Bencana-1.docx

  • Uploaded by: Nanda Fitria
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Bencana-1.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 3,828
  • Pages: 21
ANALISA RESIKO KEBAKARAN Dosen Pengampu Mata Kuliah Keperawatan Bencana: Ns. M. Fatoni, S.Kep., Mns

Oleh Kelompok 2 / Kelas 3A: 1. Vera Sulistyowati

(201601010)

2. Mahnusa Ulfa

(201601011)

3. Chania Putri Sherlita

(201601018)

4. Nanda Fitria Ningsih

(201601025)

5. Rizky Puput Fauzal Fatha M (201601032) 6. Raina Resty Nur Ramadhani (201601035) 7. Tri Agnus Dei

(201601036)

8. Sovia Fitria Tunizan

(201601038)

9. Bunaya Hardiyanti

(201601039)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN STIKES BINA SEHAT PPNI MOJOKERTO 2019

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat, Inayah, Taufik dan Hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini. Pembuatan makalah ini bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah BENCANA. Makalah ini berisikan tentang Analisa Resiko Kebakaran, diharapkan makalah ini dapat memberikan informasi kepada kita semua. Dalam menyelesaikan makalah ini, banyak kesulitan yang kami hadapi. Tidak lupa kami berterima kasih kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan tugas makalah ini, khususnya kepada : 1. Ana Zakiyah M.Kep selaku kaprodi S1 Keperawatan 2. Mukhamad Fathoni, S.Kep.Ns., M.Kes selaku dosen pembimbing Sehingga makalah ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya.kami menyadari, sebagai seorang mahasiswa yang pengetahuannya belum seberapa dan masih banyak belajar dalam membuat makalah. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan adanya kritik dan saran yang positif agar makalah ini menjadi lebih baik dan berdaya guna. Harapan kami, mudah-mudahan makalah ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua.

Mojokerto, Februari 2019

Kel 2 kelas 3-A

1

DAFTAR ISI

COVER......................................................................................................... KATA PENGANTAR ............................................................................... 1 DAFTAR ISI .............................................................................................. 2 BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 3 1.1

Latar Belakang ............................................................................ 3

1.2

Tujuan Penulisan ......................................................................... 5

1.3

Manfaat Penulisan ....................................................................... 5

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................... 6 2.1

Definisi .......................................................................................... 6

2.2

Teori Api ...................................................................................... 7

2.3

Klasifikasi kebakaran ................................................................. 9

2.4

Klasifikasi Potensi Bahaya Kebakaran ................................... 10

2.5

Faktor dan sebab-sebab kebakaran ........................................ 11

2.6

Peralatan Pemadaman Kebakaran .......................................... 13

2.7

Analisa ........................................................................................ 16

2.7.1 Resiko kebakaran ................................................................ 16 BAB III PENUTUP ................................................................................. 19 3.1

Kesimpulan ................................................................................ 19

3.2

Saran ........................................................................................... 19

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. 20

2

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebakaran adalah salah satu bencana yang seringkali terjadi di perkotaan. Tercatat terjadi 596 kejadian kebakaran di Kota Surabaya pada tahun 2015 (Dinas Pemadam Kebakaran Kota Surabaya, 2015). Menurut Purbo, Kebakaran merupakan bahaya yang mengancam keselamatan jiwa manusia atau harta benda jika nyala api yang tidak terkendali (Rahmad, Kristiawan, &Sambowo, 2016). Kebakaran terjadi sebagai reaksi segitiga api (firetriangle) yaitu reaksi dari bahan yang mudah terbakar (fuel) oksigen dan panas (heat). Bencana kebakaran di perkotaan tidak dapat diperkirakan atau diprediksikan kapan terjadinya dan penyebabnya, yang dapat dilakukan adalah dengan persiapan dan peringatn dini. Kejadian kebakaran di Indonesia tercatat cukup tinggi, khususnya di permukiman masyarakat menengah kebawah, karena mempunyai kepadadatan tinggi. Menurut Effendi, tingginya korban jiwa akibat kebakaran di perkotaan pada umumnya disebabkan korban tidak mampu keluar dari bangunan saat kebakaran akibat keterbatasan fisik, seperti anak-anak, manula dan penyandang cacat (Bagir & Buchori, 2009). Kota Surabaya merupakan salah satu kota besar di Indonesia dengan jumlah penduduk mencapai 2.853.661 jiwa. Kebakaran merupakan bencana yang umum terjadi di Kota Surabaya, dalam kurun waktu 2011-2015 di Kota Surabaya mengalami peningkatan kecuali pada tahun 2013 mengalami penurunan (Dinas Pemadam Kebakaran KotaSurabaya, 2015) (Gambar 1). Tingkat kejadian kebakaran permukiman di Kota Surabaya cukup tinggi (30%) dari jumlah kejadian kebakaran (Sufianto & Green, 2012). Penyebab kebakaran di Kota Surabaya masih didominasi oleh terjadinyahubungan pendek arus listrik yang diperparah dengan hunian yang padat. Dinas Pemadam Kebakaran Kota Surabaya (2011) mencatat 56,71% Wilayah Manajemen Kebakaran (WMK) memiliki waktu tanggap kurang dari 15 menit sedangkan 43,29% termasuk WMK memiliki waktu tanggap lebih dari 15

3

menit. Tingginya persentase WMK (15 menit) dapat berpotensi menimbulkan tingginya kerugian materiil dan korban jiwa. Kawasan SegiempatTunjungan Surabaya terletak di Kecamatan Genteng, merupakan kecamatan dengan indeks Frekuensi Kebakaran Bangunan skala tinggi (BAPPEKO Surabaya, 2016). Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi tingkat risiko bencana kebakaran Kawasan SegiempatTunjungan Kota Surabaya dengan menggunakan variabel Bahaya, Kerentanan dan Kapasitas. Bahaya adalah suatu fenomena, substansi, aktivitas manusia yang menyebabkan hilangnya nyawa, cedera atau dampak-dampak kesehatan lain, kerusakan harta benda,hilangnya penghidupan dan layanan, gangguan sosial dan ekonomi, atau kerusakan lingkungan (International StrategyforDisasterReduction, 2002). Bahaya kebakaran di perkotaan cenderung mengalami peningkatan karena semakin padatnya wilayah perkotaan dan fenomena perubahan iklim yang menyebabkan kemarau semakin panjang. Kerentanan merupakan derajat kemampuan suatu sistem atau bagian dari sistem untuk dapat bereaksi dengan peristiwa yang berbahaya (Usama dkk., 2014 dalam Danianti &Sariffuddin, 2015). Bencana terjadi karena adanya interaksi bahaya dengan manusia dan infrastruktur yang rentan (Canon, 2008 dalam Isa, Wajdi, Syamsudin, & Setyawan, 2014). Kapasitas adalah kemampuan daerah dan masyarakat untuk melakukan tindakan pengurangan tingkat ancaman dan tingkat kerugian akibat bencana (BNPB, 2012).Tingginya peluang bahaya dan didukung dengan kerentanan tinggi akan menyebabkan tingginya kerugian dan korban jiwa. Kerugian dan korban jiwa dapat diminimalkan dengan peningkatan kapasitas masyarakat. Kapasitas memiliki nilai terbalik dengan bahaya dan kerentanan dimana tingginya tingkat kerentanan akan dapat menurunkan risiko bencana. Bahaya tidak dapat dihilangkan atau selalu dikontrol (Perrow, 2007 dalam Isa, dkk., 2014). Tingkat kerentanan dan kapasitas dapat dikontrol guna menurunkan resiko bencana. Risiko bencana merupakan potensi kerugian yang ditimbulkan akibat bencana pada suatu wilayah dalam kurun waktu tertentu (Isa, dkk., 2014). Definisi risiko kebakaran merupakan potensi kerugian yang dapat mengacam keselamatan

4

jiwa manusia dan menimbulkan kerugian harta benda akibat oleh nyala api tidak terkendali. Penelitian tentang resiko kebakaran sebagian besar membahas resiko kebakaran terkait kebakaran hutan seperti yang dilakukan di sekitar hutan tropis di Brasil, Afrika Tengah dan Asia Tenggara (Chuvieco, Martínez, Román, Hantson, &Pettinari, 2014) dan hutan sub tropis di Amerika Serikat (Paveglio, dkk., 2015). Sehingga penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam pengembangan penelitian terkait risiko kebakaran pada kawasan perkotaan terutama yang memiliki kepadatan tinggi dan memberikan kontribusi dalam penyusunan kebijakan terkait dengan pengurangan resiko bencana di perkotaan. 1.2 Tujuan Penulisan Untuk mengetahui analisa resiko bencana kebakaran 1.3 Manfaat Penulisan 1. Untuk menambah pengetahuan dan wawasan kelompok tentang analisa resiko bencana kebakaran 2. Untuk menambah pengetahuan dan wawasan bagi setiap pembaca tentang analisa resiko bencana kebakaran

5

BAB II PEMBAHASAN 2.1 Definisi Kebakaran adalah salah satu bencana yang seringkali terjadi di perkotaan. Menurut Purbo, Kebakaran merupakan bahaya yang mengancam keselamatan jiwa manusia atau harta benda jika nyala api yang tidak terkendali (Rahmad, Kristiawan, & Sambowo, 2016). Kebakaran terjadi sebagai reaksi segitiga api (fire triangle) yaitu reaksi dari bahan yang mudah terbakar (fuel) oksigen dan panas (heat). Bencana kebakaran di perkotaan tidak dapat

diperkirakan atau

diprediksikan kapan terjadinya

dan

penyebabnya, yang dapat dilakukan adalah dengan persiapan dan peringatn dini. Kejadian kebakaran di Indonesia tercatat cukup tinggi, khususnya di permukiman

masyarakat

menengah

kebawah,

karena

mempunyai

kepadadatan tinggi. Menurut Effendi, tingginya korban jiwa akibat kebakaran di perkotaan pada umumnya disebabkan korban tidak mampu keluar dari bangunan saat kebakaran akibat keterbatasan fisik, seperti anak-anak, manula dan penyandang cacat (Bagir & Buchori, 2009). Definisi kebakaran menurut Perda DKI No.8 Tahun 2008, adalah suatu peristiwa atau timbulnya kejadian yang tidak terkendali yang dapat membahayakan keselamatan jiwa maupun harta benda. Menurut PerMen PU No.26/PRT/M/2008, bahaya kebakaran adalah bahaya yang diakibatkan oleh adanya ancaman potensial dan derajat terkena pancaran api sejak awal kebakaran hingga penjalaran api yang menimbulkan asap dan gas. Menurut NFPA kebakaran didefinisikan sebagai suatu peristiwa oksidasi yang melibatkan tiga unsur yaitu bahan bakar, oksigen, dan sumber energi atau panas yang berakibat menimbulkan kerugian harta benda, cidera bahkan kematian. Kebakaran merupakan peristiwa berkobarnya api yang tidak dikehendaki dan selalu membawa kerugian. Kebakaran terjadi akibat bertemunya 3 unsur : bahan (yang dapat ter)bakar; suhu penyalaan/titik nyala

6

dan zat pembakar (O2 atau udara). Untuk mencegah terjadinya kebakaran adalah dengan mencegah bertemunyan salah satu dari dua unsur lainnya. 2.2 Teori Api Definisi dari Api menurut National Fire Protection Association (NFPA) adalah suatu massa zat yang sedang berpijar yang dihasilkan dalam proses kimia oksidasi yang berlangsung dengan cepat dan disertai pelepasan energi atau panas.Timbulnya api ini sendiri disebabkan oleh adanya sumber panas yang berasal dari berbagai bentuk energi yang dapat menjadi sumber penyulutan dalam segitiga api. Contoh sumber panas: 1. Bunga api listrik dan busur listrik 2. Listrik statis 3. Reaksi Kimia 4. Gesekan (Friction) 5. Pemadatan (Compression) 6. Api terbuka (Open Flame) 7. Pembakaran Spontan (Spontaneous Combustion) 8. Petir (Lightning) 9. Sinar matahari Soehatman Ramli menjelaskan bahwa api tidak terjadi begitu saja tetapi merupakan suatu proses kimiawi antara uap bahan bakar dengan oksigen dan bantuan panas. Teori ini dikenal dengan segitiga api (fire triangle). Menurut teori ini kebakaran terjadi karena adanya tiga faktor yang menjadi unsur api yaitu: -

Bahan bakar (Fuel), yaitu unsur bahan bakar baik padat, cair, atau gas yang dapat terbakar yang bercampur dengan oksigen dari udara.

-

Sumber panas (Heat), yaitu yang menjadi pemicu kebakaran dengan energi yang cukup untuk menyalakan campuran antara bahan bakar dan oksigen dari udara.

7

-

Oksigen, terkandung dalam udara. Tanpa adanya udara atau oksigen, maka proses kebakaran tidak dapat terjadi.

Gambar 2.1 Fire Triangle Kebakaran dapat terjadi jika ketiga unsur api tersebut saling bereaksi satu dengan yang lainnya. Tanpa adanya salah satu unsur tersebut, api tidak dapat terjadi. Bahkan masih ada unsur keempat yang disebut reaksi berantai, karena tanpa adanya reaksi pembakaran maka api tidak akan menyala terus-menerus. Keempat unsur api ini sering disebut juga Fire Tetra Hedron.

Gambar 2.2 Fire Tetra Hedron Pada proses penyalaan, api mengalami empat tahapan, mulai dari tahap permulaan hingga menjadi besar, berikut penjelasannya: 1. Incipien Stage (Tahap Permulaan) Pada tahap ini tidak terlihat adanya asap, lidah api, atau panas, tetapi terbentuk partikel pembakaran dalam jumlah yang signifikan selama periode tertentu. 2. Smoldering Stage (Tahap Membara)

8

Partikel pembakaran telah bertambah, membentuk apa yang kita lihat sebagai “asap”. Masih belum ada nyala api atau panas yang signifikan. 3. Flame Stage Tercapai titik nyala, dan mulai terbentuk lidah api. Jumlah asap mulai berkurang, sedangkan panas meningkat. 4. Heat Stage Pada tahap ini terbentuk panas, lidah api, asap, dan gas beracun dalam jumlah besar. Transisi dari flame stage ke heat stage biasanya sangat cepat, seolah-olah menjadi satu dalam fase sendiri. 2.3 Klasifikasi kebakaran Berdasar Permenaker Nomor : 04/MEN/1980 penggolongan atau pengelompokan jenis kebakaran menurut jenis bahan yang terbakar, dimaksudkan untuk pemilihan media pemadam kebakaran yang sesuai. Pengelompokan itu adalah : 1. Kebakaran kelas (tipe) A, yaitu kebakaran bahan padat kecuali logam, seperti : kertas, kayu, tekstil, plastik, karet, busa dll. yang sejenis dengan itu. Alat pemadam: air sebagai pemadam utama 2. Kebakaran kelas (tipe) B, yaitu kebakaran bahan cair atau gas yang mudah terbakar, seperti : bensin, aspal,gemuk, minyak, alkohol, LPG dll. yang sejenis dengan itu. Alat pemadam: jenis basa sebagai alat pemadam pokok 3. Kebakaran kelas (tipe) C, yaitu kebakaran listrik yang bertegangan Alat pemadam:dry chemical, CO2, gas hallon 4. Kebakaran kelas (tipe) D, yaitu kebakaran bahan logam, seperti : aluminium, magnesium, kalium, dll. yang sejenis dengan itu. Alat pemadam:bubuk kimia kering (drysand, bubuk pryme)

9

2.4 Klasifikasi Potensi Bahaya Kebakaran Menurut Perda DKI Jakarta No.8 Tahun 2008, potensi bahaya kebakaran adalah tingkat kondisi atau keadaan bahaya kebakaran yang terdapat pada obyek tertentu tempat manusia beraktivitas. Berikut uraian klasifikasinya: Tabel 2.8 Klasifikasi bahaya kebakaran Potensi Bahaya

Penjelasan

Bahaya kebakaran

Mempunyai nilai dan kemudahan terbakar rendah, melepaskan panas rendah, penjalaran api lambat. Contoh : tempat ibadah, perkantoran, pendidikan, ruang makan, ruang rawat inap, penginapan, hotel, museum, penjara, perumahan.

ringan

Bahaya kebakaran sedang 1

Bahaya kebakaran sedang 2

Bahaya kebakaran sedang 3

Mempunyai jumlah dan kemudahan terbakar sedang, penimbunan bahan yang mudah terbakar dengan tinggi tidak lebih dari 2,5 meter, melepaskan panas sedang, sehingga penjalaran api sedang. Contoh : penampungan susu, restoran, pabrik kaca, pabrik asbestos, pabrik balok beton, pabrik es, restoran, pabrik pengalengan ikan, daging, tempat pembuatan perhiasan.

Mempunyai jumlah dan kemudahan terbakar sedang, penimbunan bahan yang mudah terbakar dengan tinggi tidak lebih dari 4 (empat) meter, melepaskan panas sedang, sehingga penjalaran api sedang. Contoh : pabrik roti, pabrik minuman, pabrik pengolahan kulit, pabrik baterai, pabrik bir, pabrik bohlam, tempat parkir, pabrik mobil dan motor, pelabuhan, kantor pos.

Mempunyai jumlah dan kemudahan terbakar agak tinggi, menimbulkan panas agak tinggi serta penjalaran api agak cepat. Contoh : pabrik yang membuat barang dari karet dan plastik, pabrik karung, pabrik pesawat terbang, pabrik peleburan metal, pabrik gula, pabrik lilin, pabrik pakaian, pabrik kertas, pabrik sepatu, pabrik karpet.

10

Bahaya kebakaran

Ancaman bahaya kebakaran yang mempunyai jumlah dan kemudahan terbakar tinggi, menimbulkan panas tinggi serta penjalaran api cepat apabila terjadi kebakaran. Contoh : bangunan bawah tanah, subway, hanggar pesawat terbang, pabrik korek api gas, pabrikpengelasan, pabrik foam plastik dan karet, kilang minyak, pabrik pengecoran logam, pabrik yang menggunakan bahan baku yang mempunyai titik nyala 37,9°C (100°F).

berat 1

Bahaya kebakaran

Ancaman bahaya kebakaran yang mempunyai jumlah dan kemudahan terbakar sangat tinggi, menimbulkan panas sangat tinggi serta penjalaran api sangat cepat apabila terjadi kebakaran. Contoh : pabrik selulosa nitrat, pabrik yang menggunakan dan menyimpan bahan berbahaya.

berat 2

2.5 Faktor dan sebab-sebab kebakaran 1. Bahaya listrik Kebakaran akibat listrik sering terjadi di kantor – kantor dibandingkan dengan rumah.Penyebabnya bisa berawal dari kontak/sirkuit listrik yang terlalu banyak atau kontak yang terlalu panas, dan kabe – kabel yang tidak aman. Kekurangan jumlah stop kontak yang menyebabkan penggunaan adaptor juga akan menyebabkan kebakaran. Bahaya listrik memerlukan electrical audit untuk mengecek kabel yang tidak aman maupunkabel yang memiliki terlalu banyak beban. 2. Hot work Kebakaran yang disebabkan oleh hot work sering berasal dari sumber – sumber

yang

tidak

diperkirakan,

sehingga

sebaiknya

perkantoran mengurangi portable heater seperti oven, kompor dan lain – lain.

11

3. Mesin Mesin yang sangat panas dapat menyebabkan kebakaran, sehingga harus secara teraturdi servis. Tempat pembuangan udaranya harus selalu dibersihkan untuk mencegahterjadinya pemanasan mesin. 4. Rokok Merupakan salah satu penyebab kebakaran di tempat kerja. Rokok seharusnya dilarangdi daerah kerja dimana bahan – bahannya mudah terbakar. 5. Cairan yang mudah terbakar Dalam pencegahannya, cairan yang mudah terbakar seharusnya disimpan dalam tempatyang tertutup logam. LPG juga merupakan cairan yang mudah terbakar dan harusdisimpan secara aman 6.

Bad Housekeeping Seperti print-out komputer atau berkas – berkas yang masih berserakan di atas meja,peralatan listrik seperti komputer yang masih tersambung aliran listrik bisa sajamemicu timbulnya kebakaran. Perlu ada kebijakan kantor yang membiasakan seluruhkaryawannya untuk disiplin melakukan prosedur-prosedur pencegahan sebelummeninggalkan ruang kerjanya pada jam pulang kantor.

7. Kebakaran yang disengaja Merupakan usaha percobaan untuk menutupi kriminalitas atau berasal dari perselisihan perorangan. Perusahaan dapat mencegah kebakaran yang disengaja dengan memastikan sistem proteksi kebakaran dites secara berkala  Sebab-sebab Kebakaran : 1. Kebakaran karena sifat kelalaian manusia, seperti : kurangnya pengertian pengetahuan

penanggulangan

bahaya

kebakaran;

kurang

hati

menggunakan alat dan bahan yang dapat menimbulkan api; kurangnya kesadaran pribadi atau tidak disiplin.

12

2. Kebakaran karena peristiwa alam, terutama berkenaan dengan cuaca, sinar matahari, letusan gunung berapi, gempa bumi, petir, angin dan topan. 3. Kebakaran karena penyalaan sendiri, sering terjadi pada gudang bahan kimia di mana bahan bereaksi dengan udara, air dan juga dengan bahanbahan lainnya yang mudah meledak atau terbakar. 4. Kebakaran karena kesengajaan untuk tujuan tertentu, misalnya sabotase, mencari keuntungan ganti rugi klaim asuransi, hilangkan jejak kejahatan, tujuan taktis pertempuran dengan jalan bumi hangus.

2.6 Peralatan Pemadaman Kebakaran Untuk mencegah dan menanggulangi kebakaran perlu disediakan peralatan pemadam kebakaran yang sesuai dan cocok untuk bahan yang mungkin terbakar di tempat yang bersangkutan. 1. Perlengkapan dan alat pemadam kebakaran sederhana a. Air, bahan alam yang melimpah, murah dan tidak ada akibat ikutan (side effect), sehingga air paling banyak dipakai untuk memadamkan kebakaran. Persedian air dilakukan dengan cadangan bak-bak iar dekat daerah bahaya, alat yang diperlukan berupa ember atau slang/pipa karet/plastik. b. Pasir, bahan yang dapat menutup benda terbakar sehingga udara tidak masuk sehingga api padam. Caranya dengan menimbunkan pada benda yang terbakar menggunakan sekop atau ember c. Karung goni, kain katun, atau selimut basah sangat efektif untuk menutup kebakaran dini pada api kompor atau kebakaran di rumah tangga, luasnya minimal 2 kali luas potensi api. d. Tangga, gantol dan lain-lain sejenis, dipergunakan untuk alat bantu penyelamatan dan pemadaman kebakaran.

2. Alat Pemadam Api Ringan (APAR) APAR adalah alat yang ringan serta mudah dilayani oleh satu orang untuk memadamkan api pada awal terjadinya kebakaran. Tabung

13

APAR harus diisi ulang sesuai dengan jenis dan konstruksinya. Jenis APAR meliputi : jenis air (water), busa (foam), serbuk kering (dry chemical) gas halon dan gas CO2, yang berfungsi untuk menyelimuti benda terbakar dari oksigen di sekitar bahan terbakar sehingga suplai oksigen terhenti. Zat keluar dari tabung karena dorongan gas bertekanan. Konstruksi APAR sebagai berikut :

A. PETUNJUK PEMILIHAN APAR

14

B. KARAKTERISTIK APAR :

a. APAR jenis tertentu bukan merupakan pemadam untuk segala jenis kebakaran, oleh karena itu sebelum menggunakan APAR perlu diidentifikasi jenis bahan terbakar. b. APAR hanya ideal dioperasikan pada situasi tanpa angin kuat, APAR kimiawi ideal dioperasikan pada suhu kamar c. Waktu ideal : 3 detik operasi, 10 detik berhenti, waktu maksimum terus menerus 8 detik. d. Bila telah dipakai harus diisi ulang e. Harus diperiksa secara periodik, minimal 2 tahun sekali. C. PEDOMAN SINGKAT ANTISIPASI DAN TINDAKAN PEMADAMAN KEBAKARAN 1. Tempatkan APAR selalu pada tempat yang sudah ditentukan, mudah dijangkau dan mudah dilihat, tidak terlindung benda/perabot seperti lemari, rak buku dsb. Beri tanda segitiga warna merah panjang sisi 35 cm. 2. Siagakan APAR selalu siap pakai. 3. Bila terjadi kebakaran kecil : bertindaklah dengan tenang, identifikasi bahan terbakar dan tentukan APAR yang dipakai. 4. Bila terjadi kebakaran besar : bertindaklah dengan tenang, beritahu orang lain untuk pengosongan lokasi, nyalakan alarm, hubungi petugas pemadam kebakaran. 5. Upayakan latihan secara periodik untuk dapat bertindak secara tepat dan tenang.

3. Alat Pemadam Kebakaran Besar Alat-alat ini ada yang dilayani secara manual ada pula yang bekerja secara otomatis. a. Sistem hidran mempergu-nakan air sebagai pemadam api. Terdiri dari pompa, saluran air, pilar hidran (di luar gedung), boks hidran (dalam

15

gedung) berisi : slang landas, pipa kopel, pipa semprot dan kumparan slang b. Sistem penyembur api (sprinkler system), kombinasi antara sistem isyarat alat pemadam kebakaran. c. Sistem pemadam dengan gas.

2.7 Analisa 2.7.1 Resiko kebakaran Berdasarkan hasil pengamatan proyek pembangunan gedung stikes Bina Sehat PPNI penyebab kebakaran jika dilihat dari sumber kebakaran disebabkan karena ada bahan yang mudah terbakar, dan ada pemicu untuk terjadinya kebakaran dari instalasi listrik. Identifikasi bahaya kebakaran di stikes Bina Sehat PPNI meliputi : A. Kertas Kertas merupakan bahan yang mudah terbakar. Kertas pada proyek pembangunan gedung stikes Bina Sehat PPNI berupa dokumen yang berada diruang perkantoran. Menurut Ramli (2010) kertas termasuk dalam bahan bakar padat yaitu bahan yang bersifat padat. Menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. 4 Tahun 1980, tentang syarat Pemasangan dan Pemeliharaan Alat Pemadam Api Ringan, kertas termasuk dalam golongan A yaitu Api yang berasal dari kebakaran bahan padat kecuali logam yang apabila terbakar meninggalkan arang atau abu. B. Bahan kimia Bahan kimia yang dimaksud dapat berupa obat yang berasa di ruang tindakan atau bahan pembersih ruangan yang disimpan di dalam gedung. Bahan kimia yang tersimpan bisa menjadi bahan yang mudah terbakar apabila terdapat sumber panas atau terjadi reaksi antar bahan kimia tersebut. Risiko ini khususnya berada di ruang laboratorium. Menurut Ramli (2010) bahan kimia tersebut masuk dalam kategori

16

bahan bakar cair yaitu yang bersifat cairan. Menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No.4 Tahun 1980 bahan kimia termasuk dalam golongan B yaitu api yang berasal dari kebakaran bahan cair atau gas yang mudah terbakar. C. Kain Sumber kebakaran dapat diperkirakan berasal dari kain berasal dari kain disetiap ruangan. Kain dalam hal ini yang dimaksud dapat brupa gorden, kain penutup tempat tidur, taplak meja. Kain dapat dikategorikan dalam bahan padat apabila terbakar bahan ini akan meninggalkan bekas berupa abu, maka menurut peraturan menteri tenaga kerja dan transmigrasi no. 4 Tahun 1980, kebakaran dari bahan bakar kain termasuk dalam klasifikasi kebakaran A. D. Peralatan Elekronik Peralatan elektronik digunakan diseluruh ruangan yang ada disetiap ruangan STIKes Bina Sehat PPNI. Peralatan elektronik yang dimaksud brupa alat kesehatan, TV, Kipas angin, air conditioner, lampu penerangan. Bahaya dari instalasi listrik ini, jika terjadi konsleting yang dapat menimbulkan percikan api. Pencegahan terjadinya kebakaran , wajib dilakukan pengecekan pada setiap instalasi listrik yang terdapat di area STIKes Bina Sehat PPNI. Pengecekan instalsi listrik perlu dilakukan untuk menghindari terjadinya konsleting yang dapat berpotensi terjadinya kebakaran. menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi no. 4 Tahun 1980, perlatan listrik masuk dalam golongan C karena dapat menyebabkan timbulnya api yang brasal dari kebakaran instalasi listrik bertegangan. E. Instalasi Listrik Instalasi listrik yang digunakan di proyek pembangunan gedung STIKes Bina Sehat PPNI digunakan sebagai sumber tenaga listrik untuk menjalankan peralatan elektronik yang terdapat di setiap lantai. Instalasi listrik merupakan sumber panas yang dapat memicu

17

terjadinya kebakaran. Bahaya dari

instalasi listrik adalah terjadi

konsleting sehingga timbul percikan api sehingga

berpotensi

terjadinya kebakaran. Menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. 4 Tahun 1980 peralatan listrik masuk kedalam golongan C karena dapat menyebabkan timbulnya api yang berasal dari kebakaran instalasi listrik bertegangan. Tindakan pencegahan yang dapat dilakukan yaitu dengan selalu melakukan perawatan pada jaringan instalasi listrik dan menggunakan listrik sesuai kekuatannya, tidak membebankan pada satu jaringan saja. Menurut Ramli (2010), nyala api terjadi karena adanya tiga unsur, yaitu “bahan bakar” (fuel), “panas” (heat) dan “oksigen” (O2). Bahan bakar (fuel), yaitu unsur bahan bakar baik padat, cair atau gas yang dapat terbakar dan bercampur dengan oksigen dari udara. 1. Bahan mudah terbakar Bahan mudah terbakar pada proyek pembangunan gedung STIKes Bina Sehat PPNI yaitu kertas yang berbentuk dokumen yang banyak terdapat diruang perkatoran, bahan kimia yang berupa obat dan bahan pembersih ruangan, kain disetiap ruangan yang berupa gorden, taplak meja, kain penutup tempat tidur. Kertas dan kain tergolong dalam bahan padat, sedangkan bahan kimia cair tergolong dalam bahan cair. 2. Sumber panas Sumber panas pada proyek pembangunan gedung STIKes Bina Sehat PPNI terdiri dari berbagai macam bentuk seperti sumber panas mekanis 3. Oksigen Pembakaran tidak akan terjadi apabila kadar oksigen kurang dari 12% dari 21% oksigen di udara bebas, bahkan terdapat unsur ke empat yang mendukung terjadinya kebakaran atau disebut reaksi berantai, yaitu tanpa adanya reaksi pembakaran api tidak dapat hidup secara terus menerus. Oksigen berasal dari udara bebas dan oksigen yang berada di ruangan.

18

BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Kebakaran adalah salah satu bencana yang seringkali terjadi di perkotaan. Menurut Purbo, Kebakaran merupakan bahaya yang mengancam keselamatan jiwa manusia atau harta benda jika nyala api yang tidak terkendali (Rahmad, Kristiawan, & Sambowo, 2016). Definisi dari Api menurut National Fire Protection Association (NFPA) adalah suatu massa zat yang sedang berpijar yang dihasilkan dalam proses kimia oksidasi yang berlangsung dengan cepat dan disertai pelepasan energi atau panas.Timbulnya api ini sendiri disebabkan oleh adanya sumber panas yang berasal dari berbagai bentuk energi yang dapat menjadi sumber penyulutan dalam segitiga api. Berdasarkan Permenaker Nomor : 04/MEN/1980 penggolongan atau pengelompokan jenis kebakaran menurut jenis bahan yang terbakar, dimaksudkan untuk pemilihan media pemadam kebakaran yang sesuai. Pengelompokan itu adalah : 1. Kebakaran kelas (tipe) A 2. Kebakaran kelas (tipe) B 3. Kebakaran kelas (tipe) C 4. Kebakaran kelas (tipe) D 3.2 Saran Adapun saran untuk mencegah kebakaran 1. Pemberian APAR di setiap gedung 2. Menyediakan smoking area 3. Pembuatan jalur akses cepat tanggap terhadap kebakaran

19

DAFTAR PUSTAKA I. I. (2011). Analisis Risiko Kebakaran Di Rumah Sakit Metropolitan Medical Centre. Departemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Januandari, M. U., Rachmawati, T. A., & H. S. (2017). Analisa Risiko Bencana Kebakaran Kawasan Segiempat Tunjungan Surabaya. Jurnal Pengembangan Kota, 149-158. PK, M.Sc, D. S. (t.thn.). Hygiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. Jakarta: Gunung Agung.

20

More Documents from "Nanda Fitria"