LAPORAN BAKTERIOLOGI III UJI KUANTITATIF BAKTERI PADA BAHAN MAKANAN
Disusun Oleh Kelompok 1
Sarpin Otoluwa
85AK17059
Elsya Novyana Yahya
85AK17042
Indra Wirahwin Yunus
85AK17048
Nurseptiani Jusuf
85AK17055
Siti Vatriani KAdir
85AK17062
PROGRAM D-III ANALIS KESEHATAN STIKES BINA MANDIRI GORONTALO 2019
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan praktikum Kimia Klinik II Dengan judul Pemeriksaan Angka lempeng total yang disusun oleh : Kelompok
: Satu (I)
Kelas / Angkatan : B / IV Prodi
: D-III ANALIS KESEHATAN
Pada hari ………… Tanggal, ….. bulan,………… Tahun,……….telah diperiksa dan disetujui oleh asisten, maka dengan ini dinyatakan diterima dan dapat mengikuti percobaan berikutnya.
Gorontalo ,
Maret 2019 Asisten
……………………………
LEMBAR ASISTENSI Laporan lengkap ini kami susun sebagai salah satu syarat mengikuti praktikum Bakteriologi III selanjutnya T.A 2018 / 2019 Kelompok
: Satu (I)
Kelas / Angkatan : B / IV Prodi
NO
: D-III ANALIS KESEHATAN
Hari / Tanggal
Perbaikan
Paraf
KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan kehendak-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan yang berjudul ”Uji Kuantitatif Bakteri Pada Bahan Makanan” ini dengan baik. Laporan kegiatan praktikum ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat yang wajib di lalui seorang mahasiswa setelah menyelesaikan satu praktikum dan merupakan syarat untuk mengikuti praktikum berikutnya. Dalam menyelesaikan laporan kegiatan praktikum ini penulis tidak terlepas dari berbagai kendala, namun atas segala bantuan serta dorongan positif dari berbagai pihak, penulis akhirnya dapat menyelesaikan laporan kegiatan praktikum ini pada waktu yang telah di tetapkan. Untuk itu saya sebagai penulis menyampaikan
ucapan
terimakasih
kepada
Dosen
Pembimbing/Asisten
Laboratorium yang telah membimbing dalam penyusunan laporan ini. Dan tak lupa ucapan terimakasih kepada teman-teman yang telah mendukung dalam penyelesaian laporan ini. Semoga laporan ini memberikan banyak manfaat kepada para pembacanya. selanjutnya, demi kesempurnaan laporan ini sangat diharapkan segala masukan dan saran yang sifatnya membangun.
Gorontalo,
Maret 2019
Penyusun
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bakteri berasal dari kata Latin bacterium (jamak, bacteria), adalah kelompok terbanyak dari organisme hidup. Sehingga dalam kehidupan seharihari kita sering kali berinteraksi dengan bakteri. Bakteri pertama kali ditemukan oleh Anthony van Leeuwenhoek pada 1674 dengan menggunakan mikroskop buatannya sendiri. Bakteri dapat dibedakan berdasarkan bentuknya yaitu bentuk coccus (bulat), bentuk basil (batang), dan bentuk spiral dan berdasarkan koloninya. Medium pembiakan yang digunakan untuk mengembang biakkan bakteri di laboratorium dapat dibedakan menjadi tiga yaitu; medium pembiakan dasar, medium pembiakan penyubur, medium pembiakan selektif, dan cara mendapatkan biakan murni Di alam Mikroba atau bakteri lebih sering ditemukan dalam bentuk koloni dan bersama-sama dengan mikroba yang lain. Oleh karena itu, dalam mempelajarinya, bakteri harus diambil dari suatu bahan pangan lalu diisolasikan dalam suatu biakan murni. Biakan murni adalah biakan yang hanya berisi 1 jenis koloni bakteri. Analisis Kunatitatif mikrobiologi pada bahan penting dilakukan untuk mengetahui mutu bahan pangan dan menghitung proses pengawetan yang akan diterapkan pada bahan pangan tersebut. Jumlah mikroorganisme dalam suatu sampel dapat dihitung dengan menggunakan beberapa metode pada tiap perhitungan bakteri ketepatan berkurang dengan meningkatnya konsentrasi sel-sel. Begitu halnya bila jumlah koloni bakteri dapat dihitung dengan
metode hitungan cawan, bila ditumbuhkan pada media, maka mikroba tersebut akan berkembang dan membentuk koloni yang dapat dilihat langsung. Pengukuran kuantitatif populasi mikroorganisme sangat diperlukan untuk berbagai macam penelaah mikrobiologis. Metode hitung cawan didasarkan pada anggapan bahwa setiap sel yang data hidup akan berkembang enjadisatu koloni. Jadi jumlah koloni yang muncul pada cawan merupakan suatu indeks bagi jumlah organisme yang dpaat hidup yang terkandung dalam sampel. Berdasarkan uraian diatas untuk mengetahui jumlah bakteri pada bahan makanan dengan metode ATL (angka lempeng total) dengan menggunakan koloni counter maka mikroba tersebut akan berkembang dan membentuk koloni yang dapat dilihat langsung dengan cara pengenceran. 1.2 Maksud dan Tujuan 1.2.1 Maksud Maksud dari praktikum ini yaitu untuk mengetahui bakteri dengan uji kuantitatif dan pengencerannya pada bahan makanan dengan metode ALT (Angka Lempeng Total). 1.2.2 Tujuan Tujuan dari praktikum ini yaitu untuk melatih keterampilan mahasiswa dalam memahami jenis bakteri dengan uji kuantitatif dan pengencerannya pada bahan makanan dengan metode ALT (Angka Lempeng Toal).
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pangan Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang diolah maupun yang tidak diolah, yang diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi konsumsi manusia, termasuk bahan tambahan pangan, bahan baku pangan dan bahan lain yang digunakan dalam proses penyiapan, pengolahan dan atau pembuatan makanan atau minuman. Dalam bahan pangan, tentu saja belum sepenuhnya steril dan masih dimungkinkan terdapat suatu koloni bakteri, oleh sebab itu perlu dilakukan pengujian bahan makanan (Jutono, 1980). 2.2 Pengertian Bakteri Bakteri adalah makhluk hidup yang sangat kecil dan hanya dapat dilihat dengan mikroskop. Ini berarti pula bahwa bakteri cukup tipis sehingga tembus cahaya. Akibatnya pada mikroskop tidak tampak jelas dan sukar untuk melihat bagian-bagiannya. Sehingga untuk mengatasi hal tersebut maka perlu dilakukan pengecatan atau pewarnaan pada tubuh bakteri tersebut (Mulyadi, 2011). Bakteri adalah organisme bersel tunggal terkecil, beberapa di antaranya hanya memiliki diameter 0,4 mm. Sel berisi massa sitoplasma dan beberapa bahan inti (dia tidak memilki inti sel yang jelas). Sel dibungkus oleh dinding sel dan pada beberapa jenis bakteri dinding sel ini dikelilingi oleh lapisan lendir atau kapsula. Kapsula terdiri atas campuran polipeptida dan polisakarida (Gaman dan Sherrington, 1992) .
Bakteri merupakan sel prokariotik dan mempunyai berbagai bentuk yang sebagian mm dan panjang 5 kotak besar berbentuk batang dengan lebar kurang dari 1 DNA diselubungi oleh satu membran inti, terdapat organela mitokondria dan protoplas. Daerah inti berupa anyaman benang halus yang langsung berbatasan dengan sitoplasma berisi ribosom.Bakteri berkembang biak dengan membelah diri (Schlegel, 1994). Berdasarkan bentuk morfologisnya, maka bakteri tiu dapat dibagi atas ti golongan,yaitu golongan basil, golongan kokus, dan golongan spiral. Basil (bacillus) berbentuk serupa dengan tongkat pendek, silindris. Sebagian besar dari bakteri itu merupakan basil. Basil dapat bergandeng-gandengan panjang, bergandengan dua-dua, atau terlepas satu sama lain. Yang bergandenggandengan panjang disebut streptobasil, yang dua-dua disebut diplobasil. Ujung-ujung basil yang terlepas satu sama lain itu tumpul, sedang ujung-ujung yang masih bergandengan itu tajam. Kokus (coccus) adalah bakteri yang bentuknya serupa bola-bola kecil. Golongan ini tidak sebanyak golongan basil. Kokus ada yang bergandeng-gandengan panjang serupa tali leher, ini disebiut streptokokus, ada yang bergandengan dua-dua, ini disebut tetrakokus, kokus yang mengelompok merupakan suatu untaian disebut stafilokokus, sedang kokus yang mengelompok serupa kokus disebut sarcina. Spiril (dari spirilum) ialah bakteri yang bengkok atau berbengkok-bengkok serupa spiral. Bakteri yang berbentuk spiral itu tidak banyak. Golongan ini merupakan golongan yang paling kecil, jika dibandingkan dengan golongan kokus maupun golongan basil. (Dwijoseputro, 1978).
Suatu
bahan
makanan
apabila
dibiarkan
pada
keadaan
yang
memungkinkan pertumbuhan bakteri, susu mentah misalnya dengan mutu kesehatan yanag baik akan memungkinkan memberikan rasa asam yang khas. Perubahan ini disebabkan oleh Streptococcus lactis dan spesies-spesies Lactobacillus tertentu. Perubahan utama yang terjadi adalah fermentasi laktosa menjadi asam laktat. Bakteri dalam susu digolongkan berdasarkan suhu pertumbuhan dan ketahanannya terhadap panas. Pertimbangan ini amat praktis karena suhu
rendah
digunakan untuk
mencegah atau menghambat
pertumbuhan mikrobia yang merusak susu dan suhu tinggi (pasteurisasi) untuk mengurngi populasi mikrobia, memusnahkan pathogen dan secara umum memperbaiki mutu susu. Berdasarkan pada persyaratan suhu, tipe bakteri yang diujmpai dalam susu ialah psikofilik, mesofilik, termofilik, dan thermodurik karena beberapa bakteri psikofilik tertentu tumbuh pada suhu sedikit di atas suhu beku dan beberapa bakteri thermofilik tumbuh di atas suhu 65oC (Pelczar dan Schan, 1986). 2.3 Morfologi Bakteri Berdasarkan bentuk morfologisnya, maka bakteri tiu dapat dibagi atas ti golongan,yaitu golongan basil, golongan kokus, dan golongan spiral. Basil (bacillus) berbentuk serupa dengan tongkat pendek, silindris. Sebagian besar dari bakteri itu merupakan basil. Basil dapat bergandeng-gandengan panjang, bergandengan dua-dua, atau terlepas satu sama lain. Yang bergandenggandengan panjang disebut streptobasil, yang dua-dua disebut diplobasil. Ujung-ujung basil yang terlepas satu sama lain itu tumpul, sedang ujungujung yang masih bergandengan itu tajam. Kokus (coccus) adalah bakteri
yang bentuknya serupa bola-bola kecil. Golongan ini tidak sebanyak golongan basil. Kokus ada yang bergandeng-gandengan panjang serupa tali leher, ini disebiut streptokokus, ada yang bergandengan dua-dua, ini disebut tetrakokus, kokus yang mengelompok merupakan suatu untaian disebut stafilokokus, sedang kokus yang mengelompok serupa kokus disebut sarcina. Spiril (dari spirilum) ialah bakteri yang bengkok atau berbengkok-bengkok serupa spiral. Bakteri yang berbentuk spiral itu tidak banyak. Golongan ini merupakan golongan yang paling kecil, jika dibandingkan dengan golongan kokus maupun golongan basil. Suatu bahan makanan apabila dibiarkan pada keadaan yang memungkinkan pertumbuhan bakteri, susu mentah misalnya dengan mutu kesehatan yanag baik akan memungkinkan memberikan rasa asam yang khas. Perubahan ini disebabkan oleh Streptococcus lactis dan spesies-spesies Lactobacillus tertentu. Perubahan utama yang terjadi adalah fermentasi laktosa menjadi asam laktat. Bakteri dalam susu digolongkan berdasarkan
suhu
pertumbuhan
dan
ketahanannya
terhadap
panas.
Pertimbangan ini amat praktis karena suhu rendah digunakan untuk mencegah atau menghambat pertumbuhan mikrobia yang merusak susu dan suhu tinggi (pasteurisasi) untuk mengurngi populasi mikrobia, memusnahkan pathogen dan secara umum memperbaiki mutu susu. Berdasarkan pada persyaratan suhu, tipe bakteri yang diujmpai dalam susu ialah psikofilik, mesofilik, termofilik, dan thermodurik karena beberapa bakteri psikofilik tertentu tumbuh pada suhu sedikit di atas suhu beku dan beberapa bakteri thermofilik tumbuh di atas suhu 65 derajat celcius.
Pertumbuhan dapat didefinisikan sebagai pertambahan jumlah atau volume serta ukuran sel. Pada organisme prokariot seperti bakteri, pertumbuhan merupakan pertambahan volume dan ukuran sel dan juga sebagai pertambahan jumlah sel. Pertumbuhan sel bakteri biasanya mengikuti suatu pola pertumbuhan tertentu berupa kurva pertumbuhan sigmoid. 2.4 Struktur sel bakteri 1. Struktur luar a.
Flagel atau bulu cambuk Bakteri dapat bergerak kemana- mana dengan menggunakan flagel (dari kata flagellum, yang berarti bulu cambuk). Bakteri golongan kokus tidak banyak bergerak. Golongan spiiril banyak yang dapat bergerak, karena mempunyai flagel pada salah satu atau kedua ujungnya. Golongan basil yang dapat bergearak mempunyai flagel yang tersebar baik pada ujung – ujung maupun pada sisi.
b.
Pili atau fimbriae Pili merupakan benang – benang halus yang keluar atau menonjol dari dinding sel, dan hanya di ketemukan pada bakteri berbentuk batang bersifat gram negatif.
c.
Kapsula atau lapisan lendir Lapisan lendir menyelubungi dinding sel seluruh bakteri. Bila lapisan lendir cukup tebal maka bungkus itu di sebut kapsula. Lapisan lendir terdiri atas karbohidrat.
d.
Dinding sel Berfungsi memberikan bentuk tertentu pada bakteri, untuk mengatur keluar masuknya zat kimia, serta memegang peranan dalam pembelahan sel. Dinding sel sangat tipis, sifatnya elastis, terletak di antara kapsula dan membran sitoplasma dengan susunan kimia kompleks.
2. Susunan dalam sel bakteri a.
Membran sitoplasma Membran sitoplasma tersusun oleh senyawa protein, lipida, serta asam nukleat. Membran sitoplasma tersusun oleh senyawa protein ini mudah sekali menghisap warna yang bersifat alkalis.
b.
Protoplasma Protoplasma merupakan isi sel yang di sebut juga sitoplasma atau plasma sel. Protoplasma merupakan koloid yang mengandung karbohidrat, protein, enzim, belerang, kalsium karbonat, dan volutin yaitu suatu zat yang banyak mengandung asam ribonukleat (ARN) dan yang mudah zat warna tertentu, yang bersifat basa.
c.
Inti atau nukleus Nukleus merupakan lokasi utama bahan genetik, dan berfungsi sebagai pusat pengendalian sel. Bakteri merupakan makhluk hidup yang bersifat haploid. Kromosom bakteri tidak memanjang serupa potongan – potongan benang, tetapi melingkar tanpa ujung pangkal.
d.
Organel – organel yang lain Organel adalah struktur – struktur yang terbatasi oleh membran di dalam sitoplasma yang melakukan fungsi – fungsi khusus di dalam sel. Bakteri tidak mempunyai organel nukleolus, tidak mempunyai retikulum indoplasma, tidak mempunyai mitokondria, dan tidak mempunyai tubuh golgi seperti lazimnya sel – sel makhluk berderajat tinggi.
2.5 Metode Pemeriksaan Metode yang dapat digunakan untuk menghitung jumlah mikroba didalam bahan pangan adalah metode hitung cawan. Metode hitung cawan dapat dibedakan atas dua cara, yaitu metode tuang dan metode permukaan. Pada metode tuang, jumlah sampel (1 ml atau 0,1 ml) dari pengenceran yang dokendahaki dimasukkan ke dalam cawan petri, kemudian digoyangkan supaya sampel tersebar merata. Pada metode permukaan, agar-agar steril dituangkan ke dalam cawan petri setelah membeku sebanyak 0,1 ml, contoh yang telah diencerkan diinokulasikan pada permukaan agragar dan diratakan dengan batang gelas lemelngkung (hockey stik) steril (Fardianz. 1992). 2.6 Prinsip Metode Hitung Cawan dan Pengenceran Prinsip dari metode hitung cawan adalah jika sel yang masih hidup ditumbuhkan pada medium agar, maka sel tersebut akan berkembang biak dan membentuk koloni yang dapat dilihat langsung dan dihitung dengan mata tanpa menggunakan mikroskop (Ferdianz. 1992). Prinsip pengenceran adalah menurunkan jumlah sehingga semakin banyak jumlah pengenceran yang dilakukan, makin sedikit sedikit jumlah mikrobia,
dimana suau saat didapat hanya satu mikrobia pada satu tabung. Inkubasi dilakukan selama 2x 24 jam karena jumlah mikrobia maksimal yanhg dapat dihitung, optimal setelah masa inkubasi, sel yang masih hidup akan membentuk koloni yang dapat dilihat langsung oleh mata (Waluyo. 2004). 2.7 Media Pertumbuhan Bakteri Media adalah suatu bahan atau susunan bahan yang terdiri dari nutrisi atau zat-zat makanan yang digunakan untuk menumbuhkan mikroba (bakteri). Media pertumbuhan atau pembiakan diperlukan untuk mempelajari sifat bakteri untuk dapat mengadakan identifikasi, determinasi, atau diferensiasi jenis-jenis yang ditemukan. Media pembiakan yang digunakan untuk mengembangbiakkan bakteri di laboratorium dapat dibedakan menjadi tiga yaitu; medium pembiakan dasar, medium pembiakan penyubur, medium pembiakan selektif, dan cara mendapatkan biakan murni (Ariandi. 2016). 2.2.1 Media padat Dimana pada media digunakan bahan pemadat, misalnya agar-agar. Jumlah tepung agar yang ditambahkan tergantung kepada jenis mikroba yang dibiakkan. Bila mikroba memerlukan kadar air tinggi maka jumlah tepung agar harus rendah/sedikit, tetapi bila kadar air harus rendah makan penambahan tepung agar harus lebih banyak. Media padat umumnya dipergunakan untuk bakteri, ragi, jamur dn akadang-kadang microalgae (Ariandi. 2016). Media ini terdiri dari tiga macam bentuk, yaitu: 1. Bentuk lempeng, media dibekukan di dalam cawan pertri.
2. Bentuk miring, media dibekukan dalam keadaan miring di dalam tabung reaksi. 3. Bentuk tegak, media dibekukan dalam keadaan tegak dalam tabung. 2.2.2 Media cair Yaitu bila ke dalam media tidak ditambahkan zat pemadat. Umumnya dipergunakan untuk pembiakan mikroalgae, kadang-kadang bakteri dan ragi (Ariandi. 2016). 2.2.3 Media semi padat atau semi cair Yaitu bila penambahan zat pemadat hanya 50% atau kurang. Umumnya diperlukan untuk pertumbuhan mikroba yang banyak memerlukan kandungan air dan hidup anaerobik atau fakultatif, atau untuk pemeriksaan pergerakkan bakteri. Berdasarkan fungsinya media terdiri dari beberapa jenis, yaitu : 1. Media Pengaya, adalah Media yang ditambah zat-zat tertentu (misalnya : serum, darah, ekstrak tumbuhan) sehingga dapat digunakan untuk menumbuhkan mikroba heterotrof tertentu. Misal: medium buatan loeffler ditambah serum (memiara basil difteri); medium ditambah air tomat untuk menumbuhkan lactobacillus 2. Media Khusus, adalah media untuk menentukan tipe pertumbuhan mikroba dan kemampuannya untuk mengadakan perubahan kimia tertentu. 3. Media Penguji, adalah media dengan susunan tertentu yang digunakan
untuk
pengujian
antibiotik dan sebagainya .
vitamin-vitamin,
asam
amino,
4. Media Selekif, adalah media yang ditambah zat-zat tertentu yang bersifat selektif untuk mencegah pertumbuhan mikroba lain. Misal: Kristal
violet
menumbuhkan
bakteri
Gram
negatif
saja,
menghambat bakteri Gram positf 5. Media Differensial, adalah Media yang ditambah zat kimia tertentu, suatu mikroba membentuk pertumbuhan tertentu, dapat untuk membedakan tipe-tipenya misal : Darah Agar dapat membedakan bakteri hemolitik dan bakteri non hemolitik (Ariandi. 2016). 2.8 Media Nutrien Agar(NA) Nutrient
Agar
(NA)
meruapakanmedia
bakteri
universal.
NA
mengandung sumber nitrogen dalam jumlah cukup kultur bakteri dan unntuk perhitungan mikroorganisme dalam specimen, NA merupakan media yang sederhana dengan komposisi ekstrak daging sapi 3 gram, peptone 5 gram, dan agar 15 gram. Ekstrak daging sapid an peptone digunakan sebagai sumber protein, nitrogen, vitamin, serta karbohidrat dibutuhkan pertumbuhan bakteri. Peptone merupakan sumber utama dari nitrogen organic, yang sebagian merupakan asam amino da peptide rantai panjang. Adapu agar digunakan sebagai bahan pemadat media (Arianda. 2016). 2.9 Syarat Perhitungan Jumlah Koloni Perhitungan jumlah koloni dilakukan dengan hitungan cawan (Total Plate Counts) berdasarkan pertumbuhan dapat dilihat langsung tanpa mikroskop (Fardianz. 1992). Menurut Jutono (1980) tidak semua jumlah bakteri dapat dihitung. Ada beberapa syarat perhitungan yang harus dipenuhi, yaitu :
1. Jumlah koloni tiap petridish anatra 30-300 koloni, jika memang tidak ada yang memnuhi jumlahnya mendekati 300. 2. Tidak ada koloni yang menutup lebih besar dati setengah luas petridish, koloni tersebut dikenal sebagai spreader. 3. Perbandingan jumlah bakteri dari hasil pengenceran yang berturut-turut antara pengenceran yang lebih besar dengan pengenceran sebelumnya, jika sama atau lebih kecil dari 2 hasilnya dirata-rata, tatapi jika lebih besar dari 2 yang dipakai jumlah mikrobia dari hasil pengenceran sebelumnya. 4. Jika dengan ulangan setelah memenuhi syarat hasilnya dirata-rata. Dalam perhitungan
jumlah
mikroorganisme
ini
seringkali
digunakan
pengenceran. Pada pengenceran dengan menggunakan botol cairan terlebih dahulu dikocok dengan baik sehingga kelompok sel dapat terpisah.
Pengenceran
sel
dapat
membantu
untuk
memperoleh
perhitungan jumlah mikroorganisme yang benar. Namun pengenceran yang terlalu tinggi akan menghasilkan lempengan agar dengan jumlah koloni yang umumnya relative rendah 2.10 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kontaminasi Bakteri Faktor-faktor yang menyebabkan kontaminasi bakteri dari dalam makanan dibagi menjadi 2 yaitu : 1. Faktor Intrinsik, merupakan penyebab pertumbuhan mikroba yang dikontrol oleh bakteri itu sendiri. Contoh factor intrinsic tersebut adalah pH, potensial oksidasi-reduksi, struktur fisik makanan, struktur biologis
makanan, ketersediaan oksigen untuk bakteri yang ada, kandungan nutrisi, dan aktivitas air (Anwar. 1985). 2. Faktor Ekstrinsik, adalah factor yang berkaitan dengan keadaan lingkungan disekitarnya. Contoh factor ekstrinsik adalah temperature, kelembapan udara relative, kandungan O2 dan CO2 yang ada, serta jenis dan jumlah mikroba yang ada dimakanan tersbut (Anwar. 1985). 2.11 Kelebihan dan Kelemahan Dari ALT Keuntungan dari metode pertumbuhan agar atau metode uji Angka Lempeng Total (ALT) adalah dapat mengetahui jumlah mikroba yang dominan. Keuntungan lainnya dapat diketahui adanya mikroba jenis lain yang terdapat dalam contoh (Buckle. 1987). Adapun kelemahan dari metode ini adalah : 1. Kemungkinan terjadinya koloni yang berasal lebih dari satu sel mikroba, seperti pada mikroba yang berpasangan, rantai atau kelompok sel (Buckle. 1987). 2. Kemungkinan ini akan memperkecil jumlah sel mikroba yang sebenarnya. Kemungkinan adanya jenis mikroba yang tidak dapat tumbuh karena penggunaan jenis media agar, suhu, pH, atau kandungan oksigen selama masa inkubasi (Buckle. 1987). 3. Kemungkinan ada jenis mikroba tertentu yang tumbuh menyebar diseluruh permukaan media agar sehingga menhalangi mikroba lain. Hal ini akan mengakibatkan mikroba lain tersebut tidak terhitung (Buckle. 1987).
4. Perhitungan dilakukan pada media agar yang jumlah populasi mikrobanya antara 30-300 koloni. Bila jumlah populasi kurang 30 koloni akan menghasilkan perhitungan yang kurang teliti secara statistic, namun bila lebih dari 300 koloni akan menghasilkan hal yang sama karena terjadi persaingan diantara koloni (Buckle. 1987). 5. Perhitungan populasi mikroba dapat dilakukan setelah masa inkubasi yang umumnya membutuhkan waktu selama 24 jam atau lebih (Buckle. 1987).
BAB III METODE PRAKTIKUM 3.1 Waktu dan Tempat Praktikum Pelaksanaan praktikum bakteriologi III dilaksanakan pada hari jumat dan sabtu, tanggal 15 dan 16 maret 2019. Bertempat dilaboratorium Kimia & Mikrobiologi STIKES Bina Mandiri Gorontalo. 3.2 Alat Adapun alat yang digunakan pada praktikum kali ini ialah autoklaf, inkubator, coloni conter, tabung reaksi, pipet tetes, cawan petri, erlenmeyer, dan vortex. 3.3 Bahan Adapun bahan yang digunakan pada praktikum kali ini ialah sampel bahan makanan, NaCl fisiologis, dan nutrient agar (NA). 3.4 Prosedur Kerja 3.4.1 Hari Pertama (Pembuatan suspensi sampel makanan dan penanaman koloni) 1. Tandailah 5 cawan petri dengan nama sampel makanan yang akan diuji dan pengencerannya (10-1, 10-2, 10-3, 10-4, dan kontrol). 2. Cairkan media NA pada hot plate. 3. Timbang 1 gr sampel makanan yang telah dihaluskan. 4. Tambahkan NaCl fisiologis 90 ml. 5. Siapkan 5 tabung reaksi. 3 tabung reaksi dimasukkan NaCl fisiologis 9 ml, 1 tabung reaksi dibiarkan kosong, dan 1 tabung reaksi sebagai konrol.
6. Pindahkan 1 ml sampel dari beaker gelas yang berisi 90 ml ke tabung 10-1. 7. Setelah itu pindahkan 1 ml sampel dari tabung 10-1 ke tabung 10-2. Begitupun seterusnya sampai pada tabung 10-4. 8. Kemudian ke 5 tabung tersebut dimasukkan pada cawan petri masing-masing. 9. Tambahkan masing-masing cawan petri media NA secukupnya. 10. Inkubasi seluruh lempeng dengan posisi terbalik 24 jam. 3.4.2 Hari Kedua (Pembacaan koloni pada media NA) 1. Keluarkan media NA yang sudah diinkubasi selama 24 jam pada inkubator 2. Hitung jumlah koloni bakteri pada media NA mengggunakan koloni conter.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan didapatkan hasil sebagai berikut. Tabel 4.1 Hasil pemeriksaan ALT Sampel
Sampel Cilok
Pengenceran
Gambar
Jumlah Koloni
10-1
340
10-2
275
Tidak Kontrol
terdapat koloni
4.2 Pembahasan Prinsip pengujian Angka Lempeng Total yaitu mengamati pertumbuhan koloni bakteri yaitu pertumbuhan koloni bakteri baik, setelah sampel dihaluskan maka diinokulasikan pada media lempeng agar (Media NA) dengan cara tuang maupun sebar dan diinkubasi pada suhu yang sesuai. Dalam praktikum kali ini metode yang digunakan adalah metode sebar yaitu terlebih dahulu dibuat agar pada cawan dan dibiarkan sampai halus kemudian sebanyak 1 gr contoh sampel yang telah dihaluskan pada permukaan agar tersebut. Sampel yang digunakan dalam pengujian ALT (Angka Lempeng Total) adalah cilok yang dihaluskan menggunakan cawan porselin. Pada pengujan Angka Lempeng Total digunakan media NA( Nutrien Agar) sebagai media padatnya. Prosedur pengujian Angka Lempeng Total yaitu dengan cara aseptik ditimbang 1 gr sampel yang
telah dihomogenkan dengan NaCl 0,9 %
sebanyak 90 ml. Setelah homogen sampel dan NaCl, dipipet sebanyak 1 ml sampel kemudian dipindahkan pada tabung reaksi yang sudah berisi 9 mL NaCl 0,9 %, kemudian dihomogenkan dengan selama 30 detik sehingga diperoleh suspensi dengan pengenceran 10-1. Disiapkan 5 tabung atau lebih yang masing-masing telah diisi dengan 9 ml NaCl 0,9 %. Hasil dari homogenisasi pada penyiapan sampel yang merupakan pengenceran 10-1 dipipet sebanyak 1 mL ke dalam tabung NaCl pertama, dikocok homogen hingga diperoleh pengenceran 10-2. Dibuat pengenceran selanjutnya hingga 10-5. Karena dalam angka hitung lempeng ini digunakan metode permukaan atau sebar maka, pada tiap cawan 10-1 sampai 10-5 dan dibuat juga kontrol
media (blangko) yang bertujuan untuk membuktikan sterilitas media dilakukan pembuatannya secara aseptis atau tidak. Jika pada blangko tumbuh sejumlah koloni bakteri, berarti dalam perlakuan membuat media NA kurang aseptis dalam melakukan pembuatan media NA. Setelah media dalam cawan telah padat, maka setiap suspensi pengenceran dari 10-1 sampai 10-5 dan kontrol dibungkus dan diinkubasi suhu 35-37°C dimana suhu tersebut merupakan pertumbuhan bakteri yang paling optimal dan dilakukan selama 1×24 jam dengan posisi terbalik. Setelah itu jumlah koloni yang tumbuh diamati dan dihitung. Perlu diingatkan bahwa semua perlakuan diatas harus secara aseptis, agar tidak terjadi kontaminasi terhadap mikroorganisme lain. Dari hasil praktikum, pengenceran yang dihitung hanya 10-1 dan 10-2 karena berdasarkan atas interprestasi hasil yang diambil hanya rage antara 30300. Diamana, koloni bakteri yang terbentuk pada pengenceran 10-1 sebanyak 340 koloni dan pengenceran 10-2 sebanyak 275 koloni..
DAFTAR PUSTAKA Anwar, S. 1985. Sanitasi Makanan dan Minuman Pada Institusi Pendidikan Tenaga Sanitasi. Jakarta Departemen Kesehatan RI Buckle,K. A. 1987. Ilmu Pangan. Jakarta : Universitas Indonesia Press Fardianz, Srikandi. 1992. Mikrobiologi Pangan I. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Jutono, J. 1980. Pedoman Praktikum Mikrobiologi Umum. Yogyakarta : UGM Press Maruni, Mulyadi. 2018. Penuntun Praktikum Bakteriologi II. Sulawesi Selatan : Pustaka As salam Waluyo, L. 2004. Mikrobiologi Umum. Malang : UMM Press