Beberapa Faktor Yang Mempengaruhi Bblr Antara Lain.docx

  • Uploaded by: Weisiya Agustina
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Beberapa Faktor Yang Mempengaruhi Bblr Antara Lain.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 3,853
  • Pages: 20
Definisi

Bayi berat lahir rendah ( BBLR ) adalah bayi dengan berat lahir kurang dari 2500 gram ( berat lahir adalah berat bayi yang ditimbang dalam 1 jam setelah lahir ).

·

Klasifikasi BBLR

a.Berdasarkan BB lahir

1.BBLR

2.BBLSR

: BB < 2500gr

: BB 1000-1500gr

3.BBLESR : BB <1000 gr

b.Berdasarkan umur kehamilan

1. Prematur

Adalah bayi lahir dengan umur kehamilan kurang dari 37 minggu dan mempunyai berat badan sesuai dengan berat badan untuk masa kehamilan atau disebut Neonatus Kurang Bulan – Sesuai Masa Kehamilan ( NKB- SMK).

2.Dismaturitas.

Adalah bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan seharusnya untuk masa kehamilan, dismatur dapat terjadi dalam preterm, term, dan post term. Dismatur ini dapat juga Neonatus Kurang Bulan – Kecil untuk Masa Kehamilan (NKB- KMK),

Neonatus Cukup Bulan-Kecil Masa Kehamilan ( NCB-KMK ), Neonatus Lebih Bulan-Kecil Masa Kehamilan ( NLB- KMK )

2.2

Etiologi

1)

Faktor Ibu

-

Gizi saat hamil kurang

-

Umur < 20 tahun / lebih 35 tahun

-

Jarak kehamilan dan bersalin terlalu dekat.

-

Ibu pendek, tinggi badan < 145 cm

narkotik.

Penyakit menahun ibu, hipertensi, jantung, gangguan pembuluh darah, perokok dan

2)

Faktor kehamilan

-

Kehamilan hidramnion

-

Hamil ganda

-

Perdarahan antepartum

-

Komplikasi kehamilan, pre eklamsi, KPD

3)

Faktor janin

-

Cacat bawaan

-

Infeksi dalam rahim

-

Gangguan metabolisme pada janin.

2.3 Tanda – tanda klinis

Ø Gambaran klinis BBLR secara umum adalah :

-

Berat kurang dari 2500 gram

-

Panjang kurang dari 45 cm

-

Lingkar dada kurang dari 30 cm

-

Lingkar kepala kurang dari 33 cm

-

Umur kehamilan kurang dari 37 minggu

-

Kepala lebih besar

-

Kulit tipis, transparan, rambut lanugo banyak, lemak kurang

-

Otot hipotonik lemah

-

Pernapasan tak teratur dapat terjadi apnea

-

Eksremitas : paha abduksi, sendi lutut / kaki fleksi-lurus

-

Kepala tidak mampu tegak

-

-

Ø

Pernapasan 40 – 50 kali / menit

Nadi 100 – 140 kali / menit

Gambaran klinis BBLR secara khusus adalah

a. Tanda-tanda Bayi Prematur

1. BB kurang dari 2500 gr, PB kurang dari 45 cm, lingkar kepala kurang dari 33 cm, lingkar dada kurang 30 cm.

2.

Umur kehamilan kurang dari 37 mg.

3.

Kepala relatif lebih besar dari pada badannya.

4.

Rambut tipis dan halus, ubun-ubun dan sutura lebar.

5.

Kepala mengarah ke satu sisi.

6. usus.

Kulit tipis dan transparan, lanugo banyak, lemak subkutan kurang, sering tampak peristaltik

7.

Tulang rawan dan daun telinga imatur.

8.

Puting susu belum terbentuk dengan baik.

9.

Pergerakan kurang dan lemah.

10.

Reflek menghisap dan menelan belum sempurna.

11.

Tangisnya lemah dan jarang, pernafasan masih belum teratur.

12. Otot-otot masih hipotonis sehingga sikap selalu dalam keadaan kedua paha abduksi, sendi lutut dan pergelangan kaki fleksi atau lurus.

13. Genetalia belum sempurna, labia minora belum tertutup oleh labia mayora (pada wanita), dan testis belum turun (pada laki laki).

b. Tanda-tanda pada Bayi Dismatur

1.

Preterm sama dengan bayi premature

2.

Term dan post term :

Ø

Kulit pucat atau bernoda, keriput tipis.

Ø

Vernik caseosa sedikit/kurang atau tidak ada.

Ø

Jaringan lemak di bawah kulit sedikit.

Ø

Pergerakan gesit, aktif dan kuat.

Ø Tali pusat kuning kehijauan.

Ø

Mekonium kering.

Ø

Luas permukaan tubuh relatif lebih besar dibandingkan BB.

TINJAUAN TEORI

I.

Defenisi

Berat badan lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat badan 2500 gram atau kurang pada saat lahir, bayi baru lahir ini dianggap mengalami kecepatan pertumbuhan intrauterine kurang dari yang diharapkan atau pemendekan periode gestasi (Bobak, 2004).

Berat badan lahir rendah (BBLR) adalah bayi yang lahir dengan berat badan kurang atau sama dengan 2500 gram (Surasmi, 2003).

Berat Badan Bayi Rendah (BBLR) merupakan bayi (neonatus) yang lahir dengan memiliki berat badan kurang dari 2500 gram atau sampai dengan 2499 gram (Hidayat, 2005).

Klasifikasi BBLR

1.

:

Klasifikasi berdasarkan Berat badan:

a. Bayi berat badan sangat rendah,yaitu bayi yang lahir dengan berat badan 1000 gram.

kurang dari

b. gram

Bayi berat badan lahir sangat rendah ,yaitu bayi yang lahir dengan berat badan kurang 1.500

c. gram

Bayi berat badan lahir cukup rendah ,yaitu bayi yang lahir dengan berat badan 1501-2500

2.

a.

b.

c.

3.

Klasifikasi berdasarkan umur kehamilan :

Bayi prematur adalah bayi yang lahir dengan umur kehamilan belum mencapai 37 minggu

Bayi cukup bulan adalah bayi yang lahir dengan umur kehamilan 38-42 minggu.

Bayi lebih bulan adalah bayi yang lahir dengan umur kehamilan lebih dari 42 minggu

Klasifikasi berdasarkan umur kehamilan dan berat badan:

a. Bayi kecil untuk masa kehamilan (KMK)/small-for-gestational-age(SGA) adalah Bayi yang lahir dengan keterlambatan pertumbuhan intra uteri dengan berat badan terletak dibawah persentil ke-10 dalam grafik pertumbuhan intra-uteri.

b. Bayi sesuai dengan masa kehamilan (SMK)/appropriate-for-gestational-age(AGA). Bayi yang lahir dengan berat badan sesuai dengan berat badan untuk masa kehamilan,yaitu berat badan terletak antara persentil ke-10 dan ke-90 dalam grafik pertumbuhan intra –uterin.

c. Bayi besar untuk masa kehamilan/large-for-gestational-age(LGA). Bayi yang lahir dengan berat badan lebih untuk usia kehamilan dengan berat badan terletak diatas persentil ke-90 dalam grafik pertumbuhan intra-uteri

Berdasarkan pengelompokan tersebut atas,BBLR dapat dikelompokkan menjadi 2 yaitu:

1.

Bayi Prematur

Adalah bayi lahir pada umur kehamilan kurang dari 37 minggu dengan berat badan sama dengan atau kurang dari 2.500 gram.

Tanda-tanda Bayi Premature :

a.

b.

c.

d.

Panjang badan kurang dari atau sama dengan 46 cm

Panjangnya kuku belum melewati ujung jari

Lingkar kepala kurang dari atau sama dengan 33 cm

Lingkar dada kurang dari atau sama dengan 30 cm

e.

Rambut lanugo masih banyak

f.

Jaringan subkutan tipis atau kurang

g.

Tulang rawan daun telinga belum sempurna pertumbuhannya

h.

Tumit mengkilap,telapak kaki halus

i. turun

Pada wanita labia mayora belum menutupi labia minora, pada bayi

Penyebab kelahiran Prematur :

a.

Faktor Ibu

1)

Toksemia gravidarum,yaitu preeklamsi dan eklamsi

2)

Kelainan bentuk uterus (uterus bikornis, inkompeten serviks)

laki-laki testis belum

3)

Tumor(mioma uteri, s istoma)

b.

faktor janin

1)

Kehamilan ganda

2)

Hidramnion

3)

Ketuban pecah dini

4)

Infeksi (rubeolla, sifillis,toksoplasmosis

5)

Insufisiensi plasenta

c.

Faktor Plasenta :

1)

Plasenta previa

2)

Solusio plasenta

Penyulit yang dapat terjadi :

a.

b.

c.

d.

Hipotermi

Sindrom gawat nafas

Hipoglikemia

Perdarahan intra cranial

e.

Rentan terhadap infeksi

f.

Hiperbilirubinemia

g.

Kerusakan integritas kulit

2.

Bayi Dismatur

Dismaturitas adalah Bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari berat badan yang seharusnya untuk masa kehamilan.yaitu berat badan di bawah persentil 10 pada kurva pertumbuhan intra uteri, biasa disebut dengan bayi kecil untuk masa kehamilan (KMK/AGA).

Tanda-tanda Bayi Dismatur :

a.

b.

c.

Panjang badan lebih dari 45 cm, berat badan lebih dari 2.500 gram

Kulit kering dan keriput

Rambut panjang dan banyak

Fakto yang menyebabkan gangguan pertumbuhan intra uterin meliputi:

a.

b.

c.

Faktor Janin : Infeksi kronis, Kelalinan congenital

Faktor plasenta : Berat plasenta kurang, Plasentitis vilus, Infark tumor.

Faktor ibu : Pre eklamsi, Hypertensi, Kelainan pembuluh darah.

Stadium Bayi Dismatur :

a. Stadium pertama : Bayi tampk kurus dan lebih panjang, Kering seperti perkamen,tetapi beklum terdapat noda mekonium.

b. Stadium kedua : Bayi tampk kurus dan lebih panjang, Kering seperti perkamen,tetapi beklum terdapat noda mekonium, Kehijauan pada kulit plasenta dan umbilicus.

c. Stadium ketiga : Bayi tampk kurus dan lebih panjang, Kering seperti perkamen,tetapi beklum terdapat noda mekonium, Kehijauan pada kulit plasenta dan umbilicus, Kulit, kuku , tali pusat berwarna kuning

Masalah

yang dapat terjadi :

a.

Syndrom aspirasi mekonium

b.

Hipoglikemia simtomatik

c.

Penyakit membran hialin

d.

Hiperbilirubinemia

II.

Terjadinya lahir diantaranya :

1.

a.

b.

c.

Faktor

Etiologi

prematur

/

BBLR

pada

bayi disebabkan

oleh

Ibu

Penyakit

yang

berhubungan langsung dengan

Usia

Keadaan

Sosial Ekonomi

d.

Faktor

lain

2.

Faktor

Janin

3.

Faktor

Uterus

III.

dan

Plasenta

Patofisiologi

kehamilan

berbagai

macam faktor

Berat badan lahir rendah dapat disebabkan oleh beberapa faktor yaitu, faktor ibu, faktor janin dan faktor lingkungan. Faktor ibu meliputi penyakit yang diderita ibu, usia ibu saat hamil kurang dari 16 tahun atau lebih dari 35 tahun, keadaan sosial ekonomi. Faktor janin meliputi hidramnion, kehamilan ganda, kelainan kromosom. Faktor lingkungan meliputi tempat tinggal, radiasi, dan zat- zat beracun. Dimana faktor-faktor tersebut dapat menyebabkan pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim sehingga mengalami gangguan dan suplai makanan ke bayi jadi berkurang. Hal tersebut dapat mengakibatkan bayi lahir prematur atau dismatur dengan berat badan lahir kurang dari 2500 gram. Jika hal tersebut terjadi, maka bayi dituntut untuk beradaptasi pada kehidupan ekstrauterin sebelum organ dalam tubuhnya berkembang secara optimal.

Beberapa

faktor yang mempengaruhi BBLR antara lain :

a.Pengaruh Umur Ibu Saat Hamil Terhadap Kejadian BBLR Hendaknya ibu merencanakan kehamilannya pada kurun waktu umur produksi sehat yaitu 20-35 tahun. Dari segi biologis, wanita pada umur muda (kurang dari 20 tahun) memiliki perkembangan organ-organ reproduksi yang belum matang. Keadaan ini akan menyebabkan kompetisi dalam mendapatkan nutrisi antara ibu yang masih dalam tahap perkembangan dan janinnya. Dari segi kejiwaan, belum siap dalam menghadapi tuntutan beban moril, mental, dan emosional yan menyebabkan stress psikologis yang dapat mengganggu perkembangan janin. Usia remaja memberikan risiko terjadinya kelahiran BBLR empat kali lebih besar dibandingkan dengan kelahiran pada usia reproduktif sehat. Para peneliti juga menemukan bahwa kelahiran BBLR pada usia remaja ternyata tidak hanya disebabkan oleh umur ibu yang masih muda tetapi juga disebabkan oleh faktor lain yang berhubungan dengan usia remaja seperti tingkat pendidikan, perawatan antenatal, berat badan sebelum hamil, kesiapan psikologik dalam menerima kehamilan, penerimaan lingkungan sekitar terhadap kehamilannya, yang nantinya akan menimbulkan stress. Kehamilan pada umur lebih dari 35 tahun juga mempunyai resiko lebih tinggi untuk terjadinya kelahiran BBLR sehubungan dengan alat reproduksinya telah berdegenerasi dan terjadi gangguan keseimbangan hormonal. Fungsi plasenta yang tidak adekuat sehingga menyebabkan kurangnya produksi progesterone dan mempengaruhi iritabilitas uterus, menyebabkan perubahan-perubahan serviks yang pada akhirnya akan memicu kelahiran prematur. Umur ibu hamil yang lebih tua juga dihubungkan dengan adanya penyakit-penyakit yang menyertainya. 5

b.Pengaruh Pendidikan Ibu Terhadap Kejadian BBLR Tingkat pendidikan seorang ibu akan sangat berpengaruh dalam penerimaan informasi yang diterima. Ibu dengan pendidikan yang cukup akan melakukan hal-hal yang diperlukan oleh bayi. Misalnya kesadaran untuk memenuhi gizi, imunisasi, pemeriksaan berkala (antenatal care). Sebaliknya pendidikan yang rendah akan sulit bagi seorang ibu untuk menerima inovasi dan sebagian besar kurang mampu menciptakan kebahagiaan dalam keluarganya, selain itu kurang menyadari betapa pentingnya perawatan sebelum melahirkan. Pemerintah telah berupaya untuk

meningkatkan pengetahuan ibu hamil melalui program kesehatan ibu dan anak, penyuluhan-penyuluhan kesehatan selama ibu hamil. Dengan demikian para ibu hamil, diharapkan dapat memilih makanan yang bergizi, guna menghindari lahirnya bayi dengan berat badan lahir rendah. Hal ini jelas berpengaruh positif terhadap pertumbuhan janin dalam kandungannya. Selain itu dengan pendidikan dan informasi cukup yang dimiliki ibu diharapkan pelaksanaan Keluarga Berencana dapat berhasil sehingga dapat membatasi jumlah anak, menjarangkan kehamilan, dan dapat menunda kehamilan jika menikah pada usia muda.7

c.Pengaruh Paritas Terhadap Risiko Kejadian BBLR Paritas adalah jumlah anak yang telah dilahirkan oleh seorang ibu baik lahir hidup maupun lahir mati. Jumlah paritas yang tinggi mempunyai risiko yang lebih besar untuk melahirkan bayi BBLR.4 Hal ini dapat diterangkan bahwa pada setiap kehamilan yang disusul dengan persalinan akan menyebabkan perubahan-perubahan pada uterus. Kehamlan yang berulang akan mengakibatkan kerusakan pada pembuluh darah dinding uterus yang mempengaruhi sirkulasi nutrisi ke janin dimana jumlah nutrisi akan berkurang bila dibandingkan dengan kehamilan sebelumnya. Keadaan ini menyebabkan gangguan pertumbuhan janin.4

d.Pengaruh Umur Kehamilan Terhadap Risiko Kejadian BBLR Untuk mengetahui umur kehamilan dengan mengetahui hari pertama haid terakhir (HPHT), sedangkan secara klinik umur kehamilan dapat diketahui dengan mengukur berat lahir, panjang badan, lingkaran kepala. Bayi dengan berat badan lahir rendah dapat merupakan hasil dari umur gestasi yang pendek dengan kecepatan pertumbuhan janin yang normal, umur gestasi yang normal dengan kecepatan pertumbuhan janin yang terganggu, atau umur gestasi yang pendek dengan kecepatan pertumbuhan janin yang terganggu.4 e.Pengaruh Status Gizi Ibu Terhadap Kejadian BBLR Bila ibu mengalami kekurangan gizi selama hamil akan menimbulkan masalah, baik pada ibu maupun janin, seperti diuraikan berikut ini : i.Terhadap Ibu Gizi kurang pada ibu hamil dapat menyebabkan risiko dan komplikasi pada ibu antara lain : anemia, perdarahan, berat badan ibu tidak bertambah secara normal, dan terkena penyakit infeksi misalnya TORCH. 6 ii. Terhadap Persalinan Pengaruh gizi kurang terhadap proses persalinan dapat mengakibatkan persalinan sulit dan lama, persalinan sebelum waktunya (prematur), perdarahan setelah persalinan, serta persalinan dengan operasi cenderung meningkat.6

iii.Terhadap Janin Kekurangan gizi pada ibu hamil dapat mempengaruhi proses pertumbuhan janin. Malnutrisi pada awal kehamilan mengakibatkan terbentuknya organ-organ yang lebih kecil dengan ukuran sel normal dan jumlah sel yang kurang secara permanen, sedangkan malnutrisi pada kehamilan lanjut mengakibatkan terbentuk organ yang lebih kecil dengan jumlah sel yang cukup dan ukuran sel yang lebih kecil, sehingga dapat menimbulkan cacat bawaan. Tetapi hal ini refersibel dan akan memberikan respon yang baik apabila nutrisi diperbaiki. Kekurangan gizi juga dapat menimbulkan keguguran, abortus, bayi lahir mati, kematian neonatal, anemia pada bayi, asfiksia intra partum (mati dalam kandungan), dan lahir dengan berat badan lahir rendah (BBLR). 6 Keadaan status gizi ibu hamil sangat berpengaruh terhadap kondisi janin. Pada masa kehamilan seorang ibu memerlukan makanan lebih banyak dibandingkan wanita tidak hamil. Ganggua yang menyebabkan tidak terpenuhinya gizi akan menyebabkan gangguan pada janin dan beresiko untuk melahirkan bayi BBLR.5

f.Pengaruh Kadar Haemogloin Ibu Terhadap Kejadian BBLR Anemia dapat didefenisikan sebagai kondisi dengan kadar Hb berada dibawah normal. Di Indonesia anemia umumnya disebabkan oleh kekurangan zat besi, sehingga lebih dikenal dengan istilah Anemia Gizi Besi. Anemia defisiensi besi merupakan salah satu gangguan yang paling sering terjadi selama kehamilan. Ibu hamil umumnya mengalami deplesi besi sehingga hanya memberi sedikit besi kepada janin yang dibutuhkan untuk metabolisme besi yang normal. Selanjutnya mereka akan menjadi anemia pada saat kadar hemoglobin ibu turun sampai dibawah 11 gr/dl selama trimester III.6 Kekurangan zat besi dapat menimbulkan gangguan atau hambatan pada pertumbuhan janin baik sel tubuh maupun sel otak. Anemia gizi dapat mengakibatkan kematian janin didalam kandungan, abortus, cacat bawaan, BBLR, anemia pada bayi yang dilahirkan, hal ini menyebabkan morbiditas dan mortalitas ibu dan kematian perinatal secara bermakna lebih tinggi. Karena selama hamil zat-zat gizi akan terbagi untuk ibu dan untuk janin yang dikandungnya. Pada ibu hamil yang menderita anemia berat dapat meningkatkan resiko morbiditas maupun mortalitas ibu dan bayi, kemungkinan melahirkan bayi BBLR dan premature juga lebih besar.6 Pada wanita hamil, anemia meningkatkan frekuensi komplikasi pada kehamilan dan persalinan. Risiko kematian maternal, angka prematuritas, berat badan bayi lahir rendah, dan angka kematian perinatal meningkat. Soeprono menyebutkan bahwa dampak anemia pada kehamilan bervariasi dari keluhan yang sangat ringan hingga terjadinya gangguan kelangsungan kehamilan abortus, partus (imatur/prematur), dan kadar Hb ibu bisa dipengaruhi oleh paritas, yang mana seorang ibu yang sering melahirkan mempunyai risiko mengalami anemia pada kehamilan berikutnya apabila tidak memperhatikan kebutuhan nutrisi.5,6

g.Pengaruh Penyakit yang Diderita Ibu Terhadap Kejadian BBLR Beberapa jenis penyakit baik secara langsung maupun tidak langsung dapat mempengaruhi sirkulasi darah janin. Pada hipertensi dan penyakit ginjal kronik misalnya, terjadi gangguan peredaran darah dari ibu ke janin karena gangguan sirkulasi sistemik, sehingga nutrisi untuk janin berkurang dan menyebabkan pertumbuhan janin yang terhambat. Penyakit yang berhubungan langsung dengan kehamilan misalnya toksemia gravidarum, perdarahan antepartum, trauma fisis dan psikologis.7

h.Pengaruh faktor Kehamilan Ganda Terhadap Kejadian BBLR Pada ibu dengan kehamilan ganda membutuhkan asupan makanan yang lebih dibandingkan ibu yang hamil tunggal, sehingga apabila kebutuhan janin tidak tercukupi secara merata maka mengakibatkan bayi yang lahir mempunyai berat badan yang rendah.6

i.Pengaruh Sosial Ekonomi Terhadap Kejadian BBLR Pengaruh sosial ekonomi merupakan hal yang cukup berpengaruh dalam kejadian BBLR, walaupun secara tidak langsung. Pendapatan yang rendah akan menyulitkan seorang ibu untuk memenuhi kebutuhan bayi terutama dalam hal gizi. Hal ini pada akhirnya akan menyebabkan bayi dengan BBLR. Mc Carthy dan Maine menunjukkan bahwa angka kematian ibu dapat diturunkan secara tidak langsung dengan memperbaiki status sosial ekonomi yang mempunyai efek terhadap salah satu dari seluruh faktor langsung yaitu perilaku kesehatan dan perilaku reproduksi, status kesehatan dan keterjangkauan pelayanan kesehatan.5

j.Pengaruh Pelayanan Antenatal Terhadap Kejadian BBLR Pelayanan antenatal ini diperuntukkan guna memantau perkembangan kehamilan ibu, frekuensi minimal 4 kali selama kehamilan. Pemeriksaan antenatal yang teratur akan memberikan kesempatan untuk dapat mendiagnosis secara dini masalah-masalah yang dapat menyulitkan kehamilan maupun persalinan, sehingga dapat dilakukan tindakan yang tepat secepatnya.1,4

k.Pengaruh Kebiasaan Merokok dan Minum Alkohol Terhadap Kejadian BBLR Merokok dan minum alkohol merupakan salah satu kebiasaan buruk bagi ibu hamil yang akan berpengaruh terhadap janin yang dikandungnya. Menurut penelitian Haworth dkk, bahwa berat badan bayi yang lahir dari ibu perokok lebih rendah dari ibu yang bukan perokok, walaupun penambahan berat badan selama hamil dan asupan energi sama. Beberapa penulis mengemukakan bahwa ibu hamil yang

merokok lebih sering melahirkan bayi yang lebih kecil dibanding ibu hamil yang tidak merokok. Hal ini disebabkan beberapa hal : i.Karbonmonoksida dan inaktifasi fungsionalnya pada hemoglobin janin dan ibu. ii.Aksi vasokonstriksi dan nikotin menyebabkan menurunnya perfusi darah ke plasenta. iii.Merokok menyebabkan menurunnya selera makan ibu sehingga asupan energi ibu hamil berkurang, walaupun ada beberapa ibu perokok yang selera makannya tidak berubah. iv.Berkurangnya volume plasma akibat hipoksia kronik.8 Ibu hamil peminum alkohol mempunyai risiko untuk melahirkan bayi dengan fetal alcohol syndrome. Sindrom ini mencakup kelahiran prematur, retardasi pertumbuhan janin, cacat lahir dan retardasi mental. Risiko ini berhubungan dengan jumlah alkohol yang diminum setiap harinya, usia kehamilan saat ibu hamil minum alkohol dan lamanya ibu tersebut mengkonsumsi minuman beralkohol. Makin banyak alkohol yang dikonsumsi, semakin besar resiko terganggunya pertumbuhan janin; sebaliknya semakin kurang mengkonsumsi alkohol, resiko terganggunya janin akan semakin kecil, tetapi masih ada. Bila ibu hamil mengkonsumsi alkohol pada trimester pertama kehamilan saat berlangsung organogenesis janin, maka resiko abortus akan lebih besar. Bila mengkonsumsi alkohol pada trimester kedua saat terjadi perkembangan ukuran sel, maka akan berpengaruh pada berat janin yang dikandungnya.8

l.Pengaruh Jenis Kelamin Terhadap Kejadian BBLR Perbedaan jenis kelamin ikut berperan pada berat badan lahir. rata-rata berat badan lahir bayi laki-laki 150 gram lebih berat dibanding bayi perempuan. Setelah minggu ke-20 mulai terdapat perbedaan antara pertumbuhan janin laki-laki dan perempuan. Menurut Kloosterman (1969) perbedaan ini dapat mencapai 135 gram pada kehamilan 40 minggu. Jadi bayi laki-laki seringkali lebih berat dari bayi perempuan.8

m.Pengaruh Riwayat Melahirkan BBLR Sebelumnya Terhadap Kejadian BBLR Ibu dengan riwayat melahirkan BBLR pada partus sebelumnya mempunyai kemungkinan untuk melahirkan anak berikutnya dengan BBLR.5 Manifestasi Klinik

Tanda dangejala yang dijumpai pada Bayi Berat Lahir Rendah antara lain :

1. Berat Badan Kurang dari 2.500 gram, panjang badan kurang dari 45 cm, lingkar kepala kurang dari 33 cm, lingkar dada kurang dari 30 cm.

2.

Masa

gestasi

3.

Kepala lebih

kurang dari 37 minggu.

besar dari badan.

4. Lanugo (bulu telinga dan lengan

halus )

banyak

5.

Lemak sub

6.

Ubun – ubun dan sutura melebar

terutama

pada

9.

Pembuluh

Rambut

pelipis,

kutan kurang.

7. Genitalia belum sempurna, labia minora labia mayora (pada wanita) pada pria testis

8. terlihat.

dahi,

darah

halus

kulit

banyak

terlihat

belun

peristaltik

tertup

oleh

usus

dapat

dan tipis.

10. Banyak tidur dan tangis

11. Kulit tampak mengkilat

lemah.

dan licin

12. Pergerakan kurang dan lemah.

13. Refleks tonus leher lemah, refleks kurang dan refleks batuk masih lemah. V.

isap

kurang,

Pemeriksaan Diagnostik

refleks

menelan

1. Jumlah sel darah putih : 18.000/mm3, netrofil meningkat sampai 23.000-24.000/mm3, hari pertama setelah lahir (menurun bila ada sepsis ).

2. Hematokrit ( Ht ) : 43%- 61 % ( peningkatan sampai 65 % atau lebih menandakan polisitemia, penurunan kadar menunjukkan anemia atau hemoragic prenatal/perinatal).

3. Hemoglobin (Hb) : 15-20 gr/dl (kadar lebih rendah berhubungan dengan anemia atau hemolisis berlebihan ).

4. Bilirubin total : 6 mg/dl pada hari pertama kehidupan, 8 mg/dl 1-2 hari, dan 12 mg/dl pada 3-5 hari.

5. Destrosix : tetes glukosa pertama selama 4-6 jam pertama setelah kelahiran rata-rata 40-50 mg/dl meningkat 60-70 mg/dl pada hari ketiga.

6. Pemantauan elektrolit ( Na, K, Cl ) : biasanya dalam batas normal pada awalnya.

7.

Pemeriksaan Analisa gas darah.

VI.

Pencegahan dan Pengobatan

Pencegahan :

Pada kasus bayi berat lahir rendah (BBLR) pencegahan/ preventif adalah langkah yang penting. Hal-hal yang dapat dilakukan :

1. Meningkatkan pemeriksaan kehamilan secara berkala minimal 4 kali selama kurun kehamilan dan dimulai sejak umur kehamilan muda. Ibu hamil yang diduga berisiko, terutama faktor risiko yang mengarah melahirkan bayi BBLR harus cepat dilaporkan, dipantau dan dirujuk pada institusi pelayanan kesehatan yang lebih mampu.

2. Penyuluhan kesehatan tentang pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim, tanda tanda bahaya selama kehamilan dan perawatan diri selama kehamilan agar mereka dapat menjaga kesehatannya dan janin yang dikandung dengan baik.

3. Hendaknya ibu dapat merencanakan persalinannya pada kurun umur reproduksi sehat (20-34 tahun).

4. Perlu dukungan sektor lain yang terkait untuk turut berperan dalam meningkatkan pendidikan ibu dan status ekonomi keluarga agar mereka dapat meningkatkan akses terhadap pemanfaatan pelayanan antenatal dan status gizi ibu selama hamil.

Pengobatan :

1.

Terapi

Karena belum sempurnanya kerja alat-alat tubuh yang perlu untuk pertumbuhan dan perkembangan serta penyesuaian diri dengan lingkungan perlu diperhatikan :

a. Pengaturan suhu badan bayi prematuritas/ BBLR. Bayi prematuritas dengan cepat akan kehilangan panas badan dan menjadi hipotermi, karena pusat pengaturan panas badan belum berfungsi dengan baik, metabolismenya rendah, permukaan badan relatif luas. Oleh karena itu bayi prematuritas harus dirawat di dalam inkubator sehingga panas badannya mendekati dalam rahim. Dengan pengaturan suhu pada bayi dengan berat badan di bawah 2 kilogram dengan suhu inkubator 35°C, bayi dengan berat badan 2-2,5 kilogram dengan suhu inkubator 34°C, suhu inkubator diturunkan 1°C setiap minggu sampai bayi dapat ditempatkan pada suhu lingkungan kurang lebih 24-27°C.

b.

Makanan bayi premature

Alat pencernaan bayi prematur masih belum sempurna, lambung kecil, enzim pencernaan belum matang, sedangkan kebutuhan protein 3-5 gram/kgBB dan kalori 110 kal/kgBB, sehingga pertumbuhannya dapat meningkat. Pemberian minum bayi sekitar 3 jam setelah lahir dan didahului dengan mengisap cairan lambung. Refleks mengisap masih lemah, sehingga pemberian minum sebaiknya sedikit demi sedikit, tetapi dengan frekuensi yang lebih sering.

ASI merupakan makanan yang paling utama, sehingga ASI lah yang paling dahulu diberikan. Bila faktor mengisapnya kurang maka ASI dapat diperas dan diminumkan dengan sendok perlahan-lahan atau dengan memasang sonde menuju lambung. Permulaan cairan yang diberikan sekitar 50-60 cc/kgBB/hari dan terus dinaikkan sampai mencapai sekitar 200 cc/kgBB/hari.

c.

Menghindari infeksi

Bayi prematuritas mudah sekali terkena infeksi, karena daya tahan tubuh yang masih lemah, kemampuan leukosit masih kurang, dan pembentukan antibody belum sempurna. Oleh karena itu, upaya preventifsudah dilakukan sejak pengawasan antenatal sehingga tidak terjadi persalinan prematuritas (BBLR). Dengan demikian perawatan dan pengawasan bayi prematuritas sebaiknya secara khusus dan terisolasi dengan baik.

2.

a.

Tindakan medik

Intubasi

Dilakukan pada bayi prematur dengan berat badan lahir rendah yang mengalami pernafasan periodik yang berat serta mengalami serangan apnea yang menetap.

b.

Oksigen tambahan

Tujuan pemberian oksigen tambahan untuk mengatasi hipoksemia, dalam pemberian oksigen tambahan harus dilakukan secara hati-hati karena tekanan oksigen yang tinggi di dalam arteri bayi prematur merupakan faktor penting dalam menyebabkan retinopati prematuritas.

DAFTAR PUSTAKA Kemenkes RI, 2011. Modul Manajemen Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) untuk Bidan di Desa. Jakarta. Prawirohardjo. 2008. Ilmu Kebidanan (Edisi Ketiga). Jakarta: Yayasan Bina Pustaka. Proverawati. 2010. Berat Bayi Lahir Rendah. Yogyakarta: Nuha Medika. Riskesdas RI, 2013. Bayi Berat Lahir Rendah. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian RI. Manuaba. 2013. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan KB. Jakarta: Buku Kedokteran EGC. SDKI, 2012. Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012. Jakarta: Badan Pusat Statistik. Depkes RI. 2011. Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta: Depkes RI. Ika Pantiawati. 2010. Bayi Dengan BBLR (Berat Badan Lahir Rendah). Yogyakarta: Nuha Medika. Dinkes Prop. Kalteng. 2016. Angka Kejadian BBLR Dari Tahun 2010-2015 Di Kalteng. Palangka Raya: Dinkes Prop. Kalteng. Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah, 2016. Profil Kesehatan. Provinsi Kalimantan Tengah: Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah. Profil Kesehatan Palangka Raya, 2011. Profil Kesehatan. Palangka Raya: Dinas Kota Palangka Raya. WHO, 2014. Maternal Mortality: World Health Organization.

Related Documents


More Documents from ""