KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNYA sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak terimakasih kepada pihak yang berkontribusi sehingga makalah kami ini dapat terselesaikan Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi. Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami yakin masih banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Karawang,14 oktober 2018
Penyusun
MAKALAH FADHILAH MEMBACA AL QUR’AN DAN HUKUM MEMBACA TA’AWUDZ
Mata Kuliah
: Baca dan Tulis Qur’an
Dosen Pengampu : Ibu Lilis Karyawati M.Ag
Penyusun : Muhammad Ali
(1710631110093)
Muhammad Fadlu R.R
(1710631110094)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS AGAMA ISLAM UNIVERSITAS SINGAPERBANGSA KARAWANG 2018
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan Al-Qur’an sebagai wahyu dan mukjizat terbesar Rasulullah saw. Mempunyai dua pengertian , yaitu pengertian secara Etimologi ( bahasa ) dan pengertian menurut terminology ( istilah ). Adapun kedudukan Al- Qur’an dalam Islam sebagai sumber yang asasi bagi syari’at ( hokum) islam. Dan peraturan-peraturan bagi setiap umat muslim untuk mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat. Isti’adzah dibaca dengan pelan, apabila membaca Al-Qur’an dengan pelan, Isti’adzah dibaca dengan pelan, apabila dibaca sendirian. Isti’adzah dibaca pelan pada saat sholat (Jahriyyah atau Sirriyyah).Isti’adzah dibaca dengan keras, apabila membaca Al-Qur’an dengan keras. Apabila membaca Al-Qur’an dengan berkelompok, maka cukup pembaca pertama yang mengeraskan bacaan Isti’adzah sedang yang lain tidak. Apabila ada sesuatu yang mengahalangi Qori yang meneruskan suatu bacaan, setelah ia selesai membaca Isti’adzah (seperti batuk, bersin, pembicaraan mengenai hal-hal yang ada hubungannya dengan bacaan (tafsir) dan masih dalam satu majlis,maka Isti’adzah tidak usah di ulang. Tetapi apabila yang mengahalangi ini adalah sesuatu yang lain seperti pembicaraan yang tidak ada hubungannya dengan bacaan, makan, dan lain-lain), maka Isti’adzah diulangi sebelum memulai suatu bacaan yang kedua kalinya.
B. Saran Demikian yang dapat kami paparkan mengenai pokok materi yang ada dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahanya karena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya referensi dalam makalah ini. Penulis berharap banyak kepada pembaca agar dapat memberikan kritik dan saran yang membangun kepada penulis, demi sempurnanya makalah ini dan penulisan makalah dikesempatan – kesempatan berikutnya. Semoga makalah ini bisa berguna bagi penulis pada khususnya, juga para pembaca yang budiman pada umumnya dan dapat memberikan manfaat bagi kita semua.
DAFTAR PUSTAKA Al’Allamah Alhabib Ali Bin Hassan Abdullah Bin Husen Bin Umar Al-Attas Baa’alawi Alhadharami, Terjemahan Singkat Kitab Al Qirthaas I. Jakarta, Darul Ulum Press, 2009. http://www.nu.or.id/post/read/93435/ragam-bacaan-taawudz-menurut-qiraat-asyrah http://www.nu.or.id/post/read/93982/empat-metode-membaca-taawudz-basmalah-yangdisusul-ayat