MEYAKINI QADA’ DAN QADAR MELAHIRKAN SEMANGAT BEKERJA
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM Kelas : XII IPS 2 Kelompok 2: Fauziah Aminah Rahmy Nursyafhira Tasya Aulia Rahman H
BAB I PENDAHULUAN
I. Latar Belakang Iman adalah aspek agama Islam yang paling mendasar, dan bisa disebut pondasi dari setiap agama. Bila sistem Iman rusak, maka runtuhlah bangunan agama secara keseluruhan. Dalam agama Islam Iman ini terbagi menjadi enam, yaitu: Iman kepada Allah, Iman kepada Rasulullah SAW, Iman kepada malaikat Allah, Iman kepada kitab-kitab Allah, Iman kepada hari akhir, dan Iman kepada Qadha & Qadar. Qadha dan Qadar merupakan rukun Iman yang ke enam. Kita umat muslim harus benar-benar meyakininya, artinya setiap manusia (muslim dan muslimah) wajib mempunyai niat dan keyakinan sungguh-sungguh bahwa segala perbuatan makhluk, sengaja maupun tidak telah ditetapkan oleh Allah SWT. dan tidak ada campur tangan dari siapapun. Orang yang benarbenar beriman adanya Qadha dan Qadar akan senantiasa menjaga agar perilakunya baik dan berusaha menjauhi hal-hal yang buruk. Begitu juga sebaliknya. Dalam makalah ini akan diuraikan mengenai persoalan qadha dan qadar. Dari pembahasan makalah ini diharapkan kita semua bisa mendapatkan pemahaman yang bisa meningkatkan kadar keimanan kita terhadap rukun Iman yang telah di tetapkan khususnya Iman kepada Qadha dan Qadar.
II. Rumusan Masalah 1. Apa yang dimaksud dengan iman Qada’ dan Qadar? 2. Takdir dibagi menjadi berapa macam? 3. Apa saja dalil-dalil yang membahas tentang Qada’ dan Qadar? 4. Apa makna beriman kepada Qada’ dan Qadar? 5. Apa hikmah beriman kepada Qada’ dan Qadar?
III. Tujuan Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini adalah:
Untuk memahami iman kepada Qada’ dan Qadar Untuk memahami dan mengetahui macam-macam takdir Untuk memahami makna iman kepada Qada’ dan Qadar Untuk mengetahui dalil-dalil yang membahas tentang beriman kepada Qada’ dan Qadar Untuk mengetahui hikmah bagi orang yang beriman kepada Qada’ dan Qadar
BAB II PEMBAHASAN
I. Pengertian Beriman Kepada Qada’ dan Qadar Qadar menurut bahasa adalah ukuran atau ketetapan. Sedangkan secara istilah, pengetahuan Allah tentang segala sesuatu yang ingin dia wujudkan atau terjadi pada makhluk-Nya dan alam semesta. Sedangkan menurut paham Qadariyah, manusia mempunyai kebebasan dan kekuatan sendiri untuk mewujudkan perbuatan-perbuatannya. Dan bgitu sebaliknya dengan pendapat kaum Jabariyah yang mengatakan bahwa manusia tidak mempunyai kemerdekaan dalam menentukan kehendak dan perbuatannya. Berbeda lagi dengan paham Ahli sunnah wal Jama’ah, aliran ini berpendapat bahwa manusia wajib ikthiar namun Allah berhak menentukan hasil ikhtiar tersebut, dan manusia harus bertawakal terhadap keputusan atau takdir Allah. Qadar merupakan perwujudan atau realisasi dari qadha Allah, oleh karena itu baru dapat diketahui setelah sesuatu terjadi, sehingga sering kita jumpai seseorang mengatakan “Ini memang sudah takdirku”. Maka Allah berfirman dalam Qs. Al-Ahzab : 38
Artinya: “Tiada suatu keberatan pun atas Nabi tentang apa yang telah ditetapkan oleh Allah baginya. (Allah telah menetapkan yang demikian) sebagai sunnah –Nya pada nabi-nabi yang telah berlalu dahulu. Dan adalah ketetapan Allah itu suatu ketetapan yang pasti berlaku.”
II. Macam-Macam Takdir a. Takdir Mu’allaq Takdir mu’allaq adalah takdir Allah SWT atas makhluknya yang memungkinkan dapat berubah karena usaha dan ikhtiar manusia. Allah berfirman:
Artinya: “Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia.” (Ar-Ra’d : 11) Contoh: Miskin bisa jadi kaya, lantaran bekerja keras Bodoh menjadi pintar, lantaran mau belajar giat Orang sakit bisa menjadi sembuh, lantaran berobat dan berdoa
b. Takdir Mubram Takdir mubram ialah takdir yang pasti terjadi dan tidak dapat dielakkan kejadiannya. Contohnya nasib manusia, lahir, kematian, jodoh, rizkinya, dan terjadinya kiamat dan sebagainya. Qada’ & Qadar Allah SWT yang berhubungan dengan nasib manusia adalah rahasia Allah SWT, hanya Allah SWT yang mengetahuinya. Manusia diperintahkan mengetahui qada’dan qadarnya melalui usaha dan ikhtiar. Kapan manusia lahir, bagaimana statusnya sosialnya, bagaimana rizkinya, siapa anak istrinya, dan kapan meninggalnya adalah rahasia Allah SWT. Jalan hidup manusia seperti itu sudah ditetapkan sejak zaman Azali, yaitu masa sebelum terjadinya sesuatu atau masa yang tidak bermulaan. Tidak seorang pun yang mengetahuinya.
III. Makna Beriman Kepada Qada’ dan Qadar Beriman kepada Qada’dan Qadar mempunyai fungsi penting bagi manusia dalam kehidupan sehari-hari diantaranya: a. Mempunyai semangat ikhtiar Ikhtar artinya melakukan perbuatan yang baik dengan penuh kesungguhan dan keyakinan akan hasil yang baik bagi dirinya. Dengan pemahaman seperti itulah ,seorang murid akan bekerja keras agar biasa sukses, pedagang akan hidup hemat agar usahanya berkembang, dan sebagainya. Allah SWT berfirman:
Artinya: “Dan bahwa manusia hanya meperoleh apa yang usahakannya. Dan sesungguhnya usahanya itu kelak akan diperlihatkan (kepadanya).” (Q.S.An-Najm, 39-40) b. Mempunyai sifat sabar dalam menghadapi cobaan
Dengan percaya qada’ dan qadar, manusia akan sadar bahwa kehidupan adalah ujian-ujian yang harus dilalui dengan sabar. Sabar adalah sikap mental yang teguh pendirian,berani menghadapi tantangan,tahan uji,dan tidak menyerah pada kesulitan. Teguh pendirian berarti tidak mudah goyah dalam memagang prisip atau pedoman hidup,berani menghadapi tantangan berarti berani menghadapi cobaan,penderitaan,kesakitan dan kesensaraan. Cobaan harus dihadapi dengan tenang, dipikir dengan jernih, dicari jalan keluarnya tampa menyerah pada kesulitan,dan akhirnya diserahkan kepada Allah SWT. Allah SWT berfirman:
Artinya: “Apakah manusia mengira bahwa mereka akan dibiarkan hanya mengatakan, ‘kami telah beriman’ dan mereka tidak di uji” (Q.S. Al-Ankabut 29:2) c. Sabar bahwa cobaan adalah qada’dan qadar dari Allah SWT Segala yang ada di alam semesta hakikatnya adalah milik Allah SWT dan suatu saat akan kembali kepada Allah SWT. Firman Allah SWT:
Artinya: “Yaitu orang-orang apabila ditimpa musibah,mereka berkata ‘Inna’lilliahi wa inna ilaihi rajiun’” (Q.S. Al-Baqarah 2:156) d. Tawakal Tawakal menurut bahasa artinya bersandar atau berserah diri. Dalam istilah agama, tawakal artinya berserah diri sepenuhnya kepada Allah SWT dalam menghadapi atau menunggu hasil dari suatu pekerjaan atau usaha. Menurut Imam Al-Ghazali, tawakal artinya menyandarkan diri kepada Allah SWT dalam menghadapi setiap kepentingan. Dalam hal ini, tawakal kepada Allah SWT bukan berarti penyandaran diri kepada Allah SWT secara mutlak, melainkan penyandaran diri yang haras didahului dengan kerja keras dalam berikhtiar berdasarkan kemampuan maksimal.
IV.
Hikmah Beriman Kepada Qada’ dan Qadar Dengan beriman kepada qadha dan qadar, banyak hikmah yang amat berharga bagi kita dalam menjalani kehidupan dunia dan mempersiapkan diri untuk kehidupan akhirat. Hikmah tersebut antara lain: a. Banyak Bersyukur dan Bersabar
Orang yang beriman kepada qadha dan qadar, apabila mendapat keberuntungan, maka ia akan bersyukur, karena keberuntungan itu merupakan nikmat Allah yang harus disyukuri.
Sebaliknya apabila terkena musibah maka ia akan sabar, karena hal tersebut merupakan ujian. Firman Allah :
Artinya: “Dan apa saja nikmat yang ada pada kamu, maka dari Allah (datangnya), dan bila ditimpa oleh kemudratan, maka hanya kepada-Nyalah kamu meminta pertolongan.” (QS. AnNahl ayat 53). b. Menjauhkan Diri dari Sifat Sombong dan Putus Asa Orang yang tidak beriman kepada qadha dan qadar, apabila memperoleh keberhasilan, ia menganggap keberhasilan itu adalah semata-mata karena hasil usahanya sendiri. Ia pun merasa dirinya hebat. Apabila ia mengalami kegagalan, ia mudah berkeluh kesah dan berputus asa , karena ia menyadari bahwa kegagalan itu sebenarnya adalah ketentuan Allah. Firman Allah SWT:
Artinya: “Hai anak-anakku, pergilah kamu, maka carilah berita tentang Yusuf dan saudaranya dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir.” (QS.Yusuf ayat 87) c. Bersifat Optimis dan Giat Bekerja Manusia tidak mengetahui takdir apa yang terjadi pada dirinya. Semua orang tentu menginginkan bernasib baik dan beruntung. Keberuntungan itu tidak datang begitu saja, tetapi harus diusahakan. Oleh sebab itu, orang yang beriman kepada qadha dan qadar senantiasa optimis dan giat bekerja untuk meraih kebahagiaan dan keberhasilan itu. d. Jiwanya Tenang Orang yang beriman kepada qadha dan qadar senantiasa mengalami ketenangan jiwa dalam hidupnya, sebab ia selalu merasa senang dengan apa yang ditentukan Allah kepadanya. Jika beruntung atau berhasil, ia bersyukur. Jika terkena musibah atau gagal, ia bersabar dan berusaha lagi.
BAB III PENUTUP I. Kesimpulan Beriman kepada qada’ dan qadar akan melahirkan sikap optimis, tidak mudah putus asa, sebab yang menimpanya yakni sebagai ketentuan yang telah Allah takdirkan kepadanya dan Allah akan memberikan yang terbaik kepada seorang muslim, sesuai dengan sifatnya yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Oleh karena itu, jika kita tertimpa musibah maka kita harus bersabar, sebab buruk menurut kita belum tentu buruk menurut Allah, sebaliknya baik menurut kita belum tentu baik menurut Allah. Karena dalam kaitan dengan takdir ini lahir sikap sabar dan tawakal yang dibuktikan dengan terus menerus berusaha sesuai dengan kemampuan untuk mencari takdir yang terbaik dari Allah.
II.
Saran
Keimanan seseorang akan berpengaruh terhadap perilakunya sehari-hari. Oleh karena itu, penulis menyarankan agar kita senantiasa meningkatkan iman dan takwa kita kepada Allah SWT agar hidup kita senantiasa berhasil menurut pandangan Allah SWT. Juga keyakinan kita terhadap takdir Allah senantiasa ditingkatkan demi meningkatkan amal ibadah kita. Serta Kita harus senantiasa bersabar, berikhtiar, dan bertawakal dalam menghadapi takdir Allah SWT.