Bab I.docx

  • Uploaded by: rizka
  • 0
  • 0
  • November 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Bab I.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 6,609
  • Pages: 42
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ketuban pecah dini merupakan masalah penting dalam obstetri berkaitan dengan penyulit kelahiran prematur dan terjadinya infeksi khorioamnioritis sampai sepsis, yang meningkatkan morbiditas dan mortalitas perinatal, dan menyebabkan infeksi ibu (Manuaba,2009). Menurut EASTMAN insidens PROM (Premature Rupture of the Membrane) ini kira-kira (12 %) dari semua kejadiannya mencapai sekitar(24%). Kejadian KPD berkisar 5-10% dari semua kelahiran, dan KPD preterm terjadi 1% dari semua kehamilan. 70% kasus KPD terjadi pada kehamilan cukup bulan. KPD merupakan penyebab kelahiran prematur sebanyak 30% (Manuaba,2009). Ketuban pecah dini menyebabkan hubungan langsung antara dunia luar dan ruangan dalam rahim, sehingga memudahkan terjadinya infeksi asenden. Salah satu fungsi selaput ketuban adalah melindungi atau menjadi pembatasan dunia luar dan ruangan dalam rahim, sehingga mengurangi kemungkinan

infeksi.

Makin

lama

periode

laten,

makin

besar

kemungkinan infeksi dalam rahim. Persalinan prematuritas dan selanjutnya meningkatkan kejadian kesakitan dan kematian ibu dan bayi janin dalam rahim. Oleh karena itu, tata laksana ketuban pecah dini memerlukan tindakan yang rinci, sehingga dapat menurunkan kejadian persalinan prematur dan infeksi dalam rahim (Nugroho,2010). Salah satu pelaksanaaan medis yang bisa dilakukan pada pasien dengan KPD adalah tindakan operasi sectio Caesar. Sectio caesaria adalah suatu persalinan buatan dimana janin dilahirkan melalui suatu insisi pada dinding depan perut dan dinding rahim dengan syarat rahim dalam keadaan utuh serta berat janin di atas 500 gram (Sarwono, 2009). Tindakan ini dilakukan apabila kehamilan lebih dari 37 minggu, gagal induksi dan terdapat tanda-tanda infeksi.

1

Menurut hasil penelitian (Xiaotian Li et all, 2014) yang dilakukan di China didapatkan hasil yaitu dari 112.439 persalinan yang terjadi kasus ketuban pecah dini yaitu sebanyak 3.077 (2,7%) persalinan. Insiden dariketuban pecah dini 6-19 % kehamilan. Menurut organisasi kesehatan (WHO) angka kejadian Ketuban Pecah Dini pada tahun 2013 sebanyak 5060%. Sedangkan di Indonesia pada tahun 2013 sebanyak 35 % . Sedangkan data yang diperoleh kelompok dari Medical Record RSUD dr. Rasidin Padang tahun 2017, tindakan SC atas indikasi KPD sebanyak 8 orang ibu hamil dari 215 pasien yang dioperasi SC dengan Indikasi bukan KPD. Berdasatkan data diatas kelompok merasa tertarik untuk membahas secara spesifik mengenai masalah inidengan menggunakan Asuhan Keperawatan pada Ny. D dengan post SC atas Indikasi KPD 24 jam di Ruang Kebidanan RSUD dr. Rasidin Padang tahun 2017.

B. Tujuan Masalah 1. Tujuan umum Mahasiswa mampu melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien dengan post SC atas Indikasi KPD 24 jam di ruang Kebidanan RSUD dr. Rasidin Padang. 2. Tujuan khusus a. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian pada ny. D dengan post SC atas Indikasi KPD 24 jam di Ruang Kebidanan RSUD dr. Rasidin Padang b. Mahasiswa mampu menegakkan diagnosa keperawatan pada ny. D dengan post SC atas Indikasi KPD 24 jam di Ruang Kebidanan RSUD dr. Rasidin Padang c. Mahasiswa mampu merencanakan tindakan pada ny. D dengan post SC atas Indikasi KPD 24 jam di Ruang Kebidanan RSUD dr. Rasidin Padang

2

d. Mahasiswa mampu melakukan implementasi pada ny. D dengan post SC atas Indikasi KPD 24 jam di Ruang Kebidanan RSUD dr. Rasidin Padang e. Mahasiswa mampu melakukan evaluasi pada setiap tindakan keperawatan yang dilakukan pada ny. D dengan post SC atas Indikasi KPD 24 jam di Ruang Kebidanan RSUD dr. Rasidin Padang

3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Ketuban Pecah Dini 1. Defenisi KPD adalah pecahnya ketuban sebelum waktu melahirkan yang terjadi pada saat akhir kehamilan maupun jauh sebelumnya (Nugroho,2010). Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda-tanda persalinan mulai dan ditunggu satu jam belum terjadi inpartu. Sebagian ketuban pecah dini terjadi pada kehamilan aterm lebih dari 37 minggu sedangkan kurang dari 36 minggu tidak terlalu banyak (Manuaba,2009). KPD didefinisikan sesuai dengan jumlah jam dari waktu pecah ketuban sampai awitan persalinan yaitu interval periode laten yang dapat terjadi kapan saja dari 1-12 jam atau lebih. Insiden KPD banyak terjadi pada wanita dengan serviks inkopenten, polihidramnion, malpresentasi janin, kehamilan kembar, atau infeksi vagina (Helen, 2003). Dari beberapa definisi KPD di atas maka dapat disimpulkan bahwa KPD adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda tanda persalinan. 2. Penyebab nya Penyebab KPD menurut Manuaba, 2009 dan Morgan, 2009 meliputi antara lain: a. Serviks inkompeten b. Faktor keturunan c. pengaruh dari luar yang melemahkan ketuban (infeksi genetalia) d. overdistensi uterus e. malposisi atau malpresentase janin f. faktor yang menyebabkan kerusakan serviks g. riwayat KPD sebelumnya dua kali atau lebih 4

h. faktor yang berhubungan dengan berat badan sebelum dan selama hamil i. merokok selama kehamilan j. usia ibu yang lebih tua mungkin menyebabkan ketuban kurang kuat dari pada usia muda k. riwayat hubungan seksual baru-baru ini l. Paritas m. Anemia n. Sebuah penelitian oleh Getahun D, Ananth dkk tahun 2007 menyebutkan bahwa asma bisa memicu terjadinya ketuban pecah dini. 3. Faktor-faktor yang mempengaruhi ketuban pecah dini Menurut Morgan (2009), Kejadian Pecah Dini (KPD) dapat disebabkan oleh beberapa faktor meliputi : a. Usia Karakteristik pada ibu berdasarkan usia sangat berpengaruh terhadap kesiapan ibu selama kehamilan maupun menghadapi persalinan (Julianti, 2001). Usia untuk reproduksi optimal bagi seorang ibu adalah antara umur 20-35 tahun. Di bawah atau di atas usia tersebut akan meningkatkan resiko kehamilan dan persalinan (Depkes, 2003). Usia seseorang sedemikian besarnya akan mempengaruhi sistem reproduksi, karena organorgan reproduksinya sudah mulai berkurang kemampuannya dan keelastisannya dalam menerima kehamilan. b. Paritas Paritas adalah banyaknya anak yang dilahirkan oleh ibu dari anak pertama sampai dengan anak terakhir. Adapun pembagian paritas yaitu primipara, multipara, dan grande multipara. Primipara adalah seorang wanita yang baru pertama kali melahirkan dimana janin mancapai usia kehamilan 28 minggu atau lebih. Multipara adalah seorang wanita yang telah

5

mengalami kehamilan dengan usia kehamilan minimal 28 minggu dan telah melahirkan buah kehamilanya 2 kali atau lebih. Sedangkan grande multipara adalah seorang wanita yang telah mengalami hamil dengan usia kehamilan minimal 28 minggu dan telah melahirkan buah kehamilannya lebih dari 5 kali (Wikjosastro, 2007). Wanita yang telah melahirkan beberapa kali dan pernah mengalami KPD pada kehamilan sebelumnya serta jarak kelahiran yang terlampau dekat diyakini lebih beresiko akan mengalami KPD pada kehamilan berikutnya (Helen, 2008). c. Anemia Anemia pada kehamilan adalah anemia karena kekurangan zat besi. Jika persediaan zat besi minimal, maka setiap kehamilan akan mengurangi persediaan zat besi tubuh dan akhirnya menimbulkan anemia. Dampak anemia pada janin antara lain abortus, terjadi kematian intrauterin, prematuritas, berat badan lahir rendah, cacat bawaan dan mudah infeksi. Pada ibu, saat kehamilan dapat

mengakibatkan

abortus,

persalinan

prematuritas,

ancaman dekompensasikordis dan ketuban pecah dini. Pada saat persalinan dapat mengakibatkan gangguan his, retensio plasenta dan perdarahan post partum karena atonia uteri (Manuaba, 2009). Menurut Depkes RI (2005), bahwa anemia berdasarkan hasil pemeriksaan dapat digolongkan menjadi (1) HB > 11 gr %, tidak anemia, (2) 9-10 gr % anemia sedang, (3) < 8 gr % anemia berat. d. Perilaku Merokok Kebiasaan merokok atau lingkungan dengan rokok yang intensitas tinggi dapat berpengaruh pada kondisi ibu hamil. Rokok mengandung lebih dari 2.500 zat kimia yang teridentifikasi termasuk karbonmonoksida, amonia, aseton,

6

sianida hidrogen, dan lain-lain. Merokok pada masa kehamilan dapat menyebabkan gangguangangguan seperti kehamilan ektopik, ketuban pecah dini, dan resiko lahir mati yang lebih tinggi (Sinclair, 2003). e. Riwayat KPD Pengalaman yang pernah dialami oleh ibu bersalin dengan kejadian KPD dapat berpengaruh besar pada ibu jika menghadapi kondisi kehamilan. Riwayat KPD sebelumnya beresiko 2-4 kali mengalami ketuban pecah dini kembali. Patogenesis terjadinya KPD secara singkat ialah akibat penurunan kandungan kolagen dalam membran sehingga memicu terjadinya ketuban pecah dini dan ketuban pecah preterm. Wanita yang pernah mengalami KPD pada kehamilan atau menjelang persalinan maka pada kehamilan berikutnya akan lebih beresiko dari pada wanita yang tidak pernah mengalami KPD sebelumnya karena komposisi membran yang menjadi rapuh dan kandungan kolagen yang semakin menurun pada kehamilanberikutnya (Helen, 2008). f. Tekanan intra uteria yang meninggi atau meningkat secara berlebihan Tekanan intra uterin yang meninggi atau meningkat secara berlebihan dapat menyebabkan terjadinya ketuban pecah dini, misalnya : 1) Trauma; berupa hubungan seksual, pemeriksaan dalam, amniosintesis 2) Gemelli Kehamilan kembar adalah suatu kehamilan dua janin atau lebih. Pada kehamilan gemelli terjadi distensi uterus yang berlebihan, sehingga menimbulkan adanya ketegangan rahim secara berlebihan. Hal ini terjadi karena jumlahnya berlebih, isi rahim yang lebih besar dan kantung (selaput

7

ketuban ) relative kecil sedangkan dibagian bawah tidak ada yang menahan sehingga mengakibatkan selaput ketuban tipis dan mudah pecah (Saifudin. 2002) 4. Tanda dan Gejala Tanda dan gejala pada kehamilan yang mengalami KPD adalah keluarnya cairan ketuban merembes melalui vagina. Aroma air ketuban berbau amis dan tidak seperti bau amoniak, mungkin cairan tersebut masih merembes atau menetes, dengan ciri pucat dan bergaris warna darah. Cairan ini tidak akan berhenti atau kering karena terus diproduksi sampai kelahiran. Tetapi bila anda duduk atau berdiri, kepala janin yang sudah terletak di bawah biasanya mengganjal atau menyumbat kebocoran untuk sementara. Demam, bercak vagina yang banyak, nyeri perut, denyut jantung janin bertambah cepat merupakan tanda-tanda infeksi yang terjadi (Manuaba, 2009). 5. Pemeriksaan penunjang a. Pemeriksaan laboratorium Cairan yang keluar dari vagina perlu diperiksa warna, konsentrasi, bau dan PHnya. 1) Tes lakmus (tes nitrazin), jika kertas lakmus merah berubah menjadi biru, menunjukkan adanya air ketuban (alkalis). 2) Mikroskopik (tes pakis), dengan meneteskan air ketuban pada gelas objek dan dibiarkan kering, pemeriksaan mikroskopik menunjukkan gambaran daun pakis. b. Pemeriksaan ultrasonografi (USG) Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk melihat jumlah cairan ketuban dalam kavum uteri. Pada kasus KPD terlihat jumlah cairan ketuban yang sedikit (Manuaba, 2009).

8

6. Komplikasi ketuban pecah Dini Komplikasi yang biasa terjadi pada KPD meliputi ; (a) mudah terjadinya infeksi intra uterin (b) partus prematur (c) prolaps bagian janin terutama tali pusat (Manuaba, 2009). Terdapat tiga komplikasi utama yang terjadi pada ketuban pecah dini yaitu : a) peningkatan morbiditas neonatal oleh karena prematuritas b) komplikasi selama persalinan dan kelahiran c) resiko infeksi baik pada ibu maupun janin, dimana resiko infeksi karena ketuban yang utuh merupakan barrier atau penghalang terhadap masuknya penyebab infeksi (Sarwono, 2010). 7. Penatalaksanaan Penatalaksanaan KPD memerlukan pertimbangan usia kehamilan, adanya infeksi pada komplikasi ibu dan janin dan adanya tanda-tanda persalinan. Penanganan ketuban pecah dini menurut Sarwono (2010), meliputi : a. Konserpatif 1) Pengelolaan konserpatif dilakukan bila tidak ada penyulit (baik pada ibu maupun pada janin) dan harus di rawat dirumah sakit. 2) Berikan antibiotika (ampicilin 4 x 500 mg atau eritromicin bila tidak tahan ampicilin) dan metronidazol 2 x 500 mg selama 7 hari. 3) Jika umur kehamilan <32-34 minggu, dirawat selama air ketuban masih keluar, atau sampai air ketuban tidak keluar lagi. 4) Jika usia kehamilan 32-27 minggu, belum in partu, tidak ada infeksi, tes buss negativ beri deksametason, observasi tandatanda infeksi, dan kesejahteraan janin, terminasi pada kehamilan 37 minggu.

9

5) Jika usia kehamilan 32-37 minggu, sudah inpartu, tidak ada infeksi, berikan tokolitik (salbutamol), deksametason, dan induksi sesudah 24 jam. 6) Jika usia kehamilan 32-37 minggu, ada infeksi, beri antibiotik dan lakukan induksi. 7) Nilai tanda-tanda infeksi (suhu, leukosit, tanda-tanda infeksi intra uterin). 8) Pada usia kehamilan 32-34 minggu berikan steroid, untuk memicu kematangan paru janin, dan kalau memungkinkan periksa kadar lesitin dan spingomielin tiap minggu. Dosis betametason 12 mg sehari dosis tunggal selama 2 hari, deksametason IM 5 mg setiap 6 jam sebanyak 4 kali. b. Aktif 1) Kehamilan >37 minggu, induksi dengan oksitosin, bila gagal seksio sesarea. Dapat pula diberikan misoprostol 50 mg intravaginal tiap 6 jam maksimal 4 kali. 2) Bila ada tanda-tanda infeksi berikan antibiotika dosis tinggi. Dan persalinan diakhiri. 3) Bila skor pelvik < 5, lakukan pematangan servik, kemudian induksi. Jika tidak berhasil, akhiri persalinan dengan seksio sesarea 4) Bila skor pelvik > 5, induksi persalinan, partus pervaginam Penatalaksanaan KPD menurut Manuaba (2009)

8. Patofisilogi Infeksi dan inflamasi dapat menyebabkan ketuban pecah dini dengan menginduksi kontraksi uterus dan atau kelemahan fokal kulit ketuban . Banyak mikroorganisme servikovaginal, menghasilkan fosfolipid C yang dapat meningkatkan konsentrasi secara local asam arakidonat, dan lebih lanjut menyebabkan pelepasan PGE2 dan PGF2 alfa dan selanjutnya menyebabkan kontraksi miometrium .

10

Pada infeksi juga dihasilkan produk sekresi akibat aktivitas monosit/makrofag , yaitu sitokrin, interleukin 1 , factor nekrosis tumor dan interleukin 6. Platelet activating factor yang diproduksi oleh paruparu janin dan ginjal janinyang ditemukan dalam cairan amnion , secara sinergis juga mengaktifasi pembentukan sitokin. Endotoksin yang masuk kedalam cairan amnion juga akan merangsang sel-sel disidua untuk memproduksi sitokin dan kemudian prostaglandin yang menyebabkan dimulainya persalinan. Adanya kelemahan local atau perubahan kulit ketuban adalah mekanisme lain terjadinya ketuban pecah dini akibat infeksi dan inflamasi . Enzim bacterial dan atau produk host yang disekresikan sebagai respon untuk infeksi dapat menyebabkan kelemahan dan rupture kulit ketuban .Banyak flora servikoginal komensal dan patogenik mempunyai kemampuan memproduksi protease dan kolagenase yang menurunkan kekuatan tenaga kulit ketuban.Elastase leukosit polimorfonuklear secara spesifik dapat memecah kolagen tipe III papa manusia, membuktikan bahwa infiltrasi leukosit pada kulit ketuban yang terjadi karena kolonisasi bakteri atau infeksi dapat menyebabkan pengurangan kolagen tipe III dan menyebabkan ketuban pecah dini. Enzim hidrolitik lain , termasuk katepsin B , katepsin N, kolagenase yang dihasilkan netrofil dan makrofag , nampaknya melemahkan kulit ketuban . Sel inflamasi manusia juga menguraikan aktifator plasminogen yang mengubah plasminogen menjadi plasmin , potensial , potensial menjasi penyebab ketuban pecah dini.

11

9. Diagnosa Diagnosis ketuban pecah dini meragukan kita, apakah ketuban benar sudah pecah atau belum. Apalagi bila pembukaan kanalis servikal belum ada atau kecil. Penegakkan diagnosis KPD dapat dilakukan dengan berbagai cara yang meliputi : a. Menentukan pecahnya selaput ketuban dengan adanya cairan ketuban di vagina. b. Memeriksa adanya cairan yang berisi mekonium, vernik kaseosa, rambut lanugo dan kadang-kadang bau kalau ada infeksi.

12

c. Dari pemeriksaan inspekulo terlihat keluar cairan ketuban dari cairan servikalis. d. Test nitrazin/lakmus, kertas lakmus merah berubah menjadi biru (basa) bila ketuban sudah pecah. e. Pemeriksan penunjang dengan menggunakan USG untuk membantu dalam menentukan usia kehamilan, letak janin, berat janin, letak plasenta serta jumlah air ketuban. Pemeriksaan air ketuban dengan tes leukosit esterase, bila leukosit darah lebih dari 15.000/mm3, kemungkinan adanya infeksi (Sarwono, 2010). B. Sectio Saesaria 1. Defenisi Sectio caesaria adalah suatu persalinan buatan dimana janin dilahirkan melalui suatu insisi pada dinding depan perut dan dinding rahim dengan syarat rahim dalam keadaan utuh serta berat janin di atas 500 gram (Sarwono, 2009). Sectio Caesaria ialah tindakan untuk melahirkan janin dengan berat badan diatas 500 gram melalui sayatan pada dinding uterus yang utuh (Mitayani, 2009). Sectio caesaria adalah pembedahan untuk melahirkan janin dengan membuka dinding perut dan dinding rahim (Mansjoer, 2000) 2. Etiologi Manuaba (2002) indikasi ibu dilakukan sectio caesarea adalah ruptur uteri iminen, perdarahan antepartum, ketuban pecah dini. Sedangkan indikasi dari janin adalah fetal distres dan janin besar melebihi 4.000 gram. Dari beberapa faktor sectio caesarea diatas dapat diuraikan beberapa penyebab sectio caesarea sebagai berikut:

a. CPD ( Chepalo Pelvik Disproportion ) Chepalo Pelvik Disproportion (CPD) adalah ukuran lingkar panggul ibu tidak sesuai dengan ukuran lingkar

13

kepala janin yang dapat menyebabkan ibu tidak dapat melahirkan secara alami. Tulang-tulang panggul merupakan susunan beberapa tulang yang membentuk rongga panggul yang merupakan jalan yang harus dilalui oleh janin ketika akan lahir secara alami. b. PEB (Pre-Eklamsi Berat) Pre-eklamsi dan eklamsi merupakan kesatuan penyakit yang langsung disebabkan oleh kehamilan, sebab terjadinya masih belum jelas. Setelah perdarahan dan infeksi, pre-eklamsi dan eklamsi merupakan penyebab kematian maternal dan perinatal paling penting dalam ilmu kebidanan. Karena itu diagnosa dini amatlah penting, yaitu mampu mengenali dan mengobati agar tidak berlanjut menjadi eklamsi. c. KPD (Ketuban Pecah Dini) Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda persalinan dan ditunggu satu jam belum terjadi inpartu. Sebagian besar ketuban pecah dini adalah hamil aterm di atas 37 minggu. d. Bayi Kembar Tidak selamanya bayi kembar dilahirkan secara caesar. Hal ini karena kelahiran kembar memiliki resiko terjadi komplikasi yang lebih tinggi daripada kelahiran satu bayi. Selain itu, bayi kembar pun dapat mengalami sungsang atau salah letak lintang sehingga sulit untuk dilahirkan secara normal.

e. Faktor Hambatan Jalan Lahir Adanya gangguan pada jalan lahir, misalnya jalan lahir yang tidak memungkinkan adanya pembukaan, adanya

14

tumor dan kelainan bawaan pada jalan lahir, tali pusat pendek dan ibu sulit bernafas. f. Kelainan Letak Janin 1) Kelainan pada letak kepala a) Letak kepala tengadah Bagian terbawah adalah puncak kepala, pada pemeriksaan dalam teraba UUB yang paling rendah. Etiologinya kelainan panggul, kepala bentuknya bundar, anaknya kecil atau mati, kerusakan dasar panggul. b) Presentasi muka Letak kepala tengadah (defleksi), sehingga bagian kepala yang terletak paling rendah ialah muka. Hal ini jarang terjadi, kira-kira 0,27-0,5 %. c) Presentasi dahi Posisi kepala antara fleksi dan defleksi, dahi berada pada posisi terendah dan tetap paling depan. Pada penempatan dagu, biasanya dengan sendirinya akan berubah menjadi letak muka atau letak belakang kepala. d) Letak Sungsang Letak sungsang merupakan keadaan dimana janin terletak memanjang dengan kepala difundus uteri dan bokong berada di bagian bawah kavum uteri. Dikenal beberapa jenis letak sungsang, yakni presentasi

bokong,

presentasi

bokong

kaki,

sempurna, presentasi bokong kaki tidak sempurna dan presentasi kaki (Saifuddin, 2002). 3. Patofisilogi SC merupakan tindakan untuk melahirkan bayi dengan berat di atas 500 gr dengan sayatan pada dinding uterus yang masih utuh.

15

Indikasi dilakukan tindakan ini yaitu distorsi kepala panggul, disfungsi uterus, distorsia jaringan lunak, placenta previa dll, untuk ibu. Sedangkan untuk janin adalah gawat janin. Janin besar dan letak lintang setelah dilakukan SC ibu akan mengalami adaptasi post partum baik dari aspek kognitif berupa kurang pengetahuan. Akibat kurang informasi dan dari aspek fisiologis yaitu produk oxsitosin yang tidak adekuat akan mengakibatkan ASI yang keluar hanya sedikit, luka dari insisi akan menjadi post de entris bagi kuman. Oleh karena itu perlu diberikan antibiotik dan perawatan luka dengan prinsip steril. Nyeri adalah salah utama karena insisi yang mengakibatkan gangguan rasa nyaman. Sebelum dilakukan operasi pasien perlu dilakukan anestesi bisa bersifat regional dan umum. Namun anestesi umum lebih banyak pengaruhnya terhadap janin maupun ibu anestesi janin sehingga kadang-kadang bayi lahir dalam keadaan upnoe yang tidak dapat diatasi dengan mudah. Akibatnya janin bisa mati, sedangkan pengaruhnya anestesi bagi ibu sendiri yaitu terhadap tonus uteri berupa atonia uteri sehingga darah banyak yang keluar. Untuk pengaruh terhadap nafas yaitu jalan nafas yang tidak efektif akibat sekret yan berlebihan karena kerja otot nafas silia yang menutup. Anestesi ini juga mempengaruhi saluran pencernaan dengan menurunkan mobilitas usus. Seperti yang telah diketahui setelah makanan masuk lambung akan terjadi proses penghancuran dengan bantuan peristaltik usus. Kemudian diserap untuk metabolisme sehingga tubuh memperoleh energi. Akibat dari mortilitas yang menurun maka peristaltik juga menurun. Makanan yang ada di lambung akan menumpuk dan karena reflek untuk batuk juga menurun. Maka pasien sangat beresiko terhadap aspirasi sehingga perlu dipasang pipa endotracheal. Selain itu motilitas yang menurun juga berakibat pada perubahan pola eliminasi yaitu konstipasi. (Saifuddin, Mansjoer & Prawirohardjo, 2002)

16

Pathaway Serviks tidak kompeten

Ketuban Pecah Dini

Section Caesar

cemas pada janin

Nyeri pada luka post SC

4. Jenis- jenis sc a. Sectio cesaria transperitonealis profunda Sectio caesar transperitonealis propunda dengan insisi di segmen bawah uterus. Insisi pada bawah rahim, bisa dengan teknik melintang atau memanjang. Keunggulan pembedahan ini adalah : 1) Pendarahan luka insisi tidak seberapa banyak. 2) Bahaya peritonitis tidak besar. 3) Perut uterus umumnya kuat sehingga bahaya ruptur uteri dikemudian hari tidak besar karena pada nifas segmen bawah

uterus

tidak

seberapa

banyak

mengalami

kontraksi seperti korpus uteri sehingga luka dapat sembuh lebih sempurna.

Kelemahan pembedahan ini adalah : 1) Luka dapat menyebar ke kiri, kanan, bawah dan menyebabkan

artei

uterine

putus

mengakibatkan perdarahan yang banyak. 2) Keluhan kandung kemih pada post operasi.

17

sehingga

b. Sectio caesar klasik atau section cesaria korporal Pada cectio cacaria klasik ini di buat kepada korpus uteri, pembedahan ini yang agak mudah dilakukan, hanya dilakukan apabila

ada

halangan

untuk

melakukan

section

cacaria

transperitonealis profunda. Insisi memanjang pada segmen atas uterus. Kelebihan : 1) Mengeluarkan janin lebih cepat 2) Tidak mengakibatkan komplikasi pada kandung kemih 3) Sayatan dapat diperpanjang proksimal ataupun distal Kekurangan : 1) Infeksi mudah menyebar secara intra abdominal karena tidak ada reperitarialis yang baik. 2) Untuk persalinan berikutnya lebih sering terjadi rupture uteri spontan. c. Sectio caesar ekstra peritoneal Section cacaria eksrta peritoneal dahulu di lakukan untuk mengurangi bahaya injeksi perporal akan tetapi dengan kemajuan pengobatan terhadap injeksi pembedahan ini sekarang tidak banyak lagi di lakukan. Rongga peritoneum tidak dibuka, dilakukan pada pasien infeksi uterin berat. d. Section cesaria Hysteroctomi Setelah sectio cesaria, dilakukan hysteroktomy dengan indikasi : 1) Atonia uteri 2) Plasenta accrete 3) Myoma uteri 4) Infeksi intra uteri berat (Geri, 2009). 5. Manifestasi Klinis Pada post operasi maka akan didapatkan tanda gejala : a. Pasien mengeluh nyeri pada perut akibat luka operasi. b. Pasien mengeluh sulit untuk tidur.

18

c. Pasien mengeluh sulit untuk bergerak / beraktivitas. d. Pasien mengeluh badannya panas. e. Terjadi takikardi. f. Terdapat lingkaran hitam di mata. g. Terdapat tanda - tanda infeksi. h. Pasien tampak gelisah (Prawirohardjo, 2008). 6. Komplikasi Komplikasi yang sering terjadi pada sectio caesar adalah : a. Infeksi puerperial : Kenaikan suhu selama beberapa hari dalam masa nifas dibagi menjadi : 1) Ringan, dengan suhu meningkat dalam beberapa hari. 2) Sedang, suhu meningkat lebih tinggi disertai dengan dehidrasi dan perut sedikit kembung. 3) Peritonealis, sepsis dan usus paralitik. b. Perdarahan: Perdarahan banyak bisa terjadi jika pada saat pembedahan cabang-cabang arteri uterine ikut terbuka atau karena atonia uteri. c. Komplikasi-komplikasi lainnya antara lain luka kandung kencing, embolisme paru yang sangat jarang terjadi. d. Kurang kuatnya parut pada dinding uterus, sehingga pada kehamilan berikutnya bisa terjadi ruptur uteri. e. Yang sering terjadi pada ibu bayi yaitu kematian perinatal (Geri, 2009).

19

C. ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS 1. Pengkajian a. Identitas ibu b. Riwayat penyakit 1) Riwayat kesehatan sekarang ; ibu datang dengan pecahnya ketuban sebelum usia kehamilan mencapai 37 minggu dengan atau tanpa komplikasi 2) Riwayat kesehatan dahulu Adanya

trauma

sebelumnya

akibat

efek

pemeriksaan amnion 3) Sintesi ,pemeriksaan pelvis dan hubungan seksual 4) Infeksi vagiana /serviks oleh kuman sterptokokus 5) Selaput amnion yang lemah/tipis 6) Posisi fetus tidak normal 7) Kelainan pada otot serviks atau genital seperti panjang serviks yang pendek 8) Multiparitas dan peningkatan usia ibu serta defisiensi nutrisi. c. Pemeriksaan fisik 1) Kepala dan leher a) Mata perlu diperiksa dibagian skelra,konjungtiva b) Hidung ,ada atau tidaknya pembebngkakan konka nasalis .Ada /tidaknya hipersekresi mukosa c) Mulut :gigi karies/tidak ,mukosa mulut kering dan warna mukosa gigi, d) Leher berupa pemeriksaan JVP,KGB Dan tiroid

20

2) Dada a) Troraks b) Inspeksi

kesimetrisan

dada,jenis

oernapasan

torakaabdominal,dan tidak ada retraksi dinding dada.Frekuensi pernapasan normal. c) Palpasi :payudara tidak ada pembengkakan d) Auskultasi:terdengar

Bj

1

dan

II

di

IC

kiri/kanan,Bunyi napas normal vesikuler 3) Abdomen a) Inspeksi :ada a/tidak bekas operasi ,striae dan linea b) Palpasi:TFU kontraksi ada/tidak ,Posisi ,kansung kemih penuh/tidak c) Auskultasi: DJJ ada/tidak. 4) Genitalia a) Inspeksi :kebersihan ada/tidaknya tanda-tanda REEDA(Red,Edema,discharge,approxiamately); pengeluaran air ketuban (jumlah ,warna,bau 0dan lender merah mda kecoklatan . b) Palpas :pembukaan serviks(0-4) c) Ekstrimitas :edema ,varises ad/tidak. 5) Pemeriksaan diagnostic a) Hitung darah lengkap untuk menentukan adanya anemia,infeksi b) Golongan darah dan faktor Rh c) Rasio lestin terhadap spingomielin (rasio US):menentukan maturitas janin d) Tes ferning dan kertas nitrazine:memastikan pecah ketuban e) Ultrasonografi ;menentukan usia gestasi ,ukuran janin ,gerakan jantung janinmdan lokasi plasenta. f) Pelvimetri ;identifikasi posisi janin

21

d. Sirkulasi Perhatikan riwayat masalah jantung, udema pulmonal, penyakit vaskuler perifer atau stasis vaskuler (peningkatan resiko pembentukan thrombus). e. Integritas ego Perasaan cemas, takut, marah, apatis, serta adanya factorfaktor stress multiple seperti financial, hubungan, gaya hidup. Dengan tanda-tanda tidak dapat beristirahat, peningkatan ketegangan, stimulasi simpatis. f. Makanan/cairan Malnutrisi, membrane mukosa yang kering pembatasan puasa pra operasi insufisiensi Pancreas/ DM, predisposisi untuk hipoglikemia/ ketoasidosis. g. Pernafasan Adanya infeksi, kondisi yang kronik/batuk, merokok. h. Keamanan 1) Adanya alergi atau sensitive terhadap obat, makanan, plester dan larutan. 2) Adanya defisiensi imun 3) Munculnya kanker/adanya terapi kanker 4) Riwayat keluarga, tentang hipertermia malignan/reaksi anestesi 5) Riwayat penyakit hepatic 6) Riwayat tranfusi darah 7) Tanda munculnya proses infeksi. 2. Diagnosa a. Gangguan rasa nyaman: Nyeri b.d luka post operasi b. Gangguan Integritas Kulit b.d tindakan pembedahan. c. Resiko tinggi Infeksi s.d adanya, luka post operasi

22

3. Intervensi No

Diagnosa

Noc

Nic

keperawatan 1

Gangguan rasa

Tujuan : Klien dapat

1. Pertahankan

nyaman: Nyeri

beradaptasi dengan nyeri

baring

b.d luka post

yang dialami

nyeri

operasi

Kriteria Hasil :

Meminimalkan

a. Mengungkapkan nyeri dan tegang di perutnya berkurang

tirah

selama

stimulasi

masa

atau

meningkatkan relaksasi 2. Terangkan nyeri yang

b. Skala nyeri 0-1 ( dari 0 – 10 )

diderita

klien

dan

penyebabnya.

c. Dapat melakukan

Meningkatkan

koping

tindakan untuk

klien dalam melakukan

mengurangi nyeri

guidance

d. Kooperatif dengan tindakan yang

mengatasi

nyeri 3. Ajarkan teknik distraksi

dilakukan

Pengurangan

e. TTV dalam batas normal ; Suhu : 36-37

persepsi

nyeri 4. Kolaborasi

pemberian

0 C, TD : 120/80

analgetika

mmHg, RR :18-

Mengurangi

20x/menit, Nadi : 80-

terjadinya nyeri dapat

100 x/menit

dilakukan

dengan

pemberian

analgetika

onset

oral maupun sistemik dalam

spectrum

luas/spesifik 5. Kaji karakteristik, derajat nyeri

23

intensitas, dan

R/

Pengkajian

yang

spesifik

membantu

memilih

intervensi

yang tepat

2

Gangguan

Tujuan

Integritas Kulit b.d

integritas kulit dan proteksi

perawatan pada kulit

tindakan

jaringan

Jaringan kulit yang

pembedahan

Kriteria Hasil :

mengalami kerusakan

Tidak

:

terjadi

Memperbaiki

kerusakan

integritas kulit

1. Berikan perhatian dan

dapat mengganggu suplai nutrien dan sangat rentan terhadap tekanan serta trauma. 2. Lakukan latihan gerak secara pasif Meningkatkan mobilisasi 3. Lindungi kulit yang sehat dari kemungkinan maserasi maserasi pada kulit yang sehat dapat menyebabkan pecahnya kulit 4. jaga kelembaban kulit untuk tetap menjaga kulit yang sehat agar tetap lembab

3

Resiko tinggi

Tujuan: Tidak terjadi infeksi

24

1. Kaji

kondisi

Infeksi s.d

selama

perawatan

perdarahan, luka

perdarahan

post operasi

operasi.\

warna, dan bau dari

Kriteria Hasil :

luka operasi.

Tidak ada tanda – tanda

Perubahan yang terjadi

infeksi,

seperti

merah,

pada

dishart

panas,

bengkak,

fungsio

setiap

saat

dan

:

luka

laesa

keluaran/dischart yang keluar

;

jumlah,

dikaji dischart

keluar. Adanya warna yang

lebih

gelap

disertai bau tidak enak mungkin

merupakan

tanda infeksi. 2. Terangkan pada klien pentingnya perawatan luka selama masa post operasi. Infeksi dapat timbul akibat

kurangnya

kebersihan luka. 3. Lakukan pemeriksaan biakan pada dischart. Berbagai kuman dapat teridentifikasi melalui dischart. 4. Lakukan

perawatan

luka Inkubasi kuman pada area

luka

dapat

menyebabkan infeksi. 5. Terangkan pada klien cara mengidentifikasi

25

tanda inveksi Berbagai manivestasi klinik dapat menjadi tanda

nonspesifik

infeksi; demam dan peningkatan rasa nyeri mungkin

merupakan

gejala infeksi.

26

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. D PENGKAJIAN AWAL A. Identitas klien 1. Nama

: Ny. D

2. Umur

: 16 tahun

3. Pendidikan

: SD

4. Suku bangsa

: Minang

5. Pekerjaan

: Ibu Rumah Tangga

6. Agama

: Islam

7. Alamat rumah

: Sebrang Penggalangan

B. Diagnosa dan informasi medic yg penting waktu masuk 1. Tanggal masuk

: 07 agustus 2017

2. No. MR

: 183408

3. Ruang rawat

: Kebidanan

4. Ds medik

: Post SC atas Indikasi KPD (ketuban pecah dini) 24 jam

5. Yg mengirim/merujuk : RSI ibnu sina 6. Alas an masuk

: klien mengatakan nyeri, air ketuban keluar sejak 24 jam

C. Riwayat kesehatan 1. Riwayat kesehatan sekarang a. Keluhan utama

: klien mengatakan nyeri dan air ketuban keluar.

b. Keluhan saat ini

: saat pengkajian klien mengatakan nyeri pada luka

.

operasi

2. Riwayat kesehatan yg lalu : klien mengatakan tidak ada penyakit di masa Lalu 27

3. Riwayat kesehatan keluarga : klien mengatakan tidak ada penyakit Turunan. D. Riwayat obsetri a. Reproduksi 1) Riwayat menstruasi -

Menarche umur : 13 tahun

-

Siklus : teratur

-

Lamanya : 7 hari

-

Banyaknya : 2x sehari mengganti pembalut

-

Konsistensi : encer dan ada yang berbongkah

-

Dismenorrhoe : tidak ada

2) HPHT : 07 november 2016 3) Taksiran persalinan : 14 agustus 2017 b. Perkawinan 1) Lamanya perkawinan : 2) Berapa kali kawin : E. Riwayat Kehamilan, Persalinan, dan Nifas yang lalu : G 1 P 0 A 0 H 0 No. 1.

Tgl/Thn Pers

Tempat Pers

Hamil ini

Rsud dr rasidin

Cara Pers

Ditolong

Anak Jenis

BB

Nifas

F. Data keluarga berencana Pernah ikut KB/tidak, metoda : Rencana KB sekarang : klien mengatakan ada rencana untuk KB

G. Kehamilan sekarang Hamil muda : mual muntah

28

Keadaan Anak Sekarang

Hamil tua : klien mengatakan ketuban pecah sejak 24 jam sebelum operasi section Caesar

H. Data psikologis Kehamilan sekarang

: klien mengatakan kehmilan ini tidak diinginkan

Anak yg akan lahir sekarang

: disusui oleh ibu, rencana selama 2 tahun

Dukungan suami untuk menyusui : tidak ada Interaksi antara ibu dan bayi

: baik

I. Keadaan umum bayi Berat badan

: 3200 gr

Panjang badan

: 48 cm

Lingkar kepala

: 34 cm

Lingkar dada

: 33 cm

Keadaan tali pusat

: baik

Anus

: (+) BAB dan BAK

Suhu

: 37,1

Pengobatan yg di beri : vit K Bayi di pindahkan ke ruang bayi : tanggal 08 agustus 2017, pukul 00.15

Analisa Data No 1

Data Ds: Klien mengatakan luka jahitan jalan lahir terasa nyeri

Etiologi Adanya section Caesar

Terputusnya kontinuitas jaringan

Do: -

-

Klien tampak berhati-hati untuk bergerak Klien mengungkapkan rasa

Merangsang reseptor mengendurkan indikator kimia

Implus diirim ke thalamus 29

Problem Nyeri akut

ketidaknyamanan Td: 130/90 S: 36,8 ºC N :74x/i R: 20x/i P= klien mengatakan nyeri bertambah jika bergerak dan berkurang jika istirahat Q= nyeri seperti diris-iris R= nyeri hanya didaerah luka operasi tidak menyebar kebagian lainnya S= skala nyeri 5-6 T= skala nyeri muncul saat klien braktivitas ±10 menit sekali. Obat anti nyeri, asamenafenamat Ds: Klien mengatakan asinyakeluar sedikit -

2

Korteks selebri Nyeri akut

Post partum hari ke II

Menyusui tidak efektif

Hormon prolaktin belum efektif

Do: -

-

3

Payudara ibu terlihat ada kolostrum, putting susu menonjol Bbl 3200 gr, dirawat di ruang rawat inap kebidanan

Ds: Klien mengatakan bagaimana tentang perawatansetelah melahirkan dan perawatan bayi

Kelenjar alvoli mammae belum mengeluarkan ASI Produksi ASI belum efektif

Adanya luka post SC

Kerusakan jaringan dan peningkatan paparan dengan lingkungan sekitar pada luka post SC

Do: Klien mengungkapkan secara verbal tentang informasi yang tepat untuk nifas

30

Resiko infeksi

Diagnosa 1. Nyri pada luka sayatan post SC 2. Menyusui tidak efektif b/d Produksi ASI belum efektif 3. Resiko infeksi b/d adanya luka operasi Intervensi No

Diagnosa

Noc

Nic

keperawatan 1

Nyeri akut

a. Tingkat kenyamanan: tingkat persepsi positif terhadap kemudahan fisik psikologis b. Pengendalian nyeri: tindakan individu untuk mengendaikan nyeri c. Tingkat nyeri: keparahan nyeri yang dapat diamati atau dilaporkan Kriteria hasil: a. Klien mampu menerapkan teknik penurunan nyeri non invasive farmakologis b. Klien menunjukkan respon penurunan rasa nyeri, rileks, denyut nadi

31

1. Manajemen nyeri a. Kaji nyeri secara komprehensif yang meliputi lokasi, karakteristik, durasi, frekuesi, kualita, intensitas atau berat dan faktor presipitasi b. Ekspresikan penerimaan tentang nyeri c. Kurangi rasa takut dengan keluruskan sikap misinformasi 2. Management lingkungan a. Impementasikan tindakan untuk kenyamanan fisik seperti menciptakan suasana yang nyaman, meminimalkanstimulas i lingkungan. 3. Edukasi a. Demonstrasikan pereda nyeri non invasive/ non farmakologis, massage, distraksi / imajinasi, relaksasi, pengaturan posisi yang nyaman. b. Berikan penjelasam tentang penyebab timbulnya nyeri

2

Menyusui tidak efektif





1. 2. 3. 4. 5.

3

Resiko Infeksi b/d luka post SC



Tujuan atau kriteria hasil Ibu dan bayi akan mengalami keefektifan pemberian asi yang ditunjukkan Kemantapan pemeberian asi; bayi/ibu, Pemeliharaan pemberian asi, Penapihan pemberian asi, Pengetahuan pemberian asi Bayi akan menunjukan kemantapan pemberian asi: bayi, yang dibuktikan oleh indicator sebagai berikut:





kaji pengetahuan dan pengalaman ibu dalam pemberian asi kaji kemampuan bayi untuk lacth on dan mengisap secara efektif kaji pada periode awal prenatal untuk adanya factor risiko ketidak efektifan pemberian asienatal untuk adanya factor risiko ketidak efektifan pemberian asi

Sangat tidak adekuat Tidak adekuat cukup adekuat adekuat sangat adekuat

Tujuan: Tidak terjadi infeksi selama perawatan perdarahan dan luka operasi.\ Kriteria Hasil : • Tidak ada tanda – tanda infeksi, seperti : merah, panas, bengkak, fungsio laesa -

32

1) Kaji kondisi keluaran/ dischart yang keluar ; jumlah, warna, dan bau dari luka operasi. Perubahan yang terjadi pada dishart dikaji setiap saat dischart keluar. Adanya warna yang lebih gelap disertai bau tidak enak mungkin merupakan tanda infeksi. 2) Terangkan pada klien pentingnya perawatan luka selama masa post operasi. Infeksi dapat timbul akibat kurangnya kebersihan luka. 3) Lakukan pemeriksaan

biakan pada dischart. Berbagai kuman dapat teridentifikasi melalui dischart. 4) Lakukan perawatan luka Inkubasi kuman pada area luka dapat menyebabkan infeksi. 5) Terangkan pada klien cara mengidentifikasi tanda inveksi Berbagai manivestasi klinik dapat menjadi tanda nonspesifik infeksi; demam dan peningkatan rasa nyeri mungkin merupakan gejala infeksi.

Implementasi .DX I

Tgl & Jam TINDAKAN 08.08.17 - memberikan obat anti 14.00 wib nyeri -anjurkan pasien mobilisasi -ajarkan teknik nafas dalam untuk mengurangi nyeri

SOAP/EVALUASI S : Nyeri luka operasi masih terasa sakit saat beraktifitas O: keadaan umum baik, pasien masih meringis kesakitan. P= klien mengatakan nyeri bertambah jika bergerak Q= nyeri seperti diiris-iris R=nyeri hanya di daerah luka operasi saja S=skala nyeri 5-6 T=obat anti nyeri asamefenamat. A: masalah belum teratasi P: intervensi di lanjutkan

II

08.08.17 14.00 wib

- jelaskan keuntungan meyusui

S: Asi keluar sedikit

33

- jelaskan manfaat menyusui O: pasien tidak maeringis -ajarkan cara menyusui kesakitan dengan benar. A: masalah belum teratasi P: Intervensi di lanjutkan III

09.08.17 16.00 wib

- jelaskan cara perawatan S: pada luka operasi masih setelah operasi dengan baik tampak bercak darah -- ajarkan cara merawat luka setelah operasi O: pasien masih sedikit meringis jika beraktifitas A: masalah belum teratasi

I

09.08.17 14.00

-

Memberikan obat anti nyeri Anjurkan pasien mobilisasi Ajarkan teknik nafas dalam untuk mengurangi nyeri

P: intervensi di lanjutkan S: Nyeri luka operasi masih terasa sakit saat beraktifitas O: keadaan umum baik, pasien masih meringis kesakitan. P= klien mengatakan nyeri bertambah jika bergerak Q= nyeri seperti diiris-iris R=nyeri hanya di daerah luka operasi saja S=skala nyeri 4-5 T=obat anti nyeri asamefenamat. A: masalah belum teratasi P: intervensi di lanjutkan

II

09.08.17 14.00

-

jelaskan keuntungan meyusui jelaskan manfaat menyusui ajarkan cara menyusui dengan benar.

S: Asi sudah mulai keluar O: pasien tidak maeringis kesakitan A: masalah belum teratasi P: Intervensi di lanjutkan

III

10.08.17 16.00

-

jelaskan cara perawatan setelah

34

S: pada luka operasi masih tampak bercak darah

-

I

10.08.17 14.00

-

operasi dengan baik ajarkan cara O: pasien masih sedikit merawat luka setelah meringis jika beraktifitas operasi A: masalah belum teratasi

memberikan obat anti nyeri anjurkan pasien mobilisasi ajarkan teknik nafas dalam untuk mengurangi nyeri

P: intervensi di lanjutkan S : Nyeri luka operasi sudah mulai berkurang saat beraktifitas O: keadaan umum baik, pasien sudah mulai melakukan teknik tarik nafas dalam saat kesakitan. P= klien mengatakan nyeri sudah mulai berkurang Q= nyeri seperti diiris-iris R=nyeri hanya di daerah luka operasi saja S=skala nyeri 2-3 T=obat anti nyeri asamefenamat. A: masalah teratasi P: intervensi di hentikan

II

10.08.17 14.00

-

jelaskan keuntungan meyusui jelaskan manfaat menyusui ajarkan cara menyusui dengan benar.

S: Asi sudah lancar keluar O: pasien tidak maringis kesakitan A: masalah teratasi P: Intervensi di hentikan

III

11.08.17 16.00

-

-

jelaskan cara perawatan setelah operasi dengan baik ajarkan cara merawat luka setelah operasi

35

S: bercak darah pada luka operasi sudah mulai berkurang O: pasien mulai melakukan teknik tarik nafas dalam saat sakit dalam beraktivitas A: masalah teratasi P: intervensi di hentikan

BAB IV PEMBAHASAN Dari tinjauan pustaka diatas menjelas kan bahwa usia termasuk faktor mempengaruhi ketuban pecah dini menurut ( depkes, 2003 ) Usia untuk reproduksi optimal bagi seorang ibu adalah antara umur 20-35 tahun. Di bawah atau di atas usia tersebut akan meningkatkan resiko kehamilan dan persalinan, dari kasus pada ny.D yang mengalami ketuban pecah dini, rahimnya belum matang karena Ny. D masih berusia 16 tahun, dan kelompok menyatakan bahwa teori dengan kasus seimbang dan saling berkaitan. Dari kasus diatas Ny. D mengatakan air ketuban keluar merembes dan aroma air ketuban itu berbau amis,dan dari tinjauan pustaka menurut ( manuaba, 2009) Tanda dan gejala pada kehamilan yang mengalami KPD adalah keluarnya cairan ketuban merembes melalui vagina. Aroma air ketuban berbau amis dan tidak seperti bau amoniak, mungkin cairan tersebut masih merembes atau menetes, dengan ciri pucat dan bergaris warna darah. Kelompok menyatakan bahwa teori dengan kasus saling berkaitan dan seimbang. Dari kasus KPD pada Ny. D maka tindakan yang dilakukan adalah SC ( sectio Caesar). Dari teori menurut Manuaba (2002) menyatakan bahwa salah satu penyebab Sc adalah KPD ( ketuban pecah dini) Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda persalinan dan ditunggu satu jam belum terjadi inpartu. Sebagian besar ketuban pecah dini adalah hamil aterm di atas 37 minggu. Dari Kasus Ny. D usia kehamilan Ny D diatas37 minggu, kelompok menyatakan bahwa antara kasus dan teori seimbang dan saling berkaitan. A. Pengkajian Dari teori dalam pengkajian adalah pengumpulan data identitas ibu, pemeriksaan fisik, sirkulasi, integritas ego, makanan/minuman, pernafasan. Dalam kasus pada Ny. D sesuai dengan teori diatas tetapi 36

kelompok menanggapi dalam kasus Ny. D lebih lengkap dari teoritis yang tertera karena, adanya riwayat obstrik untuk mengetahui bagaimana perkembangan reproduksi serta bagaimana pengalaman perkawinan Ny. D. B. Diagnosa Diagnosa keperawatan menjadi dasar untuk pemilihan tindakan keperawatan untuk mencapai hasil bagi anda, sebagai perawat, yang dapat diandalakan(NANDA Internasional, 2007) Dari teori diagnosa yang tertera pemilihan tindakan yang akan dilakukan adalah sesuai dengan data dari pengkajian yaitu gangguan rasa nyaman, gangguan integritas kulit, dan resiko tinggi infeksi. Pada kasus Ny. D terdapat nyeri pada luka post S, menyusui tidak efektif dan resiko infeksi, kelompok menyatakan bahwa teori dan kasus seimbang dan saling berkaitan. C. Intervensi Intervensi keperawatan adalah tindakan yang dirancang untuk membantu klien dalam beralih dari tingkat kesehatan saat ini ke tingkat yang diinginkan dalam hasil yang diharapkan. (Gordon, 1994). Pada kasus Ny. D tindakan yang dirancang sesuai dengan kebutuhan Ny. D untuk mengalihkan dari tingkat kesehatan saat ini ke tingkat yang diinginkan dalam hasil yang diharapkan, intervensi yang tertera sesuai dengan NANDA, NIC, NOC, kelompok menyatakan bahwa kasus dengan teoritis seimbang dan saling berkaitan. D. Implementasi Implementasi adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan (Setiadi, 2012), Pada kasus Ny. D implementasi yang dilakukan sesuai dengan rencana (intervensi). Kelompok menyatakan bahwa teori dengan kasus saling berkaitan.

37

E. Evaluasi Evaluasi

merupakan

langkah

proses

keperawatan

yang

memungkinkan perawat untuk menentukan apakah intervensi keperawatan telah berhasil meningkatkan kondisi klien.(Potter & Perry, 2009) Pada kasus Ny. D evaluasi menyatakan bahwa intervensi keperawatan telah berhasil meningkatkan kondisi Ny. D menjadi leboh baik dan dapat mengatasi nyeri. Kelompok menyimpukan bahwa teori dan kasus saling bekaitan.

38

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Pengkajian keperawatan tidak sama dengan pengkajian medis. Pengkajian medis difokuskan pada keadaan patologis, sedangkan pengkajian keperawatan ditujukan pada respon klien terhadap masalahmasalah kesehatan yang berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan dasar manusia. Misalnya dapatkah klien melakukan aktivitas sehari-hari, sehingga fokus pengkajian klien adalah respon klien yang nyata maupun potensial terhadap masalah-masalah aktifitas harian. NANDA menyatakan

bahwa

diagnosa

keperawatan

adalah

”keputusan klinik tentang respon individu, keluarga dan masyarakat tentang masalah kesehatan aktual atau potensial, sebagai dasar seleksi intervensi keperawatan untuk mencapai tujuan asuhan keperawatan sesuai dengan kewenangan perawat”. Diagnosa keperawatan menjadi dasar untuk pemilihan tindakan keperawatan untuk mencapai hasil bagi anda, sebagai perawat, yang dapat diandalakan(NANDA Internasional, 2007) Intervensi keperawatan adalah tindakan yang dirancang untuk membantu klien dalam beralih dari tingkat kesehatan saat ini ke tingkat yang diinginkan dalam hasil yang diharapkan. (Gordon, 1994). Implementasi adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan (Setiadi, 2012), Evaluasi

merupakan

langkah

proses

keperawatan

yang

memungkinkan perawat untuk menentukan apakah intervensi keperawatan telah berhasil meningkatkan kondisi klien.(Potter & Perry, 2009) B. Saran Saran dari kelompok bagi ibu hamil harus menjaga nutrisi dan meminimalkan kegiatan serta meriksa kandungan ke RS terdekat agar mengetahui bagaimana perkembangan janin serta mengurangi tingkat KPD pada ibu hamil. 39

Bagi kita tenaga medis kita harus mengetahui apa itu KPD dan bagaimana penanganan ny, serta kita harus menegetahui tindakan apa yang kita lakukan disaat Post SC dan bagaimana perawatan luka terhadap ibu Post Sc.

40

DAFTAR PUSTAKA

1. Carpenito. 2001. Rencana Asuhan & Dokumentasi Keperawatan, Diagnosa keperawatan dan masalah kolaboratif. Jakarta: EGC 2. Johnson, M., et all. 2000. Nursing Outcomes Classification (NOC) Second Edition. New Jersey: Upper Saddle River 3. Mansjoer, A. 2002. Asuhan Keperawatn Maternitas. Jakarta : Salemba Medika 4. Manuaba, Ida Bagus Gede. 2002. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana, Jakarta : EGC 5. Mc Closkey, C.J., et all. 1996. Nursing Interventions Classification (NIC) Second Edition. New Jersey: Upper Saddle River 6. Muchtar. 2005. Obstetri patologi, Cetakan I. Jakarta : EGC 7. Setiadi (2012), Konsep & Penulisan Asuhan Keperawatan, Yogyakarta: Graha Ilmu.

41

42

Related Documents

Bab
April 2020 88
Bab
June 2020 76
Bab
July 2020 76
Bab
May 2020 82
Bab I - Bab Iii.docx
December 2019 87
Bab I - Bab Ii.docx
April 2020 72

More Documents from "Putri Putry"