BAB II TINJAUAN TEORI A. Konsep Keluarga Baru Menikah 1. Definisi Keluarga Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat dibawah satu atap dalam keadaaan saling ketergantungan ( Depkes RI, 1998 ). Keluarga adalah unit terkecil masyarakat, terdiri dari suami istri dan anaknya atau ayah dan anaknya atau ibu dan anaknya. (UU. No 10, 1992). Keluarga adalah kumpulan dua orang / lebih hidup bersama dengan keterikatan aturan dan emosional, dan setiap individu punya peran masing-masing (Friedman 1998). Keluarga adalah dua atau lebih individu yang tergantung karena hubungan darah, hubungan perkawinan atau pengangkatan mereka hidup dalam satu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain dan didalam perannya masing-masing menciptakan serta empertahankan kebudayaan ( SalvicionG. Bailon dan Aracelis Maglaya,1989 ). Keluarga adalah unit sosial terkecil dari individu-individu yang diikat oleh perkawinan (suami-istri), darah atau adopsi (orang tua-anak), dan dalam kasus keluarga luas terlihat adanya nenek atau kakek dengan cucu (Burgess dan Locke (1992). 2.
Fungsi Keluarga Fungsi Keluarga Menurut Friedman, 1987 : a. Fungsi Afektif Fungsi afektif dan koping keluarga memberikan kenyamanan emosional anggota, membantu anggota dalam membentuk identitas dan mempertahankan saat terjadi stress. Fungsi afektif yaitu fungsi yang berhubungan dengan fungsi internal keluarga yang merupakan dasar keluarga. Fungsi afektif berguna untuk pemenuhan kebutuhan psikososial. Anggota keluarga
4
mengembangkan gambaran dirinya yang positif, peranan yang b.
dimiliki dengan baik dan penuh rasa kasih sayang. Fungsi Social Fungsi sosial sebagai guru, menanamkan kepercayaan, nilai, sikap,
dan
mekanisme
koping,
memberikan
feedback,
dan
memberikan petunjuk dalam pemecahan masalah. Fungsi sosial yaitu proses perkembangan dan perubahan yang dilalui
individu
melaksanakan
yang
perannya
menghasilkan dalam
interaksi
lingkungan
social
sosial.
dan
Keluarga
merupakan tempat individu melakukan sosialisasi dimana anggota keluarga belajar disiplin norma keluarga, prilaku melalui interaksi dalam keluarga. Selanjutnya individu maupun keluarga berperan c.
didalam masyarakat. Fungsi Reproduksi Fungsi Reproduksi yaitu fungsi untuk meneruskan kelangsungan keturunan, menambah sumberdaya manusia, melahirkan anak,
d.
menumbuh-kembangkan anak dan meneruskan keturunan. Fungsi Ekonomi. Fungsi Ekonomi, yaitu memenuhi kebutuhan keluarga seperti makanan, pakaian, perumahan dan lain-lain yang dapat memberikan
e.
finansial untuk anggota keluarganya dan kepentingan di masyarakat. Fungsi Perawatan Kesehatan Fungsi Perawatan Kesehatan yaitu keluarga menyediakan makanan, pakaian, perlindungan dan asuhan kesehatan / keperawatan atau pemeliharaan kesehatan yang mempengaruhi status kesehatan keluarga dan individu. ( Zaidin Ali,1999 ).
3.
Tipe Keluarga a. Tradisional 1) The Nuclear Family (Keluarga Inti) Keluarga yang terdiri dari suami, istri dan anak. 2) The Dyad Family Keluarga yang terdiri dari suami dan istri (tanpa anak) yang hidup bersama dalam satu rumah. 3) Keluarga Usila
5
Keluarga yang terdiri dari suami istri yang sudah tua dengan anak sudah memisahkan diri. 4) The Childless Family Keluarga tanpa anak karena terlambat menikah dan untuk mendapatkan anak terlambat waktunya, yang disebabkan karena mengejar karir/pendidikan yang terjadi pada wanita. 5) The Extended Family (Keluarga Luas/Besar) Keluarga yang terdiri dari tiga generasi yang hidup bersama dalam satu rumah seperti nuclear family disertai : paman, tante, orang tua (kakak-nenek), keponakan, dll). 6) The Single-Parent Family (Keluarga Duda/Janda) Keluarga yang terdiri dari satu orang tua (ayah dan ibu) dengan anak, hal ini terjadi biasanya melalui proses perceraian, kematian dan ditinggalkan (menyalahi hukum pernikahan). 7) Commuter Family Kedua orang tua bekerja di kota yang berbeda, tetapi salah satu kota tersebut sebagai tempat tinggal dan orang tua yang bekerja diluar kota bisa berkumpul pada anggota keluarga pada saat akhir pekan (week-end). 8) Multigenerational Family Keluarga dengan beberapa generasi atau kelompok umur yang tinggal bersama dalam satu rumah. 9) Kin-Network Family Beberapa keluarga inti yang tinggal dalam satu rumah atau saling berdekatan dan saling menggunakan barang-barang dan pelayanan yang sama. Misalnya : dapur, kamar mandi, televisi, telpon, dll). 10) Blended Family Keluarga yang dibentuk oleh duda atau janda yang menikah kembali dan membesarkan anak dari perkawinan sebelumnya. 11) The Single Adult Living Alone / Single-Adult Family Keluarga yang terdiri dari orang dewasa yang hidup sendiri karena pilihannya atau perpisahan (separasi), seperti : perceraian atau ditinggal mati. b.
Non – Tradisional 1) The Unmarried Teenage Mother
6
Keluarga yang terdiri dari orang tua (terutama ibu) dengan anak dari hubungan tanpa nikah. 2) The Stepparent Family Keluarga dengan orangtua tiri. 3) Commune Family Beberapa pasangan keluarga (dengan anaknya) yang tidak ada hubungan saudara, yang hidup bersama dalam satu rumah, sumber dan fasilitas yang sama, pengalaman yang sama, sosialisasi
anak
dengan
melalui
aktivitas
kelompok
/
membesarkan anak bersama. 4) The Nonmarital Heterosexual Cohabiting Family Keluarga yang hidup bersama berganti-ganti pasangan tanpa melalui pernikahan. 5) Gay and Lesbian Families Seseorang yang mempunyai persamaan sex hidup bersama sebagaimana pasangan suami-istri (marital partners). 6) Cohabitating Couple Orang dewasa yang hidup bersama diluar ikatan perkawinan karena beberapa alasan tertentu 7) Group-Marriage Family Beberapa orang dewasa yang menggunakan alat-alat rumah tangga bersama, yang merasa telah saling menikah satu dengan yang
lainnya,
berbagi
sesuatu,
termasuk
sexual
dan
membesarkan anaknya. 8) Group Network Family Keluarga inti yang dibatasi oleh set aturan/nilai-nilai, hidup berdekatan satu sama lain dan saling menggunakan barangbarang rumah tangga bersama, pelayanan dan bertanggung jawab membesarkan anaknya. 9) Foster Family Keluarga menerima anak yang tidak ada hubungan keluarga/saudara dalam waktu sementara, pada saat orangtua anak tersebut perlu mendapatkan bantuan untuk menyatukan kembali keluarga yang aslinya 10) Homeless Family Keluarga yang terbentuk
dan
tidak
mempunyai
perlindungan yang permanen karena krisis personal yang
7
dihubungkan dengan keadaan ekonomi dan atau problem kesehatan mental. 11) Gang Sebuah bentuk keluarga yang destruktif, dari orang-orang muda yang mencari ikatan emosional dan keluarga yang mempunyai perhatian, tetapi berkembang dalam kekerasan dan kriminal dalam kehidupannya.
4.
Peranan Keluarga Peranan keluarga
menggambarkan
seperangkat
perilaku
interpersonal, sifat, kegiatan, yang berhubungan dengan individu dalam posisi dan situasi tertentu. Peranan individu dalam keluarga didasari oleh harapan dan pola perilaku dari keluarga, kelompok dan masyarakat. Berbagai peranan yang terdapat di dalam keluarga adalah sebagai berikut: a. Peranan Ayah Ayah sebagai suami dari istri, berperanan sebagai pencari nafkah, pendidik, pelindung, dan pemberi rasa aman, sebagai kepala keluarga, sebagai anggota dari kelompok sosialnya, serta sebagai b.
anggota masyarakat dari lingkungannya. Peranan Ibu Sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya, ibu mempunyai peranan untuk mengurus rumah tangga, sebagai pengasuh dan pendidik anakanaknya, pelindung dan sebagai salah satu kelompok dari peranan sosialnya, serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya, disamping itu juga dapat berperan sebagai pencari nafkah tambahan
c.
dalam keluarganya. Peranan Anak Anak-anak melaksanakan peranan psiko-sosial sesuai dengan tingkat perkembangannya, baik fisik, mental, sosial dan spiritual.
5.
Tugas-Tugas Keluarga Ada 8 (delapan) tugas pokok keluarga, yaitu : a. Pemeliharaan fisik keluarga dan anggota-anggotanya. b. Pemeliharaan sumber-sumber daya yang ada dalam keluarga
8
c.
Pembagian
tugas
masing-masing
anggotanya
sesuai
dengan
d. e. f. g.
kedudukannnya masing-masing. Sosialisasi antar anggota keluarga. Pengaturan jumlah anggota keluarga. Pemeliharaan ketertiban anggota-anggota keluarga. Penempatan anggota-anggota keluarga dalam masyarakat yang lebih
h.
luas. Membangkitkan dorongan dan semangat para anggota keluarganya. (Padila : 2012).
6.
Tugas Keluarga di Bidang Kesehatan Keluarga mempunyai tugas di bidang kesehatan yang perlu dipahami dan dilakukan, meliputi (Suprajitno, 2004): a. Mengenal Masalah Kesehatan Keluarga Orang tua perlu mengenal keadaan kesehatan dan perubahanperubahan yang dialami anggota keluarga. Perubahan sekecil apapun yang dialami anggota keluarga secara tidak langsung menjadi b.
perhatian orang tua atau keluarga. Memutuskan Tindakan Kesehatan Yang Tepat Bagi Keluarga Tugas ini merupakan upaya keluarga yang utama untuk mencari pertolongan yang tepat sesuai dengan keadaan keluarga, dengan pertimbangan siapa di antara keluarga yang mempunyai kemampuan memutuskan untuk menentukan tindakan keluarga. Tindakan kesehatan yang dilakukan oleh keluarga diharapkan tepat agar
c.
masalah kesehatan dapat dikurangi atau bahkan teratasi. Merawat Keluarga yang Mengalami Gangguan Kesehatan Yaitu memberikan keperawatan pada anggota keluarga yang sakit, dan yang tidak dapat membantu dirinya sendiri karena cacat
d.
atau usianya terlalu muda. Memodifikasi Lingkungan Keluarga Untuk Menjamin Kesehatan Keluarga Yaitu mempertahankan suasana di rumah yang menguntungkan kesehatan dan perkembangan kepribadian anggota keluarga.
e.
Memanfaatkan Fasilitas Pelayanan Kesehatan di Sekitarnya Bagi Keluarga
9
Yaitu mempertahankan hubungan timbal balik antara keluarga dan lembaga-lembaga Kesehatan yang menunjukkan pemanfaatan dengan baik fasilitas-fasilitas Kesehatan yang ada. 7.
Kategori Keluarga di Indonesia Berdasarkan Sosial Ekonomi Kelompok keluarga di Indonesia berdasarkan social ekonomi dan kebutuhan dasar, yaitu : a. Prasejahtera Belum dapat memenuhi kebutuhan dasar minimal seperti pengajaran agama, sandang, papan, pangan, kesehatan atau keluarga belum dapat memenuhi salah satu /lebih indikator Keluarga b.
Sejahtera tahap I. Keluarga Sejahtera (KS I) Telah dapat memenuhi kebutuhan dasar secara minimal, tetapi belum dapat sosial psikologis, pendidikan, KB, interaksi lingkungan. Indikator, diantaranya ibadah sesuai agama, makan 2 kali sehari, pakaian berbeda tiap keperluan, lantai bukan tanah, kesehatan seperti
c.
anak sakit, ber-KB, dibawa kesarana kesehatan. Keluarga Sejahtera II Indikator: belum dapat menabung, ibadah (anggota keluarga ) sesuai agama, makan 2 kali sehari, pakaian berbeda, lantai bukan tanah, kesehatan (idem), daging/ telur minimal 1 kali seminggu, pakaian baru setahun sekali, luas lantai 8m2 per orang, sehat 3 bulan terakhir, anggota yang berumur 15 tahun keatas punya penghasilan tetap, umur 10 tahun, 60 tahun dapat baca tulis, umur
d.
7-15 tahun bersekolah, anak hidup 2 /lebih. Keluarga Sejahtera III Indikator: Belum berkontribusi pada masyarakat, ibadah sesuai agama,
pakaian berbeda tiap keperluan,
kesehatan idem,
lantai bukan tanah,
anggota melaksanakan ibadah,
daging/telur
seminggu sekali, memperoleh pakaian baru dalam satu tahun terakhir, luas lantai 8 m2perorang, anggota keluarga sehat dalam 3 e.
bulan terakhir. Keluarga Sejahtera Tahap III Plus
10
Dapat memenuhi seluruh kebutuhannya : dasar, sosial, pengembangan, kontribusi pada masyarakat, indikator Keluarga Sejahtera III + (ditambah), memberikan sumbangan. 8.
Tahap-Tahap Kehidupan / Perkembangan Keluarga Meskipun setiap keluarga melalui tahapan perkembangannya secara unik, namun secara umum seluruh keluarga mengikuti pola yang sama (Rodgers cit Friedman, 1998) : a. Pasangan Baru (Keluarga Baru) Keluarga baru dimulai saat masing-masing individu laki-laki dan perempuan membentuk keluarga melalui perkawinan yang sah dan meninggalkan (psikologis) keluarga masing-masing : 1) Membina hubungan intim yang memuaskan. 2) Membina hubungan dengan keluarga lain, teman, kelompok sosial. 3) Mendiskusikan rencana memiliki anak. b.
Keluarga Child-Bearing (Kelahiran Anak Pertama) Keluarga yang menantikan kelahiran, dimulai dari kehamilan sampai kelahiran anak pertama dan berlanjut sampai anak pertama berusia 30 bulan : 1) Persiapan menjadi orang tua. 2) Adaptasi dengan perubahan anggota keluarga, peran, interaksi, hubungan sexual dan kegiatan keluarga. 3) Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan pasangan.
c.
Keluarga dengan Anak Pra-Sekolah Tahap ini dimulai saat kelahiran anak pertama (2,5 bulan) dan berakhir saat anak berusia 5 tahun : 1) Memenuhi kebutuhan anggota keluarga, seperti kebutuhan tempat tinggal, privasi dan rasa aman. 2) Membantu anak untuk bersosialisasi. 3) Beradaptasi dengan anak yang baru lahir, sementara kebutuhan anak yang lain juga harus terpenuhi. 4) Mempertahankan hubungan yang sehat, baik di dalam maupun di luar keluarga (keluarga lain dan lingkungan sekitar). 5) Pembagian waktu untuk individu, pasangan dan anak (tahap yang paling repot). 6) Pembagian tanggung jawab anggota keluarga.
11
7) Kegiatan dan waktu untuk stimulasi tumbuh dan kembang anak. d.
Keluarga dengan Anak Sekolah Tahap ini dimulai saat anak masuk sekolah pada usia enam tahun dan berakhir pada usia 12 tahun. Umumnya keluarga sudah mencapai jumlah anggota keluarga maksimal, sehingga keluarga sangat sibuk : 1) Membantu sosialisasi anak : tetangga, sekolah dan lingkungan. 2) Mempertahankan keintiman pasangan. 3) Memenuhi kebutuhan dan biaya kehidupan yang semakin meningkat, termasuk kebutuhan untuk meningkatkan kesehatan anggota keluarga.
e.
Keluarga dengan Anak Remaja Dimulai pada saat anak pertama berusia 13 tahun dan biasanya berakhir sampai 6-7 tahun kemudian, yaitu pada saat anak meninggalkan rumah orangtuanya. Tujuan keluarga ini adalah melepas anak remaja dan memberi tanggung jawab serta kebebasan yang lebih besar untuk mempersiapkan diri menjadi lebih dewasa : 1) Memberikan kebebasan yang seimbang dengan tanggung jawab, mengingat remaja sudah bertambah dewasa dan meningkat otonominya. 2) Mempertahankan hubungan yang intim dalam keluarga. 3) Mempertahankan komunikasi terbuka antara anak dan orangtua. Hindari perdebatan, kecurigaan dan permusuhan. 4) Perubahan sistem peran dan peraturan untuk tumbuh kembang keluarga.
f.
Keluarga dengan Anak Dewasa (Pelepasan) Tahap ini dimulai pada saat anak pertama meninggalkan rumah dan berakhir pada saat anak terakhir meninggalkan rumah. Lamanya tahap ini tergantung dari jumlah anak dalam keluarga, atau jika ada anak yang belum berkeluarga dan tetap tinggal bersama orang tua : 1) Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar. 2) Mempertahankan keintiman pasangan. 3) Membantu orangtua suami/istri yang sedang sakit dan memasuki masa tua. 4) Membantu anak untuk mandiri di masyarakat.
12
5) Penataan kembali peran dan kegiatan rumah tangga. g.
Keluarga Usia Pertengahan Tahap ini dimulai pada saat anak yang terakhir meninggalkan rumah dan berakhir saat pensiun atau salah satu pasangan meninggal: 1) Mempertahankan kesehatan. 2) Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan teman
h.
sebaya dan anak-anak. 3) Meningkatkan keakraban pasangan. Keluarga Usia Lanjut Tahap terakhir perkembangan keluarga ini dimulai pada saat salah satu pasangan pensiun, berlanjut saat salah satu pasangan meninggal sampai keduanya meninggal : 1) Mempertahankan suasana rumah yang menyenangkan. 2) Adaptasi dengan peruabahan kehilangan pasangan, teman, kekuatan fisik dan pendapatan. 3) Mempertahankan keakraban suami istri dan saling merawat. 4) Mempertahankan hubungan dengan anak dan sosial masyarakat. 5) Melakukan life review (merenungkan hidupnya).
9.
Pengertian Keluarga Baru Menikah Pasangan baru menikah menurut UU No. 1 Tahun 1974, yaitu ikatan lahir dan bathin sebagai suami istri (pernikahan) untuk menciptakan keluarga bahagia dan kekal. Pasangan baru menikah adalah ketika seorang laki-laki dan perempuan membentuk keluarga melalui pernikahan yang sah dan meninggalkan keluarga masing-masing.
10. Tugas Perkembangan Keluarga Baru Menikah Perkawinan dari sepasang insan menandai bermulanya sebuah keluarga baru dan perpindahan dari keluarga asal atau status lajang ke hubungan baru yang intim. Tugas yang harus segera diputuskan oleh keluarga pemula adalah: a. Membina Hubungan Intim yang Memuaskan Akan menyiapkan kehidupan bersama yang baru, sumbersumber dari dua orang yang digabungkan. Peran berubah, fungsi baru diterima, belajar hidup bersama sambil penuhi kebutuhan kepribadian yang mendasar, saling menyesuaikan diri terhadap hal
13
yang
kecil
yang
bersifat
rutinitas.
Keberhasilan
dalam
mengembangkan hubungan terjadi apabila kedua pasangan saling menyesuaikan diri dan kecocokan dari kebutuhan dan minat b.
pasangan. Menghubungkan Jaringan Persaudaraan Secara Harmonis Pasangan menghadapi tugas memisahkan diri dari keluarga asal dan mengupayakan hubungan dengan orang tua pasangan dan keluarga besar lainnya. Loyalitas utama harus dirubah untuk
c.
kepentingan perkawinannya. Mendiskusikan Rencana Memiliki Anak atau Memilih KB Masalah kesehatan yaitu penyesuaian seksual dan peran perkawinan. Perawat Perawat dalam Keluarga Berencana adalah membantu pasangan untuk memilih metoda kontrasepsi yang tepat untuk digunakan sesuai dengan kondisi, kecendrungan, sosial budaya dan kepercayaan yang dianut oleh pasangan tersebut, oleh karena itu proses keperawatan lebih diarahkan kepada membantu pasangan memilih metode kontrasepsi itu sendiri. Kegagalan penggunaan metode kontrasespsi terjadi disebabkan karena kurangnya pengetahuan wanita tersebut terhadap alat kontrasespsi itu sendiri sehingga memberikan pengaruh terhadap kondisi fisiologis, psikologis, kehidupan sosilal dan budaya terhadap kehamilan tersebut.
11. Tahap – Tahap Pasangan Baru Menikah Tahap-tahap pasangan baru menikah, diantaranya : a. Saat masing-masing individu laki-laki dan perempuan membentuk keluarga via perkawinan yang sah dan meninggalkan keluarga b. c. d.
masing-masing. Mempersiapkan keluarga yang baru. Butuh penyesuaianan peran dan fungsi sehari-hari. Belajar hidup bersama, beradaptasi dengan kebiasaan sendiri dan
e.
pasangannya. Anggota dari tiga keluarga yaitu keluarga suami, istri dan keluarga sendiri.
Masing-masing menghadapi perpisahan dengan keluarga
14
orangtuanya, mulai membina hubungan baru dengan keluarga dan f.
kelompok social pasangan. Yang perlu diputuskan : kapan waktu yang tepat untuk mendapatkan anak dan jumlah yang diharapkan.
12. Masalah-masalah yang Terjadi pada Pasangan Baru Menikah a. Masalah Utang Ternyata, menurut data dari thenest.com, masalah keuangan adalah masalah paling utama yang dipermasalahkan oleh pasangan. Jika sudah menikah, maka ada baiknya mengeluarkan dan mengutarakan semua masalah perutangan, tak ada yang perlu ditutup-tutupi, tetapi perlu dihadapi bersama. Kemudian, cobalah berhitung dan rencanakan keuangan untuk ke depannya. Jika perlu, b.
temui ahli perencana keuangan. Mengasingkan Diri dari Pertemana Teman-teman adalah kunci sukses dari pernikahan. Jadi, jangan mengasingkan diri dari mereka. Jika teman-teman yang lajang berkumpul, pastikan segalanya sudah dalam keadaan aman di rumah, lalu ikutlah pergi bersama mereka, tentu dengan seizin suami. Hanya karena tidak ikut-ikutan flirting bersama pria di klub bukan berarti
c.
tidak bisa menjadi teman yang suportif. Tidak Cukup Seks Sebanyak 60 persen pasangan baru menikah yang mengikuti survei mengatakan bahwa kehidupan seks mereka berantakan. Alasan terbanyakn ialah kesibukan. Untuk menginisiasikan acara berhubungan intim dengan pasangan. Bahkan, kalau perlu, buat jadwalnya. Jika mulai terbiasa untuk melakukannya, maka akan makin menginginkannya, tak tertutup kemungkinan akan makin
d.
menyukainya juga. Mertua dan Ipar Lima puluh persen pasangan yang disurvei oleh thenest.com memiliki masalah dengan mertua dan ipar mereka. Harus bisa
e.
mengatur ekspektasi, seperti berkunjung bersama ke Rumah Mertua. Pertengkaran yang tidak Penting
15
Kadang hidup seatap dengan orang yang Anda pikir sudah Anda kenal bisa jadi hal yang sangat memusingkan. Cobalah untuk tidak mudah terpancing amarah. Namun, jika memang emosi marah sudah memuncak, ucapkan permisi, bilang bahwa butuh waktu untuk sendiri dulu. Tenangkan diri sejenak. Pastikan dalam keadaan tenang dan kepala dingin saat ingin menyelesaikan masalah tadi. Saat emosi, pikiran tidak tenang dan bisa saja mengucapkan hal-hal yang f.
tak maksudkan yang bisa saja malah memperburuk masalah. Terobsesi dengan Bayi Memiliki bayi adalah langkah besar berikut dalam hidup setelah menikah. Namun, jangan terburu-buru dan menjadi terobsesi untuk memilikinya segera. Rata-rata, pasangan memiliki bayi dalam jangka waktu 3 tahun pernikahan mereka. Masalah yang timbul selain diatas antara lain masalah-masalah
seksual dan emosional, kecemasan, kehamilan yang tidak diinginkan, dan penyakit kelamin baik sebelum maupun sesudah perkawinan. Untuk mengatasinya perlu ada penyuluhan dan konseling keluarga berencana, penyuluhan dan konseling prenatal, dan komunikasi. Dan biasanya juga terjadi perselisihan/keributan dalam keluarga karena kedua pasangan baru menikah belum bisa menyesuaikan diri dengan kehidupan yang baru, dengan peran dan fungsi yang berbeda.
B. Konsep Hambatan Interaksi Sosial 1. Definisi Hambatan Interaksi Sosial atau Isolasi Sosial Hambatan interaksi sosial adalah keadaan dimana seseorang individu mengalami penurunan dalam berinteraksi dengan orang lain disekitarnya. Pasien mungkin merasa ditolak, tidak diterima, kesepian dan tidak mampu berhubungan yang berarti dengan orang lain (tim diklat RS Erba Palembang 2009). Isolasi sosial adalah individu yang mengalami ketidakmampuan untuk mengadakan hubungan dengan orang lain dan dengan lingkungan
16
sekitarnya serasa wajar dalam khayalannya sendiri yang tidak realistis (ernawaty delani ,Skp) Isolasi soial adalah suatu gangguan hubungan interpersonal yang terjadi akibat adanya kepribadian yang tidak flexibel menimbulkan perilaku maladaptif dan menganggu fungsi seseorang dalam hubungan sosial (Depkes RI 2000). 2.
Tanda dan Gejala Tanda dan gejala isolasi sosial, diantaranya : a. Berdiam diri di Kamar. b. Pasien mengatakan perasaan kesepian atau di tolak oleh orang lain. c. Pasien merasa tidak aman berada dengan orang lain. d. Pasien mengatakan hubungan tidak berarti dengan orang lain. e. Pasien merasa bosan dan lambat menghabiskan waktu. f. Ketidakmampuan menerima rasa keterikatan sosial yang memuaskan g.
3.
(mis, rasa memiliki, perhatian, minta, berbagi cerita). Merasa tidak berguna/tidak yakin dapat melangsungkan hidup.
Etiologi Pada setiap tahap tumbuh kembang individu terdapat tugas perkembangan yang harus dipenuhi agar tidak terjadi gangguan hubungan sosial, setiap individu harus melewati masa bayi yang sangat tergantung dengan orang yang terpercaya, masa sekolah anak dimulai mengenal hubungan yang lebih luas khususnya sekolah,masa remaja dimana dekat dengan temannya tapi remaja mengembangkan keininan orangtua dan teman–temannya, masa dewasa muda adalah independent dengan teman atau orangtua individu belajar menerima dan sudah matang dan mempunyai rasa percaya diri, sehingga sudah menjalani hubungan dengan oranglain, masa dewasa tua masa dimana individu akan merasa terbuka karena kehilangan dan mulai menyembunyikan perasaan terkait dengan budaya. Sistem keluarga yang terganggu dapat menunjang perkembangan respon sosial maladaptif. Ada pendapat yang mengatakan bahwa individu yang mengalami masalah ini adalah orang yang tidak berhasil memasahkan dirinya dari orangtua. (Gail,2006:hal276). Faktor perkembangan biologi dan sosiokultural merupakan faktor predisposisi terjadi perilaku menarik diri, kegagalan perkembangan dapat
17
mengakibatkan individu tidak percaya diri, tidak percaya pada orang lain, ragu, takut salah, pesimis, putus asa terhadap hubungan dengan orang lain, tidak mampu merumuskan kegiatan dan merasa tertekan. Keadaan ini menimbulkan perilaku tidak ingin berkomunikasi dengan orang lain, menghindar dari oranglain, menyukai berdiam diri sendiri,kegiatan sehari–hari hampir terabaikan. Faktor sosiokultural dan psikologis merupakan faktor presipitasi pada umunya mencakup kejadian kehidupan yang penuh stres seperti kehilangan yang mempengaruhi kemampuan individu yang berhubungan dengan orang lain menyebabkan ansietas. Faktor sosiokultural dapat ditimbilkan oleh menurunnya stabilitas unit keluarga, berpisah dari orang yangb erarti dalam kehidupannya merupakan ansietas, misalnya, karena dirawat di RS. Faktor psikologis dapat menimbulkan ansietas tinggi karena tuntutan untuk berpisah dengan orang terdekat atau kegagalan oranglain untuk memenuhi kebutuhan. a.
Faktor Predisposisi 1) Faktor Perkembangan Pada dasarnya kemampuan seseorang untuk berhubungan sosial berkembang sesuai dengan proses
tumbuh kembang.
Mulai dari usia bayi sampai dewasa lanjut. Untuk berkembang hubungan yang positif , diharapakan setiap tahap perkembangan dapat menunjang perkembangan respon sosial maladaptif 2) Faktor Biologis Faktor genetik dapat berperan dalam respon sosia maladaptif 3) Faktor Sosial Kultural Isolasi sosial merupakan faktor utama dalam gangguan berhubungan. Hal ini diakibatkan oleh norma yang tidak mendukung pendekatan terhadap orang lain, tidak mempunyai anggota masyarakat yang tentang produktif, seperti lanjut usia, orang cacat dan penderita penyakit kronik. Isolasi sosial dapat
18
terjadi karena mengadopsi norma, perilaku dan sistem nilai yang berbeda dari yang dimiliki budaya mayoritas. 4) Faktor dalam Keluarga Pada komunikasi dalam keluarga dapat mengatur seseorang dalam
gangguan
berhubungan
bila
keluarga
hanya
menginformasikan hal hal yang negatif akan mendorong hak mengembangkan harga diri rendah. Adanya dua peran yang bertentangan disampaikan pada saat bersamaan, mengakibatkn anak menjadi tidak mau berkomunikasi dengan orang lain. b.
Faktor Presipitisi 1) Stress Sosial Kultural Strees dapat ditimbulkan oleh karena menurunnya stabilitas untuk keluarga dan berpisah dari orang yang berarti. Misalnya karen dirawat dirumah sakit. 2) Stress Psikologis Ansietas yang berkepanjangan terjadi bersamaan dengan keterbatasan. Kemampuan untuk mengatasi, ditentukan untuk berpisah dengan orang tua, keluarga atau orang lain. Untuk memenuhi kebutuhan ketergantungan dapat menimbulkan ansietas tingkat tinggi.
4.
Proses Terjadinya Masalah Salah satu gangguan berhubungan sosial diantaranya perilaku menarik diri atau isolasi sosial yang tidak disebabkan oleh perasaan tidak berharga yang bisa dialami klien dengan latar belakang yang penuh dengan permasalahan, ketegangan, kekecewaan, kecemasan. Perasaan tidak berharga dapat menyebabkan individu makin sulit dalam mengembangkan hubungan dengan oranglain. Akibatnya klien menjadi mundur, mengalami penurunan dalam aktifitas dan kurangnya perhatian terhadap penampilan dan keberhasilan diri. Sehingga individu semakin tenggelam dalam perjalanan dan tingkahlaku masa lalu serta tingkahlaku primitif antaralain tingkahlaku yang tidak sesuai dengan
19
kenyataan, sehingga berakibat lanjut menjadi halusinasi. Halusinasi melatarbelakangi adanya komplikasi. 5.
Komplikasi Komplikasi yang mungkin ditimbulkan pada klien dengan isolasi sosial antaralain: a. Defisit perawatan diri. b. Resiko terjadinya gangguan sensori persepsi halusinasi.
6.
Rentang Respons Sosial Respon adaptif Solitude Autonom Kebersamaan Saling ketergantungan
Respon maladaptif Kesepian Menarik diri Ketergantungan
Manipulasi Implulsif Nurkisisme
Keterangan rentang respon : a.
Respon Adaptif adalah respon yang diterima oleh norma soial dan kultural. Dimana individu tersebut menjelaskan masalah dalam batas normal. Adapun respon adaptif tersebut : 1) Solitude
: Respon yang dibutuhkan untuk menentukan apa
yang telah dilakukan dilingkungan sosial dan merupakan suatu cara mengawasi diri dan menetukan langkah berikutnya. 2) Otonomi
: suatu kemampuan individu untuk menyampaikan
ide-ide pikiran. 3) Kebersamaan : suatu keadaan dalam hubungan interpersonal dimana individu tersebut mampu untuk memberi dan menerima. 4) Saling ketergantungan : antar individu orang lain dari hubungan interpersoal
20
b.
Respon Mal Aaptif adalah respon yang dilakukan individu dalam menyelesaikan masalah yang menyimpang dari norma norma sosial dan kebudayaan suatu tempat karakteristik suatu tempat karakteristik diri dan perilaku mal adaptif tersebut adalah : 1) Menarik diri
: merupakan gangguan yang terjadi apabila
seseorng memutuskan untuk tidak berhubungan dengan orang lain untuk mencari keterangan sementara waktu. 2) Manipulasi : merupaka hubungan sosial yang terdapat pada individu yang menganggap orang lain sebagai objek dan berorientasi pada diri sendiri atau pada tujuan bukan berorientasi pada orang lain. 3) Ketergantugan : individu gagal mengembangkan rasa percaya diri dan kemampuan yang dimiliki 4) Impulsif : merupakan ketidakmampuan merekam sesuatu , tidak mampu belajar dari pengalaman, tidak dapat di andalkan, mempunyai
penilaian
yang
buruk
cenderung
memaksa
kehendak. 5) Narkisme
: merupakan harga diri yang rapuh, secara terus
menerus berusah mendapatkan penghargaan dan pujian memilih sikap egosentris , pecemburu dan marah jika orang lain tidak mendukung C. Konsep Asuhan Keperawatan 1. Pengkajian Menurut Suprajitno (2004:29) pengkajian adalah suatu tahapan ketika seorang perawat mengumpulkan informasi secara terus menerus tentang keluarga yang dibinanya. Pengkajian merupakan langkah awal pelaksanaan asuhan keperawatan keluarga . Agar diperoleh data pengkajian yang akurat dan sesuai dengan keadaan keluarga , perawat diharapkan menggunakan bahasa ibu (bahasa yang digunakan seharihari), lugas dan sederhana (Suprajitno: 2004).
21
Kegiatan yang dilakukan dalam pengkajian meliputi pengumpulan informasi dengan cara sistematis dengan menggunakan suatu alat pengkajian keluarga , diklasifikasikan dan dianalisa (Friendman, 1998: 56). a. Pengumpulan Data 1) Identitas keluarga yang dikaji adalah Kepala Keluarga (KK), umur, pekerjaan, alamat, pekerjaan, pendidikan, status suku bangsa, agama, status sosial ekonomi, aktifitas rekreasi keluarga, dan komposisi keluarga dan selanjutnya komposisi keluarga dibuat genogramnya. No
Nama
Jenis kelamin
Hub. Dgn
Umur
KK
Pendidi kan
Status immunisasi Polio DPT Hep Camp Ket BCG 1 2 3 4 1 2 3 1 2 3 ak
2) Riwayat dan Perkembangan Keluarga a) Tahap Perkembangan Keluarga Saat Ini Saat ini perkembangan keluarga ditentukan dengan anak tertua dari keluarga inti. b) Tahap Perkembangan Keluarga Yang Belum Terpenuhi Menjelaskan mengenai tugas perkembangan yang belum terpenuhi oleh keluarga serta kendala mengapa tugas perkembangan tersebut belum terpenuhi. c)
Riwayat Keluarga Inti Menjelaskan mengenai
riwayat
kesehatan
pada
keluarga inti, yang meliputi riwayat penyakit keturunan, riwayat
kesehatan
masing-masing
anggota
keluarga,
perhatian terhadap pencegahan penyakit (status imunisasi), sumber pelayanan kesehatan yang biasa digunakan keluarga serta
pengalaman-pengalaman
terhadap
pelayanan
kesehatan. d) Riwayat Keluarga Sebelumnya
22
Dijelaskan mengenai riwayat kesehatan pada keluarga dari pihak suami dan istri. 3) Pengkajian Lingkungan a)
Karakteristik Rumah Karakteristik rumah diidentifikasi dengan melihat luas rumah, type rumah, jumlah ruangan, jumlah jendela, jarak septic tank dengan sumber air, sumber air minum yang
digunakan serta denah rumah. b) Karakteristik Tetangga dan Komunitas Rw Menjelaskan mengenai karakteristik tetangga dan komunitas setempat yang meliputi kebiasaan, lingkungan fisik, aturan/kesepakatan penduduk setempat, budaya c)
setempat yang mempengaruhi kesehatan. Mobilitas Geografis Keluarga Mobilitas geografis keluarga ditentukan
dengan
kebiasaan keluarga berpindah tempat. d) Perkumpulan Keluarga dan Interaksi Dengan Masyarakat Menjelaskan mengenai waktu yang digunakan keluarga untuk berkumpul serta perkumpulan keluarga yang ada dan e)
sejauh mana interaksi keluarga dengan masyarakat. Sistem Pendukung Keluarga Yang termasuk dalam sistem pendukung keluarga adalah jumlah anggota keluarga yang sehat, fasilitasfasilitas
yang
dimiliki
keluarga
untuk
menunjang
kesehatan. Fasilitas mencakup fasilitas fisik, fasilitas psikologis atau dukungan dari anggota keluarga
dan
fasilitas sosial atau dukungan dari masyarakat setempat. 4) Latar Belakang Budaya /Kebiasaan Keluarga a)
Kebiasaan Makan Kebiasaan makan ini meliputi jenis makanan yang
dikosumsi oleh keluarga . b) Pemanfaatan Fasilitas Kesehatan
23
Perilaku keluarga kesehatan
merupakan
didalam memanfaatkan fasilitas faktor
yang
penting
dalam
penggelolaan penyakit. c)
Pengobatan Tradisional Merupakan pilihan bagi keluarga untuk menentukan pengobatan yang diinginkan ataupun alternative pilihan yang dipilih yaitu pengobatan tradisional.
5) Status Sosial Ekonomi a)
Pendidikan Tingkat pendidikan keluarga mempengaruhi keluarga dalam mengenal suatu penyakit dan pengelolaannya. Berpengaruh pula terhadap pola pikir dan kemampuan untuk mengambil keputusan dalam mengatasi masalah
dangan tepat dan benar. b) Pekerjaan dan Penghasilan Penghasilan yang tidak seimbang juga berpengaruh terhadap keluarga
dalam melakukan pengobatan dan
perawatan pada angota keluarga yang sakit salah satunya disebabkan karena suatu penyakit. Menurut (Effendy,1998) mengemukakan bahwa ketidakmampuan keluarga dalam merawat anggota keluarga
yang sakit salah satunya
disebabkan karena tidak seimbangnya sumber-sumber yang ada pada keluarga . 6) Tingkat Perkembangan dan Riwayat Keluarga Menurut Friedmen (1998:125), Riwayat keluarga mulai lahir hingga saat ini termasuk riwayat perkembangan dan kejadian serta pengalaman kesehatan yang unik atau berkaitan dengan kesehatan yang terjadi dalam kehidupan keluarga yang belum terpenuhi berpengaruh terhadap psikologis seseorang yang dapat mengakibatkan kecemasan.
24
7) Aktiftas Pola aktifitas yang dipilih oleh suatu keluarga dapat berpengaruh terhadap terjadinya suatu penyakit dan gaya hidup suatu keluarga. 8) Data Lingkungan a)
Karakteristik Rumah Cara memodifikasikan lingkungan fisik yang baik seperti lantai rumah, penerangan dan fentilasi yang baik dapat mengurangai faktor penyebab terjadinya suatu
b)
penyakit. Karakteristik Lingkungan Menurut (friedman,1998
:22)
derajad
kesehatan
dipengaruhi oleh lingkungan. Ketenangan lingkungan sangat mempengaruhi derajat kesehatan. 9) Struktur Keluarga a)
Pola Komunikasi Menurut (Friedman, 1998) semua interaksi perawat dengan pasien adalah berdasarkan komunikasi. Istilah komunikasi teurapetik merupakan suatu tekhnik diman usaha mengajak pasien dan keluarga untuk bertukar pikiran dan perasaan. Tekhnik tersebut mencakup ketrampilan secara verbal maupun non verbal, empati dan rasa kepedulian yang tinggi.
b) Struktur Kekuasaan Kekuasaan dalam keluarga kondisi
kesehatan,
kekuasaan
mempengaruhi dalam yang
otoriter
dapat
menyebabkan stress psikologik. c)
Struktur Peran Menurut Friedman (1998), anggota keluarga menerima dan konsisten terhadap peran yang dilakukan, maka ini akan membuat anggota keluarga puas atau tidak ada konflik
25
dalam peran, dan sebaliknya bila peran tidak dapat diterima dan tidak sesuai dengan harapan maka akan mengakibatkan ketegangan dalam keluarga . 10) Fungsi Keluarga a)
Fungsi Afektif Keluarga harus saling menghargai satu dengan yang lainnya agar tidak menimbulkan suatu permasalahan
maupun stressor tertentu bagi anggota keluarga itu sendiri. b) Fungsi Sosialisasi. Keluarga memberikan kebebasan bagi anggota keluarga dalam bersosialisasi dengan lingkungan sekitar. Bila
keluarga
tidak
memberikan
kebebasan
pada
anggotanya, maka akan mengakibatkan anggota keluarga menjadi sepi. Keadaan ini mengancam status emosi menjadi c)
labil dan mudah stress. Fungsi Kesehatan Menurut suprajitno (2004) fungsi mengembangkan dan melatih
anak
untuk
berkehidupan
sosial
sebelum
meninggalkan rumah untuk berhubungan dengan orang lain diluar rumah. Hal-hal yang perlu dikaji untuk mengetahui sejauh mana keluarga melakukan pemenuhan tugas perawatan a)
keluarga adalah : Untuk mengetahui kemampuan keluarga mengenal masalah kesehatan, yang perlu dikaji adalah sejauh mana keluarga memahami fakta-fakta dari masalah kesehatan yang meliputi: pengertian, tanda dan gejala, faktor penyebab dan yang mempengaruhinya serta persepsi keluarga terhadap
masalah. b) Untuk mengetahui
kemampuan keluarga
mengambil
keputusan mengenai tindakan kesehatan yang tepat, hal yang perlu dikaji adalah :
26
(1) Sejauh mana kemampuan keluarga mengerti mengenai sifat dan luasnya masalah. (2) Apakah masalah kesehatan dirasakan oleh keluarga. (3) Apakah keluarga merasa menyerah terhadap masalah yang dialami. (4) Apakah keluarga
merasa takut akan akibat dari
penyakit. (5) Apakah keluarga mempunyai sikap negatif terhadap masalah kesehatan. (6) Apakah keluarga dapat menjangkau fasilitas kesehatan
c)
yang ada. (7) Apakah keluarga
kurang percaya terhadap tenaga
kesehatan. (8) Apakah keluarga
mendapat informasi yang salah
terhadap tindakan dalam mengatasi masalah. Mengetahui sejauh mana kemampuan keluarga merawat anggota keluarga
yang sakit, termasuk kemampuan
memelihara lingkungan dan menggunakan sumber/fasilitas kesehatan yang ada di masyarakat, yang perlu dikaji adalah: (1) Apakah keluarga mengetahui sifat dan perkembangnan perawatan yang dibutuhkan untuk menanggulangi masalah kesehatan/ penyakit. (2) Apakah keluarga mempunyai sumber daya dan fasilitas yang diperlukan untuk perawatan. (3) Keterampilan keluarga mengenai macam perawatan yang diperlukan memadai. (4) Apakah keluarga mempunyai pandangan negatif terhadap perawatan yang diperlukan (5) Adakah konflik individu dan perilaku mementingkan diri sendiri dalam keluarga (6) Apakah keluarga kurang dapat memelihara keuntungan dalam memelihara lingkungan dimasa mendatang. (7) Apakah keluarga mempunyai upaya peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit
27
(8) Apakah keluarga
sadar akan pentingnya fasilitas
kesehatan dan bagaimana pandangan keluarga akan fasilitas tersebut. (9) Apakah keluarga
merasa takut akan akibat dari
tindakan (diagnostik, pengobatan dan rehabilitasi). (10) Bagaimana falsafah hidup keluarga berkaitan dengan upaya perawatan dan pencegahan. 11) Fungsi Reproduksi Hal yang perlu dikaji mengenai fungsi reproduksi keluarga adalah : a) Berapa jumlah anak. b) Bagaimana keluarga c)
merencanakan
jumlah
keluarga. Metode apa yang digunakan keluarga
anggota
dalam upaya
mengendalikan jumlah anggota keluarga.
12) Fungsi Ekonomi Hal yang perlu dikaji mengenai fungsi ekonomi keluarga adalah : a)
Sejauh mana keluarga
memenuhi kebutuhan sandang,
pangan dan papan b) Sejauh mana keluarga memanfaatkan sumber yang ada di masyarakat sdalam upaya peningkatan status kesehatan keluarga. 13) Stress dan Koping Keluarga a)
Stressor Jangka Pendek dan Panjang (1) Stressor jangka pendek yaitu stressor yang dialami keluarga yang memerlukan penyelesaian dalam waktu kurang dari 6 bulan.
28
(2) Stressor jangka panjang yaitu stressor yang dialami keluarga yang memerlukan penyelesaian dalam waktu lebih dari 6 bulan. b) Kemampuan Keluarga Berespon terhadap Situasi/Stressor Hal yang perlu dikaji adalah sejauhmana keluarga berespon terhadap situasi/stressor. c)
Strategi Koping yang Digunakan Strategi koping yang digunakan
keluarga
bila
menghadapi permasalahan. d) Strategi Adaptasi Disfungsional Strategi
adaptasi
disfungsional
yang
digunakan
keluarga bila menghadapi permasalahan. 14) Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan fisik dilakukan terhadap semua anggota keluarga . Metode yang digunakan pada pemeriksaan fisik tidak berbeda dengan pemeriksaan fisik di klinik. 15) Harapan Keluarga Pada akhir pengkajian, perawat menanyakan harapan keluarga terhadap petugas kesehatan yang ada. 2.
Diagnosa Keperawatan Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul adalah a) Konflik pengambilan keputusan b.d kurangnya informasi yang relefan b) Ketidakmampuan koping keluarga b.d gangguan kemampuan untuk memenuhi tanggung jawab pran skunder. c) Ketidakefektifan pola seksualitas b.d riwayat ketidakpuasan pengalaman seksual. d) Kerusakan interaksi sosisal berhubungan dengan ketidakmampuan besosialisasi dengan lingkungan disekitarnya. e) Perubahan penampilan peran berhubungan dengan keluarga yang f)
baru dibina. Resiko cedera berhubungan dengan kekerasan dalam Rumah tangga.
29
g) Resiko perubahan pemeliharaan kesehatan berhubungan dengan kurang pengetahuan terhadap pemilihan dan ketersediaan metoda kontrasepsi. 3.
Menyusun Prioritas Friedman (1998:64), menjelaskan perencanaan perawatan meliputi seleksi bersama yang dirancang untuk mencapai tujuan.Faktor penetapan prioritas perasaan peka terhadap klien dan efek terpeutik terhadap tindakan dimasa mendatang.
Cara membuat skor penentuan prioritas masalah keperawatan keluarga : NO KRITERIA 1 Sifat masalah Aktual (Tidak/kurang sehat) Ancaman kesehatan Keadaan sejahtera 2 Kemungkinan masalah dapat diubah Mudah Sebagian Tidak dapat 3 Potensi masalah untuk dicegah Tingg Sedang Rendah 4 Menonjolnya masalah Masalah berat, harus segera ditangani Ada masalah, tetapi tidak perlu segera ditangani Masalah tidak dirasakan
SKOR
BOBOT
3 2 1
1
2 1 0
2
3 2 1
1
2 1
1
0
Skoring : Skor _____________ x Bobot Angka tertinggi Catatan : Skor dihitung bersama dengan keluarga
30
Faktor yang dapat mempengaruhi penentuan prioritas a.
Kriteria 1 Sifat masalah ; bobot yang lebih berat diberikan pada tidak/kurang sehat karena yang pertama memerlukan tindakan segera
dan biasanya disadari dan dirasakan oleh keluarga b. Kriteria 2 Kemungkinan masalah dapat diubah,
perawat
perlu
memperhatikan terjangkaunya faktor-faktor sebagai berikut : 1) Pengetahuan yang ada sekarang, teknologi dan tindakan untuk menangani masalah 2) Sumber daya keluarga dalam bentuk fisik, keuangan dan tenaga 3) Sumber daya perawat dalam bentuk pengetahuan, keterampilan dan waktu. 4) Sumber daya masyarakat dalam bentuk fadsilitas, organisasi c.
dalam masyarakat dan dukungan masyarakat. Kriteria 3 Potensi masalah dapat dicegah, faktor-faktor yang perlu diperhatikan : 1) Kepelikan dari masalah yang berhubungan dengan penyakit atau masalah 2) Lamanya masalah, yang berhubungan dengan jangka waktu masalah itu ada 3) Tindakan yang sedang dijalankan adalah tindakan-tindakan yang tepat dalam memperbaiki masalah. 4) Adanya kelompok ‘high risk” atau kelompok yang sangat peka
menambah potensi untuk mencegah masalah. d. Kriteria 4 Menonjolnya masalah, perawat perlu menilai persepsi atau bagaimana keluarga melihat masalah kesehatan tersebut. Nilai skor tertinggi yang terlebih dahulu dilakukan intervensi keperawatan 4.
keluarga . Menyusun Tujuan Friedman (1998:64) menjelaskan perencanaan meliputi perumusan tujuan yang berorientasi kepada klien kemungkinan sumber-sumber
31
penggambaran pendekatan alternatif untuk memenuhi tujuan dan operasional perencanaan. Ada 3 kegiatan menurut Friedman (1998:64) yaitu: a. Tujuan jangka pendek yang sifatnya dapat diukur langsung dan b. c.
spesifik Tujuan jangka menengah. Tujuan akhir atau jangka panjang yang sifatnya umum dan mempunyai tujuan.
5.
Rencana Tindakan Keperawatan Perencanaan keperawatan keluarga terdiri dari penetapan tujuan, yang mencakup tujuan umum dan tujuan khusus serta dilengkapi dengan kriteria dan standar. Kriteria dan standar merupakan pernyataan spesifik tentang hasil yang diharapkan dari setiap tindakan keperawatan berdasarkan tujuan khusus yang ditetapkan. a. Konflik pengambilan keputusan b.d kurangnya informasi yang relefan. 1) Tujuan Individu akan membuat pilihan berdasarkan informasi 2) Kriteria hasil a) Menyatakan keuntungan dan kerugian dari berkeluarga. b) Menceritakan
mengenai
ketakutan
mengenai pilihan pasangannya. 3) Intervensi a) Tetapkan hubungan saling
dan
percaya
pilihan
keprihatinan
yang
berarti
meningkatkan saling pengertian dan perhatian. b) Gali apa yang timbul bila tidak mengambil keputusan. c) Benahi kesalahan informasi. d) Beri dorongan pada pasangan untuk terlibat dalam e) b.
mengambil keputusan. Kolaborasi dengan keluarga untuk mengklarifikasi proses
pengambilan keputusan. Ketidakmampuan koping keluarga b.d gangguan kemampuan untuk memenuhi tanggung jawab pran skunder 1) Tujuan : individu menyusun tujuan jangka panjang dan pendek untuk perubahan. 2) Kriteria hasil a) Menyebutkan harapan untuk diri sendiri dan keluarga.
32
b) Menyebutkan sumber daya komunitas yang tersedia. 3) Intervensi a) Beri kesempatan pada seluruh anggota keluarga untuk menddiskusikan penilaian mereka terhadap situasi. b) Hindari saling menyalahkan tetapi fasilitasi ventilasi amarahnya. c) Krarifikasi perasaan anggota keluarga. d) Jika ada indikasi, minta anggota mempertimbangkan e) c.
masalah
dari
keluarga
perspektif
untuk anggota
keluarga yang lain. Jika ada anggota keluarga yang sakit, bantu keluarga untuk
mempunyai harapan yang lebih realistis. Ketidakefektifan pola seksualitas b.d riwayat
ketidakpuasan
pengalaman seksual. 1) Tujuan Individu melakukan kembali aktivitas seksual sebelumnya atau menjalankan aktivitas seksual pengganti yang lebih memuaskan. 2) Kriteria hasil a) Mengubah prilaku untuk mengurangi stressor. b) Melakukan aktivitas seksual yang memuaskan. 3) Intervensi a) Gali hubungan pasien dengan pasangannya. b) Dorong untuk bertanya tentang seksualitas atau fungsi seksual yang mungkin mengganggu pasien. c) Lakukan latihan teratur untuk reduksi stress. d) Anjurkan individu melakukan aktivitas seksual sedemikian d.
rupa yang mendekati pola sebelumnya Kerusakan interaksi sosisal berhubungan dengan ketidakmampuan besosialisasi dengan lingkungan disekitarnya Intervensi diagnosa ini, diantaranya : 1) Beri penjelasan pentingnya hubungan sosial dengan anggota Masyarakat lainnya kepada keluarga. 2) Anjurkan kepada keluarga untuk membuka diri dengan anggota Masyarakat lainnya. 3) Anjurkan kepada keluarga untuk mengikuti kegiatan-kegiatan Masyarakat seperti karangtaruna, PKK, dan lain-lain.
33
e.
Perubahan penampilan peran berhubungan dengan keluarga yang baru dibina Intervensi diagnosa ini, diantaranya : 1) Beri penjelasan kepada keluargatentang peran baru yang dialami keluarga. 2) Berikan penjelasan pada suami dan istri untuk saling memahami. 3) Anjurkan kepada keluarga untuk mendiskusikan tentang tugas keluarga yang baru.
f.
Resiko cedera berhubungan dengan kekerasan dalam Rumah tangga Intervensi untuk diagnosa ini adalah : 1) Beri penjelasan pada keluarga khususnya suami tentang bahaya yang dapat timbul dari kekerasan yang terjadi. 2) Anjurkan kepada keluarga untuk lebih mendekati diri pada agama. 3) Anjurkan kepada keluarga untuk saling membicarakan/terbuka
g.
jika ada masalah. Resiko perubahan pemeliharaan kesehatan berhubungan dengan kurang pengetahuan terhadap pemilihan dan ketersediaan metoda kontrasepsi 1) Kriteria hasil Setelah dilakukan intervensi, pasangan akan : a) Menjabarkan dengan benar tentang cara penggunaan metoda
kontrasepsi
yang
dipilih
dan
pemecahan
masalahnya. b) Dapat menjelaskan tentang efek samping dan komplikasi c)
dari metoda kontrasepsi yang dipilih. Melaporkan adanya kepuasan terhadap metoda kontrasepsi
yang dipilih. d) Menggambarkan metoda lain yang dapat dipakai dan memilih salah satu dari metoda tersebut bila pasangan inggin mengganti metode kontrasepsi. 2) Intervensi a) Menstimulasi kesadaran atau penerimaan
keluarga
mengenai masalah dan kebutuhan kesehatan dengan cara
34
memberika informasi, mengidentifikasi kebutuhan dan harapan tentang kesehatan, dan mendorong sikap emosi yang sehat terhadap masalah. b) Menstimulasi keluarga untuk memutuskan cara perawatan yang tepat dengan cara mengidentifikasi konsekwensi tidak melakukan tindakan, mengidentfikasi sumber – sumber yang c)
dimiliki
keluarga
dan
mendiskusikan
tentang
konsukensi tiap tindakan. Memberikan kepercayaan diri dalam merawat anggota keluarga yang sakait dengan cara mendemonstrasikan cara perawatan, menggunakan alat dan fasilitas yang ada di rumah dan mengawasi keluarga melakukan perawatan.
6.
Implementasi Tindakan yang dilakukan oleh perawat kepada keluarga berdasarkan perencanaan mengenai diagnosa yang telah dibuat sebelumnya. Tindakan keperawatan terhadap keluarga mencakup hal-hal dibawah ini : a. Menstimulasi kesadaran atau penerimaan keluarga mengenai
b.
masalah dan kebutuhan kesehatan dengan cara : 1) Memberikan informasi. 2) Mengidentifikasi kebutuhan dan harapan tentang kesehatan. 3) Mendorong sikap emosi yang sehat terhadap masalah. Menstimulasi keluarga untuk memutuskan cara perawatan yang
c.
tepat dengan cara : 1) Mengidentifikasi konsekwensi tidak melakukan tindakan. 2) Mengidentifikasi sumber-sumber yang dimiliki keluarga. 3) Mendiskusikan tentang konsekwensi tiap tindakan Memberikan kepercayaan diri dalam merawat anggota keluarga
d.
yang sakit dengan cara : 1) Mendemonstrasikan cara perawatan. 2) Menggunakan alat dan fasilitas yang ada di rumah. 3) Mengawasi keluarga melakukan perawatan. Membantu keluarga untuk menemukan cara bagaimana membuat
e.
lingkungan menjadi sehat, dengan cara : 1) Menemukan sumber-sumber yang dapat digunakan keluarga 2) Melakukan perubahan lingkungan dengan seoptimal mungkin Memotivasi keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada dengan cara :
35
1) Memperkenalkan fasilitas kesehatan yang ada di lingkungan keluarga. 2) Membantu keluarga menggunakan fasilitas kesehatan yang ada. 7.
Evaluasi Sesuai rencana tindakan yang telah diberikan, dilakukan penilaian untuk menilai keberhasilannya. Bila tidak / belum berhasil perlu disusun rencana baru yang sesuai. Semua tindakan keperawatan mungkin tidak dapat dilakukan dalam satu kali kunjungan ke keluarga . Untuk itu dapat dilakukan secara bertahap sesuai dengan waktu dan kesediaan keluarga. Evaluasi disusun dengan menggunakan SOAP secara operasional, yaitu : a. Subjektif Hal-hal yang dikemukakan oleh keluarga secara subjektif setelah dilakukan intervens keperawatan. b.
Misal : keluarga
mengatakan nyerinya berkurang. Objektif Hal-hal yang ditemui oleh perawat secara objektif setelah dilakukan intervensi keperawatan. Misal : BB naik 1 kg dalam 1 bulan.
c.
d.
Analisa Analisa dari hasil yang telah dicapai dengan mengacu kepada tujuan terkait dengan diagnosa keperawatan. Planning Perencanaan yang akan datang setelah melihat respon dari
keluarga pada tahap evaluasi. Tahapan evaluasi dapat dilakukan secara formatif dan sumatif. Evaluasi formatif dilakukan selama proses asuhan keperawatan, sedangkan evaluasi sumatif adalah evaluasi akhir.
36