Bab Iv-v.docx

  • Uploaded by: Antonius Franklin Delano Rosevelt
  • 0
  • 0
  • April 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Bab Iv-v.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 3,113
  • Pages: 18
41

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian 1. Gambaran Tempat Penelitian a. Keadaan Geografis SMA Negeri 01 Lebong Selatan terletak di kecamatan Lebong Selatan, di Kelurahan Taba Anyar termasuk ke dalam Kabupaten Lebong Provinsi Bengkulu. Batas wilayah SMA Negeri 01 Lebong Selatan Provinsi Bengkulu sebelah timur berbatasan dengan rumah warga, sebelah Selatan berbatasan dengan pekarangan warga, sebelah barat berbatasan dengan rumah warga, dan sebelah utara berbatasan dengan jalan. SMA Negeri 01 Lebong Selatan Provinsi Bengkulu memiliki luas areal seluruhnya ± 10, 972 m². b. Keadaan Demografis SMA Negeri 01 Lebong Selatan Provinsi Bengkulu memiliki siswa sebanyak 148 dan siswi sebanyak 209. Yang terdiri dari kelas X sebanyak 114 orang, kelas XI sebanyak 103 orang, kelas XII sebanyak 140 orang. Tenaga Pengajar sebanyak 79 guru yang di pimpin oleh 1 kepala sekolah. SMA Negeri 01 Lebong Selatan Provinsi Bengkulu memiliki fasilitas ruangan diantaranya, ruang kepala sekolah 1 ruangan, ruang tata uasaha (TU) 1 ruangan, ruang guru 1 ruangan, ruang perpustakaan 1 ruangan, ruang belajar 16 kelas, ruang laboratorium 3 ruangan, 41

42

ruang komputer 1 ruangan, UKS 1 ruangan, ruang Bimbingan Konseling (BK) 1 ruangan, mushola 1, ruang OSIS 1 ruangan, dan memiliki lapangan. 2.

Jalannya Penelitian Setelah mendapatkan surat izin penelitian dari Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu (KP2T), Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu (BPMP2T) Kabupaten Lebong, Dinas Pendidikan Nasional Pemuda dan Olahraga Kabupaten Lebong, dan SMA Negeri 01 LebongSelatan Kabupaten Lebong Provinsi Bengkulu untuk melakukan penelitian, kemudian penelitian dilanjutkan dengan pengumpulan data primer dengan memberikan kuesioner kepada 100 sampel terdiri dari kelas XII.1 IPA berjumlah 20 siswa/siswi, XII.1 IPS berjumlah 20 siswa/siswi, XII.2 IPS berjumlah 20 siswa/siswi, XII.3 IPS berjumlah 20 siswa/siswi, XII.4 IPS berjumlah 20 siswa/siswiyang dilaksanakan pada tangga 20 Juli – 20 Agustus 2018di SMA Negeri 01 Lebong Selatan Provinsi Bengkulu. Pengambilan sampel pada penelitian ini digunakan dengan cara Lotre atau dengan pengambilan nomor absen seperti arisan. Setelah data dikumpulkan peneliti melakukan pengolahan data yang dimulai dari proses editing, coding, entry, hingga cleaning data. Kemudian peneliti membuat hasil penelitian serta pembahasan dari hasil penelitian tersebut, peneliti melakukan pengolahan data dengan menggunakan analisis Univariat dan Bivariat.

43

3. Hasil Analisis Data a. Analisis Univariat Analisis Univariat pada penelitian ini untuk mengetahui distribusi frekuensi dari tiap variabel penelitian yaitu variabel independen (pendidikan seks dan paparan media pornografi) dan variabel dependen (perilaku seksual remaja) sebagai berikut : 1) Gambaran Perilaku Seks Remaja di SMA Negeri 01 Lebong Selatan Kabupaten Lebong Provinsi Bengkulu. Tabel 2 Distribusi Frekuensi Perilaku Seksual Remaja di SMA Negeri 01 LebongSelatan Kabupaten Lebong Provinsi Bengkulu

No

Variabel

Frekuensi (f)

Persentase (%)

1

Tidak Baik

91

86,4 %

2

Baik

9

13,6 %

100

100 %

Jumlah

Berdasarkan tabel 2 dapat di lihat dari 100 responden terdapat 91 responden perilaku seksual tidak baik dan 9 responden perilaku seksual baik.

44

2) Gambaran Pendidikan Seks Remaja di SMA Negeri 01 Lebong Selatan Kabupaten Lebong Provinsi Bengkulu Tabel 3 Distribusi Frekuensi Pendidikan Seks Remaja di SMA Negeri 01 Lebong Selatan Kabupaten Lebong Provinsi Bengkulu No

Variabel

Frekuensi (f)

Persentase (%)

1

Kurang

79

68,2 %

2

Cukup

12

18,2 %

3

Baik

9

13,6 %

100

100 %

Jumlah

Berdasarkan tabel 3 dapat di lihat dari 100 responden terdapat 79 responden memiliki pendidikan seks kurang, 12 responden pendidikan seks cukup dan 9 responden pendidikan seks baik. 3) Gambaran Paparan Media Pornografi di SMA Negeri 01 Lebong Selatan Kabupaten Lebong Provinsi Bengkulu Tabel 4 Distribusi Frekuensi Paparan Media Pornografi di SMA Negeri 01 Lebong Selatan Kabupaten Lebong Provinsi Bengkulu

1

Terpapar

90

Persentase (%) 84,8 %

2

Tidak Terpapar

10

15,2 %

100

100 %

No

Variabel

Jumlah

Frekuensi (f)

45

Berdasarkan tabel 4 dapat di lihat dari 100 responden terdapat 90 responden terpapar media pornografi dan 10 responden tidak terpapar media pornografi. b. Analisis Bivariat 1) Hubungan

Pendidikan Seks dengan Perilaku Seksual

Remaja di

SMA Negeri 01 Lebong Selatan Kabupaten

Lebong Provinsi Bengkulu. Tabel 5 Hubungan Pendidikan Seks dengan Perilaku Seksual Remaja di SMA Negeri 01 Lebong Selatan Kabupaten Lebong Provinsi Bengkulu. Perilaku Seksual Remaja No Pendidikan Tidak Baik Seks Baik n % N %

n

2

P

C

%

1

Kurang

79 68,2 0

2

Cukup

8

12,1 4

6,1 12 18,2

3

Baik

4

6,1

7,6

Total

91 86,4 9 13,6 100 100

5

0

Total

79 68,2 9 13,6

24,487 0,00 0,520

Berdasarkan tabel 5 antara pendidikan seks dengan perilaku seksual remaja. Dapat dilihat dari 79 responden dengan pendidikan seks kurang, 79 responden dengan perilaku seksual remaja tidak baik, 0 responden dengan perilaku seksual remaja baik, dari 12 responden dengan pendidikan seks cukup, 8 responden dengan perilaku seksual remaja tidak baik, 4 responden dengan perilaku seksual remaja baik, dari 9 responden dengan pendidikan seks baik, 4 responden dengan perilaku seksual

46

remaja tidak baik, 5 responden dengan perilaku seksual remaja baik. Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen, yaitu pendidikan seks dan paparan media pornografi dengan perilaku seksual remaja. Uji statistik yang digunakan adalah Chi-Square (2) dengan tingkat kepercayaan 95% atau α = 0,05. Untuk mengetahui keeratan hubungan antara variabel maka digunakan uji statistik Contingency Coefficient (C). Dari hasil uji Chi-Square (Pearson Chi-Square) didapatkan sebesar 24,487dengan nilai p=0,00. Karena nilai p <0,05artinya ada hubungan yang signifikan antara pendidikan seks dengan perilaku seksual remaja. Hasil uji Contingency Coefficient didapat nilai C = 0,520 dengan P= 0,00< 0,05 berarti Signifikan. Nilai C= 0,520, karena nilai C = 0,520 dan Cmax= 0,707 maka hubungan tersebut dikategorikan erat.

47

2) Hubungan

Paparan Media Pornografi dengan Perilaku

Seksual Remaja di SMA Negeri 01 Lebong Selatan Kabupaten Lebong Provinsi Bengkulu Tabel 6 Hubungan Paparan Media Pornografi dengan Perilaku Seksual Remaja di SMA Negeri 01 LebongSelatan Kabupaten Lebong Provinsi Bengkulu. Perilaku seksual Remaja Paparan Tidak No Media P C 2 Baik Total Baik Pornografi N % N % n % Terpapar 1 88 81,8 2 3,0 90 84,8 2

Tidak Terpapar

3

4,5

7 10,6 10 15,2 31,792 0,00 0,570

91 86,4 9 13,6 100 100 Total Berdasarkan tabel 6 antara paparan media pornografi dengan perilaku seksual remaja. Dapat dilihat dari 91 responden terpapar media pornografi, 88 responden dengan perilaku seksual remaja tidak baik, 2 responden dengan perilaku seksual remaja baik, dari 10 responden tidak terpapar media pornografi, 3 responden dengan perilaku seksual remaja tidak

baik, dan 7 responden dengan

perilaku seksual remaja baik. Dari hasil uji Chi-square (Pearson Chi-Square) didapatkan sebesar 31,792 dengan nilai =0,00. Karena nilai p <0,05 maka artinya terdapat hubungan yang bermakna antara paparan media pornografi dengan perilaku seksual remaja. Hasil uji Contingency Coefficient didapat nilai C= 0,570 dengan p = 0,00< 0,05 berarti Signifikan. Nilai C= 0,570, karena

48

nilai C= 0,570 danCmax = 0,707 maka hubungan tersebut dikategorikan erat. B. Pembahasan 1. Gambaran

Perilaku

Seksual

Remaja

di

SMA

Negeri

01

LebongSelatan Kabupaten Lebong Provinsi Bengkulu. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat diketahui dari 100 responden terdapat 91responden perilaku seksual tidak baik dan 9 responden perilaku seksual baik. 91responden dikatakan mempunyai perilaku seksual remaja yang tidak baik karena menjawab ya salah satu ataupun keseluruhan dari pertanyaan, berpelukan, berciuman, onani, meraba payudara dan alat kelamin, bahkan ada responden yang mengaku sudah melakukan hubungan seksual. 9 respondendengan inisial AG, MR, NP, AS, NA, DM, GV, LS dan RP dikatakan mempunyai perilaku seksual remaja yang baik karena menjawab tidak dari keseluruhan pertanyaan berpelukan, berciuman, onani, masturbasi, meraba payudara dan alat kelamin. Hal ini tidak sejalan dengan penelitian Savita (2014) dengan judul Hubungan Harga Diri dengan Perilaku Seksual Siswa SMA N 1 Girimulyo Kulonprogo, hasil penelitian didapatkan distribusi frekuensi perilaku seksual siswa laki-laki SMA N 1 Girimulyo Kulonprogo menunjukkan bahwa perilaku seksual tertinggi yaitu pada kategori cukup yaitu sebanyak 29 responden.Distribusi frekuensi perilaku seksual siswa perempuan SMA N 1 Girimulyo Kulonprogo menunjukkan bahwa

49

perilaku seksual tertinggi yaitu pada kategori baik yaitu sebanyak 42 responden. 2. Gambaran Distribusi frekuensi Pendidikan Seks Remaja di SMA Negeri01 Lebong Selatan Kabupaten Lebong Provinsi Bengkulu Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat diketahui dari 100 responden terdapat 79 responden memiliki pendidikan seks kurang, 12 responden pendidikan seks cukup dan 9 responden pendidikan seks baik. 79responden dikatakan pendidikan seks kurang karena banyak dari mereka yang bahkan belum bisa membedakan pengertian dari masa pubertas dan masa remaja dan kurangnya pengetahuan tentang kesehatan reproduksi. Hal ini dikarenakan masih banyaknya orang tua yang tidak mau memberikan pelajaran tentang seks kepada anaknya karena dianggap masih tabu, selain itu kebiasaan yang masih melekat seperti membiarkan anak laki-laki dan perempuan tidur dalam satu kamar dan jugakurangnya pendidikan seks disekolah. Sebenarnya di sekolah sudah ada kegiatan PKPR untuk meningkatkan pengetahuan siswa tentang kesehatan reproduksi, tetapi PKPR hanya dijadikan sebagai kegiatan ekstrakulikuler yang hanya diikuti oleh sebagian siswa. 12 respondenpendidikan seks cukup karena mereka mendapatkan pelajaran tentang seks dari orang tuanya, dan

9 responden pendidikan seks baik karena mendapatkan

pelajaran tentang seks dari responden tuanya, guru, dan tenaga kesehatan. Hal ini tidak sejalan dengan penelitian Pratama (2014) yang hasil penelitiannyamenunjukan bahwa sebagian besar responden memiliki

50

pengetahuan baik, sebagian kecil responden memiliki pengetahuan cukup, dan tidak ada satupun responden memiliki pengetahuan kurang. Selain itu sebagian besar responden berperilaku seks tidak beresiko dan sebagian kecil responden berperilaku seks beresiko. Hasil analisa diperolehperilaku seks pranikah dipengaruhi oleh pengetahuan tentang pendidikan seks dan sisanya dipengaruhi oleh faktor lain di luar penelitian. Pada penelitian ini disimpulkan bahwa ada hubungan antara pengetahuan tentang pendidikan seks dengan perilaku seks pranikah pada remaja di SMA Pasundan 1 Bandung.maka dari itu institusi harus menyiapkan kegiatan-kegiatan yang positif bagi remaja misalnya penyuluhan tentang pendidikan seks. 3. Gambaran Distribusi Frekuensi Paparan Media Pornografi Remaja di SMA Negeri 01 Lebong Selatan. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat di ketahui dari 100 responden terdapat 91 responden terpapar media pornografi dan 9 responden tidak terpapar media pornografi, dikatakan terpapar media pornografi karena mendapatkan informasi tentang seksualitas dari media elektronik, media cetak maupun internetdan 9responden dikatakan tidak terpapar media pornografi karena semakin canggihnya teknologi yang memudahkan informasi mereka juga tidak pernah mendapatkan informasi tentang seksualitas baik dari media elektronik, media cetak maupun internet. Dari 10 responden tersebut diketahui6 orang tidak memiliki

51

telepon genggamdan 3 orang memiliki telepon genggam yang tidak bisa akses internet Selain dari media massa yang terdapat pada kuesioner ada informasi dari sekolah dan keluarga. Menurut logika tidak ada keluarga maupun sekolah yang akan memberikan informasi yang menyimpang atau salah dalam memberikan informasi tentang seksual terhadap anak maupun pelajar. Tentu saja media cetak yang diterbitkan untuk kaum dewasa terbaca atau sengaja dibaca oleh para pelajar.Media yang paling banyak memberikan paparan pada siswa yakni internet dan handphone. Saat ini sangat mudah untuk mengakses apapun dari internet dan handphone seperti mendownload ataupun hanya menonton melalui aplikasi seperti youtube dan lain sebagainya. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan olehMardyantari (2018)

yang hasil penelitian pada 3 jurnal menunjukkan bahwa ada

hubungan yang signifikan antara hubungan media pornogrfi dengan perilaku seksual pranikah pada remaja. Hal ini dibuktikan pada jurnal yang ditulis Sunarsih dkk,bahwa sebagian besar remaja putra di SMK WongsorejoGombong

terkena

frekuensi

paparan

media

pornografi.Terdapat hubungan antara frekuensi paparan media pornografi dengan frekuensi perilaku masturbasi remaja putra di SMK Wongsorejo Gombong Tahun 2010.

52

4. Hubungan Pendidikan Seks dengan Perilaku Seksual Remaja di SMA Negeri 01 Lebong Selatan Kabupaten Lebong Provinsi Bengkulu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 79 responden dengan pendidikan seks kurang dengan rincian 0responden dengan perilaku seksual remaja baik. Dari 12 responden dengan pendidikan seks cukup, dengan rincian 8 responden dengan perilaku seksual remaja tidak baik 8 responden tersebut dengan inisial AG, FA, SM, RR, HP, LS, ON dan DY mengaku diajak teman, iseng-iseng dengan bacaan di media cetak seperti tabloid dewasa dll. Kemudian 4 responden dengan perilaku seksual remaja baik, dari 9 responden dengan pendidikan seks baik, 4 responden dengan perilaku seksual remaja tidak baik dengan inisial FR, DA, RA dan DI.4responden dengan perilaku seksual remaja baik hal ini dengan alasan 4 responden tersebut diajak teman, iseng-iseng dengan bacaan di media cetak seperti tabloid dewasa dll. Untuk mengetahui hubungan pendidikan seks dengan perilaku seksual remaja digunakan uji. Dari hasil uji didapatkan sebesar 24,487. Karena nilai p <0,05 berarti signifikan maka Ho ditolak dan Ha diterima jadi terdapat hubungan yang signifikan antara pendidikan seks dengan perilaku seksual remaja, hal ini dikarenakan pendidikan seks yang didapatkan oleh remaja berusaha menempatkan pada perspektif yang tepat

53

dan mengubah anggapan negatif tentang seks dan dapat menghindari perilaku seksual yang tidak baik. Namun berdasarkan hasil penelitian dari 9 responden dengan pendidikan seks baik terdapat 4 responden berperilaku tidak baik dan 5 responden berperilaku baik, faktor lain yang mempengaruhi perilaku adalah meningkatnya libido, tabu larangan, pengaruh kelompok sebaya. Pendidikan seks dengan perilaku seksual erat hubungannya karena pemberian informasi yang baik tentang masalah seks pada remaja sangatlah penting, dan itu merupakan kewajiban responden tua agar anaknya terhindar dari perbuatan yang melanggar norma agama dalam masyarakat. Pada masa remaja tingkat seksualitas sangat tinggi karena didukung adanya faktor pubertas, maka dari itu sebaiknya, masalah tentang pendidikan seksual diberikan sedini mungkin terhadap anak-anak kita tanpa mereka harus tahu dari informasi dan sumber yang membuat merekan

akan

berbuat

hal

yang tidak

diinginkan.Dari

hasiluji

didapatkanhubungan tersebut dikategorikan erat. Hasil penelitian ini juga didukung oleh penelitian yang dilakukan Goeslinda (2013), yang menyatakan bahwa ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan siswa tentang pendidikan seks terhadap persepsi mengenai perilaku seksual remaja. Hal ini menunjukkan bahwa pengetahuan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi persepsi siswa dengan perilakunya. Dengan adanya pengetahuan yang baik akan mendorong perubahan persepsi dan perilaku kearah yang positif terhadap

54

perkembangan remaja ke arah yang lebih baik sesuai dengan tahap perkembangannya, kurangnya pengetahuan siswa tentang pendidikan seksual akan membuat remaja mencari tahu sendiri. 5. Hubungan Paparan Media Pornografi dengan Perilaku Seksual Remaja di SMA Negeri 01 Lebong Selatan Kabupaten Lebong Provinsi Bengkulu. Berdasarkan tabel 6 antara paparan media pornografi dengan perilaku seksual remaja. Dapat dilihat dari 91 responden terpapar media pornografi, 88 responden dengan perilaku seksual remaja tidak baik, 2 responden dengan perilaku seksual remaja baik, dari 10 responden tidak terpapar media pornografi, 3 responden dengan perilaku seksual remaja tidak baik, dan 7 responden dengan perilaku seksual remaja baik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 90 responden terpapar media pornografi, 88 responden dengan perilaku seksual remaja tidak baik, 2 responden dengan perilaku seksual remaja baik. Lalu, dari 10 responden tidak terpapar media pornografi, 3 responden dengan perilaku seksual remaja tidak baik, dan 7 responden dengan perilaku seksual remaja baik, hal ini 3 responden yang tidak terpapar adalah FA, FK dan SO. 3 responden yang tidak terpapar namun memiliki perilaku seksual yang tidak baik ini dikarenakan diajak oleh pacarnya untuk melakukan hal-hal yang negatif dan ke 3 responden tersebut adalah perempuan. Hal ini menunjukkan kurangnya benteng diri dari responden tersebut. 2 responden dengan paparan media pornografi namun berperilaku baik hal ini dikarenakan 2 responden tersebut memiliki banyak teman yang

55

melakukan kegiatan yang positif serta mendekatkan diri kepada Tuhan YME. Untuk mengetahui hubunganpaparan media pornografi dengan perilaku seksual remaja digunakan uji Chi-Square (Pearson Chi-Square). Dari hasil uji didapatkan hubungan yang signifikan antara paparan media pornografi dengan perilaku seksual remaja.Hasil uji menunjukkan hubungan tersebut dikategorikan erat. Paparan media pornografi dengan perilaku seksual sangat erat hubungannya karena dengan semakin berkembangnya teknologi yang menyebabkan remaja memiliki peluang lebih besar mengakses media pornografi, efek yang dirasakan responden yang menyaksikan atau membaca

MMSM

mengkomsumsi

adalah

MMSM

terbangkitnya

terus-menerus

dorongan

seksual,

mengakibatkan

dorongan

hasratnyapun akan menjadi besar. Anak yang sudah kecanduan pornografi tidak akan bisa mengontrol perilaku seksnya. Hal-hal yang bisa dilakukan untuk menghindari seks bebas antara lain yang pertama untuk keluarga: (1) Batasi waktu anak untuk keluar rumah. Waktu bermain memang perlu bagi remaja, namun orang tua perlu membuat aturan kapan anak pergi dan pulang terutama pada waktu malam hari

supaya

anak

paham

bahwa

orang

tua

memperhatikan

keberadaannya.(2) Hindari lingkungan yang buruk. Pantaulah dengan siapa anak bergaul, bagaimanapun teman memiliki pengaruh yang sangat besar dalam pergaulan. (3) Tanamkan pada diri anak untuk melakukan hal yang positif bagi masa depannya. Membiarkan anak terlalu bebas dengan

56

waktu luangnya cenderung menjadikan anak berbuat seenaknya sendiri. (4) Beri tahu anak tentang dampak pacar an, kehamilan dini dan penyakit HIV/AIDS apabila terlibat seks bebas. (5) Cobalah untuk mengadakan pendekatan dengan guru misalnya untuk razia hp yang ada gambar/film porno sehingga anak tahu bahwa ada pengawasan dari sekolah. (6) Dekatlah dengan anak misalnya cerita saat pulang sekolah, atau ketika anak punya masalah sehingga anak percaya kepada orangtuanya. (7) Dampingi anak saat bermasalah dan berikanlah waktu yang cukup buat remaja sehingga anak merasa lebih nyaman di rumah ketimbang di luar rumah. Kemudian dari sekolah sebaiknya mampu menjaga keimanan, perbanyak membaca Al Quran, kurangi konsumsi kebaratan, kurangi menonton tv yang tidak bermanfaat, jauhi hal-hal yang membawa keburukan, perbanyak informasi mengenai bahaya pergaulan bebas, lakukan hal yang positif, jangan biarkan fikiran kosong, tegakkan hukum, akrablah dengan orang tua, cari lingkungan yang baik, jangan pacaran, jangan berkata kotor.

57

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan analisis tentang hubungan pendidikan seks dan paparan media pornografi dengan perilaku seksual remaja kelas XI siswa-siswi di SMA Negeri 01 Lebong Selatan Kabupaten Lebong Provinsi Bengkulu dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Dari 100 remaja di SMA Negeri 01 Lebong Selatan Kabupaten Lebong Provinsi Bengkulu terdapat 90 responden yang mempunyai perilaku seksual remaja tidak baik dengan persentase (86,4 %). 2. Dari 100 remaja di SMA Negeri 01 Lebong Selatan Kabupaten Lebong Provinsi Bengkulu terdapat 79 responden mendapatkan pendidikan yang kurang tentang pendidikan seks dengan persentase (68,2%). 3. Dari 100 remaja di SMA Negeri 01 Lebong Selatan Kabupaten Lebong Provinsi Bengkulu terdapat 90 responden yang terpapar media pornografi dengan persentase (86,8 %). 4. Ada hubungan yang bermakna antara pendidikan seks dengan perilaku seksual remaja di SMA Negeri 01 Lebong Selatan Kabupaten Lebong Provinsi Bengkulu dengan kategori hubungan erat. 5. Ada hubungan yang bermakna antara paparan media pornografi dengan perilaku seksual remajadi SMA Negeri 01 Lebong Selatan Kabupaten Lebong Provinsi Bengkulu dengan kategori hubungan erat.

57

58

B. Saran 1. SMA Negeri 01 Lebong Selatan Kabupaten Lebong Provinsi Bengkulu Diharapkan bagi SMA Negeri 01 Lebong Selatan Kabupaten Lebong Provinsi Bengkulu agar dapat melakukan kerja sama dengan organisasi kesehatan atau perguruan tinggi kesehatan dalam memberikan penyuluhan yang barkaitan dengan bahayanya melakukan hubungan seksual di luar nikah, meningkatkan kegiatan PKPR disekolah dan menjadikannya kegiatan yang wajib diikuti siswa-siswi, serta melakukan peningkatan pengawasan terhadap siswa-siswi, seperti diadakannya razia handphone dan bacaan siswa-siswi. 2. Bagi Akademik Diharapkan dengan adanya penelitian ini dapat menjadi masukan bagi mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Tri Mandiri Sakti Bengkulu pada umumnya, dan khususnya jurusan Kebidanan dalam memberikan bimbingan dan konseling pada remaja mengenai kesehatan reproduksi dengan baik dan benar. 3. Bagi Peneliti Lain Diharapkan penelitian ini dapat menjadi bahan masukan dalam melakukan penelitian yang akan datang yang berkaitan dengan penelitian ini agar penelitian selanjutnya dapat lebih baik dan diharapkan dapat meneliti dengan metode, variabel lain seperti pengetahuan dan sosial budaya serta sudut pandang yang berbeda, sehingga didapatkan hasil penelitian yang lebih luas dan lebih baik lagi.

Related Documents

Bab
April 2020 88
Bab
June 2020 76
Bab
July 2020 76
Bab
May 2020 82
Bab I - Bab Iii.docx
December 2019 87
Bab I - Bab Ii.docx
April 2020 72

More Documents from "Putri Putry"

Jurnal Fix.docx
April 2020 12
Bab Iv-v.docx
April 2020 16
Kuesioner Ok.docx
April 2020 32
Jurnal Ikhsan.docx
April 2020 13
Abstrak.docx
December 2019 13