Bab I,2,3,4 Fogging-1.docx

  • Uploaded by: Winda Regina
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Bab I,2,3,4 Fogging-1.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 3,286
  • Pages: 15
BAB I PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang Banyaknya kasus penyakit yang ditularkan oleh nyamuk saat ini, menggugah minat

masyarakat untuk melindungi diri dan memerangi penyakit tersebut. Hal ini dikarenakan masyarakat takut terhadap akibatnya yang fatal. Seperti penyakit yang ditularkan oleh nyamuk Aedes, Culex, Anopheles yaitu Malaria, Filariasis, Demam Berdarah Dengue (DBD), dan sebagainya. Keberadaan nyamuk dalam kehidupan sehari hari sangat dekat dengan manusia. Nyamuk tinggal dan berkembang biak disekitar lingkungan hidup manusia, dekat penampungan air, baju yang tergantung, dalam botol bekas, pot bunga, saluran air dan lain lain. Nyamuk juga seringkali berkembang biak di tempat penampungan air seperti bak mandi, tempayan, drum, barang bekas, pot tanaman air dan lain sebagainya. Oleh karena itu, untuk mengantisipasi dampak yang bisa ditimbulkan nyamuk, masyarakat umum perlu mengetahui jenis, kehidupan, permasalahan yang disebabkan oleh nyamuk bahkan pengetahuan mengenai kepadatan jentik nyamuk sebagai langkah awal pencegahan terhadap dampak buruk akibat serangga (khususnya nyamuk) bagi kesehatan. Nyamuk dalam kehidupan sehari hari keberadaan nyamuk sangat dekat dengan manusia. Nyamuk tinggal dan berkembang biak disekitar lingkungan hidup manusia, dekat penampungan air, dibawah daun, baju yang tergantung, dalam botol bekas, pot bunga, saluran air dan lain lain. Secara umum nyamuk dikenal dalam tiga kelompok: Aedes, Culex, Anopheles. Nyamuk sebagai penyebab demam berdarah dan juga malaria, oleh karena itu harus ada upaya yang dibutuhkan untuk mencegah penyakit tersebut. Metode yang digunakan dalam pengendalian nyamuk adalah dengan memutus sirkulasi hidup nyamuk, dengan membasmi nyamuk dewasa dan menghambat perkembangan larva menjadi nyamuk. Teknis pengendalian yang dilakukan meliputi fogging mesin (pengasapan), spraying (penyemprotan), mist blower, ultra light fogger (Pengkabutan) dan abatesasi (penaburan bubuk abate). 1. Fogging (Pengasapan) Fogging (pengasapan) adalah salah satu teknis pengendalian nyamuk yang dilakukan diluar ruangan. Alat yang digunakan adalah mesin fogging (Termal Fogger). Target dari cara

pengendalian ini adalah nyamuk dewasa yang berada diluar gedung. Area yang biasa dilakukan pengasapan antara lain Garbage Area (tempat sampah), drainage (STP), pengasapan tebal pada seluruh jalur got (drainage) yang tertutup treatment dengan insektisida khusus termal fogger. 2. Spraying (Penyemprotan). Spraying atau penyemprotan adalah salah satu cara pengendalaian nyamuk dengan menggunakan alat semprot berupa knapsack sprayer atau hand sprayer dan mist blower dengan sasarn nyamuk dewasa, cara ini dilakukan di dalam dan di luar ruangan. Treatment dilakukan pada semua tempat yang menjadi persembunyian nyamuk dan kecoa. Bagian bawah/sela (counter, dipan, meja, lemari, rak file), ruangan yang terbuka (office, lobby, corridor), dan public area lainnya. 3. Ultra Light Fogger (Pengkabutan) Pengkabutan dilakukan khusus dilakukan didalm ruangan dengan menggunakan peralatan yang disebut ULV. Sasaran dari penggunaan alat ini adalah untuk membasmi nyamuk dewasa yang terdapat di dalam ruangan. Dengan menggunakan alat gendong (mist blower) pengkabutan juga dapat dilakukan di area taman (pohon dan semak) sekitar gedung untuk membasmi nyamuk jantan dan hama tanaman. 4. Abateisasi (penaburan abate) Penaburan bubuk abate biasanya dilakukan di area genangan air, seperti got, bak penampungan air, kolam ikan, dll. Sedangkan pengertian dari Mist Blower sendiri adalah alat untuk mengaplikaskan partikel larutan pestisida dengan pengkabutan untuk mengendalikan lalat, nyamuk.Lebih efektif dari pengasapan (fogging )karena memiliki efek residual. Lalu pengertian dari Fogger adalah alat untuk penyemprotan pestisida dengan campuran minyak solar dalam bentuk asap / kabut ( fogging ). 1.2

TUJUAN

1.2.1 Tujuan Umum Untuk mengetahui cara pelaksanaan fogging dalam pemberantasan nyamuk

1.2.2 Tujuan Khusus 1.2.2.1 Untuk mengetahui persiapan pelaksanaan fogging.

1.2.2.2 Untuk mengetahui lokasi pelaksanaan fogging. 1.2.2.3 Untuk mengetahui persiapan alat dan bahan dalam pelaksanaan fogging. 1.2.2.4 Untuk mengetahui pelaksanaan operasional fogging.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1

Pengertian Penyemprotan Nyamuk Penyemprotan Nyamuk adalah salah satu pekerjaan yang dilakukan oleh operator pest

control yang sistem pekrjaannya adalah dengan melakukan Fogging (pengasapan) disekitar lingkungan yang sudah ada manusia kena gigitan nyamuk demam berdarah dan mengakibatkan manusia tersebut menjadi sakit. Untuk menghindari agar nyamuk demam berdarah tidah bersarang dilingkungan anda diutamakan kebersihan daripada lingkungan dan disarankan dilakukan Fogging (pengasapan) yang dikerjakan oleh badan usaha yang profesional. prima professional siap untuk membantu anda apabila ada terindikasi menderita demam berdarah. 2.2

Pengendalian vektor DBD Pengendalian vektor adalah upaya menurunkan faktor risiko penularan oleh vektor

dengan meminimalkan habitat perkembangbiakan vektor, menurunkan kepadatan dan umur vektor, mengurangi kontak antara vektor dengan manusia serta memutus rantai penularan penyakit.

Metode

pengendalian

vektor

DBD

bersifat

spesifik

lokal,

dengan

mempertimbangkan faktor-faktor lingkungan fisik (cuaca/iklim, permukiman, habitat perkembangbiakan); lingkungan sosial-budaya (Pengetahuan Sikap dan Perilaku) dan aspek vektor. Berbagai metode PengendalianVektor (PV) DBD, yaitu Kimiawi, Biologi, Manajemen lingkungan, Pemberantasan Sarang Nyamuk/PSN, Pengendalian Vektor Terpadu (Integrated Vector Management/IVM) (Budiman, 2012). 1.

Kimiawi Pengendalian vektor cara kimiawi dengan menggunakan insektisida merupakan salah

satu metode pengendalian yang lebih populer di masyarakat dibanding dengan cara pengendalian lain. Sasaran insektisida adalah stadium dewasa dan pra-dewasa. Insektisida adalah racun, maka penggunaannya harus mempertimbangkan dampak terhadap lingkungan dan organisme bukan sasaran termasuk mamalia. Disamping itu penentuan jenis insektisida, dosis, dan metode aplikasi merupakan syarat yang penting untuk dipahami dalam kebijakan pengendalian vektor. Aplikasi insektisida yang berulang di satuan ekosistem akan menimbulkan terjadinya resistensi serangga sasaran. Golongan insektisida kimiawi untuk pengendalian DBD adalah Organophospat (Malathion,

methylpirimiphos),

Pyrethroid

(Cypermethrine,

lamda-cyhalotrine,

cyflutrine,Permethrine & S-Bioalethrine) ditujukan untuk stadium dewasa yang diaplikasikan dengan cara pengabutan panas/Fogging dan pengabutandingin/ULV untuk memberantas nyamuk dewasa. Sasaran pra dewasa (jentik) dengan menggunakan insektisida golongan Organophospat yaitu Temephos. 2.

Biologi Pengendalian vektor biologi menggunakan agent biologi seperti predator/pemangsa,

parasit, bakteri, sebagai musuh alami stadium pra dewasa vektor DBD. Jenis predator yang digunakan adalah Ikan pemakan jentik (cupang, tampalo, gabus, guppy, dll), sedangkan larva Capung, Toxorrhyncites, Mesocyclops dapat juga berperan sebagai predator walau bukan sebagai metode yang lazim untuk pengendalian vektor DBD. Jenis pengendalian vektor biologi diantaranya yaitu dengan menggunakan parasit Romanomermes iyengeri dan bakteri Baccilus thuringiensis israelensis Golongan insektisida biologi untuk pengendalian DBD (Insect Growth Regulator/IGR dan Bacillus Thuringiensis Israelensis/BTi), ditujukan untuk stadium pra dewasa yang diaplikasikan pada habitat perkembangbiakan vektor. 3.

Manajemen lingkungan Lingkungan fisik seperti tipe pemukiman, sarana-prasarana penyediaan air, vegetasi

dan musim sangat berpengaruh terhadap tersedianya habitat perkembangbiakan dan pertumbuhan vektor DBD. Nyamuk Aedes aegypti sebagai nyamuk pemukiman mempunyai habitat utama di kontainer buatan yang berada di daerah pemukiman. Manajemen lingkungan adalah

upaya

pengelolaan

lingkungan

sehingga

tidak

kondusif

sebagai

habitat

perkembangbiakan atau dikenal sebagai source reduction seperti 3M plus (menguras, menutup dan memanfaatkan barang bekas, dan plus: menyemprot, memelihara ikan predator, menabur larvasida dll); dan menghambat pertumbuhan vektor (menjaga kebersihan lingkungan rumah, mengurangi tempat-tempat yang gelap dan lembab di lingkungan rumah dll). Sebagai alternatif lain dari pengelolaan lingkungan dalam upaya kegiatan pencegahan penyakit DBD adalah dengan alat yang disebut autocidal ovitrap. Alat ini belum populer di kalangan masyarakat secara luas dan belum banyak dipakai sebagai upaya pengendalian populasi nyamuk Ae. aegypti. Autocidal ovitrap dalam pelaksanaannya diletakkan di lingkungan perumahan yang mengalami kejadian kasus penyakit DBD. Autocidal ovitrap adalah perangkap telur nyamuk yang berupa tabung gelas kecil bermulut lebar yang dicat hitam di bagian luarnya. Perangkap telur nyamuk merupakan peralatan yag digunakan untuk mendetekasi keberadaan nyamuk Ae. aegypti dan Ae. albopictus jika kepadatan populasi

nyamuk rendah dan survei larva menunjukkan hasil yang tidak produktif, seperti dalam kondisi yang normal (Santoso dkk, 2007).

4.

Pemberantasan Sarang Nyamuk / PSN-DBD Pengendalian Vektor DBD yang paling efisien dan efektif adalah dengan memutus

rantai penularan melalui pemberantasan jentik. Pelaksanaannya di masyarakat dilakukan melalui upaya Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam Berdarah Dengue (PSN-DBD) dalam bentuk kegiatan 3 M plus. Untuk mendapatkan hasil yang diharapkan, kegiatan 3 M Plus ini harus dilakukan secara luas/serempak dan terus menerus/berkesinambungan. Tingkat pengetahuan, sikap dan perilaku yang sangat beragam sering menghambat suksesnya gerakan ini. Oleh karena itu, sosialisasi kepada masyarakat/ individu untuk melakukan kegiatan ini secara rutin serta penguatan peran tokoh masyarakat untuk mau secara terus menerus menggerakkan masyarakat harus dilakukan melalui kegiatan promosi kesehatan, penyuluhan di media masa, serta reward bagi yang berhasil melaksanakannya. 5.

Pengendalian Vektor Terpadu (IVM) Integrated Vektor Management (IVM) merupakan konsep pengendalian vektor yang

diusulkan oleh WHO untuk mengefektifkan berbagai kegiatan pemberantasan vektor oleh berbagai institusi. IVM dalam pengendalian vektor DBD saat ini lebih difokuskan pada peningkatan peran serta sektor lain melalui kegiatan Pokjanal DBD, Kegiatan PSN anak sekolah dll.

2.3

Prinsip Pelaksanaan Pengasapan (Fogging) Upaya pengendalian serangga sebagai vektor penyakit terutama lalat dan nyamuk

dapat dilakukan dengan menghilangkan tempat (habitat) sebagai sarang dan perlindungan lingkungan manusia dengan mencegah keberadaan vektor. Karena vaksin untuk DBD belum ada maka satu-satunya cara pemberantasan DBD adalah melalui pemberantasan vektor (Aedes aegypti). Pemberantasan vektor dilakukan melalui fogging insektisida, larvasida dan PSN DBD oleh masyarakat (Farath 2012). Di desa/ kelurahan yang endemis DBD dilakukan fogging massal sebelum musim penularan 2 siklus dengan interval satu minggu dilakukan satu kali setahun. Kegiatan ini dimaksudkan untuk menekan kepadatan vektor sehingga diharapkan transmisi virus dengue dan jumlah kasus menurun. Untuk mengetahui manfaat fogging massal sebelum musim penularan terhadap penurunan transmisi virus dengue telah dilakukan penelitian terhadap 200 murid sekolah dasar kelas 3, 4 dan 5 di dua desa yang endemis DBD yang mempunyai

kesamaan ekologi terhadap transmisi virus dengue, tetapi mendapat perlakuan yang berbeda. Satu desa dilakukan fogging massal diikuti dengan program rutin pemberantasan DBD dan desa yang lain tidak dilakukan fogging massal, tetapi dilakukan penggerakan PSN DBD secara intensif oleh masyarakat. Pemeriksaan serologi dilakukan 2 kali yaitu sebelum perlakuan dan 6 bulan sesudah perlakuan. Besarnya transmisi pada pemeriksaan pertama adalah 5% untuk Desa Sirnagalih dan 6% untuk Desa Solok Pandan, sedangkan pada pemeriksaan kedua terdapat kenaikan menjadi 8% Desa Sirnagalih dan 9% untuk Desa Solok Pandan berarti terdapat kenaikan 3%. Angka ini menunjukkan bahwa fogging massal dapat menurunkan transmisi virus dengue dalam waktu yang singkat, tetapi bila tidak diikuti dengan penggerakan masyarakat untuk PSN DBD, transmisi akan meningkat lagi. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa fogging massal sebelum musim penularan bila dilaksanakan pada waktu yang tepat dan teknik yang benar serta diikuti dengan gerakan PSN DBD yang intensif oleh masyarakat, dapat menurunkan transmisi virus dengue. Pengendalian vektor penyakit dengan bahan kimia menggunakan insektisida harus dilengkapi dengan peralatan aplikasi yang tepat dan sesuai. Banyak cara yang dapat digunakan dalam aplikasi antara lain pengasapan (fogging) dan penyemprotan (spraying). Upaya pengendalian ini sangat cocok dilaksanakan dalam kondisi : 1) Penanggulangan Outbreak/ wabah/ kejadian luar biasa (KLB) dimana peran nyamuk sebagai vektor dalam menularkan bibit penyakit dapat diputus pada setiap fase hidup vektor (telurlarva-pupa-dewasa). 2) Terhadap vektor/ serangga sasaran pengendalian sesuai kesukaan menggigit dan tempat menggigit (feeding). 3) Pada beberapa daerah pedesaan dan kota yang belum memiliki tata ruang (landscape) yang baik untuk mencegah keberadaan vektor. 4) Terhadap penggunaan laravasida yang menimbulkan kekhawatiran pencemaran konsumsi air bersih. 2.4

Pengendalian Vektor dengan Fogging Pengendalian vektor memberi gambaran upaya bermakna dalam membatasi dan

menekan

populasi,pergerakan

penyakit(Hermawan,2012)

dan

distribusi

vektor

serta

pola

penularan

1.

Sistem Dingin (Cold System) Sistem ini biasanya menggunakan alat aplikator Ultra Low Volume (ULV) berupa

aerosol dingin yang disemprotkan dengan batuan kendaraan khusus sebagai space spraying yang menggunakan racun insektisida yang relatif lebih sedikit pada areal yang lebih luas. Kendaraan khusus biasanya mobil, traktor, motor helikopter maupun pesawat terbang. Kondisi ini sangat cocok pada luar ruangan (outdoor) dengan cakupan areal ± 40 sampai dengan 50 hektar dengan jangkauan jarak pengasapan dan penyemprotan sampai dengan 100 meter dengan waktu operasional setiap siklusnya mencapai 3 jam.

2.

Sistem panas (Thermal System) Sistem panas merupakan cara aplikasi insektisida bersama peralatannya menghasilkan

panas yang keluar bersama asap/ fog dari mesin aplikator dari pemecahan larutan insektisida yang disemburkan udara panas dari cerobong/ knalpot hasil pembakaran dari mesin aplikator. Asap yang keluar dan kontak dengan udara serta bidang pengasapan terhadap vektor sasaran setelah dikontakkan dengan efek sasaran akan lemah, jatuh dan mati (konock down effect). Penggunaan sistem ini sangat cocok di dalam ruangan (indoor) karena efektifitasnya tidak terlau dipengaruhi oleh perubahan cuaca seperti suhu, panas dan kecepatan angin yang ekstrim. Pengasapan dapat dilakukan dengan mesin aplikator/ mesin fogging dengan merek yang beragam, antara lain Swingfog SN 11, SN 50. Pulsfog, Dynafog, Infog, Jetfog, Superfogger, Ultrafog ataupun minifogger dan lain-lain dengan berbagai merek dan spesifikasi terkini. Fogging yang dilakuan dengan peralatan tersebut diatas termasuk peristiwa thermal, karena kabut yang disemprotkan oleh mesin aplikator menghasilkan akibat tekanan dan arus gas yang mampu memecah dan mengahancurkan cairan insektisida (Malathion) yang digunakan. Insektisida yang umum digunakan adalah malathion dalam larutan yang diencerkan sebanyak 4-5% pelarut (solar ataupun minyak tanah).Kabut (fog) ataupun asap yang mengandung percikan aerosol dengan ukuran berkisar 0,1-50 mikron harus mengenai serangga (vektor) atau nyamuk sasaran yaitu tubuh nyamuk, dengan demikian fog yang diaplikasikan harus merata disemua areal/ bidang fogging. 2.5

Prinsip Aplikasi Fogging Diperlukan tim atau tenaga khusus yang bertanggung jawab dan mengetahui aspek

perencanaan dan teknis operasional fogging (Hermawan, 2012).

Fogging dilaksanakan dalam pengendalian vektor Demam Berdarah Dengue (DBD) : 1.

Fogging Focus Merupakan kegiatan pengendalian nyamuk aedes aegypti pada areal kasus DBD

dalam radius ±100 m dari titik kasus (rumah penderita) dengan 2 kali siklus fogging antara (7-14 hari) biasanya diikuti dengan abatisasi. 2.

Fogging Massal Merupakan fogging yang dilaksanakan bersamaan dengan kegiatan pengendalian

lainnya yaitu pemberantasan sarang nyamuk (PSN) dan gerakan menguras, menutup dan menimbun (3M plus). Fogging untuk nyamuk Anopheles dilakukan pada kasus malaria yang tinggi dengan sasaran adalah rumah-rumah dalam areal tertentu. 3.

Indikasi daerah pengasapan Adanya kasus/ penderita terutama penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) yang

shock ataupun meninggal. Jumlah kasus meningkat dalam periode waktu tertentu. 4.

Waktu pengasapan Waktu yang baik dilakukan pengasapan untuk pengendalian nyamuk Aedes aegypti

dan Aedes albopictus adalah : 1)

Pagi hari antara jam 06.00 sampai jam 11.00

2)

Sore hari antara jam 16.00 sampai matahari terbenam

Pengasapan harus memperhatikan keadaan sebagai berikut :

5.



Jangan dilakukan pengasapan saat angin berhembus dengan kencang



Jangan dilakukan pengasapan saat akan turun hujan



Jangan dilakukan pengasapan saat suhu udara tinggi (kondisi panas terik) Persiapan pengasapan

1) Pemetaan wilayah operasional fogging (denah dan alur transportasi) 2) Penentuan jadwal pengasapan siklus I maupun siklus II 3) Persiapan petugas, peralatan, dan bahan pengasapan 4) Penentuan formulasi dan konsentrasi serta besarnya nozzle mesin aplikator 5) Persiapan rumah-rumah (pintu dan jendela dibuka terlebih dahulu). Penduduk keluar dari rumah, makanan dan hewan peliharaan dilindungi dengan baik 6) Penentuan rute dan alur pengasapan

BAB III ISI

3.1 Waktu dan Pelaksanaan Hari, tanggal

: Jum’at , 19 Oktober 2018

Pukul

: 07.30 s.d. 10.00 WIB

Tempat

: Kelurahan Sungai Pagang ,Nanggalo , RT 05/RW 03

3.2 Alat dan Bahan 3.2.1 Alat No.

Nama

Jumlah

1.

Ultra Fogger

1 buah

2.

Aero Fogger

1 buah

3.2.2 Bahan No.

Nama

Jumlah

1.

Multion

secukupnya

2.

Solar

secukupnya

3.

Bensin

secukupya

3.3 Langkah Kerja 3.3.1 Perencanaan Fogging 1. Persiapan Lokasi a) Survey Lokasi Survey lokasi dilakukan untuk menentukan dimana lokasi kita melakukan fogging, jika telah terjadi kasus penyakit DBD pada wilayah tersebut. b) Pemetaan Setelah melakukan survey lokasi, buatlah pemetan. 2. Persiapan Alat dan Bahan Bahan : Bahan yang digunakan adalah seruni, denganperbandingan 100ml seruniuntuk 10 liter larutan. Bahan yang dibutuhkan sebanyak 15 liter larutan.

3. Teknis Pelaksanaan Fogging a) Maping lokasi yang akan dilakukan fogging b) Merencanakan proses fogging c) Cek kelengkapan alat dan bahan d) Beri instruksi kepada pemilik rumah agar menutup semua makanan dan mengeluarkan binatang – binatang ternak e) Lakukan fogging dari belakang ke depan

3.4 Pelaksanaan Fogging a. Tentukan rumah yang akan difogging b. Setelah menentukan tempat, pastikan makanan dan minuman ditutup, gorden digulung, serta hewan peliharaan dan anak-anak dibawa keluar dari rumah yang akan di fogging. c. Untuk melakukan fogging dibutuhkan 3 orang operator, sebagai penujuk arah, operasional alat, dan asisten yang mengoperasikan alat. d. Putar kran minyak, kemudian tekan tombol starter sampai mesin menyala. Setelah itu, putar kran larutan setengah saja agar tidak terjadi banjir pada larutannya. e. Putar kran asap dan mulailah fogging. Dalam membawa alat harus datar, agar tidak terjadi kebakaran/kecelakaan. f. Fogging di dalam rumah; dimulai dari ruangan yang paling belakang, jendela dan pintu ditutup kecuali pintu depan untuk keluar masuk petugas. g. Fogging di luar rumah; tabung pengasap harus searah dengan arah angin, dan petugas berjalan mundur. h. Apabila telah selesai melakukan fogging ke seluruh rumah, maka tutup kran asap lalu tutup kran bahan serta kran minyak. Rumah yang telah di fogging di biarkan selama 1 jam baru pemilik rumah diperbolehkan masuk, dan membuka jendela serta pintu rumahnya.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pelaksanaan Fogging Dari survei yang kami lakukan terdapat 19 rumah yang setuju untuk dilakukan fogging dan 26 rumah yang tidak setuju untuk dilakukan fogging, dari 19 rumah yang setuju hanya 1 rumah yang bisa dilakukan fogging dikarenakan keterbatasan waktu. Fogging yang dilakukan di daerah Kelurahan Sungai Pagang ,Nanggalo , RT 05/RW03 .Dalam pelaksanaan kegiatan foging, dilakukan berdasarkan operasional pengasapan yaitu : 1. Waktu pelaksanaan pada areal fogging harus dikonfirmasi dengan penghuni dan perangkat wilayah setempat 2. Kenali dan pastikan peralatan aplikasi dengan baik dan pelajari bagian dan fungsi dari peralatan. Periksa

kelengkapan peralatan pendukung dan peralatan proteksi

untuk keselamatan diri petugas. 3. Siapkan dan buat formulasi bahan untuk pengasapan sesuai dosis dan kebutuhan pengasapan 4. Persiapkan lokasi pengasapan baik areal

maupun rumah yang akan di fogging.

Persiapan rumah-rumah (pintu dan jendela dibuka terlebih dahulu). Penduduk keluar dari rumah, makanan dan hewan peliharaan dilindungi dengan baik. 5. Buat rute dan mapping areal fogging dan sketsa /alur fogging. Buatkan skenario pengasapan Setelah semua

kegiatan operasional dilakukan maka operator foging akan

melakukan pengasapan. Petugas yang melaksanakan foging terdiri dari 2 orang petugas, 1 orang yang bertugas untuk mengoperasikan mesin foger dan 1 orang lainnya sebagai pendamping operator yang bertugas untuk menunjukkan jalan keluar bagi operator. Pelaksanaan foging : 1.

Operator menghidupkan mesin foger

2.

Operator menuju bagian belakang rumah/ruangan pengasapan dengan posisi cerobong / knalpot mesing fogging selalu datar untuk mencegah percikan api.

Pendamping sebagai penunjuk jalan membantu operator jangan sampai terjebak dalam asap dan kemudian menutup pintu dan jendela. 3.

Pengasapan dilakukan dengan operator berjalan

mundur keluar menuju pintu

utama dibantu pendamping sebagai pemandu alur dan sekaligus menutup pintu. 4.

Setelah permukaan bidang dan ruangan di fogging siap pindah ke rumah berikutnya.

5.

Perhatikan kran asap dan cerobong jangan timbul percikan api

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Upaya pengendalian serangga sebagai vektor penyakit terutama lalat dan nyamuk dapat dilakukan dengan menghilangkan tempat (habitat) sebagai sarang dan perlindungan lingkungan manusia dengan mencegah keberadaan vektor. Karena vaksin untuk DBD belum ada maka satu-satunya cara pemberantasan DBD adalah melalui pemberantasan vektor (Aedes aegypti). Pemberantasan vektor dilakukan melalui fogging insektisida, larvasida dan PSN DBD oleh masyarakat (Farath 2012). Persiapan Lokasi, Survey lokasi dilakukan untuk menentukan dimana lokasi kita melakukan fogging, jika telah terjadi kasus penyakit DBD pada wilayah tersebut. Pemetaan Setelah melakukan survey lokasi, buatlah pemetan. Bahan : Bahan yang digunakan adalah seruni, denganperbandingan 100ml seruniuntuk 10 liter larutan. Bahan yang dibutuhkan sebanyak 15 liter larutan. Teknis Pelaksanaan Fogging Maping lokasi yang akan dilakukan fogging, Merencanakan proses fogging, Cek kelengkapan alat dan bahan, Beri instruksi kepada pemilik rumah agar menutup semua makanan dan mengeluarkan binatang – binatang ternak, Lakukan fogging dari belakang ke depan. Pelaksanaan Fogging 1.

Tentukan rumah yang akan difogging

2.

Setelah menentukan tempat, pastikan makanan dan minuman ditutup, gorden digulung, serta hewan peliharaan dan anak-anak dibawa keluar dari rumah yang akan di fogging.

3.

Untuk melakukan fogging dibutuhkan 3 orang operator, sebagai penujuk arah, operasional alat, dan asisten yang mengoperasikan alat.

4.

Putar kran minyak, kemudian tekan tombol starter sampai mesin menyala. Setelah itu, putar kran larutan setengah saja agar tidak terjadi banjir pada larutannya.

5.

Putar kran asap dan mulailah fogging. Dalam membawa alat harus datar, agar tidak terjadi kebakaran/kecelakaan.

6.

Fogging di dalam rumah; dimulai dari ruangan yang paling belakang, jendela dan pintu ditutup kecuali pintu depan untuk keluar masuk petugas.

7.

Fogging di luar rumah; tabung pengasap harus searah dengan arah angin, dan petugas berjalan mundur.

8.

Apabila telah selesai melakukan fogging ke seluruh rumah, maka tutup kran asap lalu tutup kran bahan serta kran minyak. Rumah yang telah di fogging di biarkan selama 1 jam baru pemilik rumah diperbolehkan masuk, dan membuka jendela serta pintu rumahnya.

5.2

Saran 1.Saran untuk mahasiswa 1. Mahasiswa hendaknya menguasai materi praktek sebelum melakukan pratikum 2. Mahasiswa hendaknya lebih teliti dalam melakukan pratikum 2.Saran untuk masyarakat 1. Diharapkan kepada masyarakat agar selalu menjaga kebersihan lingkungan 2. Diharapkan kepada masyarakat hendaknya melakukan gerakan 3M Plus agar terbebas dari penularan penyakit oleh nyamuk.

Related Documents

Proposal Bab I234.docx
July 2020 10
Bab
April 2020 88
Bab
June 2020 76
Bab
July 2020 76
Bab
May 2020 82
Bab I - Bab Iii.docx
December 2019 87

More Documents from "Indrastika Wulandari"

Resume Penling.docx
June 2020 1
Kelompok 8.docx
June 2020 3
Makalah Eko.docx
October 2019 7
Tugas Bahasa Indonesia.docx
October 2019 13
Bab Ii.docx
June 2020 1