Bangunan Keraton.docx

  • Uploaded by: Candra Aji
  • 0
  • 0
  • October 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Bangunan Keraton.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 1,089
  • Pages: 6
Bangunan Keraton Komplek Pemagangan (bangsal magangan) : Tempat magang abdi dalem keratin Sekitar 1 tahun sekali setelah grebek sawah akan diadakan pertunjukan wyang untuk menandai perubahan atau pergantian bulan puasa menuju bulan syawal 1 tahun 2 kali mengadakan wisuda abdi dalem,karena menjadi abdi dalem itu ada prosesnya.abdi dalem di wisuda menandai tentang diterima di dalam keratin.pakaian abdi dalem memiliki nama lain : -Penjaga : Yudha -Penjaga yang lain : Pawoko Pada tahun 1969 sudah dibuka menjadi tempat wisata Menurut adat disana yang memakai kursi hanyalah para keluarga kerajaan,sedangkan para abdi dalem duduk dengan cara lesehan.

Bangunan Keraton Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat merupakan istana resmi Kesultanan Ngayogyakarta yang kini berlokasi di Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta, Indonesia. Walaupun kesultanan tersebut secara resmi telah menjadi bagian Republik Indonesia pada tahun 1950, kompleks bangunan keraton ini masih berfungsi sebagai tempat tinggal sultan dan rumah tangga istananya yang masih menjalankan tradisi kesultanan hingga saat ini. Keraton ini kini juga merupakan salah satu objek wisata di Kota Yogyakarta. keraton ini merupakan salah satu contoh arsitektur istana Jawa yang terbaik, memiliki balairung-balairung mewah dan lapangan serta paviliun yang luas. Sejarah Keraton Yogyakarta mulai didirikan oleh Sultan Hamengku Buwono I pasca Perjanjian Giyanti pada tahun 1755. Lokasi keraton ini konon adalah bekas sebuah pesanggarahan yang bernama Garjitawati.Sebelum menempati Keraton Yogyakarta, Sultan Hamengku Buwono I berdiam di Pesanggrahan Ambar Ketawang yang sekarang termasuk wilayah Kecamatan Gamping Kabupaten Sleman. Secara fisik istana para Sultan Yogyakarta memiliki tujuh kompleks inti yaitu       

Siti Hinggil Ler (Balairung Utara) Kamandhungan Ler (Kamandhungan Utara) Sri Manganti Kedhaton Kamagangan Kamandhungan Kidul (Kamandhungan Selatan) dan Siti Hinggil Kidul (Balairung Selatan)

Selain itu Keraton Yogyakarta memiliki berbagai warisan budaya baik yang berbentuk upacara maupun benda-benda kuno dan bersejarah. Di sisi lain, Keraton Yogyakarta juga merupakan suatu lembaga adat lengkap dengan pemangku adatnya. Oleh karenanya tidaklah mengherankan jika nilai-nilai filosofi begitu pula mitologi menyelubungi Keraton Yogyakarta. Dan untuk itulah pada tahun 1995 Komplek Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat dicalonkan untuk menjadi salah satu Situs Warisan Dunia UNESCO

Tata Ruang dan Bangunan Kawasan Keraton Kawasan Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat merupakan bangunan cagar budaya yang terdiri dari serangkaian ruang dan bangunan yang memiliki nama, fungsi, pelingkup serta vegetasi tertentu. Serangkaian ruang-ruang terbuka di dalam keraton disebut plataran. Setiap plataran dihubungkan dengan regol atau gerbang yang merupakan pembatas antara plataran satu dengan yang lainnya. Bangunan yang berada pada masing-masing plataran terdiri dari dua tipologi yang dikelompokkan berdasarkan struktur penyangga atap. Tipologi pertama adalah bangsal, yaitu bangunan yang memiliki deretan tiang sebagai struktur penyangga atap. Dengan kata lain tidak ada dinding sebagai penyangga atap. Sedangkan tipologi yang kedua adalah gedhong yang memiliki struktur penyangga atap berupa bidang dinding. Bidang-bidang dinding tersebut terbuat dari dua jenis material, yaitu konstruksi kayu dan batu bata.

1. Pagelaran dan Sitihinggil Lor Pagelaran dan Sitihinggil merupakan plataran pertama yang terletak tepat di sebelah selatan Alun-Alun Utara. Pagelaran merupakan area paling depan, di mana pada masa lampau berfungsi sebagai tempat para Abdi Dalem menghadap Sultan ketika upacara-upacara kerajaan. Dalam memimpin upacara kerajaan, Sultan berada di Sitihinggil. Sitihinggil berasal dari bahasa Jawa “siti” yang artinya tanah atau area, serta “hinggil” yang artinya tinggi. Sitihinggil merupakan tanah atau area yang ditinggikan karena memiliki fungsi filosofis penting sebagai tempat resmi kedudukan Sultan saat miyos dan siniwaka. Miyos adalah kondisi dimana Sultan beserta pengiringnya meninggalkan kediamannya sedangkan Siniwaka adalah ketika Sultan Lenggah Dampar atau duduk di singgasana. Pada area Pagelaran terdapat beberapa bangunan yaitu:     

Bangsal Pagelaran Bangsal Pangrawit Bangsal Pengapit (Pengapit Wetan dan Pengapit Kilen) Bangsal Pemandengan (Pemandengan Wetan dan Pemandengan Kilen) Bangsal Pacikeran (Pacikeran Wetan dan Pacikeran Kilen)

Sedangkan beberapa bangunan yang terdapat pada kawasan Sitihinggil Lor adalah sebagai berikut:       

Bangsal Sitihinggil Bangsal Manguntur Tangkil Bangsal Witana Bangsal Kori (Kori Wetan dan Kori Kilen) Bale Bang Bale Angun-angun Bangsal Pacaosan

2. Kamandungan Lor Kamandungan Lor merupakan plataran kedua yang hanya terdiri dari beberapa bangunan. Adapun bangunan yang terdapat di Kamandungan Lor adalah:   

Bangsal Pancaniti Bale Anti Wahana Bangsal Pacaosan

sering disebut Plataran Keben, karena terdapat beberapa pohon besar bernama pohon keben. Regol penghubung dari Kamandungan Lor ke plataran selanjutnya adalah Regol Kamandungan atau Regol Srimanganti.

3. Srimanganti Pada plataran ini, terdapat bangunan utama yang terletak di sisi barat yaitu Bangsal Srimanganti yang saat ini berfungsi untuk mementaskan kesenian budaya Keraton Yogyakarta dan digunakan pula sebagai tempat Sultan menjamu tamu. Di sisi timur Bangsal Srimanganti terdapat Bangsal Trajumas yang pada saat ini digunakan untuk menyimpan beberapa benda pusaka milik Keraton Yogyakarta. Selain itu di Plataran Srimanganti terdapat bangunan pendukung lainnya, yaitu:   

Bangsal Pacaosan Kantor Keamanan Kraton (security) Kantor Tepas Dwarapura dan Tepas Halpitapura

4. Kedhaton Kedhaton merupakan plataran utama yang memiliki tataran hirarki tertinggi. Kedhaton merupakan pusat dari kawasan Keraton Yogyakarta. Pada area ini terdapat dua bangunan utama yaitu Bangsal Kencana dan Gedhong Prabayeksa. Kedua bangunan ini merupakan bangunan yang dianggap paling sakral. Bangsal Kencana merupakan bangunan yang digunakan untuk menyelenggarakan upacara-upacara penting, sedangkan Gedhong Prabayeksa digunakan untuk menyimpan pusaka-pusaka utama Keraton Yogyakarta. Bangunan lain yang ada di Plataran Kedhaton ini adalah:                     

Bangsal Manis Bangsal Mandhalasana Bangsal Kotak Gedhong Jene Gedhong Trajutrisna Gedhong Purwaretna Gedhong Sedahan Gedhong Patehan Gedhong Gangsa Gedhong Sarangbaya Gedhong Kantor Parentah Hageng Gedhong Danartapura Gedhong Kantor Widyabudaya (Kraton Wetan) Kasatriyan Museum HB IX Museum Batik Museum Keramik dan Kristal Museum Lukisan Kaputren Masjid Panepen Kraton Kilen

5. Kemagangan Pada plataran ini terdapat beberapa bangunan yaitu Bangsal Kemagangan, Panti Pareden dan Bangsal Pacaosan. Bangsal Kemagangan dahulu berfungsi sebagai tempat berlatih para Abdi Dalem. Pada saat ini Bangsal Kemagangan digunakan untuk pementasan wayang kulit maupun beberapa kegiatan lainnya. Pada sisi barat dan timur terdapat Panti Pareden yang berfungsi sebagai tempat pembuatan gunungan untuk upacara Garebeg. Sedangkan Bangsal Pacaosan digunakan sebagai tempat penjagaan Abdi Dalem untuk menjaga keamanan. Regol yang menghubungkan Plataran Kemagangan dengan plataran selanjutnya (Kamandungan Kidul) bernama Regol Gadhung Mlati. 6. Kamandungan Kidul Pada plataran ini terdapat dua bangsal yaitu Bangsal Kamandungan dan Bangsal Pacaosan. Bangsal Kamandungan merupakan salah satu bangsal tertua yang berada di kawasan keraton. Bangsal ini diboyong oleh Sri Sultan Hamengku Buwono I dari Desa Karangnongko, Sragen atau yang dahulu bernama Sukowati. Dahulu bangunan tersebut merupakan tempat tinggal beliau pada saat perang melawan VOC. 7. Sitihinggil Kidul Sitihinggil Kidul dahulu berfungsi sebagai tempat raja menyaksikan latihan para prajurit sebelum upacara Garebeg. Pada tahun 1956 di lokasi tempat Sitihinggil Kidul dibangun Gedhong Sasana Hinggil Dwi Abad sebagai monumen peringatan 200 tahun berdirinya Keraton Yogyakarta.

Related Documents

Perencanaan Bangunan
October 2019 41
Bangunan Air.pdf
May 2020 26
Nama Bangunan
May 2020 21
Bangunan Modern
October 2019 39
Kecacatan Bangunan
October 2019 31

More Documents from ""