Bahu Membahu Membela Yang Keliru

  • Uploaded by: Indonesiana
  • 0
  • 0
  • November 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Bahu Membahu Membela Yang Keliru as PDF for free.

More details

  • Words: 562
  • Pages: 2
Bahu Membahu Membela yang Keliru Seorang yang baru keluar dari ruang ATM ini sama sekali tak memberitahu bahwa mesin uang itu rusak sementara sayalah satu-satunya pihak yang menunggu di dekatnya. Ia ngeloyor begitu saja dan saya harus mengalami soal yang sama, sebuah kesialan yang sama sekali tak perlu jika orang ini mau sedikit saja berderma dalam bentuk memberi tahu. Sebetulnya saya tak benar-benar butuh jasanya. Karena di negara saya orang cuek seperti itu tak terhitung banyaknya. Maka katimbang harus tersinggung setiap hari lebih baik menganggap pemandangan itu sebagai soal yang jamak saja. Karena ada saja angkutan kota yang dengan tekun menunggu penumpang sambil tak merasa jika ia tengah mengangkangi jalan dan menimbulkan kemacetan panjang di belakangnya. Masih ada saja sopir taksi yang seluruh kabinnya pengap oleh asap rokok sehingga bau taksi itu tak lebih dari sebuah asbak besar. Lumayan jika cuma rokok. Beberapa sopir di antaranya malah masih ada yang tega mengencingi mobilnya sendiri begitu kebelet tiba. Sopir ini cukup hanya dengan membuka pintu dan menjadikannya sebagai dinding toilet portable, habis perkara. Jika taksi lain ada yang sekadar berbau asbak, taksi yang ini malah telah menjadi WC umum. Jangan tanya pula tentang banyaknya perokok yang salah ruang. Tidak cuma di busbus omprengan yang pengap dan sesak, di restoran-restoran yang jelas-jelas serba tertutup dan berpendingin ruangan, tetapi juga di rumah-rumah mereka sendiri. Ada seorang bapak yang sedang menimang bayinya lengkap dengan rokok mengepul seperti ketel uap dari mulutnya, dengan bayi sendiri sabagai penadahnya. Maka jangankan orang lain, bahkan bayi sendiri pun diasapi. Jadi jika cuma ada seseorang yang enggan memberi tahu tentang mesin ATM yang rusak kepada pemakai berikutnya, adalah soal yang harus dimaafkan dan kalau perlu malah disambut gembira. Di Indonesia, cadangan maaf memang harus demikian besarnya karena jumlah pelanggaran dan kesalahan seperti jauh di atas jumlah maaf yang tersedia. Walau yang belangsung itu sesungguhnya pasti bukan lagi peristiwa maaf-memaafkan tetapi sudah menyerupai sikap putus asa. Putus asa kerpada jumlah pelanggaran yang telah di luar takaran itulah yang kemudian membuat kita secara bersama-sama memiklih diam dan seolah-olah sabar terhadap kesalahan. Itulah keadaan yang disebut oleh Stephen Covey sebagai konspirasi gelap. Konspirasi yang tidak terang-benderang, seolah-lah tidak ada tetapi begitu nyata dan ganas daya rusaknya. Karena konspirasi ini ibarat seorang yang sedang berlari bersama-sama, saling bantu-mebantu, dorong mendorong, tarik-menarik tetapi cuma untuk masuk ke lubang secara berjamaah. Konspirasi semacam inilah yang rasanya sedang berlangsung di sekujur urusan, secara intensif, pasti dan berbahaya. Itulah keadaan saling mendukung, bahu-membahu di dalam kekeliruan. Maju tak gentar mendukung sang onar! Maka bisa dimengerti kenapa jumlah keterlanjuran kita besar sekali. Untuk membersihkan bantaran sungai dari bangunan liar misalnya, harus menunggu seluruh bantaran itu benar-benar menjadi perkampungan terlebih dulu. Akhinya mormalisasi sungai yang hendak dicanangkan cuma terpenjara di dalam pencanangan karena ia tak mungkin lagi dijalankan. Kampung di bantaran itu benar-benar telah menjadi sebuah desa dan pengusiran tehadapnya hanya akan menimbulkan perang terbuka. Saya pernah tampil di acara interaktif di televisi memandu seorang pejabat dengan seorang penelpon yang demikian marah pada pengelolaan sampah di kotanya. Begitu marahnya sehingga yang ia lakukan ialah bagaimana caranya agar ia bisa sekuat mungkin ikut mengotori kota. Membuang seluruh sampah ke sungai dekat tempat tinggalnya itulah yang putuskan sambil barangkali membayangkan wajah pejabat yang

dibencinya. Inilah konspirasi gelap itu; keadaan ketika seorang bisa membenci sebuah kesalahan sambil ikut berbuat rusak sekalian. Jadi memang ada jenis gotong royong kelabu , bahu membahu membela yang keliru!

Related Documents

Keliru
November 2019 31
Tampilan Yang Keliru
June 2020 14
Aku Keliru
November 2019 22
Azam Membela Islam
June 2020 20

More Documents from "Mujahid Asaadullah Abdullah"

Teman Masa Kecilku
November 2019 40
Diplomasi Kopiah
November 2019 37
Buatan Indonesia
November 2019 53
Nasihat Dari Cd Porno
November 2019 40
Andai Aku Engkau Percayai
November 2019 43