BAB III RANCANGAN UMUM 3.1 Perhitungan Jumlah Alat Plambing Hotel terdiri dari 4 lantai dengan tinggi tiap-tiap lantai adalah 3,5 dan 4,5 m (termasuk plafon 0,7 m) dan basement terletak 2,5 m di bawah permukaan tanah. Dalam perancangan suatu sistem plambing gedung hal yang harus dilakukan sebelum melakukan perancangan adalah mengevaluasi jumlah alat plambing berdasarkan jenis dan jumlah pengguna gedung sesuai dengan SNI 03-6481-2000. Kemudian, menentukan semua jenis sistem yang akan dipakai dalam sistem plambing tersebut. Rancangan umum tersebut dibuat dengan berdasarkan fungsi atau kegunaan gedung secara umum. Jumlah alat plambing yang akan digunakan dihitung berdasarkan jumlah penghuni bangunan dan jenis gedung. Penaksiran jumlah penghuni dihitung berdasarkan luas efektif ruangan dan kepadatan ruangan (beban penghuni). Rasio efektif merupakan perbandingan luas lantai efektif dengan luas lantai total. Luas efektif didapatkan dari hasil perkalian rasio efektif dengan luas ruangan. Rasio efektif untuk hotel adalah 53-55% (Noerbambang dan Morimura, 2000). Kepadatan ruangan (beban penghuni) masing-masing ruangan diperoleh dari KEPMEN PU No.10/Kpts/2000, sedangkan untuk ruangan yang tidak terdapat dalam KEPMEN PU No.10/Kpts/2000 dilakukan pendekatan sesuai jenis dan kegiatan dalam ruangan tersebut. Jumlah pengguna didapatkan dari membagi luas efektif ruangan dengan beban penghuninya. 3.2 Rancangan Garis Besar Sistem Plambing Perancangan sistem plambing gedung Hotel ini didasarkan pada gambar perencanaan arsitek. Sistem plambing yang akan dirancang meliputi sistem penyediaan air bersih (sistem penyediaan air dingin dan air panas), sistem penyaluran air buangan (sistem penyaluran air bekas, air kotor dan air hujan) dan sistem pencegahan kebakaran. 3.2.1 Sistem Penyediaan Air Bersih 1. Sumber Air Sumber air bersih yang digunakan pada gedung ini berasal dari Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kota Padang. Kualitas air harus memenuhi persyaratan baku mutu untuk air baku sesuai Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 492/MENKES/PER/IV/2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum. 2. Sistem penyediaan air bersih Sistem penyediaan air bersih dirancang menggunakan sistem tangki atap, dimana air dari PDAM ditampung terlebih dahulu di tangki bawah kemudian dipompakan ke tangki atas. 3. Sistem Pengaliran Sistem pengaliran air bersih yang digunakan adalah sistem pengaliran ke bawah. Sistem ini dipilih karena dapat menghemat pipa yang digunakan dibandingkan dengan penggunaan sistem pengaliran ke atas. Pada sistem ini pipa pengaliran dapat langsung dicabangkan pada plafon lantai teratas gedung, kemudian pipa turun ke alat plambing. 4. Tangki penyediaan air bersih Tangki yang digunakan pada sistem penyediaan air bersih terdiri atas tangki bawah dan tangki atas. Tangki bawah diletakkan dibawah permukaan tanah sejajar dengan basements dan tangki atas diletakkan di rooftop Hotel. Tangki bawah berfungsi menyimpan air untuk memenuhi kebutuhan air selama sehari dan tangki atas berfungsi untuk menampung kebutuhan puncak. Untuk menaikkan air dari tangki bawah ke tangki atas digunakan sistem pompa yang bekerja secara otomatis.
5. Pompa Jenis pompa air bersih yang direncanakan untuk menaikkan air dari tangki bawah ke tangki atas adalah pompa sentrifugal. Pompa ini dipilih karena konstruksinya sederhana, mudah dalam pengoperasian, perawatan dan perbaikan bila terjadi kerusakan, dan harganya lebih murah. Pompa transmisi air bersih yang digunakan berjumlah 2 unit dimana 1 pompa beroperasi dan 1 pompa cadangan. Hal ini dilakukan untuk menjaga agar suplai air bersih dari tangki bawah ke tangki atas dapat terus kontinu tanpa mengalami gangguan teknis. Pompa dilengkapi detektor yang bekerja secara otomatis apabila air dalam tangki atas mencapai ketinggian minimum. Untuk distribusi air bersih pada lantai 4 digunakan pompa booster. Penggunaan pompa booster ini karena tekanan air pada alat plambing lantai tersebut tidak mencukupi jika dialirkan secara gravitasi. Penggunaan pompa booster dapat memberikan tekanan yang cukup pada alat plambing. 3.3.2 Penyediaan Air Panas Dalam perancangan sistem penyediaan air panas hal-hal yang perlu diperhatikan antara lain jenis gedung dan kegunaan gedung. Penyediaan air panas meliputi: sumber air panas, instalasi penyediaan dan cara pemanasan. 1. Sumber air Sumber air untuk sistem penyediaan air panas diambil dari tangki atas air bersih. 2. Instalasi penyediaan air panas Instalasi penyediaan air panas yang digunakan dalam perancangan yaitu instalasi sentral. Instalasi sentral digunakan pada Basement, lantai1, lantai 2, lantai 3 dan lantai 4. Instalasi sentral ini dipilih karena alat plambing yang menggunakan air panas jumlahnya banyak. Alat pemanas diletakkan pada lantai teratas gedung. Alat-alat plambing yang direncanakan menggunakan air panas adalah shower, sink, bath tube dan lavatory. 3. Cara pemanasan Cara pemanasan yang dipilih dalam perancangan sistem ini yaitu pemanasan langsung karena efisiensinya lebih tinggi. Cara pemanasan yang digunakan adalah pemanasan langsung, dimana air dipanaskanoleh dinding ruang ketel dan kemudian didistribusikan. Proses pemanasan langsung ini seluruhnya terjadi secara konveksi. 3.3.3 Sistem Penyaluran Air Buangan Sistem penyaluran air buangan terdiri dari sistem penyaluran air kotor, air bekas, sistem ven dan sistem penyaluran air hujan. 3.3.3.1 Sistem Penyaluran Air Kotor dan Air Bekas Sistem penyaluran air buangan dirancang menggunakan sistem terpisah dimana air kotor dan air bekas masing-masing disalurkan dengan pipa secara terpisah. Sistem terpisah dipilih untuk mencegah terjadinya gangguan pada kinerja alat plambing. Jika salah satu pipa mengalami penyumbatan, maka gangguan tidak terjadi pada keseluruhan alat plambing. Selain itu, sistem ini dipilih agar kapasitas tangki septik yang dibutuhkan menjadi lebih kecil karena beban pengolahan lebih kecil bila dibanding dengan sistem tercampur. Namun sistem ini lebih mahal karena menggunakan lebih banyak pipa dibandingkan dengan sistem tercampur. Sistem pengaliran air buangan yang digunakan adalah sistem pengaliran secara gravitasi dan dengan sistem pompa. Air kotor dan air bekas yang berasal dari lantai tujuh hingga lantai satu akan dialirkan secara gravitasi. Air kotor dialirkan menuju tangki septik dan air bekas dialirkan III-2
menuju bidang resapan. Disamping itu, air kotor dari lantai basement dan dikumpulkan terlebih dahulu pada sumur pengumpul air kotor (sewage pit air kotor), kemudian dialirkan ke tangki septik sebelum dialirkan ke bidang resapan. Sedangkan air bekas dari lantai basement juga ditampung terlebih dahulu pada sumur pengumpul air bekas (sewage pit air bekas), kemudian dialirkan ke bidang resapan. Pengumpulan air buangan pada sumur pengumpul masing-masing dikarenakan pengaliran air buangan dari shaft ke tangki septik pada lantai basement tidak dapat dilakukan secara gravitasi. Hal ini terkait dengan kondisi gedung Hotel Horizon yang mempunyai basement dengan elevasi yang sama dengan tangki septik. Kesamaan elevasi basement dengan tangki septik ini mengakibatkan air tidak dapat dialirkan secara gravitasi karena tidak ada kemiringan. Sehingga air buangan tersebut harus dipompakan dari sumur pengumpulnya ke tangki septik atau bidang resapan. Disamping air kotor dan air bekas, pada gedung ini juga terdapat penggunaan sink. Sink merupakan alat plambing yang berpotensi untuk menghasilkan air buangan dengan kandungan lemak dan minyak yang tinggi. Hal ini dikarenakan aktivitas-aktivitas seperti mencuci piring. Air buangan dengan kandungan minyak dan lemak yang tinggi dapat mengakibatkan penyumbatan atau gangguan lainnya pada pipa. Oleh karena itu sink perlu dilengkapi dengan bak penangkap lemak (grease trap) untuk menyisihkan lemak dan minyak dari air buangannya sebelum masuk ke bidang resapan. Jenis grease trap yang digunakan adalah grease trap komunal yang diletakkan di bagian bawah sink. Pemilihan jenis ini disebabkan karena jarak antar sink saling berdekatan. Grease trap yang digunakan pada gedung ini direncanakan menggunakan buatan pabrik yang telah tersedia di pasaran. 3.3.3.2 Sistem Vent Penggunaan jenis sistem ven tergantung dari perletakan alat plambing dan pipa pembuangan itu sendiri. Jenis sistem ven yang digunakan dalam perancangan yaitu sistem ven tunggal dan sistem ven lup. Jenis ven tunggal dipakai karena dapat mencegah hilangnya sekat air dan efek sifon yang digunakan pada lavatory dan sink. Sedangkan ven lup digunakan karena dapat menghemat penggunaan pipa. 3.3.3.3Sistem Penyaluran Air Hujan Dalam sistem pengaliran air hujan yang harus diperhatikan adalah curah hujan lokal, luas tangkapan hujan, arah aliran air dan tempat pembuangannya. Air hujan dialirkan melalui sistem pembuangan yang terpisah dari sistem pembuangan air bekas dan air kotor yaitu melalui saluran air hujan berupa talang atap dimana air hujan dari atap akan jatuh ke talang atap kemudian akan mengalir ke pipa tegak air hujan menuju saluran drainase di sekitar gedung. Apabila sistem air buangan dengan air hujan digabung, kemungkinan air hujan akan mengalir balik dan masuk ke dalam alat plambing terendah dalam sistem tersebut bila saluran tersumbat. 3.3.4 Sistem Pencegahan Kebakaran Berdasarkan SNI 03-3989-2000, hotel digolongkan ke dalam hunian bahaya kebakaran ringan. Sedangkan jika dilihat dari tinggi dan jumlah lantainya maka dapat diklasifikasikan dalam klasifikasi D. Sistem pencegahan bahaya kebakaran direncanakan menggunakan sistem kombinasi antara sistem pipa tegak dan slang kebakaran dengan sistem sprinkler dimana pipa tegak untuk memasok air ke slang kebakaran terpisah dengan pipa tegak sprinkler. Sistem ini dipilih untuk mencegah adanya perbedaan tekanan yang besar oleh masing-masing sistem dan apabila salah satu pipa tegak diperbaiki maka sistem pipa tegak lain masih dapat beroperasi. Selain itu juga untuk meningkatkan faktor keamanan pada gedung ini apabila terjadi kebakaran karena tidak tertutup kemungkinan terjadinya kerusakan pada salah satu sistem sehingga tidak dapat bekerja dengan baik pada saat terjadi kebakaran.
III-3
1. Sumber air Sumber air untuk sistem pencegahan bahaya kebakaran sama dengan sumber air yang digunakan untuk air bersih. 2. Tangki air Tangki penyediaan air untuk sistem pencegahan bahaya kebakaran dirancang tergabung dengan tangki penyediaan air bersih gedung dengan pertimbangan lebih ekonomis dan mudah perawatannya jika dibandingkan dengan sistem terpisah. 3. Sistem pengaliran Sistempengaliran yang direncanakan yaitu sistem pengaliran bertekanan dengan menggunakan pompa karena tangki penyediaan air untuk sistem pencegahan bahaya kebakaran digabung dengan tangki bawah penyediaan air bersih. 4. Sistem pipa tegak dan slang kebakaran Tipe sistem pipa tegak yang digunakan adalah pipa tegakbasah-otomatik. Sistem ini mudah dan cepat dalam mengatasi bahaya kebakaran karena selalu ada pasokan air dalam jaringan pipa dan dioperasikan secara otomatik. Sedangkan kelas sistem pipa tegak yang dipilih yaitu kelas II karena dapat digunakan terutama oleh penghuni bangunan atau oleh petugas pemadam kebakaran selama tindakan awal. 5. Sprinkler Sprinkler yang digunakan yaitu jenis kepala sprinkler otomatis lengkap dengan glass bulb dengan tingkat kepekaan suhu 68oC, warna cairan dalam gelas: merah pada ruangan lepas. Untuk dapur digunakan jenis kepala sprinkler dengan tingkat kepekaan suhu 79oC, dan warna cairan dalam gelas: kuning. Sistem yang dipakai adalah sistem pipa basah. Sistem ini dipilih karena terdapat pasokan air dalam jaringan pipa sehingga penanganan terhadap bahaya kebakaran lebih mudah dan cepat. 6. Pompa Pompa yang digunakan untuk sistem pencegahan bahaya kebakaran adalah: a. Pompa utama/Pompa Listrik (electric pump) Tenaga listrik untuk menjalankan pompa harus dari aliran listrik yang dapatdiandalkan,sebaiknya aliran listrik dari pembangkit listrik tenaga diesel yangdisediakan khusus. Apabila listrik kota dapat diandalkan, kebutuhan listrik untuk pompa kebakaran dapat dipenuhi oleh aliran listrik kota. Daya listrik yang tersedia harus menjamin tenaga listrik yang dibutuhkan untuk menjalankan pompa setiap saat. Tiap tombol listrik yang melayani pompa kebakaran harus diberi tanda dengan jelas yang bertuliskan “ POMPA KEBAKARAN JANGAN DIMATIKAN WAKTU KEBAKARAN “. Lampu tanda harus dipasang untuk menyatakan bahwa ada aliran listrik. Lampu tanda harus dipasang di dekat pompa sedemikian rupa, sehingga mudah dilihat oleh operator. Tanda yang dapat dilihat dan didengar untuk memberi peringatan apabila aliran listrikterputus harus dipasang pada panel start motor listrik pompa. Aliran listrik untuk tanda dimaksud harus dari aliran listrik lain yang melayani motor listrik. Apabila aliran listrik dari aki, maka aki harus dilengkapi dengan alat pengisi aki yang selalu mengisi setiap saat. Sekering berkapasitas tinggi harus dipasang untuk : 1) Melindungi kabel-kabel listrik yang disambung ke motor listrik. 2) Melindungi motor listrik sesuai dengan standar yang berlaku. b. Pompa Diesel (Diesel Pump) III-4
Pompa dengan motor diesel disambung dengan kopling yang memungkinkan masingmasing bagian dapat dilepas secara tersendiri. Ventilasi yang cukup harus diusahakan dalam ruang diesel untuk mengurangi panas dan memberikan aliran udara. Mesin yang digunakan harus dari jenis motor diesel dengan injeksi langsung yang dapat dijalankan tanpa menggunakan sumbu, busi pemanas, eter atau letupan. Kapasitas penuh harus dapat dicapai dalam waktu 15 detik sejak start. Penggunaan super charger atau turbo charger dengan pendingin udara atau air diperbolehkan. Pompa diesel harus dapat bekerja terus-menerus pada beban penuh untuk waktu 6 jam dan harus dilengkapi dengan alat pengatur kecepatan, dalam jangkauan 4,5% dari nilaikecepatan yang ditentukan pada keadaan nilai beban permulaan sampai beban penuh. Alat untuk mematikan mesin harus dilengkapi dengan alat manual dan kembali pada keadaan siap start secara otomatis. Tangki bahan bakar motor diesel harus dibuat dari baja yang di las. Tangki harus dipasang lebih tinggi dari pompa bahan bakar (pompa injeksi diesel) untuk dapat mengalirkan secara gravitasi. Pada tangki harus dipasang alat yang dapat menunjukkan isi bahan bakar. Kapasitas tangki harus mampu melayani motor yang bekerja pada beban penuh. c. Jockey pump berfungsi untuk menstabilkan tekanan dalam pipa jika terjadi penurunan tekanan dalam pipa pencegah bahaya kebakaran.
III-5