Bab.docx

  • Uploaded by: Ciara Helen
  • 0
  • 0
  • October 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Bab.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 3,809
  • Pages: 19
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem Manajemen Lingkungan (SML) adalah bagian dari pengelolaan lingkungan internal dan eksternal (Hariadi, 2004). Lingkungan Internal mencakup kedalam lingkungan pabrik lokasi fasilitas produksi, kondisi lingkungan kerja, dampak yang diterima oleh karyawan dalam lingkungan kerjanya. Lingkungan Eksternal merupakan lingkungan di luar lokasi pabrik/fasilitas produksi yang dapat menimbulkan dampak pada lingkungan disekitarnya, termasuk masyarakat di sekitar lokasi pabrik. Permasalahan lingkungan memerlukan instrumen atau alat untuk mengelola permasalahan tersebut. ISO (International Organization for Standarization) adalah organisasi yang mengeluarkan ISO 14001 tentang standar internasional mengenai SML (Environmental Management System) merupakan dasar konsep ISO 14000, yaitu suatu sistem untuk mencapai pengelolaan lingkungan yang baik dan bersifat sukarela. PT Coca Cola Amatil Indonesia (CCAI) Bottling Plant Cibitung Bekasi merupakan salah satu perusahaan swasta nasional Indonesia yang memproduksi berbagai macam minuman soft drink dimana dalam proses produksinya melalui beberapa tahap yang setiap tahapnya dapat menimbulkan dampak terhadap lingkungan. Isu penurunan kualitas lingkungan mendorong PT Coca Cola Amatil Indonesia (CCAI) Bottling Plant Cibitung Bekasi untuk memasukan persoalan tersebut kedalam agenda perusahaan. Untuk meyelesaikan persoalan tersebut PT Coca Cola Amatil merencanakan untuk menerapkan standar internasional, mendukung keberlangsungan perusahaan, yaitu menerapkan sistem manajemen lingkungan. Untuk melakukan sistem manajemen lingkungan yang baik, maka diperlukan adanya suatu standar yang menjelaskan tentang sistem tersebut. Munculnya

organisasi

internasional

di

bidang standardisasi

yaitu

ISO

(International Organization for Standardization) memberikan peluang tiap perusahaan untuk meningkatkan daya saing perusahaan di kancah global. Standar

1

Internasional ISO 14001 merupakan wahana untuk menjamin kinerja sistem manajemen lingkungan tersebut. Standar IS0 14001 sebenarnya muncul sebagai akibat dari adanya beberapa isu lingkungan yang sering dibicarakan dalam masyarakat. Isu lingkungan tersebut adalah polusi udara, polusi air, polusi tanah, limbah dan bahan – bahan berbahaya, bunyi/kebisingan dan getaran, radiasi, perencanaan fisik, penggunaan bahan/material, penggunaan energi serta keselamatan dan kesehatan kerja karyawan. Sebagai upaya mewujudkan organisasi / perusahaan yang ramah lingkungan atau peduli dengan lingkungan maka dibutuhkan upaya nyata untuk melakukan hal tersebut melalui suatu sistem pengelolaan / manajemen lingkungan yang handal, efektif, terdokumentasi, serta mendorong untuk selalu dilakukan peningkatan seperti halnya penerapan Sistem Manajemen Lingkungan mengacu pada standar ISO 14001:2004. Menurut Hilman dan Kristiningrum dalam Jurnal Standarisi mutu nasional, 2011 menyebutkan alasan Perusahaan menerapkan ISO 14001 berguna untuk meningkatkan image perusahaan, meningkatkan partisipasi karyawan, mengurangi pencemaran lingkungan, meningkatkan pangsa pasar dan tuntutan konsumen (Gambar 1). ISO 14001 mengurangi pencemaran lingkungan (20%). Penerapan ISO 14001 memberikan cara untuk mengidentifikasi secara sistematik dan mengelola risiko lingkungan serta liability, sehingga mengurangi keluhan masyarakat (20%). SML ISO 14001 bermanfaat dalam pendekatan yang sistematik untuk mengidentifikasi aspek dan dampak lingkungan serta untuk perumusan objektif dan target seperti dimuat pada Gambar 2.

Gambar 1. Alasan Perusahaan Menerapkan ISO 14001

2

(Hilman dan Kristiningrum, 2011) SML juga dimaksudkan untuk membantu perusahaan dalam memenuhi persyaratan dan mengikuti peraturan dan perundangan mengenai lingkungan, sehingga perusahaan mengalami peningkatan yang cukup pada tingkat pemenuhan peraturan (7%). Manfaat lain dari penerapan ISO 14001 yaitu peningkatan pada kinerja manajemen/moral kerja (17%), meningkatkan kepuasan konsumen (12%), Peningkatan pada proses efisiensi (17%) dan meningkatkan penjualan (7%). SML menurut ISO 14001 adalah bagian dari keseluruhan sistem manajemen yang meliputi struktur organisasi, perencanaan kegiatan, pertanggung jawaban, praktek, tatalaksana, proses dan sumber daya untuk pengembangan, penerapan, pengkajian dan pemeliharaan kebijakan lingkungan. SML adalah upaya terpadu untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup yang meliputi kebijaksanaan penataan, pemanfaatan, pengembangan, pemeliharaan,

pemulihan, pengawasan dan

pengendalian lingkungan hidup (PROPER KLH, 2012). Cakupan dari SML ISO 14001 berupa Program Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup (PROPER). PROPER dibuat dan diterapkan oleh Kementrian Lingkungan Hidup (KLH) untuk menilai kinerja perusahaan terhadap pengelolaan lingkungan kedalam katagori pengelolaan, pengendalian dan pemantauan lingkungan.

Gambar 2. Manfaat Penerapan ISO 14001 (Hilman dan Kristiningrum, 2011)

3

1.2 Rumusan Masalah 1. Bagaimana implementasi sistem manajemen lingkungan ISO 14001:2004 di PT Coca Cola Amatil Indonesia?

1.3 Tujuan Tujuan dari makalah ini untuk implementasi sistem manajemen lingkungan ISO 14001:2004 di PT Coca Cola Amatil Indonesia

4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Manajemen Lingkungan Manajemen menurut pengertian Stoner & Wankel (1986) adalah proses merencanakan, mengorganisasikan, memimpin, mengendalikan usaha-usaha anggota organisasi dan proses penggunaan sumber daya organisasi untuk mencapai tujuan-tujuan organisasi yang sudah ditetapkan. Sedangkan menurut Terry (1982) manajemen adalah proses tertentu yang terdiri dari kegiatan merencanakan, mengorganisasikan, menggerakkan sumber daya manusia dan sumber daya lain untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

2.2 Sistem Manajemen Lingkungan ISO 14001 Ketika perusahaan beroperasi, maka proses bisnis yang dilakukan oleh perusahaan tersebut berpotensi untuk menimbulkan dampak terhadap lingkungan, baik dampak positif maupun dampak negatif. Pada prinsipnya dampak yang timbul dapat dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu dampak bio-kimia-fisik dan dampak sosial. Contoh dari dampak bio-fisik-kimia misalnya pencemaran air, pencemaran udara, kerusakan keanekaragaman hayati, atau pengurangan cadangan air tanah. Semua jenis dampak ini akan memberikan resiko yang mempengaruhi bisnis yang dijalankan oleh perusahaan. Misalnya pencemaran air yang

ditimbulkan

oleh

aktivitas

perusahaan,

akan

memberikan

resiko

pertanggungjawaban dalam bentuk tuntutan pidana dan tuntutan perdata, apakah tuntutan tersebut dari pemerintah, masyarakat, atau lembaga swadaya masyarakat (LSM). Ketika perusahaan berupaya untuk menerapkan ISO 14001, maka perusahaan tersebut telah memiliki komitmen untuk memperbaiki secara menerus kinerja lingkungannya. Namun, satu hal perlu dingat bahwa ISO 14001 merupakan standar yang memadukan dan menyeimbangkan kepentingan bisnis dengan lingkungan hidup. Sehingga, upaya perbaikan kinerja yang dilakukan oleh

5

perusahaan akan disesuaikan dengan sumberdaya perusahaan, apakah itu sumberdaya manusia, teknis, atau finansial. Adakalanya, perbaikan kinerja lingkungan tidak dapat dicapai dalam waktu singkat karena keterbatasan finansial. Misalnya, sebuah perusahaan yang proses bisnisnya menimbulkan limbah cair yang mencemari lingkungan berupaya untuk menerapkan ISO 14001 di perusahaannya. Setelah kajian dilakukan, ternyata keterbatasan finansial membuat perusahaan tersebut sukar untuk mengelola limbahnya sehingga mencapai baku mutu limbah cair yang disyaratkan oleh pemerintah. Berdasarkan analisis finansial, ternyata perusahaan tersebut baru akan mampu membangun sistem pengolahan limbah yang memadai kira-kira beberapa tahun ke depan. Sehingga sebelum masa tersebut terlampaui, perusahaan tidak akan pernah memenuhi baku mutu lingkungan. Namun, bila perusahaan tersebut mengembangkan sistem manajemen lingkungan yang memenuhi persyaratan ISO, maka perusahaan tersebut bisa saja memperoleh sertifikat ISO 14001. Perusahaan lain, yang kinerja lingkungannya telah memenuhi baku mutu namun EMS-nya tidak memenuhi persyaratan tidak akan memperoleh sertifikat ISO 14001. Uraian di atas menunjukkan bahwa pada prinsipnya, penerapan ISO 14001 tidak berarti tercapainya kinerja lingkungan dalam waktu dekat. Sertifikat EMS dapat saja diberikan kepada perusahaan yang masih mengotori lingkungan. Namun, dalam EMS terdapat persyaratan bahwa perusahaan memiliki komitmen untuk melakukan perbaikan secara menerus (continual improvement). Dengan perbaikan secara menerus inilah kinerja lingkungan akan sedikit demi sedikit diperbaiki. Dengan kata lain ISO 14001 bersifat conformance (kesesuaian), bukan performance (kinerja). ISO 14001 merupakan standar lingkungan yang bersifat sukarela (voluntary). Standar ini dapat dipergunakan oleh oleh organisasi/perusahaan yang ingin: 1)

Menerapkan, mempertahankan, dan menyempurnakan sistem manajemen lingkungannya

6

2) Membuktikan kepada pihak lain atas kesesuaian sistem manajemen lingkungannya dengan standar 3) Memperoleh sertifikat Beberapa manfaat penerapan ISO adalah: 1. Menurunkan potensi dampak terhadap lingkungan 2. Meningkatkan kinerja lingkungan 3. Memperbaiki tingkat pemenuhan (compliance) peraturan 4. Menurunkan resiko pertanggungjawaban lingkungan 5. Sebagai alat promosi untuk menaikkan citra perusahaan Selain manfaat di atas, perusahaan yang berupaya untuk menerapkan ISO 14001 juga perlu mempersiapkan biaya-biaya yang akan timbul, diantaranya: a. Waktu staf atau karyawan b. Penggunaan konsultan c. Pelatihan Standar internasional untuk sistem manajemen lingkungan telah diterbitkan pada bulan September 1996, yaitu ISO 14001 dan ISO 14004. Standar ini telah diadopsi oleh pemerintah RI ke dalam Standar Nasional Indonesia (SNI) menjadi SNI-19-14001-1997 dan SNI-19-14001-1997. ISO 14001 adalah Sistem manajemen lingkungan yang berisi tentang spesifikasi persyaratan dan panduan untuk penggunaannya. Sedangkan ISO 14004 adalah Sistem manajemen lingklungan yang berisi Panduan-panduan umum mengenai prinsip, sistem dan teknik-teknik pendukung.

2.3 Elemen ISO 14001 ISO 14001 dikembangkan dari konsep Total Quality Management (TQM) yang berprinsip pada aktivitas PDCA (Plan – Do – Check – Action), sehingga elemen-elemen utama EMS akan mengikuti prinsip PDCA ini, yang dikembangkan menjadi enam prinsip dasar EMS, yaitu: a)

Kebijakan (dan komitmen) lingkungan

b) Perencanaan

7

c)

Penerapan dan Operasi

d) Pemeriksaan dan tindakan koreksi e)

Tinjauan manajemen

f)

Penyempurnaan menerus

g) Kebijakan Lingkungan

1. Kebijakan lingkungan Harus terdokumentasi dan dikomunikasikan kepada seluruh karyawan dan tersedia bagi masyarakat, dan mencakup komitmen terhadap perbaikan berkelanjutan, pencegahan pencemaran, dan patuh pada peraturan serta menjadi kerangka kerja bagi penetapan tujuan dan sasaran. 2. Perencanaan Mencakup indentifkasi aspek lingkungan dari kegiatan organisasi, identifikasi dan akses terhadap persyaratan peraturan, adanya tujuan dan sasaran yang terdokumentasi dan konsisten dengan kebijakan, dan adanya program untuk mencapai tujuan dan sasaran yang direncanakan (termasuk siapa yang bertanggung jawab dan kerangka waktu) 3. Implementasi dan Operasi Mencakup definisi, dokumentasi, dan komunikasi peran dan tanggung jawab, pelatihan yang memadai, terjaminnya komunikasi internal dan eksternal, dokumentasi tertulis sistem manajemen lingkungan dan prosedur pengendalian dokumen yang baik, prosedur pengendalian operasi yang terdokumentasi, dan prosedur tindakan darurat yang terdokumentasi. 4. Pemeriksaan dan Tindakan Perbaikan Mencakup prosedur

yang secara teratur memantau dan mengukur

karakteristik kunci dari kegiatan dan operasi, prosedur untuk menangani situasi ketidaksesuaian, prosedur pemeliharaan catatan spesifik dan prosedur audit kenerja sistem manajemen lingkungan.

8

5. Tinjauan Ulang Manajemen Mengkaji secara periodik sistem manajemen lingkungan keseluruhan untuk memastikan

kesesuaian,

kecukupan,

efektifitas sistem

manajemen

lingkungan terhadap perubahan yang terjadi. 2.4 Prinsip ISO 14001 Pada prinsipnya, keenam prinsip ISO 14001 – Environmental Management System diatas dapat dibagi menjadi 17 elemen, yaitu: 1)

Environmental policy (kebijakan lingkungan): Pengembangan sebuah pernyataan komitmen lingkungan dari suatu organisasi. Kebijakan ini akan dipergunakan sebagai kerangka bagi penyusunan rencana lingkungan.

2)

Environmental aspects (aspek lingkungan): Identifikasi aspek lingkungan dari produk, kegiatan, dan jasa suatu perusahaan, untuk kemudian menentukan dampak-dampak penting yang timbul terhadap lingkungan.

3)

Legal and other requirements (persyaratan perundang-undangan dan persyaratan lain): Mengidentifikasi dan mengakses berbagai peraturan dan perundangan yang terkait dengan kegiatan perusahaan.

4)

Objectives and targets (tujuan dan sasaran): Menetapkan tujuan dan sasaran lingkungan, yang terkait dengan kebijakan yang telah dibuat, dampak lingkungan, stakeholders, dan faktor lainnya.

5)

Environmental management program (program manajemen lingkungan): rencana kegiatan untuk mencapai tujuan dan sasaran.

6)

Structure and responsibility (struktur dan tanggung jawab): Menetapkan peran dan tanggung jawab serta menyediakan sumber daya yang diperlukan.

7)

Training awareness

and

competence

(pelatihan,

kepedulian,

dan

kompetensi): Memberikan pelatihan kepada karyawan agar mampu mengemban tanggung jawab lingkungan. 8)

Communication (komunikasi): Menetapkan proses komunikasi internal dan eksternal berkaitan dengan isu lingkungan.

9

9)

EMS Documentation (dokumentasi SML): Memelihara informasi EMS dan sistem dokumentasi lain

10)

Document Control (pengendalian dokumen): Menjamin kefektifan pengelolaan dokumen prosedur dan dokumen lain.

11)

Operational

Control

(pengendalian

operasional):

Mengidentifikasi,

merencanakan dan mengelola operasi dan kegiatan perusahaan agar sejalan dengan kebijakan, tujuan, dan saasaran. 12)

Emergency Preparedness and response (kesiagaan dan tanggap darurat): mengidentifikasi potensi emergency dan mengembangkan prosedur untuk mencegah dan menanggapinya.

13)

Monitoring and measurement (pemantauan dan pengukuran): memantau aktivitas kunci dan melacak kinerjanya.

14)

Nonconformance and corrective and preventive action (ketidaksesuaian dan tindakan koreksi dan pencegahan): Mengidentifikasi dan melakukan tindakan

koreksi

terhadap

permasalahan

dan

mencegah

terulang

kejadiannya. 15)

Records (rekaman): Memelihara rekaman kinerja SML

16)

EMS audits (audit SML): Melakukan verifikasi secara periodik bahwa SML berjalan dengan baik.

17)

Management Review (pengkajian manajemen): Mengkaji SML secara periodik

untuk

melihat

kemungkinan-kemungkinan

peyempurnaan

berkelanjutan

10

BAB III PEMBAHASAN 3.1 Gambaran Umum Perusahaan Coca Cola merupakan perusahaan pembotolan terbesar di wilayah AsiaPasifik. Pada tahun 1932, Coca cola pertama kali dikembangkan di Indonesia melalui hasil diversifikasi bisnis perusahaan konglomerat bernama AMATIL (Allied Manufacturing and Trading Industries Limited). Sejak didirikan di Indonesia, perusahaan bekerjasama dengan pemegang saham lokal sehingga pada tahun 1997, Pabrik Coca Cola terbesar di Indonesia didirikan di Cibitung dan menjadi pusat pabrik distribusi terbesar di Indonesia dan menjadi Pusat pabrik Coca Cola (Coca Cola National Office) serta semakin melebar ke seluruh wilayah Indonesia yaitu Jakarta, Medan, Surabaya, Semarang, Makasar, Bandung, Padang, Denpasar, Lampung dan Banjar baru. Untuk memenuhi kebutuhan konsumen agar dapat mendapat produk terbaik dan mutu tetap terjaga, maka Coca Cola melakukan langkah sertifikasi produk. Setiap produk Coca Cola dijamin halal oleh Departemen Agama RI dengan standar hiegenis dijamin oleh departemen kesehatan. Mutu pengolahan dan produknya terjaga melalui sertifikasi ISO 9002, ISO 14001, dan berbagai sertifikasi yang diawasi langsung oleh Coca Cola Management System International. Pada Desember 2012, PT. CCAI meraih dua anugerah dari Program penilaian Kinerja Perusahaan dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup dan berhasil meraih dua (2) penghargaan kategori hijau untuk wilayah operasi dan pabrik di wilayah Bandung dan Padang. Sebagai Perusahaan yang telah beroperasi di Indonesia selama 20 tahun, CCAI berkomitmen untuk mewujudkan pelestarian lingkungan dengan penerapan program-program CSR melalui empat (4) pilar yaitu Environment, MarketPlace, Community, Workplace. PT CCAI Bottling Plant Cibitung Bekasi merupakan salah satu produsen dan distributor minuman ringan terkemuka di Indonesia yang memproduksi dan mendistribusikan produk-produk berlisensi dari The Coca-Cola Company.

11

Perusahaan yang memproduksi dan mendistribusikan produk Coca-Cola ke lebih dari 400.000 outlet melalui lebih dari 120 pusat penjualan. 3.2 Komitmen PT Coca Cola Amatil Indonesia terhadap Lingkungan PT Coca Cola Amatil Indonesia berkomitmen terhadap usaha-usaha yang berkaitan

dengan

pelestarian

lingkungan,

K3

berkesinambungan

untuk

meningkatkan kinerja kami di bidang pelestarian lingkungan, kesehatan dan keselamatan kerja. The Coca-Cola Quality System merupakan landasan kebijakan terhadap pengawasan mutu untuk memenuhi dan melampaui berbagai standar mutu, baik standar internasional maupun standar yang ditetapkan menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku di Industri makanan dan minuman. Consumer Response Teams dan program-program yang dilaksanakan di semua area operasi di seluruh Indonesia bertugas menampung setiap masukan yang disampaikan oleh para konsumen dan pelanggan, dan disampaikan kepada pihakpihak yang tepat di dalam perusahaan untuk menjamin bahwa standar kualitas mutu tetap terjaga. Pihak PT Coca Cola Amatil Indonesia menyadari bahwa masalah yang berkaitan dengan lingkungan dan K3 senantiasa mengalami perubahan dan perkembangan dari waktu ke waktu. PT. CCAI Bottling Plant Cibitung Bekasi mengembangkan suatu sistem komprehensif yang mengacu pada standar internasional, termasuk di dalamnya ISO 14001, dan peraturan perundangundangan yang berlaku. Semua pabrik melaksanakan audit secara berkala dan menjalankan praktek-praktek terbaik di bidang perlindungan lingkungan, K3 mulai dari pengelolaan dan pemanfaatan kembali limbah produksi hingga berbagai program kesehatan dan keselamatan kerja. PT CCAI Bottling Plant Cibitung Bekasi memiliki komitmen untuk senantiasa memahami, mencegah dan memperkecil setiap dampak buruk terhadap lingkungan sehubungan dengan kegiatan produksi minuman ringan, serta terus berupaya memberikan pelayanan dan produk berkualitas yang diharapkan konsumen maupun pelanggan, dan menciptakan lingkungan kerja yang aman bagi seluruh karyawan. Perusahaan yakin bahwa seluruh karyawan dan setiap orang

12

yang tergabung di dalam perusahaan, serta mitra kerja bersama memainkan peranan penting dalam menerapkan kebijakan Perusahaan di bidang perlindungan lingkungan dengan membekali para karyawan agar mampu melibatkan diri sepenuhnya. Pihak PT Coca Cola Amatil Indonesia akan: 1. Berusaha sebaik mungkin mencapai kinerja di bidang perlindungan lingkungan dengan memenuhi persyaratan dari The Coca-Cola Company dan Peraturan Perundangan yang berlaku. 2. Senantiasa

memasukkan

pertimbangan-pertimbangan

lingkungan

dalam

menyusun Business Plan (Perencanaan Bisnis) untuk memastikan bahwa pengelolaan masalah lingkungan selalu menjadi bagian yang penting dari Operasi Perusahaan. 3. Menerapkan dan mempertahankan SML terprogram, serta terus menerus menyempurnakan dan Peninjaupan sejalan dengan operasi perusahaan. 4. Mendorong dan membekali karyawan agar mampu mengenali, memahami dan bertindak pada setiap peluang yang ada untuk mencegah dan memperkecil setiap dampak negatif yang berpotensi menimbulkan masalah lingkungan. 5. Mengembangkan dan menerapkan cara-cara meningkatkan efisiensi pemakaian sumber daya, termasuk energi, bahan kimia, air, kemasan dan bahan baku lainnya. 6. Sedapat mungkin mencegah, mengurangi, menggunakan kembali dan mengolah semua limbah yang ditimbulkan di dalam area pabrik, menjamin prosedur pembuangan limbah tersebut dengan cara aman dan berdampak seminimal mungkin. 7. Meminta stakeholder agar memenuhi standar pengelolaan lingkungan yang setara dengan standar perusahaan.

3.3 Produksi dan Distribusi Semua produk yang dijual dan didistribusikan oleh Coca-Cola Bottling Indonesia terdiri dari 10 pabrik pembotolan yang tersebar di seluruh Indonesia. Selama ini pabrik-pabrik yang ada di Indonesia telah menerima berbagai penghargaan dari The Coca-Cola Company atas pencapaian standar yang

13

ditetapkan. Semua pabrik diwajibkan mematuhi berbagai ketentuan internasional dan

peraturan

perundang-undangan

yang

berlaku,

serta

secara

teratur

melaksanakan audit di bidang pengawasan mutu, lingkungan, K3. Sebelum produk sampai ke tangan konsumen berawal dari bahan baku pilihan berkualitas tinggi yang diproses melalui beberapa tahapan, yaitu persiapan bahan, pencampuran, pencucian, pengisian dan penutupan, pengkodean, pemeriksaan, pengemasan dan pengangkutan yang bersinergi dengan efisien dan efektif melalui sistem terkomputerisasi secara otomatis. Kebijakan dan Pengembangan produksi diarahkan oleh PT. CCAI Bottling Plant National Office Cibitung Bekasi. Setiap pabrik CCAI memiliki manajemen yang memiliki pengalaman luas dan kualifikasi yang tinggi dalam memproduksi dan mengelola berbagai aspek teknis dan pengawasan mutu. Semua pabrik diwajibkan mematuhi dan bahkan kerap kali melampaui berbagai ketentuan internasional dan peraturan perundang-undangan yang berlaku, dan secara teratur melaksanakan audit di bidang pengawasan mutu, lingkungan dan K3. Penyempurnaan berkelanjutan

Kebijakan Lingkungan Pengkajian Manajemen

Perencanaan Aspek lingkungan Persyaratan hukum dan lainnya Tujuan dan sasaran Program manajemen lingkungan

Pemeriksaaan dan Tindakan Koreksi Pemantauan dan pengukuran Ketidaksesuaian dan tindakan koreksi dan pencegahan Rekaman Audit sistem manajemen lingkungan

Penerapan dan Operasi Struktur dan tanggung jawab Pelatihan, kepedulian dan kompetensi Komunikasi. Dokumentasi sistem manajemen lingkungan Pengendalian dokumen Pengendalian operasional Kesiagapan dan tanggap darurat

Gambar 3. Penerapan SML ISO 14001 : 2004 PT CCAI 14

3.4 Sistem Manajemen Lingkungan dan Kesehatan Keselamatan Kerja Upaya berkesinambungan untuk menggali cara-cara baru dan lebih baik untuk meningkatkan kinerja CCAI di bidang pelestarian lingkungan, kesehatan dan keselamatan kerja Sebelum membuang limbah ke sungai, CCAI mengolah limbah, sehingga tidak merusak biota sungai. CCAI menyadari bahwa masalah yang berkaitan dengan lingkungan, K3 senantiasa mengalami perubahan sejalan dengan pengertian kami terhadap masalah-masalah tersebut yang juga berkembang dari waktu ke waktu. Perusahaan mengembangkan suatu sistem komprehensif yang mengacu pada standar internasional, termasuk di dalamnya ISO 14001 dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Semua pabrik melaksanakan audit secara berkala dan menjalankan praktek-praktek terbaik di bidang perlindungan lingkungan dan K3 mulai dari pengelolaan dan pemanfaatan kembali limbah produksi hingga berbagai program kesehatan dan keselamatan kerja. Kriteria yang ditetapkan oleh Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 5 tahun 2011 tentang Program Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan dalam Pengelolaan Lingkungan (PROPER), penghargaan kriteria hijau diberikan kepada perusahaan yang telah mengelola lingkungan lebih dari yang disyaratkan (beyond compliance). Penilaian kinerja adalah pencegahan pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup, penanggulangan pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup, pemulihan pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup dan pelaksanaan bisnis beretika, serta bertanggungjawab terhadap masyarakat melalui program pengembangan masyarakat. CCAI berkomitmen untuk mewujudkan pelestarian lingkungan melalui kemasan yang lebih ramah lingkungan (botol PET), program pertanian Coke Farm, seragam dari bahan daur ulang botol PET (Eco Uniform) dan kulkas ramah lingkungan (Coca-Cola Solar Cooler). CCAI mendukung inovasi, menginvestasikan waktu dan sumber daya yang ada untuk memastikan keberlangsungan bisnis berkelanjutan tak hanya mendatangkan keuntungan bagi perusahaan, tetapi juga bagi lingkungan dan masyarakat.

15

3.5 Program Coca Cola CCAI telah menerapkan program-program CSR melalui empat pilar yaitu Lingkungan (Environment), Lingkungan Pasar (Marketplace), Pengembangan Masyarakat (Community), dan Lingkungan Kerja (Workplace). PT. Coca Cola Bottling Indonesia mengarahkan kegiatan CSR lingkungannya pada konservasi sumber daya air, Kampanye lingkungan, kegiatan Water for School, penanaman pohon, Penghijauan melalui penggunaan biopori atau alat penyerapan air serta daur ulang sampah organik menjadi pupuk organik di pabrik-pabriknya dan lingkungan sekitarnya serta Pengembangan Usaha Kecil di sektor informal (pengusaha mikro). Coca-Cola Bottling Indonesia mewujudkan kepedulian sosialnya dengan memprakarsai program ekonomi kemasyarakatan berbentuk program pengembangan usaha mikro (Coca-Cola Micro Enterprise Development Program) yaitu program pendampingan dan pendidikan bagi kelompok usaha ekonomi lemah ini diluncurkan pada Juli 2003 dan memiliki dua elemen pokok bantuan. Pertama, bantuan teknis (technical assistance) pengembangan dan pendampingan usaha mikro yang didukung sepenuhnya oleh Coca-Cola selama satu tahun untuk memberdayakan anggota kelompok, meningkatkan jumlah tabungan atas kesadaran sendiri, serta mengembangkan kegiatan usaha produktif anggota dan pengembangan jaringan usaha. Kedua, akses terhadap modal kerja yang diberikan oleh lembaga pembiayaan independen atau bank (diluar CocaCola).

3.6 Tanggung Jawab Sosial dan Keberlanjutan Komitmen untuk melakukan hal yang benar kepada komunitas adalah satu dari enam nilai dasar yang diterapkan sesuai dengan misi perusahaan yaitu melayani dan menyegarkan pelanggan, konsumen dengan rasa bangga dan semangat, serta menyadari bahwa aktivitas yang dilakukan harus terkait erat dengan lingkungan hidup, komunitas, pasar dan lingkungan kerja. Pada bulan Agustus

2000,

Coca-Cola

Bottling

Indonesia

dan

Coca-Cola

Amatil

memprakarsai berdirinya yayasan sosial bernama Coca-Cola Foundation Indonesia (CCFI). Misi utama yayasan ini membantu penyediaan kesempatan

16

belajar bagi anak-anak dan remaja Indonesia agar dapat menjadi warga negara yang produktif serta berwawasan luas. CCFI melaksanakan serangkaian kegiatan untuk memfasilitasi sarana belajar alternatif guna mengakomodasi kebutuhan pendidikan bagi para siswa maupun anak putus sekolah. Tiga program besar yang telah dicetuskan adalah Program Community Learning Center, Program Lokakarya Penulisan Cerita Anak dan Program Pelatihan yang berkelanjutan. Program Community Learning Center (Rumah Belajar Masyarakat) merupakan salah satu wujud nyata upaya CCFI dalam mengembangkan perpustakaan umum menjadi sarana alternatif tempat belajar bagi masyarakat, dengan cara mendidik para staf perpustakaan, agar lebih berorientasi pada pembaca, peremajaan sarana perpustakaan yang menarik dan menyelenggarakan program-program edukatif untuk menarik minat pengunjung.

3.7 Implikasi Manajerial SML ISO 14001: 2004 pada PT. CCAI, Cibitung mengacu pada PROPER dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Proses audit secara berkala di bidang perlindungan lingkungan, kesehatan dan keselamatan kerja serta kualitas pengolahan dan produk diawasi langsung oleh Coca Cola Management System International. Persyaratan dokumen lingkungan dan pelaporannya, CCAI dianggap memenuhi kriteria SML ISO 14001 : 2004 untuk mendapatkan PROPER hijau. Implementasi PROPER terdiri dari pengurangan pencemaran dan kerusakan lingkungan, pengurangan penggunaan dan pembuangan limbah berbahaya, Penghematan Sumber daya, mengurangi resiko kerja, lingkungan kerja yang nyaman, serta memberi kepuasan pada konsumen, dampak lingkungan yang sehat, kepatuhan terhadap hukum dan efisiensi biaya berpengaruh terhadap kinerja lingkungan dan Citra Perusahaan kepada konsumen. Program Pengembangan Masyarakat (community development) CCAI sebagai Implementasi SML dalam jangka panjang memberikan dampak terbaik untuk lingkungan serta peran stakeholder dalam implementasi strategi isu lingkungan yang efektif dan efisien.

17

BAB IV SIMPULAN DAN SARAN 4.1 Kesimpulan Implementasi PROPER dan SML pada PT CCAI Bottling Plant Cibitung Bekasi yaitu Perusahaan menerapkan ISO 14001 untuk meningkatkan citra perusahaan, meningkatkan partisipasi karyawan, mengurangi pencemaran lingkungan, meningkatkan pangsa pasar dan tuntutan konsumen, mengurangi pencemaran lingkungan, dan membantu perusahaan dalam memenuhi persyaratan dan peraturan mengenai lingkungan. Peningkatan pada kinerja manajemen/moral kerja serta proses efisiensi PROPER mendorong perusahaan untuk taat terhadap peraturan lingkungan hidup dan mencapai keunggulan lingkungan (environmental excellence). Implementasi Penerapan SML meliputi pengelolaan lingkungan dengan baik, Upaya Efisiensi Energi dengan proses yang lebih ramah lingkungan, efisiensi sistem produksi, Upaya penurunan emisi, penerapan sistem 3R (ReduceReuse-Recycle) pada limbah B3, Pengurangan pencemaran air limbah yang dibuang ke lingkungan, dan Program Pengembangan Masyarakat (community development) untuk mengukur kinerja pencapaian program yang terukur melibatkan anggota masyarakat.

4.2 Saran Perlunya publikasi dan pengembangan informasi program PROPER terhadap seluruh stakeholder untuk meningkatkan pemahaman PROPER, serta SML yang efektif dengan pemberian pemahaman lebih lanjut terhadap peraturan, dan ketaatan seluruh pihak yang terkait dalam pengelolaan lingkungan.

18

DAFTAR PUSTAKA Atmodjo, Yos Tri. 2000, Sistem Manajemen Lingkungan ISO 14001 di PT. Pupuk Kujang. Makalah. Tidak dipublikasikan. Cikampek. Baku Mutu Emisi Sumber Tidak Bergerak : Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 13 Tahun 1995. Jakarta

Balzaroga, Michela A, et.al. 2005. How Organizational Culture Impacts on the Implementation Of ISO 14001:1996 – A UK Multiple- Case Study. Journal of Manufacturing Technology Management. 17 No. 1 (2006): 89-103 Coca Cola Amatil Annual Report. 2011. PT. Coca Cola Amatil Indonesia. Jakarta Crowley dan Delfico (1996). Metode Pengolahan Data Manajemen Produksi dan Operasi. PT. Gramedia. Jakarta EKOLABEL.2006. Penerapan Standar ISO 14001: 2004. Badan Standarisasi Nasional. Jakarta Goetsch, D.L., Davis, S.B., 2001, ISO 14000 Environmental Management, Prentice Hall, Inc., New Jersey, USA

Hadiwiardjo, B. H. 1997. Panduan Penerapan Sistem Manajemen Lingkungan. PT GramediaPustaka Utama. Jakarta

19

More Documents from "Ciara Helen"

Bab.docx
October 2019 24
02 Jean Watson
September 2019 21
Doc1.docx
May 2020 14
December 2019 27
Doc1.docx
May 2020 13