7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Keluarga 1. Definisi Keluarga Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal disuatu tempat dibawah satu atap dan keadaan saling ketergantungan (Depkes,2008). Dari beberapa fungsi keluarga diatas, ada tiga fungsi pokok keluarga terhadap anggota keluarganya, antara lain asih, yaitu memberikan kasih sayang, perhatian dan rasa aman, kehangatan kepada anggota keluarga sehingga memungkinkan mereka tumbuh dan berkembang sesuai usia dan kebutuhannya. Sedangkan asuh, yaitu menuju kebutuhan pemeliharaan dan perawatan anak agar kesehatannya selalu terpelihara sehingga diharapkan mereka menjadi anak-anak yang sehat baik fisik, mental, sosial dan spiritual. Dan asah, yaitu memenuhi kebutuhan pendidikan anak sehingga siap menjadi manusia dewasa yang mandiri dalam mempersiapkan masa depannya.
2. Tahap-tahap perkembangan keluarga. Menurut Friedman (2008), tahap perkembangan keluarga berdasarkan siklus kehidupan keluarga terbagi atas 8 tahap : a. Keluarga baru (beginning family), yaitu perkawinan dari sepasang insan yang menandakan bermulanya keluarga baru. Keluarga pada tahap ini mempunyai tugas perkembangan, yaitu membina hubungan dan kepuasan bersama, menetapkan tujuan bersama, membina hubungan dengan keluarga lain, teman, kelompok sosial dan merencanakan anak atau KB. b. Keluarga sedang mengasuh anak (child bearing family), yaitu dimulai dengan kelahiran anak pertama hingga bayi berusia 30 bulan.
7
8
Mempunyai tugas perkembangan seperti persiapan bayi, membagi peran dan tanggung jawab, adaptasi pola hubungan seksual, pengetahuan tentang kehamilan, persalinan dan menjadi orang tua. c. Keluarga dengan usia anak pra sekolah, yaitu kelurga dengan anak pertama yang berumur 30 bulan sampai dengan 6 tahun. Mempunyai tugas perkembangan, yaitu membagi waktu, pengaturan keuangan, merencanakan kelahiran yang berikutnya dan membagi tanggung jawab dengan anggota keluarga yang lain. d. Keluarga dengan anak usia sekolah, yaitu dengan anak pertama berusia 13 tahun. Adapun tugas perkembangan keluarga ini, yaitu menyediakan aktivitas untuk anak, pengaturan keuangan, kerjasama dalam memnyelesaikan masalah, memperhatikan kepuasan anggota keluarga dan sistem komunikasi keluarga. e. Keluarga dengan anak remaja, yaitu dengan usia anak pertama 13 tahun sampai dengan 20 tahun. Tugas pekembangan keluarga ini adalah menyediakan fasilitas kebutuhan keluarga yang berbeda, menyertakan keluarga dalam bertanggung jawab dan mempertahankan filosofi hidup. f. Keluarga dengan anak dewasa, yaitu keluarga dengan anak pertama, meninggalkan rumah dengan tugas perkembangan keluarga, yaitu menata kembali sumber dan fasilitas, penataan tanggung jawab antar anak, mempertahankan komunikasi terbuka, melepaskan anak dan mendapatkan menantu. g. Keluarga usia pertengahan, yaitu dimulai ketika anak terakhir meninggalkan rumah dan berakhir pada saat pensiun. Adapun tugas perkembangan, yaitu mempertahankan suasana yang menyenangkan, bertanggung jawab pada semua tugas rumah tangga, membina keakraban dengan pasangan, mempertahankan kontak dengan anak dan berpartisipasi dalam aktivitas sosial. h. Keluarga usia lanjut, tahap terakhir siklus kehidupan keluarga dimulai dari salah satu pasangan memasuki masa pensiun, terus berlangsung
9
hingga salah satu pasangan meninggal dunia. Adapun tugas perkembangan keluarga ini, yaitu menghadapi pensiun, saling rawat, memberi arti hidup, mempertahankan kontak dengan anak, cucu dan masyarakat
3.
Tugas Kesehatan Keluarga Tugas kesehatan keluarga menurut Effendy (2010) adalah sebagai berikut: a. Mengenal masalah kesehatan. b. Membuat keputusan tindakan kesehatan yang tepat. c. Memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit. d. Mempertahankan atau menciptakan suasana rumah yang sehat. e. Mempertahankan hubungan dengan menggunakan fasilitas kesehatan masyarakat.
4. Ciri - Ciri Keluarga Ciri - ciri keluarga menurut, Effendy dalam Harmoko (2012) yaitu; a. Diikat tali perkawinan b. B Ada hubungan darah c. Ada ikatan batin d. Memiliki tanggungjawab masing –masing e. Ada pengambil keputusan f. Kerjasama g. Interaksi h. Tinggal dalam suatu rumah
5. Struktur keluarga Setiap anggota keluarga mempunyai struktur peran formal dan informal.Misalnya, ayah mempunyai peran formal sebagai kepala keluarga dan pencari nafkah.Peran informal ayah adalah sebagai panutan dan pelindung keluarga.Struktur kekuatan keluarga meliputi kemampuan
10
berkomunikasi, kemampuan keluarga untuk saling berbagi, kemampuan sistem pendukung di antara anggota keluarga, kemampuan perawatan diri dan kemampuan menyelesaikan masalah (Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Pendekatan Keperawatan Transkultural, 2012).
6. Tujuan Keluarga Bergabungnya dua orang atau lebih yang membentuk keluarga, mempunyai suatu tujuan.Menurut Friedman (2013) tujuan utama keluarga adalah sebagai perantara yaitu menanggung semua harapan dan kewajiban-kewajiban masyarakat serta membentuk dan mengubah sampai taraf tertentu hingga dapat memenuhi kebutuhan dan kepentingan setiap individu dalam keluarga.
7. Tipe Keluarga Ada beberapa bentuk keluarga menurut, Effendy dalam Harmoko (2012) yaitu; a. Keluarga inti (nuclear family), merupakan keluarga yang dibentuk karena ikatan perkawinan yang direncanakan yang terdiri dari suami, istri, dan anak-anak, baik karena kelahiran natural maupun adopsi. b. Keluarga asal (family of origin), merupakan suatu unit keluarga tempat asal seseorang dilahirkan. c. Keluarga besar (extended family), keluarga inti yang ditambah dengan keluarga lain (karena hubungan darah), misalnya kakek, nenek, bibi, paman, sepupu, termasuk keluarga modern, seperti orang tua tunggal, keluarga tanpa anak, serta keluarga pasangan sejenis (guy/lesbian family). d. Keluarga berantai (serial family), keluarga yang terdiri dari wanita dan pria yang menikah lebih dari satu kali dan merupakan suatu keluarga inti. e. Keluarga duda atau janda (single family), keluarga yang terbentuk karena perceraian dan atau kematian pasangan yang dicintai.
11
f. Keluarga komposit (composite family), keluarga dari perkawinan poligami dan hidup bersama. g. Keluarga kohabitasi (cohabitation), dua orang menjadi satu keluarga tanpa pernikahan, bisa memiliki anak atau tidak. h. Keluarga inses (incest family), seiring dengan masuknya nilai-nilai global dan pengaruh informasi yang sangat dahsyat, dijumpai bentu keluarga yang tidak lazim, misalnya anak perempuan menikah dengan ayah kandungnya. i. Keluarga tradisional dan nontradisional, keluarga tradisional diikat oleh perkawinan, sedangkan keluarga nontradisional tidak diikat oleh perkawinan.
8. Jenis Keluaraga Menurut (Friedmen, 2010) struktur keluarga menggambarkan bagaimana keluarga melaksanakan fungsi keluarga di masyarakat. Struktur keluarga terdiri dari: a. Patrilineal Adalah keluarga sederhana yang terdiri dari sanak saudara sederhana dalam beberapa generasi, dimana hubungan disusun melalui jalur garis ayah. b. Matrilineal Adalah keluarga sederhana yang terdiri dari sanak saudara dalam beberapa generasi dimana hubungan itu disusun jalur garis ibu. c. Matrilokal Adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sederhana suami. d. Patrilokal Adalah suami istri yang tinggal bersama keluarga sederhana suami. e. Keluarga Kawin
12
Adalah hubungan suami istri sebagai dasar bagi pembinaan keluarga dan beberapa sanak saudara yang menjadi bagian keluarga karena adanya hubungan dengan suami atau istri.
9. Peran Keluarga Berbagai peran yang terdapat dalam keluarga adalah sebagai berikut: a. Peran Ayah Ayah sebagai suami dan istri dan ayah dari anak-anaknya, berperan dari pencari nafkah, pendidik, pelindung dan pemberi rasa aman sebagai keluarga, anggota dari kelompok sosial serta dari anggota masyarakat dari lingkungannya. b. Peran Ibu Ibu sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya, ibu mempunyai peran mengurus rumah tangga, sebagai pengasuh dan pendidik anak-anaknya, pelindung dan sebagai salah satu kelompok dari peranan sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya, disamping itu ibu juga dapat berperan sebagai pencari nafkah tambahan dalam keluarga. c. Peran Anak Anak-anak melaksanakan peran psikososial sesuai engan tingkat perkembangan fisik, mental, sosial dan spiritual.
10. Fungsi Keluarga Fungsi keluarga menurut, Effendy dalam Harmoko (2012) yaitu; a. Fungsi afektif (the affective function) adalah fungsi keluarga yang utama untuk mengajarkan segala sesuatu untuk mempersiapkan anggota keluarga berhubungan dengan orang lain. Fungsi ini dibutuhkan untuk perkembangan individu dan psikososial anggota keluarga. b. Fungsi sosialisasi yaitu proses perkembangan dan perubahan yang dilalui individu yang menghasilkan interaksi sosial dan belajar berperan dalam lingkungan sosialnya. Sosialisasi dimulai sejak lahir. Fungsi ini berguna untuk membina sosialisasi pada anak, membentuk norma-
13
norma tinkah laku sesuai dengan tingkat perkembangan anak dan dan meneruskan nilai-nilai budaya keluarga. c. Fungsi reproduksi (the reproduction function) adalah fungsi untuk mempertahankan generasi dan menjaga kelangsungan keluarga. d. Fungsi ekonomi (the economic function) yaitu keluarga berfungsi untuk memenuhi kebutuhan keluarga secara ekonomi dan tempat untuk mengembangkan kemampuan individu meningkatkan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga. e. Fungsi perawatan atau pemeliharaan kesehatan (the health care function) adalah untuk mempertahankan keadaan kesehatan anggota keluarga agar tetap memiliki produktivitas yang tinggi. Fungsi ini dikembangkan menjadi tugas keluarga dibidang kesehatan. Tetapi dengan berubahnya zaman, fungsi keluarga dikembangkan menjadi: a. Fungsi ekonomi, yaitu keluarga diharapkan menjadi keluarga yang produktif yang mampu menghasilkan nilai tambah ekonomi dengan memanfaatkan sumber daya keluarga. b. Fungsi mendapatkan status sosial, yaitu keluarga yang dapat dilihat dan dikategorikan strata sosialnya oleh keluarga lain yang berbeda disekitarnya. c. Fungsi
pendidikan,
yaitu
keluarga
mempunyai
peran
dan
tanggungjawab yang besar terhadap pendidikan anak-anaknya untuk menghadapi kehidupan dewasanya. d. Fungsi sosialisasi bagi anaknya, yaitu orang tua atau keluarga diharapkan mampu menciptakan kehidupan sosial yang mirip dengan luar rumah. e. Fungsi pemenuhan kesehatan, yaitu keluarga diharapkan dapat memenuhi kebutuhan dasar primer dalam rangka melindungi dan pencegahan terhadap penyakit yang mungkin dialami oleh keluarga. f. Fungsi religius, yaitu keluarga merupakan tempat belajar tentang agama dan mengamalkan ajaran agama.
14
g. Fungsi rekreasi, yaitu keluarga merupakan tempat untuk melakukan kegiatan yang dapat mengurangi ketegangan akibat berada di luar rumah. h. Fungsi reproduksi, yaitu bukan hanya mengembangkan keturunan tetapi juga
tempat
untuk
mengembangkan
fungsi
reproduksi
secara
menyeluruh, diantaranya seks yang sehat dan berkualitas serat pendidikan seks bagi anak-anak. i. Fungsi afektif, yaitu keluarga merupakan tempat yang utama untuk pemenuhan kebutuhan psikososial sebelum anggota keluarga berada di luar rumah. Dari beberapa fungsi keluarga diatas, ada tiga fungsi pokok keluarga terhadap anggota keluarganya, antara lain asih, yaitu memberikan kasih sayang, perhatian dan rasa aman, kehangatan kepada anggota keluarga sehingga memungkinkan mereka tumbuh dan berkembang sesuai usia dan kebutuhannya.
Sedangkan
asuh,
yaitu
merujuk
pada
kebutuhan
pemeliharaan dan perawatan anak agar kesehatannya selalu terpelihara sehingga diharapkan mereka menjadi anak-anak yang sehat baik fisik, mental, sosial dan spiritual.Dan asah, yaitu memenuhi kebutuhan pendidikan anak sehingga siap menadi manusia dewasa yang mandiri dalam mempersiapkan masa depannya.
11. Tahap Perkembangan Menurut Effendy dalam Harmoko (2012), tahap perkembangan keluarga berdasarkan siklus kehidupan keluarga terbagi atas 8 tahap : a. Tahap I dengan keluarga baru (beginning family), yaitu perkawinan dari sepasang insan yang menandakan bermulanya keluarga baru. Keluarga pada tahap ini mempunyai tugas perkembangan, yaitu membina hubungan dan kepuasan bersama, menetapkan tujuan bersama, membina hubungan dengan keluarga lain, teman, kelompok sosial dan merencanakan anak atau KB.
15
b. Tahap 2 dengan keluarga sedang mengasuh anak (child bearing family), yaitu dimulai dengan kelahiran anak pertama hingga bayi berusia 30 bulan. Mempunyai tugas perkembangan seperti persiapan bayi, membagi peran dan tanggung jawab, adaptasi pola hubungan seksual, pengetahuan tentang kehamilan, persalinan dan menjadi orang tua. c. Tahap 3 dengan keluarga dengan usia anak pra sekolah, yaitu kelurga dengan anak pertama yang berumur 30 bulan sampai dengan 6 tahun. Mempunyai tugas perkembangan, yaitu membagi waktu, pengaturan keuangan, merencanakan kelahiran yang berikutnya dan membagi tanggungjawab dengan anggota keluarga yang lain. d. Tahap 4 dengan Keluarga dengan anak usia sekolah, yaitu dengan anak pertama berusia 13 tahun. Adapun tugas perkembangan keluarga ini, yaitu menyediakan aktivitas untuk anak, pengaturan keuangan, kerjasama dalam menyelesaikan masalah, memperhatikan kepuasan anggota keluarga dan sistem komunikasi keluarga. e. Tahap 5 dengan Keluarga dengan anak remaja, yaitu dengan usia anak pertama 13 tahun sampai dengan 20 tahun. Tugas pekembangan keluarga ini untuk menyediakan fasilitas kebutuhan keluarga yang berbeda,
menyertakan
keluarga
dalamtanggungjawab
dan
mempertahankan filosofi hidup. f. Tahap 6 dengan Keluarga dengan anak dewasa, yaitu keluarga dengan anak pertama, meninggalkan rumah dengan tugas perkembangan keluarga, yaitu menata kembali sumber dan fasilitas, penataan tanggungjawab antar anak, mempertahankan komunikasi terbuka, melepaskan anak dan mendapatkan menantu. g. Tahap 7 dengan Keluarga usia pertengahan, yaitu dimulai ketika anak terakhir meninggalakan rumah dan berakhir pada saat pensiun. Adapaun tugas perkembangan, yaitu mempertahankan suasana yang menyenangkan, bertanggungjawab pada semua tugas rumah tangga, membina keakraban dengan pasangan, mempertahankan kontak dengan anak dan berpartisipasi dalam aktivitas sosial.
16
h. Tahap 8 dengan Keluarga usia lanjut, tahap terakhir siklus kehidupan keluarga dimulai dari salah satu pasangan memasuki masa pensiun, terus berlangsung hingga salah satu pasangan meninggal dunia. Adapun tugas perkembangan keluarga ini, yaitu menghadapi pensiun, saling merawat, memberi arti hidup, mempertahankan kontak dengan anak, cucu dan masyarakat.
12. Tugas keluarga Tugas keluarga merupakan pengumpulan data yang berkaitan dengan ketidakmampuan keluarga dalam menghadapi masalah kesehatan. Asuhan keperawatan keluarga, mencantumkan lima tugas keluarga sebagai paparan etiologi atau penyebab masalah dan biasanya dikaji pada saat penjajakan tahap II bila dimuat data maladaptif pada keluarga. Lima tugas keluarga yang dimaksud adalah : a. Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan, termasuk bagaimana persepsi keluarga terhadap tingkat keparahan penyakit, pengertian, tanda dan gejala, faktor penyebab dan persepsi keluarga terhadap masalah yang dialami keluarga. b. Ketidakmampuan
keluarga
mengambil
keputusan,
termasuk
sejauhmana keluarga mengerti mengenal sifat dan luasnya masalah, bagaimana masalah dirasakan oleh keluarga, keluarga menyerah atau tidak terhadap masalah yang dihadapi, adakah rasa takut terhadap akibat atau adakah sikap negatif dari keluarga terhadap masalah kesehatan, bagaiman sistem pengambilan keputusan yang dilakukan keluarga terhadap anggota keluarga yang sakit. c. Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit, seperti bagaimana keluarga mengetahui keadaan sakitnya, sifat dan perkembangan perawatan yang diperlukan, sumber-sumber yang ada dalam keluarga serta sikap keluarga terhadap yang sakit. d. Ketidakmampuan
keluarga
memodifikasi
lingkungan,
seperti
pentingnya hygiene senitasi bagi keluarga, upaya pemeliharaan
17
lingkungan yang dilakukan keluarga, kekompakan anggota keluarga dalam menata lingkungan dalam dan luar rumah yang berdampak terhadap kesehatan keluarga. e. Ketidakmampuan
keluarga
memanfaatkan
fasilitas
pelayanan
kesehatan, seperti kepercayaan keluarga terhadap petugas kesehatan dan fasilitas pelayanan kesehatan, keberadaan fasilitas kesehatan yang ada, keuntungan keluarga terhadap penggunaan fasilitas kesehatan, apakah pelayan kesehatan terjangkau oleh keluarga, adakah pengalaman yang kurang baik yang dipersepsikan keluarga (Asuhan Keperawatan Keluarga, 2010).
B.
Konsep Dasar TB Paru 1. Definisi Tuberkulosis
adalah
penyakit
menular
langsung
yang
disebabkan olehkuman TB (Mycobacterium Tuberculosis). Sebagian besar kuman TBmenyerang paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya( Kemenkes, 2011 ) Menurut Junaidi (2010), menyebutkan tubercolusis paru sebagai suatu infeksi akibat mycobacterium yang dapat menyerang berbagai organ terutama paru-paru dengan gejala yang sangat bervariasi. TB paru merupakan penyakit infeksi yang menyerang parenkim paru-paru, disebabkan oleh Mycobacterium Tuberculosis. Penyakit ini juga dapat menyebar ke bagian tubuh lain seperti meningen, ginjal, tulang, dan nodus limfe (Somantri, 2009).
2. Klasifikasi TB Paru Menurut Ahmad (2008), berdasarkan pemeriksaan Tuberculosis (TB) paru dapat diklasifikasikan yaitu: a. TB Paru BTA Positif Disebut TB Paru BTA (+) apabila sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak SPS (Sewaktu Pagi Sewaktu) hasilnya positif, atau 1
18
spesimen dahak SPS positif disertai pemeriksaan radiologi paru menunjukan gambaran TB aktif. (Ahmad, 2008). b. TB Paru BTA Negatif Apabila dalam pemeriksaan spesimen dahak SPS BTA negatif dan pemeriksaan radiologi dada menunjukan gambaran TB aktif.TB Paru dengan BTA (-) dan gambaran radiologi positf dibagi berdasarkan tingkat keparahan, bila menunjukan keparahan yaitu kerusakan luas dianggap berat (Ahnad, 2008). c. TB Ekstra Paru Tuberkulosis yang menyerang organ tubuh lain selain paru, termasuk pluera, yaitu yang menyelimuti paru, serta organ lain seperti selaput otak, selapu jantung (pericardium), kelenjar limfe, tulang persendiaan, kulit, usus, ginjal, saluran kencing, alat kelamin, dan lain-lain. (Ahmad, 2008). TBC ekstra paru dibagi berdasarkan pada tingkat keparahan penyakitnya, yaitu: 1) TBC Ekstra Paru Ringan Misalnya: TBC kelenjar limfe, tulang (kecuali tulang belakang), sendi, dan kelenjar adrenal. 2) TBC Ekstra Paru Berat Misalnya:
meningitis,
perikarditis,
peritonitis,
TBC
tulang
belakang, TBC usus, TBC saluran kencing dan alat kelamin.
3. Etiologi Penyebab tuberkolosis adalah Mycobacterium tubercolosis. Basil ini tidak berspora sehingga mudah dibasmi dengan pemanasan sinar matahari, dan sinar UV. Ada dua macam mikobakteria tuberculosis yaitu tipe human dan tipe bolvin. Basil tipe Bovin berada dalam susu sapi yang menderita mastitis tuberculosis usus. Basil tipe human bisa berada di bercak ludah ( droplet ) dan di udara yang berasal dari penderita TBC, dan orang yang terkena rentan terinfeksi bila menghirupnya. ( Wim de Jong, 2005 )
19
Setelah organism terinhalasi, dan masuk paru-paru bakteri dapat bertahan hidup dan menyebar kenodus limfatikus local. Penyebaran melalui aliran darah ini dapat menyebabkan TB pada orang lain, dimana infeksi laten dapat bertahan sampai bertahun-tahun.
4. Patofisiologi Seseorang yang menghirup basil Mycobacterium Tuberculosis akan menjadi terinfeksi. Bakteri menyebar melalui jalan napas ke alveoli, di mana pada daerah tersebut bakteri akan bertumpuk dan berkembang biak. Penyebaran basil ini juga bisa melalui sistem limfe dan aliran darah ke bagian tubuh lain seperti, ginjal, tulang, korteks serebri dan area lain dari paru-paru (lobus atas). Sistem kekebalan tubuh akan merespon dengan melakukan reaksi inflamasi. Neutrofil dan makrofag memfagositosis (menelan) bakteri.Limfosit yang spesifik terhadap tuberkulosis menghancurkan (melisiskan)
basil
dan
jaringan
normal.Reaksi
jaringan
ini
mengakibatkan terakumulasinya eksudat dalam alveoli dan terjadilah bronkopneumonia.Infeksi awal biasanya timbul dalam waktu 2-10 minggu setelah terpapar. Massa jaringan baru disebut granuloma, yang berisi gumpalan basil yang hidup dan yang sudah mati, dikelilingi oleh makrofag yang membentuk dinding. Granuloma berubah bentuk menjadi massa jaringan fibrosa. Materi yang terdiri dari makrofag dan bakteri menjadi nekrotik, membentuk perkijuan (necrotizing caseosa).Setelah itu akan terbentuk kalsifikasi, membentuk jaringan kolagen, dan bakteri menjadi non-aktif. Penyakit akan berkembang menjadi aktif setelah infeksi awal, karena respon sistem imun yang tidak adekuat. Penyakit aktif dapat juga timbul akibat infeksi ulang atau aktifnya kembali bakteri yang tidak aktif.Pada kasus ini, terjadi ulserasi pada ghon tubercle, dan akhirnya menjadi
perkijuan.
Tuberkel
yang
ulserasi
mengalami
proses
penyembuhan membentuk jaringan parut. Paru-paru yang terinfeksi
20
kemudian meradang, mengakibatkan bronkopneumonia, pembentukan tuberkel, dan seterusnya.Pneumonia seluler ini dapat sembuh dengan sendirinya. Proses ini berjalan terus dan basil terus difagosit atau berkembang biak di dalam sel. Basil juga menyebar melalui kelenjar getah bening. Makrofag yang mengadakan infiltrasi menjadi lebih panjang dan sebagian bersatu membentuk sel tuberkel epiteloidyang dikelilingi oleh limfosit (membutuhkkan 10-20 hari). Daerah yang mengalami nekrosis serta jaringan granulasi yang dikelilingi sel epiteloid dan fibroblast akan menimbulkan respon berbeda dan akhirnya membentuk suatu kapsul yang dikelilingi oleh tuberkel (Somantri, 2009).
21
5. PathwayTB paru Mycobacterium Tuberculosis
Droplet infection
Masuk lewat jalan nafas Menempel pada paru
Keluar dari tracheobionchial bersama sekret
Dibersihkan oleh makrofag
Menetap di jaringan paru
Terjadi proses peradangan Sembuh tanpa pengobatan
Pengeluaran zat pirogen
Tumbuh dan berkembang di sitoplasma makrofag
Mempengaruhi hipotalamus Sarang primer / afek primer (fokus ghon) Hipertermi
Mempengaruhi sel point
Komplek primer
Limfangitis lokal
Limfadinitis regional
Menyebar ke organ lain(paru, saluran pencernaan, tulang) melalui media (bronchogen percontinuitum, hematogen, ilmfogen)
Sembuh sendiri tanpa pengobatan
Sembuh dengan bekas fibrosis
Radang tahunan di bronkus
Pertahanan primer tidak adekuat
Berkembang menghancurkan jaringan ikat sekitar
Pembentukan tuberkel
Kerusakan membran alveolar
Pembentukan seputum berlebihan
Menurunnya permukaan efek paru
Ketidakefektifan bersihan jalan nafas
Alveolus
Sekret keluar saat batuk
Batuk produktif
Batuk berat
Alveolus mengalami konsolidasi dan eksudasi
Droplet infection
Distensi abdomen
Gangguan pertukaran gas
Terhirup orang sehat
Mual, muntah
Resiko infeksi
Intake nutrisi kurang
Bagian tengah nekrosis
Membentuk jaringan keju
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
Gambar 2.1 Pathway TB paru Sumber: Nurarif, A.H dan Hardhi Kusuma (2016)
22
6. Tanda dan gejala Gejala utama : batuk terus menerus dan berdahak selama tiga minggu atau lebih. Gejala tambahan yang sering dijumpai: 1) Dahak bercampur darah 2) Batuk darah 3) Sesak nafas dan rasa nyeri dada 4) Badan lemah dan nafsu makan menurun 5) Malaise atau rasa kurang enak badan 6) Berat badan menurun 7) Berkeringat malam walaupun tanpa kegiatan 8) Demam meriang lebih dari satu bulan Gejala tersebut dijumpai pada penyakit paru selain tububerculosis. Oleh karena itu setiap orang yang datang ke Unit Pelayanan Kesehatan (UPK) dengan gejala tersebut, harus dianggap sebagai seorang suspek tuberculosis paru, dan perlu dilakukan pemeriksaan dahak secara mikroskopis langsung (Widiastuti, 2009).
7. Komplikasi Komplikasi yang dapat timbul pada pasien TB paru (Ardiansyah, 2012): a. Komplikasi dini 1) Pleuritis. 2) Efusi pleura. 3) Empiema. 4) Laringitis. 5) TB usus. b. Komplikasi lanjut 1) Obstruksi jalan nafas. 2) Kor pulmonale. 3) Amiloidosis. 4) Karsinoma paru.
23
5) Sindrom gagal nafas. Menurut A.Aziz Alimun (2009)
8. Pemeriksaan penunjang Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada pasien TB paru (Somantri, 2009): a. Kultur sputum: menunjukan hasil positif untuk Mycobacterium Tuberculosispada stadium aktif. b. Ziehl Neelsen (Acid-fast Stained applied to smear of body fluid): positif untuk bakteri tahan asam (BTA). c. Skin test (PPd, Mantoux, Tine, Vollmer Patch): reaksi positif (area indurasi 10 mm atau lebih, timbul 48-72 jam setelah injeksi antigen intradermal) mengindikasikan infeksi lama dan adanya antibodi tetapi tidak mengindikasikan penyakit sedang aktif. d. Foto rontgen dada (chest x-ray): dapat memperlihatkan infiltrasi kecil pada lesi awal di bagian paru-paru bagian atas, deposit kalsium pada lesi primer yang membaik atau cairan pada efusi. Perubahan mengindikasikan TB paru yang lebih berat, dapat mencakup area berlubang dan fibrosa. e. Histologi atau kultur jaringan (termasuk kumbah lambung, urine dan CSF,
serta
biopsi
kulit):
menunjukan
hasil
positif
untuk
Mycobacterium Tuberculosis. f. Needle biopsi of lung tissue: positif untuk granuloma TB paru, adanya sel-sel besar yang mengindikasikan nekrosis. g. Elektrolit: mungkin abnormal bergantung pada lokasi dan beratnya infeksi, misalnya hiponatremia mengakibatkan retensi air, mungkin ditemukan pada TB paru kronik lanjut. h. ABGs: mungkin abnormal, bergantung pada lokasi, berat, dan sisa kerusakan paru. i. Bronkografi:
merupakan
pemeriksaan
kerusakan paru karena TB paru.
khusus
untuk
melihat
24
j. Darah: leukositosis, laju endap darah (LED) meningkat. k. Tes fungsi paru: VC menurun, dead space meningkat, TLC meningkat, dan saturasi oksigen menurun yang merupakan gejala sekunder dari fibrosa/infiltrasi parenkim paru dan penyakit pleura.
9. Penatalaksanaan Penatalaksanaan yang diberikan bisa berupa metode preventif dan kuratif yang meliputi cara-cara seperti berikut (Somantri, 2009): a. Penyuluhan. b. Pencegahan. c. Pemberian obat-obatan, seperti: 1) OAT (obat anti tuberkulosis). 2) Bronkodilator.8 3) Ekspektoran. 4) OBH. 5) Vitamin. d. Fisioterapi dan rehabilitasi. e. Konsultasi secara teratur. Obat-obat anti TB paru: a. Isoniazid (INH/H) Dosis: 5 mg/KgBB, per oral. Efek samping: peripheral neuritis, hepatitis, dan hipersensitivitas. b. Ethambutol Hydrochloride (EMB/E) Dengan dosis: 1) Dewasa: 15 mg/KgBB per oral, untuk pengobatan ulang mulai dengan dosis 25 mg/KgBB/hari selama 60 hari, kemudian diturunkan sampai 15 mg/KgBB/hari. 2) Anak (6-12 tahun): 10-15 mg/KgBB/hari. Efek samping: optik neuritis (efek terburuk adalah kebutaan) dan skin rash. c. Rifampin/Rifampisin (RFP/R)
25
Dosis: 10 mg/KgBB/hari per oral. Efek samping: hepatitis, reaksi demam, purpura, nausea, dan vomiting. d. Pyrazinamide (PZA/Z) Dosis: 15-30 mg/KgBB per oral. Efek samping: hiperurisemia, hepatotoxicity,skin rash, artralgia, distres gastrointestinal. Dengan ditemukannya Rifampisin paduan obat yang diberikan untuk klien TB paru adalah INH + Rifampisin + Streptomisin atau Etambutol setiap hari pada fase awal dan diteruskan pada fase lanjut dengan INH + Rifampisin atau Etambutol. Paduan ini selanjutnya berkembang menjadi terapi jangka pendek, dengan memberikan INH + Rifampisin + Streptomisin atau Etambutol atau Pyrazinamide setiap hari sebagai fase awal selama 1-2 bulan dilanjutkan dengan INH + Rifampisin atau Etambutol atau Streptomisin 2-3 kali per minggu selama 4-7 bulan sehingga lama pengobatan seluruhnya 6-9 bulan. Paduan obat yang digunakan di Indonesia dan dianjurkan oleh WHO adalah 2 RHZ/4 RH dengan variasi 2 RHS/4 R3H3, 2 RHS/4 R2H2.
C. Konsep Asuhan Keperawatan pada Pasien TB Paru Proses keperawatan adalah metode ilmiah yang digunakan secara
sistematis untuk mengkaji dan menentukan masalah kesehatan
dan keperawatan keluarga, merencanakan asuhan keperawatan dan melaksanakan intervensi keperawatan terhadap keluarga sesuai dengan rencana yang telah disusun dan mengevaluasi mutu hasil keperawatan yang dilaksanakan terhadap keluarga (Nasrul Effendi 1998 : 46). Tahap-tahap dalam proses keperawatan saling bergantung satu sama
lainnya,
bersifat
dinamis
disusun
secara
sistematis
untuk
menggambarkan perkembangan dari tahap-tahap yang satu ke tahap yang lain, dengan tahap-tahap sebagai berikut :
26
1. Pengkajian Pengkajian adalah langkah awal dan dasar dalam proses keperawatan, secara keseluruhan pada tahap ini semua data dan informasi klien dibutuhkan, dikumpulkan untuk menentukan masalah kesehatan dan keperawatan. Pengkajian adalah sekumpulan tindakan yang digunakan oleh
perawat untuk mengukur keadaan pasien/keluarga dengan
memakai norma-norma kesehatan keluarga maupun sosial, yang merupakan system yang terintegrasi dan kesanggupan keluarga untuk mengatasinya. ( Nasrul Effendy 1998 : 46 ) a. Pengkajian keluarga Data yang dikumpulkan untuk melaksanakan asuhan keperawatan keluarga dengan TB paru adalah : 1) Data Umum Nama Puskesmas, Tanggal Pengkajian, Jarak untuk mencapai Puskesmas, Nama Kepala Keluarga, Umur, Agama, Pendidikan, Pekerjaan, Suku/bangsa, Alamat. 2) Daftar Anggota Keluarga Nama anggota keluarga, hubungan keluarga, jenis kelamin, umur, pendidikan, pekerjaan, agama, keadaan kesehatan, KB dan Immunisasi. 3) Data Khusus Keluarga a) Type Keluarga Menjelaskan mengenai type keluarga beserta kendala atau masalah-masalah yang terjadi dengan type keluarga tersebut, dimana keluarga dengan type extended maka akan berpengaruh terhadap cara pengambilan keputusan untuk mengatasi TB paru pada anggota keluarganya. b) Tahap Perkembangan Keluarga Saat Ini
27
Tahap perkembangan keluarga ditentukan berdasarkan tingkat perkembangan anak tertua dari keluarga inti yang dikaji. c) Tugas Perkembangan Keluarga yang Belum Terpenuhi Menjelaskan secara singkat mengenai tugas perkembangan keluarga yang belum terpenuhi dan kendala mengapa tugas perkembangan tersebut belum terpenuhi, hal ini perlu dikaji karena keluarga dengan TB paru biasanya mempunyai beberapa tugas keluarga yang belum terpenuhi. 4) Keadaan Biologis Keluarga a) Keadaan Kesehatan Menggambarkan keadaan kesehatan keluarga, selain dari individu yang menderita TB paru. b) Kebersihan Keluarga Mengkaji kebersihan tubuh setiap anggota keluarga, kebersihan rumah dan sekitarnya, karena data ini sangat mendukung terjadinya penyakit TB paru pada seluruh anggota. c) Penyakit yang Sering Diderita Mengkaji jenis penyakit apa yang biasa diderita oleh seluruh anggota keluarga, hal ini mengindikasikan adanya pemaparan penyakit yang sudah lama dan mungkin sudah menginfeksi pada semua anggota keluarga
namun
tidak
dirasakan
oleh
keluarga,
misalnya sering ditemukan demam, batuk-batuk, pada beberapa anggota keluarga. d) Penyakit Kronis/Menular Penyakit TB paru adalah salah satu penyakit yang penularannya sangat cepat karena menular melalui udara (droplet), oleh karena itu sangat perlu dikaji ada tidaknya anggota keluarga yang menderita penyakit TB
28
atau penyakit lain yang dapat ditularkan atau yang diturunkan, karena keadaan kesehatan yang menurun akibat
menderita
suatu
penyakit
tertentu
dapat
menurunkan daya immunitas seseorang sehingga mempermudah terjadinya penyakit TB paru. e) Kecacatan Anggota Keluarga Dikaji ada tidaknya anggota keluarga yang mengalami kecacatan fisik atau mentalnya. f)
Pola Makan Kaji mengenai kebiasaan makan keluarga meliputi frekuensi makan dalam sehari, keseimbangan gizi, cara pengolahan
dan
penyajian
makannya,
hal
ini
menunjukkan ada tidaknya perhatian keluarga terhadap anggota keluarga yang menderita TB paru, dimana penderita tersebut memerlukan pemberian makanan dengan diet Tinggi Kalori Tingggi Protein (TKTP). g) Pola Istirahat Menjelaskan mengenai kebiasaan istirahat / tidur keluarga meliputi berapa jam
keluarga tidur dan
adakah kendala yang mempengaruhi pola istirahat keluarga, karena keluarga dengan anggota keluarga yang menderita TB paru biasanya tidurnya akan terganggu karena batuk-batuk dan keringat malam. h) Reproduksi / Akseptor KB Menjelaskan mengenai jumlah anak, perencanaan pengaturan anak, metode KB yang digunakan dan masalah yang terkait dengan kesehatan reproduksi keluarga.
5) Psikologis Keluarga a) Keadaan Emosi / Mental
29
Kecemasan akan timbul pada klien dan keluarga karena ketakutan penyakit bertambah parah dan menyebabkan kematian. b) Koping keluarga Mengkaji cara keluarga menyelesaikan masalah baik yang berhubungan dengan kesehatan maupun masalah lainnya yang bisa terjadi dalam suatu rumah tangga terutama dalam menghadapi anggota keluarga yang sedang menderita TB paru. c) Kebiasaan Buruk Mengkaji kebiasaan-kebiasaan buruk
yang dapat
mempengaruhi kesehatan anggota keluarga maupun individu yang sakit TB paru seperti merokok, minum minuman keras, dan kebiasaan buruk lainnya. d) Rekreasi Mengkaji bagaimana keluarga meluangkan waktu bersama untuk melakukan refreshing atau rekreasi baik yang sifatnya rutin maupun tidak rutin, baik yang bentuknya rekreasi keluar maupun rekreasi yang bisa dilakukan di dalam rumah. e) Pola Komunikasi Keluarga Menjelaskan mengenai cara keluarga berkomunikasi satu dengan yang lainya di dalam keluarga, terutama cara berkomunikasi anggota keluarga yang sakit TB paru dengan yang lainnya yang biasanya mengalami gangguan karena takut tertular. f)
Pengambil Keputusan Mengkaji siapa yang biasa berperan sebagi pengambil keputusan
dalam
kemampuannya
keluarga dalam
terkait
mengendalikan
dengan dan
mempengaruhi orang lain untuk mengubah perilaku
30
ataukah dilakukan dengan cara lain, misal musyawarah keluarga. Data perlu dikaji karena keluarga dengan masalah kesehatan TB paru sangat memerlukan kerjasama
seluruh
anggota
keluarga
dalam
mengatasinya terutama para pengambil keputusan yang ada
di
keluarga,
dimana
keberhasilan
program
pengobatan sangat tergantung dari kerjasama dan perhatian para pengambil keputusan di rumah. g) Peran Informal Menjelaskan mengenai peran informal dari setiap anggota
keluarga,
misalnya
penurut,
motivator,
innovator, dictator, dll. Hal ini perlu dikaji karena akan menentukan sejauhmana anggota keluarga berinisiatif untuk menentukan sikapnya dalam menangani masalah TB paru yang terjadi pada angggota keluarganya.
6) Sosial Ekonomi Keluarga a) Hubungan Dengan Orang lain Penderita TB paru
biasanya
menarik
diri
dan
mempunyai perasaan terkucilkan dari masyarakat jika penyakitnya sudah diketahui dengan pasti. Jika klien belum mengetahui penyakitnya, respon klien akan cenderung biasa saja dan cara hidup klien tidak akan berubah sehingga resiko penularan penyakit pada orang lain besar. b) Kegiatan Organisasi Sosial Menjelaskan kegiatan yang diikuti oleh keluarga dalam organisasi sosial atau perkumpulan sosial, misal kelompok
pengajian,
karang
taruna,
LSM
dan
sebagainya. Data ini dapat menunjukkan adanya perasaan malu dalam mengikuti kegiatan tersebut,
31
penderita TB paru yang dulunya aktif biasanya akan menghindari setiap aktivitas rutinnya. c) Keadaan Ekonomi Ditentukan oleh pendapatan keluarga baik yang didapat oleh kepala keluarga maupun anggota keluarga yang lain. Serta ditentukan juga oleh kebutuhan yang dikeluarkan oleh keluarga Penderita TB paru di Indonesia biasanya memiliki keadaan ekonomi yang relatif menengah kebawah.
7) Spiritual Kultural Keluarga a) Keadaan Beribadah Menjelaskan mengenai kebiasaan keluarga dalam melakukan aktivitas ibadah sesuai agama yang dianutnya. b) Keyakinan Tentang Kesehatan Dikaji melalui pandangan hidup keluarga terhadap keadaan
sehat.Sehingg
dapat
menjelaskan
mengenai keyakinan atau kepercayaan keluarga tentang kesehatan. c) Nilai dan Norma Menjelaskan mengenai nilai dan norma yang dianut oleh keluarga. Meliputi sesuatu yang dianggap baik atau buruk oleh keluarga. Dapat juga dikaji kesesuaian antara nilai dan norma keluarga dengan
nilai
dan
norma
yang
berlaku
dimasyarakat, dalam hal ini apakah keluarga mempunyai nilai atau norma yang menganggap bahwa penyakit TB paru ini adalah suatu hukuman. d) Adat yang Mempengaruhi Kesehatan
32
Mengkaji mengenai ada dan tidak adanya adat atau tabu-tabu yang dianut keluarga dan pengaruhnya terhadap kesehatan.
8) Lingkungan Rumah a) Kebersihan dan Kerapihan Kebersihan rumah sangat berpengaruh besar terhadap resiko penyebaran infeksi dari anggota keluarga yang menderita penyakit TB paru, sehingga memudahkan terjadinya TB paru pada anggota keluarga yang lain. b) Penerangan Penerangan yang cukup terutama dari sinar matahari sangat berguna untuk membasmi kuman-kuman TB secara alamiah, oleh karena itu perlu dikaji keadaan penerangan dari sinar matahari di dalam rumah dan di seluruh bagian rumah lainnya. c) Ventilasi Mengkaji tentang keadekuatan sirkulasi udara di dalam rumah.termasuk sarana yang memungkinkan sirkulasi udara. d) Jamban Kaji letak, kepemilikannya, jumlah, jenis dan kebersihannya. e) Sumber Air Minum Menjelaskan mengenai sumber air yang digunakan untuk kebutuhan sehari-hari, termasuk jenisnya (PAM, mata air, air sumur, pompa tanah dll) ketersediaan air bersih untuk kebutuhan rumah tangga. f)
Pemanfaatan Halaman
33
Menjelaskan
mengenai
bagaimana
keluarga
memanfaatkan halaman yang ada seperti digunakan sebagai apotik hidup sehingga dapat dimanfaatkan untuk pembuatan obat-obatan tradisional. g) Pembuangan Air Kotor Menjelaskan mengenai cara pembuangan air kotor seperti dialirkan ke sungai, menggunakan septic tank, termasuk jarak pembuangan dari sumber air minum. h) Pembuangan Sampah Menjelaskan bagaimana cara keluarga mengelola sampah misalkan dibakar, ditimbun, didaur ulang, dibuang ke sungai, diangkut dan sebagainya. i)
Sumber Pencemaran Menjelaskan mengenai apakah terdapat sumber pencemaran didekat rumah. Terkait dengan jenis pencemaran (polusi), jenis zat pencemar (polutan), jarak dari rumah, tindakan yang telah dilakukan dalam menanggulangi masalah tersebut, karena TB paru merupakan penyakit menular sehingga adanya sumber
pencemaran
di
sekitar
rumah
dapat
mempercepat proses penularan TB paru.
9)Genogram Genogram diisi untuk menggambarkan ada tidaknya penyakit yang diturunkan secara genetic dari generasigenerasi sebelumnya (minimal 3 generasi keatas).
10) Denah Rumah Denah rumah dibuat untuk memperlihatkan keadaan rumah, tata letak rumah sehingga dapat tergambar
34
seperti apa keadaan rumah penderita TB paru sehingga sampai terjadi penyakit TB paru pada salah seorang anggota keluarganya
b. Pengkajian Individu 1) Identitas Meliputi : nama, umur, agama, pendidikan, pekerjaan, suku/bangsa, satus marital, alamat. 2) Riwayat Kesehatan a) Masalah Kesehatan yang Pernah Dialami Biasanya didapati keluhan batuk berdahak terus menerus disertai sesak nafas.Batuk bertambah bila kedinginan dan kelelahan sedangkan sesak bertambah jika klien melakukan aktifitas dan berkurang bila klien beristirahat dalam posisi tidur setengah duduk.Selain itu ada demam, keringat malam, anorexia, BB turun dan kelemahan.Biasanya terdapat riwayat merokok dan kontak dengan penderita TB paru. b) Masalah Kesehatan Keluarga (Keturunan) Biasanya diantara anggota keluarga ada yang mempunyai penyakit yang sama dengan klien (TB paru) dan terutama yang sering kontak dengan klien.
3) Kebiasaan Sehari-hari a) Biologis (1) Pola Makan Adanya mual dan anorexia menyebabkan gangguan pola makan dari individu, ditemukan berat badan yang turun. (2) Pola Minum Biasanya tidak ditemukan gangguan pada pola minum.
35
(3) Pola Tidur Pola tidur klien dengan TB paru akan mengalami gangguan karena klien sering mengalami batuk pada malam hari sehingga sering terbangun karena batuknya. (4) BAB / BAK Anggota keluarga yang menderita TBC biasanya mengalami konstipasi, karena klien jarang makan yang diakibatkan adanya mual dan anoreksia.BAK biasanya dalam batas normal karena klien tidak kurang dalam intake cairannya. (5) Aktifitas Sehari-hari Didapatkan adanya kelemahan fisik dan cepat lelah (6) Rekreasi Penderita TB biasanya merasa rendah diri dan enggan untuk melakukan rekreasi apapun.
b) Psikologis (1) Keadaan Emosi Keadaan emosi penderita TB biasanya bervariasi tergantung koping tiap individunya, ada yang emosinya tampak labil karena tidak bisa menerima kenyataan yang menimpanya sehingga cenderung menarik diri dan mengisolasi diri, tapi ada pula yang memiliki keadaan emosi yang stabil, dimana ia akan menerima keadaannnya dengan ikhlas.
c) Sosial (1) Hubungan Antar Keluarga Hubungan antar keluarga penderita TB paru biasanya jarang terganggu, karena keluarga sudah memahami
36
betul kondisi penderita sehingga lebih bisa menerima klien apa adanya. (2) Hubungan Dengan Orang Lain Penderita TB paru biasanya menarik diri dan ada perasaan terisolasi dari masyarakat jika penyakit sudah diketahui dengan pasti. Jika penderita tersebut belum mengetahui penyakitnya, responnya akan biasa saja dan cara hidupnya pun tidak akan berubah sehingga resiko penularan penyakit pada orang lain semakin besar.
d) Spiritual / Kultural (1) Pelaksanaan Ibadah Dikaji kebiasaan melakukan kegiatan ibadah sesuai dengan agama yang dianutnya. (2) Keyakinan Tentang Kesehatan Menjelaskan mengenai keyakinan atau kepercayaan terhadap kesehatan, pandangan hidup tentang keadaan sehat. Biasanya individu dengan TB paru akan sangat merasakan bahwa sehat itu sangat berarti.
4) Pemeriksaan Fisik Dari pemeriksaan fisik pada penderita TB paru akan ditemukan data-data sebagai berikut : a.
Tanda-tanda vital : Keadaan umum
:
Lemah, lesu, kurus
Kesadaran
:
Cendrung compos mentis
Tekanan darah
:
Normal
Suhu
:
Kadang-kadang tinggi terutama pada fase-fase awal
Nadi
:
Cepat dan lemah
37
Pernafasan
:
Cepat dan tidak teratur, terlihat sesak dan adanya tarikan dinding dada
Berat badan :
:
Biasanya terjadi penurunan berat badan yang drastis
Tinggi badan
b.
:
Cendrung tetap
Pemeriksaan head to toe Kepala
: Biasanya ditemukan rambut kusam dan kotor
Mata
: Konjunngtiva cendrung pucat / anemis, mata cekung
Telinga
: Pendengaran baik, cenderung tanpa keluhan
Hidung
: Biasanya terdapat secret, kadang terlihat sulit bernafas, tersengalsengal
atau
bernafas
dengan
bantuan mulut, tampak PCH ( Pernafasan Cuping hidung ) Mulut
: Cenderung tak ada gangguan
Leher
: Terdapat pembesaran kelenjar getah bening tapi kadang juga tidak
Dada
: Ditemukan data adanya tanda-tanda penarikan
dinding
dada
saat
bernafas, suara nafas terdengar ronkhi,
bentuk
dada
biasanya
ditemukan normal namun bentuk ruas tulang belakang tampak kiposis Abdomen
: Bising usus biasanya meningkat karena klien sebenarnya lapar tapi mual sehingga tidak nafsu makan
38
Ekstermitas
: Klien bisa merasakan kelelahan yang sangat sehingga tampak malas untuk beraktifitas
Integumen
: Turgor kulit jelek, kulit kering bersisik
2. Diagnosa Keperawatan Perumusan diagnosa keperawatan keluarga terdiri dari problem (P), etiologi (E) dan symptom/sign (S). Perumusan problem merupakan respon terhadap gangguan pemenuhan kebutuhan dasar, sedangkan etiologi mengacu pada 5 tugas keluarga (komang, 2010) Dalam tinjauan teoritas menurut NANDA terdapat beberapa diagnosa keperawatan keluarga dengan TB Paru yaitu: 1.
Pola nafas tidak efektif berhungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit
2.
Kurang pengetahuan berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan yang dialami
3. Resiko penularan pada anggota keluarga berhubungan dengan kurangnya pengetahuan
keluarga
terhadap
cara
memelihara
kebersihan
lingkungannya. 4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga dalam mengambil keputusan
39
Skala untuk menentukan prioritas Asuhan Keperawatan keluarga Tabel 2.1 Skala prioritas masalah NO 1
KRITERIA Sifat masalah
BOBOT 1
SKOR Aktual = 3 Resiko = 2 Potensial = 1
2
Kemungkinan masalah
2 untuk
Sebagian = 2
dipecahakn 3
Potensial
Mudah = 3
Tidak dapat = 1 masalah
1
untuk dicegah
Tinggi = 3 Cukup = 2 Rendah = 1
4
Menonjolnya masalah
1
Segera diatasi = 2 Tidak segera diatasi = 1 Tidak dirasakan adanya masalah = 0
Sumber : Bailon dan Maglaya, 1978 dalam Murwani, (2008)
40
4. Intervensi Keperawatan Tabel 2.2 Rencana Asuhan Keperawatan Diagnosa Keperawatan 1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit
Tujuan
Kriteria Evaluasi
Tujuan umum Respon verbal dari Setelah dilakukan keluarga terkait kunjungan rumah selama 5 penyakit TB Paru hari diharapkan jalan nafas teratasi Tujuan khusus a. Keluarga mampu mengenal pengertian pola nafas tidak efektif b. Keluarga mampu mengetahui akibat yang terjadi bila pola nafas tidak efektif tidak teratasi c. Keluarga mampu merawat pola nafas tidak efektif dengan menunjukan jalan nafas yang paten d. Keluarga mampu
Standar Evaluasi
Rencana Intervensi
a. Pola nafas tidak efektif adalah dimana adanya suatu benda atau sekret yang menumpuk sehingga menganggu dalam proses bernafas b. Keluarga dapat menciptakan lingkungan yang bersih dan nyaman, agar pola nafas tidak efektif tidak terganggu c. Akibat pola nafas tidak efektif: sesak, tampak lemah, nafas tidak teratur d. Pencegahan dengan cara memiliki ventilasi, jendela dan pintu yang cukup dan sirkulasi udara yang baik. e. Memberikan
a. Diskusikan dengan keluarga pengertian pola nafas tidak efektif Tanyakan kembali tentang pengertian pengertian pola nafas tidak efektif b. Motivasi keluarga untuk mengambil keputusan dalam mengatasi penyakit pola nafas tidak efektif c. Jelaskan cara perawatan, pencegahan pola nafas tidak efektif d. Ajarkan klien batuk efektif dan
41
Diagnosa Keperawatan
Tujuan memanfaatkan fasilitas untuk mengatasi pola nafas tidak efektif e. Keluarga mampu mencegah agar pola nafas tidak efektif tidak berlanjut.
Kriteria Evaluasi
Standar Evaluasi
Rencana Intervensi
penkes/penyuluhan kepada membuang dahak keluarga agar dapat yang benar memanfaatkan fasilitas e. Anjurkan keluarga pelayanan kesehatan dalam mempraktekkan mengatasi pola nafas tidak kembali cara batuk efektif efektif dan membuang dahak ke tempatnya f. Motivasi keluarga untuk mengungkapkan kembali cara memodifikasi lingkungan
2. Kurang Tujuan Umum : Respon verbal a. Keluarga dapat a. pengetahuan a. Setelah dilakukan (pengetahuan) menyebutkan tanda-tanda berhubungan penyuluhan selama1 x dan gejala penyakit TB dengan 24 jam keluarga Paru. ketidakmampuan mampu mengambil b. Keluarga mengindentifikasi keluarga keputusan untuk cara pengobatan dan mengenal berobat secara teratur perawatan. masalah dan benar ke c. Keluarga dapat b.
Kaji tingkat pengetahuan keluarga tentang penyakit TB Paru, penyebab, gejala dan cara penangulangan. Berikan penyuluhan
42
Diagnosa Keperawatan penyakit.
Tujuan puskesmas. Tujuan Khusus : a. Keluarga mampu menyebutkan pengertian TB Paru. b. Menyebutkan tanda & gejala. Menyebutkan faktor resiko yang menyebabkan TB Paru. c. Menyebutkan faktor resiko yang menyebabkan TB Paru. Menyebutkan pengobatan dan perawatan TB Paru dan mampu mengambil keputusan dalam pengobatan
Kriteria Evaluasi
Standar Evaluasi
Rencana Intervensi
memutuskan tindakan yang harus dilakukan bila obat habis c.
d.
e.
f.
keluarga cara mengindentifikasi serangan-serangan ulang. Anjurkan berobat kembali ke Puskemas setelah mendapatkan serangan berulang. Jelaskan bahwa pengobatan TB Paru merupakan program pemerintah dan gratis melalui puskesmas. Berikan kesempatan keluarga menentukan sikap dan rencana selanjutnya dalam pengobatan. Berikan pujian kepada keluarga atas kemampuan menyikapi
43
Diagnosa Keperawatan
Tujuan
Kriteria Evaluasi
Standar Evaluasi
Rencana Intervensi kekambuhan penyakit.
3. Resiko penularan Tujuan Umum : Respon verbal dari a. Keluarga mampu a. Mendiskusikan berhubungan a. Setelah dilakukan keluarga menyebutkan TB Paru dengan keluarga dengan kunjungan rumah adalah suatu penyakit media penularan kurangnya setelah 5 hari menular. b. Diskusikan dengan pengetahuan diharapkan resiko b. Keluarga mampu keluarga keluarga penularan pada menyebutkan cara pencegahan dan terhadap cara anggota keluarga penularan TB Paru dengan penularan memelihara teratasi. menjaga jarak ketika c. Berikan kepada kebersihan berbicara, ketika batuk, keluarga tentang lingkungannya Tujuan Khusus : bersin dan seharusnya akibat jika TB Paru a. Keluarga mampu meutup mulut atau dengan tidak diatasi mengenal media menggunakan sapu tangan d. Diskusikan dengan penularan, tanda dan atau tisu. keluarga cara gejalan penularan dan c. Keluarga mengetahui memodifikasi cara mencegah akibatnya jika tidak diatasi lingkungan dengan penularan maka dapat menular menyediakan b. Keluarga mampu kepada anggota keluarga ventilasi yang mengambil keputusan lainnya cukup agar sirkulasi untuk mencegah agar d. Keluarga dapat udara baik TB Paru tidak menyebutkan cara berlanjut memodifikasi lingkungan
44
Diagnosa Keperawatan
Tujuan c. Keluarga mampu menjelaskan cara perawatan agar tidak terjadinya penularan pada anggota keluarga yang lainnya d. Keluarga mampu memodifikasi lingkungan
Kriteria Evaluasi
Standar Evaluasi yang bersih dan nyaman, agar TB Paru tidak menular pada anggota keluarga yang lainnya
Rencana Intervensi
45
`4. Implementasi Implementasi
keperawatan
disesuaikan
dengan
rencana
tindakan
keperawatan dengan memperhatikan dan mengetumakan masalah utama yang aktual. Sebelum melaksanakan tindakan keperawatan yang sudah direncanakan, perawat perlu memvalidasi apakah rencana tindakan keperawatan masih dibutuhkan dan sesuai dengan kondisi klien pada saat ini. Implementasi merupakan pelaksanaan dari perencanaan keperawatan.
5. Evaluasi Evaluasi adalah proses yang berkelanjutan untuk menilai efek dari tindakan keperawatan pada klien. Evaluasi dilakukan terus menerus pada respon klien terhadap tindakan keperawatan yang dilakukan.
45
46
C. Kerangka Teori Fungsi keluarga
Konsep Keluarga
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal disuatu tempat dibawah satu atap dan keadaan saling ketergantungan (Depkes,2008).
1.
Fungsi afektif
2.
Fungsi sosialisasi
3.
Fungsi reproduksi
4.
Fungsi ekonomi
5.
Fungsi perawatan kesehatan
Tugas keluarga 1.
Pengertian TB Paru Tuberkulosisadalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TB (Mycobacterium Tuberculosis). Sebagian besar kuman TB menyerang paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya( Kemenkes, 2011 )
Ketidakmampuan keluarga dalam mengenal masalah kesehatan
2.
Ketidakmampuan keluarga dalam mengambil keputusan
3.
Ketidakmampuan
keluarga
merawat anggota keluarga yang sakit 4.
Ketidakmampuan
keluarga
memodifikasi lingkungan
Etiologi Penyebab tuberkolosis adalah Mycobacterium tubercolosis. Basil ini tidak berspora sehingga mudah dibasmi dengan pemanasan sinar matahari, dan sinar UV. Ada dua macam mikobakteria tuberculosis yaitu tipe human dan tipe bolvin. Basil tipe Bovin berada dalam susu sapi yang menderita mastitis tuberculosis usus. Basil tipe human bisa berada di bercak ludah ( droplet ) dan di udara yang berasal dari penderita TBC, dan orang yang terkena rentan terinfeksi bila menghirupnya. ( Wim de Jong, 2005 )
5.
Ketidakmampuan
keluarga
memanfaatkan fasilitas kesehatan Konsep Asuhan Keperawatan 1. Pengkajian 2. Diagnosis keperawatan keluarga 3. Intervensi 4. Implementasi 5. Evaluasi
Gambar 2.2 Kerangka Teori Sumber : modifikasi ( Wim de Jong, 2005, Kemenkes, 2011, dan Depkes 2008 )
47
D. Pertanyaan Penelitian 1.
Bagaimanakah Pengkajian Asuhan Keperawatan Keluarga dengan TB Paru di Wilayah Kerja Puskesmas Mandor Kabupaten Landak
Tahun
2018 ? 2.
Apakah Diagnosa Asuhan Keperawatan Keluarga dengan TB Paru di Wilayah Kerja Puskesmas Mandor Kabupaten Landak Tahun 2018 ?
3.
Bagaimanakah Intervensi Asuhan Keperawatan Keluarga dengan TB Paru di Wilayah Kerja Puskesmas Mandor Kabupaten Landak
Tahun
2018 ? 4.
Bagaimanakah Implementasi Asuhan Keperawatan Keluarga dengan TB Paru di Wilayah Kerja Puskesmas Mandor Kabupaten Landak
Tahun
2018 ? 5.
Bagaimanakah Evaluasi Asuhan Keperawatan Keluarga dengan TB Paru di Wilayah Kerja Puskesmas Mandor Kabupaten Landak Tahun 2018 ?