Bab V.docx

  • Uploaded by: radityo utomo
  • 0
  • 0
  • December 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Bab V.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 3,204
  • Pages: 21
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Data Umum a. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Tabel 5.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis Kelamin

Frekuensi

Presentase

Laki-laki

48

49%

Perempuan

50

51%

Total

98

100%

Sumber: data primer indentitas pada responden pada kuesinoner Berdasarkan tabel 5.1 di atas dapat diketahui bahwa karakteristik berdasarkan jenis kelamin responden pada penelitian ini mayoritas perempuan yaitu 50 orang (51%), dan minoritas responden laki-laki yaitu 48 orang (49%). b. Karakteristik Responden Berdasarkan Umur Tabel 5.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia Usia

Frekuensi

Presentase

15-16 tahun

47

48%

17-18 tahun

45

46%

19 tahun

6

6%

Total

98

100%

Sumber: data primer indentitas responden pada kuesioner

74

75

Berdasarkan tabel 5.2 diatas dapat diketahui bahwa karakteristik berdasarkan usia responden pada penelitian ini mayoritas berusia 15-16 tahun yaitu 47 orang (48%), dan minoritas responden berusia 19 tahun yaitu 6 orang (6%). c. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Tabel 5.3 Karakterisktik Responden Berdasarkan Pendidikan Pendidikan

Frekuensi

Presentase

MANJ

23

24%

MAN

8

8%

SMKNJ

15

15%

SMANJ

52

53%

Total

98

100%

Sumber: data primer indentitas responden pada kuesioner Berdasarkan tabel 5.3 diatas dapat diketahui bahwa karakteristik berdasarkan pendidikan responen pada penelitian ini mayoritas berpendidikan SMANJ yaitu 52 orang (53%), dan minoritas responden bependidikan MAN yaitu 8 orang (8%). d. Karakteristik Responden Berdasarkan Lama Mondok Tabel 5.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Lama Mondok Lama Mondok

Frekuensi

Presentase

< 1 tahun

18

18%

2-3 tahun

39

40%

3-6 tahun

41

42%

Total

98

100%

76

Sumber: data primer indentitas responden pada kuesioner Berdasarkan tabel 5.4 diatas dapat diketahui bahwa karakteristik berdasarkan lama mondok responden pada penelitian ini mayoritas lama mondok santri 3-6 tahun yaitu 41 orang (42%), dan minoritas lam amondok santri <1 tahun yaitu 18 orang (18%). e. Karakteristik Responden Berdasarkan Sudah Menstruasi/Mimpi Basah Tabel

5.5

Karakteristik

Responden

Berdasarkan

Sudah

Menstruasi/Mimpi Basah Menstruasi /

Frekuensi

Presentase

Ya

98

100%

Tidak

0

0%

Total

98

100%

Mimpi Basah

Sumber: data primer indentitas responden pada kuesioner Berdasarkan tabel 5.5 diatas dapat diketahui bahwa dari 98 responden semua sudah pernah menstruasi/mimpi basah atau sebanyak 100%.

77

2. Hasil Data Univariat a. Distribusi Frekuensi Faktor Internal dalam Kesehatan Reproduksi Remaja Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Faktor Internal dalam Kesehatan Reproduksi Remaja Variabel

Frekuensi

Presentase

Tinggi

52

53,1%

Rendah

46

46,9%

Tinggi

62

36,7%

Rendah

36

63%

98

100%

Pengetahuan

Sikap

Total

Sumber: data kuesioner 30 Januari 2019 Berdasarkan tabel 5.6 diatas dapat diketahui bahwa sebagian besar pengetahuan responen adalah tinggi yaitu sebanyak 52 orang atau 53,1%. Sedangkan sikap responden adalah tinggi yaitu sebanyak 62 orang atau 63,3%.

78

b. Distribusi Frekuensi Faktor Eksternal dalam Kesehatan Reproduksi Remaja Tabel 5.7 Distribusi Frekuensi Faktor Eksternal dalam Kesehatan Reproduksi Remaja Variabel

Frekuensi

Presentase

Baik

74

74,5%

Buruk

24

25,5%

Baik

70

71,4%

Kurang

28

28,6%

98

100%

Teman Sebaya

Akses Informasi

Total

Sumber: data kuesioner 30 Januari 2019 Berdasarkan tabel 5.7 diatas dapat diketahui bahwa sebagian besar teman sebaya responen adalah baik yaitu sebanyak 74 orang atau sebanyak 74,5%. Sedangkan akses informasi sebagian besar baik yaitu sebanyak 70 orang atau 71,4% c. Distribusi Frekuensi Kesehatan Reproduksi Remaja Tabel 5.8 Distribusi Frekuensi Kesehatan Reproduksi Remaja Variabel

Frekuensi

Presentase

Sehat

73

74,5%

Tidak sehat

25

25,5%

Total

98

100%

Kesehatan Reproduksi

Sumber: data kuesioner 30 Januari 2019

79

Berdasarkan tabel 5.8 diatas dapat diketahui bahwa sebagian besar kesehatan reproduksi responden adalah sehat yaitu sebanyak 73 orang atau sebanyak 74,5%. 3. Hasil Analisa Bivariat a. Hubungan Faktor Internal (Pengetahuan) dengan Kesehatan Reproduksi Tabel

5.9

Tabulasi

Silang

Hubungan

Faktor

Internal

(Pengetahuan) dengan Kesehatan Reproduksi Tidak Sehat Pengetahuan

F

%

Kesehatan Reproduksi Sehat Jumlah F

%

F

64,7% 46

r

P

%

Rendah

15 32,6% 31

100%

Tinggi

10 19,2% 42 80,8% 32 100%

Jumlah

25 25,5% 73 74,5% 98 100%

0,129

0,169

Sumber: data kuesioner 30 Januari 2019 Tabel tersebut menjelaskan tabulasi silang menunjukkan bahwa responden sebanyak 98 orang. Didapatkan hasil bahwa sebagian besar responden pengetahuan kategori tinggi sebanyak 42 orang (80,8%) memiliki pengetahuan yang tinggi, sedangkan responden pengetahuan kategori rendah sebanyak 15 orang (32,6%) memiliki pengetahuan rendah. Hasil uji statistik Fisher’s Exact didapatkan bahwa nilai P sebesar 0,169. Karena nilai P > 0,05 maka H0 diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan yang cukup tinggi antara

80

pengetahuan dengan Kesehatan Reproduksi remaja di Pondok Pesantren Nurul Jadid Paiton Probolinggo. b. Hubungan Faktor Internal (Sikap) dengan Kesehatan Reproduksi Tabel 5.10 Hubungan Faktor Internal (Sikap) dengan Kesehatan Reproduksi Tidak Sehat Sikap

F

%

Kesehatan Reproduksi Sehat Jumlah F

%

F

63,9% 36

r

P

%

Rendah

13 36,1% 23

100%

Tinggi

12 19,4% 50 80,6% 62 100%

Jumlah

25 25,5% 73 74,6% 98 100%

0,111

0,092

Sumber: data kuesioner 30 Januari 2019 Tabel tersebut menjelaskan tabulasi silang menunjukkan bahwa responden sebanyak 98 orang. Didapatkan hasil bahwa sebagian besar responden sikap kategori tinggi sebanyak 50 orang (80,6%) memiliki sikap yang tinggi, sedangkan responden sikap kategori rendah sebanyak 13 orang (36,1%) memiliki sikap rendah. Hasil uji statistik Fisher’s Exact didapatkan bahwa nilai P sebesar 0,092. Karena nilai P > 0,05 maka H0 diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan yang cukup tinggi antara sikap dengan Kesehatan Reproduksi remaja di Pondok Pesantren Nurul Jadid Paiton Probolinggo.

81

c. Hubungan Faktor Eksternal (Teman Sebaya) dengan Kesehatan Reproduksi Tabel 5.11 Hubungan Faktor Eksternal (Teman Sebaya) dengan Kesehatan Reproduksi Tidak Sehat Teman Sebaya

F

%

Kesehatan Reproduksi Sehat Jumlah F

29,2% 17

%

F

70,8% 24

r

P

%

Buruk

7

100%

Baik

18 24,3% 56 75,5% 74 100%

Jumlah

25 25,5% 73 74,5% 98 100%

0,839

0,788

Sumber: data kuesioner 30 Januari 2019 Tabel tersebut menjelaskan tabulasi silang menunjukkan bahwa responden sebanyak 98 orang. Didapatkan hasil bahwa sebagian besar responden teman sebaya kategori baik sebanyak 56 orang (75,5%) memiliki teman sebaya yang baik, sedangkan responden teman sebaya kategori buruk sebanyak 7 orang (29,2%) memiliki teman sebaya yang buruk. Hasil uji statistik Fisher’s Exact didapatkan bahwa nilai P sebesar 0,788. Karena nilai P > 0,05 maka H0 diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan yang cukup tinggi antara teman sebaya dengan Kesehatan Reproduksi remaja di Pondok Pesantren Nurul Jadid Paiton Probolinggo.

82

d. Hubungan Faktor Eksternal (Akses Informasi) dengan Kesehatan Reproduksi Tabel 5.12 Hubungan Faktor Eksternal (Akses Informasi) dengan Kesehatan Reproduksi Tidak Sehat %

Kesehatan Reproduksi Sehat Jumlah

Akses Informasi

F

F

Kurang

4

Baik

21 30,0% 49 70,0%

Jumlah

25 25,5% 73 74,5% 98 100%

14,3% 24

%

F

85,7% 59

r

P

%

100%

0,175

0,129

39 100%

Sumber: data kuesioner 30 Januari 2019 Tabel tersebut menjelaskan tabulasi silang menunjukkan bahwa responden sebanyak 98 orang. Didapatkan hasil bahwa sebagian besar responden akses informasi kategori baik sebanyak 49 orang (70,0%) memiliki akses informasi yang baik, sedangkan responden akses informasi kategori kurang sebanyak 4 orang (14,3%) memiliki akses informasi yang kurang. Hasil uji statistik Fisher’s Exact didapatkan bahwa nilai P sebesar 0,129. Karena nilai P > 0,05 maka H0 diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan yang cukup tinggi antara akses informasi dengan Kesehatan Reproduksi remaja di Pondok Pesantren Nurul Jadid Paiton Probolinggo.

83

4. Hasil Analisa Multivariat a. Hubungan Faktor Internal (Pengetahuan dan Sikap) dengan Kesehatan Reproduksi Remaja Permodelan multivariat dilakukan dengan analisis regresi logistik ganda dengan cara memasukkan kanddidat variabel independen yang memenuhi syarat p-Wald < 0,25 ke dalam model. Adapun permodelan pertama dapat dilihat sebagai berikut: Tabel 5.13 Hubungan Faktor Internal dengan Kesehatan Reproduksi Remaja No

Variabel

B

Wald

p-Wald

OR

1.

Pengetahuan

0,509

1,051

0,305

1,663

2.

Sikap

0,708

2,044

0,153

2,029

Sumber: data kuesioner 30 Januari 2019 Berdasarkan hasil analisa tabel 5.13 menunjukkan bahwa tidak ada variabel yang p-Wald < 0,05. Hasil diatas menunjukkan kedua variabel (penegtahuan dan sikap) mempunyai nilai p-Wald > 0,05, singga dapat di simpulkan tidak ada hubungan antara pengetahuan dan sikap dengan kesehatan reproduksi remaja. b. Hubungan Faktor Eksternal (Teman Sebaya dan Akses Informasi) dengan Kesehatan Reproduksi Remaja

84

Permodelan multivariat dilakukan dengan analisis regresi logistik ganda dengan cara memasukkan kanddidat variabel independen yang memenuhi syarat p-Wald < 0,25 ke dalam model. Adapun permodelan pertama dapat dilihat sebagai berikut: Tabel 5.14 Hubungan Faktor Eksternal dengan Kesehatan Reproduksi Remaja No

Variabel

B

Wald

p-Wald

OR

1.

Teman sebaya

0,214

0,163

0,687

1,239

2.

Akses informasi

0,708

2,433

0,119

0,392

Sumber: data kuesioner 30 Januari 2019 Berdasarkan hasil analisa tabel 5. 14 menunjukkan bahwa tidak ada variabel yang p-Wald < 0,05. Hasil diatas menunjukkan kedua variabel (teman sebaya dan akses informasi) mempunyai nilai p-Wald > 0,05, singga dapat di simpulkan tidak ada hubungan antara teman sebaya dan akses informasi dengan kesehatan reproduksi remaja. c. Hubungan Faktor Deteminan dengan Kesehatan Reproduksi Remaja Permodelan multivariat dilakukan dengan analisis regresi logistik ganda dengan cara memasukkan kanddidat variabel independen yang memenuhi syarat p-Wald < 0,25 ke dalam model. Adapun permodelan pertama dapat dilihat sebagai berikut:

85

Tabel 5.15 Hubungan Faktor Deteminan dengan Kesehatan Reproduksi Remaja No

Variabel

1.

Pengetahuan

2.

Sikap

3.

Teman sebaya

4.

Akses informasi

B

Wald

p-Wald

OR

-0.518

1.020

0.313

0.596

-0.867

2.855

0.091

0.420

-0.114

0.042

0.838

0.893

3.338

0.068

3.139

1,144

Sumber: data kuesioner 30 Januari 2019 Berdasarkan hasil analisa tabel 5. 15 menunjukkan bahwa tidak ada variabel yang p-Wald < 0,05. Hasil diatas menunjukkan keempat variabel (pengetahuan, sikap, teman sebaya dan akses informasi) mempunyai nilai p-Wald > 0,05, singga dapat di simpulkan tidak ada hubungan antara pengetahuan, sikap, teman sebaya dan akses informasi dengan kesehatan reproduksi remaja. B. Pembahasan Pada penelitian ini di dapatkan hasil dari 98 responden, dalam Faktor Determinan dalam Kesehatan Reproduski pada Remaja di Pondok Pesantren Nurul Jadid Paiton Probolinggo pada Tahun 2019.

86

a. Analisis Faktor Internal (Pengetahuan dan Sikap) Kesehatan Reprodusi pada Remaja di Pondok Pesantren Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan dan sikap dengan kesehatan reproduksi remaja. Dalam uji regrsi multivariat ganda diperoleh p value 0,305 dan 0,153 yang berarti tidak didapatkan hasil yang signifikan antara variabel pengetahuan, sikap dan kesehatan reproduksi. Menurut Soekidjo Notoatmodjo pada tahun 2003 pengetahuan adalah merupakan hasil dari “tahu”, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan ini terjadi melalui panca indera manusia, yaitu indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagaian besar pengetahuan manusia di peroleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya perilaku seseorang. Pengetahuan yang mencakup didalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan, yakni : tahu, memahami, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Pengetahuan merupakana domain yang sangat penting terbentuknya sikap dan perilaku yang didasari oleh pengetahuan, kesadaran dan sikap yang positif, maka perilaku tersebut akan bersifat langsung1. Faktor-faktor perilaku yang mempengaruhi perilaku individu menurut Sunaryo dalam psikologi keperawatan tahun

1

Notoatmodjo, S. (2003). Pendidikan Dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

87

2004, menyatakan bahwa perilaku manusia tidak ada yang sama karena adanya perbedaan kepribadian yang dimilki individu yang dipengaruhi oleh aspek kehidupan. Dalam analisa ini peneliti menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara pengetahuan dan sikap dengan kesehatan reproduksi remaja dikarenakan setiap individu memiliki karakteristik minat dan kebutuhan yang dibawa oleh seseorang dalam melaksanakan tugas yang berbeda dengan yang lain. Manusia merupakan makhluk sosial yang unik sehingga mempunyai karakter yang ada pada diri seseorang baik positif maupun negatif berbeda pula dengan yang lain dan kemungkinan ada faktor lain yang mempengaruhi seperti faktor motifasi, budaya, keperibadian dan lain lain. Hal ini dapat disebabkan karena pengetahuan dapat memberikan pengaruh yang sejalan dengan perilaku yang ditimbulkan. Semakin baik pengetahuan, maka perilaku yang ditimbulkan juga semakin baik, begitu pula sebaliknya semakin kurang pengetahuan yang dimiliki maka perilaku yang ditimbulkan juga semakin mengarah ke negatif. Faktor sikaplah yang menentukan perilaku dalam kesehatan reproduksi remaja di pondok pesantren. Sikap dapat diuraikan sebagai penilaian seseorang terhadap stimulus atau objek. Sikap adalah suatu perasaan, predisposisi, atau seperangkat keyakinan yang relatif tetap terhadap suatu objek, seseorang,

88

atau suatu situasi2. Manifestasi sikap itu tidak dapat dilihat, tetapi dapat ditafsirkan lebih dulu. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang di dalam kehidupan sehari-hari merupakan suatu reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial3. b. Analisis Faktor Eksternal (Teman Sebaya dan Akses Informasi) Kesehatan Reprodusi pada Remaja di Pondok Pesantren Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan dan sikap dengan kesehatan reproduksi remaja. Dalam uji regrsi multivariat ganda diperoleh p value 0,678 dan 0,119 yang berarti tidak didapatkan hasil yang signifikan antara variabel teman sebaya, akses informasi dan kesehatan reproduksi. Kelompok sebaya ialah anak-anak atau remaja yang memiliki usia atau tingkat kematangan yang kurang lebih sama yang saling berinteraksi dengan kawan-kawan sebaya yang berusia sama dan memiliki peran yang unik dalam budaya atau kebiasaannya4. Interaksi dengan teman sebaya merupakan permulaan hubungan persahabatan yang di dalamnya terdapat

2

Asfryati. Sanusi. (2006). Gambaran karakteristik, keluarga, dan perilaku seksual santri di pesantren purba baru. J Komunikasi Penelitian;18(1):1−4.

3

Wijaya, Agustini, & MS, 2014. Pengetahuan, Sikap dan Aktivitas Remaja SMA dalam Kesehatan Reproduksi di Kecamatan Buleleng. Jurnal Kesehatan Masyarakat Kesmas 10 (1) (2014) 33-42 4 Santrock, J. W. (2003). Pengembangan Remaja. Jakarta: Erlangga.

89

hubungan timbal balik. Teman sebaya dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai “kawan, sahabat atau orang yang sama-sama bekerja dan berbuat.” Santosa berpendapat “teman sebaya adalah kelompok anak sebaya yang sukses ketika anggotanya dapat berinteraksi. Hal-hal yang dialami oleh anak -anak tersebut adalah hal yang menyenangkan saja.” Teman sebaya adalah anak-anak yang tingkat usia dan kematangan kurang lebih sama5. Teman sebaya sebagai anak yang memiliki usia dan taraf perkembangan yang sama6. Akses informasi adalah kemudahan yang diberikan kepada seseorang atau masyarakat untuk memperoleh informasi publik yang dibutuhkan7. Dalam analisa penelitian ini menyatakan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara teman sebaya dan akses informasi dengan kesehatan reproduksi dikarenakan pada setiap individu memiliki karakteristik minat dan kebutuhan yang dibawa oleh seseorang dalam berinteraksi dengan orang lain yang berbeda antara satu sama lain. Di dalam kelompok sebaya kental dengan budaya kesetiakawanan sosial, yaitu permasalahan seorang teman juga merupakan permasalahan teman yang lain. Apabila salah

5

Santrock, J. W. (2003). Pengembangan Remaja. Jakarta: Erlangga.

6

Hurlock, E. B. (1996). Psikologi Perkembangan; Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. (R. M. Sijabat, Ed.). Jakarta: Penerbit Erlangga.

7

Kominfo. (2010). Pedoman Pengelolaan Informasi dan Dokumentasi di Lingkungan Kementerian Komunikasi dan Informatika. Jakarta: KOMINFO RI Pusat Informasi dan Humas.

90

seorang dari mereka mempunyai informasi tertentu, ada keinginan agar teman sebayanya yang lain juga mengetahuinya, termasuk informasi kesehatan reproduksi dan juga seks. Edukasi teman sebaya mengenai kesehatan reproduksi remaja perlu diterapkan dalam pondok pesantren untuk peningkatan pengetahuan kesehatan reproduksi. Skrining dan konseling kesehatan reproduksi remaja harus dilakukan oleh tenaga kesehatan pada remaja di pondok pesantren8. c. Analisis Hubungan Faktor Internal dan Faktor Eksternal Dengan Kesehatan Reproduksi pada Remaja di Pondok Pesantren Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan dan sikap dengan kesehatan reproduksi remaja. Dalam uji regrsi multivariat ganda diperoleh p value yaitu didapatkan pengetahuan mengenai kesehatan reproduksi (p = 0,313), sikap mengenai kesehatan reproduksi (p = 0,091), teman sebaya menengai kesehatan reproduksi (p = 0,838), dan akses informasi mengenai kesehatan reproduksi (p = 0,068). Tetapi dilihat dari nilai Odds Ratio (OR) akses informasi mempunyai nilai yang lebih tinggi 3.139 yang menunjukkan bahwa akses informasi lebih bermakna terhadap kesehatan reproduksi remaja. Kesehatan reproduksi memang sudah ada dalam pondok pesantren

8

Mairo, Q. K. N., & dkk. (2015). Kesehatan Reproduksi Remaja Putri di Pondok Pesantren Sidoarjo Jawa Timur Reproductive Health of Adolescent Girls in Islamic Boarding School Sidoarjo East Java. Jurnal MKB , Volume 47 No. 2, Juni 2015, 47(2), 77–83.

91

dengan model yang cenderung normatif untuk kepentingan ibadah dan pelaksanaan akhlak dalam keluarga dan pergaulan, akan tetapi pemahaman rasional seperti menstruasi dan cara menjaga kebersihan organ reproduksi belum diberikan. Hal ini yang menyebabkan pengetahuan mengenai kesehatan reproduksi remaja di pondok pesantren masih rendah9. Dalam analisa ini peneliti menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara pengetahuan, sikap, teman sebaya, dan akses informasi dengan kesehatan reproduksi remaja dikarenakan setiap individu memiliki karakteristik minat dan kebutuhan yang dibawa oleh seseorang dalam melaksanakan tugas yang berbeda dengan yang lain. Manusia merupakan makhluk sosial yang unik sehingga mempunyai karakter yang ada pada diri seseorang baik positif maupun negatif berbeda pula dengan yang lain dan kemungkinan ada faktor lain yang mempengaruhi seperti faktor motifasi, budaya, keperibadian dan lain lain. Di pesantren pada umumnya pembelajaran kesehatan reproduksi sangat jarang untuk disinggung karena kebanyakan masih menganggap kesehatan reproduksi masih hal yang tabu, berbeda dengan sekolah pada umumnya yang berangggapan bahwa kesehatan reproduksi sangat berpengaruh dalam masa depan remaja tersebut.

9

Mairo, Q. K. N., & dkk. (2015). Kesehatan Reproduksi Remaja Putri di Pondok Pesantren Sidoarjo Jawa Timur Reproductive Health of Adolescent Girls in Islamic Boarding School Sidoarjo East Java. Jurnal MKB , Volume 47 No. 2, Juni 2015, 47(2), 77–83.

92

Hal yang mempengaruhi proses upaya penguatan remaja tentang kesehatan reproduksi khususnya di pesantren adalah masih kuatnya pemahaman keislaman yang menganggap proses pendidikan kesehatan reproduksi sebagai pendidikan yang mengantarkan remaja untuk melakukan perbuatan seks yang tidak bertanggung jawab, dan adanya penguatan bahwa dalam kitab-kitab fiqh sudah diajarkan tentang kesehatan reproduksi seperti masalah Haid, Istihadhah, Nifas, dan Jima’ jadi sudah dirasa cukup sehingga tidak perlu kesehatan reproduksi dan seksualitas dimasukkan ke dalam kurikulum tersendiri. Faktanya, apa yang diajarkan dalam fiqh terkait kesehatan reproduksi belum dijelaskan secara menyeluruh juga belum ditinjau dari sisi kesehatan dan hak tetapi baru dalam perspektif hukum (fiqh) yang sering kali tinjauannya lebih berperspektif patriarki (laki-laki yang punya ‘otoritas’ dalam membuat hukum/fiqh). Oleh karena itu, upaya penguatan remaja tentang kesehatan reproduksi seringkali mengalami benturan dengan pemahaman keislaman tersebut, padahal tantangan remaja di pesantren kurang lebih sama beratnya dengan remaja di luar pesantren dalam hal membendung arus informasi yang sangat terbuka yang tetap bisa diakses oleh mereka melalui media apapun. Faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya perilaku kesehatan reproduksi pada remaja yakni perubahan biologis yang terjadi pada masa pubertas dan pengaktifan hormonal. Kurangnya peran orangtua melalui komunikasi

93

antara orangtua dengan remaja seputar masalah kesehatan reproduksi dapat

memperkuat

munculnya

penyimpangan

perilaku

seksual.

Pengetahuan remaja tidak bisa disamakan dengan jenis kelamin, usia atau pendidikan remaja, melalui faktor eksternal dapat dilihat dengan pengaruh guru, orang tua, lingkungan fisik, fasilitas-fasilitas dan sarana prasarana kesehatan yang memadai. Penelitian sebelumnya menunjukkan tidak terdapat korelasi antara sumber informasi dalam perilaku kesehatan reproduksi, hal ini sejalan dengan penelitian ini. Pondok pesantren salafiyah merupakan model pondok pesantren yang tertutup dari lingkungan luar. Sumber informasi yang dapat diakses oleh remaja di pondok pesantren hanya terbatas. Mereka tidak dapat bebas melihat televisi, mendengarkan radio, ataupun mengakses internet. Sumber informasi yang dapat diperoleh adalah dari guru/ustadzah, orangtua, teman sebaya, dan kitab klasik yang diajarkan di pondok pesantren. masalah kesehatan reproduksi di pondok pesantren masih tinggi. Pengetahuan yang tinggi akan berdampak pada kesehatan reproduksi remaja di pondok pesantren. Sikap yang baik pada reproduksi akan berdampak pula terhadap baiknya kesehatan reproduksi remaja di pondok pesantren pengetahuan, sikap, teman sebaya tidak mempunyai hubungan dengan kesehatan reproduksi remaja di pondok pesantren. Akses

94

informasi merupakan faktor yang paling berhubungan dengan kesehatan reproduksi remaja di pondok pesantren10. C. Keterbatasan Peneliti a. Pengumpulan data dengan kuesioner yang di isi oleh santri atau responden sendiri memungkinkan menjawab pertanyaan tidak jujur dan di jawab sesuai dengan pemahamannya saja. b. Saat pengumpulan data responen kesulitan untuk mengisi dan kurang mengerti maksud dari pertanyaan. c. Waktu penelitian terbatas sehingga hasil penelitian yang didapat kurang sempurna

10

Mairo, Q. K. N., & dkk. (2015). Kesehatan Reproduksi Remaja Putri di Pondok Pesantren Sidoarjo Jawa Timur Reproductive Health of Adolescent Girls in Islamic Boarding School Sidoarjo East Java. Jurnal MKB , Volume 47 No. 2, Juni 2015, 47(2), 77–83.

Related Documents

Bab
April 2020 88
Bab
June 2020 76
Bab
July 2020 76
Bab
May 2020 82
Bab I - Bab Iii.docx
December 2019 87
Bab I - Bab Ii.docx
April 2020 72

More Documents from "Putri Putry"

Lampiran 8 Parameter.docx
December 2019 17
Bab V.docx
December 2019 12
Rekapitulasi Yogz.docx
June 2020 21
Tatalaksana.docx
June 2020 8