BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit terminal merupakan sebuah penyakit progresif yang sudah tidak bisa di sembuhkan lagi dan akan berlanjut menuju kearah kematian, Penyakit terminal ini dapat di katakan bahwa harapan untuk hidup tipis (Fitria, 2010). Keadaan teminal bisa dikatakan keadaan dimana suatu penyakit sudah tidak bisa disembuhkan lagi dan akhir dari semuanya atau sudah mendekati kearah kematian (Anita, 2016). Pasien dengan kondisi terminal atau stadium akhir mengalami keadaan dimana penyakit sudah tidak dapat di sembuhkan dan tidak dapat diobati secara memadai oleh dokter ataupun tim medis yang lain, dan akan berkembang hingga kearah kematian (Irawan, 2013). Menurut
Keputusan
Kementrian
Kesehatan
RI
No:
812/Menkes/SK/VII/2007, Di setiap tahun jumlah pasien dengan penyakit yang belum dapat disembuhkan baik pada dewasa dan anak tergolong meningkat. Penanganan yang harus di berikan kepada pasien dengan stadium lanjut harus menekankan pada pendekatan yang bertujuan untuk membantu meningkatkan kualitas hidup pasien (Irawan, 2013). Namun pelayanan kesehatan di Indonesia belum menyentuh kebutuhan pasien dengan penyakit yang sulit disembuhkan tersebut, terutama pada stadium lanjut dimana prioritas pelayanan tidak hanya pada penyembuhan tetapi juga perawatan agar mencapai kualitas hidup yang terbaik bagi pasien dan keluarganya. (Fitria, 2010). Penyakit terminal merupakan salah satu masalah kesehatan yang sangat mempengaruhi kehidupan manusia, pasien dengan kondisi terminal tidak hanya mengalami berbagai masalah fisik (Irawan, 2013). Penyakit terminal dapat digambarkan dalam respon fisik dengan gerakan penginderaan menghilang, aktivitas gastrointestinal berkurang, refleks meng-hilang, suhu tinggi, kulit kelihatan kebiruan dan pucat, denyut nadi tidak teratur (Elis dan Vesty, 2016).
Dampak lain yang terjadi
diantaranya banyak kemungkinan komplikasi psikologis dan kejiwaan yang paling umum adalah ganggunag kecemasan, gangguan depresi dan gangguan kognitif (Atika et al, , 2008). Masyarakat menganggap perawatan paliatif hanya untuk pasien dalam kondisi terminal yang akan segera meninggal. Namun konsep baru perawatan paliatif menekankan pentingnya integrasi perawatan paliatif lebih dini agar masalah fisik, psikososial dan spiritual dapat diatasi dengan baik (Fitria, 2010). Menurut Keputusan Kementrian Kesehatan RI No: 812/Menkes/SK/VII/2007, Perawatan paliatif menekankan pelayanan kesehatan yang bersifat holistik dan terintegrasi dengan melibatkan berbagai profesi yang bertujuan untuk memperbaiki kualitas hidup pasien dan juga keluarga yang menghadapi masalah yang berhubungan dengan penyakit yang dapat mengancam jiwa. Menurut WHO (2010) menyatakan bahwa semua pasien dengan kndisi terminal membutuhkan perawatan paliatif. Hal ini berarti bahwa perawatan paliatif diberikan sejak awal diagnosa ditegakkan tanpa mempedulikan stadium penyakit. Pendapat yang berbeda diungkapkan oleh Australian Palliative Care, yang menyatakan bahwa ketentuan perawatan paliatif tidak harus berdasarkan waktu, namun atas dasar kebutuhan fisik dan psikososial yang diidentifikasi dari pasien dan keluarga. Tidak semua orang dengan penyakit yang mengancam nyawa akan membutuhkan perawatan paliatif (Waller et al., 2011). Menurut
Keputusan
Kementrian
Kesehatan
RI
No:
812/Menkes/SK/VII/2007 Kualitas hidup pasien merupakan keadaan pasien yang dipersepsikan terhadap keadaan sesuai konteks budaya dan sistem nilai yang di anutnya, termasuk tujuan hidup, harapan dan niatnya. Kualitas hidup penderita dengan penyakit tak bisa disembuhkan akan terus memburuk atau menurun jika harapan penderita tidak sesuai dengan kenyataan yang ada. Pasien dengan penyakit terminal akan memberikan pengaruh besar dalam emosi yang tidak stabil, penampilan dan perilaku psikososial individu (Anita, 2016).
Permasalahan yang perlu diantisipasi pasien agar kualitas hidupnya tetap optimal tidak hanya penanganan masalah penurunan fisik namun juga antisipasi dan manajemen masalah psikososial (Yunie et al,, 2016). Permasalahan psikososial yang terjadi seperti menarik diri, gangguan sosialisasi, gangguan peran, kekhawatiran terhadap hubungan dengan pasangan, perubahan gaya hidup, kehilangan semangat akibat adanya pambatasan serta adanya perasaan terisolasi (Irawan, 2013). Secara psikologis pasien terminal mempunyai insiden tinggi terhadap kejadian depresi, ansietas, dan menghadapi kesulitan dalam menerima penyakitnya (Endro, 2017). Pasien dengan penyakit terminal, biasanya semakin tidak bisa menunjukkan dirinya secara ekspresif, kemungkinan menjadi kesulitas untuk mempertahankan kontrol biologis dan fungsi sosialnya, pasien juga terkadang tidak bisa mengontrol amarah dan tidak jarang menyalahkan keluarga, tim medis bahkan Tuhan atau takdir yang diterimanya (Atika et al,, 2008). Berdasarkan uraian latar belakang diatas peneliti tertarik untuk meneliti “Bagaimana Hubungan Perawatan Paliatif Terhadap Kualitas Hidup Pasien (Psikososial) Pada Penderita Penyakit Terminal di Rumah Sakit
RSUD Kabupaten Jombang”.
1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana Hubungan Perawatan Paliatif Terhadap Kualitas Hidup (Psikososial) Pada Penderita Penyakit Terminal di Rumah Sakit RSUD Kabupaten Jombang”.
1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Untuk menganalisis apakah ada hubungan perawatan paliatif terhadap kualitas hidup (Psikososial) pada penderita penyakit terminal di Rumah Sakit RSUD Kabupaten Jombang.
1.3.2 Tujuan Khusus 1. Mengetahui tingkat kualitas hidup pasien terminal di Rumah Sakit. 2. Mengidentifikasi sejauh mana tingkat kebutuhan perawatan paliatif pada pasien terminal di Rumah Sakit. 3. Menganalisa sejauh mana hubungan kualitas hidup terhadap kebutuhan perawatan paliatif pada penderita penyakit terminal di Rumah Sakit RSUD Kabupaten Jombang.
1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Bagi Institusi Pendidikan Hasil penelitian ini dapat menjadi tambahan sumber kepustakaan di bidang perawatan paliatif di perpustakaan khususnya tentang perawatan paliatif terhadap kualitas hidup pasien (Psikososial) Pada Penderita Penyakit Terminal.
1.4.2 Bagi Peneliti Bahan belajar dalam menerapkan ilmu dan teori yang di dapatkan selama perkuliahan dalam praktek di lingkungan keperawatan, peningkatan daya fikir dan mengamati suatu permasalahan sehingga dapat memberi pengalaman yang nyata bagi peneliti dalam proses penelitian.