Batu Saluran Kemih.docx

  • Uploaded by: Antho Dealova
  • 0
  • 0
  • April 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Batu Saluran Kemih.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 4,902
  • Pages: 26
BATU SALURAN KEMIH

KONSEP DASAR BATU SALURAN KEMIH (BSK)

A. Pengertian Batu saluran kemih adalah adanya batu di traktus urinarius. (ginjal, ureter, atau kandung kemih, uretra) yang membentuk kristal; kalsium, oksalat, fosfat, kalsium urat, asam urat dan magnesium.(Brunner & Suddath,2002). Batu saluran kemih atau Urolithiasis adalah adanya batu di dalam saluran kemih. (Luckman dan Sorensen) Dari dua definisi tersebut diatas saya mengambil kesimpulan bahwa batu saluran kemih adalah adanya batu di dalam saluran perkemihan yang meliputi ginjal,ureter,kandung kemih dan uretra.

B. Klasifikasi Batu Saluran Kemih Batu saluran kemih dapat dibagi berdasarkan lokasi terbentuknya, menurut lokasi beradanya, menurut keadaan klinik, dan menurut susunan kimianya. 1. Menurut tempat terbentuknya a.

Batu ginjal

b. Batu kandung kemih 2. Menurut lokasi keberadaannya : a.

Batu urin bagian atas (mulai ginjal sampai ureter distal)

b. Batu urin bagian bawah (Mulai kandung kemih sampai uretra) 3. Menurut Keadaan Klinik : a.

Batu urin metabolic aktif : bila timbul dalam satu tahun trakhir, batu bertambah besar atau kencing batu.

b. Batu urin metabolic inaktif : bila tidak ada gejala seperti yang aktif c.

Batu urin yang aktifitasnya diketahui (asimtomatik)

d.

Batu urin yang perlu tindakan bedah (surgically active) bila menyebabkan obstruksi, infeksi, kolik, hematuria.

4. Menurut susunan kimiawi Berdasarkan susunan kimianya batu urin ada beberapa jenis yaitu : batu kalsium okalat, batu kalsium fosfat, batu asam urat, batu struvit (magnesiumammonium fosfat) dan batu sistin a.

Batu Kalsium Oksalat : Merupakan jenis batu paling sering dijumpai; yaitu lebih kurang 75 – 85% dari seluruh batu urin. Batu ini lebih umum pada wanita, dan rata-rata terjadi pada usia decade ketiga. Kadang-kadang batu ini dijumpai dalam bentuk murni atau juga bisa dalam bentuk campuran, misalnya dengan batu kalsium fosfat )biasanya hidroxy apatite). Batu kalsium ini terdiri dari 2 tipe yaitu monohidrat dan dihidrat. Batu kalsium dihidrat biasanya pecah dengan mudah dengan lithotripsy (suatu teknik non invasive dengan menggunakan gelombang kejut yang difokuskan pada batu untuk menghancurkan batu menjadi fragmen-fragmen.) sedangkan batu monohidrat adalah salah satu diantara jenis batu yang sukar dijadikan fragmen-fragmen. Faktor terjadinya batu kalsium adalah:

1)

Hiperkalsiuria: Kadar kasium urine lebih dari 250-300 mg/24 jam, dapat terjadi karena peningkatan absorbsi kalsium pada usus (hiperkalsiuria absorbtif), gangguan kemampuan reabsorbsi kalsium pada tubulus ginjal (hiperkalsiuria renal) dan adanya peningkatan resorpsi tulang (hiperkalsiuria resoptif) seperti pada hiperparatiridisme primer atau tumor paratiroid.

2) Hiperoksaluria: Ekskresi oksalat urien melebihi 45 gram/24 jam, banyak dijumpai pada pasien pasca pembedahan usus dan kadar konsumsi makanan kaya oksalat seperti teh, kopi instan, soft drink, kakao, arbei, jeruk sitrun dan sayuran hijau terutama bayam. 3) Hiperurikosuria: Kadar asam urat urine melebihi 850 mg/24 jam. Asam urat dalam urine dapat bertindak sebagai inti batu yang mempermudah terbentuknya batu kalsium oksalat. Asam urat dalam urine dapat bersumber dari konsumsi makanan kaya purin atau berasal dari metabolisme endogen.

b. Batu Struvit : Sekitar 10-15% dari total, terdiri dari magnesium ammonium fosfat (batu struvit) dan kalsium fosfat. Batu ini terjadi sekunder terhadap infeksi saluran kemih yang disebabkan bakteri pemecah urea. Batu dapat tumbuh menjadi lebih besar membentuk batu staghorn dan mengisi seluruh pelvis dan kaliks ginjal (6,46) Batu dapat tumbuh menjadi lebih besar membentuk batu staghorn dan mengisi seluruh pelvis dan kaliks ginjal.(6’46) Batu ini bersifat radioopak dan mempunyai densitas yang berbeda. Diurin kristal batu struit berbentuk prisma empat persegi panjang. Dikatakan bahwa batu staghorn dan struit mungkin berhubungan erat dengan destruksi yang cepat dari ginjal’ hal ini mungkin karena proteus merupakan bakteri urease yang poten. c.

Batu asam urat : Lebih kurang 5-10% dari seluruh batu saluran kemih dan batu ini tidak mengandung kalsium dalam bentuk mu rni sehingga tak terlihat dengan sinar X (Radiolusen) tapi mungkin bisa dilihat dengan USG atau dengan Intra Venous Pyelografy (IVP). Batu asam urat ini biasanya berukuran kecil, tapi kadang-kadang dapat cukup besar untuk membentuk batu staghorn, dan biasanya relatif lebih mudah keluar karena rapuh dan sukar larut dalam urin yang asam. Batu asam urat ini terjadi terutama pada wanita. Separoh dari penderita batu asam urat menderita gout; dan batu ini biasanya bersifat famili apakah dengan atau tanpa gout. Dalam urin kristal asam urat berwarna merah orange. Asam urat anhirat menghasilkan kristal-kristal kecil yang terlihat amorphous dengan mikroskop cahaya. Dan kristal ini tak bisa dibedakan dengan kristal apatit. Batu jenis dihidrat cenderung membentuk kristal seperti tetesan air mata.

d. Batu Sistin : (1-2%) Lebih kurang 1-2% dari seluruh BSDK, Batu ini jarang dijumpai (tidak umum), berwarana kuning jeruk dan berkilau. Sedang kristal sistin diurin tampak seperti plat segi enam, sangat sukar larut dalam air.(6) Bersifat Radioopak karena mengandung sulfur. e.

Batu Xantin : Amat jarang, bersifat herediter karena defisiensi xaintin oksidase. Namun bisa bersifat sekunder karena pemberian alupurinol yang berlebihan.

C. Etiologi Penyebab terbentuknya batu saluran kemih sampai saat ini belum diketahui pasti, tetapi ada beberapa faktor predisposisi terjadinya batu pada saluran kemih yaitu:

1. Infeksi Infeksi saluran kencing dapat menyebabkan nekrosis jaringan ginjal dan akan menjadi inti pembentukan batu saluran kemih . Infeksi bakteri akan memecah ureum dan membentuk amonium yang akan mengubah pH urine menjadi alkali. 2. Stasis dan Obstruksi urine Adanya obstruksi dan stasis urine akan mempermudah pembentukan batu saluran kemih. 3. Ras Pada daerah tertentu angka kejadian batu saluran kemih lebih tinggi daripada daerah lain, Daerah seperti di Afrika Selatan hampir tidak dijumpai penyakit batu saluran kemih. 4. Keturunan Herediter atau faktor keturunan yang juga memainkan dari semua jenis penyakit yang menjadi alasan suatu penyakit dapat diturunkan oleh orang tua ke anak 5. Asupan Air minum Memperbanyak diuresis dengan cara banyak minum air akan mengurangi kemungkinan terbentuknya batu ,sedangkan kurang minum menyebabkan kadar semua substansi dalam urine meningkat 6. Pekerjaan Pekerja keras yang banyak bergerak mengurangi kemungkinan terbentuknya batu daripada pekerja yang lebih banyak duduk. 7. Suhu Tempat yang bersuhu panas menyebabkan banyak mengeluarkan keringat sedangkan asupan air kurang dan tingginya kadar mineral dalam air minum meningkatkan insiden batu saluran kemih 8. Makanan Masyarakat yang banyak mengkonsumsi protein hewani angka morbiditasbatu saluran kemih berkurang. Penduduk yang vegetarian yang kurang makan putih telur lebih sering menderita batu saluran kemih ( buli-buli dan Urethra ).

D. Anatomi Ginjal Ginjal adalah bagian utama dari sistem perkemihan yang juga masuk didalamnya ureter, kandung kemih dan uretra. Ginjal terletak pada rongga abdomen posterior, dibelakang peritonium diarea kanan dan kiri dari kolumna vertebralis. Ginjal dipertahankan dalam posisi tersebut oleh bantalan lemak yang tebal. Pada orang dewasa normal panjangnya 12 – 13 cm, lebar 6 cm dan beratnya antara 120 -150 gram. Setiap ginjal memiliki korteks dibagian luar dan di bagian dalam yang terbagi menjadi piramide-piramide. Pada setiap piramide membentuk duktus papilaris yang selanjutnya menjadi kaliks minor, kaliks mayor dan bersatu membentuk ginjal tempat terkumpulnya urine. Ureter menghubungkan ginjal dengan kandung kemih. Garis-garis yang terlihat pada piramide disebut nefron yang merupakan satuan fungsional ginjal. Setiap ginjal terdiri dari satu juta nefron. Setiap nefron terdiri atas glomerulus yang merupakan lubang-lubang yang terdapat pada piramide-piramide renal, membentuk simpul dan kapiler badan satu mulpigli, kapsul bowman, tubulus proximal, ansa henle dan tubulus distal. Ureter menghubungkan pelvis ginjal dengan kandung kemih. Kedua ureter merupakan saluran yang panjangnya 10 – 12 inc. Ureter berfungsi menyalurkan urin ke kandung kemih. Kandung kemih mempunyai tiga muara. Dua maura ureter dan satu muara uretra. Kandung kemih sebagai tempat menyimpannya urin dan mendorong urin untuk keluar. Uretra adalah saluran kecil yang berjalan dari kandung kemih sampai ke luar tubuh yang disebuat meatus uretra. Fungsi ginjal: 1. Fungsi ekskresi a.

Mempertahankan osmolaritas plasma sekitar 285 cm osmol dengan mengubag ekskresi air.

b. Mempertahankan kadar masing-masing elektrolit plasma dalam rentang normal. c.

Mempertahankan pH plasma dengan mengeluarkan kelebihan dan membentuk kembali Hco3.

d. Mengekskresikan produk ahkir nitrogen dan metabolisme protein terutama urea, asam urat dan kretinin. 2. Fungsi non ekskresi a.

Menghasilkan renin, penting untuk mengatur tekanan darah.

b. Menghasilkan eritropoitin, faktor penting dalam stimulasi produksi sel darah merah dan sumsum tulang. c.

Metabolisme vitamin D menjdai bentuk aktifnya.

d. Degradasi insulin. e.

Menghasilkan prostaglandin.

E. Patofisisiologi Mekanisme terbentuknya batu pada saluran kemih atau dikenal dengan urolithiasis belum diketahui secara pasti. Namun demikian ada beberapa faktor predisposisi terjadinya batu antara lain: peningkatan konsentrasi larutan urin akibat dari intake cairan yang kurang serta peningkatan bahan-bahan organik akibat infeksi saluran kemih atau statis urin menjadikan sarang untuk pembentukan batu. Supersaturasi elemen urin seperti kalsium, fosfat dan faktor lain yang mendukung terjadinya batu meliputi: pH urin yang berubah menjadi asam, jumlah casiran urin. Masalahmasalah dengan metabolisme purin mempengaruhi pembentukan batu asam urat. pH urin juga mendukung pembentukan batu. Batu asam urat dan cyscine dapat mengendap dalam urin yang alkalin, sedangkan batu oxalat tidak dipengaruhi oleh pH urin. . Batu yang terbentuk dalam saluran kemih sangat bervariasi. Ada batu yang kecil, ada yang besar. Batu yang kecil dapat lekuar lewat urin dan akan menimbulkan rasa nyeri, trauma pada saluran kemih dan akan tampak darah dalam urin; sedangkan batu yang besar dapat menyebabkan obstruksi saluran kemih yang menimbulkan dilatasi struktur, akibat dari dilatasi akan terjadi refluks urin dan akan menimbulkan terjadinya hidronefrosis karena dilatasi ginjal. Kerusakan pada srtuktur ginjal yang lama akan mengakibatkan kerusakan-kerusakan pada organ dalam ginjal sehingga terjadi gagal ginjal kronis karena ginjal tidak mampu melakukan fungsinya secara normal, yang mengakibatkan terjadinya penyakit gagal ginjal kronik yang dapat menyebabkan kematian. Selain itu batu dapat mengabrasi dinding sehingga darah akan keluar bersama urin.

F. Tanda dan gejala Manifestasi klinis adanya batu dalam traktus urinarius tergantung pada adanya obstruksi, infeksi dan edema.

1. Ketika batu menghambat aliran urin, terjadi obstruksi piala ginjal serta ureter proksimal. a.

Infeksi pielonefritis dan sintesis disertai menggigil, demam dan disuria, dapat terjadi iritasi batu yang terus menerus. Beberapa batu menyebabkan sedikit gejala, namun secara perlahan merusak unit fungsional (nefron) ginjal.

b. Nyeri hebat dan ketidaknyamanan. 2. Batu di ginjal a.

Nyeri dalam dan terus menerus di area kontovertebral.

b. Hematuri. c.

Nyeri berasal dari area renal menyebar secara anterior dan pada wanita nyeri kebawah mendekati kandung kemih sedangkan pada pria mendekati testis.

d. Mual dan muntah. e.

Diare.

3. Batu di ureter a.

Nyeri menyebar kepaha dan genitalia.

b. Rasa ingin berkemih namun hanya sedikit urin yang keluar. c.

Hematuri akibat abrasi batu.

d. Biasanya batu keluar secara spontan dengan diameter batu 0,5 – 1 cm. 4. Batu di kandung kemih a.

Biasanya menimbulkan gejala iritasi dan berhubungan dengan infeksi traktus urinarius dan hematuri.

b. Jika batu menimbulkan obstruksi pada leher kandung kemih akan terjadi retensi urin.

Teori terbentuknya batu 1. Teori Intimatriks Terbentuknya BSK. memerlukan adanya substansi organik sebagai inti .Substansi ini terdiri dari mukopolisakarida dan mukoproptein A yang mempermudah kristalisasi dan agregasi substansi pembentukan batu. 2. Teori Supersaturasi Terjadi kejenuhan substansi pembentuk batu dalam urine seperti; sistin, santin, asam urat, kalsium oksalat akan mempermudah terbentuknya batu. 3. Teori Presipitasi-Kristaliasi

Perubahan pH urine akan mempengaruhi solubilitas substasi dalam urine .Urine yang bersifat asam akan mengendap sistin,santin,asam dan garam urat,urine alkali akan mengendap garam-garam fosfat.. 4. Teori Berkurangnya faktor penghambat Berkurangnya faktor penghambat seperti peptid fosfat, pirofosfatpolifosfat, sitrat magnesium, asam mukopolisakarida akan mempermudah terbentuknya batu saluran kemih.

G. Pemeriksaan Diagnostik 1. Urinalisa; warna mungkin kuning ,coklat gelap,berdarah,secara umum menunjukan SDM, SDP, kristal ( sistin,asam urat,kalsium oksalat), pH asam (meningkatkan sistin dan batu asam urat) alkali ( meningkatkan magnesium, fosfat amonium, atau batu kalsium fosfat), urine 24 jam :kreatinin, asam urat kalsium, fosfat, oksalat, atau sistin mungkin meningkat), kultur urine menunjukan ISK, BUN/kreatinin serum dan urine; abnormal (tinggi pada serum/rendah pada urine) sekunder terhadap tingginya batu obstruktif pada ginjal menyebabkan iskemia/nekrosis. 2. Darah lengkap: Hb,Ht,abnormal bila psien dehidrasi berat atau polisitemia. 3.

Hormon Paratyroid mungkin meningkat bila ada gagal ginjal ( PTH. Merangsang reabsobsi kalsium dari tulang, meningkatkan sirkulasi serum dan kalsium urine.

4.

Foto Rntgen; menunjukan adanya kalkuli atau perubahan anatomik pada area ginjal dan sepanjang ureter.

5.

IVP: memberikan konfirmasi cepat urolithiasis seperti penyebab nyeri, abdominal atau panggul.Menunjukan abnormalitas pada struktur anatomik (distensi ureter).

6.

Sistoureterokopi;visualiasi kandung kemih dan ureter dapat menunjukan batu atau efek obstruksi.

7. CT Scan : menggambarkan kalkuli dan masa lain. 8. USG ginjal: untuk menentukan perubahan obstruksi,dan lokasi batu.

H. Therapy dan Penatalaksanaan medik 1. Tujuan: a.

Menghilangkan obstruksi

b. Mengobati infeksi. c.

Mencegah terjadinya gagal ginjal.

d. Mengurangi kemungkinan terjadinya rekurensi (terulang kembali). 2. Operasi dilakukan jika: a.

Sudah terjadi stasis/bendungan.

b.

Tergantung letak dan besarnya batu, batu dalam pelvis dengan bendungan positif harus dilakukan operasi.

3. Therapi a.

Analgesik untuk mengatasi nyeri.

b. Allopurinol untuk batu asam urat. c.

Antibiotik untuk mengatasi infeksi.

4. Diet Diet atau pengaturan makanan sesuai jenis batu yang ditemukan. a.

Batu kalsium oksalat Makanan yang harus dikurangi adalah jenis makanan yang mengandung kalsium oksalat seperti: bayam, daun sledri, kacang-kacangngan, kopi, coklat; sedangkan untuk kalsium fosfat mengurangi makanan yang mengandung tinggi kalsium seperti ikan laut, kerang, daging, sarden, keju dan sari buah.

b. Batu struvite; makanan yang perlu dikurangi adalah keju, telur, susu dan daging. c.

Batu cystin; makanan yang perlu dikurangi antara lain sari buah, susu, kentang.

d. Anjurkan konsumsi air putih kurang lebih 3 -4 liter/hari serta olah raga secara teratur.

Namun biasanya tindakan dikerjakan jika diameter batu 8-10 mm atau lebih. Pengeluaran batu konservatif dilakukan bila cara-cara yang memerlukan tindakan dapat disingkirkan. Cara ini dilakukan berupa diuresis paksa dengan ketentuan: a.

Batu ureter sepertiga tengah atau sepertiga distal

b. Tidak ada penyumbatan total c.

Batu memiliki diameter keci

 Demineralisasi Tulang Yang Dapat Menyebabkan Batu

Demineralisasi merupakan proses yang antagonis dengan mineralisasi yaitu proses pengambilan kalsium dari jaringan tulang. . Osteoklas membuat terowongan ke dalam tulang korteks yang diikuti oleh osteoblas, sedangkan remodeling tulang trabekular terjadi di permukaan trabekular. Ketika

kalsitonin yang menurunkan kadar kalsium dengan cara

menghambat resorpsi tulang, dan menghambat aktivitas osteoklas(demineralisasi) secara in vitro menyebabkan gerakan kalsium menuju tulang akan terhambat peningkatan serum kalsium akan menambah beban cairan yang akan di ekskresikan . penumpukan kalsium yang tidak terserap pada sauran kemih menyebabkan batu.

I.

Extracorporeal Shock Wave Lithotripsy (ESWL) Saat ini di Indonesia masih banyak yang belum mengenal Extracorporeal Shock Wave Lithotripsy (ESWL), sebagai salah satu terapi penyembuhan penyakit batu ginjal. ESWL sebenarnya sudah bukan merupakan barang asing dalam dunia kedokteran khususnya bagi para urologis. Sejak diperkenalkan penggunaannya di awal tahun 1980-an, ESWL semakin populer dan menjadi pilihan pertama dalam kasus umum penanganan penyakit batu ginjal. Beberapa keuntungan dari ESWL diantaranya adalah dapat menghindari operasi terbuka, lebih aman, efektif, dan biaya lebih murah, terutama untuk prosedur ESWL yang sederhana sehingga tidak memerlukan perlakuan berkali-kali. ESWL merupakan terapi non-invasif, karena tidak memerlukan pembedahan atau memasukkan alat kedalam tubuh pasien. Sesuai dengan namanya, Extracorporeal berarti di luar tubuh, sedangkan Lithotripsy berarti penghancuran batu, secara harfiah ESWL memiliki arti penghancuran batu (ginjal) dengan menggunakan gelombang kejut (shock wave) yang ditransmisi dari luar tubuh. Dalam terapi ini, ribuan gelombang kejut ditembakkan ke arah batu ginjal sampai hancur dengan ukuran serpihannya cukup kecil sehingga dapat dikeluarkan secara alamiah dengan urinasi. Ilustrasi sederhana teknik ESWL dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Penampang interior ginjal A) Sebelum penembakan, B) Gelombang kejut yang difokuskan pada batu ginjal, C) Tembakan dihentikan hingga serpihan batu cukup kecil untuk dapat dibuang secara natural bersama air seni Treatement ESWL, pasien dibaringkan di atas tempatbtidur khusus dimana generator shock wave telah terpasang di bagian bawahmya. Sebelum proses penembakan dimulai, dilakukan pendeteksian lokasi batu ginjal mengunakan imaging probe (dengan ultrasound atau fluoroscopy), agar shock wave yang ditembakan tepat mengenai sasaran Pada lithotripter keluaran terbaru, umumnya telah dipasang anti-miss-shot device yang memonitor lokasi batu ginjal secara kontinyu dan tepat waktu, sehingga alat ini memiliki tingkat keakurasian tembakan sangat tinggi dan pada saat bersamaan dapat meminimalkan terjadinya luka pada ginjal akibat salah tembak.  Sejarah lithotripter Ide penggunakan shock wave untuk menghancurkan batu ginjal ternyata memiliki sejarah yang cukup panjang. Jerman tercatat sebagai negara yang mempelopori pengembangan ESWL. Pada awalnya riset yang digulirkan hanya ingin mempelajari interaksi antara shock wave denganbiological tissue pada hewan. Riset ini dilakukan antara tahun 1968 sampai 1971 di Jerman, dilatarbelakangi oleh adanya insiden salah seorang pegawai perusahaanDornier (saat ini perusahaan ini dikenal sebagai perusahaan pembuat mesin lithotripter) secara tidak sengaja tersengat shock wave pada saat eksperimen. Salah satu hasil dari riset ini adalah ditemukan bahwa shock wavemengakibatkan efek samping yang rendah pada otot, lemak, dan jaringan sel tubuh, dan bone tissue (jaringan tulang) tidak mengalami kerusakan saat dilalui oleh shock wave. Hasil penelitian ini kemudian membawa lahirnya ide penggunaan shock wave untuk menghancurkan batu ginjal dari luar tubuh. Pada tahun 1971, Haeusler dan Kiefer telah memulai eksperimen in-vitro (dilakukan di luar tubuh) penghancuran batu ginjal dengan shock wave. Kemudian pada tahun 1974 pemerintah Jerman secara resmi memulai proyek penelitian dan aplikasi ESWL. Selanjutnya pada awal tahun 1980 pasien pertama batu ginjal diterapi dengan ESWL di kota Munich menggunakan mesin Dornier LithotripterHM1. Sejak saat itu eksperimen lanjutan

dilakukan secara intensif denganin-vivo (dilakukan di dalam tubuh) maupun in-vitro. Akhirnya mulai tahun 1983, ESWL secara resmi diterapkan di rumah sakit di Jerman.  Bagaimana lithotripter bekerja? Merupakan suatu hal yang menarik untuk mengetahui cara lithotripter bekerja, yaitu bagaimana shock wave dihasilkan, kemudian merambat masuk ke dalam tubuh dan menghancurkan sasarannya, tanpa merusak media yang dilewatinya. Saat

ini

ada

3

jenis

pembangkit shock

wave yang

digunakan

dalam

ESWL: electrohydraulic, piezoelectric, dan electromagnetic generator. Masing-masing memiliki cara kerja yang berbeda, namun ketiganya menggunakan air sebagai medium untuk merambatkan shock wave yang dihasilkan. Electrohydraulic generator menggunakan spark gap untuk membuat “ledakan” di dalam air. Ledakan ini kemudian menghasilkan shock wave. Sedangkan piezoelectric generator, memanfaatkan piezoelectric efek

pada

kristal.

Sedangkan electromagnetic

generator,

menggunakan gaya elektromagnetik untuk mengakselerasi membran metal secara tiba-tiba dalam air untuk menghasilkan shock wave. Dari 3 jenis generator di atas, electrohydraulic lithotripter merupakan lithotripter yang paling banyak digunakan saat ini [1]. Diagram skematik dari lithotripter ini dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Diagram skematik electrohydraulic lithotripter Pada awalnya, shock wave yang dihasilkan generator hanya memiliki tekanan yang rendah, kemudian difokuskan pada satu lokasi dimana batu ginjal berada. Hanya pada titik fokus inilah shock wave memiliki tekanan yang cukup besar untuk menghancurkan targetnya, sehingga tidak akan merusak bagian di luar daerah fokus ini. Dalam proses pengobatan, karena titik fokus lithotripter ini sudah fixed, sebaiknya posisi pasien digeser sedemikian rupa sehingga batu ginjal tepat berada dalam titik fokus tersebut. Untuk menghantarkan shock wavedari lithotripter ke tubuh pasien, digunakan air atau gelatin sebagai media perantaranya, dikarenakan sifat akustik keduanya paling mendekati sifat akustik tubuh (darah dan jaringan sel tubuh), sehingga pasien tidak akan merasakan sakit pada saat shock wave masuk ke dalam tubuh.

 ESWL di Indonesia Saat ini penulis belum memiliki data pasti tentang berapa banyak rumah sakit di Indonesia yang telah melayani prosedur ESWL. Mengingat hargalithotripter yang cukup mahal mungkin hanya rumah sakit besar saja yang telah memiliki alat ini. Mengenai biaya pengobatan dengan ESWL sangat tergantung berapa kali tindakan ESWL yang diperlukan sampai pasien benar-benar bebas dari batu ginjal. Di Amerika, rata-rata pasien menjalani 1.5 kali tindakan ESWL [2] sampai benar-benar bebas dari batu ginjal. Namun jika merujuk pada artikel kesehatan yang menyatakan bahwa untuk sekali tindakan ESWL diperlukan biaya sekitar 4,5 juta rupiah, maka dapat dikatakan bahwa terapi ini selain menawarkan keamanan dan kenyamanan, juga menawarkan biaya pengobatan yang relatif murah

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN I.

PRA OPERASI

A. Pengkajian 1. Pola persepsi kesehatan dan pemeliharaan kesehatan a.

Riwayat penyakit ginjal akut dan kronik.

b. Riwayat infeksi saluran kemih. c.

Pajanan lingkungan: zat-zat kimia.

d. Keturunan. e.

Alkoholik, merokok.

f.

Untuk pasien wanita: jumlah dan tipe persalinan (SC, forseps, penggunaan kontrasepsi).

2. Pola nutrisi metabolik a.

Mual, muntah.

b. Demam. c.

Diet tinggi purin oksalat atau fosfat.

d. Kebiasaan mengkonsumsi air minum. e.

Distensi abdominal, penurunan bising usus.

f.

Alkoholik

3. Pola eliminasi a.

Perubahan pola eliminasi: urin pekat, penurunan output.

b. Hematuri. c.

Rasa terbakar, dorongan berkemih.

d. Riwayat obstruksi. e.

Penurunan hantaran urin, kandung kemih.

4. Pola aktivitas dan latihan a.

Pekerjaan (banyak duduk).

b. Keterbatasan aktivitas. c.

Gaya hidup (olah raga).

5. Pola tidur dan istirahat a.

Demam, menggigil.

b. Gangguan tidur akibat rasa nyeri. 6. Pola persepsi kognitif a.

Nyeri: nyeri yang khas adalah nyeri akut tidak hilang dengan posisi atau tindakan lain, nyeri tekan pada area ginjal pada palpasi

b. Pengetahuan tentang terjadinya pembentukan batu. c.

Penanganan tanda dan gejala yang muncul.

7. Pola reproduksi dan seksual a.

Keluhan dalam aktivitas seksual sehubungan dengan adanya nyeri pada saluran kemih.

8. Pola persepsi dan konsep diri a.

Perubahan gaya hidup karena penyakit.

b. Cemas terhadap penyakit yang diderita. 9. Pola mekanisme copying dan toleransi terhadap stres a.

Adakah pasien tampak cemas

b. Bagaimana mengatasi masalah yang timbul.

B. Diagnosa keperawatan Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul adalah ; 1. Pre operasi a.

Nyeri berhubungan dengan peningkatan frekuensi /dorongan kontraksi ureteral,trauma jaringan,pembentukan edema,iskemia seluler.

b. Perubahan pola eliminasi: urine berhubungan dengan obstruksi karena batu.

c.

Risiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual dan muntah

d. Kurang pengetahuan tentang diet, dan kebutuhan pengobatan

C. Rencana Asuhan Keperawatan

NO Diagnosa

Tujuan-

.

Kriteria

Keperawatan

Intervensi

Rasional

yang diharapkan 1.

Nyeri akut b/d

Nyeri hilang

Catat lokasi,lamanya

Evaluasi tempat

peningkatan

dengan

intensitas,penyebaran,perha

obstruksi dan kemajuan

frekuensi

spasme

tikan tanda-tanda non

gerakan kalkulus

/dorongan

terkontrol.

verbal,misalnya

kontraksi

merintih,mengaduh dan

ureteral,trauma

Kriteria ;

gelisahansietas.

jaringan,pembentu-

Pasien

Jel askan penyebab nyeri

kan edema,iskemia tampak

dan perubahan karakteristik

Membantu dalam

seluler.

nyeri.

meningkatkan

rileks. -

-

Pasien

kemampuan koping

mampu

pasien serta

tidur/istiraha

menurunkan ansietas

t dengan

Berikan tindakan

tenang

nyaman,misalnya pijatan

Meningkatkan

Tidak

punggung,ciptakan

relaksasi,menurunkan

gelisah,tidak lingkungan yang tenang. merintih

tegangan otot,

Bantu atau dorong penggunaan nafas berfokus Bantu dengan ambulasi sering s/d indikasi

Mengarahkan kembali

tingkatkan pemasukan

perhatiandan membantu

cairan sedikitnya 3-4

dalam relaksasi otot.

lt/hariatau s/d indikasi.

Meningkatkan lewatnya

Perhatikan

batu,mencegah stasis

keluhanpeningkatan/meneta

urine,mencegah

pnya nyeri abdomen.

pembentukan batu

Berikan kompres hangat

selanjutnya.

pada punggung .

-

KOLABORASI:

Obstruksi lengkap

Berikan obat sesuai dengan

ureter dpt.menyebabkab

indikasi

ferforasi,dan

Narkotik

-

ekstravasasi urine ke dalam area perirenal.

-

Antispasmodik

-

Kortikosteroid Dipakai selama episode akut,untuk menurunkan Pertahankan patensi kateter

kolik ureter dan

bila digunakan.

relaksasi otot. .Menurunkan refleks spasme shg. Mengurangi nyeri dan kolik. Menurunkan edema jaringan ,shg. Membantu gerakan batu. Mencegah stasis urine,menurunkan resiko peningkatan

tekanan ginjal dan infeksi. . 2.

Perubahan

Perubahan

Awasi pemasukan dan

Evaluasi fungsi ginjal

eliminasi urine b/d

eliminasi

pengeluaran serta

dgn.memerhatikan

stimulasi kandung

urine tidak

karakteristik urine

tanda-tanda

kemih oleh

terjadi

batu,iritasi

komplikasimisalnya Tentukan pola berkemih

infeksi,atau perdarahan.

normal.

Kalkulus

ginjal,atau

Kriteria :

ureter,obstruksi -

Haematuria

dpt.menyebabkan

mekanik atau

tidak ada.

eksitabiliats

Piuria tidak

saraf,yg.menyebabkan

inflamsi.

-

-

terjadi

Dorong meningkatkan

kebutuhan sensasi

Rasa

pemasukan cairan

berkemih .segera.

terbakar

-

Membilas

tidak ada.

Catat adanya pengeluaran

bakteri,darah.dan

Dorongan

dalam urinek/p kirim ke lab

debris,membantu

ingin

untuk dianalisa.

lewatnya batu.

berkemih

Observasi keluhan kandung

Identifikasi tipe

terus

kemih,palpasi dan

batudan alternatif terapi

berkurangi.

perhatikan output,dan edema.

Retensi

Obserevasi perubahan

urine,menyebabkan

status mental.,prilaku atau

distensi

tingkat kesadaran.

jaringan.,potensial resiko infeksi dan

Kolaborasi ;

GGK.

Monitoring

Ketidakseimbangan

pem.Lab,BUN.kreatinin

elektrolit dpt.menjadi toksik pada SSP.

Ambil urine untuk kultur

dan sensitivitas Berikan obat sesuai dgn

Peninggian

program;

BUN,indikasi disfungsi

-

diamox, alupurinol

-

Esidrix, Higroton

-

Amonium

-

ginjal.

Evaluasi adanya

Klorida,Kalium,,atau

ISK.atau penyebab

Natrium,fosfat,.

komplikasi.

Agen antigon, (Ziloprim)

Meningkatkan pH.urine -

Antibiotik

menurunkan pembentukan batu

-

Nabic

asam. Mencegah stasis urine

-

Asam Askorbat Menurunkan

-

Pertahankan patensi kateter.

pembentukan batu fosfat

Irigasi dgn. Asam atau larutan alkalin. Menurunkan produksi asam urat

Adanya ISK potensuial pembentukan batu.

Mencegah pembentukan beberapa kalkuli. Mencegah berulangnya pembentukan batu alkalin. Mencegah retensi,dan komplikasi. Mengubah pH.urine mencegah pembentukan batu. 3.

Resiko tinggi

Keseimbang

Catat insiden muntah, diare,

Mengesampingkan keja

kekurangan

an cairan

perhatikan karakteristik,

dian abdominal lain.

volume cairan b/d

adekuat

dan frekuensi.

mual,muntah,diure sis pascaobstruksi. -

Tingkatkan pemasukan Kriteria :

cairan

Intake dan

3-4 lt / hari dalam toleransi

Mempertahankan

output

jantung.

keseimbangan cairan

seimbang -

dan homeostasis.

Tanda vital

Awasi tanda vital, evaluasi

stabil (TD

nadi, turgor kulit dan

120/80

membran mukosa.

mmHg.

-

LFG.merangasang

Nadi 60-

Timbang berat badan tiap

produksi renin, yg.

100, RR16-

hari

Bekerja meningktakan

20, suhu

Kolaborasi:

TD.

36.5°-37°C)

Awasi Hb,Ht,elektrolit,

Peningkatan BB.yang

-Membran

Berikan cairan IV

cepat,waspada retensi

mukosa

-

Penurunan

Mengkaji hidrasi,

lembab

Berikan diet tepat,cairan

Turgor

jernih,makanan lembut s/d

kebutuhan intervensdi.

kulit baik.

toleransi

Mempertahankan volume sirkulasi

Berikan obat s/d indikasi

Mempertahnakan

antiemetik,(misal compazin

keseimbangan nutruisi.

)

Menurunkan mual muntah 4.

Kurang

Pasien dapat

Kaji ulang proswes

Memberikan

pengetahuan

memahami

penyakit dan harapan masa

pengetahuan

tentang diet, dan

tentang

datang

dasar,membuat pilihan

kebutuhan

diet,dan

pengobatan

program

Kaji ulang program diet,

Pemahaman

pengobatan

sesuai dengan indikasi

diet,memberikan

berdasarkan informasi

kesempatan untuk Kriteria : -

memilih sesuai dgn. Diskusikan tentang:

Berpartis Pemberian diet rtendah

Informasi,mencegah kekambuhan.

ipasi dalam

purin,(membatasi daging

Menurunkan

program

berlemak,kalkun,tumbuhan

pemasukan oral

pengobatan

polong,gandum,alkohol)

thd.prekursor asam urat

-

Pemberian diet rendah Menjala nkan diet

Ca.(membatasi susu,keju,sayur hijau,yogurt.) Pemberian diet rendah oksalat membatasi

Menurunkan

konsumsi coklat,minuman

resikopembentukan

kafein,bit,bayam.

batu kalsium.

Diskusikan program obat-

obatan ,hindfari obat yang dijual bebas dan baca

Menurunkan

labelnya.

pembentukan batu

Tunjukan perawatan yang

oksalat.

tepat thd.insisi/kateter bila ada. Obat yang diberikan untuk mengasamkan urin,atau mengalkalikan,menghin dari produk kontraindikasi. D. Evaluasi Tahap evaluasi dalam proses keperawatan mencakup pencapaian terhadap tujuan apakah masalah teratasi atau tidak, dan apabila tidak berhasil perlu dikaji, direncanakan dan dilaksanakan dalam jangka waktu panjang dan pendek tergantung respon dalam keefektifan intervensi

II.

POST OPERASI

A. Pengkajian Pengkajian pada klien dengan batu saluran kemih pasca pembedahan menurut Doenges (2000),Susan Martin tucker ( 1998 ) diperoleh data sebagai berikut : 1. Aktifitas / istirahat. Gejala : Pekerjaan monoton, klien terpajan pada lingkungan bersuhu tinggi, keterbatasan aktifitas / imobilisasi sehubungan dengan kondisi sebelumnya (penyakit tidak sembuh dan cidera medula spinalis). 2. Sirkulasi Tanda : peningkatan tekanan darah, nadi, nyeri pingggang, kolig ginjal, ansietas, gagal ginjal), kulit hangat dan kemerahan, pucat. 3. Eliminasi

Gejala : riwayat adanya ISK kronik, obstruksi sebelumnya (kalkulus). Penurunan haluaran urine, kandung kemih penuh, rasa terbakar, dorongan berkemih, diare. Tanda : oliguria, hematuria, piuria, perubahan pola berkemih, makanan / cairan. 4. Makanan / cairan Gejala : mual / muntah, nyeri tekan abdomen, diet tinggi purin, kalsium oksalat atau fosfat, ketidakcukupan pemasukan cairan tidak minum air dengan cukup. Tanda : distensi abdomen, penurunan / tidak adanya bising usus, muntah. 5. Nyeri / kenyamanan Gejala : periode akut, nyeri berat, nyeri kolik, lokasi tergantung pada lokasi batu, contoh pada panggul di regio sudut kostavertebral : dapat menyebar ke punggung, abdomen dan turun ke lipat paha/genetalia, nyeri dangkal konstan menunjukkan kalkulus ada di pelvi atau kalkulus ginjal nyeri dapat digambarkan sebagai akut, hebat tidak hilang dengan posisi atau tindakan lain. Tanda : melindungi perilaku distraksi, nyeri tekan pada areal ginjal pada palpasi.

B. Diagnosa keperawatan Diagnosa keperawatan berdasarkan analisa data menurut Doenges (2000), Susan Martin Tucker ditemukan diagnosa keperawatan sebagai berikut : 1. Nyeri berhubungan dengan insisi pembedahan 2. Resiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan drainase luka. 3. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi tentang proses penyakit, perawatan rutin pasca operasi.

C. Perencanaan

NO

Diagnosa keperawatan

Tujuan-Kriteria

Intervensi

Rasional

yang diharapkan 1

Nyeri berhubungan

Tujuan

dengan insisi

hilang / terkontrol.

pembedahan

Kreteria dilaporkan penurunan

:

nyeri 1.Kaji sifat, intensitas, lokasi,

1.mengetahi nyeri (P,Q,R,S,T)

evaluasi : pencetus dan lamanya. klien, 2. Kaji daerah

2.mengetahui

ekspresi wajah dan insisi terhadap

keadaan setempat

posisi tubuh klien kemerahan,

berhubungan

tampak rileks.

bengkak, keras

dengan tindakan

dan drainase

yang

akan

di

lakukan

3. Bantu pasien

3.menciptakan

mendapatkan

kenyamanan

posisi yang nyaman

4.Ajarkan teknik

4.meringankan

relaksasi nafas

nyeri

dalam.

klien bisa tampak

sehingga

lebih rileks

5. Anjurkan klien 5.membantu banyak minum

mengeluarkan sisa

batu

dan

melancarkan saluran kemih

6. Kolaborasi

6.membantu

dengan dokter

mengatasi

untuk pemberian

nyeri pada pasien

rasa

analgetik 2

Gangguan integritas kulit Tujuan : gangguan 1.Pantau balutan

1.mengetahui

berhubungan

kondisi drainase

drainase luka

dengan integritas kulit tidak drainase, luka terjadi.

operasi,

dan luka operasi

Kriteria evaluasi : klien

tidak 2.Catat dan

2.mengetahui

menunjukkan tanda dokumentasikan

kondisi kulit

dan

untuk panduan

kemerahan

gejala bau, warna, pada konsistensinya,

kulit.

jaga kulit bersih

Intervensi :

dan kering

dalam tindakan selanjutnya

3. Bantu pasien

3.mencegah

mendapatkan

terjadinya

posisi yang

dekubitus

nyaman 4. Beri kantong ostomi dan

4. mencegah

pelindung kulit

terjadinya infeksi

sekitar drainase 5. Pertahankan

5. untuk menjaga

kepatenan drain

kelancaran

dan cegah

drainase

adanya penghalang pada alat drainase

3

Kurang berhubungan

pengetahuan Tujuan : dengan pengetahuan

1.Intruksikan pasien

1.membantu

untuk mengembalikan

kurang informasi tentang bertambah.

minum lebih dari kondisi

proses perawatan pasca Kriteria evaluasi :

2500 ml/ hari

pasca operasi

dapat

2.Intruksikan

2.membantu

mengungkapkan

pasien

tentang proses

mempertahankan

penyakit, perawatan

diit

rutin pasca operasi,

program

perawatan di rumah

3. Ajarkan pasien 3.membantu

operasi.

cairan

Pasien/ keluarga

untuk mempercepat proses

sesuai penyembuhan

dan evaluasi serta

untuk

mencegah

dapat

menggunakan

terjadinya ifeksi

mendemontrasikan

teknik cuci

perawatan luka,

tangan yang

mengganti balutan.

benar

Intervensi :

4. Intruksikan

4.untuk membatu

pada pasien

mempercepat

untuk

penanganan pada

melaporkan bila

pasien

terjadi haematuria

5. Intruksikan

5.untuk

pasien untuk

mencegah

menghindari

terjadinya

pemakaian obat

keracunan Obat

melebihi ketentuan dokter tanpa sepengetahuan dokter

D. Implementasi Implementasi menurut teori adalah mengidentifikasi bidang bantuan situasi yang membutuhkan tambahan beragam dan mengimplementasikan intervensi keperawatan dengan praktik terdiri atas keterampilan kognitif, interpersonal dan psikomotor (teknis). Dalam melaksanakan asuhan keperawatan pada klien pada batu ginjal, pada prinsipnya adalah menganjurkan klien untuk banyak minum, mengobservasi tanda-tanda vital, mengawasi pemasukan dan pengeluaran cairan, mengajarkan teknik relaksasi untuk mengatasi nyeri, memberikan obat dan memantau hasil pemeriksaan darah lengkap sesuai program serta melibatkan keluarga dalam setiap tindakan yang dilakukan.

Mendokumentasikan semua tindakan keperawatan yang dilakukan ke dalam catatan keperawatan secara lengkap yaitu ; jam, tanggal, jenis tindakan, respon klien dan nama lengkap perawat yang melakukan tindakan keperawatan.

E. Evaluasi Menurut teori evaluasi adalah tujuan asuhan keperawatan yang menentukan apakah tujuan ini telah terlaksana, setelah menerapkan suatu rencana tindakan untuk meningkatkan kualitas keperawatan, perawat harus mengevaluasi keberhasilan rencana penilaian atau evaluasi diperoleh dari ungkapan secara subjektif oleh klien dan objektif didapatkan langsung dari hasil pengamatan. Penilaian keberhasilan dilakukan sesuai dengan waktu yang dicapai dengan kriteria hasil. Pada klien batu ginjal dapat dilihat : nyeri berkurang, tanda-tanda vital dalam batas normal dan pengetahuan klien tentang perawatan batu ginjal meningkat.

Related Documents


More Documents from ""