Konsep Asuhan Keperawatan Batu Saluran Kemih.docx

  • Uploaded by: Muhlis Pulu
  • 0
  • 0
  • April 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Konsep Asuhan Keperawatan Batu Saluran Kemih.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 3,192
  • Pages: 16
BAB II PENDAHULUAN A. KONSEP DASAR PENYAKIT 1. Pengertian Batu saluran kemih atau Visikolithiasis adalah batu yang terbetuk dari berbagai macam proses kimia di dalam tubuh manusia dan terletak di dalam ginjal serta saluran kemih pada manusia seperti ureter (Pharos, 2012:) Batu saluran kemih (urolithiasis) merupakan obstruksi benda padat pada saluran kencing yang berbentuk karena faktor presifitasi endapan dan senyawa tertentu. Batu tersebut bias berbentuk dari berbagai senyawa, misalnya kalsium oksalat (60%), fosfat (30%), asam urat (5%) dan sistin (1%). (Prabowo. E dan Pranata, 2014: hal 111) 2. Etiologi Menurut (Purnomo, 2011: hal 2) Terbentuknya batu saluran kemih diduga karena ada hubungannya gangguan cairan urine, gangguan metabolik, infeksi saluran kemih dehidrasi dan keadaan lain yang masih belum terungkap (idopatik). Secara epidemiologis terdapat beberapa faktor yang mempermudah terjadinya batu saluran kemih pada seseorang yaitu :

a. Faktor intrinsik: herediter (di duga diturunkan orang tuanya) umur, (paling sering di dapatkan pada usia 30-50 tahun) jenis kelamin, (laki-laki tiga lebih banyak dibandingkan dengan pasien perempuan). b. Faktor ekstrinsik: geografi, iklim dan temperature, asupan air, diet pekerjaan.

Teori Kristal inhibitor menyatakan bahwa batu terbentuk karena konsentrasi inhibitor alami yang rendah seperti magnesium, sitrat, firofosfat, dan sejumlah kecil logam.

3. Patofisiologi Secara teoritis batu dapat terbentuk di seluruh saluran kemih terutama pada tempat-tempat yang sering mengalami hambatan aliran urine (stasis urine), yaitu sistem kalises ginjal atau buli-buli. Adanya kelainan bawaan pada pelvikalises, divertikel, obstruksi infravesika kronis seperti pada hyperplasia prostat berigna, striktura, dan buli-buli neurogenik merupakan keadaankeadaan yang memudahkan terjadi pembentukan batu Batu terdiri atas kristal-kristal yang tersusun oleh bahan-bahan organic yang terlarut di dalam urine. Kristal-kristal tersebut tetap berada dalam keadaan metastable (tetap larut) kemudian akan mengadakan agregasi, dan menarik bahan-bahan lain sehingga menjadi kristal yang lebih besar. Meskipun ukurannya cukup besar, agregat Kristal masih rapuh dan belum cukup mampu membuntu saluran kemih. Untuk itu agregat Kristal menempel pada epitel saluran kemih, dan dari sini bahan-bahan lain diendapkan pada agregat itu sehingga membentuk batu yang cukup besar untuk menyumbat saluran kemih. Kondisi metasble di pengaruhi oleh suhu, pH larutan, adanya koloid di dalam urine, kosentrasi solute di dalam urine, laju aliran di dalam saluran kemih, atau adanya koloid di dalam urine, kosentrasi solute di dalam saluran kemih, atau adanya korpus alienum di dalam saluran kemih yang bertindak sebagai inti batu. (Dinda, 2011: hal 2)

Lebih dari 80% batu saluran kemih terdiri atas batu kalsium, baik yang berikatan dengan oksalat maupun dengan fosfat, membentuk batu kalsium oksalat dan kalsium fosfat, sedangkan sisanya berasal dari batu asam urat, batu magnesium ammonium fosfat, batu xanthyn, batu sistein, dan batu jenis lainnya. Meskipun patogenesis pembentukan batu-batu di atas hampir sama, tetapi suasana di dalam saluran kemih yang memungkinkan terbentuknya jenis batu itu tidak sama. Misalkan batu asam urat mudah terbentuk dalam suasana asam, sedangkan batu magnesium amonium fosfat terbentuk karena urine bersifat basa. (Dinda, 2011: hal 2)

4. TANDA DAN GEJALA.

Menurut Dr willie japans, 1993 bahwa tanda dan gejala atau keluhan tidak selalu ditemukan pada penderita yang mengidap batu saluran kemih. Bila batunya masih kecil atau besar tapi tidak berpindah, tidak meregang atau menyumbat permukaan saluran kemih, tidak akan timbul keluhan seperti biasa sampai suatu saat mungkin ditemukan secara kebetulan pada saat melalukan check up dan poto roentgen tampak ada batu pada ginjal. Jika pada suatu saat batu tergeser mengelilingi ginjal kebawah, maka timbullah gejala nyeri hebat pada daerah pinggang. Saluran ureter yang menghubungkan ginjal dan kandung kamih kecil sekali sehingga batu akan meregangkan dindingnya, bahkan merobek menyumbat lubang visika. Jika batu berhasil sampai bagian bawah saluran ureter maka nyeri akan berpindah dan terasa merambat kearah kemaluan atau daerah pangkal paha. Biasanya disertai keluar darah bersama air. Bila lukanya kecil, darah yang keluarpun sedikit dan hanya dapat dilihat dengan mokroskop. Sumbatan atau regangan batu pada kandung kemih dapat juga menimbulkan nyeri pada konstan dan tumpul pda daerah atas kemaluan pada waktu kencing, kencing tidak tuntas, pancaran kencing tidak kuat.

5. KOMPLIKASI Batu yang letaknya pada ureter dapat memberikan komplikasi obstruksi baik sebagian atau total. Obstruksi yang lama biasanya disertai dengan infeksi berulang-ulang dan piuria yang sukar ditanggulangi. Obstruksi saluran kemih dapat memberikqn berbagai akibat pada ginjal, baik struktur maupun fungsional yang dipengaruhi oleh sempurnanya obstruksi, lama obstrusi Akibat gangguan struktur tubuh karena obstruksi berbagai fungsi tubuh mengalami perubahan fungsi reabsorpsi menurun dengan meningkatnya tekanan hidrostatik, sedangkan pada pada obstruksi yang persial dapat terjadi penurunan ekresi natrium dan diikuti dengan rendahnya konsentrasi natrium urine serta tingginya osmolaitas. Apabila obstruksi berkelanjutan.

B. KONSEP ASUHAN KEPEREWATAN 1. PENGKAJIAN a. b.

Biodata klien dan penanggung jawab Keluhan klien 1). Nyeri pinggang, sakit saat miksi keluar darah serta nyeri pada supra pubis. c.

Riwayat penyakit sebelumnya 1). Apakah klien pernah dirawat sebelumnya bagaimana cara klien mengatasi nyeri (mis. Nyeri berkurang jika klien bnyak minum dan mengurangi aktifitas 2). Apakah klien ada riwayat alergi. d.

Riwayat penyakit keluarga 1). Apakah ada keluarga yang mengalami penyakit yang sama 2). Apakah keluarga biasa mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung asam urat (ikan, daging, jeroan dan ayam) 3). Apakah klien biasa minum air yang sudah dimasak. e.

Pemeriksaan fisik 1) Pada abdomen nyeri tekan pada pinggang 2) Apakah bledder terasa penuh 3) Nyeri pada pangkal paha f. Pemeriksaan penunjang 1) Lab.  hematuria (bila terjadi obstruksi yang lama) 2) Pemeriksaan pielografi intravena 3) Pemeriksaan ultrasonografi Adanya batu didalam ginjal, vesika urinaria dan tanda-tanda obstruksi urine

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN a.

Pre Operasi 1). Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan luka gesekan batu pada vesika urinaria 2). Perubahan eliminasi (BAK) retensio urine berhubungan dengan adanya penutupan saluran kemih oleh batu dan adanya obstruksi mekanik, peradangan ditandai dengan urgensi dan frekuensi, oliguria (retensi) dan hematuria. 3). Resiko tinggi deficit volume cairan berhubungan dengan adannya nausea/vomiting, status hipermetabolisme, demam, proses penyembuhan 4). Kurangnya pengetahuan tentang prognosis kebutuhan perawatan berhubungan dengan pemahaman dan rencana tindakan. b.

Post Operasi 1). Gangguan rasa nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan ditandai dengan keluhan rasa nyeri terus menerus operasi, ekpresi wajah meringis, nyeri pada angka….(dengan skala 010), tingkah laku, focus pada diri sendiri 2). Kebersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan dampak obat anastesi ditandai dengan pernapasan lebih dari 20 kali permenit, adanya secret pada jalan napas

3. INTERVENSI Pre operasi No 1.

Diagnosa kep Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan luka gesekan batu pada vesika urinaria

Tujuan Pasien akan mampu mengotrol nyeri setelah melakukan tindakan keperawatan dengan kriteria hasil : 1. BAK dalam jumlah normal, 2. pola BAK seperti biasa, 3. nyeri hilang saat kencing

Intervensi 1. Monitor out put intake serta karakteristik urine 2. Anjurkan klien untuk meningkatkan intake cairan (minimal 3 – 4 liter/hari sesuai dengan toleransi jantung). 3. Tampung urine 24 jam catat jika ada batu yang ikut keluar dan kirim kelaboratorium untuk dianalisa. 4. Observasi perubahan warna, bau, PH urine setiap 2 jam. 5. Kolaborasi dalam memonitor pemeriksaan laboratorium seperti elektrolit BUN (Blood Urea Nitrogen), keratin.

Rasional 1. memberikan info tentang fungsi ginjal dan adanya komplikasi seperti infeksi dan perdarahan dapat mengidentifikasi peningkatan obstruksi atau iritasi ureter. 2. meningkatkan hidrasi dapat mengeluarkan bakteri darah dan dapat mamfasilitasi pengeluaran batu. 3. dapat membantu dalam mengidentifikasi tipe batu dan akan membantu pilihan terapi. : 4. untuk deteksi dini masalah pengumpulan ureum dan ketidakseimbangan setiap elektrolit dapat menjadi racun terhadap CNS (Central Nervus System) 5. peningkatan BUN, Kreatinin, dan elektrolitelektrolit tertentu menindikasikan adanya disfungsi ginjal.

2

Perubahan eliminasi (BAK) retensio urine berhubungan dengan adanya penutupan saluran kemih oleh batu dan adanya obstruksi mekanik, peradangan

Pasien akan mampu berkemih dengan jumlah normal setelah dilakukakan keperawatan 3x8 jam dengan kriteria hasil: 1. keluhan nyeri hilang, 2. klien tampak tenang dan tidak meningkatkan 3. klien dapat tidur/istirahat yang cukup.

1. Kaji tingkat nyeri, lokasi dan karakteristik, intensitas (skala 0-10). Dan perhatikan tandatanda peningkatan tekanan darah, nadi, tidak bisa beristirahat, gelisah dan rasa nyeri yang meningkat. 2. Jelaskan penyebab nyeri dan pentingnya mengidentifikasi perubahan terjadinya karakteristik nyeri. dapat membantu meningkatkan koping klien dan dapat menurunkan kecemasan. Berikan tindakan untuk kenyamanan seperti membatasi pengunjung, lingkungan yang tenang. 3. Berikan tindakan untuk kenyamanan seperti

1. membantu mengevaluasi lokasi nyeri, obstruksi dan pergerakan batu. 2. pengetahuan klien dengan penyebab nyeri dapat membantu meningkatkan koping klien dan dapat menurunkan kecemasan. 3. meningkatkan relaksasi, mengurangi ketegangan otot, dan meningkatkan koping. 4. mengalihkan perhatian sebagai upaya dalam merelaksasi otot. 5. hidrasi meningkatkan jalan keluarnya batu mencegah urine statis dan mencegah pembentukan batu. 6. mencegah urine statis/retensi mengurangi vesiko meningkatnya tekanan renal dan infeksi. 7. biasanya diberikan pada fase akut untuk

4.

5.

6. 7.

membatasi pengunjung, lingkungan yang tenang. Anjurkan teknik napas dalam sebagai upaya dalam merelaksasi otot. Anjurkan/Bantu klien melakukan ambulasi secara teratur sesuai dengan indikasi dan meningkatkan intake cairan minimal 3-4 liter/hari sesuai toleransi jantung. Pertahankan posisi kateter. Kolaborasi dalam pemberian obat sesuai indikasi. - Narkotik missalnya : meperidin (Demerol) morphin.

menurunkan kolik dan meningkatkan relaksasi otot/mental. - Antispasmodic seperti flavoxate oxybutynin Rasional : menurunkan reflek spasme yang dapat menurunkan kolik dan nyeri. - Kortikosteroid Rasional : digunakan untuk meningkatkan edema jaringan, untuk memfasilitasi gerakan batu.

.

3

Resiko tinggi deficit volume cairan berhubungan dengan adannya nausea/vomiti ng, status hipermetabolis me, demam, proses penyembuhan

Pasien akan mampu Mengontrol ketakutansetelah dilakukan tindakan keperawatan 3x8 dengan kriteria hasil: 1. dapat mengungkapk an perasaannya dan mengidentifika si cara yang tepat untuk menangani 2. tampak rileks 3. dapat tidur/istirahat dengan cukup. 4. Pernyataan menurunnya Ketakutan dan kecemasan.

1. Adakan kunjungan pada klien dengan personal ruangan bedah sebelum operasi jika mungkin diskusikan hal-hal yang kiranya dapat menimbulkan ketakutan kekhawatiran pada klien misalnya masker, lampu, elektroda, suara outoclave, tangisan kecil. 2. Informasi tentang peran perawat sebagai klien intraperatif pada klien. . 3. Identifikasi tingkak ketakukan klien yang mungkin mengharuskan penundaan prosedur operasi. 4. Beritahu klien tentang anastesi spinal/general yang akan membuat klien tidak sadar/tertidur, dimana jumlah yang lebih akan diberikan jika perlu

1. dapat memberikan ketenangan/ketentraman hati dan meredakan kecemasan klien sekaligus memberikan informasi untuk tindakan operatif. 2. membina hubungan saling percaya, mengurangi ketakutan akan kehilangan control dilingkungan yang baru/asing. 3. ketakutan yang berlebihan atau yang menetap dapat menyebabkan reaksi stress yang berlebihan yang beresiko atau munculnya reaksi yang merugikan terhadap prosedur pembedahan dan obat anastesi. 4. menerunkan kecemasan atau ketakutan bahwa klien melihat prosedur operasi

kurangnya 5 pengetahuan 4 tentang prognosis kebutuhan perawatan

Pasien akan mampu mengontrol deficit volume cairan setelah dilakukan tindakan

1. Monitor intake dan out put. 2. Monitor vital sign dan evaluasi nadi/volume sirkulasi dan perlunya intervensi.

1. perbandingan antara intake dan out put dapat digunakan untuk mengevaluasi adanya tingkat renal statis atau gangguan

berhubungan dengan pemahaman dan rencana tindakan.

keperawatan dengan kriteria hasil : 1. vital sign normal, 2. berat badan dalam batas normal, 3. nadi perifer teraba, 4. mukosa membrane lembab, 5. turgor kulit baik

3. Timbang berat badan setiap hari. 4. Kaji adanya muntah, diare, catat karakteristikdan frekuensi muntah dan diare serta factor pencetusnya

2. merupakan indicator vibrasi atau volume sirkulasi dan perlunya intervensi. 3. peningkatan BB yng cepat biasa berhubungan dengan retensi air. 4. nausea/vomiting dan diare umunya berhubungan dengan kolik renal karena gangguan sifat seliaka menuju ginjal dan perut, muntah dan diare dapat menyebabkan kurangnya cairan tubuh

Post operasi No

Diagnosa kep

1

Gangguan rasa nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan

Tujuan dan kriteria hasil Pasien akan mampu jalan napas kembali efektif setelah dilakukan tindakan keperawatan dengan kriteria hasil : 1. pola respirasi klien normal (respirasi 1620) kali permenit 2. tidak ada ronchi dan stridor, sianosis dan tanda-tanda hipoksia lainnya

INTERVENSI 1. Tidurkan klien dengan posisi terlentang dengan kepala dimiringkan selama kesadaran belum pulih 2. Auskultasi suara napas, dengarkan adanya wheezing crowing dan tidak adanya suara napas setelah ekspirasi 3. Observasi frekuensi kedalaman penggunaan otot-otot Bantu pernapasan, pernapasan cuping hidung, warna kulit dan mukosa 4. Monitor tanda-tanda vital secara teratur 5. Observasi tingkat kesadaran 6. Observasi kebersihan jalan napas dan kebersihan sisa muntahan yang masih tertiggal (dimulut, melakukan section bila perlu). 7. Kolaborasi dalam pemberian O2 intake sesuai indikasi Rasional : memaksimalkan O2 intake untuk berkaitan dengan Hb

RASIONAL 1. posisi tersebut menurunkan resiko aspirasi karena secret terlentang dan dapat keluar lewat mulut. 2. kurangnya perbedaannya suara napas merupakan indikasi adanya obstruksi oleh mukusa/lidah yang dapat dikoreksi dengan pengaturan posisi/suction wheezing dapat merupakan indikasi bronkho spasma, berkurangnya suara napas menandakan parsia, total laring spasme. 3. memastikan keefektifan respirasi dengan segera sehingga tindakan, koreksi dapat dilakukan segera jika diperlukan. 4. respirasi yang meningkat, takikardi dan atau barikardi dapat bergerak pada hipoksia 5. Rasional : dengan mengobservasi tingkat kesadaran klien dapat diketahui perkembangan klien dan keberhasilan operasi, serta menentukan tindakan keperawatan selanjutnya 6. obstruksi jalan napas dapat terjadi, larutan section bila perlu atau

mucus didalam tenggorokan/trakea. 7. memaksimalkan O2 intake untuk berkaitan dengan Hb

3

Kebersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan dampak obat anastesi ditandai dengan pernapasan lebih dari 20 kali permenit, adanya secret pada jalan napas

Pasien akan mampu mengatasi nyeri setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x8 jam dengan kriteria hasil : 1. keluhan nyeri hilang, 2. tampak rilek, dapat 3. istirahat/t idur dengan cukup dan 4. dapat berpartisi pasi secara adekuat

1. Monitor dan dokumentasikan lokasi dan tempat dari nyeri, catat umuir klien, berat badan, catatan medis/problem psikologis, kesensitipan terhadap analgetik tertentu, hasil intraOperatif seperti ukuran, lokasi, insisi 2. Review laporan intraoperatif/respirasi atau mengetahui tipe anastesi dan obat-obatan yang dilakukan. 3. Evaluasi nyeri secara teratur (setiap 2 jam), catat karakteristik lokasi dan intensitas nyeri (skala 0-10) Rasional : memberikan informasi tentang kebutuhan untuk dan atau keaktifan intervensi. 4. Anjurkan untuk menggunakan teknik relaksasi, seperti latihan napas dalam Rasional : menghilangkan ketegangan otot dan dapat meningkatkan kemampuan koping 5. Keposisi sesuai indikasi, misalnya semifowler 6. Kolaborasi pemberian analgetik intravena sesuai indikasi Rasional : analgetik intra vena akan mencapai pusat nyeri dengan segera

1.

2.

3.

4.

5.

6.

pendekatan penagananan nyeri post operatif tingkatan pada berbagai factor. Rasional : klien yang dianastesi dengan fluthane dan ether dapat mengalami efek analgetik sisa/residu sebagai tambahan, intraoperatif : Blokoka/regional memiliki waktu yang bervariasi yaitu 1-2 jam untuk regional atau lebih 2-6 jam untuk local memberikan informasi tentang kebutuhan untuk dan atau keaktifan intervensi menghilangkan ketegangan otot dan dapat meningkatkan kemampuan koping. dapat menghilangkan nyeri dan menunjang sirkulasi jaringan, semifowler dapat menurunkan tegangan otot abdomen dan tulang belakang analgetik intra vena akan mencapai pusat nyeri dengan segera

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Vesikolithiasis merupakan batu yang terdapat pada kandung kemih yang terdiri atas substans yang membentuk Kristal seperti kalsium oksalat, fosfat kalsium, asam urat dan magnesium. Batu dapat menyebabkan obstruksi, infeksi atau edema pada saluran perkemihan (copernito, 1990). Vesikolithiasis lebih sering di jumpai di afrika dan asia (terutama Indonesia), sedangkan di ameriaka (baik kulit putih maupun kulit hitam) dan eropa jarang. Penyakit ini penyebarannya merata di seluruh dunia akan tetapi utama di daerah yang dikenal dengan stone belt atau lingkaran batu (sabuk batu). Di amerika serikat dan eropa hanya 2-10% dari populasi penduduk yang dapat mengalami penyakit ini. Tingkat kekambuhan setelah serangngan penyakit adalah 14%, 39%,dan 52% pada tahun ke 1,5, dan 10 secara berurutan. Peningkatan ensiden telah di catat di amerika bagian tengah yaitu suatu daerah yang dilalui sabuk batu, internasional: insiden batu kandung kemih lebih rendah di Negara bukan industry. Di Indonesia merupakan Negara yang di lalui sabuk batu, namun beberapa prevalensi batu urine terdapat di Indonesia masih belum jelas Rifki muslim pada penelitian tahun 1983 si RSUP dr. kariyadi semarang menemukan 156 penderita batu saluran kemih, yang terdadap adalah batu kandung kemih (58,97%), di ikuti oleh batu ginjal (23,72%), batu ureter (8,97%), dan batu urethra (2,04%) (Djoko Rhardjo, 2003). Prevalensi batu kandung kemih pada pria dan wanita di RSUP dr. karyadi semarang, dari 105 peserta didapatan hasil jumlah penderita pria di bandingkan wanita 4:1 (harry purwanto 2004). Salah satu penyebab batu kandung kemih kira-kira 75% dari batu yang terbentuk terdiri atas kalsium. penyebab lain dari masukan diit tinggi purin, batu asam urat yang menyebabkan PH air kemih rendah, batu struvit yang menyebabkan infeksi saluran kemih dengan organism yang memproduksi urease. Tanda dan gejal batu kandung kemih adalah nyeri yang ditandai gejala tiba-tiba dan cukup hebat, nyeri bersifat kolik dan menjalar ke perut bagian bawah (engram, 1999). Kencing lancer tiba-tiba terhenti, terasa sakit, kalau infeksi ditemukan tanda sistitis. Kadang0kadang terjadi hematuri, adanya nyeri infeksi ditemukan suprasimpisis, teraba adanya urine yang banyak dan terasa terbakar, akibatnya akan menimbulkan komplikasi seperti saluran kemih (ISK), hidronefrosis, dan gagal ginjal. Upaya penggobatan batu kandung kemih diantaranya pengangkatan/pembedahan, terapi nutrisi dan medikasi ESWL, pelarutan batu, uretroskopi, metode endourolodi, dll. Sehingga diperlukan peran seorang perawat, dokter dan tenaga kesehatan lain dalam memberikan asuhan keperawatan pada vesikolithiasis tidak hanya perawatan fisik tetapi juga

keadaan

psikologis

pasien

A. Rumusan Masalah 1. Apa Definisi, Etiologi,Patofisiologi.Tanda Gejala,Komplikasi Visikolithiasis? 2. Bagaimana Konsep Asuhan keperawatan pada klien Visikolithiasis? B. Tujuan 1. Tujuan umum a. Setelah mendapatkan materi tentang Asuhan Keperawatan pada pasien Batu Kandung Kemih: b. Memperoleh gambaran tentang penerapan Asuhan Keperawatan pada pasien Batu Kandung Kemih. 2. Tujuan khusus · Mahasiswa mampu memahami tentang definisi Batu Kandung Kemih · Mahasiswa mampu memahami tentang etiologi Batu Kandung Kemih · Mahasiswa mampu memahami tentang manifestasi klinis Batu Kandung Kemih · Mahasiswa mampu memahami tentang anatomi fisologi Batu Kandung Kemih · Mahasiswa mampu memahami tentang patofisiologi Batu Kandung Kemih · Mahasiswa mampu memahami tentang pencegahan Batu.

3. Manfaat · Mendapatkan pengetahuan tentang Batu Kandung Kemih · Mendapatkan pengetahan dan mampu membuat perencanaan asuhan keperawatan pada kasus Batu Kandung Kemih

DAFTAR PUSTAKA

Prabowo dan Pranata, 2014. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Sistem Perkemihan. Yogyakarta: Nuha Medika. Nahdi TF. Jurnal Medula, Volume. 1 Nomor. 4 / Oktober 2013 Purnomo, B.B. 2010.Pedoman diagnosis & terapi smf urologi LAB ilmu bedah.Malang: Universitas Kedokteran Brawijaya. Judith.M.Wilkison dan Nancy.R.2013.Buku Saku Diagnosis Keperawatan Ed 9.Jakarta: EGC Sandy Wahap, Jurnal Kesehatan Lingkungan Indonesia Vol. 11 No. 2 / Oktober 2012

BAB III PENUTUP A. Kesimpulan

Vesikolitiasis adalah batu menghalangi aliran air kemih akibat penutupan leher kandung kemih, maka aliran mula-mula lancar secara tiba-tiba akan berhenti & menetes disertai dgn rasa nyeri (Sjamsuhidajat & Wim de Jong, 1998:1027). Hidronefrosis adalah pelebaran/dilatasi pelvis ginjal & kaliks, disertai dgn atrofi parenkim ginjal, disebabkan oleh hambatan aliran kemih. Hambatan seperti ini dapat berlangsung mendadak atau perlahanlahan, & dapat terjadi di semua aras (level) saluran kemih dari uretra sampai pelvis renalis (Wijaya & Miranti, 2001:61). Vesikolithotomi adalah alternatif buat membuka & mengambil batu ada di kandung kemih, sehingga pasien tersebut tidak mengalami ganguan pada aliran perkemihannya Franzoni D.F & Decter R.M. B. Saran Dengan makalah ini penulis berharap, mahasiswa dapat memahami konsep teori beeserta asuhan keperawatan pada pasien dengan Batu Kandung Kemih. Dan menerapkan penegahan dini Vesikolitiasis dengan cara menghindari dehidrasi dengan minum yang cukup dan diusahakan produksi urin 2-3 liter per hari, diet mengurangi zat – zat komponen pembentuk batu, serta aktivitas harian yang cukup.

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN VESIKOLITIALISIS

Disusun Oleh : Kelompok VI 1.

Hermalina Laturette ( P07120117072 )

2.

Mike Likumahwa ( P07120117083 )

3.

Muhlis Pulu ( P07120117085 )

4.

Juneth D Reunussa ( P07120117080 )

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALUKU JURUSAN KEPERAWATAN AMBON 2018

KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,atas limpahanrahmatdan karunia-Nya kepada kita sehingga penyusunan makalah ini dapat selesai. Telah disusun Makalah asuhan keperawatan dengan Vesikolitiasis.Makalah ini disusun sedemikian rupa sehingga dapat bermanfaat bagi mahasiswa keperawatan. Makalah ini jauh dari kesempurnaan,maka dari itu dalam rangka penyempurnaan dan perbaikkan, kami sangat mengharapkan masukkan dari pembaca,baik berupa sumbangan pikiran maupun kritik dan saran demi perbaikkan laporan ini.

Terima kasih kepada pembimbing,teman-teman,serta semua pihak yang terlibat dalam penyusunan makalah ini.Semoga berguna bagi kita semua.

Related Documents


More Documents from ""