Bdidaya Kerang Mutiara.docx

  • Uploaded by: fatchul
  • 0
  • 0
  • December 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Bdidaya Kerang Mutiara.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 5,671
  • Pages: 27
Indonesia memiliki potensi besar dalam usaha budidaya di laut. Potensi ini di dukung oleh tersediannya

persyaratan lingkungan yang baik, serta kondisi musim yang

menguntungkan untuk berbagai jenis komoditas laut yang akan dibudidayakan. Salah satu potensi laut dari non ikan yang dapat di budidayakan adalah tiram mutiara (Pinctada maxima)

sedangkan

untuk

kerang

air

tawar

yang

digunakan

adalah

spesies

(Margaritiferamargaritifera) dan (Anadontawoodiana)yang pada intinya akan menghasilkan mutiara Menururt(Dahuri, 2000). Salah satu usaha budidaya yang semakin meningkat diIndonesia adalah budidaya kerang mutiara dari jenis Pintcada maxima. Jenis hewan ini senang hidup dan terkonsentrasi pada perairan yang memiliki ekosistem terumbu karang, pecahan karang yang berpasir dan tersebar pada kedalaman 20m. Potensi lahan untuk pengembangan budidaya laut, khususnya kerang mutiara dan abalone di Indonesia sebesar 62.040 Ha (Hamzah, 2007). Mutiara merupakan salah satu komoditas ekspor penting bagi Indonesia dengan nilai potensi ekonomi sebesar 120 juta US$ per tahun

Budidaya kerang mutiara sudah cukup lama berkembang di Indonesia.Bahkan sampai pada saat ini ada lebih 65 perusahan, baik dalam bentuk modal asing maupun dalam bentuk modal dalam negeri.Tuntutan utama dalam budidaya mutiara adalah tersedianya kerang mutiara ukuran stabil

dalam jumlah yang cukup, tepat waktu, dan berkesinambungan.

Keuntungan penyediaan tiram tidak hanya mengandalkan hasil penyelaman di alam, apalagi hasil penyelaman di alam sangat fluktuatif, tergantung musim, dan ukurannya tidak seragam.Mutiara yang ukurannya di bawah standar harus dipelihara sampai besar sehingga diperlukan waktu dan tambahan biaya yang tidak sedilit menurut (Winanto, 2004). Dewasa ini, telah terdapat sekitar 65 perusahaan mutiara yang menyebar di seluruh Indonesia. Dari jumlah tersebut, hanya sekitar 10% yang mempunyai unit pembenihan dan pembesaran sendiri, sisanya masih tergantung dari hasil tangkapan di alam. Penyediaan kerang mutiara yang semula bisa tercukupi dari hasil penangkapan, sekarang tidak lagi dapat terpenuhi karena jumlah kebutuhan atau permintaan kerang melebihi dari sumberdaya alam yang ada, sehingga adanya usaha budidaya dapat memberikan harapan baru terhadap produksi mutiara sehingga masalah overfishing dapat diatasi

Menghadapi situasi yang demikian sangat perlu diusahakan kegiatan yang mengarah pada kegiatan penyediaan benih melalui pembenihan buatan sehingga dapat menjadi suatu

unit budidaya tiram yang akan menghasilkan produksi mutiara yang jauh lebih besar. Akibat dari keterbatasan ini maka dalam usaha budidaya kerang mutiara, perlu melakukan kegiatan untuk mempelajari sifat dan kebiasan hidup kerang mutiara, baik dari persyaratan lingkungan pemeliharaan, metode atau cara pemeliharaan dan peralatan yang digunakan untuk memproduksi mutiara yang berkualitas. Mengingat lokasi budidaya di lautdan tawar yang dipengaruhi oleh alam dan sekitarnya, sehingga membudidayakan tiram mutiara haruslah menyesuaikan dengan kondisi alam atau perairan sekitarnya sebagai tempat hidupnya dengan kehidupan biologis dan fisiologis dari tiram mutiara yang dipelihara, dengan tujuan agar tiram hidup dengan baik. Menurut (Raharjo, 2003 dalam Winanto, 2004). Dalam membangun sebuah usaha budidaya kerang mutiara, penentuan lokasi budidaya memegang peranan penting dalam menentukan keberhasilan produksi mutiara. Penentuan lokasi potensial budidaya kerang mutiara harus sesuai dengan karakteristik perairan sebagai syarat tumbuhnya. Suhu dan salinitas merupakan parameter yang memiliki pengaruh dominan bagi keberadaan sumber daya hayati kelautan dan dinamikanya . Kerang mutiara merupakan salah satu biota laut yang hampir semua bagian dari tubuhnya mempunyai nilai jual, baik mutiara, cangkang, daging dan organisme kerang itu sendiri (benih maupun induk). Jenis-jenis kerang mutiara yang ada di Indonesia adalah Pinctada maxima, P. margaritifera, P. chimnitzii, P. fucata dan Pteria penguin. Dari kelima spesies tersebut yang dikenal sebagai penghasil mutiara terpenting yaitu P. maxima, P. margaritifera dan Pteria penguin. Perairan Indonesia sendiri memiliki potensi Kerang mutiara (Pinctada maxima) yang begitu besar di wilayah Indonesia bagian timur seperti Irian Jaya, Sulawesi dan gugusan laut Arafuru. Di beberapa daerah tersebut, usaha penyelaman kerang mutiara merupakan mata pencaharian bagi penduduk setempat. Gairah para penyelam semakin kuat setelah berdirinya beberapa perusahaan mutiara, karena jalur pemasaran kerang mutiara hasil menyelam cukup baik mengingat perusahaan tersebut masih membeli kerang dari para penyelam (Tarwiyah, 2001).

Menurut Sutaman (1993), secara rinci jenis kerang mutiara dapat diklasifikasikan sebagai berikut : Kingdom : Invertebrata Phyllum

: Mollusca

Klass

: Pellecypoda atau Lamellibranchiata

Orda

: Anysomyaria

Famili

: Pteridae

Genus

: Pinctada

Spesies

: Pinctada maxima, P. margaritifera, P. chemnitz, P. fucata

Genus

: Pteria

Spesies

: Pteria penguin

Jenis-jenis kerang mutiara yang ada di Indonesia umumnya adalah Pinctada maxima, P. margaritifera, P. fucuta, P. chemnitz dan Pteria penguin. Tetapi penghasil mutiara yang terpenting ada tiga jenis, yaitu Pteria penguin, Pinctada maxima dan, P. margaritifera.

Pinctada maxima

Pinctada margaritifera

Pinctada chemnitz

Pinctada fucata

Pteria penguin Gambar 1. Jenis Kerang Mutiara (Sumber : Natural Histori Museum Rotterdam Mollusca and Bivalvia)

a) Morfologi dan Anatomi Kerang mutiara merupakan hewan laut yang bertubuh lunak, tidak bertulang punggung dan dilindungi oleh dua belah keping cangkang yang tidak simetris, tebal dan sangat keras. Bentuk luar kerang mutiara tampak seperti batu karang yang tidak ada tanda-tanda kehidupan. Sepasang cangkang pada mutiara memiliki bentuk yang tidak sama dimana cangkang sebelah kanan agak pipih sedangkan cangkang sebelah kiri lebih cembung (Harramain 2008). Cangkang kerang mutiara memiliki ketebalan berkisar antara 1-5 mm. Pada bagian luar cangkang terdapat garis-garis melingkar yang jumlahnya bervariasi antara 6-8 garis yang berwarna merah tua, coklat kemerahan dan merah kecoklatan. Warna-warna ini terlihat sangat jelas pada kerang muda, sedangkan pada kerang dewasa warna akan memudar (Harramain 2008). Menurut Sutaman (1993) cangkang pada kerang mutiara jika dipotong melintang, maka dapat kita lihat cangkang tersebut terdiri dari 3 lapisan yang tampak, yaitu : 1) Lapisan periostrakum, merupakan lapisan kulit terluar yang kasar yang tersusun dari zat organik yang menyerupai tanduk. 2) Lapisan prismatik, merupakan lapisan kedua yang tersusun dari Kristal-kristal kecil yang berbentuk prisma dari hexagonal calcite dan tersusun padat pada kerangka conchiolin (C32H48N2O11). 3) Lapisan mutiara atau nacre, ini merupakan lapisan kelit sebelah dalam

yang

tersusun dari kalsium karbonat (CaCO3), yang dihasilkan oleh sel-sel dari ephitelium luar dalam bentuk kristal aragonite.

Gambar 2. Struktur kulit kerang mutiara (Pinctada maxima) Secara umum, organ tubuh kerang mutiara terbagi menjadi tiga bagian yaitu kaki, mantel dan organ dalam. Menurut Harramain (2008) kaki pada kerang mutiara berfungsi sebagai alat gerak dan berbentuk seperti lidah yang dapat memanjang dan memendek.

Kaki ini tersusun dari jaringan otot yang menuju ke berbagai arah, sehingga merupakan alat gerak pada masa muda kerang mutiara sebelum kerang mutiara hidup menetap dan menempel pada substrat. Mantel merupakan jaringan yang dilindungi oleh sel-sel epithelium dan dapat membungkus organ tubuh bagian dalam. Mantel terletak diantara cangkang bagian dalam atau epithelium luar dan organ dalam atau visceral mass. Sedangkan organ dalam pada kerang mutiara letaknya tersembunyi karena terlindungi oleh mantel dan merupakan pusat aktivitas kehidupan yang terdiri dari gonad, hati, perut, kaki, inti, otot adductor, otot retractor, dan insang. 1. Gonad 2. Hati 3. Perut 4. Kaki 5. Inti 6. Mantel 7. Otot adductor 8. Otot retractor 9. Insang

Gambar 3.Anatomi kerang mutiara (Pinctada maxima) Bentuk luar kerang mutiara seperti batu karang yang tidak ada tanda-tanda kehidupan. Kerang mutiara mempunyai sepasang cangkang yang disatukan pada bagian punggung dengan engsel untuk melindungi bagian dalam tubuh yang lunak agar terhindar dari benturan atau serangan hewan lain. Kedua belahan cangkang tidak sama bentuknya, cangkang yang satu lebih cembung dibanding lainnya. Sisi sebelah dalam dari cangkang terdapat nacre yang dapat membentuk lapisan mutiara dengan penampilan mengkilap. b) Reproduksi Kerang mutiara (Pinctada maxima) biasanya memiliki kelamin yang terpisah, kecuali dalam beberapa kasus ada yang hermaprodit (Harramain 2008). Winanto (1992) berpendapat bahwa kerang mutiara dapat berubah kelamin, dalam hal ini Pinctada maxima bersifat protandrous hermaphrodite pada umumnya di awal kehidupannya tumbuh sebagai individu jantan dan selanjutnya kelamin betina mulai keluar seiring pertumbuhannya. Salah satu faktor yang mempengaruhi perubahan kelamin tersebut

adalah jumlah makanan yang tersedia dalam tubuhnya, apabila persediaan makan cukup tinggi maka individu akan menjadi betina dan sebaliknya (Sintawati 1989 dalam Harramain 2008). Pembuahan pada kerang mutiara terjadi secara eksternal. Dalam proses pemijahan kerang mutiara, induk jantan selalu mengeluarkan sel sperma lebih dulu dan selanjutnya akan merangsang induk betina mengeluarkan sel telur, kurang lebih 45 menit kemudian (Saoruddin 2004). Telur yang dikeluarkan oleh individu betina dibuahi oleh gamet jantan di dalam air. Telur-telur ini menempel pada lipatan mantel induknya dan kemudian dibuahi oleh sperma yang ada didekatnya (Setyobudiandi 1989 dalam Harramain 2008). c) Kebiasaan Hidup Kerang mutiara jenis Pinctada sp. Banyak dijumpai di berbagai Negara seperti Filipina, Thailand, Myanmar, Australia dan perairan Indonesia yang menyukai hidup di daerah batuan karang atau dasar perairan yang berpasir dengan kedalaman 20 – 60 m. Cara makan kerang mutiara dilakukan dengan menyaring air laut dengan cara mengambil makanan dilakukan dengan menggetarkan insang yang menyebabkan air masuk ke dalam rongga mantel. Kemudian dengan menggerakkan bulu insang, plankton yang masuk akan berkumpul di sekeliling insang, selanjutnya melalui gerakan labial palp plankton akan masuk ke dalam mulut. d) Pertumbuhan dan Perkembangan Pertumbuhan kerang mutiara sangat tergantung pada suhu air, salinitas, makanan yang cukup dan persentase kimia dalam air laut. Kerang mutiara dapat tumbuh dengan baik pada musim panas dimana suhu air tinggi. Kerang mutiara adalah protandroushermaphrodite dengan kecenderungan perbandingan jantan : betina = 1 : 1, dengan adanya peningkatan umur. Pemijahan sering terjadi akibat perubahan suhu yang ekstrem atau tejadi perubahan lingkungan yang tiba-tiba. Pemijahan kerang mutiara di perairan tropis tidak terbatas hanya satu musim, tapi bisa sepanjang tahun. P. Margaritifera mendekati matang gonad pada tahun kedua, sedangkan P. maxima jantan matang gonad setelah berukuran cangkang 110-120 mm dalam tahun pertama hidupnya. Pertumbuhan merupakan aspek biologi yang penting bagi pembudidaya terkait dengan pendugaan keberhasilan usahanya. Kerang mutiara P.margaritifera mencapai ukuran diameter cangkang 7-8 cm dalam tahun pertama, dan mendekati ukuran sekitar 11 cm pada tahun kedua. Pertumbuhan jenis lain, P. maxima, mencapai diameter cangkang 10-16 cm pada tahun kedua.

(1) Pemilihan lokasi Proses peningkatan produksi kerang mutiara dengan cara budidaya dilakukan berdasarkan kondisi perairan yang sesuai guna menunjang keberhasilan budidaya kerang mutiara. Oleh karena itu, harus secara cermat dalam menentukan lokasi budidaya, hal ini dapat dilakukan melalui survei, baik dari segi teknis, lingkungan maupun sosial. Kondisi perairan untuk mendukung kegiatan budidaya kerang mutiara baik parameter fisika, kimia, dan biologi. Analisa kesesuaian perairan dengan pembuatan matrik kesesuaian untuk setiap paramater ini didasarkan pada tingkat pengaruh dari setiap parameter terhadap daerah yang berpotensi untuk dijadikan kawasan budidaya kerang mutiara. Parameter fisika, kimia, dan biologi yang menjadi penilaian adalah kepadatan fitoplankton, kecepatan arus, kedalaman perairan, oksigen terlarut, suhu perairan, salinitas, kecerahan, substrat dasar perairan, dan fosfat.

-

Kepadatan fitoplankton Plankton merupakan organisme pelagik yang mengapung atau bergerak mengikuti arus (Bal dan Rao 1984 dalam Kangkan 2006), terdiri atas dua tipe yakni fitoplankton dan zooplankton. Plankton mempunyai peranan

penting dalam ekosistem laut,

karena menjadi bahan makanan bagi berbaagai jenis hewat laut (Nontji 2005). Fitoplankton hanya dapat hidup di tempat yang mempunyai sinar yang cukup, sehingga fitoplankton hanya dijumpai pada lapisan permukaan air atau daerahdaerah yang kaya akan nutrien (Hutabarat dan Evans 2000). Ketersediaan fitoplankton pada suatu lokasi budidaya kerang mutiara merupakan suatu variable yang dianggap penting sebagai syarat utama, karena merupakan sumber pakan utama bagi kerang mutiara (Kangkan 2006). Kerang mutira yang tergolong sebagai binatang filter feeder hanya mengandalkan makanan dengan menyerap plankton dari perairan sekitar, sehingga ketersediaan pakan alami memegang peranan penting. Disamping sebagai pakan alami, fitoplankton mempunyai peran lain yakni berfungsi sebagai penyangga kualitas air (Sutaman 1993). Menurut Basmi (2000), kepadatan fitoplankton yang baik dalam suatu lokasi budidaya yaitu berkisar antara 15.000 sampai 5x105 sel/l.

-

Kecepatan arus Arus merupakan proses pergerakan massa air laut menuju keseimbangan yang dapat menyebabkan perpindahan air secara vertikal dan horizontal secara terus menerus (Wyrtki 1961 dalam Andre, 2007). Adanya arus di laut disebabkan oleh perbedaan densitas massa air laut, tiupan angin terus menerus di atas permukaan laut dan pasang-surut terutama di daerah pantai (Satriadi dan Widada, 2004 dalam

Kangkan 2006). Arus mempunyai pengaruh positif dan negatif bagi kehidupan biota perairan. Kerang mutiara yang dibudidayakan sangat cocok pada lokasi yang terlindung dari pengaruh angin dan arus yang kuat serta pasang surut yang terjadi dapat menggantikan massa air secara total dan teratur untuk menjamin ketersediaan oksigen terlarut dan plankton (Sutaman, 1993). Amplitudo pasang surut dan arus harus sesuai agar terjadi pembekalan oksigen yang cukup serta adanya pasokan alami berupa plankton dan dapat membuang bahan-bahan yang tidak bermanfaat. Pada arus yang kuat, biasanya pembentukan lapisan mutiara lebih cepat terjadi, namun kualitas mutiara yang dihasilkan kurang baik atau kasar (Harramain, 2008). Kecepatan arus yang optimal untuk budidaya kerang mutiara berkisar antara 15 - 25 cm/detik(DKP, 2002).

-

Kedalaman perairan Pertumbuhan kerang mutiara, sangat tergantung pada suhu perairan, salinitas, jumlah makanan alami dan presentase unsur kimia. Fungsi dari kedalaman sangat berpengaruh pada faktor-faktor tersebut, pada kedalaman yang berbeda nilai-nilai dari faktor tersebut berbeda pula, untuk keperluan itulah diperlukan pemilihan kedalaman yang tepat untuk pertumbuhan dan kehidupan kerang mutiara. Menurut Sutaman (1993), kedalaman yang cocok untuk budidaya kerang mutiara ialah berkisar antara 15 – 20 meter. Pada kedalaman ini pertumbuhan kerang mutiara akan lebih baik. Kedalaman perairan di lokasi budidaya juga mempengaruhi terhadap kualitas mutiara yang dihasilkan.

-

Oksigen terlarut Sumber utama oksigen terlarut adalah difusi dari udara dan hasil fotosintesis organisme yang mempunyai klorofil yang hidup di perairan. Kelarutan oksigen dalam air dipengaruhi banyak faktor, yaitu suhu, salinitas, pergerakan air di permukaan, luas daerah permukaan perairan yang terbuka (Muhajir dkk. 2004). Tiap organisme akuatik mempunyai toleransi yang bervariasi terhadap kadar oksigen terlarut di perairan. Spesies yang mempunyai toleransi kisaran yang besar hanya terdapat di tempat tempat tertentu. Kebutuhan hewan akuatik akan oksigen terlarut bervariasi tergantung kepada jenis, stadia dan aktifitas organisme itu sendiri (Odum, 1993 dalam Andre, 2007). Oksigen terlarut juga bisa dijadikan sebagai indikator pencemaran suatu perairan, apabila kadar oksigen terlarut sangat rendah dari batas bawah yang dibutuhkan biota air maka perairan itu sudah tercemar. Perairan yang digunakan untuk kegiatan perikanan sebaiknya memiliki kadar oksigen terlarut

sebesar 5 mg/l, kadar oksigen terlarut kurang dari 4 mg/l menimbulkan efek yang merugikan bagi semua biota air (Effendi, 2003). Oksigen bagi kehidupan kerang mutiara diperlukan terutama untuk kegiatan respirasi. Respirasi mendukung proses metabolisme kerang mutiara sehingga kandungan oksigen terlarut dalam perairan sangat diperlukan bagi kelangsungan proses pertumbuhannya. Menurut Sujoko (2010) faktor yang perlu diperhatikan atau dipertimbangkan dalam pemeliharaan kerang mutiara adalah oksigen terlarut berkisar antara 4,9 – 6 mg/l.

-

Suhu perairan Suhu di laut adalah salah satu faktor yang amat penting bagi kehidupan organisme di lautan, karena suhu sangat mempengaruhi proses metabolisme dari organisme tersebut (Hutabarat dan Evans, 1986). Kenaikan suhu meningkatkan kecepatan metabolisme

dan

respirasi

organisme

air,

dan

selanjutnya

mengakibatkan

peningkatan konsumsi oksigen, sehingga bila suhu meningkat maka kadar oksigen semakin menurun (Effendi, 2003). Perubahan suhu mempengaruhi tingkat kesesuaian perairan sebagai habitat organisme akuatik, karena itu setiap organisme akuatik mempunyai batas kisaran maksimum dan minimum (Effendi, 2003). Kerang mutiara akan mengalami pertumbuhan terbaiknya pada daerah yang memiliki iklim tropis karena memiliki perairan yang hangat sepanjang tahun (Harramain, 2008). Suhu yang baik untuk bubidaya kerang mutiara berkisar antara 26 - 30 ºC (Wiradisastra, 2004).

-

Salinitas Salinitas merupakan konsentrasi dari total ion yang terdapat di perairan. Salinitas menggambarkan padatan total di dalam air setelah semua karbonat dikonversi menjadi oksida, semua bromide dan iodide telah digantikan oleh klorida, dan semua bahan organik telah dioksidasi (Effendi, 2003). Menurut Brotowidjoyo dkk. (1995) dalam Kangkan (2006), salinitas air laut berkisar antara 30 – 36 ‰. Salinitas menimbulkan tekanan osmotik. Pada umumnya kandungan garam dalam sel-sel biota laut cenderung mendekati kandungan garam dalam kebanyakan air laut. Kalau sel itu berada di lingkungan dengan salinitas lain maka suatu mekanisme osmoregulasi diperlukan untuk menjaga keseimbangan kepekatan antara cairan sel dan lingkungannya (Romimohtarto, 2003). Kerang mutiara sangat toleran terhadap perubahan salinitas, karena hewan ini termasuk Euryhaline artinya dapat hidup pada kisaran salinitas yang lebar, mampu bertahan hidup pada salinitas antara 24-50 ‰, tetapi pada salinitas di bawah 14 ‰ ataupun di atas 55 ‰ dapat menyebabkan kematian kerang mutiara secara massal (Sutaman, 1993).

Untuk dapat tumbuh dan berkembang secara baik, kerang mutiara membutuhkan perairan dengan kisaran salinitas diantara 32 - 35 ‰ (Sutaman, 1993). Salinitas juga mempengaruhi kualitas mutiara yang akan terbentuk didalam tubuh kerang mutiara, kadar salinitas yang tinggi dapat menyebabkan mutiara yang dihasilkan berwarna keemasan.

-

Kecerahan Kecerahan merupakan ukuran transparansi perairan. Nilai kecerahan dipengaruhi oleh keadaan cuaca, waktu pengukuran, kekeruhan dan padatan tersuspensi (Effendi, 2003). Semakin cerah perairan tersebut, maka semakin dalam cahaya matahari yang menembus perairan tersebut dan sebaliknya. Untuk keperluan budidaya kerang mutiara sebaiknya dipilih lokasi yang mempunyai kecerahan antara 4,5 – 6,5 meter, sehingga kedalaman pemeliharaan bias diusahakan antara 6 – 7 m. Sebab biasanya kerang yang dibudidayakan diletakkan di bawah kedalaman atau kecerahan rata-rata (Sutaman, 1993).

-

Substrat dasar perairan Salah satu penentu keberhasilan budidaya kerang mutiara adalah substrat dasar perairan. Dasar perairan fisik maupun kimia berpengaruh besar terhadapan susunan dan kelimpahan organisme di dalam air termasuk kerang mutiara, substrat dasar perairan yang cocok untuk budidaya kerang mutiara adalah dasar perairan yang berkarang atau karang berpasir disebabkan oleh fungsi terumbu karang sebagai penyuplai oksigen, fosfat, dan meningkatkan kelimpahan fitoplankton.

-

Fosfat Dalam perairan fosfat berbentuk orthofosfat, organofosfat atau senyawa organik dalam

bentuk

protoplasma,

dan

polifosfat

atau

senyawa

organik

terlarut

(Sastrawijaya, 2000). Fosfat dalam bentuk larutan dikenal dengan orthofosfat dan merupakan bentuk fosfat yang digunakan oleh tumbuhan dan fitoplankton. Oleh karena itu, dalam hubungannya dengan rantai makanan diperairan orthofosfat terlarut sangat penting (Boyd 1981 dalam Kangkan 2006). Kandungan fosfat yang lebih tinggi dari batas toleransi dapat berakibat terhambatnya pertumbuhan kerang mutiara. Dalam suatu perairan untuk lokasi budidaya kerang mutiara sebaiknya memiliki kandungan fosfat antara 0,2 – 0,5 mg/l (Romimohtarto, 2003). Kriteria kesesuaian lahan budidaya kerang mutiara (Pintcada maxima) ditentukan sesuai dengan kualitas parameter perairan laut. Penentuan kriteria kesesuaian lahan budidaya kerang mutiara berdasarkan modifikasi dari DKP (2002) dan hasil-hasil penelitian sebelumnya (Tabel 1). Tabel 1. Kriteria kesesuaian lahan budidaya kerang mutiara (Pintcada maxima)

Skor (S)

No.

Parameter

Satuan

Kisaran

1

Kepadatan Fitoplankton

Sel/L

> 15000 &< 5 x 105 5

2

3

4

5

6

7

8

9

Kecepatan Arus

cm/dt

Kedalaman Perairan

Meter

Oksigen Terlarut

mg/l

⁰C

Suhu

Salinitas

ppt

Kecerahan

Meter

Substrat Dasar Perairan

Fosfat

mg/l

5 6

2000-15000 & 5 x 10 -10 < 2000 &> 106 15 - 25 10 - 15 & 25 - 30 < 10 &> 30 10 - 20 21 - 30 < 10 &> 30 >6 4-6 <4 28 - 30 31 - 32 < 28 &> 32 32 33 - 35 < 32 &> 35 4.5 - 6.5 3.5 - 4.4 & 6.6 - 7.7 < 3.5 &> 7.7 Berkarang Berpasir Pasir Berlumpur 4.5 - 5.0 5.1 - 6.5 < 4.5 &> 6.5

Total Nilai

Bobot (%) (B)

3 1 5 3 1 5 3 1 5 3 1 5 3 1 5 3 1 5 3 1 5 3 1 5 3 1

Nilai (S x B) 150

30

15

10

5

5

5

15

10

5 100

90 30 75 45 15 50 30 10 25 15 5 25 15 5 25 15 5 75 45 15 50 30 10 25 15 5 500

Sumber : Modifikasi Basmi, 2000 , Wiadnyana (1998) dalam Haumau(2005), DKP (2002), Bakosurtanal (1996), Wibisono (2005), DKP (2002), Radiarta et al (2004), Winanto (2002)

Setelah penetuan kriteria kesesuaian lahan budidaya kerang mutiara dilakukan, kemudian dilanjutkan dengan evaluasi penilaian kesesuaian perairan untuk lokasi budidaya kerang mutiara (Tabel 2). Tabel 2. Evaluasi Penilaian Kesesuaian Perairan untuk Lokasi Budidaya Kerang Mutiara No.

Kisaran Nilai

Tingkat Kesesuaian

Evaluasi / Kesimpulan

1

401 - 500

S1

Sangat Sesuai

2 3 4

301 - 400 201 - 300 100 - 200

S2 S3 N

Sesuai Sesuai Bersyarat Tidak Sesuai

Beberapa contoh kasus penilaian kesesuaian lahan budidaya kerang mutiara di perairan Indonesia diantaranya perairan Ngele-Ngele Morotai Selatan Provinsi Maluku Utara (Tabel 3), perairan Talengen dan Manalu di Kabupaten Kepulauan Sangihe Provinsi Sulawesi Utara (Tabel 4 dan 5). Perairan Ngele-Ngele merupakan perairan terlindung oleh pulau-pulau kecil disekitarnya. Penilaian dilakukan berdasarkan matriks skoring bobot kriteria parameter fisik, kimia, dan biologi. Tabel 3. Penilaian kesesuaian lahan budidaya kerang mutiara (Pintcada maxima) di Perairan Ngele-Ngele Morotai Selatan Provinsi Maluku Utara No.

Parameter

Satuan

Kisaran

Skor (S)

Bobot (%) (B)

Nilai (S x B)

1

Kepadatan Fitoplankton

Sel/L

15500

3

30

90

2

Kecepatan Arus

cm/dt

12 - 15

5

15

75

3

Kedalaman Perairan

Meter

28 - 30

3

10

30

4 5 6 7 8 9

Oksigen Terlarut Suhu Salinitas Kecerahan Substrat Dasar Perairan Fosfat Total Nilai

mg/l ⁰C ppt Meter

4.5 30 35 20 Berkarang 4.6

3 5 3 1 5 5

5 5 5 15 10 5

15 25 15 15 50 25 340

mg/l

Sumber : Pengolahan Data Sekunder, 2015

Berdasarkan hasil penilaian matriks skoring bobot kriteria parameter fisik, kimia, dan biologi di perairan Ngele-Ngele Morotai Selatan Provinsi Maluku Utara diperoleh total nilai 340. Nilai evaluasi kesesuaian perairan berkisar antara 301 – 400 sehingga dapat disimpulkan bahwa perairan Ngele-Ngele sesuai untuk lokasi budidaya kerang mutiara (Pintcada maxima).

Tabel 4. Penilaian kesesuaian lahan budidaya kerang mutiara (Pintcada maxima) di Perairan Talengen Kabupaten Kepulauan Sangihe Provinsi Sulawesi Utara No.

Parameter

Satuan

Kisaran

1 2 3 4 5 6 7 8 9

Kepadatan Fitoplankton Kecepatan Arus Kedalaman Perairan Oksigen Terlarut Suhu Salinitas Kecerahan Substrat Dasar Perairan Fosfat Total Nilai

Sel/L cm/dt Meter mg/l ⁰C ppt Meter

15000 7.3 - 11.1 2.1 - 14.5 7.18 - 7.56 29.5 - 31 33 - 34 5-6 Berkarang 0.002 - 0.33

mg/l

Skor (S) 3 3 3 5 3 3 5 5 1

Bobot (%) (B) 30 15 10 5 5 5 15 10 5

Nilai (S x B) 90 45 30 25 15 15 75 50 5 350

Sumber : Pengolahan Data Sekunder, 2015

Tabel 5. Penilaian kesesuaian lahan budidaya kerang mutiara (Pintcada maxima) di Perairan Manulu Kabupaten Kepulauan Sangihe Provinsi Sulawesi Utara No.

Parameter

Satuan

Kisaran

1 2 3 4 5 6 7 8 9

Kepadatan Fitoplankton Kecepatan Arus Kedalaman Perairan Oksigen Terlarut Suhu Salinitas Kecerahan Substrat Dasar Perairan Fosfat Total Nilai

Sel/L cm/dt Meter mg/l ⁰C ppt Meter

11000 0.4 - 1.4 3.6 - 13 7.18 - 7.41 30 - 31 33 - 34 6-7 Berkarang 0.002 - 0.26

mg/l

Skor (S) 3 1 3 5 3 3 3 5 1

Bobot (%) (B) 30 15 10 5 5 5 15 10 5

Nilai (S x B) 90 15 30 25 15 15 45 50 5 290

Sumber : Pengolahan Data Sekunder, 2015

Berdasarkan hasil penilaian matriks skoring bobot kriteria parameter fisik, kimia, dan biologi di perairan Talengen dan Manulu Kabupaten Kepulauan Sangihe Provinsi Sulawesi Utara diperoleh total nilai 350 dan 290. Sehingga nilai evaluasi kesesuaian perairan berkisar antara 301 – 400 di perairan Talengen dan 201 – 300 untuk perairan Manulu, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa perairan Talengen sesuai untuk lokasi budidaya kerang mutiara (Pintcada maxima) dan perairan Manulu sesuai bersyarat untuk lokasi budidaya kerang mutiara (Pintcada maxima).

(2) Pemilihan metode budidaya Metode budidaya kerang mutiara yang diterapkan adalah metode rakit, metode cagak, metode dulang, dan metode longline, masing-masing metode dilengkapi dengan keranjang pemeliharaan (pocket). Metoda yang umumnya digunakan dalam budidaya kerang mutiara mutiara di Indonesia yaitu metoda rakit, metode cagak, metode dulang, dan longline. Metoda dasar hanya unggul dari segi keamanannya saja, sedangkan untuk perawatan relatif lebih sulit.

-

Metode rakit Pada umumnya metoda rakit ini digunakan di perairan dengan kedalaman 5 m ke atas pada waktu air surut. Lokasi perairan untuk metoda rakit ini harus terlindung dari amukan angin dan gelombang. Spat-spat kerang dimasukkan dalam sangkar jaring atau dulang plastik, kemudian digantungkan pada rakit.

Gambar 5. Wadah Pemeliharaan Kerang Mutiara Metode Rakit Rakit apung selain sebagai tempat pemeliharaan induk, pendederan dan pembesaran, juga berfungsi sebagai tempat aklimatisasi (beradaptasi) induk pasca pengangkutan. Bahan rakit dapat dibuat dari kayu dengan ukuran 7m x 7m. selain kayu, bahan rakit dapat pula terbuat dari bambu, pipa paralon, besi ataupun alumunium. Bahan pembuat ini disesuaikan dengan anggaran, ketersediaan bahan, dan umur ekonomis. Untuk menjaga agar rakit tetap terapung, digunakan pelampung seperti pelampung yang terbuat dari styrofoam, drum plastik, dan drum besi. Agar rakit tetap kokoh, maka sambungan sambungan kayu diikat dengan kawat galvanizir. Apabila kayu berbentuk persegi, maka sambungan dapat menggunakan baut. Pemasangan rakit hendaknya dilakukan pada saat air pasang tertinggi dan diusahakan searah dengan arus air atau sejajar dengan garis pantai. Hal ini bertujuan untuk menghindari kerusakan rakit apabila terjadi gelombang besar.

Gambar 6. Wadah Pemeliharaan Kerang Mutiara Metode Rakit di NTB

-

Metode cagak Pada lazimnya metoda cagak ini digunakan di perairan yang dangkal. Cagak yang terbuat dari batang-batang bambu atau kayu ditancapkan di dasar laut. Spat-spat kerang melekat pada cagak-cagak tersebut. Kerang-kerang yang sudah matang telur berangsur-angsur dipindahkan untuk mencegah terlampau berdesakkan.

Gambar 7. Wadah Pemeliharaan Kerang Mutiara Metode Cagak

-

Metode dulang Dulang terbuat dari kawat ram tahan karat bermata 12,7 mm. Sebagai kerangkanya terbuat dari kayu. Metoda dulang ini biasanya digunakan di perairan yang dangkal dengan dasar pasir.

Gambar 8. Wadah Pemeliharaan Kerang Mutiara Metode Dulang

-

Metode longline Metoda long line adalah salah satu metoda yang umumnya sering digunakan pada pembesaran kerang mutiara, dengan menggunakan tali panjang yang dibentangkan. Kedalaman laut idealnya bagi metoda ini berkisar 20 – 60 meter. Metoda budidaya ini banyak diminati masyarakat karena alat dan bahan yang digunakan lebih tahan lama, lebih murah dan bahan mudah diperoleh. Tali bentang yang digunakan berdiameter 8 mm

dengan panjang 50-100 m. Tiap-tiap ujung tali diberi

pemberat/jangkar dan pelampung besar berbentuk bola. Jangkar dapat dibuat dari karung plastik ukuran 50 kg yang diisi pasir laut atau dari jangkar besi tancap. Tali jangkar adalah berupa Polyethylene (PE) berdiameter 10 mm. Setiap jarak 25 m diberi pelampung bola, pelampung berfungsi mempertahankan elastisitas dan posisi tali jalur longline. Pemasangan tali utama longline harus mempertimbangkan arah arus, posisi tali terhadap arus arus sejajar atau sedikit menyudut dan tidak melawan arus, agar dampak dari arus yang datang itu terdistribusi secara merata. Adapun manfaat dari hembusan arus terhadap siput yang dipelihara adalah untuk suplay pakan hidup seperti plankton tersebar merata dan arus juga mempunyai manfaat untuk melepaskan tritip/kotoran yang menempel dengan goncangan alami arusnya.

Gambar 9. Metoda long line

-

Keranjang pemeliharaan (pocket) Keranjang pemeliharaan (pocket) merupakan wadah yang digunakan untuk meletakkan spat kerang mutiara pada semua metode budidaya dengan cara digantungkan dan cara diikat. Bahan rangka yang digunakan untuk pocket biasanya terbuat dari kawat galvanizer, atau yang lebih baik lagi jika dilapisi plastik atau aspal, sehingga daya tahannya dapat mencapai 2 – 2,5 tahun, pocket juga dilengkapi

dengan jaring dengan lebar mata jaring 0,5 cm – 1 cm. Lebar mata jaring yang digunakan hendaknya disesuaikan dengan ukuran spat, semakin besar ukuran spat maka semakin besar pula ukuran mata jaring, sehingga spat yang dipelihara tidak lolos keluar dan sirkulasi air dapat terjaga dengan baik. Ukuran keranjang jaring (pocket) biasanya 0,5 x 1 m dengan ukuran mata jaring 0,5 cm – 1 cm dapat diisi siput ukuran 3-6 cm (DVM) sebanyak 56 ekor.

Gambar 10. Keranjang jaring (pocket) Pemilihan metode budidaya kerang mutiara disesuaikan dengan kondisi perairan dan daya dukung perairan, sehingga diperoleh hasil mutiara yang berkualitas. Beberapa contoh kasus penggunaan metode budidaya diantaranya di perairan Ngele-Ngele Morotai Selatan Provinsi Maluku Utara diperoleh kemudian dilanjutkan dengan pemanfaatan ruang untuk area budidaya kerang mutiara dengan metode rakit dan metode longline. Untuk kegiatan budidaya kerang mutiara dengan metode rakit apung dapat digunakan area perairan dengan luas 726 Ha yang terdiri dari 11 rakit apung. Area budidaya ini dibagi menjadi 2 lokasi yaitu di lokasi pertama terdiri 9 rakit dengan luas lahan 621 Ha dan 2 rakit di lokasi kedua dengan luas 105 Ha. Pada setiap rakit apung terdiri dari 140 buah keranjang pemiliharaan (pocket), dalam 1 pocket terdiri dari 8 ekor kerang mutiara, sehingga dalam 1 rakit terdiri dari 1.120 ekor kerang mutiara. Dari nilai daya dukung lahan diperoleh bahwa pada perairan Ngele-Ngele Morotai Selatan Provinsi Maluku Utara dengan luas area budidaya 726 Ha diperoleh hasil kerang mutiara sebanyak 12.320 ekor kerang mutiara.

Gambar 11. Jumlah kerang mutiara pada 1 rakit apung Sedangkan apabila diterapkan metode longline untuk kegiatan budidaya kerang mutiara pada area perairan dengan luas 750 Ha yang terdiri dari 15 unit, 1 unit longline terdiri dari 50 pocket. Area budidaya ini dibagi menjadi 2 lokasi yaitu di lokasi pertama terdiri 10 unit dengan luas lahan 500 Ha dan 5 unit di lokasi kedua dengan luas 250 Ha. Pada 1 unit longline terdiri 400 ekor kerang mutiara. Sehingga dari luas area perairan 750 Ha dengan 15 unit longline yang digunakan sebagai budidaya kerang mutiara di perairan Ngele-Ngele dapat menghasilkan 6.000 ekor kerang mutiara. Dari hasil penilaian, maka disarankan bahwa di perairan Ngele-Ngele Morotai Selatan Provinsi Maluku Utara dapat dilakukan budidaya kerang mutiara dengan metode rakit apung.

a) Pelaksanaan kegiatan budidaya

Setelah seluruh persiapan untuk pelaksanaan kegiatan budidaya kerang mutiara telah dilakukan, maka dilanjutkan dengan proses pelaksanaan kegiatan budidaya kerang mutiara yang dimulai dari kegiatan penyuntikan nucleus (inti), penebaran benih, pakan, perawatan, serta pengendalian hama dan penyakit. (1) Penyuntikan nukleus (inti) Penyuntikan nukleus (inti)adalah upaya memperbanyak mutiara dengan cara buatan, yaitu dengan cara penyuntikan kerang mutiara dengan harapan memperoleh mutiaramutiara dalam jumlah banyak dengan kualitas yang baik. Dalam penyuntikan nukleus kerang mutiara mutiara perlu persiapan yang harus diperhatikan, yaitu seleksi kerang mutiara, pemuasaan dan persiapan alat/bahan insersi.

-

Seleksi kerang mutiara Sebelum melaksanakan operasi atau penyuntikan, terlebih dahulu benih kerang mutiara diseleksi. Kerang mutiara yang akan di operasi harus memenuhi syarat yaitu, berumur 1,5 – 2 tahun dan berukuran 10 – 15 cm, serta kerang mutiara dalam kondisi sehat atau tidak cacat dan dalam keadaan bersih.

Gambar 13. Seleksi kerang mutiara untuk operasi atau penyuntikan

-

Pemuasaan Kerang mutiara yang akan dioperasi terlebih dahulu dilakukan pemuasaan (Yokusei), yang tujuannya Yokusei/pemuasaan kerang mutiara adalah untuk mengurangi jumlah plankton yang dimakan agar tubuh kerang mutiara menjadi cukup lemas, dengan cara ini pada saat operasi kerang mutiara tersebut tidak terlalu kuat mengadakan reaksi terhadap sakitnya sayatan pada gonadnya. Benih kerang mutiara yang di Yokusei, dimasukkan ke keranjang jaring (pocket) lalu dibungkus

menggunakan jaring ukuran 1 mm. Pemuasaan dilakukan selama 3 – 5 hari, setelah itu kerang mutiara diangkat dari perairan dan pembungkus dibuka, baru kemudian memulai penyuntikan.

Gambar 14. Pemuasaan (Yokusei) kerang mutiara

-

Persiapan alat/bahan insersi Setelah proses seleksi kerang mutiara dan pemuasaan dilakukan kemudian dilanjutkan dengan penyuntikan nukleus. Pada proses penyuntikan nukleus Ada beberapa alat dan bahan yang harus dipersiapkan yaitu, alat insersi yang harus disiapkan adalah Hikake (penahan), Piseto, Sonyuki dan Shaibo Okuri (pemasuk inti dan pemasuk mantel), Mesu (pisau operasi), Donyuki (pembuka torehan), Sonyuki (pembuka mantel), Hera dan Kai Koki (pembuka mantel dan forcep), dan Shaibohasam (gunting,pemotong mantel). Sedangkan bahan insersi yang harus disiapkan adalah siput donor, siput siap operasi, nukleus, kegiatan insersi, pemotongan mantel, pengambilan inti, dan pemasukan inti.

Gambar 15. Pemilihan inti yang akan digunakan

Gambar 16. Potongan mantel yang akan digunakan

Gambar 17. Proses pemasangan inti

Gambar 18. Bakal mutiara (2) Penebaran benih Benih yang telah terkumpul, baik dari pembenihan maupun dari kolektor (penangkapan di alam) dimasukkan ke dalam keranjang pemeliharaan yang telah disediakan. Setelah keranjang penuh kemudian diangkut kerakit pemeliharaan untuk digantung pada kedalaman 5 m atau bisa juga digantung pada palang cagak silang dengan kedalaman sama atau kurang dari 4 m. Untuk benih yang berukuran kurang dari 5 cm sebaiknya di pelihara dengan kedalaman 2 – 3 m. Pemeliharaan spat (benih) yang baru dipindahkan dari hatchery atau diperoleh dari kolektor, digunakan keranjang jaring ukuran 40 cm x 60 cm dengan kepadatan untuk 8 – 12 kerang/keranjang. Untuk spat ukuran 2-3 cm dipelihara dalam keranjang dengan lebar jaring ukuran 0,5 – 1 cm. Lebar mata jaring yang digunakan disesuaikan dengan ukuran spat. Semakin besar ukuran spat, maka digunakan jaring dengan mata jaring yang lebih besar pula agar sirkulasi air dapat terjaga dengan baik.

Gambar 19. Keranjang Pemeliharaan Kerang Mutiara(yg di ocket hukuran tanggung Spat kolektor dijepit dengan 2 (dua) buah poket net yang telah dipasang orchid net pada permukaannya, bertujuan untuk memudahkan melakukan penjarangan selama masa pemeliharaan tanpa mengganggu spat kerang mutiara mutiara, hal ini cukup beralasan karena setelah 1-2 minggu spat yang melekat pada kolektor, sebagian akan ada yang

berpindah secara alami pada orchid net, sehingga untuk penjarangan spat cukup dilakukan dengan cara memisahkan orchid net pada poket net dari kolektornya. (3) Pakan Kerang mutiara mengkonsumsi pakan alami berupa plankton yang ada diperairan tersebut, sehingga selama pemeliharaan tidak diberi pakan tambahan. Untuk itu perairan yang dipilih hendaklah memiliki kesuburan yang tinggi agar kerang tidak kekurangan makanan. Jenis plankton yang menjadi pakan adalah dari 5 jenis fitoplankton sebagai pakan

alami

yaitu

Isocrysis

galbana,

Pavlova

lutheri,

Chaetocheros.

Sp,

Nannoclorophysis. Sp, dan Tetra selmischuii.

Gambar 20. Kultur pakan alami kerang mutiara (4) Perawatan Kerang mutiara yang dipasangi inti mutiara perlu dilakukan pengaturan posisi pada waktu awal pemeliharaan, agar inti tidak dimuntahkan keluar. Disamping itu tempat dimasukkan inti pada saat operasi harus tetap berada dibagian atas. Pemeriksaan inti dengan sinar-X dilakukan setelah kerang mutiara dipelihara selama 2 - 3 bulan, dengan maksud untuk mengetahui apabila inti yang dipasang dimuntahkan atau tetap pada tempatnya. Pembersihan cangkang kerang mutiara harus dilakukan secara berkala agar tidak mengganggu kerang untuk menerap makanan, maksimal 3 – 4 bulan tergantung dari kecepatan/kelimpahan organisme penempel. Selain itu kondisi rakit atau

keranjang

pemeliharaan perlu di kontrol secara khusus, jangan sampai ada yang rusak atau rapuh dan jika itu terjadi segera diperbaiki.

Gambar 21. Pembersihan cangkang kerang mutiara (5) Pengendalian hama dan penyakit Hama dan penyakit dapat menyebabkan proses budidaya menjadi gagal, pertumbuhan kerang dapat terganggu bahkan dapat mematikan kerang, untuk itu perlu dilakukan pengendalian. Hama umumnya menyerang bagian cangkang. Hama tersebut berupa jenis teritip, racing, dan polichaeta yang mampu mengebor cangkang kerang. Hama yang lain berupa hewan predator, seperti gurita, bintang laut, rajungan, kerang hijau, teritip, golongan rumpu laut dan ikan sidat. Upaya pencegahan dengan cara membersihkan hama-hama tersebut dengan manual pada periode waktu tertentu. Penyakit kerang mutiara umumnya disebabkan parasit, bakteri, dan virus. parasit yang sering ditemukan adalah Haplosporidium nelsoni. Bakteri yang sering menjadi masalah antara lain Pseudomonas enalia, Vibrio anguillarum, dan Achromobacter sp. Sementara itu, jenis virus yang biasanya menginfeksi kerang mutiara adalah virus herpes. Upaya untuk mengurangi serangan penyakit pada kerang mutiara antara lain :

-

Selalu memonitor salinitas agar dalam kisaran yang dibutuhkan untuk menjaga kesehatan kerang,

-

Menjaga agar fluktuasi suhu air tidak terlalu tinggi, seperti pemeliharaan kerang tidak terlalu dekat kepermukaan air pada musim dingin,

-

Lokasi budidaya dipilih dengan kecerahan yang cukup bagus, dan

-

Tidak memilih lokasi pada perairan dengan dasar pasir berlumpur.

b) Pasca budidaya kerang mutiara Setelah total keseluruhan masa pemeliharaan mencapai umur 7-8 bulan maka bibit kerang mutiara mutiara telah mencapai ukuran 6-7 cm siap untuk dipanen. Cara pemanenan dengan cara melepaskan tali ikatan pocket net dari tali longline, kemudian pocket net dibuka dan kerang mutiara mutiara diambil satu per satu dan dikumpulkan dalam wadah yang telah disiapkan.

Gambar 22. Proses pemanenan kerang mutiar

Related Documents


More Documents from "Suci Asmoro"