Bleeding Time.docx

  • Uploaded by: Apn Otoluwa
  • 0
  • 0
  • December 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Bleeding Time.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 2,637
  • Pages: 20
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Darah merupakan salah satu cairan yang sangat penting yang juga sebagai cairan terbesar yang dalam tubuh. Darah yang diedarkan melalui pembuluh darah, yang banyknya padsa orang dewasa kurang lebih 5 liter ini, dapat mengalir karena kinerja pompa jantung. Darah dialirkan keseleuruh tubuh karena fungsinya yang khusu yaitu sebagai sistem transportasi. Darahlah yang berjasa membawa oksigen nutrisi yang dibutuhkan oleh tubuh kita. Selain fungsi utamanya sebagai pembawa dan pengendar oksigen dan nutrisi tubuh, darah juga berperan penting dalam menjaga keseimbangan cairan didalam tubuh dengan menjaga PH tetap seimbang dan sebagai sebagaian sistem perlindungan tubuh karena didalam darah juga terdapat leukosit atau sel darah putih yang berperan dalam sistem imun tubuh (Frandson, R.D. 1992) Proses hemostasis adalah mekanisme keseimbangan dalam menghentikan dan mencegah perdarahan. Vasokontriksi pembuluh darah akan terjadi apabila pembuluh darah luka, kemudian trombosit berkumpul dan melekat pada pembuluh darah yang luka membentuk sumbat trombosit. Faktor koagulasi akan diaktifkan sehingga membentuk benang fibrin yang membuat sumbat trombosit menjadi stabil maka dari itu pendarahan dapat dihentikan. Gangguan hemostasis terdiri dari BT, CT, aPTT, PT, dan TAT (Astiawanti Prima, 2008). Waktu perdarahan (Bleeding Time, BT) adalah uji laboratorium untuk menentukan lamanya tubuh menghentikan perdarahan akibat trauma yang dibuat

secara laboratoris. Pemeriksaan ini mengukur hemostasis dan koagulasi. Masa perdarahan tergantung dari ketepatgunaan cairan jaringan dalam memacu koagulasi, fungsi pembuluh darah kapiler dan trombosit. Pemeriksaan ini terutama mengenai trombosit, yaitu jumlah dan kemampuan untuk adhesi pada jaringan subendotel dan membentuk agregasi (Astiawanti Prima, 2008). 1.2 Rumusan Masalah Bagaimana cara mengetahui pemeriksaan bleeding time dengan metode duke ? 1.3 Tujuan Praktikum Untuk mengetahui cara pemeriksaan bleeding time menggunakan metode duke. 1.4 Manfaat Praktikum Praktikan dapat mengetahui cara pemeriksaan bleeding time menggunakan metode duke.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Darah Darah adalah cairan yang mengisi pembuluh darah dan merupakan cairan penghubung semua organ dengan mengangkut berbagai substansi diantara organorgan tersebut. Darah tersusun atas cairan darah yang disebut plasma dan sel-sel darah (corpuscle) yang teridir atas sel darah merah (CDM), sel darah putih (CDP), dan trombosit. Sel-sel darah merah yang paling banyak jumlahnya. Wanita normal mempunyai kira-kira 4,5 juta sel-sel dalam setiap milimeter kubik darah. Laki-laki normal rata-rata jumlahnya agak tinggi kira-kira 5 juta. Namun demikian, nilai-nilai ini dapat naik turun dalam kisaran yang luas sekali tergantung faktor-faktor seperti ketinggian tempat hidup serta kondisi kesehatan seseorang (Kimball, 1983). 2.2 Fungsi Darah Menurut Mutiawati. 2013, fungsi Darah Pada Tubuh Manusia : 1. Alat pengangkut air dan menyebarkannya ke seluruh tubuh. 2. Alat pengangkut oksigen dan menyebarkannya ke seluruh tubuh. 3. Alat pengangkut sari makanan dan menyebarkannya ke seluruh tubuh. 4. Alat pengangkut hasil oksidasi untuk dibuang melalui alat ekskresi. 5. Alat pengangkut getah hormon dari kelenjar buntu. 6. Menjaga suhu temperatur tubuh. 7. Mencegah infeksi dengan sel darah putih, antibodi dan sel darah beku. 8. Mengatur keseimbangan asam basa tubuh, dll

2.3 Pembekuan Darah Pembekuan darah memerlukan sistem penguatan biologis dimana relatif sedikit zat pemula secara beruntun mengaktifkan, dengan proteolisis,reaksi protein prekursor yang beredar ( enzim-enzim faktor pembekuan ) yang memuncak pada pembentukan trombin, selanjutnya mengkonversi fibrinogen plasma yang larut menjadi fibrin. Fibrin menjaring agregat trombosit pada tempat luka vaskular dan mengubah sumbatan trombosit primer yang tidak stabil menjadi sumbatan haemostasis yang kuat, utuh, dan stabil (Smeltzer, S.C. 2001.). Kerja reaksi enzim ini membutuhkan pemekatan setempat factor-faktor pembekuan yang beredar pada tempat luka.Reaksi melalui permukaan terjadi pada kolagen yang telah terpapar, faktor III dan faktor jaringan. Dengan pengecualian fibrinogen yang merupakan sub unit bekuan fibrin,faktor-faktor pembekuan adalah prekursor enzim maupun kofaktor, yaitu kemampuan menghidrolisa ikatan peptide tergantung pada asam amino serin pada inti aktifnya (Smeltzer, S.C. 2001). 2.4 Sistem Peredaran Darah Menurut Frandson, R.D. 1992. Sistem peredaran darah manusia ada dua yaitu system peredaran darah besar dan sistem peredaran darah kecil. 1. Sistem Peredaran Darah Besar (Sistemik) Peredaran darah besar dimulai dari darah keluar dari jantung melalui aorta menuju ke seluruh tubuh (organ bagian atas dan organ bagian bawah). Melalui arteri darah yang kaya akan oksigen menuju ke sistem-sistem organ, maka disebut sebagai sistem peredaran sistemik. Dari sistem organ vena membawa darah kotor menuju ke jantung. Vena yang berasal dari sistem organ di atas

jantung akan masuk ke bilik kanan melalui vena cava inferior, sementara vena yang berasal dari sistem organ di bawah jantung dibawa oleh vena cava posterior. Darah kotor dari bilik kanan akan dialirkan ke serambi kanan, selanjutnya akan dipompa ke paru-paru melalui arteri pulmonalis. Arteri pulmonalis merupakan satu keunikan dalam sistem peredaran darah manusia karena merupakan satu-satunya arteri yang membawa darah kotor (darah yang mengandung CO2). 2. Sistem Peredaran Darah Kecil (Pulmonal) Peredaran darah kecil dimulai dari dari darah kotor yang dibawa arteri pulmonalis dari serambi kanan menuju ke paru-paru. Dalam paru-paru tepatnya pada alveolus terjadi pertukaran gas antara O2 dan CO2. Gas O2 masuk melalui sistem respirasi dan CO2 akan dibuang ke luar tubuh. O2 yang masuk akan diikat oleh darah (dalam bentuk HbO) terjadi di dalam alveolus. Selanjutnya darah bersih ini akan keluar dari paru-paru melalui vena pulmonalis menuju ke jantung (bagian bilik kiri). Vena pulmonalis merupakan keunikan yang kedua dalam system peredaran darah manusia, karena merupakan satu-satunya vena yang membawa darah bersih. Urutan perjalanan peredaran darah kecil. 3. Pembuluh Limfe (Pembuluh Getah Bening) Pembuluh Limfe Kanan : Dari kepala, leher, dada, paru-paru, jantung dan lengan sebelah kanan, bermuara di pembuluh balik yang letaknya di bawah tulang selangka kanan. Pembuluh Limfe Dada :Dari bagian lain, bermuara dalam vena di bawah tulang selangka kiri. Pembuluh limfe adalah bermuaranya pembuluh lemak (pembuluh kil). Peredaran limfe adalah terbuka, merupakan alat

penyaring kuman, karena di kelenjar limfe diproduksi sejenis sel darah putih yang disebut limfosit untuk imunitas. 2.5 Pengertian Bleeding Time Bleeding time adalah proses terjadinya perdarahan berkepanjangan setelah trauma superfisial yang terkontrol, merupakan petunjuk bahwa ada defisiensi trombosit. Masa perdarahan memanjang pada kedaan trombositopenia ( <100.000/mm3 ada yang mengatakan < 75.000 mm3), penyakit Von Willbrand, sebagian besar kelainan fungsi trombosit dan setelah minum obat aspirin (Tjokronegoro, 1992). Pembuluh kapiler yang tertusuk akan mengeluarkan darah sampai luka itu tersumbat oleh trombosit yang menggumpal. Bila darah keluar dan menutupi luka , terjadilah pembekuan dan fibrin yang terbentuk akan mencegah perdarahan yang lebih lanjut . Pada tes ini darah yang keluar harus dihapus secara perlahan-lahan sedemikian rupa sehingga tidak merusak trombosit. Setelah trombosit menumpuk pada luka, perdarahan berkurang dan tetesan darah makin lama makin kecil (Tjokronegoro, 1992). 2.6 Pemeriksaan Bleeding Time Pemeriksaan Bleeding Time (waktu perdarahan) merupakan pemeriksaan skrining (penyaring) untuk menilai gangguan fungsi trombosit dan mendeteksi adanya kelainan von willebrand. Pemeriksaan ini secara langsung dipengaruhi oleh jumlah trombosit terutama dibawah 50.000/mm3, kemampuan trombosit membentuk plug, vaskularisasi dan kemampuan konstriksi pembuluh darah. Mekanisme koagulasi

tidak mempengaruhi waktu perdarahan secara signifikan kecuali terjadi penurunan yang cukup parah (Riswanto, 2013). Pemeriksaan Bleeding Time (waktu perdarahan) tidak boleh dilakukan apabila penderita sedang mengkonsumsi antikoagulan atau anti nyeri aspirin, karena dapat menyebabkan waktu perdarahan memanjang. Pengobatan harus ditunda selama 3-7 hari atau jika memungkinkan pasien diberitahu agar tidak mengkonsumsi aspirin atau obat penghilang rasa nyeri tanpa resep selama 5 hari sebelum pemeriksaan (Riswanto, 2013) 2.7 Metode Duke Untuk metode Duke, dibuat di kuping telinga atau ujung jari yang ditusuk untuk menyebabkan perdarahan. Seperti dalam metode Ivy, tes ini waktunya dari awal pendarahan sampai pendarahan benar-benar berhenti. Kerugian dengan metoda Duke adalah bahwa tekanan pada vena darah di daerah menusuk tidak konstan dan hasil yang dicapai kurang dapat diandalkan. Keuntungan dengan metode Duke adalah bahwa bekas luka tidak tetap setelah ujian. Metode lain dapat menyebabkan bekas luka, garis rambut kecil di mana luka tersebut dibuat. Namun, ini adalah sebagian besar perhatian kosmetik. Daerah yang akan ditusuk harus dibersihkan dengan alkohol. Alkohol harus ditinggalkan dikulit cukup lama untuk membunuh bakteri pada tempat luka. Alkohol harus dikeluarkan sebelum menusuk lengan karena alkohol akan berdampak buruk hasil tes oleh pembekuan menghambat. Nilai Normal untuk metode ini adalah 1- 3 (Hoffbrand, 2013)

2.8 Faktor – Faktor yang mempengaruhi Pembekuan Darah Menurut Pramudianti, 2011. Faktor – faktor yang mempengaruhi Pembekuan darah ada 13 faktor yaitu : 1. Faktor I Fibrinogen: sebuah faktor koagulasi yang tinggi berat molekul protein plasma dan diubah menjadi fibrin melalui aksi trombin. Kekurangan faktor ini menyebabkan

masalah

pembekuan

darah

afibrinogenemia

atau

hypofibrinogenemia. 2. Faktor II Prothrombin: sebuah faktor koagulasi yang merupakan protein plasma dan diubah menjadi bentuk aktif trombin (faktor IIa) oleh pembelahan dengan mengaktifkan faktor X (Xa) di jalur umum dari pembekuan. Fibrinogen thrombin kemudian memotong ke bentuk aktif fibrin. Kekurangan faktor menyebabkan hypoprothrombinemia. 3. Faktor III Jaringan Tromboplastin: koagulasi faktor yang berasal dari beberapa sumber yang berbeda dalam tubuh, seperti otak dan paru-paru; Jaringan Tromboplastin penting dalam pembentukan prothrombin ekstrinsik yang mengkonversi prinsip di Jalur koagulasi ekstrinsik. Disebut juga faktor jaringan. 4. Faktor IV Kalsium : Sebuah faktor koagulasi yang diperlukan dalam fase pembekuan darah.

5. Faktor V Proaccelerin: sebuah faktor koagulasi penyimpanan yang relatif labil dan panas, yang hadir dalam plasma, tetapi tidak dalam serum, dan fungsi baik di intrinsik

dan

ekstrinsik

koagulasi

jalur.

Proaccelerin

mengkatalisis

pembelahan prothrombin trombin yang aktif. Kekurangan faktor ini, sifat resesif autosomal, mengarah pada kecenderungan berdarah yang langka yang disebut parahemophilia, dengan berbagai derajat keparahan. Disebut juga akselerator globulin. 6. Faktor VI Sebuah faktor koagulasi sebelumnya dianggap suatu bentuk aktif faktor V, tetapi tidak lagi dianggap dalam skema hemostasis. 7. Faktor VII Proconvertin : sebuah faktor koagulasi penyimpanan yang relatif stabildan panas dan berpartisipasi dalam Jalur koagulasi ekstrinsik. Hal ini diaktifkan oleh kontak dengan kalsium, dan bersama dengan mengaktifkan faktor III itu faktor X. Defisiensi faktor Proconvertin, yang mungkin herediter (autosomal resesif) atau diperoleh (yang berhubungan dengan kekurangan vitamin K), hasil dalam kecenderungan perdarahan. Disebut juga serum prothrombin konversi faktor akselerator dan stabil. 8. Faktor VIII Antihemophilic faktor, sebuah faktor koagulasi penyimpanan yang relative labil dan berpartisipasi dalam jalur intrinsik dari koagulasi, bertindak (dalam konser dengan faktor von Willebrand) sebagai kofaktor dalam aktivasi faktor X.

Defisiensi, sebuah resesif terkait-X sifat, penyebab hemofilia A. Disebut juga antihemophilic globulin dan faktor antihemophilic A. 9. Faktor IX Tromboplastin Plasma komponen, sebuah faktor koagulasi penyimpanan yang relatif stabil dan terlibat dalam jalur intrinsik dari pembekuan. Setelah 9 aktivasi, diaktifkan Defisiensi faktor X. hasil di hemofilia B. Disebut juga faktor Natal dan faktor antihemophilic B. 10. Faktor X Stuart faktor, sebuah faktor koagulasi penyimpanan yang relatif stabil dan berpartisipasi dalam baik intrinsik dan ekstrinsik jalur koagulasi, menyatukan mereka untuk memulai jalur umum dari pembekuan. Setelah diaktifkan, membentuk kompleks dengan kalsium, fosfolipid, dan faktor V, yang disebut prothrombinase; hal ini dapat membelah dan mengaktifkan prothrombin untuk trombin. Kekurangan faktor ini dapat menyebabkan gangguan koagulasi sistemik. Disebut juga Prower Stuart-faktor. Bentuk yang diaktifkan disebut juga thrombokinase. 11. Faktor XI Tromboplastin plasma yg di atas, faktor koagulasi yang stabil yang terlibat dalam jalur intrinsik dari koagulasi; sekali diaktifkan, itu mengaktifkan faktor IX. Lihat juga kekurangan faktor XI. Disebut juga faktor antihemophilic C. 12. Faktor XII Hageman faktor: faktor koagulasi yang stabil yang diaktifkan oleh kontak dengan kaca atau permukaan asing lainnya dan memulai jalur intrinsik dari

koagulasi dengan mengaktifkan faktor XI. Kekurangan faktor ini menghasilkan kecenderungan trombosis. 13. Faktor XIII Fibrin-faktor yang menstabilkan, sebuah faktor koagulasi yang merubah fibrin monomer untuk polimer sehingga mereka menjadi stabil dan tidak larut dalam urea, fibrin yang memungkinkan untuk membentuk pembekuan darah. Kekurangan faktor ini memberikan kecenderungan seseorang hemorrhagic. Disebut juga fibrinase dan protransglutaminase. Bentuk yang diaktifkan juga disebut transglutaminase.

BAB III METODE PRAKTIKUM 3.1 Waktu Dan Tempat Praktikum yang berjudul “Pemeriksaan Bleeding Time Metode Duke” dilaksanakan pada tanggal 20 Maret 2019 di Laboratorium Stikes Bina Mandiri Gorontalo. 3.2 Metode Pada pemeriksaan Bleeding time menggunakan metode Duke 3.3 Prinsip Prinsip pemeriksaan Bleeding Time yaitu dilakukan perlakuan standar terhadap daun telinga, lamanya perdarahan hingga tidak terjadi perdarahan dicatat 3.4 Pra Analitik Adapun alat dan bahan yang digunakan pada praktikum kali ini yaitu lancet, kapas, alkohol 70%, tisu, kertas saring dan stopwatch. 3.5 Analitik 1. Bersihkan daun telinga dengan kapas alkohol, biarkan hingga mengering. 2. Pucatkan daun telinga. 3. Tusuk daun telingan dengan lancet. 4. Usap darah yang pertama kali keluar 5. Setiap 30 detik usah darah pada daun telinga 6. Catat waktu yang diperlukan hingga darah berhenti keluar 3.6 Pasca Analitik Metode duke: 1-3 menit

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan didapatkan hasil sebagai berikut : Pasein

Umur

Hasil

Nilai rujukan

Mr. AD

20 tahun

30’’

1-3 menit

Tabel 4.1 hasil pemeriksaan 4.2 Pembahasan Bleeding time (BT) menilai kemampuan darah untuk membeku setelah adanya luka atau trauma, dimana trombosit berinteraksi dengan dinding pembuluh darah untuk membentuk bekuan. Hal ini menunjukkan seberapa baik trombosit berinteraksi dengan dinding pembuluh darah untuk membentuk bekuan darah. Prinsip pemeriksaannya adalah mengukur lamanya waktu perdarahan setelah insisi standart pada lengan bawah atau cuping telinga. Bleeding time paling sering digunakan untuk mendeteksi cacat kualitatif trombosit, seperti penyakit Von Willebrand. Tes ini membantu mengidentifikasi orang yang memiliki disfungsi trombosit, kemampuan darah untuk membeku setelah luka atau trauma. Biasanya, trombosit berinteraksi dengan dinding pembuluh darah menyebabkan gumpalan darah. Ada banyak faktor dalam mekanisme pembekuan, dan hal tersebut diprakarsai oleh trombosit. Uji waktu perdarahan atau bleeding time biasanya digunakan pada pasien yang memiliki riwayat perdarahan berkepanjangan setelah terluka, atau yang memiliki riwayat keturunan gangguan perdarahan. Selain itu, Uji waktu perdarahan kadang-kadang

dilakukan sebagai tes pra operasi untuk menentukan respon perdarahan yang mungkin terjadi selama dan setelah operasi. Namun, pasien yang tidak memiliki riwayat masalah perdarahan, atau yang tidak memakai obat antiinflamasi, uji waktu perdarahan biasanya tidak diperlukan. Bleeding time digunakan untuk pemeriksaan penyaring hemostasis primer atau interaksi antara trombosit dan pembuluh darah dalam membentuk sumbat hemostatik, pasien dengan perdarahan yang memanjang setelah luka, pasien dengan riwayat keluarga gangguan perdarahan. Pada praktikum ini dilakukan pemeriksaan bleeding time menggunakan metode duke. Pertama dilakukan tindakan antisepsis dengan menggunakan alcohol 70% pada anak daun telinga. Tujuannya untuk mensterilkan bakteri yang ada pada daun telinga. Tusuk daun telinga menggunakan lanset pada bagian tepi. Pada darah pertama yang keluar dibersihkan menggunakan kapas. Setelah itu biarkan secara bersamaan stopwatch dijalankan waktu darah keluar. Setiap 30 detik darah dapat dibersihkan dengan kapas. Hentikan stopwatch pada saat darah tidak keluar. Nilai normal pemeriksaan bleeding time metode duke antara 1-3 menit. Berdasarkan hasil pemeriksaan yang telah dilakukan didapatkan bleeding time dari pasien Mr AD 30 detik memiliki waktu pendarahan yang tidak normal. Faktor-faktor yang mempengaruhi waktu pendarahan yakni besar kecilnya luka, suhu, status kesehatan, umur, besarnya tubuh dan aktivitas kadar hemoglobin dalam darah. Adapun faktor dari obat-obatan akan mempengaruhi hasil tes waktu perdarahan yakni antikoagulan, 15iuretic, obat anti kanker, sulfonamide, thiazide, aspirin, dan

obat anti inflamasi. Tes ini juga dapat dipengaruhi oleh anemia (kekurangan sel darah merah).

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Dari praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa pemeriksaan bleeding time menggunakan metode duke didapatkan hasil dari pasien Mr AD waktu pendarahan yakni 30 detik, yang mana waktu pendarahan tersebut tidak normal karena waktu yang normal kisaran 1-3 menit. Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhinya yaitu besar kecilnya luka, suhu, status kesehatan, umur, besarnya tubuh dan aktivitas kadar hemoglobin dalam darah dan obat-obatan. 5.2 Saran Sebaiknya pada saat melakukan pemeriksaan agar lebih memperhatikan lokasi maupun arah yang akan ditusuk sehingga bisa di dapatkan hasil yang diinginkan.

DAFTAR PUSTAKA Astiawati, Prima. (2008). Perbedaan Pola Gangguan Hemostasis Antara Penyakit Ginjal Kronik Prehemodialisis Dengan Diabetes Mellitus dan Non Diabetes Mellitus. Semarang: Universitas Diponegoro Frandson, R.D. 1992. Anatomi dan Fisiologi Ternak Edisi ke-4. Gadjah Mada University Press : Yogyakarta Hoffbrand,A.V.2013Kapita Selekta Hematologi edisi 6. Terjemahan oleh Brahm U, Pendit, Liana Setiawan, Anggraini Iriani. Jakarta:EGC Kimball, John W. 1983. Biologi. Jilid 2. Edisi Kelima. Jakarta : Erlangga Mutiawati,V,Keumala. 2013. Perbedaan Derajat Aglutinasi Pemeriksaan Golongan Darah Antara Eritrosit Tanpa Pencucian Dengan Pencucian Pada Penderita Talasemia.Banda Aceh: Universitas Syiah Kuala Banda Aceh, Jurnal Kedokteran Syiah Kuala Volume 13 Nomor 2:65-70 Pramudianti, M.ID. 2011. Pemeriksaan Hemostasis dan Praanalitik. Makalah disajikan

dalam

Workshop

Hematologi

PIT

X

PDS

PATKLIN.

Pontianak, 22 September Riswanto. 2013. Pemeriksaan Laboratorium Hematologi. Yogyakarta: Alfamedia dan Kanal Media Smeltzer, S.C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah: Brunner & Suddarth. Edisi 8. Vol. 2. Jakarta: EGC Tjokronegoro, Arjatmo & Utama, Hendra. 2009. Pemeriksaan Laboratorium Hematologi Sederhana. Jakarta: Balai Penerbit FKUI

Related Documents

Bleeding
December 2019 41
Bleeding
May 2020 20
Bleeding Disorders
April 2020 19
Stop Bleeding
November 2019 24
Bleeding Time.docx
December 2019 42
Gingival Bleeding
April 2020 17

More Documents from "Antony Sebastian"

Laporan Bt Metode Ivy.docx
December 2019 13
Alt Bakteri.docx
December 2019 20
Bleeding Time.docx
December 2019 42