Berpuasa dengan Puasa Rate This Bulan Ramadlan segera datang, dalam hitungan jam seluruh umat Islam akan menjalankan Ibadah wajib bagi kaum Muslimin. Suka cita menyambut Bulan penuh Berkah pun sudah mulai terasa dari jauh-jauh hari pada bulan Sya’ban. Menjelang hari H, suka cita pun semakin terasa hal ini dapat kita saksikan diberbagai pusat perbelanjaan sudah mulai memajang aksesoris dan hiasan-hiasan khas Ramadhan. Suka cita penyambutan bulan Ramadlan memang seharusnya kita tunjukkan, sebagai seorang Muslim kita semua pasti memaklumi bahwa bulan Ramadlan adalah salah satu bulan yang paling dinanti-nanti oleh umat Muslim seluruh dunia. Di daerah Jawa Barat, suka cita dan kebahagiaan menyambut Ramdlan biasa dirayakan dengan sebutan “munggahan”. Biasanya dalam acara munggahan tersebut didalamnya ada acara makan-makan (botram), ziarah kubur, dan diakhiri dengan mandi “besar”. Fenomena yang bagi saya sangat menarik adalah sifat konsumtif masyarakat yang cenderung meningkat saat menjelang dan waktu pelaksanaan puasa tersebut. hal ini terus terjadi setiap tahunnya. Pusat-pusat perbelanjaan baik pasar tradisional, pasar semi tradisional, hingga pasar Swalayan pun ikut kebanjiran para pembeli/ konsumen. Omset pun secara otomatis ikut melonjak saat puasa menjelang. Ini terjadi karena ada anggapan di masyarakat kita bahwa saat puasa semuanya harus serba ‘wah’. Makanan dan minuman harus serba enak untuk menebus rasa lapar dan dahaga yang seharian ditahan-tahan. Hingga yang terjadi apa yang dilihat terlihat enak dibelinya, untuk dimakan/ diminum pada saat buka nanti. Begitu pun saat sahur, tidak jauh berbeda dengan saat buka. Makanan harus serba ‘enak’. Jika dilihat dari teori ekonomi perilaku ini bagus, karena terjadi pergerakan atau perputaran uang dan barang. Sesungguhnya hal ini tidak salah dan tidak kenapa asal kita mampu untuk membelinya dan tidak berlebihan. Karena sesungguhnya Allah SWT tidak menyukai orang-orang yang berlebihan dan semua hal. Yang jadi menarik adalah puasa pada dasarnya adalah menahan, baik menahan lapar dan dahaga maupun menahan (mengendalikan) hawa nafsu. Disinilah sesungguhnya nilai puasa berada (bagi saya). Karena untuk apa kita berpuasa dengan susah payah, sedangkan kita tidak bisa menahan/ mengendalikan hawa nafsu kita dari sifat belebihan atau budaya konsumtif kita. Manusiawi memang kalau kita memiliki keinginan untuk berbuka dengan ini dengan itu, bersahur dengan ini dengan itu. Karena sudah menjadi sifat manusia memiliki keinginan untuk selalu bermewah-mewahan. Tapi bukankah manusia yang hebat itu manusia yang bisa menahan hawa nafsunya. Bukan jago berkelahi, bukan jago tembak, bukan pula seorang ksatria di medan perang. Maksud judul saya diatas adalah banyak manusia/ umat Muslim yang berpuasa tetapi hakikatnya mereka tidak puasa, mereka hanya sia-sia dalam berpuasa. Hanya menghasilkan haus dan dahaga semata tanpa menghasilkan pahala. Bukankah salah satu tujuan puasa adalah untuk medapatkan pahala dari Allah SWT Tuhan Semesta Alam yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang. Semua amal ibadah kita rasanya akan sia-sia belaka andai kita tidak bisa menahan hawa nafsu. Atau tidak bisa berpuasa dengan puasa.
Selamat Menjalankan Ibadah Puasa