Barat Mengakui, Khilafah Segera Tegak Kembali

  • Uploaded by: beMuslim
  • 0
  • 0
  • April 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Barat Mengakui, Khilafah Segera Tegak Kembali as PDF for free.

More details

  • Words: 938
  • Pages: 3
BARAT MENGAKUI, KHILAFAH SEGERA TEGAK KEMBALI Pandangan Barat Peradaban dan Idiologi Islam disebut-sebut Perdana Menteri Inggris, Tony Blair, di hadapan Kongres Partai Buruh sebagai Idiologi Iblis. Perdanan Menteri Toni Blair “Islam merupakan Idiologi ‘Iblis/jahat’ (‘evil idiologi) dengan ciri: 1. Ingin mengeliminasi Israel 2. Menjadikan Syariat Islam sebagai sumber hukum 3. Menegakkan Khilafah 4. Bertentangan dengan nilai-nilai liberal”. (BBC News, 16 Juli 2005). Direktur The International Security and Energy Program Nixon Center yaitu Zeyno Baran, mengatakan: “Hingga beberapa tahun yang lalu, sebagian besar kelompok Islam menganggap upaya penegakkan Khilafah yang baru adalah tujuan yang utopis. Sekarang semakin banyak orang yang mempertimbangkan pendirian kembali Khilafah sebagai tujuan yang serius”. News BBC memberitakan: “In Solving all the problems of the current world today, muslim in muslim countries agree to reestablish/restore Islamic State (Daulah Khilafah Islam (Dalam menyelesaikan semua permasalahan yang dialami oleh dunia sekarang, kaum muslim di negeri-negeri muslim setuju untuk menegakkan kembali Negara Islam (Daulah Khilafah Islam)”. (BBC News, 25/4/2007). Charles Hill, Kepala Staff Departemen Luar Negeri di Era pemerintahan AS Reagen, menyuarakan: “Negara-negara di kawasan itu (Timur Tengah) ‘terancam bahaya’ oleh tata pemerintahan (‘bad’ governance) yang ‘buruk’ dan Idiologi Islam yang akan menghapuskan negara-negara dan membangun kembali Khilafah”. Dalam pidatonya di Herritage Foundation tanggal 6 Oktober 2005, Menteri Dalam Negeri Inggris Charles Clarke mengatakan: “Tidak (mungkin) ada tawar menawar (kompromi) tentang perjuangan Pendirian kembali Khilafah dan tidak ada ruang diskusi tentang penerapan hukum-hukum Syariat Islam…” Bukan hanya itu, bahkan Perdana Menteri Inggris, ketika memberikan sambutan pada Kongres Tahunan Partai Buruh, tanggal 16/7/2005 M, seputar Ledakan London, tanggal 7/7/2005 M, telah menjadikan Khilafah sebagai pusat perhatian, dan bukannya Ledakan itu sendiri. Dia sampai mengatakan: “Kita akan memerangi gerakan yang berusaha melenyapkan negara Israel, mengeluarkan Barat dari Dunia Islam, dan mendirikan satu Negara Khilafah Islam, yang akan menerapkan Syariat Islam di dunia Islam dengan cara mendirikan Khilafah untuk seluruh umat Islam”. David Brooks menulis di New York Times: “Di atas segalanya, kita perlu melihat bahwa realitas sudah berubah. Di masa lalu, kita memerangi gerakan idiologis yang mengendalikan negara. Kebijakan luar negeri kita diarahkan pada hubungan dengan negara-negara itu; bernegosiasi dengan negara, berkonfrontasi dengan negara. Kini kita dihadapkan pada suatu sistem keyakinan yang bertentangan dengan sistem negara dan kembalinya Khilafah. Kita akan membutuhkan seperangkat institusi baru untuk menghadapi realitas baru ini, dan pelatihan baru untuk memahami orang-orang yang tidak tertarik dengan kepentingan nasional, menurut pengertian tradisional. Pekan lalu Saya bertemu

dengan seorang pejabat militer yang bertugas di Afganistan dan Irak, yang observasinya pas sekali dengan ketua komisi 911. Ia mengatakan bahwa apa yang terjadi dalam beberapa tahun terakhir ini sudah salah arah; mulai sekarang hanya 10% dari upaya kita yang bersifat militer, sisanya idiologis. Ia mengamati bahwa kita berada dalam perang melawan ‘ekstrimisme’ Islam, seperti kita pernah berperang melawan komunisme di tahun 1880. Dalam pidatonya kepada publik di sebuah diskusi di Virginia 28 Oktober 2005, Presiden Amerika Serikat George Walker Bush, menegaskan: “Para pejuang militan itu meyakini bahwa kalau mereka menguasai satu negeri, mereka akan memimpin seluruh bangsa Islam dan akan mengakibatkan kaum Militan mampu mendongkel kekuasaan seluruh pemerintahan moderat di kawasan tersebut dan tak lama kemudian mereka akan mendirikan Imperium Islam radikal yang terbentang dari Spanyol hingga Indonesia”. Pada Konferensi Keamanan ke 42 yang berlangsung di Munich, menteri pertahanan Amerika Serikat, Donald Rumsfeld menjelaskan: “Mereka mencoba mengambilalih pemerintahan dari Afrika Utara hingga ke Asia Tenggara dan menegakkan kembali Khilafah yang mereka inginkan dan hal ini pada suatu hari nanti akan meliputi setiap benua” ujarnya “Mereka telah membuat dan menyebarkan peta yang menghapuskan batas-batas negara dan menggantinya dengan suatu imperium dunia”. (Sunday Times, 6/02/2006). Pernyataan yang sama dilontarkan oleh Tony Blair saat merespon pemboman di London. Kala itu Blair menyatakan dengan emosi: “Mereka memiliki jaringan di setiap negara dan ribuan kawan yang terus bepergian. Mereka memiliki support dana yang baik. Lihatlah website mereka. Mereka memiliki propaganda yang canggih. Mereka merekrut siapapun dengan cara apapun dengan mudah. Mereka memiliki tuntutan… ini disebabkan idiologi agama mereka… Mereka melakukan apa yang diperintahkan Tuhan mereka; mereka akan mendapat surga. Mereka menuntut pembubaran Israel, penarikan Barat dari negeri-negeri Islam, ‘mengabaikan’ harapan masyarakat dan pemerintah, mendirikan ‘negara Taliban’ dan hukum Syariah di Dunia Arab menuju Satu Kekhilafahan untuk semua kaum Muslim.” Wakil Presiden Amerika Serikat di bulan Februari 2007 dalam kunjungan ke Australia pasca Konferensei Internasional Khilafah Islamiyyah di Australia pada bulan yang sama mengatakan: “Tegaknya Khilafah sudah tidak bias dibendung lagi”. Menteri Pertahanan Amerika Serikat Donald Rumsfle pun pernah mengatakan: “Jika tentara Amerika Serikat keluar dari Irak segera, Irak akan menjadi surga bagi militan dan menjadi basis penyebaran Negara Adidaya Islam yang akan ‘mengancam’ dunia…Irak akan menjadi basis Negara Khilafah yang baru, yang akan meluas ke Timur Tengah”. (Washingtonpost.com, 5/12/2005). Dalam kesempatan yang lain, tanggal 5 Desember 2005, Menteri Pertahanan AS Donald Rumsfeld dalam komentarnya tentang masa depan Irak di Universitas John Hopkins, juga menyatakan: “Irak akan menjadi pondasi Khilafah Islam yang baru yang akan membentang ke seluruh Timur Tengah dan akan mengancam pemerintahan yang sah di Eropa, Afrika dan Asia. Inilah rancangan mereka. Mereka (gerakan Islam fundamentalis) telah menyatakan hal itu. Kita akan melakukan kesalahan mengerikan jika kita gagal mendengar dan belajar”. Desember 2004 lalu, National Intelelligence Council’s (NIC) merilis sebuah laporan yang berjudul’ “Mapping Global Future”. Dalam laporan ini diprediksi empat skenario dunia tahun 2020, diantaranya: A New Chaliphate: Berdirinya kembali Khilafah Islam, sebuah pemerintahan Islam

global yang mampu memberikan tantangan pada norma-norma dan nilai-nilai global Barat. Dan akhirnya, Pusat Studi Kerajaan Belanda di awal tahun 2007 merekomendasikan kepada Kerajaan Belanda: Tegaknya Khilafah adalah sebuah keniscayaan. Kerajaan Belanda harus menerima kenyataan bahwa Khilafah akan segera tegak kembali & Kerajaan Belanda harus mulai menyusun kebijakan-kebijakan yang akan diambil ketika Khilafah tegak nanti. Wallahu A’lam bish Showwab.

Related Documents


More Documents from ""