Banyak Koperasi Tidak Penuhi Syarat Efisiensi
Bandung, Sinar Harapan Banyak koperasi yang didirikan di Indonesia yang ternyata tidak memenuhi syarat efisiensi. Di antaranya merupakan koperasi berskala kecil yang memiliki banyak duplikasi fungsi dan jenis serta koperasi serba usaha yang tidak jelas inti bisnisnya. Inefisiensi itu juga tercermin dalam perkoperasian yang tidak memiliki kekuatan modal yang cukup. Demikian pendapat yang dikatakan oleh Guru Besar Fakultas Ekonomi Universitas Padjajaran Bandung, Yuyun Wirasasmita di Bandung, Selasa (16/7). Kondisi inefisiensi perkoperasian Indonesia disebut Yuyun tidak terlepas kesalahan pemerintah maupun gerakan koperasi dalam menerapkan kebijakan yang strategis. “Koperasi banyak didirikan oleh pemerintah dengan tujuan semata-mata untuk melaksanakan program-program pemerintah,” jelasnya. Kebijakan yang dibuat tersebut, tambah Yuyun, sama sekali tidak dilandasi dengan pemahaman pentingnya efisiensi sebagai sebuah keunggulan bagi koperasi. Akibatnya koperasi yang ada kehilangan jati diri dan tidak memiliki jiwa kewirausahaan untuk bersaing dan meraih peluang. Yuyun menyebutkan, efisiensi merupakan keunggulan yang menjadi kaidah bagi koperasi untuk mandiri dalam memberi pelayanan kepada anggotanya yang sekaligus merupakan pemilik koperasi. Efisiensi dapat dilakukan dalam hal pembiayaan, pelayanan maupun pemenuhan kebutuhan dari anggota. Apabila duplikasi terlalu banyak, lanjutnya, bisnis inti tidak jelas dan keterbatasan modal maka sebuah koperasi sulit untuk melakukan efisiensi. Yuyun berpendapat seharusnya ada spesialisasi usaha perkoperasian yang jelas. “Koperasi harus didorong untuk menjadi koperasi usaha tunggal. Bukan serba usaha sebagaimana yang banyak didirikan saat ini,” tegas Yuyun. Dengan adanya spesialisasi ini, menurut Dosen FE-Unpad itu, berbagai biaya yang dikeluarkan dapat ditekan seminimal mungkin mengingat fokus operasional koperasi
hanya ditujukan pada satu unit usaha saja. Dari sisi pelayanan, kata Yuyun, spesialisasi koperasi jelas menguntungkan anggota. Dengan hanya menekuni satu unit bisnis tertentu maka koperasi dapat memenuhi kebutuhan anggotanya yang tidak diperoleh dari pasar. Menurut Yuyun, koperasi bisa dibentuk dengan terlebih dahulu menentukan unit bisnis yang ditekuni didasarkan kepada pertimbangan kebutuhan dari semua anggota. Berkaitan dengan keterbatasan modal usaha, Yuyun menyatakan, hal itu dapat diatasi bila ada lembaga keuangan yang dibentuk khusus untuk membantu kemajuan perkoperasian. Jika tidak memungkinkan, disarankan oleh Yuyun agar dilakukan merger antarkoperasi. “Dengan melakukan merger maka koperasi memperoleh tambahan modal yang bermanfaat,” tambah Yuyun. Kesulitan modal bisa pula diatasi melalui selektivitas anggota. Artinya, hanya orang-orang tertentu yang mampu mendanai operasional perkoperasian yang diterima menjadi anggota. Di sisi lain, selektivitas ini dapat meningkatkan partisipasi anggota. Orientasi Usaha Sementara itu, Senior Advisor JICA, Inokuchi Yoshihiro berpendapat koperasi harus menentukan orientasi usahanya dengan lebih jelas. “Apakah koperasi ini berorientasi untuk mencari untung atau hanya sekadar sebagai institusi amal semata,” tegas Inokuchi. Apabila orientasinya mencari keuntungan, maka koperasi harus dikelola secara profesional dengan memperhatikan prinsip-prinsip berbisnis secara murni. Persoalan lain yang perlu diperhatikan, tambah Inokuchi, adalah menentukan status hukum, fungsi serta ruang lingkup usaha. Keadaan SDM yang ada dianggap Inokuchi merupakan faktor penting yang harus dibenahi sehingga pengelolaan koperasi benarbenar dilakukan secara profesional. (dio)