tempat lain, khususnya pada anak usia sekolah, yang mungkin tingkat kebersihannya masih kurang dimana bakteri Salmonella thypii banyak berkembang biak khususnya dalam makanan sehingga mereka tertular demam typhoid. Pada usia anak sekolah, mereka cenderung kurang memperhatikan kebersihan/hygiene
perseorangannya
yang
mungkin
diakibatkan
karena
ketidaktahuannya bahwa dengan jajan makanan sembarang dapat menyebabkan tertular penyakit demam typhoid (Robert, 2007). Kebutuhan nutrisi merupakan kebutuhan yang sangat penting dalam membantu proses pertumbuhan dan perkembangan pada bayi dan anak, mengingat manfaat nutrisi dalam tubuh dapat membantu proses pertumbuhan dan perkembangan anak, serta mencegah terjadinya berbagai penyakit akibat
1
kurang nutrisi dalam tubuh seperti kekurangan energi dan protein, anemia, defisiensi yodium, defisiensi seng (Zn), defisiensi vitamin A, defisiensi thiamin, defisiensi kalium dan lain-lain yang dapat menghambat proses tumbuh kembang anak. Terpenuhinya kebutuhan nutrisi pada bayi dan anak diharapkan anak dapat tumbuh dengan cepat sesuai dengan usia tumbuh kembang dan dapat meningkatkan kualitas hidup serta mencegah terjadinya morbiditas dan mortalitas. 1.2 Rumusan Masalah 1. Bagaimana penyelesaian kasuss 1? 2. Bagaimana penyelesaian kasus 2? 3. Bagaimana penyelesaian kasus 3? 1.3 Tujuan dan Manfaat Penulisan 1. Untuk mengetahui penyelesaian kasuss 1 2. Untuk mengetahui penyelesaian 2 3. Untuk mengetahui penyelesaian 3
2
BAB II ANALISA KASUS
A. KASUS PEMICU 1 Kasus 1 Seorang bayi perempuan usia 7 bulan dibawa oleh keluarga ke puskesmas karena keluhan diare. Ibu mengatakan bahwa BAB bayinya encer dan sudah BAB 6 kali dari tadi pagi. Ibu mengatakan bahwa bayi mendapatkan susu formula, karena ASI ibu tidak banyak dan ibu juga bekerja. Hasil pemeriksaan didapatkan bayi terlihat haus, mata cekung, dan cubitan kulit kembali lambat. Berat badan bayi : 7 kg, dengan panjang badan : 60 cm. ibu mengatakan bahwa bayinya masih mau menyusu. pertanyaan kasus 1) Apakah masalah yang terjadi pada bayi tersebut diatas? 2) Jelaskan apakah saja kemungkinan penyebab masalah yang dialami anak? 3) Jelaskan patofisiologi dari penyakit pada bayi disertai dengan WOC 4) Apakah tanda dan gejala khas yang tampak pada bayi? Buat klasifikasi penyakit bayi dan penanganannya 5) Bagaimana pengobatan dan penatalaksanaan medis yang dapat dilakukan pada bayi 6) Jelaskan tentang komplikasi yang mungkin terjadi pada bayi? 7) Jelaskan apa saja hal yang perlu dikaji pada bayi? 8) Apakah masalah keperawatan yang muncul pada bayi, buat analisis datanya! 9) Buatlah rencana intervensi sesuai dengan masalah keperawatan yang muncul pada bayi!
A. DO:
Bayi terlihat haus, mata cekung dan cubitan kulit kembali lambat 3
BB 7 kg, TB 60 cm
B. DS :
Ibu mengatakan BAB bayi encer dan sebanyak 6x dari tadi pagi
Ibu mengatakan bahwa bayi mendapatkan susu formula, karena ASI ibu tidak banyak dan ibu bekerja Ibu mengatakan bayi nya masih mau menyusui
Pembahasan 1.
Masalah yang terjadi pada bayi adalah dehidrasi ringan/sedang, karena anak mengalami BAB 6 kali, encer sejak tadi pagi, terlihat haus, mata cekung, dan cubitan kulit kembali melambat. Dikarenakan melihat dari data objektif dan data subjektif kasus, kita bisa melihat bahwa gejala yang timbul dan dijabarkan sesuai dengan klasifikasi dari Diare dehidrasi ringan/sedang. Klasifikasi diare adalah sebagai berikut :
Diare dehidrasi berat : anak letergis/ atau tidak sadar, mata cekung, tidak bisa minum atau malas minum, cubitan kulit kembali sangat lama.
dehidrasi ringan/ sedang : anak gelisah, rewel, mudah marah, mata cekung, haus minum dengan lahap, cubitan kulit perut kembali lama
Diare tanpa dehidrasi
: tidak ada tanda tanda diklasifikasikan sebagai
diare ringan atau berat.
2.
persisten berat : diare lebih dari 14 hari dengan tanda dehidrasi
Diare persisten : diare ›14 hari tanpa tanda dehidrasi
Diare disentri
: ada darah dalam tinja.
Ketika anak diberi susu formula ada kemungkinan terjadinya malabsorbsi
yaitu kegagalan dalam melakukan absorbsi yang mengakibatkan tekanan osmotic meningkat sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit ke rongga usus yang dapat meningkatkan isi rongga usus sehingga terjadilah diare.Kemungkinan terjadinya infeksi. Salah satu penyebab dari gastrointestinal yaitu alergi makanan. Misalnya susu dan protein. 3.
Patofisiologi dari Penyakit pada Bayi
4
Pertama yaitu : Mekanisme dasar yang menyebabkan diare ialah pertama gangguan osmotic,akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akanmenyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus meninggi, sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit kedalam rongga usus, isi rongga usus yang berlebihan ini akan merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga timbul diare.
Kedua yaitu : akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin). Pada dinding usus akan terjadi peningkatan sekali air dan elektrolit ke dalam rongga usus dan selanjutnya diare timbul karena terdapat peningkatan isi rongga usus.
Ketiga yaitu : gangguan motalitas usus, terjadinya hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan sehingga timbul diare sebaliknya bila peristaltik usus menurun akan mengakibatkan bakteri timbul berlebihan yang selanjutnya dapat menimbulkan diare pula. Selain itu diare juga dapat terjadi, akibat masuknya mikroorganisme hidup ke dalam usus setelah berhasil melewati rintangan asam lambung, mikroorganisme tersebut berkembangbiak, kemudian mengeluarkan toksin dan akibat toksin tersebut terjadi hipersekresi yang selanjutnya akan menimbulkan diare.
4. Tanda dan Gejala yang Khas pada Anak: DS:
BAB 6 kali dari tadi pagi
BAB bayi encer
Bayi minum susu formula
DO:
Bayi terlihat haus
Matanya terlihat cekung
Cubitan kulit kembali lambat
BB: 7 KG
PB: 60cm 5
Klasifikasi penyakit pada bayi yaitu Dehidrasi Ringan/Sedang Penanganannya:
Beri cairan, tablet Zinc dan makanan sesuai rencana Terapi B
Jika terdapat klasifikasi berat lain: Rujuk segera
Jika masih bisa minum, berikan ASI dan larutan oralit selama perjalanan. 1. Nasihati kapan kembali segera 2. Kunjungan ulang 3 hari jika tidak ada perbaikan.
5.
Pengobatan dan penatalaksanaan medis yang dapat dilakukan: a. Berikan oralit Oralit diberikan segera setelah anak mengalami diare. Cara membuat
larutannya adalah: Satu bungkus oralit dimasukkan ke dalam satu gelas air matang Anak kurang dari 1 tahun beri 50-100 cc cairan oralit setiap kali buang air besar. b. tablet Zinc selama 10 hari berturut-turut Zinc diberikan sebanyak 1 kali sehari selama 10 hari berturut-turut. Dengan dosis 1 tablet (20mg)/hari untuk balita >/= 6 bulan c. Teruskan ASI pada bayi ASI bukan penyebab diare, namun dapat mencegah diare. Bayi dibawah umur 6 bulan sebaiknya hanya mendapat ASI untuk mencegah diare dan meningkatkan sistem imunitas tubuh bayi. Apabila anak masih mendapatkan ASI, makateruskan pemberian ASI sebanyak dia mau. Jika anak mau lebih banyak dari biasanya itu lebih baik. Anak juga harus diberikan makan seperti biasa dengan frekuensi lebih sering. Makanan anak tidak boleh dibatasi, karena lebih banyak makan akan membantu mempercepat penyembuhan, pemulihan dan mencegah malnutrisi. Susu formula dapat diberikan pada anak yang berusia lebih dari 2 tahun, untuk 6
anak yang berusia kurang dari 2 tahun dianjurkan mulai mengurangi susu formula danmenggantinyadenganASI. d. Berikan antibiotik dengan asi 6 KOMPLIKASI 1. Malnutrisi energi protein 2. Kejang-kejang pada dehidrasi hipertonik 3. Dehidrasi ringan/sedang 7 Hal yang perlu dikaji: a. Identitas pasien 1. Nama 2. Umur 3. Jenis kelamin 4. Agama 5. Suku/bangsa 6. pendidikan 7. Pekerjaan 8. Pendapatan 9. Alamat 10. Nomor register. b. Riwayat kesehatan 1. Riwayat kesehatan sekarang : keluhan pasien pada saat ini 2. Riwayat kesehatan masalalu : kaji apakah ada keluarga dari pasien yang pernah menderita malnutrisi 3. Riwayat kesehatan keluarga : kaji apakah ada diantara keluarga yang mengalami penyakit serupa atau memicu 7
4. Riwayat psikososial, spiritual : kaji kemampuan interaksi sosial, ketaatan beribadah, kepercayaan. c. Riwayat status sosial d. Riwayat pola makan e. Pengkajian antropometri f. Kaji manifestasi klinis g. Monitor hasil laboratorim h. Timbang berat badan i. Kaji tanda-tanda vital J. Masalah Keperawatan Yang Muncul Pada Bayi Diagnosa 1: Defisit volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif Analisa data : bayi perempuan berumur 7 bulan, bayi telihat haus dan cubitan kulit kembali lambat Diagnosa 2: Risiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan ekskresi/ BAB seringa nalisa data : si bayi sudah BAB 6 kali dari tadi bayi dan BABnya encer Diagnosa
3:
Ketidakseimbangan
nutrisi
kurang dari
kebutuhan
tubuh
berhubungan dengan penurunan intake makanan Analisa data : si bayi didapatkan mata cekung Rencana Intervensi Sesuai Masalah yang muncul pada Bayi
ASUHAN KEPERAWATAN DIARE MENGGUNAKAN NANDA, NIC, NOC H Masalah yang lazim muncul pada Klien 1. Defisit volume cairan b/d kehilangan cairan aktif 2. Resiko kerusakan integritas kulit b/d ekskresi/ BAB sering
8
3.
Ketidaakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan b/d penurunan intake makanan
4. Cemas b/d perubahan status kesehatan.
Discharge Planning 1. Ajarkan pada orang tua mengenai perawatan anak, pemberian makanan dan minuman 2. Ajarkan mengenai tanda-tanda dehidrasi, ubun-ubun dan mata cekung, turgor kulit tidak elastis, membran mukosa kering. 3.
obat-obatan yang diberikan, efek samping dan kegunaannya.
Tujuan dan Kriteria Hasil
Intervensi
NOC :
NIC :
Fluid balance
Fluid management :
Hydration
Timbang popok/pembalut jika diperlukan
Nutritional status : food and fluid intake
Pertahankan catatan intake dan output yang
Kriteria Hasil : Mempertahankan urine output sesuai dengan usia dan BB, BJ, urine normal, HT normal.
akurat Monitor status hidrasi(kelembaban membran mukosa,
nadi
adekuat,
tekanan
darah
ortostatik) jika diperlukan Tidak ada tanda tanda dehidrasi, Elastisitas turgor kulit baik, membran mukosa lembab, tidak ada rasa haus yang berlebihan.
Monitor vital sign Monitor masukan makanan/ cairan dan hitung intake kalori harian Kolaborasikan pemberian cairan intravena IV Monitor status nutrisi Dorong masukan oral
9
Berikan penggantian nesogatrik sesuai output Dorong keluarga untuk membantu pasien makan
Risiko kerusakan integritas NOC : tissue integrity : skin NIC :pressure Management kulit b/d ekskresi / BAB and mucocus membrans sering
Anjurkan
pasien
unutk
menggunakan pakaiana yang Kriteria hasil :
Definisi : perubahan pada epidermis dan dermis
longgar Hindari kerutan pada tempat
Integritas kulit yang baik bisa tidur dipertahankan (sensasi, Jaga kebersihan kulit agar elastisitas, temperatur, tetap bersihdan kering hidrasi, pigmentasi)
Mobilisasimpasien
(ubah
Tidak ada luka atau lesi pada posisi pasien) setiap dua jam kulit sekali Perfusi jaringan baik
Monitor kulit akan adanya
Menunjukan
pemahaman kemerahan dalam proses perbaikan kulit, Oleskan lotion atau minyak/ dan mencegah terjadinya baby oil pada daerah yang sedera berulang
tertekan
Mampu melindungi kulit dan Monitor aktivitas mempertahankan kelembaban mobilisasi pasien kulit dan perawatan alami
dan
Monitor status nutrisi pasien Memandikan pasien dengan sabun dan air hangat
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari
NOC :
Nutrition management
nutritional status :
-kaji adanya alergi makanan
10
kebutuhan tubuh
food and fluid
- kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan
b/d penurunan
intake
jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan pasiem
Nutritional status
- anjurkan pasien untuk meningkatkan protein dan
: nutrient intake
vitamin C
Weight control
- berikan substansi gula
Kriteria hasil :
- yakinkan diet yang dimakan mengandung tinggi
intake makanan
- Adanya
serat untuk mencegah konstipasi
peningkatan berat
-berikan makanan yang terpilih (sudah
badan sesuai
dikonsultasikan dengan ahli gizi)
dengan tujuan berat badan ideal
-anjurkan pasien bagaimana membuat catatan makanan harian
sesuai dengan tinggi badan
-monitor informasi tentang kebutuhan nutrisi
- mampu
-kaji kemampuan pasien untuk mendapatkan nutrisi
mengindentifikasi
yang dibutuhkan
kebutuhan nutrisi - tidak ada tanda -
Nutrition monitoring :
tanda malnutrisi -bb pasien dalam batas normal - menunjukkan peningkatan fungsi
-monitor tipe dan jumlah aktivitas yang biasa dilakukan
pengecapan dari
-monitor interaksi anak atau orang tua selama
menelan
makan
-tidak terjadi
Monitor lingkungan selama makan
penurunan berat badan yang
-jadwalkan pengobatan dan tindakan tidak selama makan
berarti -monitor kulit kering dan perubahan pigmentasi
11
- monitor tugor kulit - monitor kekeringan, rambut kusam
B. KASUS PEMICU 2 Seorang anak usia 3 tahun, dirawat karena demam naik turun. Demam tertinggi pada sore dan malam hari. Ibu mengatakan bahwa sudah 2 minggu ini anak demam. Anak juga mengeluh mual dan kadang-kadang muntah. Pada pemeriksaan fisik ditemukan lidah kotor, hepar teraba 1 cm bawah arcus costarum dan anak apatis. Tanda-tanda vital anak (TD : 90/70 mmHg, nadi : 120x/menit , nafas 40x/menit dan suhu 38,7C), kulit teraba hangat dan kemerahan. a. Apakah masalah yang dialami anak tersebut? Jawab : Berdasarkan kasus pemicu diatas, dapat disimpulkan masalah yang dialami anak ialah Demam Thypoid b. Apakah penyebab anak mengalami masalah tersebut? Jawab : Penyebab anak mengalami masalah tersebut ialah Salmonella Thyposa, Salmonella paratyphi A, Salmonella paratyphi B,
Salmonella
paratyphi C c. Jelaskan patofisiologi penyakit anak disertai dengan WOC Jawab : Makanan yang tercemar bakteri Salmonella typhi masuk ke tubuh anak melalui mulut. Kemudian bakteri masuk ke dalam lambung, sebagian bakteri akan dimusnahkan oleh asam lambung dan sebagian lagi masuk ke usus halus bagian distal dan mencapai jaringan limpoid. Di dalam jaringan limpoid ini bakteri berkembang biak, lalu masuk ke aliran darah (bakteremia primer) dan mencapai sel-sel retikuloendotelial. Sel-sel retikuloendotelial ini kemudian melepaskan kuman ke dalam sirkulasi darah dan menimbulkan bakterimia, kuman selanjutnya masuk limpa, usus halus dan kandung empedu (Ngastiyah, 2005).
12
Pada akhir masa inkubasi (5-9 hari), bakteri kembali masuk dalam darah (bakteremi sekunder) dan menyebar keseluruh tubuh terutama kedalam kelenjar limfoid usus halus, menimbulkan tukak berbentuk lonjong di atas Plak Peyer. Tukak tersebut dapat mengakibatkan perdarahan dan perforasi usus. Pada masa bakteremi ini, bakteri mengeluarkan endotoksin yang mempunyai peran membantu proses peradangan lokal dimana bakteri ini berkembang. Semula disangka demam dan gejala toksemia pada typhoid disebabkan oleh endotoksemia. Tetapi berdasarkan penelitian eksperimental disimpulkan bahwa endotoksemia bukan merupakan penyebab utama demam pada typhoid. Endotoksemia berperan pada patogenesis typhoid, karena membantu proses inflamasi lokal pada usus halus. Demam disebabkan karena Salmonella typhi dan endotoksinnya merangsang sintetis dan pelepasan zat pirogen oleh leukosit pada jaringan yang meradang. Zat pirogen ini akan beredar dalam darah dan mempengaruhi pusat termoregulator di hipotalamus yang menimbulkan gejala demam.
Bakteri Salmonella typhi Masuk ke saluran gastrointestinal Lolos dari asam lambung Bakteri masuk usus halus
Pembuluh limfe
Inflamasi
Peredaran darah (bakteremia primer)
Masuk retikulo endothelial (RES) terutama hati dan limfa
Inflamasi pada hati dan limfa
Empedu
Malaise, perasaan tidak enak badan, nyeri abdomen
Komplikasi intestinal : Perdarahan usus, perforasi usus (bag. distal ileum), peritonituis
Masuk ke aliran darah (bakteremia sekunder)
13
Rongga usus pada kel. Limfoid halus Hepatomegali
Pembesaran limfa
Endotoksin Terjadi kerusakan sel
Splenomegali
Merangsang melepas zat epirogen oleh leukosit
Lase plak peyer
Penurunan mobilitas usus
Mempengaruhi pusat thermoregulator di hipotalamus
Erosi
Penurunan peristaltik usus
Ketidakefektifan termoregulasi
Nyeri tekan
nyeri akut
Terjadi demam
Konstipasi
Peningkatan asam lambung
Resiko kekurangan volume cairan
Anoreksia mual muntah
Perdarahan masif
Nyeri
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
Komplikasi perforasi dan perdarahan usus
d. Apa tanda dan gejala yang khas pada anak? Jawab : •
Demam naik turun
•
Demam sudah dua minggu
•
Lidah kotor
•
Hepar teraba 1 cm bawah arcus costarum
•
Apatis
•
Kulit teraba hangat dan kemerahan
•
Mual dan muntah
14
e. Apakah pemeriksaan diagnostik standar untuk menegakkan diagnosis medis anak? Jawab : •
Kultur Darah
•
Urinalisa
•
Pemeriksaan Feses
•
Foto thorax
•
Cek sputum SPS Pemeriksaan diagnostik standard untuk menegakkan diagnosis
demam tifoid pada anak
adalah pemeriksaan kultur darah (biakan
empedu) untuk Salmonella typhi. Pemeriksaan kultur darah biasanya akan memberikan hasil positif pada minggu pertama penyakit. Hal ini bahkan dapat ditemukan pada 80% pasien yang tidak diobati antibiotik. Pemeriksaan lain untuk demam tifoid adalah uji serologi Widal dan deteksi antibodi IgM Salmonella typhi dalam serum. Uji serologi widal mendeteksi adanya antibodi aglutinasi terhadap antigen O yang berasal dari somatik dan antigen H yang berasal dari flagella Salmonella typhi. Diagnosis demam tifoid dapat ditegakkan apabila ditemukan titer O aglutinin sekali periksa mencapai ≥ 1/200 atau terdapat kenaikan 4 kali pada titer sepasang. Apabila hasil tes widal menunjukkan hasil negatif, maka hal tersebut tidak menyingkirkan kemungkinan diagnosis demam tifoid. f. Penatalaksanaan medis yang dapat dilakukan pada anak tersebut: Jawab : Antipiretik bila suhu tubuh > 38,3°C. kartikosteroid dianjurkan pada demam tifoid berat : 10mg/kg BB/hr
Kloramfenikol : 50-100mg/kg BB/hari, oral atau IV, dibagi dalam 4 dosis selama 10-14 hari, tidak dianjurkan pada leukosit < 2000/μl, dosis maksimal 2g/hari.
Amoksisilin 150-200mg/kgBB/hari, oral atau IV selama 14 hari.
Sefriakson 20-80mg/kgBB/hari selama 5-10 hari. 15
Istirahat selama demam sampai dengan dua minggu setelah suhu normal kembali (istirahat total), kemudian boleh duduk, jika tidak panas lagi boleh berdiri kemudian berjalan di ruangan.
g. Prognosis dan komplikasi dari penyakit anak tersebut: Jawab : Prognosis demam tifoid tergantung tepatnya terapi, usia, keadaan kesehatan
sebelumnya,
dan
ada
tidaknya
komplikasi.
Karena
keterlambatan diagnosis, perawatan, dan pengobatan, akan muncul komplikasi seperti perforasi gastrointestinal atau perdarahan hebat, meningitis, endokarditis, dan pneumonia, mengakibatkan morbiditas dan mortalitas yang tinggi. Prognosis juga menjadi kurang baik atau buruk bila terdapat gejala klinis yang berat seperti : 1. Panas tinggi (hiperpireksia) atau febris kontinu 2. Kesadaran menurun sekali yaitu stupor, koma, atau delirium 3. Keadaan gizi penderita buruk (malnutrisi energi protein)
h. Hal yang perlu dikaji pada anak : Jawab : 2. RKS; klien mengeluh tidak enak badan, mual dan kadang-kadang muntah, nyeri kepala, tidak nafsu makan, demam terutama sore/ malam hari. 3. RKD; riwayat sakit saluran cerna. 4. RKK; riwayat keluarga menderita typoid 5. Pemeriksaan Fisik:
Mata cekung
Mulut; bibir kering dan pecah-pecah, lidah berselapu/kotor
Abdomen ; distensi abdomen, nyeri tekan, splenomegali, hepatomegali
Integumen ; rose spot
6. Keadaan umum
16
7. Tingkat kesadaran: menurun 8. TTV: suhu meningkat, nafas cepat dangkal, nadi bradikardi relatif, TD normal/menurun 9. Pengkajian sistem tubuh 10. Ekstremitas; kekuatan otot menurun, kelemahan
i. Rumusan masalah, intervensi, kriteria hasil keperawatan yang muncul pada anak: Jawab : DIAGNOSA NANDA 1.
NOC
Hipertermia : suhu inti tubuh
diatas
NIC
C. Termogulasi
kisara Indicator:
demam
normal diurnal karena a. Tingkat pernapasan kegagalan termogulasi.
b. Penurunan
d/d :
tanda – tanda vital
a. Kulit kemerahan
c. Hipertermia
b. Kulit terasa hangat
d. Perubahan warna kulit
c. Takikardia
e. Melaporkan
lainnya.
suhu
tubuh a. Penyakit b. Peningkatan metabolisme
D. Tanda laju
asupan
sadari
keluaran, perubahan
kehilangan –
tanda
vital
cairan
yang
tidak
dirasakan.
Suhu tubuh
Tingkat pernapasan
Tekanan
b. Monitor dan
kenyamanan
b/d:
Aktivitas:
suhu a. Pantau suhu dan
tubuh.
d. Takipnea
Perawatan
c. Monitor
warna
kulit dan suhu.
darah d. Tutup
pasien
sistolik.
dengan
selimut
Tekanan nadi
atau
pakaian
ringan, tergantung fase demam. e. Pantau komplikasi – komplikasi yang
17
berhubungan dengan serta
demam tanda
gejala
dan
kondisi
penyebab demam. f. Tingkatkan sirkulasi udara.
Pengaturan suhu
Aktivitas:
Monitor
suhu
paling tidak 2 jam sesuai kebutuhan.
Pasang
alat
monitor inti suhu secara
kontinu,
sesuai kebutuhan.
Monitor darah,
tekanan nadi,
respirasi
dan sesuai
kebutuhan.
Monitor suhu dan warna kulit.
Monitor
dan
laporkan
adanya
tanda dan gejala dari hipotermia. 2. Ketidakefektifan pola
napas
4. Status pernapasan : Indicator:
1. Manajemen jalan napas
inspirasi dan/ tidak a. Frekuensi pernapasan.
Aktivitas:
ekspirasi yang tidak b. Irama pernapsan
a. Buka jalan napas
memberi
inspirasi c. Kedalaman inspirasi
dengan teknik chin
18
adekuat.
d. Kepatenan
d/d :
napas. pola
pernapasan
lift atau jaw trust sebagaimana mestinya. b. Posisiskan
abnormal (kecepatan,
jalan
irama,
pasien
untuk
kedalama)
memaksimalkan
Takikardia
ventilasi. c. Lakukan fisioterapi dada sebagaimana mestinya. d. Auskultasi
suara
napas, catat area yang
ventilasinya
menurun atau tidak ada
atau
adanya
suara tambahan. 2. Monitor pernafasan Aktivitas: a. Monitor kepatenan, irama, kedalaman, dan
kesulitan
bernafas. b. Catat
pergerakan
dada, catat ketidak simetrisan, penggunaan otot – otot bantu nafas, dan retraksi pada orot supraklavikulas dan intrakosta.
19
c. Monitor
suara
napas
tambanhan
seperti ngorok atau mengi, d. Monitor ola nafas. e. Auskultasi nafas,
suara
catat area
dimana
terjadi
penurunan tidak
atau adanya
ventilasi
dan
keberadaan
sura
nafas tambahan.
3. Resiko ketidakseimbangan
Keparahan
elektrolit
mual
dan muntah : 3. Frekuensi mual
kerentanan
4. Intensitas mual
mengalami
5. Frekuensi muntah
perubahan
kadar 6. Intensitas muntah
elektrolit
serum,
yang
dapat
Keseimbangan cairan
Pantauan elektrolit.
a. Monitor
serum
elektrolit b. monitor ketidakseimbangan asam basa. c. Identifikasi
mengganggu
Tekanan darah
kemungkinan
kesehatan.
Denyut nadi radial
penyebab
Keseimbangan intake
ketidakseimbangan
dan output dalam 24
elektrolit.
Factor resiko: muntah
jam
d. Kenali laporkan
dan adanya
ketidakseimbangan elektrolit. e. Monitor kehilangan
adanya cairan
dan elektrolit bila
20
diperlukan.
Manajemen mual
a. Dorong
pasien
untuk
memantau
pengalaman
diri
terhadap mual. b. Dorong
pasien
untuk
memantau
pengalaman
diri
terhadap mual. c. Evaluasi dari
dampak
pengalaman
mual pada kualitas hidup. d. Identifikasi factor – factor yang dapat menyebabkan atau berkontribusi terhadap mual. e. Identifikasi strategi yang
sudah
berhasil dilakukan dalam
upaya
mengurangi mual.
Manajemen muntah
a. Dapatkan
riwayat
lengkap perawatan sebelumnya. b. Dapatkan
riwayat
makanan
seperti
21
makanan
yang
disukai, yang tidak disukai,
dan
preferensi
makan
yang
sesuai
budaya. c. Identifikasi factorfakto
yang
apat
menyebabkan atau berkontribusi terhadap muntah. d. Kendalikan factor – factor lingkungan yang
mungkin
membangkitkan keinginan
untuk
muntah. e. Berikan dukungan fisik
selama
muntah.
C.KASUS PEMICU 3 Seorang anak, laki-laki berusia 3 tahun, dibawa oleh ibu kerumah sakit karena sudah 1 minggu anak tidak mau makan dan semakin hari berat badan anak semakin berkurang. Pada pemeriksaan fisik ditemukan BB anak adalah 10 kg sedangkan BB standar usia 3 tahun 16kg. Terdapat edema palpebra dan asites pada abdomen pada pemeriksaan fisik. Pemeriksaan laboratorium didapatkan kadar albumin 2gr/dl.
22
a.
Apakah masalah yang dialami anaktersebut?, apakah ada kaitannya dengan nutrisi? Jelaskan klasifikasi status nutrisi selain masalah pada kasus tersebut?
b.
Apakah penyebab anak mengalami masalah tersebut?
c.
Apa tanda dan gejala yang terlihat pada anak dan masalah nutrisi lainnya, jelaskan patofisiologinya dengan menggunakan WOC!
d.
Bagaimanakah penatalaksanaan medis yang dapat dilakukan pada anak tersebut?
e.
Apakah yang dapat dikaji pada anak?
f.
Rumuskan masalah keperawatan yang muncul pada anak dan buat analisa datanya!
g.
Buatlah rencana intervensi sesuai dengan masalah keperawatan yang muncul pada anak!
DO : a. Selama 1 minggu anak tidak mau makan b. BB anak 10 kg (Normalnya untuk usia 3 tahun BB 16 kg) c. Edema palpebral d. Asites abdomen e. Kadar albumin 2 gr/dl (normal 4-5,8 gr/dl) DS :
(Tidak Ada)
PEMBAHASAN a. Masalah yang dialami anak, yaitu : Anak tersebut mengalami masalah/gangguan pada nutrisi, yaitu malnutrisi (kekurangan nutrisi) b. Penyebab anak mengalami hal tersebut : karena anak sudah satu minggu tidak mau makan, sehingga menyebabkan berat badan anak semakin berkurang. Berat badan normal pada anak usia 3 tahun, yaitu : 16 kg. sedangkan berat badan anak tersebut : 10 kg c. Tanda dan gejala yang dialami anak berserta patofisiologinya : -
Anak tidak mau makan selama seminggu
23
-
Berat badan anak berkurang : 10 kg seharusnya normalnya : 16 kg
-
Terdapat edema palpebra
-
Terdapat asites pada abdomen
-
Pemeriksaan laboraturium, kadar albumin : 2 gr/dl
Patofisiologi :
d. Penatalaksanaan medis : e. Yang dapat dikaji pada anak : a. Identitas pasien 1. Nama 2. Umur 3. Jenis kelamin 4. Agama
24
5. Suku/bangsa 6. pendidikan 7. Pekerjaan 8. Pendapatan 9. Alamat 10. Nomor register. b. Riwayat kesehatan 1. Riwayat kesehatan sekarang : keluhan pasien pada saat ini 2. Riwayat kesehatan masalalu : kaji apakah ada keluarga dari pasien yang pernah menderita malnutrisi 3. Riwayat kesehatan keluarga : kaji apakah ada diantara keluarga yang mengalami penyakit serupa atau memicu 4. Riwayat psikososial, spiritual : kaji kemampuan interaksi sosial, ketaatan beribadah, kepercayaan. c. Riwayat status sosial d. Riwayat pola makan e. Pengkajian antropometri f. Kaji manifestasi klinis g. Monitor hasil laboratorim h. Timbang berat badan i. Kaji tanda-tanda vital
25
f. Masalah keperawatan dan analisa datanya : a. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan tidak adekuatnya intake nutrisi analisa data : BB anak 10 kg sedangkan BB standar usia 3 tahun 16kg b.Kurangnya volume cairan dan konstipasi berhubungan kurangnya intake cairan analisa data : Seorang anak, laki-laki berusia 3 tahun sudah 1 minggu anak tidak mau makan c.Gangguan integritas kulit berhubungan dengan tidak adanya kandungan makanan yang cukup analisa data : kadar albumin pada anak hanya 2gr/dl g. Intervensi yang sesuai dengan masalah keperawatan :
No
DX
NOC
NIC
26
1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan tidak adekuatnya
1. Nutritational status : food and Management nutrisi fluid intake 1. Kaji 2. Nutritional
status
:nutrient
adanya
alergi
makanan
intake
intake nutrisi
2. Kolaborasi dengan 3. Weight control
ahli
gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi
Kriteria hasil :
yang dibutuhkan pasien 1. Peningkatan BB sesuai dengan
3. Berikan substansi gula
tujuan 4. Ajarkan pasien bagaimana 2. BB ideal sesuai TB 3. Mampu
membuat
mengidentifikasi
kebutuhsn nutrisi
fungsi
makanan harian 5. Monitor
peningkatan
pengecapan
jumlah
nutrisi
dan kandungan kalori
4. Tida ada tanda manultrisi 5. Menunjukkan
catatan
dari
6. Berikan infoemasi tentang kebutuhan nutrisi
menelan 6. Tidak terjasi penurunan BB
27
2. Kurang volume cairan dan konstipasi
1. Fluida Balance
Fluida management :
2. Hydration
1. Timbang popok
berhubungan kurangnya intake cairan analisa data
3. Nutritional status : Food and 2. Pertahankan catatan intake fluid intake dan output yang akurat 3. Monitir status hidrasi
Kriteria Hasil 1. Mempertahankan
output 4. Monitor TTV
urine
sesuia dengan usia dan BB,BJ 5. Monitor masukan makanan urine normal,HTT normal Dan hitung intake kalori harian 2. TD,nadi,SB dalam batas normal 3. Tidak
ada
dehidrasi,elastisitas baik,membrane
tanda-tanda turgokulit
IV
mukosa 7. Monitor status nutrisi
lembab,tidak ada rasa haus yang berlebihan
6. Kolaborasi pemberian cairan
8. Berikan cairan IV pada suhu ruangan 9. Dorong masukkan oral 10. Dorong
keluarga
untuk
membantu pasien makan 11. Kolaborsi dengan dokter 12. Atur kemungkinan transfuse 13. Monitor tingkat HB dan hematokrit 14. Monitor BB
28
3. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan tidak adanya
1. Tissu integrity : skin dan mucous Pressure Management membranes 1. Anjurkan 2. Hemodyalis akses
menggunakan pakaian yang
kandungan makanan yang cukup
pasien
longgar
Kriteria Hasil :
2. Hindari kerutan pada tempat 1. Integritas kulit yang baik nisa
tidur
dipertahankan (sensasi,elastisitas,temperature,hidr 3. Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan tetap kering asi,pigmentasi) 4. Mobilisasi pasien
2. Tidak ada lesi pada kulit
5. Monitor kulitnakan adanya
3. Perfusi jaringan baik
kemerahan 4. Menunjukkan pemahaman dalam proses
perbaikan
mencegah
kulit
terjadinya
dan 6. Oleskan lotion pada daerah yang tertekan sedera
berulang 5. Mampu
7. Mandikan psien dengan sabun melindungi
kulit
dan
dan air hangat
mempertahankan kelembapan kulit dan perawatan alami
29
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan Diare merupakan suatu keadaan pengeluaran tinja yang tidak normal atau tidak seperti biasanya, ditandai dengan peningkatan volume, keenceran, serta frekuensi lebih dari 3 kali sehari dan pada neonates lebih dari 4 kali sehari dengan atau tanpa lendir darah. Diare dapat disebabkan oleh berbagai infeksi, selain penyebab lain seperti malabsorbsi. Demam Typhoid adalah penyakit infeksi akut yang selalu ada di masyarakat (endemic) di Indonesia, mulai usia balita sampai orang dewasa. Pada usia anak sekolah,
mereka
cenderung
kurang
memperhatikan
kebersihan/hygiene
perseorangannya yang mungkin diakibatkan karena ketidaktahuannya bahwa dengan jajan makanan sembarang dapat menyebabkan tertular penyakit demam typhoid (Robert, 2007). Kebutuhan nutrisi merupakan kebutuhan yang sangat penting dalam membantu proses pertumbuhan dan perkembangan pada bayi dan anak, mengingat manfaat nutrisi dalam tubuh dapat membantu proses pertumbuhan dan perkembangan anak, serta mencegah terjadinya berbagai penyakit akibat kurang nutrisi dalam tubuh seperti kekurangan energi dan protein, anemia,
defisiensi yodium,
defisiensi seng (Zn), defisiensi vitamin A, defisiensi thiamin, defisiensi kalium dan lain-lain yang dapat menghambat proses tumbuh kembang anak. 3.2 Saran dengan ditulisnya makalah ini diharapkan mahasiswa keperawatan lebih paham mengenai asuhan keperawatan pada pasien dengan diare, demam typoid, dan gangguan nutrisi dan bisa menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
30
DAFTAR PUSTAKA Hidayat, Aziz Alimul A. 2012. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Jakarta: SalembaMedika. Doenges, ME, et all. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan; Pedoman Untuk Perencanaan dan Perawatan Pasien. Ed 3. Jakarta: EGC. Suryani, Eko dan Atik Ba’diah. 2000. Asuhan Keperawatan Anak Sehat Berkebutuhan Khusus. Yogyakarta: Pustaka Baru Press Ngastiyah. 2003. Perawatan Anak Sakit. Jakarta: Buku Kedokteran EGC
31