Bioteknolog1

  • Uploaded by: Wahyudin
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Bioteknolog1 as PDF for free.

More details

  • Words: 1,670
  • Pages: 6
BIOTEKNOLOGI Bioteknologi adalah manipulasi organisme atau komponen organisme tersebut untuk melakukan tugas praktis, menghasilkan produk yang bermanfaat. Sejak berabad-abad bioteknologi yang menggunakan mikroorganisme telah berlangsung secara tradisional, seperti pada proses pembuatan anggur, bir, keju, sake, dan lain-lain. Proses tradisional ini hanya menggunakan dan mengandalkan proses genetik alami dari mikroba. Di jaman modern, bioteknologi telah lebih banyak menggunakan sumber genetik (DNA) organisme yang telah dimanipulasi dan disebut dengan rekayasa genetika. Rekayasa genetika telah memungkinkan para ilmuwan untuk memodifikasi gen-gen spesifik dan memindahkannya di antara organisme yang berbeda. Namun demikian, dengan meluasnya aplikasi rekayasa genetika ini di segala bidang, perlu juga diperhatikan masalah-masalah sosial dan etika yang dapat timbul.

Aplikasi Bioteknologi secara Tradisional Aplikasi bioteknologi secara tradisional, yaitu bioteknologi yang belum mengenal adanya istilah genetika dan kloning, sudah cukup lama berlangsung. Bioteknologi ini berupa pemanfaatan mikroba dalam fermentasi, seleksi atau persilangan tradisional dibidang pertanian dan peternakan untuk mencari bibit unggul. Diantara bioteknologi tradisional adalah : a. Seleksi : yaitu pemilihan sifat yang sesuai dengan keinginan manusia b.Hibridisasi : yaitu perkawinan silang antar dua individu dengan sifatsifat yang diinginkan manusia dengan tujuan memperbaiki keturunan. Contoh hibridisasi di bidang peternakan : - Silang murni (‘purebreeding’) : jantan dan betina yang disilangkan sama bangsanya. - Silang dalam (‘inbreeding’) : jantan dan betina yang disilangkan masih ada hubungan kekeluargaan. - Silang luar (‘crossbreeding’) : jantan dan betina yang disilangkan berbeda bangsa tetapi mempunyai darah murni, tujuan persilangan ini untuk membentuk ras baru. Sapi Brahman x Shorthern Santa gertrudis

Sapi Brahman x Angus Brangus - ‘Upgrading’ : jantan yang telah diketahui kualitasnya disilangkan dengan betina setempat. Adapun di bidang pertanian, tanaman hasil persilangan diantaranya : padi Bogowonto, Mahakam, Peta Baru (PB),dan Cisadane.

Aplikasi Bioteknologi secara Modern Aplikasi bioteknologi modern adalah bioteknologi yang telah memanfaatkan pengetahuan genetika dan kloning, atau secara umum disebut rekayasa genetika, seperti : Mutasi buatan : yaitu mutasi yang ditujukan untuk merubah susunan gen, sehingga sifat yang diturunkan pun berubah. Mutasi buatan ini umumnya menggunakan radiasi, contohnya : padi var. Atomita I dan II, kedelai var. Muna. Transplantasi gen / Penyisipan gen / Teknologi Plasmid: yaitu penyisipan gen organisme satu ke genom organisme lain, dengan tujuan untuk produksi suatu senyawa dalam skala besar dan cepat, untuk terapi medis, atau untuk mengatasi masalah lingkungan. Hibridoma : yaitu teknik pencangkokan sel dengan materi genetik dari sel yang lain, yang umumnya digunakan untuk terapi medis kekebalan tubuh (imunoterapi) dan kanker. Contohnya pemasukkan genom penghasil antibodi dari sel limfosit, kedalam sel kanker yang sangat cepat berploriferasi, sehingga sel kanker tersebut dapat menghasilkan antibodi dan dapat melawan sel kanker lainnya atau zat asing yang masuk ke dalam tubuh dengan cepat, yang secara normal tidak bisa diatasi oleh antibodi dari sel limfosit saja. Kloning : yaitu teknik perbanyakan sel, jaringan atau organisme secara aseksual, bias melibatkan dua induk atau satu induk. Adapun teknik rekayasa genetika yang umum dilakukan adalah sebagai berikut :

A.Perbanyakan(Pengklonan)DNA Kloning DNA umumnya adalah perbanyakan DNA rekombinan, yaitu DNA yang sudah direkayasa dengan teknik penggabungan/penyisipan gen (DNA) dari organisme satu ke dalam genom organisme lain (transplantasi gen/teknologi plasmid). Contohnya : kloning gen penghasil insulin dari kelenjar pankreas manusia, disisipkan ke dalam plasmid bakteri Escherichia coli, sehingga bakteri dapat

mengekspresikan gen tersebut dan menghasilkan insulin manusia dalam jumlah yang banyak, mengingat bakteri sangat cepat membelah diri dan bertambah banyak dengan cepat. Mekanisme Penyisipan Gen/DNA : 1. DNA yang ingin disisipkan, diisolasi dan dipotong oleh enzim endonuklease restriksi, ditempat yang urutan nukleotidanya spesifik. 2. DNA yang akan digunakan sebagai inang, misalnya plasmid bakteri E. coli, diisolasi dan dipotong pula oleh enzim yang sama. Plasmid ini biasanya disebut sebagai vektor pengklon. 3. Fragmen DNA kemudian disisipkan ke dalam vektor dan disatukan oleh enzim endonuklease ligase. 4. Plasmid yang telah disisipi, dimasukkan kembali ke dalam bakteri, kemudian bakteri tersebut dikembangbiakan menjadi banyak, sehingga rekombinan pun ikut bertambah banyak, demikian pula hasil ekspresi gennya.

B.Kloning gen Eukariotik dalam Plasmid Bakteri Pengekspresian gen eukariot di dalam ruang lingkup gen prokariot sangatlah sulit, karena kedua gen tersebut susunannya berbeda, selain itu adanya daerah bukan pengkode (intron) di dalam DNA eukariotik yang cukup panjang, dapat mencegah ekspresi gen yang benar oleh sel prokariot.Untuk mengatasi hal tersebut, maka ketika enzim restriksi memotong DNA eukariot, dibagian hulu fragmen DNA tersebut harus disisipi oleh promoter prokariot. Pada saat gen eukariot disisipkan, bakteri dapat mengenali promoter, dan langsung mengekspresikan gen tersebut. Untuk hal yang kedua, bisa diatasi dengan merubah mRNA menjadi DNA komplementer (‘complementary DNA’/cDNA), menggunakan enzim transkriptase balik (‘reverse transcriptase’), yaitu enzim yang diisolasi dari retrovirus. mRNA bisa digunakan karena pada mRNA, intronnya telah dikeluarkan pada saat proses ‘splicing’ . Setelah DNA ditransplantasi menghasilkan DNA rekombinan, maka DNA tersebut harus dimasukkan kembali ke dalam inang, supaya bisa berekspresi. Pemasukkan DNA rekombinan bisa dengan cara elektroporasi (memberikan kejutan listrik untuk membuka membran sel), atau dengan cara penyuntikan (mikroinjeksi), atau dengan cara transformasi, yaitu penyerapan DNA rekombinan dari larutan.

C.Kloning DNA secara In Vitro

Pengklonan DNA di dalam sel tetap merupakan metode terbaik untuk mempersiapkan gen tertentu dalam jumlah banyak. Namun ketika sumber DNA sangat sedikit dan tidak murni, maka dapat digunakan metode PCR (‘Polymerase Chain Reaction’), sehingga setiap fragmen DNA dapat disalin beberapa kali dengan cepat dan diperkuat (amflipikasi) tanpa menggunakan sel. Mekanisme PCR dapat dilihat pada gambar 3. Adapun yang dibutuhkan dalam PCR ini adalah enzim DNA polimerase yang tahan panas, potongan DNA untai tunggal sebagai primer, dan pasokan nukleotida. Sejak tahun 1985, PCR telah banyak digunakan dalam penelitian biologis kedokteran, sosial, dan hukum. Contohnya : PCR digunakan untuk memperkuat DNA gajah purba (Mamoth), yang telah berusia 40.000 tahun, PCR digunakan untuk mendeteksi pelaku kejahatan dari sampel DNA air mani, darah atau jaringan tubuh pelaku lainnya, atau PCR ini digunakan untuk mendeteksi patogen yang sulit terdeteksi, seperti DNA virus HIV.

Bioteknologi Genetik dalam Akuakultur Fokus bioteknologi genetic dalam akuakultur adalah meningkatkan laju pertumbuhan, tanpa mengabaikan peningkatan ketahanan terhadap penyakit dan toleransi terhadap kondisi lingkungan. Saat ini, telah banyak sumbangsih perkembangan bioteknologi dalam akuakultur yang dapat diaplikasikan dan dimanfaatkan oleh masyarakat pembudidaya. Penangkaran selektif atau yang dikenal dengan selective breeding, merupakan contoh bioteknologi yang telah sangat lama diterapkan. Karenanya, teknik ini dikenal pula dengan istilah a traditional animal breeding. Namun demikian, apakah setradisional itu? Kalau istilah tradional ini dimaknai sebagai sesuatu yang sederhana, maka saya sendiri tidaklah menanggapinya demikian. Hal ini karena, justru teknik inilah yang hingga kini masih tetap diterapkan; baik sebagai awal pelaksanaan sebuah breeding program, maupun sebagai tahap lanjutan dari bioteknologi-bioteknologi lain yang muncul belakangan. Mas, merupakan contoh ikan yang paling awal dikembangkan dengan teknik ini --ribuan tahun yang lalu— dan kemudian menyusul ikan dari golongan catfish, trout dan tilapia. Sebagai hasilnya, program-program penangkaran selektif telah mampu meningkatkan pertumbuhan ikan sebesar 5-20% per generasi pada Atlantic salmon, catfish dan tilapia. Bagaimana dengan di Indonesia? Banyak jenis ikan potensial yang dapat dikembangkan dengan teknik ini; mas, nila, lele, adalah contoh yang saat ini sedang menerapkan konsep ini. Agar hasilnya sesuai dengan harapan, maka penentuan genetic gain, trait, kelengkapan sarana-prasarana, tenaga pelaksana, dana dan jejaring kerja (termasuk penyusunan breeding program); saya pikir adalah suatu hal yang tidaklah nisbi. Dan pelaksanaanya

pun seyogyanya dimulai saat ini dan terus konsisten. Sebab kalau tidak, maka ketergantungan terhadap produk luar pasti tidak terelakkan. Manipulasi set kromosom atau chromosome-set manipulation merupakan teknik yang dapat digunakan untuk memproduksi ikan triploid. Ikan hasil modifikasi set kromosom ini memiliki banyak manfaat untuk tujuan produksi. Walaupun tidak berlaku untuk semua spesies ikan, namun ikan triploid telah diyakini mampu melakukan efisiensi energi pada beberapa ikan budidaya. Dari tinjauan perkembangan gonosom, beberapa produk perikanan yang triploid bahkan mengalami steril hingga mendekati 100%. Dalam akuakultur, suatu jenis kelamin seringkali lebih dikehendaki dibandingkan dengan jenis kelamin yang lain. Sebagai contoh, betina sturgeon dapat dimanfaatkan untuk memproduksi caviar, nila jantan lebih cepat tumbuh dibandingkan dengan betina dan betina trout dan salmon secara umum tumbuh lebih cepat dibandingkan jantan. Adanya realita sexual dimorphism ini tentu saja karunia Allah yang dapat ditindak lanjuti dengan kegiatan manipulasi pada tahap perkembangan gamet dan embrio. Manipulasi yang saya maksudkan adalah dengan teknik denaturasi DNA dalam gamet melalui manipulasi set kromosom atau dengan teknik sex reversal yang kemudian diikuti dengan penangkaran/breeding. Penerapan teknik hormonal ini mampu mengubah phenotype kelamin (fisik) pada beberapa spesies akuatik. Sebagai contoh, jantan nila dapat diarahkan menjadi betina secara fisik melalui penggunaan estrogen. Maka ”lahirlah” ikan nila yang secara genetik jantan, namun secara fisik adalah betina. Dan ikan ini dapat dipijahkan dengan betina normal untuk menghasilkan populasi all-male yang tumbuh lebih cepat dan sangat memungkinkan untuk terhindar dari pemijahan ’liar’ (seperti yang sering terjadi pada populasi campuran. Bahkan jika telah memiliki populasi jantan yang memiliki dua kromosom jantan (misalnya YY), maka populasi ini dapat dimanfaatkan untuk memproduksi generasi all-male tanpa menggunakan hormon lagi. Dan saya pikir, populasi inilah yang sangat dibutuhkan oleh para pembudidaya di tanah air (walaupun tentu saja masih sangat perlu kajian lebih lanjut; terutama karena seringkali, para pembudidaya di negeri ini masih kurang taat azas dan suka bikin aturan main sendiri). Lebih detail tentang masalah ini pada ikan nila, telah saya bahas dalam tulisan tentang breeding program produksi nila jantan. Hibridisasi adalah contoh teknologi genetic yang sederhana. Meningkatnya pemahaman bahwa sinyal lingkungan seperti panjang siang (bagi negara dengan empat musim), suhu atau arus air dapat memainkan peran dalam reproduksi ikan, maka semakin terasa

penting untuk melakukan breeding program. Anda pasti masih ingat bahwa Bangkok adalah sebuah kota di Thailand. Namun bagaimana dengan jambu, nila, pepaya atau patin bangkok? Ini masalah opini... Boleh jadi, bahwa tidak semua dari empat komoditas yang saya sebutkan ini dihasilkan di Bangkok. Boleh jadi komoditas itu dihasilkan di kota lainnya kan? Lalu bagaimana dengan produk perikanan Indonesia? Tidak ada ke-khasan di tanah ini. Negeri yang sebenarnya memiliki 13 jenis patin local; jauh lebih banyak dibandingkan Thailand yang hanya punya 3 jenis atau Malaysia yang punya 10 jenis. Negeri ini kaya, namun seperti belum siap untuk mengelola semua potensi yang dimilikinya. Maka jadilah kita sebuah negeri yang penuh potensi, sehingga tak ayal bahwa yang memanfaatkannya adalah negara lain. Anda pasti sepaham, bahwa air yang tenang pasti mengandung energi potensial; maka energi potensial itu dapat menjelma menjadi energi mekanik kalau ia dimanfaatkan.Ia bergerak dan negeri ini pun harus bergerak.

Related Documents


More Documents from "Eni Yuhaeni"