Bidai Balut Kelompok 4.docx

  • Uploaded by: Ketut Novita SaGenta
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Bidai Balut Kelompok 4.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 2,628
  • Pages: 17
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Sering kita jumpai pada saat mengevakuasi korban kecelakaan atau korban bencana alam seperti tanah longsor, gempa bumi, biasanya di pergunakan penompang kayu atau besi dan sebagainya dibagian tubuh tertentu yang diduga terjadi syok, fraktur ataupun retak. Jika fraktur terbuka da nada pendarahan maka harus ditangangi lebih dahulu dan gunakan balutan, luka harus ditutup dengan balutan steril. Bidai balut yaitu penanganan umum trauma ekstremitas atau imobilisasi dai lokasi trauma dengan menggunakan penyangga misalnya splinting ( spalk ), bidai balut adalah jalinan bilah ( rotan, bambu) sebagai kerai, atau jalinan bilah bamboo untuk tangan patah. Dari pemakaian bidai balut penolong harus menjamin bahwa bidai yang digunakan telah dilapisi pada bagian kontak dengan tubuh dan pemakian bidai tersebut tidak menghalangi sirkulasi yang normal.

B. Rumusan Masalah 1. Apa itu bidai balut ? 2. Bagaimana cara pemasangan bidai balut untuk fraktur tulang tengkorak ? 3. Apa tujuan dari bidai balut ? 4. Apa indikasi dari bidai balut ? 5. Apa komplikasi dari bidai balut ?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui apa itu bidai balut 2. Untuk mengetahui bagaimana cara pemasangan bidai balut untuk fraktur tulang tengkorak ? 3. Untuk mengetahui apa tujuan dari bidai balut ? 4. Untuk menegtahui apa indikasi dari bidai balut ? 5. Untuk menegtahui apa komplikasi dari bidai balut ?

BAB II TINJAUAN TEORI

A. Definisi Bidai adalah alat yang dipakai untuk mempertahankan kedudukan (fiksasi) tulang yang patah. Balut bidai adalah tindakan memfiksasi atau mengimobilisasi

bagian

tubuh

yang

mengalami

cedera

dengan

menggunakan benda yang bersifat kaku maupun fleksibel sebagai fiksator atau imobilisator.

B. Tujuan pemasangan bidai Tujuan dari bidai balut, antara lain sebagai berikut. 1. Mencegah pergerakan tulang yang patah. 2. Mencegah bertambahnya perlukaan pada patah tulang. 3. Mengurangi rasa sakit. 4. Memberikan penyokong pada bagian tubuh yang cedera. 5. Mencegah terjadinya pembengkakan. 6. Mencegah terjadinya kontaminasi dan komplikasi. 7. Mempertahankan posisi yang nyaman. 8. Mempermudah transportasi penderita. 9. Mengistirahatkan bagian tubuh yang cedera. 10. Mempercepat penyembuhan.

C. Syarat Bidai Balut 1. Harus dapat mempertahankan kedudukan dua sendi tulang di dekat tulang yang patah 2. Tidak boleh terlalu kencang dan terlalu kendur 3. Cukup kuat untuk menyokong

4. Cukup panjang 5. Diberi bantalan kapas 6. Ikat diatas dan dibawah garis fraktur ( garis patah )

D. Indikasi Pembidaian sebaiknya dilakukan jika didapatkan: 1. Adanya fraktur, baik terbuka maupun tertutup. 2. Adanya kecurigaan terdapat fraktur. 3. Dislokasi persendian. Kecurigaan fraktur bisa dimunculkan jika salah satu bagian tubuh pasien diluruskan, ditemukan tanda-tanda sebagai berikut : 1. Pasien merasakan tulangnya terasa patah atau mendengar bunyi “krek”. 2. Ekstremitas yang cedra lebih pendek dari yang normal (mengalami angulasi abnormal). 3. Pasien tidak mampu menggerakkan ekstremitas yang cedera. 4. Posisi ekstremitas yang abnormal. 5. Memar. 6. Bengkak. 7. Perubahan bentuk. 8. Nyeri gerak aktif dan pasif. 9. Pasien

merasakan

sensasi

seperti

jeruji

ketika

menggerakkan

ekstremitas yang mengalami cedera (krepitasi). 10. Fungsiolesa. 11. Perdarahan bisa ada/tidak 12. Hilangnya denyut nadi atau rasa raba pada distal lokasi cedera. 13. Kram otot sekitar lokasi cedera.

E. Kontraindikasi Pembidaian baru boleh dilaksanakan jika kondisi saluran nafas, pernafasan, dan sirkulasi penderita sudah distabilkan. Jika terdapat gangguan sirkulasi dan atau gangguan yang berat pada distal daerah fraktur, jika ada risiko memperlambat sampainya penderita ke rumah sakit, sebaiknya pembidaian tidak perlu dilakukan.

F. Komplikasi Komplikasi balut bidai, antara lain sebagai berikut. 1. Penurunan atau hilangnya sensasi (mati rasa) dan denyut nadi yang mungkin disebabkan oleh kompatemen sindrom. 2. Pembengkakan (edema) 3. Terdapatnya bekuan darah dalam pembuluh darah vena. 4. Nyeri yang meningkat. 5. Kerusakan jaringan kulit.

G. Macam-Macam Penggunaan Bidai Macam –macam pemakian bidai menurut lokasi fraktur :

1. Tulang tengkorak Tanda Dan Gejala Kemungkinan kehilangan darah melalui telinga dan hidung.kadang kadang darah ini di telan dan kemudiam dimuntahkan.mungkin ada perubahan tingkat kesadaran pasien atau pupil tidak equal. Penanganan perlu,diawali dengan prosedur resusitasi letakkan korban dalam posisi pemulihan tetapkan tingkat kesadaran gunakan pembalut steril pada telinga jika terlihat keluar cairan dari organ tersebut. pindahkan pasien ke rumah sakit dengan segera dan hati-hati Kalau fraktur tengkorak

dicurigai,korban

harus

dijaga

hati-hati

dan

kepalanya

sedikit

ditinggikan.bila terlihat berbagai penekanan harus tidak gunakan karena dapat menyebabkan kerusakan otak. Perawatan yang lebih khusus dari korban dengan fraktur tengkorak atau cidera kepala . 2. Rahang Tanda Dan Gejala Biasanya hanya satu sisi dari rahang yag rusak.kemungkinan terasa nyeri oleh pergerakan rahang atau sewaktu menelan,pengeluaran ludah yang berlebihan dan seringkali bercampur darah; gigi tidak teratur; pemengkakan dan ketegangan muka bagian bawah. Penanganan Pertahankan jalan nafas ,keluarkan gigi yang lepasatau gigi palsu. Kontrol perdarahan Sokong rahang dengan bantalan lunak dan pembalut yang sesuai Jika tidak sadar,tempatkan korban dalam posisi pemulihan pada sisi yang tidak cidera,jaga rahang dalam posisi ke depan.Bawa korban kerumah sakit secepat mungkin. 3. Tulang dada (sterum) Fraktur sterum biasanya berhubungan dengan cedera yang menghancurkan dan bisa terjadi komplikasi akibat kerusakan pada organ yang berada dibawahnya. PENANGANAN Lepaskan

berbagai

kain

pengait

sekitar

leher,dada

dan

pinggang.tempatnya korban dalam posisi semirekumben jika hal ini secara nyata dapat membuat nyaman.kirim korban menggunakan usungan ke rumah sakit secepat mungkin.

4. Tulang klavicula Fraktur klavikula biasanya terjadi akibat jatuh dengan posisi tangan menggeliat keluar.biasanya hal ini hanya sebagai akibat langsung dari pemukulan.korban memungkinkan akan mengalami cidera tangan.kepala korba dapt di arahkan kesisi yang cidera,dengan demikian penurunan nyeri dapat di lakukan dengan menurun dengan menurunkan ketegangan otot. Penangananan Lipat rapat dua pembalut segitiga. Bawa masing masing pembalut di bawah aksila,putarkan di bahu dan ikat di belakang pada ruas tulang belakang. Bawa ujung pembalut yang terbebas melewati punggung korban dan di atas bantalan pelapis yang di tempatkan di antara tulang punggung bahu belakang dan atas.dalam perakteknya biasanya di dapatkan dan sejauh ini beberapa ahli bedah memberi berbagai dukungan,menyarankan secara aktif untuk menggunakan seluruh anggota badan dangan benar dari awal.

5. Tulang spakula Fraktur skapula merupakan cedera yang jarang terjadi biasanya akibat dari kekuatan langsung. Penanganan Lepaskan jaket korban(dan pengait bila perlu)Tempatakan bantalan lapisan pada sisi aksila yang terpengaruh.sokong lengan bawah dengan ujung jari pada bahu yang satunya dalam kain ayunan segitiga.berikan dukungan yang lebih jauh dengan melindungi anggota atas dengan pembalut yang lebar keatas segitiga ayunan tadi. Kirim korban kerumah sakit secepat mungkin.

6. Humerus (tulang lengan atas) Fraktur humerus atau lengan atas paling baik diimobilisasikan dengan menggunakan bagian atas dari tubuh sebagai bidai.jika siku tidak termasuk didalamnya, lengan harus dibengkokkan secara perlahan. Selanjutnya digunakan pembalut, selendang pengiat dan sejenisny, salah satu diletakkan dibawah fraktur dan yang lain diatasnya, jika tidak tersedia apapun untuk pembuatan kain mainan, baju pasien dapat digunkan dengan merentangkan lengan dengan baju kedepan pada sisi yang berlawanan.

7. Tulang paha / femur Fraktur tulang paha / femur biasanya mudah didiagnosa karena nyeri, bengkak dan deformitas. Jika seorang jatuh dan mengeluh nyeri pada panggul, maka harus dipertimbagkan patah pada leher dari femur sampai diagnosa ditegakkan telah terjadi. Penanganan : a. pasang dengan baik bidai yang berlapis batalan antara tungkai dan penambahan sepanjang bidai berlapis ke daerah sisi yang dipengaruhi disisi luar dari daerah aksila samapai ketelap`ak kaki. b. imobilisasi dengan tujuh `pembalut, lima seperti yang digambarkan terdahulu pada penanganan fraktur tibia dan fibula dan yang sekitar dada / hanya dibawah aksila dan pelvis. c. atur transpor korban ke rumah sakit secepat mungkin.

8. Tibia dan fibula Untuk farktur tibia dan fibula pasang dengan baik bidai yang berlapis bantalan antara anggota badan meluas dari puncak paha dan ketelapak kaki , ikat rapat dengan menggunakan pembalut besar pergelangan kaki dan telapak kaki dengan model dari perban persegi delapan , atur transpor korban untuk dibawa kerumah sakit

9. Patella (tempurung lutut) Fraktur patella ( tempurun lutut)dapat diakibatkan gerakan otot atau kekuatan langsung. Fraktur dari patela, tibia atau fibula atau keduanya harus dipasang bidai sebelum dibawa kerumah sakit dengan menggunakan papan kayu dari pergelangan kaki sampai paha. Tempatkan batalan yang lunak dibawah pergelangan kaki nntuk meninggikan bidai. Tungkai harus diangkat sedikit untuk mencegah pembengkakan Penanganan : a. Pasang bidai dengan menggunkan tiga buah pembalut model segi delapan mengelilingi pergelangan kaki dan kaki , pembalut yang lebar mengelilingi paha, pembalut lebar mengelilingi tungkai bawah. b. Kirim pasien dengan posisi anggota badan yang cedera terangkat.

8. Karpal dan Ketakarpal Kerusakan jari jemari dapat diimobilisasi sebagian dengan membalutnya pada satu sisi yang mengalami cedera dan menyokongnya dengan menggunakan balutan segitiga.fraktur tangan dan tulang-tulang jari tangan dapat mengalami komplikasi akibat perdarahan yang hebat 9. Tulang rusuk(ribs) Tulang rusuk dapat patah uleh salah satu kekuatan langsung atau tak langsung.bila kekuatan itu langsung kemungkinan ada komplikasi fraktur dengan pelibatan daerah paru-paru.kekuatan tidak langsung dapat mengakibatkan lebih dari satu tulang rusuk yang akan patah akibat tertekan

pada

belakang

dan

depan

dari

rongga

torak.

korban akan terlihat dengan pernafasan yang cepat dan dangkal(dalam usaha untuk membatasi gerakan dan menurunkan myeri). Jika paru-paru dipengaruhi maka akan ada tanda-tanda dan gejala-gejala yang relevan.

Bila mana luka sucking dada,maka asfiksia dapat terjadi kalua penanganan tidak segera diberikan. Penanganan : 

Fraktur tanpa penyulit:sokong bagian atas pada daerah yang terkena dengan kain ayunan tangan.kirim korban baik duduk atau berjalan bilamana tidak ada indikasi lain.



fraktur dengan penyulit:topanglah anggota badan atas dengan sisi yang dipengaruhi menggunakan ayunan tangan. Letakkan korban pada posisi semirekumben dalam posisi ini dengan meletakkan selimut yang terlipat atau mantel sepanjangan punggung korban setelah itu kirim kerumah sakit dengan usungan secepatnya mungkin. Hal ini harus dilakukan dengan hati-hari

10. The pelvis Tanda dan Gejala Korban akan mengeluh nyeri pada pinggang dan pelvis dan akan dirasakan bertambah jika melakukan pergerakan. Ia tidak akan dapat berdiri dan ada keinginan untuk buang air kecil terus-menerus. Hematuria bias terdapat Penanganan : Bila dicurigai ada fraktur pelvis,perhatikan yang lebih besar harus diberikan untuk menghilangkan ketakutan pasien terhadap kerusakan isi pelvis( kandung kemih dan organ reproduksi). Pasien harus ditepatkan mendatar dengan kaki rapat. Kemudian balutan yang lebar harus diikatkan sekeliling pergelangan kaki,lutut,paha dan panggul. Beberapa bantalan harus ditempatkan antara pergelangan kaki dan antara lutut. Pasien tidak dianjurkan untuk buang air seni. Bawahlah pasien kerumah sakit segera mungkin.

Bila perjalannya kemungkinan singkat dan lancer,petolongan pertama yang lebih jauh tidak perlu,tapi bila perjalanan kemungkinan tertunda atau panjang pasang dua pembalut yang besar sekeliling pelvis,saling tumpeng tinding sebagian dan kemudian control dalam satu garis dengan bagian sisi yang tidak mengalami cedera. Letakkan bantalan lunak antara lutut dan pergelangan kaki bilamana tersedia bantalan dapat ditempatkan antara paha untuk lebih memperbesar rasa nyaman, pasang sebuah model pembalutb segi delapan mengelilingi pergelangan kaki dan telapak kaki dan pembalut yang besar mengelilingi lutut.

H. Prinsip umum pembidaian : 1. Mempertahankan nyawa, mendapat prioritas dibandingkan pembidaian darurat. Obati asfiksia, kendalikan pendarahan hebat, serta mulai terapi syok sebelum pembidaian. Pembidaian yang efektif dapat mencegah syok 2. Pada eksteremitas yang cedera, periksa tanda-tanda cedera arteria dan saraf, sebelum mencari adanya fraktura dan melakukan pembidaian darurat, rabalah denyut nadi di distal fraktura. 3. Untuk melindungi terhadap perubahan fraktura tertutup menjadi fraktura terbuka dan melawan drainase jaringan lunak lebih lanjut. 4. Untuk keajuran pembidaian yang maksimum, immobilisasi sendi diatas dan di bawah fraktura 5. Bidai komensial standar harus selalu tersedia, tetapi bila tidak ada, maka dapat diimporvasi dengan cabang pohon, surat kabar yang dilipat atau kain yang dilipat ke atas dan ujung-ujungnya disatukan dengan peniti ( sebagai penyangga) 6. Pakaian pada ekstremitas yang cedera harus disingkirkan

I. Teknik Membalut pembalutan digunakan untuk berbagai tujuan ,antara lain: 1.mempertahankan keadaan asepsis 2.sebagai penekan untuk menghentikan perdarahan 3.imobilisasi 4.penunjang bidai 5.menaikkan suhu bagian tubuh yang dibalut sedang untuk dapat melakukan pembalutan yang baik,harus diperhatikan bentuk anggota tubuh yang akan dibalut, yaitu: 1.bentuk bulat-kepala 2.bentuk silinder-leher, lengan atas,jari tangan dan tubuh 3.bentuk kerucut-lengan bawah,tungkai atas 4.bentuk persendian yang tidak teratur Beberapa pokok dalam ilmu balut: 1 .balutan harus rapi 2. balutan harus menutupi luka 3. balutan dipasang tidak terlalu longgar ataupun terlalu erat karena pembalut akan bergeser terutama pada bagian tubuh yang bergerak untuk itu dapat diperkuat dengan plester 4. balutan dipasang pada anggota tubuh pada posisi seperti pada waktu akan diangkat /dalam perjalanan

5. bagian distal anggota tubuh yang dibalut hendaknya tetap terbuka untuk mengawasi perubahan yang bisa terjadi akibat pembalutan yang terlalu erat yaitu : -pucat atau sianosis -nyeri yang timbul beberapa menit -teraba dingin -terasa kebal dan kesemutan (parestesi) 6. digunakan simpul yang rata sehingga tidak menekan kulit ,simpul tidak boleh dibuat di atas bagian yang sakit. Jenis pembalut dan penggunaannya a.

mitela Merupakan kain segitiga sama kaki dengan panjang kaki 90cm: terbuat dari kain mori pada penggunaannya sering dilipatlipat sehingga menyerupai dasi: dalam hal ini mitela dapat diganti dengan pembalut pita.

1) membalut kepala A. kapitum sparvum triangulare selalu digunakan untuk membungkus kepala yang berkutu/berkudis fasia nodosa(pospaket)digunakan pada B. pertolongan pertama pada perdarahan C. fiksasi sendi rahang setelah reposisi D. pembalut telinga E. balut tekan daerah rahang 2) membalut mata

luka mata ditutup dengan kain steril dan kapas,dan ditutupi agak miring dengan pembalut segitiga berbentuk dasi: pembalut disilang di belakang kepala lalu diputar ke depan sehingga kedua ujungnya bertemu di dahi dan disimpulkan 3) membalut tubuh untuk membalut dada,puncak kain segitiga diletakkan disalah satu bahu penderita, sedang sisi alasnya dirapatkan di perut,kedua sudut alasnya ditarik ke punggung dan disimpulkan . 4) membalut anggota tubuh dan persendian a. membalut sendi bahu atau sendi panggul digunakan dua kain segitiga: satu kain dibentuk seperti dasi dan diikatkan melingkari pangkal leher sisi sakit dan ketiak sisi sehat .(untuk sendi panggul melingkari pinggang) b. membalut sendi siku atau sendi lutut sendi siku(atau sendi lutut) dibalut pada posisi dengan nyeri yang minimum. sebuah kain segitiga berbentuk dasi selebar 20 cm, bagian tengahnya diletakkan pada lekuk siku(atau lekuk lutut) dan ujung ujungnya dililitkan mengelilingi sendi- ujung atas mengelilingi lengan atas (atau tungkai atas) dari proksimal ke lekuk sendi, sedang ujung bawah (atau tungkai bawah) c. membalut pergelangan tangan sebuah kain segitiga berbentuk dasi bagian tengahnya diletakkan di telapak tangan: ujung ujungnya disilang di punggung tangan ,lalu mengitari pergelangan tangan dan disimpulkan di situ d. membalut tumit dan pergelangan kaki

kain segitiga dilipat-lipat daru sisi alas sampai 2/3 tinggi kain, lalu letakkan alas (yang telah dilipat tadi) di pangkal tumit . kedua ujungnya dililitkan di pergelangan kaki membentuk angka delapan: setelah di ulang secukupnya ,lalu disimpulkan di sisi dorsal pergelangan kaki e. membalut seluruh tangan atau seluruh kaki telapak tangan(atau kaki) diletakkan atas kain segitiga yang dihamparkan ,sisi alasnya terletak di daerah pergelangan, ujung puncaknya dilipatkan ke punggung tangan (atau kaki). setelah sisinya diselipkan pada jari jari kedua ujung alas dibelitkan beberapa kali pada pergelangan. lalu simpulkan f. untuk menggendong tangan beberapa hal yang perlu diperhatikan: - bila tangan yang bersangkutan patah,letakkan lengan bawah dalam gendongan dalam posisi datar -bila untuk mengurangi perdarahan ,letakkan jari tangan lebih tinggi daripada siku -simpul di belakang leher tidak boleh terletak di tengah karena akan menekan kulit ke tulang belakang ,juga tidak boleh terletak di atas pleksus brakialis -sudut puncak di lateral siku di tarik ke ventral dan dipenitu Prosedur Penggunaan Bidai 1. Peralatan a. Pembalut steril yang sesuai untuk luka b. Benda- benda pembalut yang di perlukan c. Sarung tangan steril dan tidak steril d. Larutan pembersih e. Plester f. Kantong plastik untuk balutan yang kotor

2. Prosedur a.

Kumpulkan peralatan

b.

Identifikasi pasien

c.

Jelaskan prosedur tindakan

d.

Mencuci tangan

e.

Lepasakan balutan lama dengan menggunakan sarung tangan tak steril bila tersedia, letakan dalam kantong plastik

f.

Gunakan sarung tangan steril

g.

Bersihkan luka dengan larutan steril seperti yag di instruksikan

h.

Bersihkan dari pusat luka kedaerah perifer

i.

Pasang pembalut dan kuatkan dengan plester atau dengan pembalut

j.

Buang benda- benda yang telah dan tidak digunakan sebagai mana yang diperlukan .

3. Tindak lanjut a.

Kaji sirkulasi yang adekuat pada daerah luka

b.

Dengan lembut bersihkan darah yang kering pada sekitar balutan

c.

Kaji balutan apakah sudah menutupi luka dengan baik

d.

Kaji rasa nyaman pasien dan mobilitas yang tepat pada daerah luka

4. Dokumentasi a.

Tanggal dan waktu prosedur

b.

Penampilan dan ukuran luka

c.

Perkiraan jumlah dan sifat cairan yang keluar dari luka ( catat warna, tipe , dan bau ).

d.

Tipe balutan dan tempatnya

e.

Teleransi pasien terhadap prosedur

f.

Intruksi pada pasien dan atau keluarga mengenai balutan atau pembalut

Related Documents

Balut Bidai Unismuh.pptx
November 2019 16
Balut Membalut.docx
December 2019 23
Balut Bidai.ppt
May 2020 24
Balut Bidai.docx
May 2020 13

More Documents from "Satya Nur Azizah"

Presentation1.pptx
June 2020 54
English Unit4(1)-1.docx
November 2019 80
Bioprose1.docx
November 2019 86
Tugas Ela.docx
May 2020 65