Bab Ii.docx

  • Uploaded by: Aisyah Pratiwi
  • 0
  • 0
  • November 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Bab Ii.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 1,954
  • Pages: 7
Bab II Pembahasan 1. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif : Tipe Group Investigation Slavin (2005:215), mengemukakan bahwa kelas adalah sebuah tempat kreatifitas kooperatif dimana guru dan murid membangun proses pembelajaran yang didasarkan pada perencanaan mutual dari berbagai pengalaman, kapasitas, dan kebutuhan mereka masingmasing. Partisipasi aktif siswa sangat penting, terutama untuk membuat keputusan yang menentukan tujuan terhadap apa yang mereka kerjakan. Pada proses ini kelompok dijadikan sebagai sarana sosial untuk menentukan tujuan. Slavin (2005:215), menjelaskan bahwa rencana kelompok adalah salah satu metode untuk mendorong keterlibatan maksimal para siswa. Beberapa tipe pembelajaran kooperatif dirancang sedemikian rupa sehingga siswa mendapatkan peran khusus dalam menyelesaikan seluruh tugas dan mempertanggungjawabkan peran khusus tersebut dalam kelompoknya. Tipe pembelajaran seperti ini adalah group investigation. Investigasi atau penyelidikan merupakan kegiatan pembelajaran yang memberikan kemungkinan bagi siswa untuk mengembangkan pemahaman siswa melalui berbagai kegiatan dan hasil yang diharapkan sesuai dengan perkembangan yang dilalui siswa. Jadi investigasi adalah proses penyelidikan yang dilakukan seseorang, dan mengkomunikasikan hasil penyelidikannya, serta dapat membandingkannya dengan orang lain, karena dalam investigasi hasil pemecahan masalah lebih dari satu. Kegiatan diskusi di kelas akan menghasilkan berbagai alternatif jawaban dan argumentasi yang berdasar pada pengalaman siswa. Group investigation (investigasi kelompok) adalah model belajar kooperatif yang menempatkan siswa ke dalam kelompok secara heterogen dilihat dari perbedaan kemampuan dan latar belakang yang berbeda baik dari segi gender, etnis, dan agama untuk melakukan investigasi terhadap suatu topik (Eggen dan Kauchak dalam Harisantoso, 2005:2). Sedangkan menurut Sharan (dalam Slavin, 1995:11), group investigation merupakan suatu perencanaan pengorganisasian kelas secara umum dimana siswa bekerja dalam kelompok kecil mengutamakan kooperatif inkuiri, diskusi kelompok, dan perencanaan kooperatif dan proyek. Hal yang membedakan group investigation dengan tipe pembelajaran kooperatif lainnya adalah group investigation melibatkan kemampuan para siswa untuk mempelajari melalui investigasi atau penyelidikan. Menurut Thelen (dalam Sumarsih, 2003:12), berpendapat bahwa pembelajaran akan lebih aktif bila siswa dilibatkan dalam mencari dan menyelesaikan berberapa pertanyaan atau masalah. Selain itu pembelajaran lebih bermakna ketika diikuti dalam konteks sosial dan group investigation memberikan kesempatan pada peserta didik untuk mengikuti pertanyaan bermakna dalam kelompok dan teman sebayanya. Belajar bermakna akan mempermudah pemahaman siswa karena siswa dilatih untuk menangkap setiap informasi yang diperoleh kemudian dikaitkan dengan konsep-konsep yang dimiliki sebelumnya sehingga dapat mencapai tujuan yang diharapkan.

Menurut Winataputra (1994:34-35), di dalam model group investigation terdapat tiga konsep utama yaitu sebagai berikut. a. Penelitian (inquiry) Penelitian adalah proses dimana siswa dirangsang dengan cara menghadapkannya pada masalah. Pada proses ini siswa memasuki situasi dimana mereka memberikan respon terhadap masalah yang mereka rasakan perlu dipecahkan. Masalah itu sendiri dapat timbul dari siswa atau diberikan oleh pengajar. b. Pengetahuan (knowledge) Pengetahuan adalah pengalaman yang tidak dibawa lahir tapi diperoleh dari individu melalui dan dari pengalamannya secara langsung maupun tidak langsung. c. Dinamika belajar kelompok (the dynamics of the learning group) Dinamika kelompok menunjuk pada suasana yang menggambarkan sekelompok individu saling berinteraksi mengenai sesuatu yang sengaja dilihat atau dikaji bersama. Dalam interaksi ini melibatkan berbagai ide dan pendapat serta saling tukar pengalaman melalui proses saling berargumentasi. Guru bertindak sebagai fasilitator ketika investigasi kelompok diterapkan. Guru berkunjung pada masing-masing kelompok, melihat bahwa siswa mampu mengatur kerja mereka, membantu menyelesaikan kesulitan-kesulitan yang mereka hadapi dalam interaksi kelompok dan juga pelaksanaan tugas-tugas khusus yang berkaitan dengan topik permasalahan yang diberikan. Group investigation harus disesuaikan dengan pengetahuan yang dimiliki siswa sedangkan dalam kegiatan kelompok hendaknya guru memberikan pengarahan yang seminimal mungkin agar siswa lebih aktif dan dapat mengembangkan kreativitasnya. 2.Unsur-unsur

model group investigation adalah sebagai berikut.

1. Sintakmatik Menurut Slavin (2005:218-220), dalam group investigation, siswa bekerja melalui enam tahapan yaitu sebagai berikut. 1) Tahap 1: mengidentifikasi topik dan mengorganisasi siswa dalam kelompok dapat dijelaskan sebagai berikut. 1. 2. 3. 4.

Siswa membaca sepintas sumber, tujuan topik, dan mengkategorikan saran. Siswa bersama-sama kelompok mempelajari topik yang ditentukan. Komposisi kelompok didasarkan pada minat dan keheterogenan. Guru membantu dalam pengorganisasian pengumpulan informasi dan fasilitas.

2) Tahap 2: merencanakan tugas yang akan dipelajari Secara bersama-sama anggota kelompok merencanakan tugas belajar, yaitu dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut: Apa yang kita pelajari? Bagaimana kita belajar? Siapa yang melakukan apa (pembagian tugas)? Untuk tujuan atau sasaran apa kita menginvestigasi topik ini? 3) Tahap 3: melakukan investigasi dapat dijelaskan sebagai berikut. a) Siswa dalam kelompok mengumpulkan informasi, menganalisa data, dan mencapai kesimpulan.

b) Masing-masing anggota kelompok memberikan kontribusi pada usaha kelompok. c) Masing-masing anggota kelompok mempertukarkan, mendiskusikan, mengklarifikasi, dan mensintesis ide-ide.

4) Tahap 4: mempersiapkan laporan akhir dapat dijelaskan sebagai berikut. 1. Anggota kelompok menentukan informasi esensial dari proyek mereka. 2. Anggota kelompok merencanakan apa yang akan mereka laporkan dan bagaimana mereka akan membuat presentasi mereka. 3. Kelompok mewakili bentuk suatu komite pelaksana untuk mengkoordinasikan rencana presentasi. 5) Tahap 5: mempresentasikan laporan akhir dapat dijelaskan sebagai berikut. 1. Presentasi dibuat untuk seluruh kelas dalam berbagai bentuk. 2. Bagian dari presentasi secara aktif melibatkan pendengar. 3. Pendengar mengevaluasi kejelasan, dan mempertimbangkan presentasi sesuai dengan kriteria yang ditentukan sebelumnya oleh seluruh kelas. 6) Tahap 6: evaluasi dapat dijelaskan sebagai berikut a) Siswa memberikan umpan balik tentang topik permasalahan yang telah diselesaikan, yaitu tentang apa yang mereka kerjakan, dan tentang pengalaman afektif mereka. b) Guru dan siswa bekerjasama dalam mengevaluasi belajar siswa. c) Penilaian belajar harus mengevaluasi tingkat pemikiran yang lebih tinggi.

2. Sistem sosial Sistem sosial yang berlaku dalam model ini adalah pembentukan kelompok dengan kondisi siswa yang heterogen dan demokratis. Siswa diberikan kebebasan untuk mengungkapkan pendapatnya dalam diskusi terbuka. Selain itu siswa juga diajarkan untuk berani mengemukakan pendapatnya di hadapan umum. 3. Prinsip reaksi Pengajar lebih berperan sebagai fasilitator dan konselor yang memberikan kritik yang bersahabat. Dalam kerangka ini pengajar seyogyanya membimbing dan mencerminkan kelompok melalui tiga tahap dapat dijelaskan sebagai berikut. a) Tahap pemecahan masalah, berkenaan dengan proses menjawab pertanyaan, apa yang menjadi hakikat dan fokus masalah. b) Tahap pengelolaan kelas, berkenaan dengan cara mengorganisasi kelompok agar memperoleh informasi. c) Tahap pemaknaan secara perorangan, berkenaan dengan proses pengkajian cara yang dilakukan kelompok dalam menghayati jawaban yang diperoleh hingga kriteria yang didapatnya dalam bersaing dengan kelompok lain.

4. Sistem pendukung Suasana kelas yang berupa diskusi kelompok dan sarana pendukung yang diperlukan untuk melaksanakan model ini adalah lembar kerja siswa (LKS).

5. Dampak pengiring

Dampak pengiring dari penerapan model pembelajaran group investigation adalah sebagai berikut. 1) Berani menyumbangkan ide untuk memecahkan permasalahan kelompok, 2) Siswa belajar menghargai pendapat teman. 3) Meningkatkan kerja sama antar siswa dengan membantu teman dalam kelompok untuk memahami meteri dan menyelesaikan permasalahan yang diberikan 4) Saling memberi dorongan pada teman untuk maju. 5) Mengemban tanggung jawab untuk mengelola dan saling memeriksa hasil kerja teman dalam kelompok. 6) Mengurangi tingkat kesenjangan sosial siswa dikelas, siswa yang pandai menyadari bakat yang dimilikinya untuk mau membaginya kepada siswa lain.

f. Dampak instruksional Dampak intruksional yang diperoleh dari model pembelajaran group investigation ini, yaitu: 1) Siswa lebih memahami dan menguasai materi yang telah diberikan 2) Siswa mampu memecahkan dan menyelesaikan soal dari materi yang dipelajari. Suatu model pembelajaran pasti memiliki kelebihan dan kekurangan, demikian pula dengan model group investigation. Menurut Eggen dan Kauchak (dalam Harisantoso, 2005:3), kelebihan model group investigation adalah sebagai berikut. 1) Memungkinkan siswa untuk secara aktif melakukan investigasi terhadap suatu topik, sebab group investigation memfokuskan pada investigasi terhadap suatu topik atau konsep. 2) Group investigation menyediakan kesempatan kepada siswa untuk membentuk atau mengajukan pertanyaan-pertanyaan bermakna. 3) Group investigation efektif dalam membentuk siswa untuk bekerjasama dalam kelompok dengan latar belakang berbeda (misalnya kemampuan, gender, dan etnis). 4) Group investigation menyediakan konteks sehingga siswa dapat belajar mengenai dirinya dan orang lain. Kekurangan group investigation adalah setiap kelompok menerima materi yang berbedabeda sehingga dapat terjadi kemungkinan setiap kelompok hanya memahami materi yang sudah diterimanya. Untuk mengatasi hal ini, dilakukan pemberian lembar kerja siswa keseluruhan siswa sebelum pembelajaran dimulai dengan materi sesuai dengan yang dipresentasikan kelompok tersebut.

3.Sintaks Model Pembelajaran Kooperatif Group Investigation Ada 5 (lima) sintaks /langkah/fase penting dalam model pembelajaran kooperatif tipe group investigation, yaitu:

Fase 1: menggorganisasikan kelompok-kelompok kooperatif dan mengidentifikasi topik Kedua tugas yang disebut di atas urutannya dapat bervariasi, sesuai dengan situasi. Guru dapat terlebih dahulu mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok kooperatif sebelum mengidentifikasi topik pembelajaran, atau sebaliknya terlebih dahulu

mengidentifikasi topik, baru kemudian mengorganisasikan siswa ke kelompok-kelompok. Bergantung pada topik yang dipilih pada fase 1, maka adalah sangat penting untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang dapat membangun kekompakan tim (kelompok), sehingga terbentuk solidaritas dan kohesi antar anggotanya. Perlu dicatat bahwa model pembelajaran kooperatif tipe group investigation ini merupakan sebuah model pembelajaran yang kompleks, yang berbeda sama sekali dengan model pembelajaran kooperatif lainnya, di mana tingkat kooperasi antar anggota kelompok harus benar-benar baik dan efektif. Agar apa-apa yang dilakukan oleh kelompok bermanfaat dan efektif, maka setiap anggota kelompok harus produktif dan mempunyai hubungan kooperasi yang baik satu sama lain.

Fase 2: Perencanaan Kelompok Selama fase perencanaan kelompok, siswa harus menentukan batasan/cakupan penyelidikan mereka, mengevaluasi sumber daya yang mereka miliki, merencanakan suatu aksi/tindakan, dan menugaskan /memberikan tanggung jawab yang berbeda kepada setiap anggota kelompok. Pada model pembelajaran kooperatif yang lain, perencanaan kelompok jauh lebih mudah dibanding perencanaan kelompok pada group investigation. Bila semua anggota kelompok menyelidiki topik yang sama, tugas utama mereka pada fase ini adalah menentukan bagaimana cara membagi informasi dasar yang telah mereka miliki masingmasing. Jika anggota-anggota kelompok bertugas sendiri-sendiri untuk menyelidiki sub-sub topik, maka keputusan penting pada fase perencanaan ini adalah bagaimana mereka seharusnya berkoordinasi, dan membagi tugas siapa yang akan bertanggungjawab terhadap informasi dasar, siapa yang mengumpulkan data, siapa yang menganalisis, siapa yang mengkombinasikan sub-sub proyek menjadi suatu keutuhan, serta siapa yang akan menulis laporan. Tugas-tugas demikian tentu amat rumit dan tidak dapat dibagi secara tegas.

Fase 3: Mengimplementasikan penyelidikan (investigasi) Kelompok-kelompok yang telah terorganisasi dengan baik pada fase 2, dan topik yang telah diidentifikasi pada fase 1, serta telah mempunyai rencana pemecahan masalah selanjutnya siap memasuki fase 3. Pada fase ini setiap kelompok akan mengimplementasikan penyelidikan/inkuiri. Biasanya fase 3 ini memerlukan waktu lebih panjang dari fase lainnya. Setiap kelompok memerlukan banyak waktu untuk mendesain prosedur pengambilan data, mengambil data, menganalisis, dan mengevaluasi data, dan mengambil kesimpulan. Menjaga agar setiap kelompok dan anggota-anggotanya bekerja secara efektif dan produktif, dapat saja sulit dilakukan karena kadang-kadang setiap sub-proyek/proyek penyelidikan berbeda kebutuhan waktunya. Laporan-laporan kemajuan setiap kelompok terhadap sub proyek/proyek penyelidikan mereka sangat penting pada fase iniagar guru dapat mengkoordinasikan usaha-usaha setiap kelompok dalam memecahkan masalah melalui penyelidikan mereka masing-masing.

Fase 4: Mengalasis hasil penyelidikan dan menyiapkan laporan Saat siswa mengumpulkan informasi, maka informasi tersebut perlu dianalisis dan dievaluasi. Guru dapat membantu proses ini dengan beberapa cara. Salah satunya adalah dengan secara kontinyu memfokuskan perhatian setiap kelompok pada pertanyaan atau masalah yang sedang diselidiki. Pada penyelidikan-penyelidikan yang panjang, siswa dapat saja kehilangan arah terhadap fokus pembelajaran/studi mereka. Cara lain untuk membantu siswa adalah dengan membantu mereka menganalisis hasil dengan meminta mereka agar selalu membagi

penemuan-penemuan mereka terhadap anggota-anggota kelompoknya. Atau, guru dapat pula meminta siswa bereksperimen dengan berbagai cara dalam memberikan display data, bentuk diagram, dan tabel-tabel, sehingga setiap anggota dapat memahami hubungan antar data yang telah mereka kumpulkan.

Fase 5: Mempresentasikan hasil penyelidikan Pada fase kelima ini ada dua tujuan yang harus dilakukan. Pertama adalah mendesiminasikan informasi; yang kedua mengajarkan kepada siswa bagaimana mempresentasikan informasi dengan jelas dan dengan cara yang menarik. Format fase terakhir ini dapat sangat bervariasi, misalnya: presentasi untuk seluruh kelas; presentasi untuk sebagian kelas saja; presentasi dalam bentuk poster; demonstrasi; presentasi melalui rekaman video; atau satasiun pusat belajar. Tugas siswa pada fase kelima ini amat bergantung pada jenis informasi itu sendiri, jenis audiens, dan pembuatan presentasi informasi secara menarik. Tugas-tugas pada fase kelima ini sangat berguna bagi hidup mereka kelak ketika terjun langsung ke masyarakat, dan sering tidak dipelajari pada kelas-kelas konvensional/tradisional.

Daftar Pustaka Harisantoso, John. 2005. Pendekatan kooperatif model group investigation suatu analisis pengantar. Edusaintek. Vol 1, No 1, P 1-8. Slavin, R. E. 1995. Cooperatif Learning, Theory, Research, and Practice. Second Edition. Boston: Ally Mand Bacon Publisher. Winataputra, U.S. 1994. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Universitas Terbuka, Depdikbud Slavin, R.E. 2005. Cooperative Learning (Teori, Riset, dan Praktik). Bandung: Nusa Media.

Related Documents

Bab
April 2020 88
Bab
June 2020 76
Bab
July 2020 76
Bab
May 2020 82
Bab I - Bab Iii.docx
December 2019 87
Bab I - Bab Ii.docx
April 2020 72

More Documents from "Putri Putry"

Sinta Silabus.docx
November 2019 22
Bab Ii.docx
November 2019 21
Modul Fix
October 2019 36
Modul.docx
November 2019 23