Catatan tentang Bank Muamalat Dr Ir Muslimin Nasution APU Ketua Presidium ICMI Bank Muamalat yang berpegang teguh sebagai bank yang Islami tentunya memiliki karakter yang berbeda dengan bank konvensional yang ada. Ini terlihat dari, pertama, visi dan misi bank Islam yang bukan semata-mata mencari keuntungan yang sebesar-besarnya dengan biaya yang serendah-rendahnya. Untuk bank yang bersifat Islami, indikator kinerjanya bukan semata-mata laba, tetapi harus memiliki tolok ukur yang disebut 3P, yaitu punya dampak terhadap profit, people , dan planet. Jadi, harus berdampak terhadap masyarakat dan memerhatikan lingkungan sebagai Quran Kauniah . Kedua, secara hukum dan konstitusi, perbedaan antara bank konvensional dan bank Islam terlihat dalam UUD 45. Sesuai dengan sistem ekonomi yang diletakkan dalam UUD 45, tentunya harus dilaksanakan oleh Bank Muamalat terkait dengan pembukaan UUD 45 yang berdasarkan Ketuhanan yang Maha Esa. Ini berarti tauhid. Jadi, tauhid harus menjadi landasan utama manajemen bank yang Islami. Dasar utama atau sila pertama adalah Ketuhanan yang Maha Esa dan sila kelima, yaitu Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia. Jadi, bukan semata-mata keuntungan. Jadi, jelas, dari ketentuan ini, bank Islami bukan berdasarkan kumpulan modal, tetapi unsur manusia juga diperhitungkan. Selain tauhid, karakter tersebut merupakan nilai dasar dari jenis bank koperasi. Misalnya, Agricole Bank di Prancis; Raffiesen Bank dan DG Bank di Jerman; Norinchukin Bank di Jepang; serta Credit Union di AS atau Bank Kooperasi Malaysia. Ketiga adalah reputasi pengelola. Untuk mengelola bank sesuai dengan visi, misi, dan nilai tersebut, jelas tidak dapat diserahkan pada manajemen yang tidak mempunyai pemahaman dan kemampuan terhadap nilai itu. Lebih sulit lagi kalau manajemen yang diambil adalah mereka yang sudah pernah berpengalaman dalam bank konvensional. Mantan direksi bank konvesional, misalnya, tidak dapat melepaskan mindset atau paradigma manajemen bank konvensional. Key performance indicator semata-mata adalah keuntungan. Dividen ini merupakan target. Pengalaman kehancuran raksasa kelas dunia merupakan suatu bukti bahwa suatu usaha yang semata-mata mengejar keuntungan materi tidak akan dapat bertahan. Dunia pun sekarang bicara tentang sistem ekonomi berbasis 3P tersebut. Hal lain yang menjadi perhatian adalah integritas manajemen. Integritas manajemen pun akan sangat berbeda. Sebagai manajer bank Islam, sesuai dengan niatnya tidak semata-mata mencari keuntungan. Dasar yang mendorong niatnya adalah mencari ridha Allah SWT dan mencari rezeki yang hallalan toyibah . Dengan berpegang pada tauhid bahwa Allah SWT akan memberi jalan dan kemudahan terhadap niat yang baik, prinsip yang mengandalkan jaminan materi, kolateral, dan modal tidak lagi merupakan persyaratan mutlak bagi bank Islami. Karena dasar serta nilai-nilai manajemen di atas, pola kepemimpinannya pun berbeda dengan bank kovensional. Nilai tersebut di atas berdasarkan asas kekeluargaan/ taawunsuper leader Dasar kepemimpinan, seperti sidik, amanah dan fathanah, tentunya dituntut melekat pada pribadi-pribadi pengelola lembaga keuangan yang Islami. Juga, memahami kondisi lokal, baik sosial maupun budayanya. Pada dasarnya, Bank Muamalat Indonesia bukan Bank Muamalat di Indonesia. Tentunya, faktor pemimpin yang dapat memahami aspek budaya dan struktural merupakan persyaratan mutlak. Dengan
demikian, sulit dimengerti bila kepemimpinan Bank Muamalat Indonesia ditentukan kriteriannya sesuai dengan kriteria direksi bank konvensional. Modal dan aset nasional Sekitar satu-dua tahun yang lalu, dunia berlomba membangun bank syariah. Bukan saja karena konsep bank Islam, namun lebih didorong untuk menangguk petrodolar yang melimpah di dunia. Demikian pula, Bank Muamalat diharapkan dikembangkan untuk ikut mengambil manfaat petrodolar yang melimpah. Namun, sekarang, situasi nasib petrodolar sudah sangat berbeda. Negara yang suaranya keras, seperti Venezuela, Iran, dan Rusia, sudah sangat melunak karena senjata petrodolarnya sudah tidak bisa diandalkan lagi. Kemungkinan, defisit anggaran di Timur Tengah sudah terjadi. Ke depan, sumber dana lokal harus merupakan andalan dari Bank Muamalat. Bank Muamalat ke depan harus dapat membendung terjadinnya capital drain dari pedesaan kepada bangunan real estate yang mewah. Struktur lembaga keuangan konvensional yang ada selalu mewujudkan hukum besi keuangan yang disebut the law of financial gravity , di mana sifatnya menjadikan kapital drain dari desa ke kota, bahkan ke luar negeri. Bank Muamalat merupakan satu-satunya bank yang pendiriannya dideklarasikan oleh presiden RI di Istana Bogor pada 17 tahun yang lalu. Bank tersebut didirikan oleh 800 ribu pemegang saham dan tercatat resmi di akta pendirian sebanyak 254 tokoh nasional, mulai presiden Suharto dan tokoh-tokoh lainnya. Nilai sejarah Bank Muamalat harus dipertahankan sebagai bank yang memiliki karakter keadilan. Salah satu pesan presiden Suharto waktu itu adalah agar Bank Muamalat mampu berfungsi untuk mengentaskan rakyat kecil dari jurang kemiskinan. Pesan rakyat kecil di sini tentunya rakyat terbesar, yaitu umat Islam. Sebagai aset nasional tentunnya aspek sejarah dengan nilai dan visi yang menjadi tanggung jawabnya, bukan hanya tanggung jawab ICMI dan MUI. Namun, juga tanggung jawab pemerintah yang memegang amanah UUD 45. Perjuangan ICMI dan MUI ICMI-MUI membentuk tim bersama untuk penyelamatan Bank Muamalat dengan tugas utama memperjuangkan aspirasi dan keinginan ICMI, antara lain memperjuangkan peran ICMI sebagai founding father dalam pendirian BMI agar diakui dan dicantumkan dalam Anggaran Dasar BMI. Juga, agar jabatan direktur utama dan komisaris utama diisi oleh orang Indonesia dan Muslim. Permintaan lain adalah agar ICMI dan MUI mendapat dana masing-masing 2,5 persen dari laba BMI untuk mendukung program ICMI dan MUI agar dapat membantu umat Islam Indonesia. Tidak hanya itu, memperjuangkan saham pendiri, yaitu saham seri A, menjadi saham preferred stock yang mempunyai hak-hak khusus, antara lain hak veto, jika ada corporate action yang menyebabkan BMI listing . MUI dan ICMI juga meminta agar meningkatkan saham lokal dari 30 persen menjadi minimal 50 persen supaya BMI ini tetap menjadi milik masyarakat Indonesia. Setelah negosiasi dengan tim IDB (Bank Pembangunan Islam), tim ICMI dan MUI telah berhasil mencapai hal-hal sebagai berikut. Peranan ICMI sebagai founding father Masa jabatan direktur utama dan komisaris utama dibatasi maksimum dua periode, namun untuk direktur yang sudah dua periode bisa diusulkan menjadi direktur utama. Yang disetujui sebagai direktur utama dan komisaris utama adalah orang Indonesia dan Muslim dan diberikan kesempatan pertama agar jabatan ini diisi oleh direktur BMI senior untuk dipromosikan menjadi direktur utama. Usulan agar saham pendiri, yaitu saham kategori A, menjadi preferred stock yang memiliki hak-hak khusus, menurut tim IDB, hal ini agar dibicarakan antara mantan
presiden BJ Habibie dan presiden IDB. Karena, mereka tidak berwenang untuk membicarakan hal ini. Upaya peningkatan saham lokal menjadi minimum 50 persen memerlukan pemikiran dan rencana yang matang agar upaya ini dapat terkoordinasi dengan baik, terutama dengan pihak pemegang saham internasional. Untuk itu, dibuat sebuah konsep agar keinginan ini dapat tecapai. Dari banyaknya usulan yang diterima dan diakomodasi oleh tim IDB, kami menilai bahwa upaya dan kerja keras tim selama beberapa bulan ini sudah mencapai hasil yang cukup optimal dan hubungan dengan pemegang saham internasional juga dapat dijaga dengan baik. sehingga menuntut sistem kepemimpinan sebagai suatu super tim yang bukan . Istilah pemimpin adalah pelayan dan bukan penguasa merupakan prinsip dasar yang dibutuhkan dalam membangun bank yang Islami. disetujui dan diakui serta dimasukkan dalam Anggaran Dasar BMI. Penyediaan dana 2,5 persen dari laba BMI untuk membantu umat Islam Indonesia melalui program ICMI dan MUI.