Bimbingan Konseling Kita.docx

  • Uploaded by: Akhi Fikri
  • 0
  • 0
  • November 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Bimbingan Konseling Kita.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 2,749
  • Pages: 17
TUGAS TERSTRUKTUR BIMBINGAN DAN KONSELING

DOSEN PENGAMPU ISNARIA RIZKI HAYATI, M.Pd

JENIS- JENIS LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING

OLEH KELOMPOK 6 ABDUL FIKRI

11711102274

KHOIRUNNISA

11710124145

LOKAL FIKIH IV A JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU TAHUN 2019 M / 1440 H

KATA PENGANTAR

i

DAFTAR ISI Kata Pengantar ........................................................................................................

i

Daftar Isi .................................................................................................................

ii

BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang ............................................................................................ B. Rumusan Masalah ...................................................................................... C. Tujuan Pembahasan .................................................................................... BAB II Pembahasan A. Pengertian Bimbingan dan Konseling ......................................................... 1. Bimbingan ............................................................................................ 2. Konseling .............................................................................................. B. Jenis-Jenis Layanan Bimbingan Dan Konseling ........................................ 1. Layanan Orientasi ................................................................................. 2. Layanan informasi ................................................................................ 3. Layanan Penempatan dan Penyaluran .................................................. 4. Layanan Bimbingan Belajar ................................................................. 5. Layanan Konseling Perorangan ............................................................ 6. Layanan Bimbingan dan Konseling Kelompok .................................... BAB III Penutup Daftar Pustaka

ii

BAB I PENDAHULUAN

1

BAB II PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN BIMBINGAN DAN KONSELING 1.

Bimbingan Bimbingan adalah bantuan yang diberikan oleh seseorang (baik laki-laki maupun perempuan yang memiliki pengetahuan dan keterampilan yang memadai serta terlatih) kepada individu/orang lain, guna membantu mereka dalam membuat suatu pilihan yang bijaksana.

1

Berdasarkan pasal 27 PP

Nomor 29/90 “Bimbingan merupakan bantuan yang diberikan kepada siswa dalam rangka upaya menemukan pribadi, mengenal lingkungan, dna merencanakan masa depan”.2 Selain itu bimbingan juga dapat diartikan sebagai usaha membantu seseorang dengna tidak hanya sekedar mengikuti kegiatan yang berguna namun juga

agar menjadi orang yang berguna.

Mereka yang melakukan bimbingan disebut sebagai pembimbing. Meskipun dimasa sekarang pembimbing masih belum mendapatkan apresiasi yang besar dari siswa yang tidak seperti apresiasi siswa pada guru mereka. Para ahli konselor percaya bahwa perkembangan kebutuan Konseling akan terus meningkat. 3 2.

Konseling Konseling adalah suatu kegiatan dimana konselor yang telah terlatih membantu klien/konselinya (yang memiliki masalah-masalah yang tidak dapat diatasi oleh dirinya sendiri) dalam mengumpulkan semua fakta dan pengalaman dari siswa yang dalam hal ini disebut sebagai klien. Kemudian diidentifikasikan menjadi suatu pokok permasalahan.4 Hal ini karena penyelesaian terhadap permasaalahan yang dialami oleh si klien tersebut

1 2

Prayitno & Erma Amti, “Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling”, (Jakarta: Rineka Cipta, 2015), hlm. 94-95. PP Nomor 29 Tahun 1990 Pasal 27.

3

Dedi Supriadi, “Peningkatan Kualitas Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konseling di Sekolah”, Jurnal Ilmu Pendidikan Vol. 1 Nomor. I, hlm. 56. (DOI 10.17977/jip.v1i1.2259) 4

Prayitno & Erma Amti, op.cit., hlm. 100-101.

2

hanya dapat diatasi apabila pokok permasalahannya telah diketahui. Apabila telah diketahui pokok permasaalahan yang dialami oleh si klien, barulah konseli dapat membuat situasi belajar yang membuat klien dapat memahami keadaan dirinya sendiri diwaktu sekarang maupun berbagai kemungkinan keadaan yang akan terjadi dimasa depan yang dapat ia ciptakan dengan menggunakan potensi yang dia miliki. Secara sederhana dapat kita simpulkan konseling merupakan suatu kegiatan pengungkapan fakta atau data tentang siswa, dalam rangka memberikan pengarahan kepada siswa untuk dapat menyelesaikan permasalahan yang ia hadapi secara mandiri. B. JENIS-JENIS LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING 1.

Layanan Orientasi Layanan orientasi adalah layanan bimbingan yang dilakukan untuk memperkenalkan individu atau siswa baru terhadap lingkungan yang baru dimasukinya. Hal ini karena tidak sedikit individu yang baru memasuki lingkungan yang tidak dikenalnya mengalami kesulitan dalam beradabtasi. Ibaratkan seseorang yang baru pertama kali datang kesebuah kota besar, maka ia berada dalam keadaan serba buta tentang arah yang hendak dituju. Hal ini pada dasarnya terjadi karena individu tersebut belum banyak mengenal tentang lingkungan yang baru dimasukinya. Lebih lanjut ditinjau dari pelaksanaan layanan orientasi ini dapat kita bedakan menjadi dua, yakni : a. Layanan Orientasi di Sekolah Sebagai salah satu layanan dalam Bimbingan dan Konseling disekolah layanan orientasi merupakan salah satu program yang dirancang untuk melayani kebutuhan perkembangan dan penyesuaian kebutuhan semua anak muda atau siswa.5 Dalam beberapa kasus ketidakkenalan dan ketidaktahuan siswa terhadap lingkungan lembaga pendidikan (sekolah)

5

dapat memperlambat kelangsungan proses

Robert L. Gibson, “Bimbingan dan Konseling”, ( Yogyakarta:Pustaka Pelajar, 2001), hlm. 58.

3

belajarnya kelak, bahkan hal itu dapat membuatnya tidak mencapai hasil belajar yang diharapkan. Maka dari itu siswa harus dikenalkan dengan lingkungan pendidikannya. Berkaitan dengan itu Allan & McKean menjelaskan bahwa tanpa program orientasi yang jelas, periode penyesuaian untuk sebagaian besar siswa akan berlangsung lebih lambat yakni sekitar tiga sampai empat bulan. Padahal seharusnya orientasi dikatakan efektif apabila proses adaptasi atau penyesuaian diri yang dihadapi oleh siswa berjalan seefiesien mungkin. Hal ini tentu sejalan dengan dengan pernyataan bahwa “Individu yang memasuki lingkungan baru perlu segera dan secepat mungkin memahami lingkungan barunya.” Lebih lanjut mengenai hal tersebut terdapat banyak hal yang harus diketahui olehnya, diantaranya seperti; keadaan lingkungan fisik (gedung-gedung, dan peralatan), materi dan kondidi kegiatan (jenis-jenis kegiatan, lama kegiatan berlangsung, syarat-syarat bekerja, dan suasana kerja), peraturan, dan berbagai ketentuan lainnya. Hal yang perlu diperhatikan dalam memberi layanan orientasi disekolah diantaranya: “Sistem penyelenggaraaan pengajaran , kurikulum yang ada, sistem penilaian, fasilitas, sumber belajar, fasilitas penunjang, ekstrakurikuler yang ada, hak dan kewajiban siswa serta organisasi orangtua siswa.

Lebih lanjut, mengenai metode yang

disarankan dalam rangka pemberian layanan orientasi disekolah diantaranya; 6 1. Melakukan kunjungan lapangan 2. Penjelasan yang diberikan disarankan menggunakan media seperti gambar, film, poster, dan lain sebagainya. 3. Mengadakan “Malam” pertemuan dengan orangtua.

6

Prayitno & Erma Amti, op.cit., hlm. 257-258.

4

4. Konselor bertemu dengan guru untuk membicarakan materi orientasi dan cara penyampaiannya kepada siswa. 5. Konselor memanfaatkan siswa senior dimana setiap siswa baru diberikan pendamping senior. Hasil dari metode ini telah diteliti oleh Allan & McKean dimana mereka menjelaskan bahwa periode penyesuain diri yang tadinya diperlukan rata-rata tiga sampai empat bulan bagi setiap siswa baru, dapat diperpendek menjadi satu bulan saja. b. Layanan Orientasi diluar sekolah Lingkungan baru tidak hanya dirasakan oleh siswa baru saja akan tetapi juga seperti pegawai baru, anggota baru suatu organisasi, bekas narapidana yang kembali kemasyarakat setelah sekian lama menjalani masa hukumannnya, dan tidak terkecuali juga pengantin baru. Dalam hal ini menurut W.S Winkel “persiapan dalam menekuni karir seseorang mampu memahami dirinya dan lingkungan sehinga semakin mantap dalam karirnya tersebut”. Sejalan dengan pendapat A Muri Yusuf, “memahami berbagai jenis pekerjaan adalah penting bagi pencarikerja maupun bagi yang sudah bekerja. Agar mereka mendapat pekerjaan yang cocok”.7 2. Layanan informasi Secara umum layanan informasi dilakukan bersamaan dengan layanan orientasi dimana keduanya memiliki maksud yang sama yakni memberikan pemahanan kepada individu-individu yang membutuhkan informasi tersebut untuk menjalani suatu tugas atau kegiatan tertentu. Lebih lanjut terdapat satu hal penting yang harus diketahui bersama, dimana secara umum setiap individu pada dasarnya memiliki kesempatan untuk merasakan pendidikan, pekerjaan, berhubungan antara satu sama lain 7

Lidia Herlin Permata Sari, “Persiapan Siswa Dlaam Memasuki Dunia Kerja Dan Implikasinya Terhadap Pelayanan Bimbingan Dan Konseling”, KONSELOR Vol. 2 No. 1, 2013, hlm. 208. (DOI 10.24036/0201321999-0-00)

5

akan tetapi fakta menunjukkan bahwa tidak semua orang dalam kesempatan tersebut dapat mengetahui dan memahami hal-hal didalamnya dengan baik. Itulah salah satu alasan mengapa layanan informasi ini penting untuk dilakukan. Selain itu ada tiga alasan mendasar yang mendukung dilakukannya pelayanan informasi ini, yakni: a. Membekali individu dengan berbagai pengetahuan tentang lingkungan yang tentunya diperlukan untuk memecahkan masalah yang dihadapi individu tersebut berkenaan dengan lingkungan sekitar. b. Memungkinkan individu untuk menentukan arah hidupnya. Karena syarat mendasar untuk hal tersebut adalah mengetahui apa yang mesti ia lakukan. c. Setiap individu memiliki berbagai kepribadian yang unik. Hal tersebut akan membuat pola-pola pengambilan keputusan dan bertindak berbeda-beda sesuai dengan kepribadian masing-masing individu. Didukung ketiga alasan tersebut, telah menunjukkan kepada kita semua bahwa layanan informasi merupakan kebutuhan yang amat penting. Lebih-lebih apabila kita ingat bahwa “Masa depan adalah abad informasi”, maka barang siapa yang tidak memperoleh informasi, ia akan tertinggal dan kehilangan masa depan. Lebih lanjut sebagaimana yang telah kita ketahui bersama bahwa ada berbagai jenis informasi dengan jumlah yang tidak terbatas. Namun dalam rangka pelayanan bimbingan dan konseling, kita hanya akan membiarakan tiga jenis informasi, yaitu : a. Informasi pendidikan Dalam bidang pendidikan banyak individu yang dapat kita sebut mereka sebagai individu yang berstatus siswa maupun calon mahasiswa. Mereka sering dihadapkan dengan persoalan-persoalan umum, seperti dilema pemilihan program studi, pemilihan sekolah, fakultas, jurusan, penyesuain diri terhadap program studi dan suasana belajar, bahkan hingga

6

putus sekolah. Kesemuanya permasalahan tersebut membawa kita kepada sebuah kesimpulan bahwa mereka semua membutuhkan informasi untuk dapat membuat sebuah keputusan yang bijaksana. Setidaknya ada beberapa informasi umum yang mestinya didapatkan oleh siswa-siswa tersebut. Diantaranya : 8 1) Jam-jam belajar dan jadwal kegiatan sekolah 2) Disiplin dan peraturan sekolah 3) Fasilitas transportasi 4) Fasilitas sumber belajar 5) Sarana penunjang 6) Keadaan fisik sekolah 7) Prosedur penerimaan 8) Hubungan antara satu jurusan/program dengan pekerjaan ataupun kegiatan dimasyarakat. 9) Kemungkinan beasiswa Selain itu ada juga yang mengelompokkkan informasi umum diatas menjadi hanya tiga point saja, yakni: 1) Informasi tentang penjurusan 2) Informasi studi lanjut keperguruan tinggi 3) Informasi tentang jenis pekerjaan 9 Hal lain yang perlu digaris bawahi adalah pemberian informasi kepada siswa dapat dilakukan dengan berbagai cara baik itu melalui metode ceramah, diskusi, karyawisata, buku panduan, maupun konferensi karier. b. Informasi jabatan Banyak siswa yang telah lulus dari pendidikannya namun belum mampu bersaing didunia kerja. Salah satu masalah dasarnya adalah kurangnya informasi pekerjaan yang mereka dapatkan. Sekali lagi,

8

Prayitno & Erma Amti, op.cit., hlm. 262-263.

9

Eko Jati Permana, “Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konseling di Madrasah Aliyah Negeri 2 Banjarnegara”, Psikopedagogia, Vol. 4, No. 2, 2015, hlm. 148-149. (DOI 10.24036/0201212522-0-00)

7

pemberian informasi kepada para siswa merupakan tugas rangkap dari pendidikan

yakni

mengembangkan

setiap

individu

agar

mampu

berkonstribusi menjadi warga masyarakat yang bekerja dalam keadaan masyarakat yang selalu berubah-ubah. Setidaknya informasi jabatan/pekerjaan yang baik sekurang-kurangnya memuat hal-hal sebagai berikut: 1) Struktur, uraian tugas, dan kualifikasi tenaga yang diperlukan 2) Prosedur penerimaan 3) Kondisi kerja dan kesempatan untuk pengebangan karier 4) Fasilitas penunjang (kesehatan, olahraga, dan rekreasi) c. Informasi Sosial-Budaya Sudah menjadi rahasia umum bahwa manusia ditaksir berpuak-puak, bersuku-suku dan berbangsa-bangsa. Mereka dijadikan seperti itu bukan untuk bersaing dan bermusuhan, namun justru supaya saling mengenal, memberi, dan menerima demi terciptanya kehidupan manusia yang berkembang dan maju. Sepertinya halnya negara pada umumnya, Indonesia juga memiliki masyarakat yang majemuk baik dari segi suku bangsa, agama, maupun adat istiadat. Demi terciptanya suatu keadaan yang dijelaskan diatas diperlukan suatu informasi yang menjelaskan bahwa perbedaan yang ada adalah sebuah benang yang terputus yang hanya perlu diikat kembali. Lebih lanjut semua informasi yang berkaitan dengan hal tersebut disebut sebagai informasi sosial-budaya. Dimana dalam penyajian informasi tersebut ada beberapa hal yang mesti dipaparkan diantaranya: 1) Macam-macam suku dan ada istiadat yang ada 2) Agama dan kepercayaan-kepercayaaan 3) Bahasa 4) Potensi-potensi daerah 5) Kekhususan masyarakat atau daerah tertentu. 3. Layanan Penempatan dan Penyaluran

8

Layanan bimbingan yang memungkinkan peserta didik memperoleh penempatan dan penyaluran yang tepat (penempatan didalam kelas, kelompok belajar, jurusan, atau program studi, dsb) sesuai dengan potensi, bakat, dan minat individu tersebut.

10

Individu sering mengalami kesulitan dalam

menentukan pilihan sehingga tidak sedikit individu yang berbakat, memiliki minat dan hobi namun tidak tersalurkan dengan baik. a. Penempatan dan Penyaluran Siswa di Sekolah 1) Layanan penempatan didalam kelas Pada hari pertama masuk sekolah, tempat duduk anak-anak itu boleh ditetapkan secara acak, tetapi pada hari-hari berikutnya keadaan mereka itu sudah harus diperhatikan. 2) Layanan penempatan dam Penyaluran kedalam kelompok belajar Dalam satu kelompok belajar biasanmya terdapat siswa yang pandai kekurang pandai, maka siswa yang pandaipun akan dapat menularkan apa yang telah ia miliki kepada siswa yang lain. 3) Layanan penempatan dam Penyaluran kedalam Kegiatan Ko/Ekstra Kurikuler 4) Layanan penempatan dam Penyaluran ke jurusan/program studi 4. Layanan Bimbingan Belajar Layanan ini merupakan suatu terobosan terbaru dalam menjawab segala kegagalan yang dialami oleh siswa dalam belajar dimana layanan ini membuktikan segala kegagalan yang terjadi tidak selalu disebabkan oleh kebodohan atau rendahnya inteligensi. Sering kali kegagalan itu terjadi disebabkan mereka tidak mendapatkan layanan bimbingan yang memadai. Dari segi pelaksanaannya layanan bimbingan belajar ini dilaksanakan melalui tahap-tahap yang sistematis, yakni: a. Pengenalan siswa yang mengalami masalah belajar. Mudah kita temui ada saja siswa yang gagal dalam belajar seperti angka-angka rapor rendah, tidak 10 Dewa Ketut Sukardi, “Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah”, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), hlm. 62.

9

naik kelas, tidak lulus ujian akhir, dan lain sebagainya. Secara umum, siswa-siswa tersebut dapat dipandang sebagai siswa-siswa yang mengalami masalah belajar. Namun sayangnya, masalah belajar tidak hanya terbatas pada contoh-contoh diatas. Masalah belajar memiliki bentuk yang banyak ragamnya, diantara bentuk-bentuk umumnya yakni: 11 1) Keterlambatan Akademik 2) Ketercepatan dalam belajar 3) Sangat lambat dalam belajar 4) Kurang motivasi dalam belajar 5) Bersikap dan kebiasaan buruk dalam belajar b. Upaya membantu siswa yang mengalami masalah belajar 1) Pengajaran perbaikan, suatu bentuk bantuan yang diberikan kepada seseorang/kelompok siswa yang menhadapi masalah belajar dnengan maksud untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan dalam proses dan hasil belajar mereka. Sifatnya lebih khusus, karena pelaksanaannya disesuaikan dengan jenis, sifat, dan latarbelakang masalah yang dihadapi siswa. 2) Kegiatan pengayaan, dimana beberapa siswa yang sangat cepat dalam belajar mereka memerlukan tugas-tugas tambahan yang terencana untuk menambah memperluas pengetahuan dan keterampilan yang telah dimilikanya dalam kegiatan belajar sebelumnya. 3) Peningkatan motivasi belajar. Hal ini amat penting karena bisa saja terdapat siswa yang semula bermotif amat kuat, namun seiring waktu menjadi pudar. 5. Layanan Konseling Perorangan Konseling sebagaimana yang dimaksudkan sebagai pelayanan khusus dalam hubungan tatap muka antara konselor dan klien mempunyai tujuan

11

Prayitno dan Erman Amti, Opcit., hlm. 280.

10

dimana masalah klien dicermati dan diupayakan penyelesainnya, sedapat-dapat mungkin dengan kekuatan klien sendiri. a. Layanan konseling diselenggarakan secara resmi. Setiap kegiatan tentu terdapat rambu-rambu pokok, begitu juga dengan pelaksanaan layanan konseling. Munro dkk, mengemukakan tiga dasar etika konseling yaitu kerahasiaan, keterbukaan, dan tanggung jawab. b. Pengentasan masalah melalui konseling. Langkah-langkah umum upaya pengentasan masalah melalui konseling pada dasarnya ialah; pemahaman masalah, analisis sebab-sebab timbul masalah, aplikasi metode khusus, evaluasi, serta tindak lanjut. 12 6. Layanan Bimbingan dan Konseling Kelompok Layanan bimbingan jenis ini memberikan keuntungan dimana dengan satu kali kegiatan, layanan kelompok itu memberikan manfaat atau jasa kepada sejumlah orang, tentu hal ini dapat kita sebut sebagai suatu hal yang cukup efesien. Apabila kita bandingkan dengan konseling perorangan maka bimbingan dan konseling kelompok lebih mengarahkan kepada sekolompok individu dibandingkan dengan klien perorangan. Adapun ciri-ciri kelompok diantaranya adalah : 1. Adanya orang yang berkumpul karena memiliki tujuan yang sama. 2. Adanya tujuan kelompok membuat keterikatan antar individu yang selanjutnya kita sebut sebagai keanggotaan. 3.

Kebersamaan dalam kelompok lebih lanjut tentunya diikat dengan adanya pemimpin kelompok yang bertugas mempersatukan seluruh anggota kelompok.

4. Terakhir, kelompok yang sudah memiliki tujuan,anggota, dan pemimpin itu tidaklah lengkap apabila belum memiliki aturan dalam melaksanakan kegiatan-kegiatannya. Tanpa aturan itu pemimpin kelompok tidak dapat menjalankan fungsinya dengan baik, kegiatan anggota tidak terarah, atau

12

Dewa Ketut Sukardi, opcit., hlm. 63.

11

akan terjadi kesipangsiuran atau bahkan benturan dan kekacauan yang semuanya akan mengakibatkan tujuan bersama tidak tercapai. Sampai disini dapat kita pahami bahwa bimbingan kelompok adalah layanan bimbingan yang diberikan dalam suasana kelompok. Dimana tujuan yang hendak dicapai oleh kelompok tersebut ialah menerima informasi. Lebih lanjut, adapun yang dimaksud dengan layanan konseling kelompok ialah layanan konseling perorangan yang dilaksanakan didalam suasana kelompok. Dimana tujuannya adalah memecahkan segala permasaalahan yang dialami oleh para anggota kelompok, melatih anggota kelompok agar berani berbicara, melatih rasa tenggang rasa, dan dapat mengembangkan bakat dan minat masing-masing. 13 Untuk lebih memahami perbandingan antara bimbingan kelompok dan konseling kelompok, berikut kami sajikan perbandinan keduanya dalam bentuk tabel. 14 No

Aspek

1

Jumlah Anggota

2

Kondisi dan karakteristik anggota

Bimbingan Kelompok Tidak terlalu dibatasi, dapat sampai 60-80 orang Relatif homogen

Konseling Kelompok Terbatas: 5-10 Orang Hendaknya homogen; dapat pula heterogen terbatas a. Pemecahan masalah

3

Tujuan yang ingin dicapai

Penguasaan informasi untuk tujuan yang lebih luas

b. Pengembangan kemampuan komunikasi dan interaksi sosial

4

Pemimpin kelompok

Konselor atau narasumber

Konselor a. Berpartisipasi dalam

5

Peranan anggota

Menerima informasi untuk tujuan kegunaan tertentu

dinamika interaksi sosial b. Menyumbang pengentasan masalah

13 14

Dewa Ketut Sukardi, ibid., hlm. 68. Prayitno & Erma Amti, op.cit., hlm. 314.

12

c. Menyerap bahan untuk pemecahan masalah a. Interaksi multiarah 6

Suasana interaksi

a. Menolong atau dialog terbatas. b. Dangkal

b. Mendalam dengan melibatkan aspek emosional

7

8

Sifat isi pembicaraan

Frekuensi kegiatan

Tidak rahasia

Rahasia

Kegiatan berakhir apabila informasi telah disampaikan

13

Kegiatan berkembang sesuai dengan tingkat kemajuan pemecahan masalah.

DAFTAR KEPUSTAKAAN

Dedi Supriadi, “Peningkatan Kualitas Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konseling di Sekolah”, Jurnal Ilmu Pendidikan Vol. 1 Nomor. I, hlm. 56. (DOI 10.17977/jip.v1i1.2259) Dewa Ketut Sukardi. 2010. Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta. Eko Jati Permana, “Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konseling di Madrasah Aliyah Negeri 2 Banjarnegara”, Psikopedagogia, Vol. 4, No. 2, 2015, hlm. 148-149. (DOI 10.24036/0201212522-0-00) L, Robert Gibson. 2001. Bimbingan dan Konseling. Yogyakarta:Pustaka Pelajar. Lidia Herlin Permata Sari, “Persiapan Siswa Dlaam Memasuki Dunia Kerja Dan Implikasinya Terhadap Pelayanan Bimbingan Dan Konseling”, KONSELOR Vol. 2 No. 1, 2013, hlm. 208. (DOI 10.24036/0201321999-0-00) PP Nomor 29 Tahun 1990 Prayitno dan Erma Amti. 2015. Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Rineka Cipta.

Related Documents


More Documents from "Ririen Triana Suhaeli"

Lampiran Pencairan 9.docx
November 2019 19
Tasyri Fikri.docx
November 2019 5
5. Surat Lamaran.pdf
December 2019 57
Bab 2 Djembatan.docx
April 2020 47