Prosedur Khusus Bidai Print.docx

  • Uploaded by: Satya Nur Azizah
  • 0
  • 0
  • December 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Prosedur Khusus Bidai Print.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 971
  • Pages: 6
PROSEDUR KHUSUS PEMASANGAN BIDAI DI IGD RSUD UNGARAN

Disusun oleh :

SATYA NUR AZIZAH P1337420618111

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN SEMARANG JURUSAN KEPERAWATAN POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN SEMARANG 2019

A. Identitas Pasien 1. Nama

: Tn. W

2. Umur

: 37 tahun

3. Alamat

: PRM leyangan barat rt 6 rw 10

B. Pengkajian Gawat Darurat 1. Airway

: tidak terdapat adanya sumbatan (secret ataupun darah), lidah tidak

jatuh ke belakang, jalan nafas bersih, tidak terdapat suara nafas tambahan 2. Breathing

: irama nafas teratur, suara nafas vesikuler, dan jenis pernafasan dada.

Frekuensi nafas 20 kali permenit. 3. Circulation

: akral dingin, terdapat sianosis, TD 110/90 mmHg, CRT <2 detik.

Nadi 89 kali permenit. Turgor kulit baik. 4. Disability

: kesadaran somnolen GCS : E2V3M2, respon cahaya positif

5. Eksposure

: nyeri di kaki bagian paha karena fraktur

C. Alasan Masuk Rumah Sakit : pasien datang dengan post kecelakaan lalu lintas dengan fraktur femur. Pasien dibawah pengaruh alkohol dan terdapat luka di dagu serta ibu jari kaki sebelah kanan. D. Prosedur Tindakan 1. Pengertian Suatu cara pertolongan pertama pada cedera/ trauma sistim muskuloskeletal untuk mengistirahatkan ( immobilisasi) bagian tubuh kita yang mengalami cedera dengan menggunakan suatu alat. Bidai atau spalk sendiri merupaka alat dari kayu, anyaman kawat atau bahan lain yang kuat tetapi ringan yang digunakan untuk menahan atau menjaga agar bagian tulang yang patah tidak bergerak (immobilisasi). Maksud dari immobilisasi adalah : 1. Untuk mencegah gerakan fragmen patah tulang atau sendi yang mengalami dislokasi 2. Untuk meminimalisasi / mencegah kerusakan pada jaringan lunak sekitar tulang yang patah 3. Untuk mengurangi perdarahan & bengkak yang timbul 4. Untuk mencegah terjadinya syok 5. Untuk mengurangi nyeri Pembidaian tidak hanya dilakkukan untuk immobilisasi tulang yang patah tetapi juga untuk sendi yang baru direposisi setelah mengalami dislokasi. Sebuah sendi yang pernah mengalami dislokasi, ligamen-ligamennya biasanya menjadi

kendor sehingga gampang mengalami dislokasi kembali, untuk itu setelah diperbaiki sebaiknya untuk sementara waktu dilakukan pembidaian.

2. Indikasi 1. Adanya fraktur, baik terbuka maupun tertutup 2. Adanya kecurigaan terjadinya fraktur 3. Dislokasi persendian

3. Alat dan Bahan prosedur 1. Spalk

2. Perban

3. Gunting

4. Kapas

4. Sistematika Prosedur 1. Siapkan alat dan bahan 2. Sebelum pemasangan, pastikan pasien telah melepas sepatu, jam atau aksesoris yang digunakan 3. Apabila penderita mengalami fraktur terbuka, hentikan perdarahan dan rawat lukanya dengan cara menutup dengan kasa steril dan membalutnya 4. Bidai harus meliputi dua sendi dari tulang yang patah. Sebelum dipasang, diukur dahulu pada sendi yang sehat 5. Ukur bagian yang akan dilakukan pembidaian, sesuaikan dengan spalknya 6. Balut bidai atau spalk dengan kapas ataupun bantalan dan perban. Memakai bantalan di antara bagian yang patah agar tidak terjadi kerusakan jaringan kulit, pembuluh darah, atau penekanan syaraf, terutama pada bagian tubuh yang ada tonjolan tulang 7. Pasang bidai dibagian tubuh pasien yang mengalami fraktur. Balut atau ikat dengan perban melingkari bidai yang dipasang di bagian yang fraktur 8. Fiksasi perban setelah perban melingkari bidai 9. Ikatan jangan terlalu keras atau kendor. Ikatan harus cukup jumlahnya agar secara keseluruhan bagian tubuh yang patah tidak bergerak

5. Hasil pelaksanaan prosedur Pasien Tn. W pada tanggal 12 Januari 2019 usia 37 tahun mengalami kecelakaan lalu lintas di jalan raya. Dengan Diagnosa Medis Fraktur Femur Dekstra

tertutup telah dilakukan tindakan pembidaian yang bertujuan untuk mengimobilisasi bagian tubuh yang mengalami fraktur. Tidak ada penekanan pada area yang dibidai. .

6. Hal-hal yang harus diperhatikan 1. Bebaskan area pembidaian dari benda-benda (baju, cincin, jam, gelang dll) 2. Periksalah denyut nadi distal dan fungsi saraf sebelum dan sesudah pembidaian dan perhatikan warna kulit ditalnya. 3. Pembidaian minimal meliputi 2 sendi (proksimal dan distal daerah fraktur). Sendi yang masuk dalam pembidaian adalah sendi di bawah dan di atas patah tulang. Sebagai contoh, jika tungkai bawah mengalami fraktur, maka bidai harus bisa mengimobilisasi pergelangan kaki maupun lutut. 4. Luruskan posisi korban dan posisi anggota gerak yang mengalami fraktur maupun dislokasi secara perlahan dan berhati-hati dan jangan sampai memaksakan gerakan. Jika terjadi kesulitan dalam meluruskan, maka pembidaian dilakukan apa adanya. Pada trauma sekitar sendi, pembidaian harus mencakup tulang di bagian proksimal dan distal. 5. Fraktur pada tulang panjang pada tungkai dan lengan, dapat terbantu dengan traksi atau tarikan ringan ketika pembidaian. Jika saat dilakukan tarikan terdapat tahanan yang kuat, krepitasi, atau pasien merasakan peningkatan rasa nyeri, jangan mencoba untuk melakukan traksi. Jika anda telah berhasil melakukan traksi, jangan melepaskan tarikan sebelum ekstremitas yang mengalami fraktur telah terfiksasi dengan baik, karena kedua ujung tulang yang terpisah dapat menyebabkan tambahan kerusakan jaringan dan beresiko untuk mencederai saraf atau pembuluh darah. 6. Beri bantalan empuk dan penopang pada anggota gerak yang dibidai terutama pada daerah tubuh yang keras/peka(lutut,siku,ketiak,dll), yang sekaligus untuk mengisi sela antara ekstremitas dengan bidai. 7. Ikatlah bidai di atas dan bawah luka/fraktur. Jangan mengikat tepat di bagian yang luka/fraktur. Sebaiknya dilakukan sebanyak 4 ikatan pada bidai, yakni pada beberapa titik yang berada pada posisi : a. Superior

dari

sendi

proximal

dari

lokasi

fraktur,

diantara lokasi fraktur dan lokasi ikatan pertama b. Inferior

dari

sendi

distal

dari

diantara lokasi fraktur dan lokasi ikatan ketiga

lokasi

fraktur

,

8. Pastikan bahwa bidai telah rapat, namun jangan terlalu ketat sehingga mengganggu sirkulasi pada ekstremitas yang dibidai. Pastikan bahwa pemasangan bidai telah mampu mencegah pergerakan atau peregangan pada bagian yang cedera. 9. Pastikan

bahwa

ujung

bidai

tidak

menekan

ketiak

atau

pantat.

Jika mungkin naikkan anggota gerak tersebut setelah dibidai; 10. Harus selalu diingat bahwa improvisasi seringkali diperlukan dalam tindakan pembidaian. Sebagai contoh, jika tidak ditemukan bahan yang sesuai untuk membidai, cedera pada tungkai bawah seringkali dapat dilindungi dengan merekatkan tungkai yang cedera pada tungkai yang tidak terluka. Demikian pula bisa diterapkan pada fraktur jari, dengan merekatkan pada jari disebelahnya sebagai perlindungan sementara. 11. Tanda dan gejala perdarahan internal seperti hilang sensasi rasa, sulit menggerakkan bagian yang cedera, dan sakit 12. Adanya gejala sindrom kompartemen seperti mati rasa, bagian tubuh sulit digerakkan, otot tampak membengkak, sensasi terbakar.

Related Documents

Prosedur
November 2019 54
Balut Bidai Unismuh.pptx
November 2019 16
Konsepsi Khusus
June 2020 25

More Documents from ""