PROYEK REHABILITASI GEDUNG JAYA SABHA, DENPASAR- BALI
2016
BAB II TINJAUAN TEORI
Pada bab ini akan dijabarkan mengenai landasan teori dari berbagai sumber yang relevan sebagai acuan atau pembanding dalam menyusun laporan kerja praktek pelaksanaan dan pengawasan Proyek Pembangunan Gedung Jaya Sabha Denpasar,Bali. Teori-teori yang dikemukakan antara lain mengenai pengertian proyek, lingkup dan penggolongan, hak dan kewajiban, tanggung jawab, hubungan kerja, proses mendapatkan pekerjaan, serta pedoman dalam pelaksanaan dan pengelolaan kerja, serta keterkaitan tinjauan teori dengan proyek dilapangan. 2.1 Proyek 2.1.1
Pengertian Proyek Berikut ini merupakan beberapa definisi mengenai pengertian proyek diantaranya sebagai
berikut : A.
Proyek adalah suatu rangkaian aktivitas yang dapat direncanakan yang di dalamnya menggunakan sumber–sumber ( input ), misalnya uang dan tenaga kerja, untuk mendapatkan manfaat ( benefit ) dan hasil ( return ) di masa yang akan datang. Aktivitas ini mempunyai saat mulai ( starting point ) dan saat berakhir ( ending point ) (Khadariah, Lien Karlina, Clive Gray dalam Evaluasi Proyek, Uraian Singkat dalam Soal
B.
Tanya Jawab, Tahun 1998, hal 1) Proyek adalah kegiatan–kegiatan yang dapat direncanakan dan dilaksanakan dalam suatu bentuk kesatuan dengan menggunakan sumber–sumber untuk mendapatkan benefit. Kegiatan – kegiatan tersebut dapat berupa investasi baru seperti pembangunan pabrik, jalan raya, irigasi, bangunan dan lain – lain. (Clive Gary Gray, evaluasi proyek Edisi II tahun 1993, hal 1) Dari beberapa pengertian dari proyek di atas maka disimpulkan pengertian proyek adalah suatu rangkaian kegiatan yang awal direncanakan dan dilaksanakan dalam suatu kesatuan dan kurun waktu tertentu yang didalamnya menggunakan sumber-sumber dana dan tenaga kerja (input), dan bertujuan untuk mendapatkan manfaat (benefit) dan hasil (returs).
BAB II | LAPORAN KERJA PRAKTEK PELAKSANAAN DAN PENGAWASAN
9
PROYEK REHABILITASI GEDUNG JAYA SABHA, DENPASAR- BALI
2016
2.1.2 Perencanaan dan Pelaksanaan Proyek Tahap ini merupakan fase yang paling menetukan. Tahap ini adalah simulasi proyek dan dilakukan perincian kegiatan serta biaya. Dengan perencanaan ini, diharapkan tercapainya koordinasi dan komunikasi yang merupakan dasar pengawasan, memenuhi persyaratan yang diminta, dan dapat membantu mengantisipasi permasalahan yang mungkin terjadi. A. Kegiatan Proyek Langkah pertama merencanakan pelaksanaan proyek adalah membaginya kedalam kegiatan-kegiatan. Kegiatan ini perlu diidentifikasi untuk mencari hubungan keterkaitan antara kegiatan yang satu dengan yang lainnya. dengan demikian pemberi proyek dapat mengetahui secara garis besar kegiatan apa saja yang akan dilaksanakan untuk menyelesaikan proyek tersebut serta dana dan waktu yang diperlukan, sehingga dapat diperkirakan kapan proyek tersebut berakhir. B. Jadwal Proyek Langkah kedua yaitu dengan menetukan jadwal kegiatan dalam proyek. Kegiatan apa yang direncanakan dibuat secara berurutan agar proses pelaksanaan tidak tumpang tindih, serta memiliki target kerja yang jelas berkaitan dengan waktu. (Reksohadipujo, 1983:117) 2.2 Manajemen Proyek 2.2.1 Definisi Manajemen Manajemen merupakan ilmu pengetahuan tentang seni memimpin organisasi yang terdiri atas kegiatan perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengendalian terhadap sumbersumber daya yang terbatas dalam usaha mencapai tujuan dan sasaran efektif dan efisien. Manajemen bertujuan untuk mendapatkan metode atau cara teknis yang paling baik agar dengan sumber-sumber daya yang terbatas diperoleh hasil maksimal dalam hal ketepatan, kecepatan, penghematan dan keselamatan kerja secara komprehensif. (Abrar Husen, Manajemen Proyek ). Manajemen juga dapat didefinisikan sebagai suatu proses kolektivitas orang-orang yang melakukan aktivitas manajemen dan sebagai seni & ilmu (Manullang M, Dasar-Dasar Manajemen ). A. Klasifikasi Manajemen Menurut pemecahan persoalan, oleh Beishline Manajemen diklasifikasikan ke dalam kelas sebagai berikut : 1. Manajemen Konvensional
BAB II | LAPORAN KERJA PRAKTEK PELAKSANAAN DAN PENGAWASAN
10
PROYEK REHABILITASI GEDUNG JAYA SABHA, DENPASAR- BALI
2016
Manajemen jenis ini masih didasarkan pada masa lampau, sehingga manajer memiliki 2.
peranan yang sangat penting. Manajemen Sistematis Manajemen jenis ini didasarkan bukan hanya pengalaman sendiri melainkan pengalaman
3.
orang lain yang menghadapi masalah serupa. Manajemen Berdasarkan Ilmu Pengetahuan Manajemen jenis ini didasarkan data yang sudah dikumpulkan berkaitan atas masalah yang dihadapi, baru kemudian diambil keputusan.
B. Fungsi Manajemen Principal of Management George R. Terry dibahas dalam buku Manajemen Proyek oleh Abrar Husen dimana fungsi – fungsi manajemen dijabarkan yang disingkat POAC. 1. Perencanaan (Planning) Merupakan penetapan sasaran dan tujuan yang harus dicapai serta menentukan kebijakan pelaksanaan, program yang akan dilakukan, jadwal waktu pelaksanaan, prosedur pelaksanaan secara administratif dan operasional serta alokasi anggaran biaya 2.
dan sumber daya. Pengorganisasian (Organizing) Merupakan kegiatan yang melakukan identifikasi dan pengelompokan jenis-jenis pekrjaan, menetukan pendelegasian wewenang dan tanggung jawab personel serta
3.
meletakkan dasar bagi hubungan masing-masing unsur organisasi. Pelaksanaan (Actuating) Merupakan kegiatan yang mengimplementasikan dari perencanaan yang telah ditetapkan, dengan melakukan tahapan pekerjaan yang sesungguhnya secara fisik atau non fisik sehingga produk akhir sesuai dengan sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan. Pada tahapan ini juga telah ditetapkan konsep pelaksanaan serta personel yang terlibat
4.
pada organisasinya. Pengendalian (Controlling) Merupakan kegiatan yang bertujuan untuk memastikan bahwa program dan aturan kerja yang telah ditetapkan dapat dicapai dengan penyimpangan paling minimal dan hasil paling memuaskan. Untuk itu dilakukan bentuk-bentuk kegiatan seperti berikut: a Supervisi Melakukan serangkaian tindakan koordinasi pengawasan dalam batas wewenang dan tanggung jawab menurut prosedur organisasi yang telah ditetapkan, agar dalam operasional dapat dilakukan secara bersama-sama oleh semua personel dengan kendali pengawas. b Inspeksi
BAB II | LAPORAN KERJA PRAKTEK PELAKSANAAN DAN PENGAWASAN
11
PROYEK REHABILITASI GEDUNG JAYA SABHA, DENPASAR- BALI
2016
Melakukan pemeriksaan terhdap hasil pekerjaan dengan tujuan menjamin spesifikasi mutu dan produk sesuai dengan yang direncanakan. c Tindakan Koreksi Melakukan perubahan dan perbaikan terhadap rencana yang telah ditetapkan untuk menyesuaikan dengan kondisi pelakasanaan. C. Manajemen Sumber Daya Perencanaan Sumber daya yang matang dan cermat sesuai kebutuhan logis proyek akan membantu pencapaian sasaran dan tujuan proyek secara maksimal, dengan tingkat efektivitas dan efisiensi yang tinggi. Perencanaan yang akurat akan memberikan informasi-informasi penting dalam pengelolaan proyek sehingga kualitas sumber daya, jumlah biaya yang harus dikeluarkan dapat diidentifikasi dan diukur besarannya dengan konsekuensi-konsekuensi logis yang berlaku dalam proyek. Perencanaan sumber daya dengan metode yang benar dan evaluasi yang continu akan memberikan tingkat efektifitas dan efisiensi yang tinggi. (Abrar Husen, Manajemen Proyek ). 1. Sumber Daya Manusia Sumber daya manusia yang ada pada suatu proyek akan dikategorikan menjadi tenaga kerja tetap dan tenaga kerja tidak tetap. Pembagian kategori ini bertujuan untuk efisiensi perusahaan dalam mengelola sumber daya dapat maksimal dengan beban ekonomis yang memadai. 2.
Sumber Daya Peralatan Penentuan alokasi sumber daya peralatan yang akan digunakan dalam suatu proyek, kondisi kerja serta kondisi peralatan perlu diidentifikasi dahulu. Hal ini bertujuan agar tingkat kebutuhan pemakaian dapat direncanakan secara efektif dan efisien. Beberapa hal yang perlu diidentufikasi adalah: a Kondisi medan kerja b Kondisi cuaca, khususnya pada proyek dengan lahan terbuka c Perencanaan mobilisasi peralatan ke lokasi proyek d Komunikasi yang memadai antar operator peralatan dengan pengendali pekerjaan. e Fungsi peralatan yang sesuai dengan pekerjaan yang akan dilakukan f Kondisi peralatan yang siap pakai
3.
Sumber Daya Material Sumber daya material harus dikelola dengan baik agar kebutuhannya mencukupi pada waktu dan tempat yang diinginkan. Dalam kebutuhan material dibutuhkan beragam informasi tentang spesifikasi, harga maupun kualitas yang diinginkan agar beberapa
BAB II | LAPORAN KERJA PRAKTEK PELAKSANAAN DAN PENGAWASAN
12
PROYEK REHABILITASI GEDUNG JAYA SABHA, DENPASAR- BALI
2016
penawaran dari pemasok dapat dipilih sesuai dengan spesifikasi proyek dengan harga yang paling ekonomis. Hal yang harus dipertimbangkan adalah sebagai berikut: a Kualitas material yang dibutuhkan harus sesuai dengan yang dipersyaratkan dalam b
spesifikasi proyek. Spesifikasi teknis material, merupakan dokumentasi persyaratan teknis material yang
c d e f
direncanakan dan menjadi acuan untuk pemenuhan kebutuhan material. Lingkup penawaran yang diajukan oleh beberapa pemasok Waktu pengiriman menyesuaikan dengan jadwal pemakaian material Pajak penjualan material Termin pembayaran logistic material yang harus disesuaikan dengan cashflow proyek
g
agar likuiditas keuangan tetap aman. Pemasok Material adalah rekanan yang terpilih, memberikan pelayanan yang
h i
memuaskan pada proyek sebelumnya. Gudang penimbun material harus cukup untuk menampung material yang siap pakai. Harga Material dapat naik sewaktu-waktu saat proyek dilaksanakan, sehingga
j
eskalasi harus diperhitungkan. Jadwal pengiriman material harus sesuai dengan kebutuhan proyek dengan waktu pengiriman material dari pemasok.
4.
Sumber Daya Modal atau Keuangan Keuangan proyek perlu dikelola dengan hati-hati agar pada akhir proyek, proyeksi keuntungan yang telah direncanakan dapat dicapai sesuai dengan yang diharapkan. Dalam mengelola proyek, dibutuhkan perencanaan matang dalam hal aliran kas masuk dan kas keluar, yang disebut aliran kas (cashflow) berupa: a Kas Keluar: penggunaan modal, pembayaran tenaga kerja dan stad kantor, pembelian material, sewa/beli peralatan, pembayaran subkontraktor, pembayaran pajak, pembayaran asuransi, retensi, pembayaran pinjaman serta bunga bank, biaya b
overhead Kas Masuk: modal awal, pinjaman dari bank, uang muka proyek, penerimaan termin bank.
2.2.2
Aspek Manajemen Proyek Menurut Husen (2009:6) dalam manajemen proyek, yang perlu dipertimbangkan agar
output proyek sesuai dengan sasaran dan tujuan yang direncanakan adalah mengidentifikasi berbagai masalah yang mungkin timbul ketika proyek dilaksanakan. Beberapa aspek yang dapat
BAB II | LAPORAN KERJA PRAKTEK PELAKSANAAN DAN PENGAWASAN
13
PROYEK REHABILITASI GEDUNG JAYA SABHA, DENPASAR- BALI
2016
diidentifikasi dan menjadi masalah dalam manajemen proyek serta membutuhkan penanganan yang cermat adalah sebagai berikut : A. Aspek keuangan: masalah ini berkaitan dengan pembelanjaan dan pembiayaan proyek. Biasanya berasal dari modal sendiri dan/atau pinjaman dari bank atau investor dalam jangka pendek atau jangka panjang. Pembiayaan proyek menjadi sangat krusial bila proyek berskala besar dengan tingkat kompleksitas yang rumit, yang membutuhkan analisis keuangan yang cermat dan terencana. B. Aspek anggaran biaya: masalah ini berkaitan dengan perencanaan dan pengendalian biaya selama proyek berlangsung. Perencanaan yang matang dan terperinci akan memudahkan proses pengendalian biaya, sehingga biaya yang dikeluarkan sesua dengan anggaran yang direncanakan. Jika sebaliknya, akan terjadi peningkatan biaya yang besar dan merugikan bila proses perencanaannya salah C. Aspek manajemen sumber daya manusia: masalah ini berkaitan dengan kebutuhan dan alokasi SDM selama proyek berlangsung yang berfluktuatif. Agar tidak menimbulkan masalah yang kompleks, perencanaan SDM didasarkan atas organisasi proyek yang dibentuk sebelumnya dengan melakukan langkah-langkah, proses staffing SDM, deskripsi kerja, perhitungan beban deskripsi wewenang dan tanggung jawab SDM serta penjelasan tentang sasaran dan tujuan proyek. D. Aspek manajemen produksi: masalah ini berkaitan dengan hasil akhir dari proyek, hasil akhir proyek negatif bila proses perencanaan dan pengendaliannya tidak baik. Agar hal ini tidak terjadi, maka dilakukan berbagai usaha untuk meningkatkan produktivitas SDM, meningkatkan efisiensi proses prduksi dan kerja, meningkatkan kualitas produksi melalui jaminan mutu dan pengendalian mutu. E. Aspek harga: masalah ini timbul karena kondisi eksternal dalam hal persaingan harga yang dapat merugikan perusahaan karena produk yang dihasilkan membutuhkan biaya produksi yang tinggi dan kalah bersaing dengan produk lain. F. Aspek efektivitas dan efisiensi: masalah ini dapat merugikan bila fungsi produk yang dihasilkan tidak terpenuhi/tidak efektif atau dapat juga terjadi bila faktor efisiensi tidak dipenuhi, sehingga usaha produksi membutuhkan biaya yang besar.
BAB II | LAPORAN KERJA PRAKTEK PELAKSANAAN DAN PENGAWASAN
14
PROYEK REHABILITASI GEDUNG JAYA SABHA, DENPASAR- BALI
2016
G. Aspek pemasaran: masalah ini timbul berkaitan dengan perkembangan faktor eksternal sehubungan dengan persaingan harga, strategi promosi, mutu produk serta anilisis pasar yang salah terhadap produksi yang dihaslikan. H. Aspek mutu: masalah ini berkaitan dengan kualitas produk akhir yang nantinya dapat meningkatkan daya saing serta memberikan kepuasan bagi pelanggan. I. Aspek waktu: masalah waktu dapat menimbulkan kerugian biaya bila terlambat dari yang direncanakan serta akan menguntungkan bila dapat dipercepat. 2.2.3
Unsur Manajemen Proyek Proses dalam manajemen sifatnya umum dan dapat digunakan dalam berbagai bidang
yang membutuhkan pengelolaan yang sistematis, terarah serta mempunyai sasaran dan tujuan yang jelas. Sehingga unsur pada manajemen proyek meliputi : A. Perencanaan (Planning) : Pada kegiatan ini dilakukan antisipasi tugas dan kondisi yang ada dengan menetapkan sasaran dan tujuan yang harus dicapai serta menentukan kebijakan pelaksanaan, program yang akan dilakukan, jadwal waktu pelaksanaan, prosedur pelaksanaan secara administratif dan operasional serta alokasi anggaran biaya dan sumber daya. Perencanaan harus dibuat dengancermat, lengkap, terpadu dan dengan tingkat kesalahan paling minimal. Namun hasil dari perencanaan bukanlah dokumen yang bebas dari koreksi karena sebagai acuan bagi tahapan pelaksanaan dan pengendalian, perencanaan harus terus disempurnakan secara iteratif untuk menyesuaikan dengan perubahan dan perkembangan yang terjadi pada proses selanjutnya.(Husen, 2009:3) B. Pengorganisasian (Organizing) : Pada kegiatan ini dilakukan identifikasi dan pengelompokan jenis-jenis pekerjaan, menentukan pendelegasian wewenang dan tanggung jawab personel serta meletakkan dasar bagi hubungan masing-masing unsur organisasi. Untuk menggerakkan organisasi, pimpinan harus mampu mengarahkan organisasi dan menjalin komunikasi antarpribadi dalam hierarki organisasi. Semua itu dibangkitkan melalui tanggung jawab dan partisipasi semua pihak.(Husen, 2009:3) C. Pelaksanaan (Actuating) : Kegiatan ini adalah implementasi dari perencanaan yang telah ditetapkan, dengan melakukan tahapan pekerjaan yang sesungguhnya secara fisik
BAB II | LAPORAN KERJA PRAKTEK PELAKSANAAN DAN PENGAWASAN
15
PROYEK REHABILITASI GEDUNG JAYA SABHA, DENPASAR- BALI
2016
atau non fisik sehingga produk akhir sesuai dengan sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan. Karena kondisi perencanaan sifatnya masih ramalan dan subjektif serta masih perlu penyempurnaan, dalam tahap ini sering terjadi perubahan-perubahan dari rencana yang telah ditetapkan.Biasanya, pada tahapan pelaksanaan, pihak-pihak yang terlibat lebih beragam. Oleh karena itu, dibutuhkan koordinasi terpadu untuk mencapai keserasian dan keseimbangan kerja. Pada tahapan ini juga telah ditetapkan konsep pelaksanaan serta personel yang terlibat pada organisasinya, kemudian secara detail menetapkan jadwal, program, alokasi biaya, serta alokasi sumber daya yang digunakan. (Husen, 2009:3) D. Pengendalian (Controlling) : Kegiatan yang dilakukan pada tahapan ini dimaksudkan untuk memastikan bahwa program dan aturan kerja yang telah ditetapkan dapat dicapai dengan penyimpangan paling minimal dan hasil paling memuaskan. Untuk itu dilakukan bentul-bentuk kegiatan seperti berikut: 1. Supervisi : melakukan serangkaian tindakan koordinasi pengawasan dalam batas wewenang dan tanggung jawab menurut prosedur organisasi yang telah ditetapkan, agar dalam operasional dapat dilakukan secara bersama-sama oleh semua personel dengan kendali pengawas. 2. Inspeksi : melakukan pemeriksaaan terhadap hasil pekerjaan dengan tujuan menjadmin spesifikasi mutu dan produk sesuai dengan yang direncanakan. 3. Tindakan koreksi : melakukan perubahan dan perbaikan terhadap rencana yang telah ditetapkan untuk menyesuaikan dengan kondisi pelaksanaan.(Husen, 2009:4) 2.2.4
Stakeholder Proyek Agar keinginan dan kebutuhan masing-masing pihak dalam suatu proyek dapat
direalisasikan dalam suatu usaha bersma untuk pencapaian sasaran dan tujuan, perlu dilakukan identifikasi terhadap organisasi atau individual (Stakeholder), baik dari internal maupun eksternal, yang akan berperan mempengaruhi proyek dan harus diantisi selama proyek berlangsung. (Abrar Husen, 2011:18) Stakeholder untuk proyek konstruksi dapat diuraikan sebagai berikut: A.
Pemilik Proyek: Seseorang atau perusahaan yang mempunyai danan memberikan tugas kepada seseorang atau perusahaan yang memiliki keahlian dan pengalaman
BAB II | LAPORAN KERJA PRAKTEK PELAKSANAAN DAN PENGAWASAN
16
PROYEK REHABILITASI GEDUNG JAYA SABHA, DENPASAR- BALI
2016
dalam pelaksanaan pekerjaan agar hasil proyek sesuai sasaran dan tujuan yang B.
ditetapkan. Konsultan: Seseorang atau perusahaan yang ditunjuk oleh pemilik yang memiliki keahlian dan pengalaman dalam merancang dan pengawas proyek konstruksi, terdiri atas : 1. Konsultan Perencanaan: seseorang atau perusahaan yang memiliki keahlian dan pengalaman dalam merencanakan proyek konstruksi seperti halnya Perencana Arsitektur, Perencanaan Struktur Perencana Mekenanikal dan Elektrikal dan lain sebagainya. 2. Konsultan Pengawas: perusahaan yang memiliki keahlian dan pengalaman dalam pengawasan pelaksanaan proyek. 3. Konsultan Manajamen Konstruksi: perusahaan yang mewakili pemilik dalam
pengelolaan proyek, sejak awal hingga akhir proyek. C. Kontraktor: perusahaan yang dipilih dan disetujui untuk melaksanakan pekerjaan konstruksi yang direncanakan sesuai dengan keinginan pemilik proyek dan bertanggung jawab penuh terhadap pembangunan fisik proyek. Biasanya penentuan kontraktor dilakukan melalui lelang/tender atau dapat juga melalui penunjukan langsung dengan negosiasi penawaran harga. D. Sub-Kontraktor: Pihak yang ditunjuk oleh kontraktor dan disetujui oleh pemilik untuk menegerjakan sebagian pekerjaan kontraktor pada bagian fisik proyek yang memiliki keahlian khusus/spesialis. E. Pemasok (supplier): pihak yang ditunjuk oleh kontraktor untuk memasok material yang memiliki kualifikasi yang diinginkan oleh pemilik. 2.2.5
Organisasi Proyek Organisasi proyek adalah sebagai sarana dalam mencapai tujuan dengan mengatur dan
mengorganisasi Sumber Daya, Tenaga Kerja, Material, Peralatan, dan Modal secara efektif dan efisien dengan menerapkan sistem manajemen sesuai kebutuhan proyek (Husen, 2011:20) Beberapa macam struktur organisasi proyek dapat dijelaskan seperti berikut: A.
Organisasi Proyek Fungsional Struktur organisasi jenis ini dikelompokkan menurut fungsinya, memiliki struktur dengan konsep otoritas dan hierarki vertical. Tanggung jawab organisasi proyek
B.
biasanya dirangkap dengan tugas sehari-hari pada organisasi fungsional perusahaan. Organisasi Proyek Murni
BAB II | LAPORAN KERJA PRAKTEK PELAKSANAAN DAN PENGAWASAN
17
2016
PROYEK REHABILITASI GEDUNG JAYA SABHA, DENPASAR- BALI
Struktur organisasi jenis ini merupakan tersendiri dari organisasi fungsional perusahaan, dimana manajer memiliki otoritas penuh terhadap proyek. Tim proyek memiliki komitmen dan wewenang mandiri, namun tetap dalam koordinasi C.
perusahaan. Organisasi Proyek Matriks Struktur organisasi proyek ini biasanya gabungan dari organisasi proyek murni dan fungsional, memanfaatkan ahli dari berbagai disiplin ilmu yang terlibat dalam organisasi fungsional sebagai bagian dari proyek, tetapi tidak mengganggu proses pelaksanaan proyek serta organisasi fungsional perusahaan.
2.2.6
Kinerja Proyek Kinerja proyek dapat diukur dari indicator kinerja biaya, mutu, waktu, serta keselamatan
kerja dengan merencanakan secara cermat, teliti, dan terpadu seluruh alokasi sumber daya manusia, peralatan, material serta biaya yang sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan. Semua itu diselaraskan dengan sasaran dan tujuan proyek. (Abrar Husen, 2011:60). Biaya
Keselamatan Kerja Mutu
Waktu
Gambar 2.1 Indikator Kinerja Proyek
Sumber: www.google.com SU A. Manajemen Biaya Seluruh urutan kegiatan proyek perlu memiliki standar kinerja biaya proyek yang Sumber : Abrar Husen, 2011 : 60
dibuat dengan akurat dengan cara membuat format perencanaan seperti berikut: 1. Kurva S, berfungsi untuk mengetahui progress waktu proyek, kurva S berguna juga untuk mengendalikan kinerja biaya, hal ini ditunjukkan dari bobot pengeluaran kumulatif masing-masing kegiatan yang dapat dikontrol dengan membandingkan dengan baseline periode tertentu sesuai dengan kemajuan actual proyek. 2. Diagram Cashflow, diagaram ini berfungsi untuk menunjukkan rencana aliran pengeluaran dan pemasukan biaya selama proyek berlangsung. Diagram ini BAB II | LAPORAN KERJA PRAKTEK PELAKSANAAN DAN PENGAWASAN
18
PROYEK REHABILITASI GEDUNG JAYA SABHA, DENPASAR- BALI
2016
diharapkan dapat mengendalikan keseluruhan biaya proyek secara detail sehingga tidak mengganggu keseimbangan kas proyek. 3. Kurva Earned Value yang menyatakan nilai uang yang telah dikeluarkan pada baseline tertentu sesuai dengan kemajuan actual proyek. Biaya dikoreksi apabila ada indikasi biaya yang dikeluarkan melebihi rencana. 4. Balance Sheet menyatakan besarnya aktiva dan pasiva keuangan perusahaan selama periode satu tahun dengan keseluruhan proyek yang telah dikerjakan beserta assetaset yang dimiliki perusahaan. B. Manajemen Mutu Jaminan mutu (quality assurance) dapat diperoleh dengan melakukan proses berdasarkan kriteria material atau kerja yang telah ditetapkan hingga didapat standar produk akhir. Pengendalian tiap-tiap proses (quality control) dimaksudkan untuk menjamin mutu material atau kerja yang diperoleh sesuai dengan sasaran dan tujuan yang ditetapkan. Untuk mendapatkan standar kinerja mutu yang baik, dapat dilakukan dengan mengadopsi beberapa sistem perencanaan dan pengendalian mutu seperti diuraikan di bawah ini: 1. Menerapkan Sistem Manajemen Mutu ISO 9000 dengan menjalankan prosedur sebagai bagian dari keseluruhan sistem untuk mendapatkan produk akhri yang sesuai dengan yang direncanakan. 2. Pembuatan gambar kerja yang detail dan akurat, pembuatan spesifikasi umum dan teknis terhadap pekerjaan dan material yang digunakan. 3. Pengendalian selama pelaksanaan proyek, jadwal pengririman material harus tepat waktu, proses penyimpanan material ama dan terlindugi, selain itu dibuatkan format standar prosedur operasinya mengikuti spesifikasi yang telah ditetapkan dalam penggunaan materialnya. 4. Melengkapi pengendalian kinerja Mutu dapat dilakukan dengan membuat prosedur dan instruksi kerja dari total quality control (Pengendalian Muru Terpadu) dengan melakukan kegiatan perencanaan (Plan), pelaksanaan (do), pemeriksaan (check), tindakan koreksi (corrective action). C. Manajemen Waktu Standar kinerja waktu ditentukan dengan merujuk seluruh tahapan kegiatan proyek beserta durasi dan penggunaan sumber daya. Dari semua informasi dan data yang telah diperoleh, dilakukan proses penjadwalan sehingga aka nada output berupa format-format laporan lengkap mengenai indicator progress waktu, sebagai berikut:
BAB II | LAPORAN KERJA PRAKTEK PELAKSANAAN DAN PENGAWASAN
19
PROYEK REHABILITASI GEDUNG JAYA SABHA, DENPASAR- BALI
2016
1. Barchart, diagram batang yang secara sederhana dapat menunjukkan informasi rencana jadwal proyek beserta durasinya, lalu dibandingkan dengan progres actual sehingga diketahui apakah proyek terlambat atau tidak. 2. Network Planning, sebagai jaringan kerja berbagai kegiatan dapat menunjukkan kegiatan-kegiatan kritis yang mebutuhkan pengawasan ketat agar pelaksanaannya tidak terlambat. 3. Kurva S, yang berguna dalam pengendalian kinerja waktu. Hal ini ditunjukkan dari bobot penyelesaian kumulatif masing-masing kegiatan dibandingkan dengan keadaan aktual, sehingga apakah proyek terlambat atau tidak dapat dikontrol dengan memberikan baseline pada periode tertentu. 4. Kurva Earned Value yang dapat menyatakan progress waktu berdasarkan baseline yang telah ditentukan untuk periode tertentu sesuai dengan kemajuan aktual proyek. Bila ada indikasi waktu terlambat dari yang direncanakan, maka dapat dikoreksi dengan menjadwalkan ulang.
D. Manajemen K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) K3 merupakan factor yang paling penting dalam pencapaian sasaran tujuan proyek. Hasil yang maksimal dalam kinerja biaya, mutu dan waktu tiada artinya bila tingkat keselamatan kerja terabaikan. Indikatornya dapat berupa tingkat kecelakaan kerja yang tinggi, seperti banyak tenaga kerja yang meninggal, cacat prmanen serta instalasi proyek yang rusak , selain kerugian materi yang besar. Serta Manajemen Keselematan dan Kesehatan (K3) adalah suatu struktur komposisi yang kompleks dengan personel, sumber daya, program beserta kebijakan dan prosedurnya terintegrasi dalam wadah organisasi perusahaan/badan atau lembaga. 2.2.7
Metode Pelaksanaan Persiapan dan Kontruksi Pekerjaan kontruksi adalah seluruh pekerjaan yang berhubungan dengan pelaksanaa
kontruksi bangunan atau pembuatan wujud fisik lainnya. Pelaksanaan kontruksi bangunan meliputi keseluruhan atau sebagian rangkaian kegiatan pelaksanaan yang mencakup pekerjaan arsitektural, sipil, mekanikal, elektrikal, dan tata lingkungan, masing-masing beserta kelengkapannya untuk mewujudkan suatu bangunan. Pembuatan wujud fisik lainnya, meliputi keseluruhan atau sebagian rangkaian kegiatan pelaksanaan yang mencakup pekerjaan untuk mewujudkanselain bangunan.
BAB II | LAPORAN KERJA PRAKTEK PELAKSANAAN DAN PENGAWASAN
20
PROYEK REHABILITASI GEDUNG JAYA SABHA, DENPASAR- BALI
2016
Sebelum memulai sebuah pekerjaan kontruksi, terlebih dahulu diadakan peninjauan keadaan lapangan (project site/field) untuk memperoleh sebuah gambaran secara menyeluruh mengenai keadaan lapangan dalam rangka menyusun kegiatan persiapan pelaksanaan pengerjaan. Pelaksanaan pengerjaan persiapan merupakan salah satu metode dalam pelaksaan pekerjaan kontruksi. Penerapan metode tersebut, terkait erat denfan kondisi lapangan dan jenis proyek yang dikerjakan. Setiap proyek adalah unik dalam artian tidak ada dua proyek yang sama persis. Semua jenis proyek kontruksi umumnya dimulai dengan pelaksanaan pekerjaan persiapan. Salah satu kegiatan dalam pelaksanaan pekerjaan persiapan adalah penyusunan rencana lapangan (perencanaan site plan/site installation). Tujuan pokok dalam perencanaan site plan/site installation adalah mengatur letak bangunan, fasilitas dan sarana pada proyek sedemikian rupa, sehingga pelaksanaan pengerjaan kontruksi dapat berjalan dengan : A. Effisien Penempatan dari bangunan, fasilitas, dan sarana pada projek perlu di atur menurut kebutuhan sehingga diperoleh efisiensi kerja. Efisiensi kerja adalah pencapaian perbandingan terbaik antara sumber tenaga/daya dengan hasil pelaksanaan. Oleh karena itu, tata letak bangunan bangunan fasilitas dan sarana tersebut tidak boleh saling mengganggu satu dengan yang lainnya, baik jarak maupun ukurannya. B. Efektif Penempatan bangunan fasilitas dan sarana yang efektif pada projek juga di butuhkan dalammenunjang pekerjaan kontruksi. Efektif adalah dapat diselesaikannya suatu pekerjaan sesuai rencana kerja yang telah disusun. Perencanaan site plan yang tidak efektif dapat mengakibatkan terjadinya keterlambatan projek dan bertambahnya anggaran biaya projek. C. Lancar Lancar dalam pelaksanaan site plan/site installation adalah kelancaran pelaksanaan pengerjaan, terutama kelancaran transportasi/angkutan di lokasi proyek. pembuatan jalan kerja untuk mendukung kelancaran transportasi sangat erat kaitannya dengan perletakan bangunan, fasilitas dan sarana projek yang lainnya. terganggunya kelancaran transportasi dapat mengakibatkan timbulnya hambatan pelaksanaan pekerjaan kontruksi sehingga jangka waktu pelaksanaan pekerjaan kontruksi dapat menyimpang dari rencana yang telah tersusun. D. Aman
BAB II | LAPORAN KERJA PRAKTEK PELAKSANAAN DAN PENGAWASAN
21
PROYEK REHABILITASI GEDUNG JAYA SABHA, DENPASAR- BALI
2016
Salah satu dibuatkannya bangunan-bangunan fasilitas dan sarana pada projek adalah untuk keperluan keamanan dan keselamatan pekerjaan selama berlangsungnya kegiatan projek. keamanan yang dimaksudkan adalah menghindarkan ganguan pencurian, kehilangan dan kerusakan peralatan serta bahan-bahan bangunan. Sedangkan yang dimaksudkan keselamatan kerja adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan tenaga kerja. Sumber : Manajemen Proyek dan Konstruksi Jilid 1, 1996
2.3 Tata Cara Pemilihan Penyedia Pekerjaan Kontruksi Jasa kontruksi merupakan salah satu kegiatan di bidang ekonomi, sosial, dan budaya yang mempunyai peranan penting dalam pencapaian berbagai sasaran guna menunjang terwujudnya tujuan pembangunan Nasioanal. Oleh karena itu, penyelenggaraan jasa kontruksi perlu di atur dan dipilih lebih lanjut guna mewujudkan tertib pengikatan dan penyelengaraan penyedian jasa kontruksi. 2.3.1 Pelaksanaan Pemilihan Penyediaan Jasa Kontruksi Sebelum masuk ke tahap pelaksaan, Kegiatan yang dilakuakan adalah menyiapkan dokumen lelang termasuk di dalamnya seluruh kriteria dan persyaratan yang lengkap dan jelas. Untuk mendapatkan penawaran kontraktor yang kapasitasnya dapat dipertanggung jawabkan dan dengan harga yang bersaing, perlu juga disiapkan tata cara pelelangan seperti : penentuan kriteria dan penilaiannya, penilai profesional, data dan informasi harga yang berlaku saat itu, yang semuanya berguna untuk mendapatkan hasil evaluasi penawaran kewajaran harga yang obyekvitasnya tinggi serta pemberlakuan aturan secara benar dengan cara pembentukan kepanitiaan lelang oleh pemilik proyek. Jenis jenis pelelangan dapat dibedakan menjadi: A. Pelelangan Umum Pelelangan umum adalah pelelangan secara terbuka dengan pengumuman lewat media massa atau pengumuman resmi untuk penerangan umum sehingga masyarakat luas di dunia usaha yang berminat dapat mengikutinya. B. Pelelangan Terbatas Pelelangan terbatas adalah pelelangan yang dilakukan diantara pemborong/ rekanan yang dipilih dari daftar rekanan mampu (DRM) sesuai dengan bidang usaha, ruang lingkup, dan klasifikasi usahanya. C. Penunjukan Langsung
BAB II | LAPORAN KERJA PRAKTEK PELAKSANAAN DAN PENGAWASAN
22
PROYEK REHABILITASI GEDUNG JAYA SABHA, DENPASAR- BALI
2016
Penunjukan langsung adalah penunjukan pemborong atau rekanan sebagai pelaksana pemborongan tnpa melalui pelelangan umum atau pelelangan terbatas dan dilakukan di antara sekurang kurangnya tiga penawar dari pemborong rekanan yang tercatat dalam DRM. Penunjukan langsung dapat pula dilaksanakan oleh kepala kantor, satuan kerja, atau pimpinan proyek untuk alasan sebagai berikut: 1. Pekerjaan yang tidak dapat ditunda tunda lagi berhubung dengan terjadinya 2.
bencana alam, berdasarkan pernyataan Gubernur kepala daerah bersangkutan. Pekerjaan tambahan yang tidak dapat dielakkan dalam rangka penyelesaian
3.
pemborongan semula tidak lebih dari 10 % dari harga kontrak. Penunjukan langsung dapat pula dipertimbangkan oleh Tim pengendali pengadaan
4.
departemen/ lembaga untuk hal hal sebagai berikut: Untuk pekerjaan tambahan yang tidak dapat dielakkan dalam rangka penyelesaian
5.
pemborongan semula. Untuk pekerjaan lanjutan yang secara teknis merupakan satu kesatuan konstruksi yang tidak dapat dipecah pecah dari pekerjaan terdahulu di mana telah ada harga
6.
standarnya. Untuk pekerjaan lanjutan sehubungan dengan homogenitasnya perlu dijaga
7.
kontinuitas pelaksanaanya dimana tidak ada harga standarnya. Apabila hanya terdapat pemborong tertentu yang menjual barang yang bersangkutan (secara spesifik) atau yang dapat melaksanakan pekerjaan secara
8.
spesifik (pekerjaan spesifik). Apabila setelah dua kali pelelangan ulang masih dialami kegagalan dengan persetujuan terlebih dahulu dari TPPBPP. Pembukaan tender dimulai apabila semua calon peserta telah membawa penawarannya pada hari yang telah ditentukan. Kemudian setelah pemasukan surat surat dinyatakan ditutup, kemudian masing masing surat penawaran dibuka dihadapan semua peserta yang hadir. Surat penawaran tersebut terdapat perincian perhitungan harga penawaran (RAB) dengan lampiran harga satuan bahan dan upah serta analisis biaya, rekanan yang ikut dalam penawaran pekerjaan pemborongan ini harus memberikan jaminan tender (Tender/ bid bond) kepada pihak pemilik, yang besarnya 1% sampai 3% dari total pekerjaan fisik.
2.3.2 Proses Evaluasi Tender
BAB II | LAPORAN KERJA PRAKTEK PELAKSANAAN DAN PENGAWASAN
23
PROYEK REHABILITASI GEDUNG JAYA SABHA, DENPASAR- BALI
2016
Proses evaluasi biasanya dilakukan karena kadang kadang terdapat data penawaran yang meragukan. Jangka waktu evaluasi biasanya mencapai beberapa hari sampai lebih dari satu tahun tergantung dari banyaknya anggota yang terlibat, besar kecilnya proyek, data penawaran yang ada, dan sistem evaluasi yang digunakan. Sistem pengevaluasian bias bermacam macam dan pada umumnya yang banyak digunakan adalah sistem bobot (scoring). Aspek aspek yang dinilai dari calon kontraktor adalah: A. Metode kerjanya B. Peralatan yang akan dipakai C. Kualifikasi personil yang akan dipakai D. Bonafiditas perusahaan E. Harga penawaranya F. Kelengkapan administrasinya G. Syarat-syarat khusus lainnya yang dianggap perlu 2.3.3 Penetapan dan Penunjukan Penyedia Jasa Terpilih Untuk proyek proyek pemerintah berdasarkan hasil evaluasi maka panitia pelalangan menetapkan calon pemenang dan diusulkan kepada instansi yang berwenang yang kemudian menetapkannya sebagai pemenang. Setelah hasil keputusan diumumkan dan jika tidak ada sanggahan atau semua sanggahan telah dijawab, maka pimpinan proyek mengeluarkan surat perintah kerja (SPK). Sedangkan untuk proyek proyek non pemerintah calon pemenang yang telah diputuskan diberi tahu secara tertulis dan sifat pemberitahuannya dapat terdiri dari dua hal: a. Letter of Proceed Dengan memakai SPK yang didalamnya disebutkan bahwa calon pemenang yang bersangkutan dinyatakan menang dan diminta dalam sekian hari sudah harus memulai pelaksanaan fisiknya di lapangan. b. Letter of Award Dengan memakai surat pemberitahuan yang isisnya menjelaskan bahwa calon pemenang yang bersangkutan dinyatakan menang dan sekaligus merupakan tanda bagi kontraktor untuk memulai persiapan administrative.
BAB II | LAPORAN KERJA PRAKTEK PELAKSANAAN DAN PENGAWASAN
24
PROYEK REHABILITASI GEDUNG JAYA SABHA, DENPASAR- BALI
2016
2.3.4 Kontrak Kontrak merupakan surat perjanjian yang ditandatangani oleh pemberi tugas sebagai pihak pertama dan kontraktor sebagai pihak kedua. Dalam kontrak memuat dokumen dokumen tender ditambah dengan surat surat klarifikasi dan surat perjanjian kerja. Surat surat klarifikasi dibuat apabila: A. Terdapat kesalahan kalkulasi hitungan B. Terdapat pernyataan yang tidak jelas dalam surat penawaran pemborong C. Terdapat item yang terlupakan dan lain-lain. Sedangkan surat perjanjian kerja merupakan bukti tertulis yang legal antara pemberi tugas dan pihak yang diberi pekerjaan mengenai proyek yang akan dilaksanakan. Jenis jenis surat kontrak yang melibatkan kontraktor dan pemberi tugas secara garis besar meliputi: a. Kontrak Lumpsum Kontrak lumpsum adalah perjanjian kerja konstruksi dengan pembayaran sejumlah uang yang tetap. Kontrak ini sesuai diterapkan pada pekerjaan yang tidak begitu besar/ luas, pekerjaan dapat digambarkan atau dideskripsikan sampai bagian bagian yang sedetail detainya dan tidak ada perubahan mendasar b. Unit Price Contract Dalam kontrak unit price, jenis jenis pekerjaan, kuantitas pekerjaan telah ditetapkan sebelumnya termasuk dana utama, pekerjaan lumpsum, dan dana cadangan sementara. Ketika pekerjaan dilaksanakan angka kuantitias penawaran diganti dengan kuantitas hasil pengukuran untuk setiap jenis pekerjaan. Ini dipakai dasar dalam pembayaran kontrak. c. Cost Plus Contract Kontraktor dibayar atas biaya dasar yaitu bahan, upah, dan perlatan, ditambah biaya pengawasan, keuntungan biaya dari kantor pusat. Kontrak tipe ini sangat sulit diawasai, sering menimbulkan pertikaian dalam hal pembayarannya 2.3.5
Pelaksanaan Pekerjaan
BAB II | LAPORAN KERJA PRAKTEK PELAKSANAAN DAN PENGAWASAN
25
PROYEK REHABILITASI GEDUNG JAYA SABHA, DENPASAR- BALI
2016
Tahap pelaksanaan pekerjaan oleh pihak kontraktor dimulai setelah SPK atau Surat pemberitahuan (Letter of Award) dikeluarkan oleh pemilik proyek. Dalam pelaksanaan pekerjaan yang perlu dilakukan pada awalnya adalah penyusunan organisasi kerja lapangan dan membuat jadwal kerja (time schedule), agar pekerjaan dapat selesai tepat pada waktunya dengan kualitas yang baik. Tahap penyerahan pertama dilakukan apabila pekerjaan telah rampung 100% yang dilakukan oleh kontraktor kepada direksi/ pengawas kemudian direksi menyerahkan kepada pemilik proyek. Penyerahan pertama berlaku sampai dengan masa pemeliharaan. Pemeliharaan kedua dilaksanakan setelah selesai masa pemeliharaan (setelah serah terima pertama). 2.3.6
Prosedur Dasar Produktivitas Perbaikan metode merupakan salah cara yang paling efektif yang dilakukan dalam
meningkatkan produktivitas. Untuk memperbaiki metode, dibutuhkan suatu analisa yang menyeluruh dari semua metode. Prosedur dasar produktivitas adalah: A. Memilih pekerjaan atau bagian pekerjaan apa yang perlu diperbaiki atau dikerjakan B. Mencatat fakta, masalah dan informasi dari orang berpengalaman dan terlibat dalam pekerjaan konstruksi C. Memeriksa setiap aspek pekerjaan yang meliputi keselamatan, kualitas, sedain, tata letak, peralatan dan material D. Mengembangkan ide ide, membuat metode baru yang meliputi keselamatan dan kualitas E. Mempertimbangkan waktu yang tepat untuk mencoba metode baru tersebut F. Membakukan metode baru 2.3.7
Produktivitas Tenaga Kerja Untuk mengukur produktivitas tenaga kerja dalam pekerjaan konstruksi ada bermacam -
macam cara antara lain: A. Studi Waktu Studi waktu adalah berapa banyak hasil kerja yang diperoleh oleh seorang pekerja dalam kurun waktu tertentu atau beberapa waktu yang sesuai standar pekerjaan. B. Studi Gerak Analisa mengenai gerak bagian badan dalam menyelesaikan suatu pekerjaan.
BAB II | LAPORAN KERJA PRAKTEK PELAKSANAAN DAN PENGAWASAN
26
PROYEK REHABILITASI GEDUNG JAYA SABHA, DENPASAR- BALI
2016
C. Aktivitas samping D. Feed back dan output data
2.3.8
Usaha - Usaha Meningkatkan Produktivitas Banyak usaha yang dapat dilakukan untuk meningkatkan produktivitas antara lain: A. Memperbaiki tata letak tempat kerja di lapangan Mengatur tata letak tempat bekerja memegang peranan penting atas keberhasilan pelaksanaan pekerjaan suatu proyek konstruksi. Bila tata letak tidak diatur dengan baik maka kemajuan pekerjaan akan sangat lamban yang tentunya akan menimbulkan kerugian karena biaya pelaksanaan yang menjadi tinggi. Kesalahan yang biasanya dilakukan dalam mengatur tata letak adalah: 1. Tempat penyimpanan material yang sering berpindah pindah 2. Penempatan peralatan yang sulit dicapai 3. Kurang tersedianya ruang yang cukup untuk tempat penyimpanan besi semen bekesting, dll 4. Salah menempatkan bangunan sementara seperti direksi keet dan gudang Beberapa pertimbangan dalam menentukan lay out adalah : 1. Bangunan sementara Direksi keet jauh dari suara-suara yang bising debu, dan perlu pandangan yang luas. Gudang ditempatkan pada areal yang aman. Kantin, toilet, dan barak bersifat bersih, menyenangkan, dan tidak sembrawut. 2. Peralatan Crane harus mempunyai kapasitas dan radius yang cukup. Tempat pengerek disesuaikan dengan bagian bangunan yang dituju serta muatan yang diinginkan. Mixer letaknya dekat dengan agregat. 3. Gudang penyimpanan material Penempatan material disesuaikan dengan sifat dan kegunaan material itu sendiri seperti semen ditempatkan tertutup, aman dekat dengan mixer. Besi, beton ditempatkan dalam jangkauan crane atau dekat dengan jalan penghubung.
BAB II | LAPORAN KERJA PRAKTEK PELAKSANAAN DAN PENGAWASAN
27
PROYEK REHABILITASI GEDUNG JAYA SABHA, DENPASAR- BALI
2016
Bekesting ditempatkan dekat dengan jangkauan crane dan mudah untuk dibersihkan. B. Pengawasan Pekerjaan Sebagai pelaksana yang baik harus yakin bahwa proyek dilaksanakan tanpa banyak waktu dan biaya yang terbuang. Karena itu sangat penting peranan dari pengawas proyek untuk melakukan pengawasan yang efektif. Untuk mencapai pengawasan yang efektif dilakukan beberapa hal di bawah ini: 1. Pengawas dan pelaksana harus disegani oleh para pekerja dan dapat berkomunikasi dengan baik. 2. Dapat membuat perencanaan hari hari atau minggu minggu berikutnya. 3. Membaca jadwal proyek 4. Adanya kerja sama antara pengawas/ pelaksana dengan pekerja. Pengawasan di lapangan sangat diperlukan karena: 1. Diperlukan masukan berupa laporan dan saran dalam melakukan pekerjaan secara efisien. 2. Untuk memberikan penjelasan pekerjaan kepada pekerja agar dapat mengikuti instruksi atasan. 3. Diperlukan informasi yang benar dalam pembayaran upah kerja. 4. Untuk memotovasi para pekerja agar bekerja lebih semangat dan efisien. 5. Untuk memastikan standar kualitas pekerjaan telah terpenuhi. Agar pengawasan dapat berjalan efektif maka diperlukan beberapa pengaturan sebagai berikut: 1. Tentukan jumlah pekerja yang memadai untuk seorang pengawas. 2. Pengaturan cara cara pengawasan yang efektif. 3. Membuat sistem pelaporan yang sistematis 4. Memilih pengawas yang dapat melakukan tugas dengan efektif. C. Metode Pembayaran
BAB II | LAPORAN KERJA PRAKTEK PELAKSANAAN DAN PENGAWASAN
28
PROYEK REHABILITASI GEDUNG JAYA SABHA, DENPASAR- BALI
2016
Macam macam cara pembayaran upah dalam pekerjaan konstruksi antara lain: 1. Upah harian Upah ini dibayar secara tetap setiap hari. 2. Upah berdasarkan harga satuan Adalah upah yang di bayar berdasarkan volume pekerjaan dikalikan dengan harga satuan borongan. 3. Upah borongan Adalah upah yang dibayar menurut selesainya satu bagian pekerjaan.
BAB II | LAPORAN KERJA PRAKTEK PELAKSANAAN DAN PENGAWASAN
29