BAB I PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang Masalah Batu ginjal merupakan batu saluran kemih (urolithiasis), sudah dikenal sejak zaman
Babilonia dan Mesir kuno dengan diketemukannya batu pada kandung kemih mummi. Batu saluran kemih dapat diketemukan sepanjang saluran kemih mulai dari sistem kaliks ginjal, pielum, ureter, buli-buli dan uretra. Batu ini mungkin terbentuk di di ginjal kemudian turun ke saluran kemih bagian bawah atau memang terbentuk di saluran kemih bagian bawah karena adanya stasis urine seperti pada batu buli-buli karena hiperplasia prostat atau batu uretra yang terbentu di dalam divertikel uretra. Penyakit batu saluran kemih menyebar di seluruh dunia dengan perbedaan di negara berkembang banyak ditemukan batu buli-buli sedangkan di negara maju lebih banyak dijumpai batu saluran kemih bagian atas (gunjal dan ureter), perbedaan ini dipengaruhi status gizi dan mobilitas aktivitas sehari-hari. Angka prevalensi rata-rata di seluruh dunia adalah 1-12 % penduduk menderita batu saluran kemih. Penyebab terbentuknya batu saluran kemih diduga berhubungan dengan gangguan aliran urine, gangguan metabolik, infeksi saluran kemih, dehidrasi dan keadaan-keadaan lain yang masih belum terungkap (idiopatik). Dari latar belakang diatas penulis tertarik untuk mengambil judul “ Asuhan Keperawatan Batu Ginjal Pada Tn.A Di Ruang Perawatan Bedah RSUD MEYJEND HM RYACUDU KOTABUMI, LAMPUNG UTARA”
1
1.2 Tujuan Penulisan 1.2.1 Tujuan Umum Untuk memperoleh pengalaman tenteng penerapan KDPK pada Tn.A dengan kasus Batu Ginjal di Ruang Perawatan Bedah RSUD MEYJEN HM RYACUDU KOTABUMI, LAMPUNG UTARA
1.2.2 Tujuan Khusus 1. Mampu mengerjakan tugas yang di berikan oleh Akademik. 2. Mampu melakukan pengkajian pada Tn.A dengan kasus Batu Ginjal di Ruang Perawatan Bedah RSUD MEYJEN HM RYACUDU KOTABUMI, LAMPUNG UTARA.
1.3 Ruang Lingkup Penulisan Penulis membatasi makalah ini pada satu kasus yaitu asuhan keperawata Tn.A dengan Batu Ginjal di ruang perawatan bedah RSUD MAYJEND RYACUDU KOTABUMI, LAMPUNG UTARA yang meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi dan evaluasi.
1.4 Metode Penulisan Dalam penulisan Makalah ini, penulis menggunakan metode deskriptif dengan menggambarkan data secara objektif dimulai dari pengumpulan data, pengolahan sampai evaluasi dan selanjutnya menyajikan dalam bentuk narasi. Dalam penyusunan Makalah ini penulis memperoleh data melalui : 1. Wawancara langsung dengan perawat yang bertugas 2. Mengumpulkan data yang berhubungan dengan pasien melalui buku pasien yang ada di Ruang Perawatan Bedah
BAB II TINJAUAN TEORI
2
2.1 Pengertian Batu Ginjal Batu ginjal merupakan batu saluran kemih bagian atas (urolithiasis). Batu ginjal adalah batu yang terbentuk di tubuli ginjal kemudian berada di kaliks, infundibulum, pelvis ginjal dan bahkan bisa mengisi pelvis serta seluruh kaliks ginjal dan merupakan batu slauran kemih yang paling sering terjadi (Purnomo, 2000, hal. 68-69). Batu ginjal atau kalkulus renal ( Nefrolitiasis) dapat terbentuk dimana saja di dalam traktus urinarius kendati paling sering ditemukan pada piala ginjal (pelvis renis) atau kalises. Batu ginjal memiliki ukuran yang beragam dan bisa soliter atau multiple. Batu Ginjal merupakan keadaan tidak normal dalam ginjal, yang mengandung komponen kristal dan matriks organik.(Suyono, 2001) Batu ginjal sering terjadi pada laki-laki dibandingkan pada wanita dan jarang ditemukan pada anak-anak. Batu kalsium umumnya terdapat pada laki-laki usia pertengahan dengan riwayat pembentukan batu didalam keluarga. Batu ginjal jarang terjadi pada masyarakat kulit hitam di amerika. Keadaan ini pravalen dikawasan dikawasan geografik tertentu seperti amerika sebelah tenggara (yang dinamakan “stone belt”), dan keadaan ini mungkin disebabkan oleh hawa panas yang meningkatkan dehidrasi serta memekatkan substansi yang membentuk batu atau terjadi karena kebiasaan pada makanan pada masyarakat setempat (Kowalak. 2002)
2.2 Etiologi Batu Ginjal
3
Dalam banyak hal penyebab terjadinya batu ginjal secara pasti belum dapat diketahui. Pada banyak kasus ditemukan kemungkinan karena adanya hiperparatirodisme yang dapat meyebabkan terjadinya hiperkalsiuria. Kadang–kadang dapat pula disebabkan oleh infeksi bakteri yang menguraikan ureum (seperti proteus, beberapa pseudoenonas, staphylococcosa albus dan beberapa jenis coli) yang mengakibatkan pembentukan batu. Penyebab terbentuknya batu saluran kemih diduga berhubungan dengan gangguan aliran urine, gangguan metabolik, infeksi saluran kemih, dehidrasi dan keadaan-keadaan lain yang masih belum terungkap (idiopatik).Secara epidemiologis terdapat beberapa faktor yang mempermudah terjadinya batu saluran kemih yang dibedakan sebagai faktor intrinsik dan faktor Faktor intrinsik, meliputi: 1. Herediter; diduga dapat diturunkan dari generasi ke generasi. 2. Umur; paling sering didapatkan pada usia 30-50 tahun. 3. Jenis kelamin; jumlah pasien pria 3 kali lebih banyak dibanding pasien wanita. Faktor ekstrinsik, meliputi: 1. Geografi; pada beberapa daerah menunjukkan angka kejadian yang lebih tinggi daripada daerah lain sehingga dikenal sebagai daerah stone belt (sabuk batu). 2. Iklim dan temperatur. 3. Asupan air; kurangnya asupan air dan tingginya kadar mineral kalsium dapat meningkatkan insiden batu saluran kemih. 4. Diet; diet tinggi purin, oksalat dan kalsium mempermudah terjadinya batu saluran kemih.
4
5. Pekerjaan; penyakit ini sering dijumpai pada orang yang pekerjaannya banyak duduk atau kurang aktivitas fisik (sedentary life). Beberapa teori terbentuknya batu saluran kemih adalah: 1. Teori nukleasi: Batu terbentuk di dalam urine karena adanya inti batu atau sabuk batu (nukleus). Partikel-partikel yang berada dalam larutan kelewat jenuh akan mengendap di dalam nukleus itu sehingga akhirnya membentuk batu. Inti bantu dapat berupa kristal atau benda asing saluran kemih. 2. Teori matriks: Matriks organik terdiri atas serum/protein urine (albumin, globulin dan mukoprotein) sebagai kerangka tempat mengendapnya kristal-kristal batu. 3. Penghambat kristalisasi: Urine orang normal mengandung zat penghambat pembentuk kristal yakni magnesium, sitrat, pirofosfat, mukoprotein dan beberapa peptida. Jika kadar salah satu atau beberapa zat ini berkurang akan memudahkan terbentuknya batu dalam saluran kemih. Komposisi Batu Batu saluran kemih pada umumnya mengandung unsur: kalsium oksalat, kalsium fosfat, asam urat, magnesium-amonium-fosfat (MAP), xanthyn dan sistin. Pengetahuan tentang komposisi batu yang ditemukan penting dalam usaha pencegahan kemungkinan timbulnya batu residif. Batu Kalsium Batu kalsium (kalsium oksalat dan atau kalsium fosfat) paling banyak ditemukan yaitu sekitar 75-80% dari seluh batu saluran kemih. Faktor tejadinya batu kalsium adalah:
5
1. Hiperkasiuria: Kadar kasium urine lebih dari 250-300 mg/24 jam, dapat terjadi karena peningkatan absorbsi kalsium pada usus (hiperkalsiuria absorbtif), gangguan kemampuan reabsorbsi kalsium pada tubulus ginjal (hiperkalsiuria renal) dan adanya peningkatan resorpsi tulang (hiperkalsiuria resoptif) seperti pada hiperparatiridisme primer atau tumor paratiroid. 2. Hiperoksaluria: Ekskresi oksalat urien melebihi 45 gram/24 jam, banyak dijumpai pada pasien pasca pembedahan usus dan kadar konsumsi makanan kaya oksalat seperti the, kopi instan, soft drink, kakao, arbei, jeruk sitrun dan sayuran hijau terutama bayam. 3. Hiperurikosuria: Kadar asam urat urine melebihi 850 mg/24 jam. Asam urat dalam urine dapat bertindak sebagai inti batu yang mempermudah terbentuknya batu kalsium oksalat. Asam urat dalam urine dapat bersumber dari konsumsi makanan kaya purin atau berasal dari metabolisme endogen. 4. Hipositraturia: Dalam urine, sitrat bereaksi dengan kalsium membentuk kalsium sitrat sehingga menghalangi ikatan kalsium dengan oksalat atau fosfat. Keadaan hipositraturia dapat terjadi pada penyakit asidosis tubuli ginjal, sindrom malabsorbsi atau pemakaian diuretik golongan thiazide dalam jangka waktu lama. 5. Hipomagnesiuria: Seperti halnya dengan sitrat, magnesium bertindak sebagai penghambat timbulnya batu kalsium karena dalam urine magnesium akan bereaksi dengan oksalat menjadi magnesium oksalat sehingga mencegah ikatan dengan kalsium ddengan oksalat.
6
Batu Struvit Batu struvit disebut juga batu sebagai batu infeksi karena terbentuknya batu ini dipicu oleh adanya infeksi saluran kemih. Kuman penyebab infeksi ini adalah golongan pemecah urea (uera splitter seperti: Proteus spp., Klebsiella, Serratia, Enterobakter, Pseudomonas dan Stafilokokus) yang dapat menghasilkan enzim urease dan mengubah urine menjadi basa melalui hidrolisis urea menjadi amoniak. Suasana basa ini memudahkan garam-garam magnesium, amonium, fosfat dan karbonat membentuk batu magnesium amonium fosfat (MAP) dan karbonat apatit. Batu Urat Batu asam urat meliputi 5-10% dari seluruh batu saluran kemih, banyak dialami oleh penderita gout, penyakit mieloproliferatif, pasein dengan obat sitostatika dan urikosurik (sulfinpirazone, thiazide dan salisilat). Kegemukan, alkoholik dan diet tinggi protein mempunyai peluang besar untuk mengalami penyakit ini. Faktor yang mempengaruhi terbentuknya batu asam urat adalah: urine terlalu asam (pH < 6, volume urine < 2 liter/hari atau dehidrasi dan hiperurikosuria. 2.3 Manifestasi Klinis Batu Ginjal 1. Nyeri pinggang 2. Retensi urine menurun 3. Jika terjadi infeksi bisa terjadi demam / menggigil. 4. Nausea dan vomiting
7
5. Hematuria kalau batu tersebut menimbulkan abrasi ureter 6. Distensi abdoment 7. Anuria akibat obstruksi bilateral atau obstruksi pada ginjal yang tinggal satusatunya dimilki oleh pasien (Kowalak. 2002) Menurut Smeltzer (2000) menjelaskan Keluhan yang disampaikan pasien tergantung pada letak batu, besar batu dan penyulit yang telah terjadi. Pada pemeriksaan fisik mungkin didapatkan nyeri ketok di daerah kosto-vertebra, teraba ginjal pada sisi yang sakit akibat hidronefrosis, ditemukan tanda-tanda gagal ginjal, retensi urine dan jika disertai infeksi didaptkan demam/menggigil. Beberapa gambaran klinis nefrolitiasis : 1. Batu, terutama yang kecil (ureter), bisa tidak menimbulkan gejala. 2. Batu di dalam kandung kemih bisa menyebabkan nyeri di perut bagian bawah. Batu yang menyumbat ureter, pelvis renalis maupun tubulus renalis bisa menyebabkan nyeri punggung atau kolik renalis (nyeri kolik yang hebat). Kolik renalis ditandai dengan nyeri hebat yang hilang-timbul, biasanya di daerah antara tulang rusuk dan tulang pinggang, yang menjalar ke perut, daerah kemaluan dan paha sebelah dalam. 3. Gejala lainnya adalah mual dan muntah, perut menggelembung, demam, menggigil dan darah di dalam air kemih. Penderita mungkin menjadi sering berkemih, terutama ketika batu melewati ureter. Batu bisa menyebabkan infeksi saluran kemih. Jika batu menyumbat aliran kemih, bakteri akan terperangkap di dalam air kemih yang terkumpul diatas penyumbatan, sehingga terjadilah infeksi. Jika penyumbatan ini berlangsung lama, air kemih akan mengalir balik ke saluran di dalam ginjal, menyebabkan penekanan yang akan 8
menggelembungkan ginjal (hidronefrosis) dan pada akhirnya bisa terjadi kerusakan ginjal. (Corwin, 2001)
BAB III TINAJUAN KASUS
Ruang
: Ruang Perawatan Bedah
No. MR/CM
: 154321
Tgl pengkajian : 23 juni 2016 Pukul
: 11:00 WIB
3.1 Pengkajian I.
DATA DASAR A. Identitas Pasien 1. Nama 2. Usia 3. Status perkawinan 4. Pekerjaan 5. Agama 6. Pendidikan 7. Suku 8. Bahasa yg digunakan 9. Alamat rumah 10. Sumber Biaya 11. Tanggal Masuk RS 12. Diagnosa Medis
: Tn.A : 73 Tahun : Menikah : Wiraswasta : Islam : SMA : Jawa : Indonesia : Kali Cinta, RT/RW 001/001 : BPJS : 23 juni 2016 : Batu Ginjal
B. Sumber Informasi ( Penanggung Jawab ) 1. Nama : Tn. D 2. Umur : 43 tahun 3. Hubungan dengan klien : Anak kandung 4. Pedidikan : SMA 5. Pekerjaan : Wiraswasta 6. Alamat : Kali Cinta, RT/RW 001/001 II.
RIWAYAT KESEHATAN A. Riwayat Kesehatan Masuk RS 9
Pasien masuk RSUD ryacudu tanggal 30 juni 2016 melalui IGD diantar keluargannya dengan keluhan nyeri pada saluran kemih (ureter) dengan skala nyeri 8 disetai dengan sakit pada saat BAK dan muntah di Ruang Intalasi Gawat Darurat klien mendapatkan terapi: Infus RL 500 cc/ 20 tpm Ranitidine 2x1 ampul/IV Ketorolac 2x1 ampul B. Riwayat Penyakit Sekarang Klien mengatakan nyeri pada saluran kemih dengan skala nyeri 8, klien mengatakan nyeri sudah dirasakan sejak 8 hari yang lalu dan akan bertambah sakit apabila sedang berjalan, kien mengatakan sudah 2x muntah. C. Riwayat Kesehatan Lalu Klien mengatakan tidak ada alergi, klien mengatakan tidak pernah kecelakaan, klien mengatakan tidak pernah dirawat di RS. Klien mengatakan tidak ada riwayat penyakit yang berat seperti, hepatitis, TBC, asma, hipertensi dll. D. Riwayat Psikososial – spiritual Saat di kaji klien di temani oleh 1 orang anaknya dan 3 saudaranya. Klien susah untuk berinteraksi dan berkomunikasi dengan baik kepada perawat serta tim kesehatan yang lain. Klien percaya bahwa sakit yang klien alami adalah cobaan dari allah swt dan klien dan keluarga selalu berdo’a untuk kesembuhannya. E. Pola Kebiasaan Sehari-hari 1. Pola Nutrisi 1) Sebelum sakit Klien mengatakan bisa makan 3x sehari dengan jenis makanan nasi, sayur, lauk-pauk. Klien mengatakan menyukai semua jenis makana , klien tidak mempunyai alergi terhadap makanan, klien mengatakan tidak mempunyai kebiasaan khusu saat makan. 2) Saat sakit Kluarga klien mengatakan klien makan-makanan yang di berikan di rumah sakit yaitu 2x dalam sehari dan dengan porsi yang sedikit. Klien mengeluh tidak nafsu makan, jenis makan bubur biasa, tidak ada kebiasaan kusus saat makan, bibir klien tampak kering berat badan klien tidak terkaji. 2. 1)
Pola Cairan Sebelum sakit
10
Klien mengatakan bisa minum 6-8 gelas / hari. Jenis cairan air putih. Jumlah volume total asupan cairan _+ 2000 cc/hari. 2) Saat sakit Klien minum 2-3 gelas / hari. Jumlah volume total asupan airan _+ 1800 cc / hari. 3. Pola Eliminasi a. Sebelum sakit 1) B.A.K Klien mengatakan B.A.K 5-6x / hari (kurang lebih1200 cc). Warna urin jernih, bau khas, tidak ada kesulitan saat B.A.K. 2) B.A.B Klien B.A.B 1x / hari, biasanya pada pagi hari dengan warna kuning kecoklatan, konsistensi lunak, bau khas, klien mengatakan tidak ada masalah saat B.A.B. b. Saat sakit 1) B.A.K Klien mengatakan belum BAK. 2) B.A.B Klien mengatakan belum B.A.B 4. Pola Personal Hygine a. Sebelum sakit Klien mandi 2x sehari (pagi dan sore) dengan memakai sabun mandi, klien juga membersihkan mulut saat mandi. Klien mencuci rambur setiap hari menggunakan sampo, kuku di potong ketika sudah mulai panjang. b. Saat sakit Saat sakit klien hanya di lap oleh keluarganya 2x sehari, kuku tampak pendek dan bersih, kulit bersih. 5. Pola istirahat dan tidur a. Sebelum sakit Klien biasa tidur mu lai pukul 20.00 WIB s/d 05.00 WIB, klien mengatakan jarang tidur siang. Klien biasa nonton televisi sebelum tidur . Klien mengtakan tidak ada kesulitan dalam hal istirahar dan tidur. b. Saat sakit Klien tampak bedtrest, klien mengatakan badannya lemah, aktivitas kien seperti mandi, berpakaian, dll dibantu dengan keluarganya. 6. Pola kebiasaan Klien mengatakan tidak mempunyai kebiasan khusus F. Pengkajian Fisik 1) Pemeriksaan Umum
11
Kesadaran
Tekanan Darah
Nadi
Pernafasan
Suhu
TB/BB
: Composmentis : 120/80 mmHg : 80 x/menit : 20 x/menit : 37 0C : 170 cm/ 59 kg
2) Pemeriksaan Khusus a. Sistem pengelihatan b.
Posisi Mata Kelopak Mata Pergerakan Bola Mata Konjungtiva Kornea Sklera Pupil Lapang Pandang Ketajaman Penglihatan Pemakaian Alat Bantu Keluhan Klien Sistem Pendengaran
: (√) Simetris ( ) Asimetris : Normal : Normal : Merah Muda : Normal : Anikterik : Isokor : Tidak Ada Kelainan : Baik : Tidak : Tidak ada
Kesimetrisan
: simetris
Daun Telinga
: Normal
Karakteristik Serumen
:
Warna Konsistensi Bau
: Kuning Muda : Cair : Khas
Tanda Radang
: Normal
Cairan Dari Telinga
: Tidak
12
Perasaan Penuh Di Telinga
: Tidak
Tinitus
: Tidak
Fungsi Pendengaran
: Kurang
Gangguan Keseimbangan
: Tidak
Pemakaian Alat Bantu
: Tidak
c. Sistem Wicara Tidak ada Kesulitan Gangguan Wicara d. Sistem Pernafasan Jalan Nafas Pernafasan Menggunakan Otot Bantu Pernafasan Frekuensi Irama Jenis Pernafasan Kedalaman Batuk Sputum Konsistensi Terdapat Darah Palpasi Dada Perkusi Dada Suara Nafas Nyeri Saat Bernafas Penggunaan Alat Bantu Nafas Wsd e. Sistem Kardiovaskuler 1) Sirkulasi Peripher Nadi Irama : Teratur Denyut : Kuat Tekanan Darah Distensi Vena Jugularis
: Bersih : Tidak Sesak : Tidak : 28 x/Menit : Teratur : Spontan : Dangkal : Ya : Ya, Putih : Encer : Tidak : Detak Jantung Normal : Tidak Ada Tanda-Tanda Nyeri : Vesikuler : Tidak : Tidak :
: 90x/Menit : 150/90 Mmhg : Kanan: Ya Kiri
13
: Ya
Temperature Kulit Warna Kulit Pengisian Kapiler Edema 2)
: Hangat : Pucat :: Ya, Skrotalis
Sirkulasi Jantung
Kecepatan Denyut Capital Keluhan Nyeri Dada Ictus Cordis Kardiomegali
f.
Sistem Neurologi Glaslow Coma Scale9gcs) Pemeriksaan Motorik
: E: 4 V: 5
Kekuatan Otot
: 4444x / mnt
: Teratur : Tidak ada : Tidak ::-
Tanda-Tanda Peningkatan Tin : Tidak ada Tanda iritasi meningen : Tidak ada Pemeriksaan Refleks a. Bisep : (-) b. Trisep : (-) c. Patelia : (+) d. Achiles: (-)
g.
Sistem Pencernaan Bising Usus Massa Pada Abdomen Asites Lidah Kotor Salifa Muntah Nyeri Daerah Perut Skala Nyeri Lokasi Dan Karakter Nyeri Nyeri Lepas Kesulitan Menelan Palpasi Hepar Perkusi Hepar
: (+) : (+) : (+) : (-) : (-) : (+) : (+) : (+) : (+) : (-) : Tidak : Tidak : (-)
h. Sistem Immunology Pembesaran Kelenjar Tiroid Nafas Berbau Keton
: Tidak : Tidak
14
M: 6
Luka Ganggren Sistem Urogenital : Balance Cairan Perubahan Pola Kemih B.A.K Distensi/Ketegangan Kandung Kemih Keluhan Sakit Pinggang
i. Sistem Endokrin Pembesaran kelenjar getah bening j. k.
: Tidak : Intake 1000 Ml ; Out 500 Ml : Retensi : Kuning Jernih : Tidak : Tidak
: (-)
Sistem Urogenital Distensi kandung kemih : (-) Nyeri tekan : (-) Nyeri perkusi : (-) Anuria() hematuria() disuria() : (-) Nocture() oliguria() poliuria() : (-) Penggunaan kateter : (-) Keadaan genital : (-) Sistem Integumen Keadaan rambut : Kekuatan : kuat Warna : Hitam Kebersihan : Bersih, tidak berketombe, tidak berkutu, Keadaan kuku : Kekuatan : Kuat Warna : Putih Kebersihan : Bersih Keadaan Kulit : Kekuatan : Kuat warna : Sawo matang kebersihan : Bersih tanda-tanda radang pada kulit : (-) luka : (-) dekubitus : (-) pruritus : (-) tanda-tanda perdarahan : (-)
l. Sistem Muskuloskeletal Keterbatasan Dalam Bergerak Tanda-tanda Fraktur Lokasi kontraktur pada Sendi Tonus Otot Kelainan bentuk tulang dan otot Tanda-tanda radaang padaa sendi Penggunaan alat bantu Penggunaan traksi, gips, spalk, orif/EF, PSSW, jelaskan G. Pemeriksaan Penunjang 15
: (-) : (-) : (-) : (-) : (-) : (-) : (-) : (-) : (-)
Pemeriksaan laboratoriun Hemoglobi : 14,2 gram/m Leukosit :17,890 Trombosit : 2690.000 SGOT/AST : 19 SGPT/ACT : 26 Ureum : 23 Kreatin : 6,5 3.2 ANALISA DATA No 1
Data
Masalah
DS : Pasien mengatakan nyeri pada saluran kemih dengan skala nyeri 8
2
DO: Pasien nampak kesakitan TTV: TD : 120/80 mmHg NN : 80 x/menit RR : 20 x/menit S : 370C DS : Klien mengatakan susah untuk BAK dan terasa sangat sakit
Etiologi
Gangguan rasa nyaman (nyeri)
Inflamasi akibat batu ginjal
Gangguan ketidak nyamanan
Penyumbatan pada saluran kemih
DO : Pasien tampak lemah dan tampak kesakitan Tanda : Pasien belum BAK 3.3 DIAGNOSA KEPERAWATAN 1. Nyeri b/d inflamasi, sumbatan dan abrasi saluran kemih oleh pindahnya batu. 2.
Gangguan Eliminasi Urine b/d sumbatan aliran urine oleh batu.
3.4 RENCANA KEPERAWATAN 1) Nyeri b/d inflamasi, sumbatan dan abrasi saluran kemih oleh pindahnya batu. Tujuan: Setelah dilakukan asuhan keperawatan tingkat kenyamanan klien meningkat dan nyeri terkontrol. Rencana tindakan: Tindakan/Intervensi
Rasional
16
Catat lokasi, lamanya/intensitas nyeri (skala 1-10) dan penyebarannya. Perhatiakn tanda non verbal seperti: peningkatan TD dan DN, gelisah, meringis, merintih, menggelepar.
Membantu evaluasi tempat obstruksi dan kemajuan gerakan batu. Nyeri panggul sering menyebar ke punggung, lipat paha, genitalia sehubungan dengan proksimitas pleksus saraf dan pembuluh darah yang menyuplai area lain. Nyeri tiba-tiba dan hebat dapat menimbulkan gelisah, takut/cemas. Jelaskan penyebab nyeri dan pentingnya Melaporkan nyeri secara dini memberikan melaporkan kepada staf perawatan setiap kesempatan pemberian analgesi pada waktu perubahan karakteristik nyeri yang terjadi. yang tepat dan membantu meningkatkan kemampuan koping klien dalam menurunkan ansietas.
Bantu/dorong pernapasan dalam, bimbingan imajinasi dan aktivitas terapeutik. Berikan lingkungan yang tenang dan kurangi rangsangan stres
Mengalihkan perhatian dan membantu relaksasi otot.
Kolaborasi dengan pemberian analgetik sesuai indikasi
Menghilangkan nyeri, mempermudah kerjasama dengan intervensi lain.
Meningkatkan istirahat
2) Gangguan Eliminasi Urine b/d sumbatan aliran urine oleh batu. Tujuan
: Memberikan kenyamanan pada klien Tindakan/Intervensi
Rasional
Awasi asupan dan haluaran, karakteristik urine, catat adanya keluaran batu.
Memberikan informasi tentang fungsi ginjal dan adanya komplikasi. Penemuan batu memungkinkan identifikasi tipe batu dan mempengaruhi pilihan terapi
Tentukan pola berkemih normal klien dan perhatikan variasi yang terjadi.
Batu saluran kemih dapat menyebabkan peningkatan eksitabilitas saraf sehingga menimbulkan sensasi kebutuhan berkemih segera. Biasanya frekuensi dan urgensi meningkat bila batu mendekati pertemuan uretrovesikal.
3.5 EVALUASI 17
S
: Nyeri dibagian saluran kemih sudah sedikit berkurang setelah di beri obat
dengan skala nyeri 6 dan sakit saat BAK O : Kesadaran Vital sign
: composmentis : TD : 120/80 mmHg, Nadi : 80 kali/menit, Pernafasan : 20 kali/menit, Suhu : 36,50C
A : Masalah teratasi sebagian P
: Melanjutkan intervensi
Infus RL 500 cc/ 20 tpm Ranitidine 2x1 ampul/IV Ketorolac 2x1 ampul
BAB IV PENUTUP 4.1. Kesimpulan
18
Di dalam pengkajian dan penegakkan diagnosa keperawatan tidak ditemukan adanya kesenjangan dan yang ditemukan oleh penulis antara data yang didapatkan oleh penulis melalui hasil pengkajian dengan teori tentang gejala dan tanda pada klien dengan apendicitis, hanya saja format pengkajian penulis gunakan tidak mencangkup seluruh aspek yang akan dinilai. Data yang diperoleh pada klien merupakan langkah awal yang ditempuh oleh penulis untuk memperoleh data-data yang dibutuhkan agar asuhan keperawatan dapat ditegakkan. Dan hasil dari data pengkajian keperawatan yang timbul pada klien kasus batu ginjal dalam teori tidak selamanya sama dengan yang ditemukan pada Tn. A di Ruang Perawatan Bedah di RSUD MEYJEN HM RYACUDU KOTABUMI, LAMPUNG UTARA.Dari diagnosa yang ada diteori, diagnosa yang didapatkan penulis pada Tn. A dengan kasus batu ginjal yaitu, Nyeri b/d inflamasi, sumbatan dan abrasi saluran kemih oleh pindahnya batu dan Gangguan Eliminasi Urine b/d sumbatan aliran urine oleh batu . Dimana diagnosa tersebut penulis tidak mencantumkannya diteori. Dan tidak selamanya kasus yang sama mempunyai diagnosa yang sama. Perencanaan keperawatan kasus pada Tn. A dengan kasus batu ginjal dibuat berdasarkan teori yang ada. Namun penulis hanya menyesuaikan perencanaan yang ada dikasus berdasarkan masalah keperawatan yang timbul Pada tahap pelaksanaan, penulis dapat melaksanakan rencana yang telah disusun dengan adanya dukungan dan bantuan klien serta keluarga. Tahap evaluasi berdasarkan tujuan yang ditetapkan maka penulis menganalisa bahwa tidak semua masalah dapat segera diatasi karena memerlukan waktu untuk perawatan dan pengobataan teratur.
19
4.2. Saran Bagi Institusi Rumah Sakit Khususnya Ruang Perawatan Bedah Sebagai bahan acuan dalam penerapan proses keperawatan khususnya pasien dengan hernia inguinalis di ruang perawatan bedah, sehingga dapat meningkatkan mutu pelayanan keperawatan Instisusi Pendidikan Sebaiknya membuat acuan pengkajian asuhanan keperawatan yang baku sehingga menjadikan panduan dalam penyusunan asuhan keperawatan di klinik baik bagi mahasiswa maupun dosen. juga dapat mencegah timbulnya persepsi yang berbeda antara dosen yang satu dengan dosen yang lainnya Bagi Penulis Merupakan pengalaman yang sangat berharga bagi penulis, dan dapat dijadikan bekal pada saat penulis melakukan implementasi asuhan keperawatan kepad individu, keluarga, kelompok dan masyarakat. Bagi Pasien dan Keluarga Sebagai sumber informasi bagi pasien dan keluarga, sehingga dapat dijadikan pedoman dalam pencegahan dan penatalaksanaan jika pasien menderita batu ginjal atau dapat memberikan informasi tersebut kepada orang lain baik yang membutuhkan. Adapun yang menjadi faktor penghambat dalam memberikan asuhan keperawatan pada Tn. A di ruang perawatan bedah di RSUD MEYJEN HM RYACUDU KOTABUMI, LAMPUNG UTARA adalah tidak terpantaunya perawatan secara kontinue yang penulis rawat, karena tidak sebandingnya jumlah perawat diruangan dengan klien yang dirawat.
20
21