Biodata Mahasiswa D-III Kesehatan Lingkungan Kelas 1B
Nama lengkap
: Winda Regina
NIM
: 171110077
Jenis Kelamin
: Perempuan
Tempat dan Tanggal Lahir
: Muara Tambangan , 17-Agustus-1998
Hobby
: Renang , traveling , dan nyanyi
Nama Orang Tua
:
Ayah
: Eddy(0853-7507-6461)
Ibu
: Assoida(0877-9181-6148)
Pekerjaan Orang Tua
:
Ayah
: Petani Sawah
Ibu
: Petani Sawit,Sereh, Pedagang Musiman
Anak Ke-
: 2/4
Agama
: Islam
Nomor Telepon / Hp
:0819-4770-4257
Alamat Selama Kuliah
: Jl. Pondok Kopi , Nanggalo , Asarama 2 POLTEKKES KEMENKES PADANG
Alamat Tetap / Daerah Asal
: Muara Tambangan , Kejorongan Sungai Beremas ,Kenagarian Cubadak, Kec. Dua Koto , Kab. Pasaman
Moto hidup
: Memilihlah Tanpa Ada Penyeselan
1
EKOLOGI 1. Sejarah Ekologi Ekologi memiliki perkembangan yang berangsur-angsur sepanjang sejarah namun perkembangannya kurang begitu jelas. Catatan Hipocratus, Atistoteles dan filsuf lainnya merupakan naskah kuno yang berisi rujukan tentang masalah-masalah ekologi. Walaupun pada waktu itu belum diberikan nama ekologi. Dimulai pada abad ke 16 dan abad ke 17 yang muncul dari natural history dan kemudian berkembang menjadi satu ilmu yang sistematik, analitik dan objektif mengenai hubungan organisme dan lingkungan yakni ekologi. Nama ekologi baru diekmukakan oleh ahli biologi Jerman bernaman Ernest Haeckel pada tahun 1860. Sekitar tahun 1990, ekologi diakui sebagai ilmu dan berkembang terus dengan cepat. Apalagi disaat dunia peka dengan masalah lingkungan dalam rangka memelihara mutu peradaban manusia. Ekologi merupakan cabang ilmu yang mendasari dan selalu berkaitan dengan kehidupan sehari-hari. Pada saat ini semua orang semakin wajib mengetahui ekologi sehingga ilmu ini menjadi bintang diantara cabang ilmu dimana selama ini hanya menjadi penunjang saja. Prisnip-prinsip ekologi dapat menerangkan dan memberikan ilham dalam mencari jalan untuk mencapai kehidupan yang lebih layak. Tidak ada satu cabang ilmu pun yang dapat mengabaikan ekologi. Apalagi sejak munculnya gerakan kesadaran lingkungan di seluruh dunia mulai tahun 1968 , dituntutnya kesadaran lingkungan bagi setiap orang antara lain tentang penghematan sumber daya, penghematan energi, masalah pencemaran udara, pencemaran air, pencemaran tanah dan lainnya. Jelaslah adanya masalah globalisasi lingkungan akan mengakibatkan perhatian semakin dalam kepada ekologi Alam Berkembang Menjadi Guru Alam berkembang menjadi guru, inilah filsafat hidup masyarakat Minangkabau salah satu suku bangsa Indonesia. Disini membuktikan bahwa manusia adalah murid-murid alam atau lingkungan mereka. Kehidupan adalah sebagai dinamika yang mengandung pergeseran dan perubahan terus menerus. Oleh sebab itu, setiap manusia harus mampu menyesuaikan dirinya dengan alam dan lingkungannya serta sesama mahluk yang merupakan bagian dari alam.
Sebagai
contoh
orang
Minangakabau
menamakan
tanah
airnya
alam
Minangkabau atau alam Indonesia. Pemakaian alam ini mengandung arti yang sangat bermakna. Dalam hal ini alam bagi masyarakatnya adalah segalanya bukan hanya sebagai tempat lahir, tempat mati, tempat hidup dan tempat berkembang. Namun juga memiliki 2
makna filosofis. Ajaran dan pandangan orang Minangkabau mengambil ungkapan dari bentuk, sifat dan kehidupan alam. Pada hakikatnya alam merupakan guru bagi mahluknya. Dia dapat mempelajari apa saja yang ada di sekelilingnya. Oleh sebab itu lingkungan merupakan laboratorium alam yang sangat baik dan lengkap namun belum banyak yang menyadari dan memanfaatkannya. Jika dipelajari dengan cermat bahwa sejak lahir dan sampai hayatnya, manusia pada hakikatnya terlibat dalam lingkungan. Dengan arti kata bahwa manusia itu tidak akan pernah dapat memisahkan dirinya dengan lingkungannya. Hal ini dapat dipelajari dari sejarahnya bahwa masyarakat primitif untuk hidup harus mengenal lingkungannya lebih dulu yaitu mengenal tenaga-tenaga alam, tumbuhan serta binatang di sekitarnya. Peradaban sebenarnya sudah ada sejak manusia mulai mempelajari cara menggunakan api dan alat-alat lain untuk merubah lingkungan. Semakin hari semakin dirasakan oleh manusia bahwa peradaban terus berkembang, lingkungan semakin berubah dan teknologi semakin berkembang pesat. Dengan merenungkan
munculnya
masalah-masalah
lingkungan
karena
pembangunan
yang
mengabaikan prinsip-prinsip ekologi yang mendapatkan keuntungan jangka pendek untuk memenuhi kebutuhan manusia itu sendiri yang jumlahnya semakin pesat telah menyebabkan peranan ekologi semakin nyata.
2. Pengertian Ekologi Ekologi adalah ilmu yangmempelajari interaksi antara organisme dengan lingkungan nya dan yang lainnya. Berasal dari kata Yunani oikos (“habitat”) danlogos (“ilmu”). Ekologi diartikan sebagai ilmu yang mempelajari baik interaksi antar makhluk hidup maupun interaksi antara makhluk hidup dan lingkungannya. Istilah ekologi pertama kali dikemukakan oleh Ernst Haeckel (1834 – 1914). Berdasarkan didalam ekologi, makhluk hidup dipelajari sebagai kesatuan atau sistem dengan lingkungannya. Pembahasan ekologi tidak lepas dari pembahasan ekosistem yang dimana dengan berbagai komponen penyusunnya, yaitu seperti pada faktor abiotik dan biotik.
3
Pengertian ekologi menurut para ahli :
Pengertian Ekologi Menurut Miller (1975)Menurut Miller tentang pengertian ekologi yang menggemukakan bahwa ekologi adalah suatu ilmu mengenai hubungan timbal balik diantara organisme serta sesamanya dan juga dengan lingkungannya.
Pengertian Ekologi Menurut Otto Soemarwoto, pengertian ekologi adalah suatu ilmu mengenaihubungan timbal balik diantara makhluk hidup dengan lingkungan sekitarnya.
Pengertian Ekologi Menurut C. Elton ekologi adalah suatu ilmu yang mengkaji sejarah alam atau juga perkehidupan alam dengan secara ilmiah.
Pengertian Ekologi Menurut Resosoedarmo pengertian ekologi adalah suatu ilmu yang mempelajari tentang hubungan timbal balik antara makhluk hidup dengan lingkungan.
Pengertian Ekologi Menurut Andrewartha ekologi adalah suatu ilmu yang membahas penyebaran dan juga kemelimpahan organisme
Pengertian Ekologi Menurut Krebs ekologi adalah suatu ilmu pengetahuan yang mengkaji suatu interaksi yang menentukan adanya penyebaran dan juga kemelimpahan organisme
Pengertian Ekologi Menurut Eugene P. Odum ekologi adalah suatu kajian terstruktur serta fungsi alam, tentang suatu struktur dan juga interaksi diantara sesama organisme dengan lingkungannya.
Pengertian Ekologi Menurut Eugene P. Odum ekologi adalah suatu kajian terstruktur serta fungsi alam, tentang suatu struktur dan juga interaksi diantara sesama organisme dengan lingkungannya. Faktor abiotik antara lain suhu, air, kelembaban, cahaya, dan topografi, sedangkan
faktor biotik adalah makhluk hidup yang terdiri dari manusia, hewan, tumbuhan, dan mikroba. Ekologi juga berhubungan erat dengan tingkatan-tingkatan organisasi makhluk hidup, yaitu populasi, komunitas, dan ekosistem yang saling memengaruhi dan merupakan suatu sistem yang menunjukkan kesatuan. Ekologi merupakan cabang ilmu yang masih relatif baru, yang baru muncul pada tahun 70-an. Akan tetapi, ekologi mempunyai pengaruh yang besar terhadap cabang biologinya. Ekologi mempelajari bagaimana makhluk hidup dapat mempertahankan kehidupannya dengan mengadakan hubungan antar makhluk hidup dan dengan benda tak hidup di dalam tempat hidupnya atau lingkungannya. Ekologi, biologi dan ilmu kehidupan lainnya saling melengkapi dengan zoologi dan botani yang menggambarkan hal bahwa ekologi mencoba 4
memperkirakan,
dan
ekonomi
energi
yang
menggambarkan
kebanyakan rantai
makanan manusia dan tingkat tropik. Para ahli ekologi mempelajari hal berikut: 1.
Perpindahan energi dan materi dari makhluk hidup yang satu ke makhluk hidup yang lain ke dalam lingkungannya dan faktor-faktor yang menyebabkannya.
2. Perubahan populasi atau spesies pada waktu yang berbeda dalam faktor-faktor yang menyebabkannya. 3.
Terjadi hubungan antarspesies (interaksi antarspesies) makhluk hidup dan hubungan antara makhluk hidup dengan lingkungannya. Kini para ekolog (orang
yang
mempelajari
ekologi)
berfokus
kepada
Ekowilayah bumi dan riset perubahan iklim.
3. Ruanag Lingkup Ekologi Ruang lingkup ekologi berkisar pada tingkat individu, populasi, komunitas, dan ekosistem.Ekologi juga berhubungan erat dengan tingkatan-tingkatan organisasi makhluk hidup,yaitu populasi, komunitas ,ekosistem . Faktor biotik adalah semua makhluk hidup di bumi, baik tumbuhan maupun hewan .Tumbuhan sebagai pridusen hewan sebagai konsumen, mikroorgannisme sebagai dekomposer.Faktor biotik meliputi tingkatan-tingkatan organisme yang meliputi individu, populasi, komunitas, ekosistem, dan biosfer. A. INDIVIDU organisme tunggal seperti : seekor tikus, seekor kucing, sebatang pohon jambu, sebatang pohon kelapa, dan seorang manusia. Dalam mempertahankan hidup, setiap jenis dihadapkan pada masalah-masalah hidup yang kritis. Misalnya, seekor hewan harus mendapatkan makanan, mempertahankan diri terhadap musuh alaminya, memelihara anaknya. Untuk mengatasi masalah tersebut, organisme harus memiliki struktur khusus seperti : duri, sayap, kantung, atau tanduk. Hewan juga memperlihatkan tingkah laku tertentu, seperti membuat sarang atau kelakukan migrasi yang jauh untuk mencari makanan. Struktur dan tingkah laku demikian disebut adaptasi.Ada bermacam-macam adaptasi makhluk hidup terhadap lingkungannya, yaitu: adaptasi morfologi,adaptasi fisiologi, dan adaptasi tingkah laku. 1. ADAPTASI MORFOLOGI penyesuaian bentuk tubuh. a. Gigi-gigi khusus Karnivora beradaptasi menjadi empat gigi taring besar dan runcing untuk menangkap 5
mangsa, serta gigi geraham dengan ujung pemotong yang tajam untuk mencabik-cabik mangsanya.Elang memiliki paruh yang kuat dengan rahang atas yang melengkung dan ujungnya tajam. Fungsi paruh untuk mencengkeram korbannya.Hewan ini mempunyai moncong panjang dengan ujung mulut kecil tak bergigi dengan lubang berbentuk celah kecil untuk mengisap semut dari sarangnya Contoh : Trenggiling ,hewan menyusui yang hidup di hutan rimba Amerika Tengah dan Selatan. Makanannya: semut, rayap, dan serangga lain yang merayap.Tumbuhan insektivora , misalnya kantong semar, memiliki daun berbentuk piala dengan permukaan dalam yang licin sehingga dapat enggelincirkan serangga yang hinggap. Dengan enzim yang dimiliki tumbuhan insektivora, serangga tersebut akan dilumatkan, sehingga tumbuhan ini memperoleh unsur yang diperlukan. b. Akar Akar tumbuhan gurun kuat dan panjang,berfungsi untuk menyerap air yang terdapat jauh di dalam tanah. Sedangkan akar hawa pada tumbuhan bakau untuk bernapas. 2. ADAPTASI FISIOLOGI Adaptasi fungsi fisiologi tubuh. a.Kelenjar bau Musang dapat mensekresikan bau busukdengan cara menyemprotkan cairan melalui sisi lubang dubur. Sekret tersebut berfungsi untuk menghindarkan diri dari musuhnya. b. Kantong tinta Cumi-cumi dan gurita. Bila musuh datang, tinta disemprotkan sehingga musuh tidak dapat melihat kedudukan cumi-cumi dan gurita. c. Mimikri pada kadal Kulit kadal dapat berubah warna karena pigmen yang dikandungnya. Perubahan warna ini dipengaruhi oleh faktor dalam berupa hormon dan faktor luar berupa suhu serta keadaan sekitarnya. 3. ADAPTASI TINGKAH LAKU Adaptasi yang didasarkan pada tingkah laku. Contohnya : a. Pura-pura tidur atau mati Beberapa hewan berpura-pura tidur atau mati, misalnya tupai. Hewan ini sering berbaring tidak berdaya dengan mata tertutup bila didekati seekor anjing b. Migrasi Ikan salem raja di Amerika Utara migrasi untuk mencari tempat yang sesuai untuk bertelur. Ikan ini hidup di laut. Setiap tahun, ikan salem dewasa yang berumur empat sampai 6
tujuh tahun berkumpul di teluk disepanjang Pantai Barat Amerika Utara untuk menuju ke sungai. Saat di sungai, ikan salem jantan mengeluarkan sperma di atas telur-telur ikan betinanya.Setelah itu ikan dewasa biasanya mati. Telur yang telah menetas untuk sementara tinggal di air tawar. B. POPULASI Kumpulan individu sejenis yang hidup pada suatu daerah dan waktu tertentu disebut Ukuran populasi berubah sepanjang waktu. Perubahan ukuran dalam populasi ini disebut dinamika populasi.Faktor penyebab kecepatan rata-rata dinamika populasi. bencana alam, kebakaran, serangan penyakit, tebang pilih. Populasi mempunyai karakteristik yang khas untuk kelompoknya yang tidak dimiliki oleh masing-masing individu anggotanya. Karakteristik ini antara lain : 1.kepadatan (densitas), 2.laju kelahiran (natalitas), 3.laju kematian (mortalitas), 4.potensi biotik, 5.penyebaran umur, dan bentuk pertumbuhan. C. KOMUNITAS Komunitas adalah kumpulan dari berbagai populasi yang hidup pada suatu waktu dan daerah tertentu yang saling berinteraksi dan mempengaruhi satu sama lain. D.EKOSISTEM Antara komunitas dan lingkungannya selalu terjadi interaksi. Interaksi ini menciptakan kesatuan ekologi yang disebut ekosistem. Komponen penyusun ekosistem adalah produsen (tumbuhan hijau), konsumen (herbivora, karnivora, dan omnivora), dekomposer/pengurai (mikroorganisme).
Faktor Abiotik Faktor abiotik adalah faktor tak hidup yang meliputi faktor fisik dan kimia. Faktor fisik utama yang mempengaruhi ekosistem adalah sebagai berikut. a. Suhu Ada jenis-jenis organisme yang hanya dapat hidup pada kisaran suhu tertentu. b. Sinar matahari Sinar matahari juga merupakan unsur vital yang dibutuhkan oleh tumbuhan sebagai produsen untuk berfotosintesis. c. Air Bagi tumbuhan, pertumbuhan,perkecambahan, dan penyebaran biji,hewan dan 7
manusia, air minum sarana hidup lain, misalnya transportasi bagi manusia, dan tempat hidup bagi ikan. d. Tanah Habitat bagi organisme,Jenis tanah yang berbeda menyebabkan organisme yang hidup didalamnya juga berbedaTanah juga menyediakan unsur-unsur penting bagi pertumbuhan organisme, terutama tumbuhan. e. Ketinggian Tempat Karena ketinggian yang berbeda akan menghasilkan kondisi fisik dan kimia yang berbeda. f. Angin Menentukan kelembapan dan penyebaran biji tumbuhan tertentu. g. Garis lintang Garis lintang secara tak langsung menyebabkan perbedaan distribusi organisme di permukaan bumi. Ada organisme yang mampu hidup pada garis lintang tertentu saja. RANTAI MAKANAN pengalihan energi dari sumbernya dalam lingkungan melalui sederetan organisme yang makan dan yang dimakan. Para ilmuwan ekologi mengenal tiga macam rantai pokok, 1.rantai pemangsa, 2.rantai parasit, dan 3.rantai saprofit. Rantai makanan yang saling berhubungan disebut jaring-jaring makanan. Peristiwa makan dan dimakan dalam dunia kehidupan membentuk jaring-jaring kehidupan
1. Rantai Pemangsa Rantai pemangsa landasan utamanya adalah tumbuhan hijau sebagai produsen. 2. Rantai Parasit Organisme besar hingga organisme yang hidup sebagai parasit. Contoh organisme parasit antara lain cacing, bakteri, dan benalu. 3. Rantai Saprofit Dari organisme mati ke jasad pengurai. Misalnya jamur dan bakteri 3. Rantai Saprofit 8
Dimulai dari organisme mati ke jasad pengurai. Misalnya jamur dan bakteri. 4. Piramida Ekologi Struktur trofik pada ekosistem dapat disajikan dalam bentuk piramida ekologi.
1. Ada 3 jenis piramida ekologi, 1.piramida jumlah, 2.piramida biomassa, dan 3.piramida energi. ALIRAN ENERGI DAN MATERI: Secara Fungsional:Energi : suatu bahan yang menyebabkan organisme mempu-nyai kemampuan untuk melakukan kerja Energi dari matahari è tumbuhan, hewan dan manusia.Rantai makanan (food chain) Piramida makanan :
9
2. Macam-macam Ekosistem Ekosistem darat dan ekosistem perairan. Ekosistem air tawar dan ekosistem air Laut. a. Ekosistem darat EKOSISTEM yang lingkungan fisiknya berupa daratan. Berdasarkan letak geografisnya (garis lintangnya), ekosistem darat dibedakan menjadi beberapa bioma, yaitu : 1. Bioma gurun Di daerah tropika (sepanjang garis balik) yang berbatasan dengan padang rumput. Ciri-ciri : gersang dan curah hujan rendah (25 cm/tahun). Suhu siang hari tinggi (bisa mendapai 45°C) sehingga penguapan juga tinggi sedangkan malam hari suhu sangat rendah (bisa mencapai 0°C). Perbedaan suhu antara siang dan malam sangat besar. Tumbuhan semusim yang terdapat di gurun berukuran kecil. tumbuhan menahun berdaun seperti duri contohnya kaktus, atau tak berdaun dan memiliki akar panjang serta mempunyai jaringan untuk menyimpan air. Hewan yang hidup di gurun antara lain rodentia, ular, kadal, katak, dan kalajengking. 2. Bioma padang rumput terbentang dari daerah tropik ke subtropik. Ciri-cirinya adalah curah hujan kurang lebih 25-30 cm per tahun dan hujan turun tidak teratur. Porositas (peresapan air) tinggi dan drainase (aliran air) cepat. Tumbuhan yang ada terdiri atas tumbuhan terna (herbs) dan rumput yang keduanya tergantung pada kelembapan. 10
Hewannya antara lain: bison, zebra, singa, anjing liar, serigala, gajah, jerapah, kangguru, serangga, tikus dan ular 3. Bioma Hutan Basah daerah tropika dan subtropik. Ciri-cirinya adalah, Curah hujan 200-225 cm per tahun. Species pepohonan relatif banyak, jenisnya berbeda antara satu dengan yang lainnya tergantung letak geografisnya. Tinggi pohon utama antara 20-40 m, cabang-cabang pohon tinngi dan berdaun lebat hingga membentuk tudung (kanopi). Dalam hutan basah terjadi perubahan iklim mikro (iklim yang langsung terdapat di sekitar organisme). Daerah tudung cukup mendapat sinar matahari. Variasi suhu dan kelembapan tinggi/besar; suhu sepanjang hari sekitar 25°C. Terdapat tumbuhan khas, yaitu liana (rotan), kaktus, dan anggrek sebagai epifit. Hewannya antara lain, kera, burung, badak, babi hutan, harimau, dan burung hantu. 4. Bioma hutan gugur Terdapat di daerah beriklim sedang, Ciri-cirinya adalah curah hujan merata sepanjang tahun. Terdapat di daerah yang mengalami empat musim (dingin, semi, panas, dan gugur). Jenis pohon sedikit (10 s/d 20) dan tidak terlalu rapat. Hewannya antara lain rusa, beruang, rubah, bajing, burung pelatuk, dan rakoon (sebangsa luwak). 5. Bioma Taiga Terdapat di belahan bumi sebelah utara dan di pegunungan daerah tropik. Ciri-cirinya adalah suhu di musim dingin rendah. hutan yang tersusun atas satu spesies seperti konifer, pinus, dap sejenisnya. Semak dan tumbuhan basah sedikit sekali.
Hewannya : beruang hitam, dan burung-burung yang bermigrasi ke selatan pada
musim gugur. b. Ekosistem Air Tawar Ciri-ciri ekosistem air tawar antara lain variasi suhu tidak menyolok, penetrasi cahaya 11
kurang, dan terpengaruh oleh iklim dan cuaca. Macam tumbuhan yang terbanyak adalah jenis ganggang, sedangkan lainnya tumbuhan biji. Hampir semua filum hewan terdapat dalam air tawar. Organisme yang hidup di air tawar pada umumnya telah beradaptasi. Adaptasi organisme air tawar adalah sebagai berikut. Adaptasi tumbuhan: 1.bersel satu dan 2.dinding selnya kuat seperti beberapa alga biru dan alga hijau. 3.Air masuk ke dalam sel hingga maksimum dan akan berhenti sendiri. 4.Tumbuhan tingkat tinggi, seperti teratai (Nymphaea gigantea), mempunyai akar jangkar (akar sulur). 5.Hewan dan tumbuhan rendah yang hidup di habitat air, tekanan osmosisnya sama dengan tekanan osmosis lingkungan atau isotonis. Habitat air tawar merupakan perantara habitat laut dan habitat darat. Penggolongan organisme dalam air dapat berdasarkan aliran energi dan kebiasaan hidup. 1. Berdasarkan aliran energi, organisme dibagi menjadi autotrof (tumbuhan), dan fagotrof (makrokonsumen), yaitu karnivora predator, parasit, dan saprotrof atau organisme yang hidup pada substrat sisa-sisa organisme. Adaptasi hewan Ekosistem air tawar dihuni oleh nekton. Nekton merupakan hewan yang bergerak aktif dengan menggunakan otot yang kuat. Hewan tingkat tinggi yang hidup di ekosistem air tawar, misalnya ikan, dalam mengatasi perbedaan tekanan osmosis melakukan osmoregulasi untuk memelihara keseimbangan air dalam tubuhnya melalui sistem ekskresi, insang, dan pencernaan. 2. Berdasarkan kebiasaan hidup, organisme dibedakan : a. Plankton; Fitoplankton dan zooplankton; biasanya melayang-layang (bergerak pasif) mengikuti gerak aliran air. b. Nekton; Hewan yang aktif berenang dalam air, misalnya ikan. c. Neuston; Organisme yang mengapung atau berenang di permukaan air atau bertempat pada permukaan air, misalnya serangga air. d. Perifiton; merupakan tumbuhan atau hewan yang melekat/bergantung pada tumbuhan atau benda lain, misalnya keong. e. Bentos; hewan dan tumbuhan yang hidup di dasar atau hidup pada endapan. Bentos 12
dapat sessil (melekat) atau bergerak bebas, misalnya cacing dan remis. 1.Danau Air yang menggenang dan luasnya mulai dari beberapa meter persegi hingga ratusan meter persegi. Terdapat pembagian daerah berdasarkan penetrasi cahaya matahari. fotik. afotik. termoklin. Komunitas tumbuhan dan hewan tersebar di danau sesuai dengan kedalaman dan jaraknya dari tepi. Berdasarkan hal tersebut danau dibagi menjadi 4 daerah sebagai berikut. a)Daerah litoral 1.Daerah dangkal. 2.Cahaya matahari menembus dengan optimal. 3.Air yang hangat berdekatan dengan tepi. 4.tumbuhan air yang berakar dan daunnya ada mencuat ke permukaan air. Komunitas organisme sangat beragam termasuk jenis-jenis ganggang yang melekat (khususnya diatom), berbagai siput dan remis, serangga, krustacea, ikan, amfibi, reptilia air dan semi air seperti kura-kura dan ular, itik dan angsa, dan beberapa mamalia yang sering mencari makan di danau. b)Daerah limnetik 1.Daerah air bebas yang jauh dari tepi 2.Masih dapat ditembus sinar matahari. 3.Dihuni oleh berbagai fitoplankton, termasuk ganggang dan sianobakteri. 4.Ganggang berfotosintesis dan bereproduksi dengan kecepatan tinggi selama musim panas dan musim semi. 5. Zooplankton yang sebagian besar termasuk Rotifera dan udang-undang kecil memangsa fitoplankton. c) Daerah profundal Daerah ini merupakan daerah yang dalam, yaitu daerah afotik danau. Mikroba dan organisme lain menggunakan oksigen untuk respirasi seluler setelah mendekomposisi detritus seluler setelah mendekomposisi detritus yang jatuh dari daerah limnetik. Daerah ini dihuni oleh cacing dan mikroba. d) Daerah bentik Daerah ini merupakan daerah dasar danau tempat terdapatnya bentos dan sisa-sisa org13
anisme mati.Danau juga dapat dikelompokkan berdasarkan produksi materi organik-nya, yaitu sebagai berikut : a. Danau Oligotropik Oligotropik merupakan sebutan untuk danau yang dalam dan kekurangan makanan, karena fitoplankton di daerah limnetik tidak produktif. Ciricirinya, airnya jernih sekali, dihuni oleh sedikit organisme,dan di dasar air banyak terdapat oksigen sepanjang tahun. b. Danau Eutropik Eutropik merupakan sebutan untuk danau yang dangkal dan kaya akan kandungan makanan, karena fitoplankton sangat produktif. Ciri-cirinya adalah airnya keruh, terdapat bermacam-macam organisme, dan oksigen terdapat di daerah profundal. Danau oligotrofik dapat berkembang menjadi danau eutrofik akibat adanya materimateri organik yang masuk dan endapan. Perubahan ini juga dapat dipercepat oleh aktivitas manusia, misalnya dari sisa-sisa pupuk buatan pertanian dan timbunan sampah kota yang memperkaya danau dengan buangan sejumlah nitrogen dan fosfor. Akibatnya terjadi peledakan populasi ganggang atau blooming, sehingga terjadi produksi detritus yang berlebihan yang akhirnya menghabiskan suplai oksigen di danau tersebut. Pengkayaan danau seperti ini disebut "eutrofikasi". Eutrofikasi membuat air tidak dapat digunakan lagi dan mengurangi nilai keindahan danau. 2. Sungai Badan air yang mengalir ke satu arah. Air sungai dingin dan jernih serta mengandung sedikit sedimen dan makanan. Aliran air dan gelombang secara konstan memberikan oksigen pada air. Suhu air bervariasi sesuai dengan ketinggian dan garis lintang. Komunitas yang berada di sungai berbeda dengan danau. a) Air sungai yang mengalir deras tidak mendukung keberadaan komunitas plankton untuk berdiam diri, karena akan terbawa arus. b) Sebagai gantinya terjadi fotosintesis dari ganggang yang melekat dan tanaman berakar, sehingga dapat mendukung rantai makanan. c) Komposisi komunitas hewan juga berbeda antara sungai, anak sungai, dan hilir. Di anak sungai sering dijumpai Man air tawar. d) Di hilir sering dijumpai ikan kucing dan gurame. Beberapa sungai besar dihuni oleh berbagai kura-kura dan ular. Khusus sungai di daerah tropis, dihuni oleh buaya dan lumba-lumba. e) Organisme sungai dapat bertahan tidak terbawa arus karena mengalami adaptasi evolusioner. Misalnya bertubuh tipis dorsoventral dan dapat melekat pada batu. 14
f) Beberapa jenis serangga yang hidup di sisi-sisi hilir menghuni habitat kecil yang bebas dari pusaran air. c. Ekosistem air laut Ekosistem air laut dibedakan atas lautan, pantai, estuari, dan terumbu karang. 1. Laut Habitat laut (oseanik) ditandai oleh salinitas (kadar garam) yang tinggi dengan ion CImencapai 55% terutama di daerah laut tropik, karena suhunya tinggi dan penguapan bessar.. 1. Di daerah tropik, suhu laut sekitar 25°C. 2. Perbedaan suhu bagian atas dan bawah tinggi. 3. Batas antara lapisan air yang panas di bagian atas dengan air 4. yang dingin di bagian bawah disebut daerah termoklin. 5. Habitat laut dapat dibedakan berdasarkan kedalamannya dan wilayah permukaannya secara horizontal. 1.Menurut kedalamannya, ekosistem air laut dibagi sebagai berikut. a.Litoral merupakan daerah yang berbatasan dengan darat. b.Neretik merupakan daerah yang masih dapat ditembus cahaya matahari sampai bagian dasar dalamnya ± 300 meter. c. Batial merupakan daerah yang dalamnya berkisar antara 200-2500 m d. Abisal merupakan daerah yang lebih jauh dan lebih dalam dari pantai (1.500-10.000 m).
2. Menurut wilayah permukaannya secara horizontal, berturut-turut dari tepi laut semakin ke tengah, laut dibedakan sebagai berikut.
1.Epipelagik merupakan daerah antara permukaan dengan kedalaman air sekitar 200m 2.Mesopelagik merupakan daerah dibawah epipelagik dengan kedalam an 200-1000 m. Hewannya misalnya ikan hiu. 3.Batiopelagik merupakan daerah lereng benua dengan kedalaman 200-2.500 m. Hewan yang hidup di daerah ini misalnya gurita.
15
4.Abisalpelagik merupakan daerah dengan kedalaman mencapai 4.000m; tidak terdapat tumbuhan tetapi hewan masih ada. Sinar matahari tidak mampu menembus daerah ini. 5.Hadal pelagik merupakan bagian laut terdalam (dasar). Kedalaman lebih dari 6.000m Di bagian ini biasanya terdapat lele laut dan ikan Taut yang dapat mengeluarkan cahaya. Sebagai produsen di tempat ini adalah bakteri yang bersimbiosis dengan karang tertentu. Di laut, hewan dan tumbuhan tingkat rendah memiliki tekanan osmosis sel yang hampir sama dengan tekanan osmosis air laut. Hewan tingkat tinggi beradaptasi dengan cara banyak minum air, pengeluaran urin sedikit, dan pengeluaran air dengan cara osmosis melalui insang. Garam yang berlebihan diekskresikan melalui insang secara aktif.
2. Pantai Ekosistem pantai letaknya berbatasan dengan ekosistem darat, laut, dan daerah pasang surut. a)Ekosistem pantai dipengaruhi oleh siklus harian pasang surut laut. Organisme yang hidup di pantai memiliki adaptasi struktural sehingga dapat melekat erat di substrat keras. b)Daerah paling atas pantai hanya terendam saat pasang naik tinggi. Daerah ini dihuni oleh beberapa jenis ganggang, moluska, dan remis yang menjadi konsumsi bagi kepiting dan burung pantai. c)Daerah tengah pantai terendam saat pasang tinggi dan pasang rendah. Daerah ini dihuni oleh ganggang, porifera, anemon laut, remis dan kerang, siput herbivora dan karnivora, kepiting, landak laut, bintang laut, dan ikan-ikan kecil. d)Daerah pantai terdalam terendam saat air pasang maupun surut. Daerah ini dihuni oleh beragam invertebrata dan ikan serta rumput laut.Komunitas tumbuhan berturutturut dari daerah pasang surut ke arah darat dibedakan sebagai berikut. 1.Formasi pes caprae paling banyak tumbuh di gundukan pasir adalah Ipomoea pes caprae yang tahan terhadap hempasan gelombang dan angin; tumbuhan ini menjalar dan berdaun tebal. Tumbuhan lainnya adalah Spinifex littorius (rumput angin), Vigna, Euphorbia atoto, dan Canaualia martina.Lebih ke arah darat lagi ditumbuhi Crinum asiaticum (bakung), Pandanus tectorius (pandan), dan Scaeuola Fruescens (babakoan).
16
2. Formasi Baringtonia Daerah ini didominasi tumbuhan baringtonia, termasuk di dalamnya Wedelia, Thespesia, Terminalia, Guettarda, dan Erythrina. Bila tanah di daerah pasang surut berlumpur, maka kawasan ini berupa hutan bakau yang memiliki akar napas. Akar napas merupakan adaptasi tumbuhan di daerah berlumpur yang kurang oksigen. Selain berfungsi untuk mengambil oksigen, akar ini juga dapat digunakan sebagai penahan dari pasang surut gelombang. Yang termasuk tumbuhan di hutan bakau antara lain Nypa, Acathus, Rhizophora, dan Cerbera. Jika tanah pasang surut tidak terlalu basah, pohon yang tumbuh : Heriticra, Lumnitzera, Acgicras, dan Cylocarpus. 3. Estuari Estuari (muara) merupakan tempat bersatunya sungai dengan laut. Estuari sering dipagari oleh lempengan lumpur intertidal yang luas atau rawa garam.Salinitas air berubah secara bertahap mulai dari daerah air tawar ke laut. Salinitas ini juga dipengaruhi oleh siklus harian dengan pasang surut aimya. Nutrien dari sungai memperkaya estuari. Komunitas di estuari : rumput rawa garam, ganggang, dan fitoplankton.Komunitas hewannya: cacing, kerang, kepiting, dan ikan. Bahkan ada beberapa invertebrata laut dan ikan laut yang menjadikan estuari sebagai tempat kawin atau bermigrasi untuk menuju habitat air tawar. Estuari juga merupakan tempat mencari makan bagi vertebrata semi air, yaitu unggas air. 4. Terumbu karang Di laut tropis, pada daerah neritik, terdapat suatu komunitas yang khusus yang terdiri dari karang batu dan organisme-organisme lainnya. Komunitas ini disebut terumbu karang. komunitas ini masih dapat ditembus cahaya matahari sehingga fotosintesis dapat berlangsung. Terumbu karang didominasi oleh karang (koral) yang merupakan kelompok Cnidaria yang mensekresikan kalsium karbonat. Rangka dari kalsium karbonat ini bermacammacam bentuknya dan menyusun substrat tempat hidup karang lain dan ganggang. Hewan-hewan yang hidup di karang memakan organisme mikroskopis dan sisa organik lain. Berbagai invertebrata, mikro organisme, dan ikan, hidup di antara karang dan ganggang. Herbivora seperti siput, landak laut, ikan, menjadi mangsa bagi gurita, bintang laut, dan ikan karnivora.
17
ALIRAN ENERGI Energi dapat diartikan sebagai kemampuan untuk melakukan kerja. Energi diperoleh organismee dari makanan yang dikonsumsinya dan dipergunakan untuk aktivitas hidupnya.Cahaya matahari merupakan sumber energi utama kehidupan. Tumbuhan berklorofil memanfaatkan cahaya matahari untuk berfotosintesis. Organisme yang menggunakan energi cahaya untuk merubah zat anorganik menjadi zat organik disebut kemo-autotrof Organisme yang menggunakan energi yang didapat dari reaksi kimia untuk membuat makanan disebut kemo-autotrof Energi yang tersimpan dalam makanan inilah yang digunakan oleh konsumen untuk aktivitas hidupnya. Pembebasan energi yang tersimpan dalam makanan dilakukan dengan cara oksidasi (respirasi). Golongan organisme autotrof merupakan makanan penting bagi organisme heterotrof, yaitu organisme yang tidak dapat membuat makanan sendiri misalnya manusia, hewan, dan bakteri tertentu. Makanan organisme heterotrof berupa bahan organik yang sudah jadi. 1. Aliran energi merupakan rangkaian urutan pemindahan bentuk energi satu ke bentuk energi yang lain : dimulai dari sinar matahari lalu ….. ke produsen, ….. konsumen primer, ….. konsumen tingkat tinggi, …. sampai ke saproba di dalam tanah.
Siklus ini berlangsung dalam ekosistem.
INTERAKSI ANTAR KOMPONEN EKOSISTEM Interaksi antarkomponen ekosistem dapat merupakan interaksi antar organisme, antar populasi, dan antar komunitas. A. Interaksi antar organisme Semua makhluk hidup selalu bergantung kepada makhluk hidup yang lain. Setiap individu akan selalu berhubungan dengan individu lain yang sejenis atau lain jenis, baik individu dalam satu populasinya atau individu-individu dari populasi lain. Interaksi demikian banyak kita lihat di sekitar kita. Interaksi antar organisme dalam komunitas ada yang sangat erat dan ada yang kurang erat. Interaksi antarorganisme dapat dikategorikan sebagai berikut. a. Netral Hubungan tidak saling mengganggu antarorganisme dalam habitat yang sama yang bersifat tidak menguntungkan dan tidak merugikan kedua belah pihak, disebut 18
netral. Contohnya : antara capung dan sapi. b. Predasi Predasi adalah hubungan antara mangsa dan pemangsa (predator). Hubungan ini sangat erat sebab tanpa mangsa, predator tak dapat hidup. Sebaliknya, predator juga berfungsi sebagai pengontrol populasi mangsa. Contoh : Singa dengan mangsanya, yaitu kijang, rusa,dan burung hantu dengan tikus. c. Parasitisme Parasitisme adalah hubungan antarorganisme yang berbeda spesies, bilasalah satu organisme hidup pada organisme lain dan mengambil makanan dari hospes/inangnya sehingga bersifat merugikan inangnya. Contoh : Plasmodium dengan manusia, Taeniasaginata dengan sapi, dan benalu dengan pohon inang. d. Komensalisme Komensalisme merupakan hubunganantara dua organisme yang berbeda spesies dalam bentuk kehidupan bersama untuk berbagi sumber makanan; salah satu spesies diuntungkan dan spesies lainnya tidak dirugikan. Contohnya anggrek dengan pohon yang ditumpanginya. e. Mutualisme Mutualisme adalah hubungan antara dua organisme yang berbeda spesies yang saling menguntungkan kedua belah pihak. Contoh, bakteri Rhizobium yang hidup pada bintil akar kacang-kacangan. B. Interaksi Antarpopulasi Antara populasi yang satu dengan populasi lain selalu terjadi interaksi secara langsung atau tidak langsung dalam komunitasnya.Alelopati merupakan interaksi antarpopulasi, bila populasi yang satu menghasilkan zat yang dapat menghalangi tumbuhnya populasi lain. Contohnya, di sekitar pohon walnut (juglans) jarang ditumbuhi tumbuhan lain karena tumbuhan ini menghasilkan zat toksik.Pada mikroorganisme istilah alelopati dikenal sebagai anabiosa. Contoh, jamur Penicillium sp. dapat menghasilkan antibiotika yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri tertentu. Kompetisi merupakan interaksi antarpopulasi, bila antarpopulasi terdapat kepentingan yang sama sehingga terjadi persaingan untuk mendapatkan apa yang diperlukan.Contoh, persaingan antara populasi kambing dengan populasi sapi di padang rumput. 19
C. Interaksi Antar Komunitas Komunitas adalah kumpulan populasi yang berbeda di suatu daerah yang sama dan saling berinteraksi. Contoh komunitas, misalnya komunitas sawah dan sungai. Komunitas sawah disusun oleh bermacam-macam organisme, misalnya padi, belalang, burung, ular, dan gulma.Komunitas sungai terdiri dari ikan, ganggang, zooplankton, fitoplankton, dan dekomposer.Antara komunitas sungai dan sawah terjadi interaksi dalam bentuk peredaran nutrien dari air sungai ke sawah dan peredaran organisme hidup dari kedua komunitas tersebut.Interaksi antar komunitas cukup komplek karena tidak hanya melibatkan organisme, tapi juga aliran energi dan makanan. Interaksi antar komunitas dapat kita amati, misalnya pada daur karbon. Daur karbon melibatkan ekosistem yang berbeda misalnya laut dan darat.
D. Interaksi Antarkomponen Biotik dengan Abiotik Interaksi antara komponen biotik dengan abiotik membentuk ekosistem. Hubunganantara organisme dengan lingkungannya menyebabkan terjadinya aliran energi dalam sistem itu. Selain aliran energi, di dalam ekosistem terdapat juga struktur atau tingkat trofik, keanekaragaman biotik, serta siklus materi.Dengan adanya interaksi-interaksi tersebut, suatu ekosistem dapat mempertahankan keseimbangannya.Pengaturan untuk menjamin terjadinya keseimbangan ini merupakan ciri khas suatu ekosistem. Apabila keseimbangan ini tidak diperoleh maka akan mendorong terjadinya dinamika perubahan ekosistem untuk mencapai keseimbangan baru. 4.
Perbedaan Ekologi Dengan Ilmu Lingkungan
Pengertian Ekologi dan Lingkungan Ekologi adalah ilmu yang elajari interaksi antara organisme dan lingkungan. Berasal dari kata Yunani oikos yang berarti habitat danlogos yang berarti ilmu. Ekologi diartikan sebagai ilmu yang mempelajari baik interaksi antar makhluk hidup maupun interaksi antara makhluk hidup dan lingkungannya. Istilah ekologi pertama kali dikemukakan oleh Ernst Haeckel (1834 – 1914). Dalam ekologi, makhluk hidup dipelajari sebagai kesatuan atau sistem dengan lingkungannya. Secara harfiyah Ekologi adalah pengkajian hubungan organisme-organisme atau kelompok organisme terhadap lingkungannya. Ada juga yang mengatakan bahwa ekologi adalah suatu ilmu yang mencoba mempelajari hubungan antara 20
tumbuhan, binatang, dan manusia dengan lingkungannya di mana mereka hidup, bagaimana kehidupannya, dan mengapa berada di tempat tersebut. Ekologi merupakan salah satu cabang Biologi yang hanya mempelajari apa yang ada dan apa yang terjadi di alam dengan tidak melakukan percobaan. Tetapi biasanya ekologi didefinisikan sebagi pengkajian hubungan organisme-organisme atau kelompok-kelompok organisme terhadap lingkungannya, atau ilmu hubungan timbal-balik antara organismeorganisme hidup dan lingkungannya. Sebab ekologi memperhatikan terutama biologi “golongan-golongan” organisme dan dengan proses-proses fungsional di daratan dan air adalah lebih tetap berhubungan dengan upaya mutakhir untuk mendefinisikan ekologi sebagai pengkajian struktur dan fungsi alam, telah dipahami bahwa manusia merupakan bagian dari pada alam. Menurut Odum (1971) ekologi mutakhir adalah suatu studi yang mempelajari struktur dan fungsi ekosistem atau alam di mana manusia adalah bagian dari alam. Struktur di sini menunjukan suatu keadaan dari sistem ekologi pada waktu dan tempat tertentu termasuk kerapatan atau kepadatan, biomas, penyebaran potensi unsur-unsur hara (materi), energi, faktor-faktor fisik dan kimia lainnya yang mencirikan sistem tersebut. Sedangkan fungsinya menggambarkan sebab-akibat yang terjadi dalam sistem. Jadi pokok utama ekologi adalah mencari pengertian bagaimana fungsi organisme di alam. Pengertian akan Lingkungan Hidup telah banyak sekali dikemukakan oleh beberapa ahli lingkungan. Menurut Otto Soemarwoto pengertian lingkungan hidup adalah jumlah semua benda dan kondisi yang ada dalam ruang yang kita tempati yang mempengaruhi kehidupan kita. Sedangkan Munadjat Danusaputro memberikan pengertian lingkungan hidup sebagai semua benda dan kondisi termasuk di dalamnya manusia dan tingkah perbuatannya, yang terdapat dalam ruang tempat manusia berada dan mempengaruhi hidup dan kesejahteraan manusia dan jasad hidup lainnya (Siahaan, 1987:1). Menurut Ehrlich dan kawan-kawan merumuskan tentang lingkungan sebagai berikut (Ehrlich, Holdren, 1973:38): “For our purpose, the environment is the unique skin of soil, water, gaseous, atmosphere, mineral nutrients, and organisms that covers this otherwise undistinguished planet”. Pemerintah Indonesia dalam UU Pengelolaan Lingkungan Hidup No. 23 tahun 1997 memberikan pengertian Lingkungan Hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain.
21
Sesuai dengan pengertian lingkungan Hidup diatas, maka perlu diketahui tentang adanya pembagian Lingkungan Hidup; dengan tujuan mencari pola pengelolaan yang ditentukan dan dikehendaki. L.L. Bernard (dalam Siahaan, 1987:12) membagi lingkungan atas empat macam, yaitu : 1. Lingkungan fisik (anorganik), lingkungan yang terdiri dari gaya kosmik dan fisigeografis :tanah, udara, air, radiasi, gaya tarik, ombak dan sebagainya 2. Lingkungan biologi (organik),segala sesuatu yang bersifat biotis 3. Lingkungan Sosial , terdiri dari :
Fisiososial, yaitu yang meliputi kebudayaan materiil : peralatan, senjata, mesin, gedung dan sebagainya
Biososial manusia dan bukan manusia, yaitu manusia dan interaksi terhadap sesamanya dan hewan beserta tumbuhan domestik dan semua bahan yang digunakan manusia yang berasal dari sumber organik
Psikososial, yaitu yang berhubungan dengan tabiat bathin manusia, seperti sikap, pandangan, keinginan, keyakinan. Hal ini terlihat dari kebiasaan, agama, ideologi, bahasa dan lain-lain
4. Lingkungan Komposit, yaitu lingkungan yang diatur secara institusional, berupa lembaga-lembaga masyarakat Tetapi ada juga beberapa sarjana yang hanya memberikan tiga macam pembagian lingkungan hidup, yaitu :
Lingkungan fisik (Physical Environment), yaitu segala sesuatu di sekitar kita yang bersifat benda mati, seperti : air, sinar, gedung dan lainnya
Lingkungan biologis (Biological Environment), yaitu segala sesuatu yang ada di sekitar kita yang bersifat organis, seperti manusia, hewan, tumbuhan dan lainnya
Lingkungan Sosial (Social Environment), yaitu manusia-manusia lain yang berada di sekitar kita atau kepada siapa kita mengadakan hubungan pergaulan
Pokok- Pokok Ilmu Lingkungan Dan Ekologi Mahluk hidup lain bukan sekedar kawan hidup bersama manusiasecara pasiv atau netral, melainkan sangat terkait dengan mereka,tanpa mereka, manusia tidak dapat hidup sebagai 22
contoh, bagaimana bila di bumi ini tidak ada oksigen dan makanan? dari tumbuhan dan hewan manusia memperoleh materi dan energi sebaiknya disadari, bahwa manusia membutuhkan mahluk hiduplain untuk kelangsungan hidupnya (manusia, tumbuhan, hewan, jasadrenik) yang menempati ruang tertentu, di mana dalam ruang tersebutterdapat benda tidak hidup (abiotik) berupa tanah, air dan udara Sifat lingkungan ditentukan oleh berbagai hal, diantaranya : 1. Jenis dan jumlah masing-masing unsur lingkungan tersebut.Lingkungan yang terdiri dari (10) manusia, (1) anjing,(3) burung, (1)pohon kelapa, (1) bukit batu, akan berbeda sifatnya dengan lingkunganyang terdiri dari (1) manusia, (10) anjing, tertutup rimbun pohon bambo,tanpa bukit batu (rata). 2. hubungan atau interaksi antara unsur dalam dalam lingkungan tersebut .Dua ruangan yang luasnya sama, dilengkapi perabot yang sama pulanamun dengan lay out berbeda, akan menghasilkan sifat ruangan yangberbeda pula. 3. faktor kelakuan (kondisi) unsur lingkungan hidup.Sebagai contoh, kota dengan penduduk yang aktif dan bekerja kerasakan memiliki lingkungan yang lain dengan sebuah kota yang sikappenduduknya santaidan malas bekerja. Atau, lingkungan daerah yangberlahan landai dan subur dengan yang berlereng dan tererosi. 4. non material.lingkungan panas, silau, dan bising akan berbeda dengan lingkungan sejuk yang dengan cahaya cukup tapi tenang. Dalam ekologi hubungan antara mahluk hidup dengan lingkungannya (ekosistem) bersifat objektif, manusia dipandang sama dengan mahluk hidup lain, pandangan hubungan antara manusia dengan lingkungan bersifat subyektif. Dalam ilmu lingkungan manusia mempunyai hak khusus, semuanya dipandang dari kepentingan manusia, tetapimanusia juga harus mempunya tanggung jawab yang paling besar terhadap lingkunanya dimana tanggung jawab ini tidak mungkin diserahkan kepada mahluk hidup lain. Disinilah perlunya kita mempelajari lingkungan hidup, agar kita dapat menempatkan diri sesuai dengan porsinya didalam lingkungan yang harus kita jaga. Adapun perbedaan utama antara Ilmu lingkungan dan ekologi adalah adanya misi untuk mencari pengetahuan yang arif, tepat, batu, dan menyeluruh tentang alam sekitar, dan dampak perlakuan manusia terhadap alam.
23
Misi tersebut adalah untuk menimbulkan kesadaran, penghargaan, tanggung jawab, dan keberpihakan terhadap manusia dan lingkungan secara menyeluruh. Ilmu lingkungan juga tidak lepas dari perilaku manusia itu sendiri sebagai suatu komponen lingkungan yang paling dominan. Sebab manusia senantiasa mengolah, mengambil dan mengembangkan sesuatu yang ada di alam itu sendiri. Untuk mencapai keseimbangan lingkungan, otomatis diperlukan kesadaran dari manusia agar merasa memiliki dan mencintai segenap mahluk h idup dan alam lingkungannya sebagai tempat hidupnya.
5. Manfaat Dan Peranan Ekologi Bagi Manusia Dan Lingkungan Hidup. Ekologi adalah ilmu yang mempelajari interaksi organisme dengan organisme lain dan organisme dengan lingkungannya. Manusia sebagai suatu organisme pun merupakan salah satu subjek dari ilmu ekologi. Melalui ekologi kita dapat mengenal lebih jauh makhluk apa saja yang terdapat di bumi ini dari pegunungan yang tinggi hingga dasar samudera yang dalam. Selain itu melalui ilmu ini kita dapat mengetahui bagaimana peran manusia di muka bumi. Berikut adalah beberapa manfaat ekologi dalam pengaplikasian nya sehari-hari : 1. Mengenal lebih banyak keanekaragaman hayati Makhluk hidup tersebar dari dasar samudera terdalam hingga pegunungan tertinggi. Tentu saja, keanekaragaman hayati ini harus dieksplorasi oleh manusia. Selain untuk menginventarisasi jenis-jenis makhluk hidup tersebut dan memperkaya pengetahuan manusia akan spesies makhluk hidup, cara hidup makhluk hidup dan lingkungannya teresebut dapat dipelajari untuk kemudian dapat dimanfaatkan manusia. Sebagai contohnya adalah :
Ikan di sekitar kutub utara mampu hidup di kondisi air yang membeku, mekanisme ini dapat digunakan manusia untuk mendapatkan protein anti beku yang digunakan dalam proses industri.
Parasit yang hidup di tubuh manusia sebagai inangnya dapat diberantas apabila kita tahu bagaimana ia hidup dan berinteraksi dengan lingkungannya dengan cara memutus rantai perkembangbiakannya.
24
2. Mengenal lebih jauh makhluk hidup Biologi perilaku merupakan salah satu cabang dari ilmu ekologi. Hal ini terjadi karena perilaku
makhluk
hidup,
terutama
hewan,
berperilaku
tergantung
pada
kondisi
lingkungannya. Perilaku satwa ini dapat dimanfaatkan oleh manusia sebagai berikut. Hewan seperti lumba-lumba dan dan kelelawar memiliki suatu kemampuan penentuan lokasi tanpa penglihatan yang dikenal sebagai ekolokasi (ecolocation). Mekanisme ini ditiru sebagai sonar bagi manusia. Hewan seperti ayam, sapi, anjing, dan kucing dahulunya adalah hewan liar. Dengan proses domestikasi, hewan-hewan tersebut dapat dijadikan ternak ataupun peliharaan. Kadang hewan memiliki indra yang tajam semisal di India, gajah-gajah secara otomatis pergi ke tempat yang tinggi sesaat sebelum tsunami terjadi. Hal ini dapat dijadikan peringatan dini oleh manusia sebelum terjadinya bencana. 3. Membantu mengetahui dampak terhadap lingkungan Ingatkah kita akan penggunaan DDT pada sekitar tahun 1970-1980an? Untuk memberantas hama maka ditemukanlah suatu pestisida yang dinamakan DDT. DDT ini sangat ampuh memberantas hama serangga secara global dalam watu yang lama. Namun setelah bertahun-tahun digunakan, dampak ekologis mulai terasa. Setelah penggunaan jangka panjang, maka serangga menjadi resisten dan bahkan DDT dapat ditemukan di mana saja hingga dalam air susu manusia. Rachel Carson, seorang penulis akhirnya membuat buku berjudul Silent Spring yang menggarisbawahi tak terdengarnya burung-burung di musim semi. Ternyata hal ini disebabkan oleh DDT yang merusak telur burung. Akhirnya DDT diberhentikan penggunaanya setelah dampak ekologis menjadi global. Sebenarnya, permasalahan ini dapat dicegah apabila ilmu ekologi dipakai dalam perencanaan suatu kegiatan yang memiliki kemungkinan dampak lingkungan. Kini, setiap kegiatan harus memiliki studi ekologi untuk meminimalisasi kemungkinan buruk seperti contoh di atas. 4. Membantu memecahkan masalah pangan
25
Manusia sebagai makhluk omnivora merupakan tingkatan tertinggi dalam jaringjaring makanan. Seperti yang kita ketahui bahwa seluruh materi di muka bumi ini ada dalam satu siklus. Dalam ilmu ekologi dijelaskan bahwa makanan yang kita konsumsi merupakan untaian materi dari makhluk hidup lain mulai dari produsen, konsumen primer, hingga konsumen sekunder atau tersier. Semakin tinggi tingkatan tropik maka akan semakin sedikit energi yang diserap. Artinya semakin banyak jumlah makhluk hidup dalam tingkatan tropik di bawahnya untuk memenuhi kebutuhan makhuk hidup dengan tingkat tropik atas. Dengan demikian, manusia yang vegetarian akan memerlukan lebih sedikit sumber daya alam dibandingkan dengan manusia yang non-vegetarian. Hal ini karena vegetarian memerlukan lebih sedikit sumber daya semisal lahan untuk peternakan, air, dan pakan ternak sehingga meminimalisasi kesulitan sumber pangan. 5. Membantu memecahkan masalah pertanian Kesuburan tanah tidak hanya terjadi begitu saja melainkan ada sangkut pautnya dengan makhluk biologis yang terkandung di dalamnya. Sebagian besar tanaman termasuk tanaman pertanian begantung pada interaksi antara mikroorganisme dan tanaman itu sendiri karena tanaman mebutuhkan nitrat dan ammonium yang tidak dapat ia sintesis sendiri. Senyawa tersebut dapat diperoleh oleh tanaman dengan interkasi mikroba sebagai berikut.
Ammonium merupakan hasil dari proses amonifikasi oleh bakteri dari nitrogen di udara. Tanaman
pada umumnya tidak memfiksasi nitrogen padahal mereka membutuhkannya. Maka dengan interaksi antara bakteri dan tanaman, defisiensi nitrogen dapat dihindari.
Nitrat
nitrat merupakan produk oksidasi ammonium dengan bantuan AOB (ammonium oxidising bacteria) dan NOB (nitrite oxidising bacteria). Nitrogen dalam bentuk nitrat lebih dibutuhkan oleh tanaman untuk tumbuh. Dengan demikian, setelah mengetahui ilmu ekologi, penggunaan bakteriosidal pada tanah sekitar tanaman seharusnya dapat dihindari. Hal ini karena penggunaan bakteriosidal dapat membunuh bakteri yang sebenarnya berguna bagi pertumbuhan tanaman. 26
6. Membantu memecahkan masalah energi Sampai saat ini manusia masih bergantung pada bahan bakar fosil sebagai sumber energi utama mereka, namun tahukah kita sebenarnya sumber energi terbesar kita adalah matahari? Energi matahari dikonversi oleh tanaman menjadi energi kimia melalui proses fotosintetis. Sumber energi kimia ini sebenarnya dapat kita manfaatkan untuk membuat bahan bakar yang dapat diperbaharui yaitu biofuel. Biofuel terdiri dari beberapa generasi yaitu:
Generasi pertama – biofuel dari tanaman konsumsi (Jagung, jarak)
Generasi kedua – biofuel dari sisa produk tanaman (Molase, ampas tebu)
Generasi ketiga – biofuel dari alga
Ilmu ekologi di sini sangat berperan penting. Selain mempelajari bagaimana komunitas mikroorganisme memproses bahan baku menjadi biofuel (aplikasi di industri), ekologi juga menawarkan pengetahuan tentang bagaimana memanfaatkan produk tersebut agar terjadi keseimbangan atas kebutuhan manusia akan energi dan materi konsumsi dengan kelestarian alam. 7. Membantu memecahkan masalah kesehatan Banyak masalah kesehatan yang merupakan penyakit menular berasal dari interaksi antara manusia dengan hewan. Hal ini tentu saja dapat dihindari atau diatasi bila kita mengetahui konsep ilmu ekologi tentang bagaimana makhluk idup berinterkasi dengan lingkungannya. Berikut adapah contoh manfaat ekologi dalam bidang kesehatan.
Demam berdarah
jelas kita ketahui bahwa demam berdarah disebab kan oleh virus Dengue dan disebarkan oleh nyamuk Aedes aygepti. Nyamuk ini memeiliki habitat air bersih yang menggenang untuk bertelur. Kita dapat memutus persebaran penyakit ini misalnya dengan mencegah agar nyamuk tidak dapat bertelur dengan menutup atau memberi insektisida pada bak.
AIDS
salah satu konsep asal muasal AIDS adalah transfer HIV dari simpanse tehadap manusia. Hal ini dapat terjadi karena di Afrika sana, manusia dan simpanse hidup berdekatan. Dengan 27
adanya ilmu ekologi seharusnya transmisi ini dapat dicegah dengan membatasi interaski antara populasi manusia dengan simpanse. 8. Membuat proses indutri yang lebih maju Makhluk hidup baik hewan, tumbuhan, dan mikroba ternyata sangat berguna untuk diaplikasikan dalam proses industri. Pengeksplorasian ini tentu akan menghasilkan organisme baru yang memiliki kemapuan khusus sesuai habitatnya. Hal ini membuka kesempatan kita untuk memanfaatkannya di bidang industri. Selain itu komunitas suatu organisme dapat dimanfaatkan dalam suatu proses industri.
Bioteknologi
Dalam industri bioteknologi dikenal suatu prosedur PCR. PCR ini tak akan dapat dilakukan tanpa enzim tahan panas yang berasal dari organisme Thermus aquaticus. Organisme ini berhabitat asli di kawah gunung berapi dasar laut. Karena itulah enzim dari orgnisme ini menjadi tahan panas dan dapat digunakan dalam industri.
Fermentasi
Proses pembuatan wine, keju, bahkan tapai membutuhkan komunitas mikroorganisme yang beinteraksi sinergisme dalam proses fermentasi. Dengan mempelajari ilmu ekologi, kita dapat menentukan mikroorganisme apa saja yang berperan dan komposisinya. 9. Mengenal kesetimbangan dalam kehidupan Tanpa sadar sebenarnya ilmu ekologi membahas kegiatan manusia di bumi ini karena manusia di bumi ini berkegiatan sebagai populasi. Populasi terus meningkat sedangkan sumber daya alam dan area di muka bumi tak dapat ditambah. Bila populasi manusia terlalu banyak maka kemampuan daya sangga ekosistem akan terlampaui akibatnya akan terjadi kemunduran dalam populasi manusia bahkan kepunahan. Oleh karena itu melalui ilmu ekologi, kita sebagai manusia harus bijak dalam menggunakan sumber daya alam dan membatasi pertumbuhan populasi agar daya sangga ekosistem tidak terlampaui.
6. Macam-Macam Interaksi Dalam Ekologi
28
Pada berbagai tingkat organisasi kehidupan, ada beberapa macam interaksi yang terjadi antara makhluk hidup dengan lingkungannya untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya seperti makanan, pertumbuhan, perkembangbiakan, dan perlindungan. Beberapa macam interaksi tersebut antara lain interaksi antar organisme, interaksi antar populasi, dan interaksi antara biotik dan abiotik. Interaksi antar Organisme Interaksi antar organisme dapat dikategorikan sebagai berikut. 1. Netral, yaitu hubungan tidak saling mengganggu antar organisme dalam habitat yang sama yang bersipat tidak menguntungkan dan tidak merugikan kedua belah pihak. Contohnya antara capung dan sapi. 2. Predasi, yaitu hubungan antara mangsa dan pemangsa (predator). Contoh harimau dan mangsanya yaitu rusa, burung hantu, dan tikus. 3. Simbiosis, berasal dari bahasa Yunani, sym yang berarti dengan dan biosis, kehidupan. Simbiosis itu merupakan hubungan antara dua makhluk yang hidup berdampingan. Simbiosis ada beberapa jenis, yaitu simbiosis parasitisme, mutualisme, dan komensalisme. Simbiosis parasitisme adalah hubungan antara dua individu dan merugikan salah satu pihak. Contohnya, tanaman benalu dengan inangnya, cacing perut dan cacing tambang yang hidup di dalam usus manusia Interaksi antar Populasi Contoh interaksi antarpopulasi sebagai berikut. 1. Alelopati, bila populasi yang satu menghasilkan zat yang dapat menghalangi tumbuhnya populasi lain. Contohnya, disekitarpohon walnut jarang di tumbuhi tumbuhan lain karena tumbuhan ini menghasilkan zat yang bersifat toksik. 2. Kompetisi, bila antarpopulasi terdapat kepentingan yang sama sehingga terjadi persaingan untuk mendapatkan apa yang di perlukan. Contohnya, persaingan antara populasi kambing dan populasi sapi di padang rumput. Interaksi antara Komponen Biotik dan Komponen Abiotik
29
Interaksi antara komponen biotik dan abiotik terjadi dari tingkat individu hingga biosfer. Interaksi ini menyebarkan terjadinya aliran energi di dalam sistem itu, dan dengan adanya interaksi tersebut juga akan terjadi keanekaragaman biotik, tingkat trofik, serta siklus materi. Contoh interaksi antara komponen biotik dan komponen abiotik adalah penggunaan oksigen untuk pernapasan dan penyerapan cahaya matahari dengan panjang gelombang tertentu untuk fotosintesis pada tumbuhan hijau.
7. Hubungan Ekologi Dengan Ilmu Lain A.
Hubungan Ilmu Ekologi dengan Ilmu IPA (Fisika, Kimia, Biologi)
1. Ekologi dengan Ilmu Fisika Membahas perubahan suhu,daya serap tanah karena pengaruh sinar matahari,proses dan pengaruh hujan terhadap kehidupan. 2. Ekologi dengan Ilmu Kimia Berperan penting karena dalam ekologi proses kimia seperti dalam unsur-unsur C,N,CO2 yang merupakan bagian penting bagi beberapa reaksi kimia. 3. Kaitan Ekologi dengan Biologi Penyebaran adaptasi dan aspek-aspek fungsi organisme dari komunitas banyak dipelajari dalam ekologi dan erat hubungannya dengan ilmu-ilmu biologi lainnya seperti taksonomi misalnya untuk mengetahui spesies pohon dan tetumbuhan lainnya dalam hutan dibutuhkan sifat generatif yang berdasar pada sifat-sifat bunga dan buah.
Untuk pengenalan spesies tumbuhan tersebut diperlukan buku-buku praktis mengenai
flora dan pengenalan spesie pohon. Begitupun dalam ilmu genetika, seperi yang kita tahu bahwa ilmu genetika mempunyai peranan besar dalam memahami pertumbuhan dan perkembangan makhluk hidup. Pengaruh genetik dari tumbuhan atau hewan yang satu terhadap tumbuhan lainnya dapat diketahui dengan ilmu genetika. B. Hubungan Ilmu Ekologi dengan Ilmu Sosial (Ekonomi, Sosial Dan Budaya, Hukum) 1.
Kaitan Ekologi dengan Ekonomi Banyak ekolog menghubungkan ekologi dengan ekonomi manusia:
•
Lynn Margulis mengatakan bahwa studi ekonomi bagaimana manusia membuat
kehidupan. Studi ekologi bagaimana tiap binatang lainnya membuat kehidupan. •
Mike Nickerson mengatakan bahwa “ekonomi tiga perlima ekologi” sejak
ekosistem menciptakan sumber dan membuang sampah, yang mana ekonomi menganggap 30
dilakukan “untuk bebas”. Ekonomi ekologi dan teori perkembangan manusia mencoba memisahkan pertanyaan ekonomi dengan lainnya, namun susah. Banyak orang berpikir ekonomi baru saja menjadi bagian ekologi, dan ekonomi mengabaikannya salah. “Modal alam” ialah 1 contoh 1 teori yang menggabungkan 2 hal itu. 2. Ekologi dengan Ilmu Sosial Budaya Lingkungan sosial budaya dan ekonomi sangat penting bagi kesinambungan pembangunan berkelanjutan. Sebab pembangunan dilakukan oleh dan untuk manusia yang hidup di dalam kondisi sosial budaya dan ekonomi tertentu. 3. Ekologi dalam Politik / Hukum Ekologi menimbulkan banyak filsafat yang amat kuat dan pergerakan politik – termasuk gerakan konservasi, kesehatan, lingkungan,dan ekologi yang kita kenal sekarang. Saat semuanya digabungkan dengan gerakan perdamaian dan Enam Asas, disebut gerakan hijau. Umumnya, mengambil kesehatan ekosistem yang pertama pada daftar moral manusia dan prioritas politik, seperti jalan buat mencapai kesehatan manusia dan keharmonisan sosial, dan ekonomi yang lebih baik
8. Pembagian Ekologi a. Menurut bidang kajiannya 1. Auteknologi Bagian dari ekologi tumbuhan yang mengkaji masalah adaptasi dan tingkah laku spesies atau populasi dalam kaitannya dengan lingkungannya. Sub divisi dari autekolgi meliputi demekologi (spesiasi), ekologi populasi dan demografi (pengaturan ukuran populasi), ekologi fisiologi atau ekofisiologi, dan genekologi (genetika). Bagaimana sifat fenologi, fisiologi, morfologi dan tingkah laku atau genetik dari suatu spesies yang sukses terus pada suatu habitat. Mereka mencoba menggambarkan bagaimana pengaruh lingkungan pada tingkat populasi, Organismik dan sub organismik. Autekologi dapat bergerak kedalam spesialisasi lain di luar ekologi, seperti fisiolog). Autekologi mencoba untuk menjelaskan mengapa suatu spesies dapat terdistribusi, genetika, evolusi, dan biosistemtik. Autekologi, yaitu ekologi yang mempelajari suatu spesies organisme atau organisme secara individu yang berinteraksi dengan lingkungannya.Contoh autekologi misalnya mempelajari sejarah hidup suatu spesiesorganisme, perilaku, dan 31
adaptasinya terhadap lingkungan. Jadi, jika kita mempelajari hubungan antara pohon Pinus merkusii dengan lingkungannya, maka itu termasuk autekologi. Contoh lain adalah mempelajari kemampuan adaptasi pohon merbau (Intsiapalembanica) di padang alang-alang, dan lain sebagainya. Autekologi, ekologi yang mempelajari suatu jenis (spesies) organisme yang berinteraksi dengan lingkunganya. Biasanya ditekankan pada aspek siklus hidup, adaptasi terhadap lingkungan, sifat parasitis atau non parasitis, dan lain-lain. Autekologi, falsafah yang mendasarinya adalah dengan memandang sebagai ukuran yang menggambarkan kondisi lingkungan sekitarnya. Clements menyatakan bahwa setiap tumbuhan adalah alat pengukur bagi keadaan lingkungan hidup tempat ia tumbuh. Dalam hal ini paling sedikit yang dimaksud dengan alam lingkunganya adalah iklim dan tanah. Dari kajian ini lahir bidang kajian yang menilai bahwa tumbuhan adalah sebagai indikator alam atau indikator lingkungan hidup. Bidang kajian ini dikenal dengan ekologi fisiologi. Dari segi autekologi, maka di hutan bisa dipelajari pengaruh suatu faktor lingkungan terhadap hidup dan tumbuhnya suatu jenis pohon yang sifat kajiannya mendekati fisiologi tumbuhan, dapat juga dipelajari pengaruh suatu faktor lingkungan terhadap hidup dan tumbuhnya suatu jenis binatang liar atau marga satwa. Bahkan dalam autekologi dapat dipelajari pola perilaku suatu jenis binatang liar, sifat adaptasi suatu jenis binatang liar, maupun sifat adaptasi suatu jenis pohon. Dari segi sinekologi, dapat dipelajari berbagai kelompok jenis tumbuhan sebagai suatu komunitas, misalnya mempelajari pengaruh keadaan tempat tumbuh terhadap komposisi dan struktur vegetasi, atau terhadap produksi hutan. Dalam ekosistem hutan itu bisa juga dipelajari pengaruh berbagai faktor ekologi terhadap kondisi populasi, baik populasi tumbuhan maupun populasi binatang liar yang ada di dalamnya. Akan tetapi pada prinsipnya dalam ekologi hutan, kajian dari kedua segi (autekologi dan sinekologi) itu sangat penting karena pengetahuan tentang hutan secara keseluruhan mencakup pengetahuan semua komponen pembentuk hutan, sehingga kajian ini diperlukan dalam pengelolaan sumber daya hutan.
2. Synekologi(EkologiKomunitas) Sinekologi Sinekologi yaitu ekologi yang mempelajari kelompok organisme yang tergabung dalam satu kesatuan dan saling berinteraksi dalam daerah tertentu. Misalnya mempelajari strktur dan komposisi spesies tumbuhan di hutan rawa, hutan gambut, atau di hutan payau, mempelajari pola distribusi binatang liar di hutan alam, hutan wisata, suaka marga satwa, atau di taman Nasional, dan lain sebagainya. 32
Sinekologi berdasarkan falsafah dasar bahwa tumbuhan secara keseluruhan merupakan suatu kesatuan yang dinamis. Masyarakat tumbuhan dipengaruhi oleh duahal, yaitu keluar masuknya unsur-unsur tumbuhan dan turun naiknya berbagai variable lingkungan hidup. Dalam sinekologi komunitas tumbuhan atau vegetasi dianggap mempunyai perilak sebagai suatu organisme utuh. Vegetasi bisa lahir, tumbuh, matang, dan akhirnya mati. Dua bidang kajian utama dalam sinekologi adalah: • Bidang kajian tentang klasifikasi komunitas tumbuhan. • Bidang kajian tentang analisis ekosistem Sinekologi mempelajari kelompok individu sebagai suatu komunitas. Pengaruh lingkungan terhadap komposisi dan struktur vegetasi Morfologi, Anatomi, Histologi, Fisiologi, Genetika. Sering pula kita dengar istilah lain seperti: ekologi jenis, ekologi populasi, ekologi komunitas dan ekologi ekosistem. Namun sekarang terdapat kecenderungan untuk meninggalkan pembagian seperti tersebut diatas. Sinekologi perkembangan dari Geografi Tumbuhan, yang mengkaji pada tingkat komunitas. Sinonim dari Sinekologi adalah Ekologi komunitas, Filososiologi, Geobotani, Ilmu Vegetasi dan Ekologi Vegetasi. Sinekologi mengkaji komunitas tumbuhan dalam hal: a. Sosiologi Tumbuhan, yaitu deskripsi dan pemetaan tipe vegetasi dan komunitas. b. Komposisi dan struktur komunitas. c. Pengamatan dinamika komunitas, yang mencakup proses seperti transfer nutrien dan energi antara anggota, hubungan antagonistis dan simbiotis antara anggota, proses, dan suksesi (perubahan komunitas menurut waktu). d. Mencoba untuk mendeduksi tema evolusioner yang menentukan bentuk komunitas secara evolusioner. b. Menurut Habitatnya 1. Ekologi daratan (terrestrial) Ekologi darat mempelajari tentang ekosistem darat. Ekosistem darat mempunyai kompleksitas yang lebih tinggi dibandingkan ekosistem laut, karena kemungkinan organisme untuk hidup dan berkembangbiak pada ekosistem darat lebih lebar. Sebab, distribusi oksigen dan sinar matahari lebih banyak.[1] Pada Ekosistem darat terdapat beberapa jenis dari bentuk tumbuhnya tumbuhtumbuhan, yaitu : pohon, liana, epifit, shrubs, herba, dan tumbuhan taliod.[1] 33
Jenis adaptasi hewan vertebrata darat, yaitu: a.
Herbivora
Terdapat tiga jenis, yaitu : Ground-dwelling, Arboreal seperti Macaca fascicularis, dan Aerial seperti Burung dan hewan-hewan terbang lainnya. Pada Ground-dwelling terbagi lagi menjadi empat, yaitu : Cursorial (berlari) seperti rhea dan emu, Saltatory (melompat) seperti kangguru, Graviportal (berat badan) seperti penyu dan gajah, dan Forsial seperti kodok dan katak.[1] b.
Karnivora
Pada karnivora terbagi menjadi empat juga. Ketiganya sama dengan Herbivora, tetapi karnivora tidak Arboreal dan diganti Amphibious. Contoh pada Ground –dwelling adalah seperti cecak, kucing, beruang ular dan lain sebagainya. Contoh pada Aerial adalah beberapa burung, kelelawar, elang dan lain sebagainya. Contoh pada Fossorial seperi beberapa jenis ular, dan contoh pada Amphibious seperti Alligator sp dan katak.[1] Berdasarkan letak geografisnya (garis lintangnya), ekosistem darat dibedakan menjadi beberapa bioma, yaitu: 1.
Bioma stepa/ padang rumput
2.
Bioma sabana
3.
Bioma gurun
4.
Bioma hutan hujan tropis/ hutan basah
5.
Bioma hutan gugur
6.
Bioma tundra
7.
Bioma taiga
8.
Bioma karst/ batu gamping
9.
Bioma hutan mangrove/ bakau
a. Jenis-jenis Ekosistem Darat 1. Bioma Stepa ( Padang Rumput ) Bioma Stepa ( Padang Rumput ) terbentang dari daerah tropika sampai ke daerah subtropika yang curah hujannya tidak cukup untuk perkembangan hutan. Bioma Stepa berbeda dengan Bioma Sabana.[2] Perbedaan yang cukup antara Stepa dengan Sabana adalah pada biomasabana merupakan padang rumput yang diselingi oleh kumpulan pepohonan besar, sedangkan 34
pada bioma Stepa merupakan padang rumput yang tidak di selingi oleh kumpulankumpulan pepohonan, kalaupun ada hanya sedikit saja pepohonan yang ada.[2] Ciri -ciri bioma Stepa:
Curah hujan tidak teratur, antara 250 – 500 mm/tahun
Tanah pada umumnya tidak mampu menyimpan air yang disebabkan oleh rendahnya tingkat porositas tanah dan sistem penyaluran yang kurang baik sehingga menyebabkan rumput-rumput tumbuh dengan subur.
Beberapa jenis rumput mempunyai ketinggian hingga 3,5 m
Memiliki pohon yang khas, yaitu akasia
Wilayah persebaran bioma Stepa meliputi Afrika, Amerika Selatan, Amerika Serikat bagian barat, Argentina dan Australia.[2] Beberapa flora yang hidup di daerah bioma Stepa contohnya adalah: Pohon
Akasia dan Semak Belukar.[2] Karena merupakan daerah padang rumput maka bioma ini bayak dihuni oleh beberapa herbifora dan karnifora, contohnya antara lain Rusa
Kanguru
Antelop
Kerbau
Harimau
Singa
Ular
Komponen Pendukung Ekosistem Padang Rumput Pada ekosistem ini, kita akan menemukan beberapa jenis organisme yang mendukung terbentuknya ekosistem padang rumput, yaitu:
Organisme autotrof Organisme ini adalah jenis organisme yang bisa membuat atau menyintesa makanan
sendiri mengandalkan cahaya matahari, air dan komponen udara sekitar. Organisme autotrof pada ekosistem ini adalah tanaman atau rumput. Rerumputan ini pun hidup beradaptasi dengan kelembaban lingkungan yang memiliki curah hujan tidak teratur.[3]
Organisme heterotrof Organisme kedua ini adalah jenis organisme yang tidak bisa membuat makanan
sendiri. Organisme jenis ini adalah para hewan pemakan rumput, seperti zebra, rusa, kanguru atau bison. Hidup hewan ini bergantung pada rumput-rumput yang hidup di sekitar mereka.[3] Organisme heterotrof yang lain adalah hewan pemangsa yang menjadi konsumen kedua setelah hewan pemakan rumput, seperti singa, anjing liar ataupun ular. Hewan
35
pemangsa yang berkeliaran di padang rumput ini menggantungkan hidup pada hewan-hewan pemakan rumput yang menjadi target mangsa mereka.[3]
Abiotik Selain makhluk hidup, di ekosistem padang rumput ini juga terdapat komponen tak
hidup atau yang biasa disebut sebagai abiotik. Komponen ini meliputi bebatuan, tanah, air, udara, ataupun sinar matahari. Komponen-komponen ini ikut mendukung keseimbangan dari ekositem padang rumput.[3]
Pengurai Komponen terakhir adalah dekomposer atau pengurai. Sebenarnya pengurai termasuk
dalam organisme heterotrof, yaitu organisme yang tidak bisa membuat makanan sendiri. Tugas dari organisme yang satu ini adalah menguraikan bahan organik dari benda hidup yang sudah mati (misal: hewan mati, daun, batang pohon, dll). Contoh dari pengurai pada ekosistem padang rumput ini adalah jamur dan bakteri. Mereka akan menyerap sebagian hasil penguraian dan membuang beberapa bahan sederhana untuk digunakan kembali oleh produsen (tanaman/rumput). Ekosistem padang rumput adalah bagian dari kehidupan, sudah selayaknya kita sebagai manusia ikut menjaga keseimbangan ekosistem ini. Misalnya, tidak sembarangan memburu hewan, baik pemakan rumput maupun hewan pemangsa seperti singa. Hal ini hanya akan menimbulkan putusnya rantai makanan, dan akan berakibat kacaunya ekosistem yang pasti merugikan manusia secara perlahan. 2. Bioma sabana Bioma Sabana adalah padang rumput dengan diselingi oleh gerombolan pepohonan. Berdasarkan jenis tumbuhan yang menyusunnya, sabana dibedakan menjadi dua, yaitu: a) Sabana murni : bila pohon-pohon yang menyusunnya hanya terdiri atas satu jenis tumbuhan saja. b) Sabana campuran : bila pohon-pohon penyusunnya terdiri dari campuran berjenis-jenis pohon. 3.
Bioma Padang Pasir / Gurun Beberapa Bioma gurun terdapat di daerah tropika (sepanjang garis balik) yang
berbatasan dengan padang rumput. Bioma gurun dan setengah gurun banyak ditemukan di Amerika Utara, Afrika Utara, Australia dan Asia Barat. Ciri-ciri bioma padang pasir yaitu :
Curah hujan sangat rendah, + 25 cm/tahun. 36
Kecepatan penguapan air lebih cepat dari presipitasi.
Kelembaban udara sangat rendah.
Perbedaan suhu siang hari dengan malam harisangat tinggi(siangdapat mencapai 45 C, malam dapat turun sampai 0 C).
Tanah sangat tandus karena tidak mampu menyimpan air.[4]
Tumbuh-tumbuhan yang tumbuh adalah tumbuhan yang teradaptasi dengan keadaan kering, misalnya tubuhnya ditutupi oleh kutikula yang tebal dan akar yang panjang. Juga tumbuhan sukulen atau kaktus, yang menyimpan banyak air pada batangnya dan daunnya menyempit menjadi duri.[5] Hewan besar yang hidup di gurun umumnya yang mampu menyimpan air, misalnya unta, sedang untuk hewan-hewan kecil seperti tikus,ular, kadal, kalajengking, dan semut. umumnya hanya aktif hidup pada pagi hari, pada siang hari yang terik mereka hidup pada lubang-lubang.[5]
Fauna Adaptasi
Aktifitas malam hari , siang membuat lubang
Mempunyai cadangan penyimpan air
Hewan yang hidup unta, tikus,ular, kadal, kalajengking, dan semut. Beberapa tikus/mencit gurun tidak pernah minum, tetapi mendapatkan semua kebutuhan airnya dari perombakan metabolic biji-bijian yang dimakannya.[4]
Flora ( Xerophyt ) Adaptasi
Daun ditutupi oleh kutikula yang tebal
Akar yang panjang.
Sukulen atau kaktus, yang menyimpan banyak air pada batangnya dan
Daunnya menyempit menjadi duri
Kaktus yamh nerkemampuan menyerap air selama periode basah. dan mengandalkan fotosintesis CAM, suatu adaptasi metabolic untuk menghemat air dalam lingkungan kering juga terdapat Adaptasi protektif yang menghalangi pemakanan oleh mamalia dan serangga, seperti duri pada kaktus dan racun pada daun semak.[4]
37
4.
Bioma Hutan Hujan Tropis / Hutan Basah Hutan basah terdapat di daerah tropika meliputi semenanjung Amerika Tengah,
Amerika Selatan, Afrika, Madagaskar, Australia Bagian Utara, Indonesia dan Malaysia. Di hutan ini terdapat beraneka jenis tumbuhan yang dapat hidup karena mendapat sinar matahari dan curah hujan yang cukup.[6] Ciri-ciri bioma hutan basah antara lain :
Curah hujan sangat tinggi, lebih dari 2.000 mm/tahun
Pohon-pohon utama memiliki ketinggian antara 20 – 40 m.
Cabang pohon berdaun lebat dan lebar serta selalu hijau sepanjang tahun
Mendapat sinar matahari yang cukup, tetapi sinar matahari tersebut tidak mampu menembus dasar hutan.
Mempunyai iklim mikro di lingkungan sekitar permukaan tanah/di bawah kanopi (daun pada pohon-pohon besar yang membentuk tudung). Jenis tumbuhan yang hidup di daerah hutan basah yaitu tumbuhan pencekik pohon,
pohon jelutung, pohon ramin, pohon rengas, pohon manau. Hewan yang banyak hidup di daerah hutan basah ini adalah hewan-hewan pemanjat sejenis primata, seperti : gorilla, monyet, simpanse, orang utan, gibon, siamang. 5. Bioma Hutan Gugur Bioma Hutan Gugur (Deciduous Forest)adalah hutan dengan ciri tumbuhannya sewaktu musim dingin, daun-daunnya meranggas. Bioma ini dapat dijumpai di Amerika Serikat, Eropa Barat, Asia Timur, dan Chili.[7] Ciri-ciri bioma hutan gugur adalah sebagai berikut :
Curah hujan merata antara 750mm – 1.000 mm pertahun
Pohon-pohon memiliki ciri berdaun lebar, hijau pada musim dingin, rontok pada musim panas dan memiliki tajuk yang rapat.
Memiliki musim panas yang hangat dan musim dingin yang tidak terlalu dingin.
Jarak antara pohon satu dengan pohon yang lainnya tidak terlalu rapat/renggang
Jumlah/jenis tumbuhan yang ada relatif sedikit
Memiliki 4 musim, yaitu musim panas-gugur-dingin-semi.
Keanekaragaman jenis tumbuhan lebih rendah daripada bioma hutan tropis.
Musim panas pada bioma hutan gugur, energi radiasi matahari yang diterima cukup tinggi, demikian pula dengan presipitasi (curah hujan) dan kelembaban. Kondisi ini menyebabkan pohon-pohon tinggi tumbuh dengan baik, tetapi cahaya masih dapat menembus 38
ke dasar, karena dedaunan tidak begitu lebat tumbuhnya. Konsumen yang ada di daerah ini adalah serangga, burung, bajing, dan racoon yaitu hewan sebangsa luwak/musang. Pada saat menjelang musim dingin, radiasi sinar matahari mulai berkurang, suhu mulai turun. Tumbuhan mulai sulit mendapatkan air sehingga daun menjadi merah, coklat akhirnya gugur, sehingga musim itu disebut musim gugur.[8] Pada saat musim dingin, tumbuhan gundul dan tidak melakukan kegiatan fotosintesis. Beberapa jenis hewan melakukan hibernasi (tidur pada musim dingin).Menjelang musim panas, suhu naik, salju mencair, tumbuhan mulai berdaun kembali (bersemi) sehingga disebut musim semi. Basswood Oak pada waktu lebat Oak pada waktu rontok Pohon-pohon utama yang terdapat di bioma hutan gugur rata-rata berukuran besar dan pendek. Sebagai perbandingan dapat dilihat pada pohon basswood Amerika di bawah ini. Basswood Amerika
Fauna yan terdapat di wilayah bioma hutan gugur misalnya Panda (hewan endemik wilayah China), serangga, burung, bajing, anjing, rusa, racoon (sejenis musang/luwak).
Panda (hewan endemik china) - anjing - racoon
Pada setiap pergantian musim terdapat beberapa perubahan di bioma hutan gugur:
Saat musim panas pohon-pohon yang tinggi tumbuh dengan daun lebat dan membentuk tudung, tetapi cahaya matahari masih dapat menembus tudung tersebut hingga ke tanah karena daunnya tipis
Saat musim gugur menjelang musim dingin, pancaran energi matahari berkurang, suhu rendah dan air cukup dingin. Oleh karena itu daun-daun menjadi merah dan coklat, kemudian gugur karena tumbuhan sulit mendapatkan air. Daun dan buahbuahan yang gugur kelak kemudian menjadi tumpukan senyawa organik.
Saat musim dingin menjadi salju, tumbuhan menjadi gundul, beberapa jenis hewan mengalami/dalam keadaan hibernasi (tidur panjang pada waktu musim dingin).
Saat musim semi menjelang musim panas, suhu naik, salju mencair, tumbuhan mulai berdaun kembali, tumbuhan semak mulai tumbuh di permukaan tanah, hewan-hewan yang hibernasi mulai aktif kembali.
6. Bioma Tundra 39
Bioma ini terletak di kawasan lingkungan Kutub Utara sehingga iklimnya adalah iklim kutub. Istilah tundra berarti dataran tanpa pohon, vegetasinya didominasi oleh lumut dan lumut kerak, vegetasi lainnya adalah rumput-rumputan dan sedikit tumbuhan berbunga berukuran kecil. Ciri-ciri:
Mendapat sedikit energi radiasi matahari, musim dingin sangat panjang dapat berlangsung selama 9 bulan dengan suasana gelap.
Musim panas berlangsung selama 3 bulan, pada masa inilah vegetasi mengalami pertumbuhan.
Fauna khas bioma tundra adalah "Muskoxem" (bison berhulu tebal) dan Reindeer/Caribou (rusa kutub)
7. Bioma Taiga/ Hutan Berawa/ Hutan Boreal Taiga, terletak di selatan tundra, yaitu di antara daerah beriklim sedang dengan kutub. Hutan boreal berada di kawasan kutub, di antaranya Alaska, Kanada, Rusia, Swedia, Norwegia, dan Finlandia. Kutub adalah lingkungan yang keras. Salju dan hawa dingin menyelimuti kawasan itu hampir sepanjang musim. Pada musim dingin mencapai minus 50 derajat celcius.Karena sinar matahari langka, tumbuhan sulit melakukan fotosintesis. Makanya pohonnya kecil dan kerdil. Tumbuhan dominannya adalah konifer atau tumbuhan berdaun jarum (pinus). Hewan yang hidup di sini adalah ajax, beruang hitam, dan serigala.Bioma ini kebanyakan terdapat di daerah antara subtropika dengan daerah kutub, seperti di daerah Skandinavia, Rusia, Siberia, Alaska, Kanada. Ciri-ciri bioma taiga :
Di dominasi oleh vegetasi pohon cemara yang merupakan tumbuhan berdaun jarum.
Perbedaan suhu di musim dingin dan panas sangat mencolok di musim dingin dapat mencapai di bawah 00F dan di musim panas dapat mencapai 900F atau lebih. / musim panas suhu tinggi, pada musim dingin suhu sangat rendah.
Musim panas yang panjang dan curah hujan yang rendah
Terdapat di daerah belahan bumi utara yang dekat dengan kutub utara.
Terdapat juga vegetasi bamboo-bambu, paku-pakuan, dan lumut.
40
Serangga pada waktu tertentu mendominasi hewan di sana, seperti jenis kumbang, lebah, capung, semut, dan laba-laba. Di sini juga ada binatang sejenis rusa yang dinamakan Mose, serigala, rubah, anjing hutan, dan beruang.
Juga terdapat berbagai jenis burung seperti Bebek, angsa, dan jenis burung pemakan ikan. Juga terdapat burung pemangsa seperti burung elang, rajawali, dan burung hantu.
Pertumbuhan tanaman terjadi pada musim panas yang berlangsung antara 3 sampai 6 bulan.
Flora khasnya adalah pohon berdaun jarum/pohon konifer, contoh pohon konifer adalah Pinus merkusii (pinus). Keanekaragaman tumbuhan di bioma taiga rendah, vegetasinya nyaris seragam, dominan pohon-pohon konifer karena nyaris seragam, hutannya disebut hutan homogen. Terdapat kira-kira 5 juta km2 hutan boreal di muka bumi. Pohon di hutan konifer mengalami musim pertumbuhan yang singkat akibat pengaruh musim panas yang pendek dan musim dingin yang panjang. Hutan boreal dihuni oleh serigala abu-abu, rusa kutub, pohon-pohon konifer, dan kumbang tanah yang sering terlihat diantara daun konifer yang gugur.Pohon konifer termasuk jenis Gymnospermae. Pohon konifer mempunyai bunga yang disebut rujung (konus), di dalam rujung betina terdapat biji buah. Konifer tumbuh di daerah yang dingin di seluruh dunia. Konifer yang sering dijadikan pohon natal adalah Spruce Norwegia.
Fauna yang terdapat di daerah ini adalah beruang hitam, ajak, srigala dan burungburung yang bermigrasi kedaerah tropis bila musim dingin tiba. Beberapa jenis hewan seperti tupai dan mammalia kecil lainnya maupun berhibernasi pada saat musim dingin.
8. Bioma Karst / Batu Gamping / Gua Karst berawal dari nama kawasan batu gamping di wilayah Yugoslavia.[9]Kawasan karst di Indonesia rata-rata mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
tanahnya kurang subur untuk pertanian
sensitif terhadap erosi
mudah longsor
bersifat rentan dengan pori-pori aerasi yang rendah
gaya permeabilitas yang lamban dan didominasi oleh pori-pori mikro
41
Ekosistem karst mengalami keunikan tersendiri, dengan keragaman aspek biotis yang tidak dijumpai di ekosistem lain.[9]
9. Hutan Bakau / Mangrove Hutan bakau/mangrove banyak ditemukan di sepanjang pantai yang landai di daerah tropik dan subtropik. Tumbuhan yang dominan adalah pohon bakau(Rhizophora sp) sehingga nama lainnya adalah hutan bakau, selain pohon bakau ditemukan pula pohon Kayu Api (Avicennia) dan pohon Bogem (Bruguiera).
Ciri-ciri: 1.
Kadar garam air dan tanahnya tinggi.
2.
Kadar O2 air dan tanahaya rendah.
3.
Saat air pasang, lingkungannya banjir, saat air surut lingkungannya becek dan
berlumpur.[10] Dengan kondisi kadar garam tinggi, menyebabkan tumbuhan bakau sukar menyerap air meskipun lingkungan sekitar banyak air, keadaan ini dikenal dengan nama kekeringan fisiologis. Untuk menyesuaikan dengan lingkungan tersebut tumbuhan bakau memiliki dedaunan yang tebal dan kaku, berlapiskan kutikula sehingga dapat mencegah terjadinya penguapan yang terlalu besar.[10] Untuk menyesuaikan diri dengan kadar O2 rendah, tumbuhan bakau memiliki akar nafas yang berfungsi menyerap O2 langsung dari udara. Agar individu baru tidak dihanyutkan oleh arus air akibat adanya pasang naik dan pasang surut terutama pada bakau kita dapati suatu fenomena yang dikenal dengan nama VIVIPARI yang artinya adalah berkecambahnya biji selagi biji masih terdapat dalam buah, belum tanggal dari pohon induknya, dapat membentuk akar yang kadang-kadang dapat mencapai 1 meter panjangnya. Jika biji yang sudah berkecambah tadi lepas dari pohon induknya maka dengan akar yang panjang tersebut dapat menancap cukup dalam di dalam lumpur, sehingga tidak akan terganggu dengan arus air yang terjadi pada gerakan pasang dan surut. Hutan bakau di Indonesia terdapat di sepanjang pantai timur Sumatra, pantai barat dan selatan Kalimantan dan sepanjang pantai Irian, di Pulau Jawa hutan bakau yang agak luas masih tersisa di sekitar Segara Anakan dekat Cilacap yang merupakan muara sungai Citanduy.
42
Jenis-jenis hewan yang dapat ditemukan dalam lingkungan hutan bakau terutama adalah ikan dan hewan-hewan melata (buaya, biawak) dan burung-burung yang bersarang di atas pohon-pohon bakau. b. Ekologi Buatan/ Ekosistem Buatan Ekosistem buatan adalah ekosistem yang diciptakan manusia untuk memenuhi kebutuhannya. Ekosistem buatan mendapatkan subsidi energi dari luar, tanaman atau hewan peliharaan didominasi pengaruh manusia, dan memiliki keanekaragaman rendah.[9] Contohnya: 1.
Sawah
2.
Bendungan
3.
Hutan tanaman produksi seperti jati dan pinus
4.
Agroekosistem berupa sawah tadah hujan
5.
Sawah irigasi
6.
Perkebunan sawit
7.
Ekosistem pemukiman seperti kota dan desa
8.
Ekosistem ruang angkasa[9]
c. Faktor Pembatas Ekologi Darat a. Cahaya Cahaya merupakan faktor lingkungan yang sangat penting sebagai sumber energi utama bagi ekosistem.Struktur dan fungsi dari ekosistem utamanya sangat ditentukan oleh radiasi matahari yang sampai di sistem ekologitersebut, tetapi radiasi yang berlebihan dapat pula menjadi faktor pembaas, menghancurkan sistem jaringan tertentu.[11] Ada tiga aspek penting yang perlu dibahas dari faktor cahaya ini, yang erat kaitannya dengan sistem ekologi, yaitu: 1.
Kualitas cahaya atau komposisi panjang gelombang.
2.
Intensitas cahaya atau kandungan energi dari cahaya.
3.
Lama penyinaran, seperti panjang hari atau jumlah jam cahaya yang bersinar setiap hari. Variasi dari ketiga parameter tadi akan menentukan berbagai proses fisiologi dan
morfologi dari tumbuhan. Memangpada dasarnya pengaruh dari penyinaran sering berkaitan erat dengan faktor-faktor lainnya seperti suhu dan suplai air,tetapi pengaruh yang khusus sering merupakan pengendali yang sangat penting dalam lingkungannya.[11] b. Suhu 43
Suhu merupakan faktor lingkungan yang dapat berperan baik secara langsung maupun tidka langsung trehadaporganisme hidup. Berperan langsung hampir pada setiap fungsi dari tumbuhan dengna mengontrol laju proses-proseskimia dalam tumbuhan tersebut, sedangkan peran tidak langsung dengan mempengaruhi faktor-faktor lainnyaterutama suplai air. Suhu akan mempengaruhi laju evaporasi dan menyebabkan tidak saja keefektifan hujan tetapi juga laju kehilangan air dari organisme hidup. Sebenarnya sangat sulit untuk memisahkan secara mandiri pengaruh suhu sebagai faktor lingkungan. Misalnyaenergi chaya mungkin diubah menjadi energi panas ketika cahaya diabsopsi oleh suatu substansi.[11] Suhu juga sering berperan bersamaan dengna cahaya dan air untuk mengontrol fungsi-fungsi dari organisme.Relatif mudah untuk mengukur suhu dalam suatu lingkungan tetapi sulit untuk menentukan suhu yang bagaimana yang berperan nyata, apakah keadaan maksimum, minimum atau keadaan harga rata-ratanya yang penting.[11] c. Air Air merupakan faktor lingkungan yang penting, semua organisme hidup memerlukan kehadiran air ini. Perlu dipahami bahwa jumlah air di sistem bumi kita ini adalah terbatas dan dapat berubah-ubah akibat proses sirkulasinya. Pengeringan bumi sulit untuk terjadi akibat adanya siklus melalui hujan, aliran air, transpirasi dan evaporasi yangberlangsung secara terus menerus. Bagi tumbuhan air adalah penting karena dapat langsung mempengaruhi kehidupannya. Bahkan air sebagaibagian dari faktor iklim yang sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perubahan struktur dan organ tumbuhan. Untuk lebih rinci perhatikan peranan air bagi tumbuhan di bawah ini : a. Struktur Tumbuhan. Air merupakan bagian terbesar pembentuk jaringan dari semua makhluk hidup (takterkecuali tumbuhan). Antara 40% sampai 60% dari berat segar pohon terdiri dari air, dan bagi tumbuhan herbajumlahnya mungkin akan mencapai 90%. Cairan yang mengisi sel akan mampu menjaga substansi itu untuk berada dalam keadaan yang tepat untuk berfungsi metabolisme.[11] b. Sebagai Penunjang. Tumbuhan memerlukan air untuk penunjang jaringan-jaringan yang tidak berkayu.Apabila sel-sel jaringan ini mempunyai cukup air maka sel-sel ini akan berada dalam keadaan kukuh. Tekananyang diciptakan oleh kehadiran air dalam sel disebut tekanan turgor dan sel akan menjadi mengembang, danapabila jumlah air tidak memadai maka tekanan turgor berkurang dan isi sel akan mengerut dan terjadilah plasmolisis.[11] c. Alat Angkut. Tumbuhan memanfaatkan air sebagai alat untuk mengangkut materi disekitar tubuhnya. Nutrisi masuk melalaui akar dan bergerak ke bagian tumbuhan 44
lainnya sebagai substansi yang terlarut dalam air. Demikian juga karbohidrat yang dibentuk di daun diangkut ke jaringan-jaringan lainnya yang tidak berfotosintesis dengan cara yang sama.[11] d. Pendingin. Kehilangan air dari tumbuhan oleh transpirasi akan mendinginkan tubuhnya dan menjaga dari pemanasan yang berlebihan. putaran per menit selama 30-40 menit.[11] d. Tanah Tanah merupakan tempat hidup bagi organisme. Jenis tanah yang berbeda menyebabkan organisme yang hidup didalamnya juga berbeda. Tanah juga menyediakan unsur-unsur penting bagi pertumbuhan organisme, terutama tumbuhan. e. Ketinggian Ketinggian tempat menentukan jenis organisme yang hidup di tempat tersebut, karena ketinggian yang berbeda akan menghasilkan kondisi fisik dan kimia yang berbeda. f. Angin Angin selain berperan dalam menentukan kelembapan juga berperan dalam penyebaran biji tumbuhan tertentu. g. Garis lintang Garis lintang yang berbeda menunjukkan kondisi lingkungan yang berbeda pula. Garis lintang secara tak langsung menyebabkan perbedaan distribusi organisme di permukaan bumi. Ada organisme yang mampu hidup pada garis lintang tertentu saja.
d. Suksesi Suksesi tumbuhan adalah penggantian suatu komunitas tumbuh-tumbuhan oleh yang lain. Atau suksesi adalah perubahan komunitas tumbuh tumbuhan yang secara teratur mulai dari tingkat pioneer sampai pada tingkat klimak.[12] 1. Suksesi primer Terjadi bila komunitas asal terganggu. Hal ini mengakibatkan hilangnya komunitas asal tersebut secara total sehingga di tempat komunitas asal terbentuk habitat baru. Dapat terjadi secara alami, misalnya tanah longsor, letusan gunung berapi, endapan Lumpur yang baru di muara sungai, dan endapan pasir di pantai. Dapat pula karena perbuatan manusia misalnya penambangan timah, batubara, dan minyak bumi.[12] Contoh suksesi primer: Terbentuknya suksesi di Gunung Krakatau yang pernah meletus pada tahun 1883. Di daerah bekas letusan gunung Krakatau mula-mula muncul pioner berupa lumut kerak (liken) 45
serta tumbuhan lumut yang tahan terhadap penyinaran matahari dan kekeringan. Tumbuhan perintis itu mulai mengadakan pelapukan pada daerah permukaan lahan, sehingga terbentuk tanah sederhana. Bila tumbuhan perintis mati maka akan mengundang datangnya pengurai. Zat yang terbentuk karma aktivitas penguraian bercampur dengan hasil pelapukan lahan membentuk tanah yang lebih kompleks susunannya. Dengan adanya tanah ini, biji yang datang dari luar daerah dapat tumbuh dengan subur. Kemudian rumput yang tahan kekeringan tumbuh. Bersamaan dengan itu tumbuhan herba pun tumbuh menggantikan tanaman pioner dengan menaunginya. Kondisi demikian tidak menjadikan pioner subur tapi sebaliknya. Sementara itu, rumput dan belukar dengan akarnya yang kuat terns mengadakan pelapukan lahan.Bagian tumbuhan yang mati diuraikan oleh jamur sehingga keadaan tanah menjadi lebih tebal. Kemudian semak tumbuh. Tumbuhan semak menaungi rumput dan belukar maka terjadilah kompetisi. Lama kelamaan semak menjadi dominan kemudian pohon mendesak tumbuhan belukar sehingga terbentuklah hutan. Saat itulah ekosistem disebut mencapai kesetimbangan atau dikatakan ekosistem mencapai klimaks, yakni perubahan yang terjadi sangat kecil sehingga tidak banyak mengubah ekosistem itu.[12] 2. Suksesi Sekunder Suksesi sekunder terjadi bila suatu komunitas mengalami gangguan, balk secara alami maupun buatan. Gangguan tersebut tidak merusak total tempat tumbuh organisme sehingga dalam komunitas tersebut substrat lama dan kehidupan masih ada. Contohnya, gangguan alami misalnya banjir, gelombang taut, kebakaran, angin kencang, dan gangguan buatan seperti penebangan hutan dan pembakaran padang rumput dengan sengaja.[12] Contoh komunitas yang menimbulkan suksesi di Indonesia antara lain tegalantegalan, padang alang-alang, belukar bekas ladang, dan kebun karet yang ditinggalkan tak terurus Faktor penyebab suksesi : 1. Faktor iklim :
Fluktuasi iklim yang tidak konstan
Kekeringan
Radiasi yang kuat
2. Faktor edafis :
Erosi tanah
Deposisi tanah (penambahan tanah) 46
3. Faktor biotic :
Pengembalaan
Penebangan
Deforestasi (pengurangan penutupan hutan)
Hama dan penyakit[12]
Tahapan suksesi yaitu : 1.
Terbentuknya tanah kosong (nudation)
2.
Migrasi (bji yang migrasi)
3.
Eecesis (perkecambahan, pertumbuhan, Perkembangbiakan tumbuhan baru)
4.
Agregasi (biji tumbuhan, berkembang, beranak)
5.
Evaluation (biji menjajah daerah/menguasai)
6.
Reaksi
7.
Stabilisasi
8.
Klimaks
e. Siklus Biogeokimia Materi yang menyusun tubuh organisme berasal dari bumi. Materi yang berupa unsurunsur terdapat dalam senyawa kimia yang merupakan Materi dasar makhluk hidup dan tak hidup. Siklus biogeokimia atau siklus organik-anorganik adalah siklus unsur atau senyawa kimia yang mengalir dari komponen abiotik ke biotik dan kembali lagi ke komponen abiotik. Siklus unsur-unsur tersebut tidak hanya melalui organisme, tetapi juga melibatkan reaksireaksi kimia dalam lingkungan abiotik sehingga disebut siklus biogeokimia.[13] Siklus-siklus tersebut antara lain: siklus nitrogen, siklus fosfor, siklus karbon dan oksigen. 1.
Siklus Nitrogen (N2) Gas nitrogen banyak terdapat di atmosfer, yaitu 80% dari udara. Nitrogen bebas dapat
ditambat/difiksasi terutama oleh tumbuhan yang berbintil akar (misalnya jenis polongan) dan beberapa jenis ganggang. Nitrogen bebas juga dapat bereaksi dengan hidrogen atau oksigen dengan bantuan kilat/ petir. Tumbuhan memperoleh nitrogen dari dalam tanah berupa amonia (NH3), ion nitrit (N02) dan ion nitrat (N03- ). Beberapa bakteri yang dapat menambah nitrogen terdapat pada akar Legum dan akar tumbuhan lain, misalnya Marsiella crenata. Selain itu, terdapat bakteri dalam tanah yang 47
dapat mengikat nitrogen secara langsung, yakni Azotobacter sp. yang bersifat aerob dan Clostridium sp. yang bersifat anaerob. Nostoc sp.dan Anabaena sp. (ganggang biru) juga mampu menambat nitrogen. Nitrogen yang diikat biasanya dalam bentuk amonia. Amonia diperoleh dari hasil penguraian jaringan yang mati oleh bakteri. Amonia ini akan dinitrifikasi oleh bakteri nitrit, yaitu Nitrosomonas dan Nitrosococcus sehingga menghasilkan nitrat yang akan diserap oleh akar tumbuhan. Selanjutnya oleh bakteri denitrifikan, nitrat diubah menjadi amonia kembali, dan amonia diubah menjadi nitrogen yang dilepaskan ke udara. Dengan cara ini siklus nitrogen akan berulang dalam ekosistem. 2. Siklus Fosfor Di alam, fosfor terdapat dalam dua bentuk, yaitu senyawa fosfat organik (pada tumbuhan dan hewan) dan senyawa fosfat anorganik (pada air dan tanah). Fosfat organik dari hewan dan tumbuhan yang mati diuraikan oleh dekomposer (pengurai) menjadi fosfat anorganik. Fosfat anorganik yang terlarut di air tanah atau air laut akan terkikis dan mengendap di sedimen laut. Oleh karena itu, fosfat banyak terdapat di batu karang dan fosil. Fosfat dari batu dan fosil terkikis dan membentuk fosfat anorganik terlarut di air tanah dan laut. Fosfat anorganik ini kemudian akan diserap oleh akar tumbuhan lagi. Siklus ini berulang terus menerus. 3.
Siklus Karbon dan Oksigen Di atmosfer terdapat kandungan COZ sebanyak 0.03%. Sumber-sumber COZdi udara
berasal dari respirasi manusia dan hewan, erupsi vulkanik, pembakaran batubara, dan asap pabrik. Karbon dioksida di udara dimanfaatkan oleh tumbuhan untuk berfotosintesis dan menghasilkan oksigen yang nantinya akan digunakan oleh manusia dan hewan untuk berespirasi. Hewan dan tumbuhan yang mati, dalam waktu yang lama akan membentuk batubara di dalam tanah. Batubara akan dimanfaatkan lagi sebagai bahan bakar yang juga menambah kadar C02 di udara. Di ekosistem air, pertukaran C02 dengan atmosfer berjalan secara tidak langsung. Karbon dioksida berikatan dengan air membentuk asam karbonat yang akan terurai menjadi ion bikarbonat. Bikarbonat adalah sumber karbon bagi alga yang memproduksi makanan untuk diri mereka sendiri dan organisme heterotrof lain. Sebaliknya, saat organisme air berespirasi, COz yang mereka keluarkan menjadi bikarbonat. Jumlah bikarbonat dalam air adalah seimbang dengan jumlah C02 di air. f. Dampak Polusi Terhadap Ekologi Darat
48
Polusi atau pencemaran lingkungan adalah masuknya atau dimasukannya makhluk hidup, zat energi, dan atau komponen lain ke dalam lingkungan, atau berubahnya tatanan lingkungan oleh kegiatan manusia atau oleh proses alam sehingga kualitas lingkungan turun sampai ke tingkat tertentu menyebabkan lingkungan menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai dengan peruntukkannya ( Undang-Undang Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup Nomor 4 tahun 1982 )[14] Polusi udara, air dan tanah akan berdampak pada kesehatan manusia dan lingkungan. Dampak terhadap kesehatan manusia misalnya dapat menyebabkan iritasi, keracunan, bahkan kematian. Dampak pada lingkungan akibat pencemaran udara yaitu terjadinya hujan asam, efek rumah kaca, dan kerusakan lapisan ozon. Karbon dioksida, nitrogen oksida, hidrokarbon, sulfur oksida, debu, jelaga dan sebagainya merupakan polutan udara yang berpengaruh terhadap manusia, hewan, dan tanaman.[14] Dampak hujan asam adalah hujan asam akan merusak tanaman,hujan asam mempengaruhi kualitas air permukaan,hujan asam dapat melarutkan logam-logam berat yang terdapat dalam tanah sehingga mempengaruhi kualitas air tanah dan air permukaan,hujan asam
bersifat
korosif
sehingga
dapat
merusak
material
dan
bangunan.[14]
Dampak pemanasan global adalah terjadinya pencairan es di kutub sehingga permukan air laut menjadi tinggi,terjadinya perubahan iklim regional dan global, terjadinya perubahan siklus hidupflora dan fauna,Perubahan cuaca dan lautan dapat berupa peningkatan temperatur secara global (panas) yang dapat mengakibatkan munculnya penyakit-penyakit yang berhubungan dengan panas (heat stroke) dan kematian, terutama pada orang tua, anakanak dan penyakit kronis. Temperatur yang panas juga dapat menyebabkan gagal panen sehingga akan muncul kelaparan dan malnutrisi.[14] Perubahan cuaca yang ekstrem dan peningkatan permukaan air laut akibat mencairnya es di kutub utara dapat menyebabkan penyakit-penyakit yang berhubungan dengan bencana alam (banjir, badai dan kebakaran) dan kematian akibat trauma. Timbulnya bencana alam biasanya disertai dengan perpindahan penduduk ke tempat-tempat pengungsian dimana sering muncul penyakit, seperti: diare, malnutrisi, defisiensi mikronutrien, trauma psikologis,penyakit kulit dan lain – lain. Pergeseran ekosistem dapat memberi dampak pada penyebaran penyakit melalui air (Waterborne diseases) maupun penyebaran penyakit melalui vektor (vector-borne diseases). Mengapa hal ini bisa terjadi? Kita ambil contoh meningkatnya kejadian Demam Berdarah. Nyamuk Aedes aegypti sebagai vektor penyakit ini memiliki pola hidup dan berkembang biak pada daerah panas. Hal itulah yang menyebabkan penyakit ini banyak berkembang di 49
daerah perkotaan yang panas dibandingkan dengan daerah pegunungan yang dingin. Namun dengan terjadinya Global Warming, dimana terjadi pemanasan secara global, maka daerah pegunungan pun mulai meningkat suhunya sehingga memberikan ruang (ekosistem) baru untuk nyamuk ini berkembang biak. Degradasi Lingkungan yang disebabkan oleh pencemaran limbah pada sungai juga berkontribusi pada waterborne diseases dan vector-borne disease. Ditambah pula dengan polusi udara hasil emisi gas-gas pabrik yang tidak terkontrol selanjutnya akan berkontribusi terhadap
penyakit-penyakit
saluran
pernafasan
seperti
asma,
alergi,
coccidiodomycosis,penyakit jantung dan paru-paru kronis , dan lain-lain g. Pengaruh Pembukaan Hutan Pembukaan hutan untuk investasi perkebunan maupun pengolahan kayu di Papua belum mampu membawa kesejahteraan bagi masyarakat. Kegiatan itu dinilai lebih banyak menimbulkan degredasi social dan adat. Yang jelas warga di pedalaman kesulitan mendapatkan makanan dan obat karena hutan dibuka. Pemahaman adaptasi ini mulai bergeser ketika masyarakat di kampung melihat bahwa hutan bernilai ekonomi. Dampaknya masyarakat terlibat konflik antarwarga dalam penentuan batas kepemilikan hutan dan kehilangan identitas marga. Masuknya berbagai perusahaan kayu yang menawarkan iming – iming uang yang melimpah dan besar membuat masyarakat menyerahkan hutannya kepada perusaan – perusahaan tersebut. Akibatnya mereka kehilangan hutannya dan daerahnya.[15] Pengaruh Pembukaan Hutan Terhadap Sumber Daya Lahan Praktek pembukaan hutan menyebabkan perubahan dan kerusakan secara langsung melalui : a. Kehilangan kanopi yang menghasilkan perubahan iklim mikro di atas dan bawah permukaan tanah b. Pemadatan tanah, kehilangan struktur tanah bahkan kehilangan lapisan atas tanah yang menghasilkan perubahan sifat fisik dan kima tanah. Penguapan hara tanaman melaui pembakaran diikuti pengembalian hara sebagai deposit debu. c. Perubahan fisiko-kimia akibat pembukaan hutan ini secara langsung juga berpengaruh terhadap sifat biologi tanah dan vegetasi. Melalui kehilangan kanopi, benih dan masukan serasah, regenerasi benih secara insitu dan kerusakan akar dipermukaan, populasi mikroba tanah dan cadangan benih.[15] h. Pengaruh Pembukaan Hutan Terhadap Potensi Sumberdaya Air Menurut Asdak (1995), bahwa vegetasi penutup tanah dapat menghalangi jalannya air larian dan memperbesar jumlah air yang tertahan di atas permukaan tanah (surface detention), 50
yang akan menurunkan laju air larian. Berkurangnya laju dan volume air larian berkaitan dengan perubahan nilai koefisien air larian, yang menunjukkan perbandingan antara besarnya air larian dengan curah hujan 5 total. Jika jumlah air hujan yang menjadi air larian makin besar, maka ancaman terjadinya erosi dan banjir menjadi lebih besar. Hutan
di
Indonesia
memiliki
nilai
ekonomi,
sosial,
lingkungan
dan
budaya bagi negara dan masyarakat setempat khususnya. Jika berbagai peranan itu tidak seimbang, yang satu lebih ditekankan daripada yang lainnya, maka keberlanjutan hutan akan semakin terancam. Hal ini terlihat selama 25 tahun terakhir ini, eksploitasi sumber daya dan tekanan pembangunan mempunyai pengaruh pada hutan. Dalam buku Agenda 21 Indonesia disebutkan bahwa faktor-faktor yang menekan kerusakan hutan Indonesia, yaitu:
(a) pertumbuhan penduduk dan penyebarannya yang tidak merata; (b) konversi hutan untuk pengembangan perkebunan dan pertambangan; (c) pengabaian atau ketidaktahuan mengenai pemilikan lahan secara tradisional (adat) dan peranan hak adat dalam memanfaatkan sumber daya alam; (d) program transmigrasi; (e) pencemaran industri dan pertanian pada hutan lahan basah; (f) degradasi hutan bakau yang disebabkan oleh konversi menjadi tambak; (g) pemungutan spesies hutan secara berlebihan; dan (h) introduksi spesies eksotik. Hal itu semua dapat menyebabkan warga kampung menderita karena hutan tempat mereka dirusak oleh para pengusaha – pengusaha yang menjanjikan uang yang melimpah dan membuka lapangan pekerjaan bagi para warga kampung. Namun hal itu tidak terjadi karena pengusaha – pengusaha itu hanya berbohong semata ingin mendapatkan tanah yang dimiliki oleh warga kampong. Hasilnya warga kampung sudah tidak memilki lahan lagi dan mereka menderita akibat ulah para pengusaha yang hanya ingin mendapatkan keuntungan bagi dirinya sendiri namun tidak mementingkan orang lain. Hutan juga banyak dibakar sehingga daerah sekitar menjadi mudah terkena banjir dan tanah longsor.[15] Pembangunan di sektor kehutanan pada dasarnya ditujukan untuk kesejahteraan rakyat. Alih fungsi hutan untuk mendukung program pengembangan perkebunan kelapa sawit merupakan salah satu sektor ekonomi yang dapat membuka lapangan pekerjaan sekaligus menyerap tenaga kerja dalam jumlah besar. Program pengembangan perkebunan kelapa sawit tampaknya menjadi jawaban bagi pemerintah untuk mengatasi persoalan
51
kemiskinan dan pengangguran. Kenyataannya, peningkatan kesejahteraan tidak pernah terwujud dan keadaannya menjadi terbalik. Investasi bernilai miliaran dolar itu justru membuat rakyat kehilangan kemandirian dalam membangun kesejahteraannya sendiri. Namun, kebijakan yang salah arah ternyata tidak menghentikan pengembangan perkebunan kelapa sawit. Angka statistik perluasan perkebunan kelapa sawit di daerah terus mengalami peningkatan. Pengusahaan hutan untuk kesejahteraan rakyat adalah suatu bentuk pengandaian yang mendominasi pandangan pemerintah dalam mengambil kebijakan terkait sektor kehutanan sejak awal dilakukannya konversi hutan alam menjadi ladang eksploitasi untuk kepentingan ekonomi. Pengandaian yang tidak memiliki dasar yang jelas tersebut terbukti menciptakan ketergantungan yang merusak dan menutup kemungkinan bagi masyarakat di sekitar hutan untuk memiliki pilihan yang lebih baik yang menunjang keberlanjutan ekonomi. Dalam kasus sawit, pengembangan perkebunan kelapa sawit membuat masyarakat adat dan petani setempat terdesak di tanah mereka sendiri. Jadi pembukaan hutan yang seharusnya akan membawa kesejahteraan bagi masyarakat malahan membuat masyarakat semakin menderita.
2. Ekologi perairan Pengertian ekologi Istilah ekologi pertama kali digunakan oleh Erneast Haeckel pada pertengahan tahun 1860an. Istilah ini berasal dari bahasa Yunani, oikos yang berarti rumah dan logos yang berarti ilmu. Jadi, secara harfiah, ekologi adalah ilmu yang mempelajari mahkluk hidup dalam rumahnya. Atau dapat diartikan ilmu yang mempelajari rumah makhluk hidup.Ekologi merupakan pendekatan holistic terhadap pemahaman akan organism hidup dalam konteks relasinya baik dengan lingkungan fisik (abiotik) maupun dengan satu sama lain (biotic). Interaksi-interaksi organism hiduplah yang merupakan bahan mentah bagi pengkajianpengkajian ekologis.Unit ekologis adalah ekosistem, yang merupakan sebuah kelompok yang terdiri atas beragam populasi yang berinteraksi dalam suatu daerah tertentu. Daerah (habitat) tersebut bisa jadi sebesar kolam local. Beberapa pengertian yang biasanya tercakup dalam wilayah kerja ekologi : 1) Individu Individu adalah suatu satuan struktur yang membangun satu kehidupan dalam bentuk makhluk. 2) Populasi Populasi adalah kumpulan individu dari jenis yang sama dan berada di suatu tempat dan 52
waktu tertentu. 3) Komunitas Komunitas adalah kumpulan populasi yang berinteraksi satu sama lain, yang hidup bersama dalam
suatu tempat.
4) Ekosistem Ekosistem adalah tingkat organisasi yang lebih tinggi dari komunitas. Pada ekosistem terdapat hubungan timbale balik antara makhluk hidup dan lingkungan abiotiknya, yang membentuk suatu system yang dapat diketahui aliran energy dan siklus materinya. Dilihat dari unsure penyusunnya, ekosistem dapat dibedakan menjadi empat macam, yaitu: a.Bahan tak hidup atau abiotiik, yang berupa komponen fisik dan kimia. b.Produsen
yaitu
organism
autotrofik
c. Konsumen, yaitu
organism
heterotrofik
d. Pengurai,perombak atau
decomposer
5) Biosfer Biosfer adalah organisasi biologi terbesar yang mencakup semua kehidupan di bumi dan adanya interaksiantara lingkungan fisik secara keseluruhan.
.
Permukaan planet kita sebagian besar terdiri atas air. Sekitar 70 persen permukaan planet merupakan ligkungan laut. Baik lingkungan perairan tawar maupun laut memiliki rangkaian yang kaya akan kehidupan komunitas dan mempengaruhi secara siginifikan aspek-aspek masyarakat manusia.
Berbagai factor lingkungan terpenting yang bekerja dalam ekosistem perairan. Factor-faktor tersebut adalah: 1.
Gas terlarut
2.
Salinitas
3.
Kepekatan
4.
Warna dan kebeningan
5.
Suhu
6.
Cahaya
7.
Arus air
a. Ekologi Perairan Tawar Hanya 3% air di permukaan bumi ini adalah air tawar. Sebagian besar dapat membeku dalam glasier dan es atau terbenam dalam akuifer. Sisanya terdapat dalam danau, kolam, sungai, dan aliran. 53
Perairan tawar kebanyakan berupa perairan pedalaman. Susunan dan kadar garam terlarutnya relative rendah atau dapat diabaikan. Ekosistem perairan tawar dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu air tawar mengalir (lotik) dan ait tawar diam (lentik). Air tawar mengalir terdiri dari air bergerak yang mengalir terus-menerus kea rah tertentu, termasuk semua sungai dan aliran dengan segala ukuran. Sedangkan periaran tawar lentik terdediri dari air tergenang, seperti danau, kolam, dan rawa. Perairan Lotik Perairan mengalir mempunyai corak tertentu yangsecara jelas membedakannya dengan perairan tergenang. Sejumlah tumbuhan terdapat terbatas pada air yang mengalir. Tumbuhan tersebut mencakup spesies ganggang merah dan paku air. Ada juga tumbuhan bunga yang khas pada air mengalir, yang secara tertaur berkembang biak dengan biji. Hewan air mengalir mencakup siput air tawar, hydroid, lintah, dan larva lalat hitam. Beberapa corak pentingpada habitat air mengalir atau tepian air, dapat dijelaskan dalam suatu perbandingan dengan keadaan air tergenang. 1. Pada air mengalir, alirannya sering bergolak-galik, tetapi dalam air tergenag alirannya, kalau ada, sangat lamban. 2. Dalam air mengalir pelapisan sangat jarang terjadi. 3. Hubungan antara kepekatan air dan suhu tak bersangkut paut karena arus yang bergolak. 4. Pada air mengalir jarang terjadi deoksigenasi. Tetapi pada air tergenang adalah laziim terjadi. 5. Penumpukan gas seperti karbondioksida dan hidrogensulfida pada air mengalir sangat kecil atau minimum. 6. Tumbuhan mengakar tak banyak ditemukan di dalam air mengalir karena terganggu oleh penghanyutan. 7. Plankton tak dapat berkembang subur dalam air mengalir. Plankton yang lazim ditemukan adalah diatom dan rotifer. Perairan lentik Tubuh air tawar tergenag yang besar tidak terpengaruh oleh perubahan besar dalam suhu. Air tawar tergenang terdiri dari tiga jenis berdasarkan keadaan haranya, yaitu oligotrofik, yang miskin hara dan humus. Distrofik, yang miskin hara tetapi kaya humus; dan eutrofik, yang airnya kaya hara dan humus. 54
Komponen biotik dalam ekosistem perairan tawar Tumbuhan air tawar dapat dibagi menjadi empat, yaitu: 1. Jenis tumbuhan merapung. Mencakup ganggung apung renik Lemna, Wolfia, Salvinia, tumbuhan selada air, dan eceng gondok. 2. Jenis daun merapung. Tumbuhan ini berakar tetapi tangkai daunnya memanjang sampai ke permukaan air. Contohnya seperti teratai. 3. Jenis timbul. Tumbuhan ini berakar, sebagian batang mencuat ke atas air. Misalnya, Thypa dan Phragmites. 4. Jenis terendam. Jenis ini merupakan yang paling khas, seperti Cerathopyllum demersum, Myriophyllum, maupun spesies Chara.
b. Ekologi Estuarine Ekologi estuarin merupakan daerah atau lingkungan yang merupakan campuran antara air sungai dan air laut, sehingga mengakibatkan daerah estuarin ini mempunyai air yang ersalinitas lebih rendah daripada lautan terbuka. Sebagian besar jenis flora dan fauna yang hidup didaerah estuarin tersebut adalah organisme yang telah beradaptasi dengan kondisi yang terbatas didaerah tersebut. Oleh karena itu, umumnya daerah ini dikatakan bahwa estuarin relative hanya dapat dihuni oleh bebrapa spesies saja. Pada daerah estuarin ini selain dari turun naiknya salinitas yang disebabkan oleh air pasang, juga terjadi penurusan salinitas yang bertahap ketika air dari mulut estuarin (muara sungai) bergerak ke arah sumber mata air ( hulu sungai) sehingga terdapat wilayah dari flora dan fauna yang hidup di daerah ini . Estuari berasal dari kata aetus yang artinya pasang-surut. Estuari didefinisikan sebagai badan air di wilayah pantai yang setengah tertutup, yang berhubungan dengan laut bebas. Oleh karena itu ekosistem ini sangat dipengaruhi oleh pasang surut dan air laut bercampur dengan air darat yang menyebabkan salinitasnya lebih rendah daripada air laut. Muara sungai, rawa pasang-surut, teluk di pantai dan badan air di belakang pantai pasir temasuk estuari. Selain itu estuarin juga merupakan bentuk teluk dipantai yang sebagian tertutup, dimana air laut dan air tawar bertemu dan bercampur . Biota yang hidup di ekosistem estuari umumnya adalah percampuran antara yang hidup endemik, artinya yang hanya hidup di estuari, dengan mereka yang berasal dari laut dan beberapa yang berasal dari perairan tawar, khususnya yang mempunyai kemampuan osmoregulasi yang tinggi. Bagi kehidupan banyak biota akuatik komersial, ekosistem estuari merupakan daerah pemijahan dan asuhan. Kepiting (Scylia serrata), tiram (Crassostrea 55
cucullata) dan banyak ikan komersial merupakan hewan estuari. Udang niaga yang memijah di laut lepas membesarkan larvanya di ekosistem ini dengan memanfaatkannya sebagai sumber makanan. Daerah muara sungai yang terlindung dan kaya akan sumberdaya hayati menjadi tumpuan hidup para nelayan, sehingga tidak dapat dihindari terjadinya pemukiman di pinggiran muara sungai. Tidak hanya itu, karena muara sungai ini juga menjadi penghubung daratan dan lautan yang sangat praktis, maka manusia menggunakannya sebagai media perhubungan. Daerah yang terlindung juga menjadi tempat berlabuh dan berlindung kapal, terutama di saat saat laut berombak besar. Perkembangan industri pantai menambah padatnya wilayah estuari ini oleh kegiatan manusia karena daratan estuari merupakan akses yang bagus buat kegiatan industri itu, khususnya tersedianya air yang melimpah, baik itu untuk pendingin generator maupun untuk pencucian alat alat tertentu dan tidak dapat dihindari nafsu untuk membuang limbah ke lingkungan akuatik sifat fisik ekosistem estuarin . Sifat fisik estuarin yang mempunyai variasi yang besar dalam banyak parameter yang sering kali menciptakan suatu lingkungan yang sangat menekan bagi organisme. Mungkin inilah yang menyebabkan mengapa jumlah spesies yang hidup didaerah estuarin lebih sedikit disbanding dengan di habitat laut lainnya. Faktor fisik seperti salinitas, suhu, aksi ombak dan arus, kekeruhan, oksigen. Yang pertama adalah salinitas dimana salinitas merupakan faktor dominan. Secara definitif, sutu gradient salinitas akan tampak pada suatu saat tertentu. Tetapi pola gradient bervariasi bergantung pada musim, topografi estuaria, pasang surut dan jumlah air tawar. Tetapi ada juga faktor lain yang berperan dalam mengubah pola salinitas. Pasang surut merupakan salah satu kekuatan. Tempat perbedaan pasang surut cukup besar, pasang naik mendorong air laut lebih jauh ke hulu estuaria, mengesre isohaline ke hulu dan pasang surut sebaliknya mengesre isohaline kehilir. Akibatnya da daerah estuaria yang rezim salinitasnya berubah sesuai dengan keadaan pasang surut. Juga bias diakibatkan rotasi bumi yang berpengaruh terhadap membeloknya aliran air, dibelahan bumi utara kekuatan ini membelokan air tawar yang mengalir keluar kesebelah kanan dan kebalikan untuk daerah disebelah selatan. Perubahan salinitas musiman didaerah estuaria diakibatkan karena perubahan penguapan atau perubahan aliran air tawar musiman. Didaerah dimana debit air tawar atau kering dalam setengah waktu dalam setahun salinitas tinggi akan bergeser ke hulu.
56
Dengan mulainya kenaikan air tawar gradient salinitas bergeser kehilir ke arah mulut estuaria. Oleh karena itu, pada berbagai musim suatu titik tertentu diestuaria dapat mengalami salinitas yang berbeda-beda. Suhu air yang ada diestuaria lebih bervariasi dari pada di perairan pantai didekatnya. Hal ini sebagian karena biasanya diestuaria volume air lebih kecil sedangkan luas permukaan lebih besar, dengan demikian pada kondisi atmosfer yang ada air estuaria ini mudah cepat panas dan lebih cepat dingin. Selain itu juga masukan air tawar. Air tawar di sungai atau dikali lebih dipengaruhi oleh perubahan suhu musiman dari pada air laut. Sungai di daerah beriklim sedang suhunya lebih rendah dimusim dingin dan lebih tinggi dimusim panas dari pada suhu ar laut didekatnya. Ketika air tawar masuk ke estuaria dan bercampur dengan air laut, maka akan terjadi perubahan suhu. Akibatnya suhu perairan estuaria lebih rendah pada musim dingin dan lebih tinggi pada musim panas daripada perairan pantai disekitarnya. Karena air tawar memperlihatkan kisaran suhu yang yang terbesar, maka apabila seseorang bergerak kehulu estuaria, kisaran suhu tahuananmenjadi lebih besar. Begitu pula kisaran suhu paling kecil dimana percampuran air twar minimal. Suhu yang bervariasi secara vertical. Perairan permukaan mempunyai kisaran yang terbesar, dan perairan lebih dalam kisaran suhunya lebih kecil. Pada estuaria baji garam, perbeaan suhu vertical ini juga memperlihatkan kenyataan bahwa perairan permukaan didominasi air tawar, sedangkan perairan yang lebih dalam didominasi atau seluruhnya terdiri dari air laut. Aksi ombak dan arus, pada lingungan estuaria dikelilingi daratan pada tiga sisi. Ini berarti bahwa luas perairan yang ada diatasnya angina dapat bertiup untuk menciptakan ombak adalah minimal. Paling tidak jika disbanding dengan lautan. Karena ombak bergantung pada luas perairan terbuka yang diatasnya angina dapat bertiup, berarti pada daerah perairan yang sempit menghasilkan ombak yang kecil. Arus estuaria dipengaruhi oleh kegiatan pasang surut dan aliran sungai. Untuk daerah hulu terjadi masukan air tawar yang terus menerus. Sebagian akan bercampur dengan air laut. Pada akhirnya sebagian besar juga mengalir keluar estuaria. Atau menguap untuk mengimbangi air berikutnya yang masuk kebagian hulu. Selain itu juga kekeruhan dimana jumlah partikel tersuspensi dalam perairan estuaria setidak-tidaknya pada waktu tertentu dalam setahun air menjadi sangat keruh. Kekerhan terjadi pada saat aliran sungai maksimum . kekeruhan suatu estuaria mendekati konsentrasi plankton dan atau kecepatan angin. Pengaruh ekologi utama kekeruhan adalah penurunan penetrasi cahaya secara mencolok. Hal ini mengakibatkan 57
menurunkan fotosintesis fitoplankton dan tumbuhan bentik yang mengakibatkan turunya produktivitas. Untuk jumlah oksigen yang masuk kedalam estuaria bersama-sama dengan kedangkalannya, pengadukannya, dan pencampuran oleh angin biasanya berarti cukupnya persediaan oksigen. Karena kelarutan oksigen dalam air berkurang dengan naiknya suhu dan salinitas jumlah
oksigen
dalam
air
akan
bervariasi
sesuai
dengan
variasi
parameter.
Hewan yang bisa hidup. Daerah estuarin merupakan tempat hidup yang baik bagi populasi ikan jika dibandingkan dengan jenis ikan lainnya. Daerah ini merupakan tempat untuk berpijah dan membesarkan anak-anaknya bagi beberapa spesies ikan. Adapun faktor yang menyebabkan daerah ini mempunyai nilai produktivitas tinggi yaitu, disana terdapat suatu penambahan bahan- bahan organik secara terus menerus yang berasala dari daerah aliran sungai, perairan estuarin adalah dangkal, sehingga cukup menerima matahari untuk membantu kehidupan tumbuh-tumbuhan yang sangat banyak, daerah estuarin merupak tempat yang relative kecil menerima aksi gelombang akibatnya detritus dapat menumpuk didalamnya, aksi pasang selalu
mengaduk-aduk
bahan
organic
yang
berada
disekitar
tumbuh-tumbuhan.
Biota yang hidup di ekosistem estuari umumnya adalah percampuran antara yang hidup endemik, artinya yang hanya hidup di estuari, dengan mereka yang berasal dari laut dan beberapa yang berasal dari perairan tawar, khususnya yang mempunyai kemampuan osmoregulasi yang tinggi. Bagi kehidupan banyak biota akuatik komersial, ekosistem estuari merupakan daerah pemijahan dan asuhan. Kepiting (Scylia serrata), tiram (Crassostrea cucullata) dan banyak ikan komersial merupakan hewan estuari. Udang niaga yang memijah di laut lepas membesarkan larvanya di ekosistem ini dengan memanfaatkannya sebagai sumber makanan. Terdapat juga binatang yang dapat kita golongkan kedalam kompenen peralihan, kedalam kompenen ini termasuk dalam organisme seperti ikan yang melakukan migrasi yang melewati estuaria dalam perjalananya kedaerah pemijahan baik diair tawar maupun air laut, contoh umum adalah ikan salem (Salmo, Oncorbyncus) dan Belut laut (Anguilla). Sedangkan untuk fauna peralihan juga termasuk binatang yang ada di estuaria hanya untuk mencari makan dan termasuk berbagai burung dan ikan. Organisme estuarin berasal dari binatang laut dan bukan dari air tawar, karena binatang laut mampu mentolerir penurunan sanilitas yang besar daripada spesies air tawar menghadapi kenaikan salinitas. c.
Ekologi Laut
58
Kehidupan biota laut, dimana pun, selalu dipengaruhi oleh factor-faktor lingkungan. Factor-faktor tersebut dapat berperan bersama-sama atau satu factor lebih menonjol pengaruhnya dari yang lain. Lingkungan laut selalu berubah dan dinamik. Perubahan tersebut akan mengubah intensitas factor-faktor lingkungan. Factor-faktor lingkungan yang banyak berpengaruh terhadap terhadap kehidupan di laut adalah: 1.
Gerakan air
2.
Suhu dan densitas air
3.
Salinitas
4.
Cahaya
Air laut selalu dalam keadaan bergerak, yang disebabkan oleh angin yang berhembus di atas permukaannya, pengadukan yang terjadi akibat perbedaan suhu air di dua lapisan, perbedaan tinggi permukaan laut, pasang-surut dan lain-lain. Gerakan air laut ini dikenal sebagai arus, gelombang, permukaan massa air (upwelling), tenggelaman massa air (downwelling) dan sebagainya. Salinitas air laut berasal dari dalam dasar laut melalui proses outgassing, yaitu rembesan dari kulit bumi dari dasar laut yang berbentuk gas ke permukaan dasar laut. Kadar garam ini tetap tidak berubah sepanjang massa. Zat-zat terlarut yang membentuk garam, yang kadarnya diukur dengan istilah salinitas dapat dibagi menjadi empat, yaitu: a.
Konstituen utama : Cl, Na, SO4, dan Mg.
b.
Gas terlarut
: CO2, N2, dan O2.
c.
Unsure hara
: Si, N, dan P.
d.
Unsur runut
: I, Fe, Mn, Pb, dan Hg
Suhu alami laut berkisar antara suhu di bawah 0 C sampai 33 C. di permukaan laut, air laut membeku pada suhu -1,9 C. uumumnya ada hubungan tak langsungg antara suhu dan densitas, karena ada gangguan atom-atom dalam molekul air. Kenaikan suhu menurunkan densitas air laut dan menambah daya larut air laut. Caahaya bagi hewan laut mempunyai pengaruh terbesar secara tidak langsung, yakni sebagai sumber energy untuk proses fotosintesis tumbuhan yang menjadi tumpuan hidupnya. Cahaya juga merupakan factor penting dalam hubungannya dengan perpindahan populasi hewan laut. Zonasi perairan laut Dari perspektif ekologis, lautan dapat dibagi menjadi daerah neritik di atas paparan benua (continental shelf) dan kedalaman oseanik yang terletak setelah paparan benua yang relative 59
dangkal. Bagian neritik yang terletak di lepas pantai disebut zona litoral. Karena arusnya dan penetrasi sinar matahari penuh akibat kedangkalannya, zona litoral sangat kaya akan hewan dan tumbuhan. Lebih dekat lagi dengan pantai dari pada zona litoral disebut zona antarpasang (intertidale zone, zona pasang surut), yang secara periodic tertutup oleh air saat pasang naik dan terbuka saat pasang surut. Kedalaman-kedalaman laut dibagi menjadi zona pelagic yang kaya plankton dan zona abisal yang lebih dalam lagi. Tentang zonasi laut Kimball (1991), menjelaskan bahwa lautan dapat digambarkan dalam istilah zona, dan banyak persamaan di antara keduanya. Pinggiran laut disebut zona intertidal. Daerah ini terdiri atas pasir pantai, karang, muara, dan dii daerah tropic dan subtropik,ada rawa mangrove dan gosong karang. Lautan yang relative dangkal dan meluas ke pinggiran selat benua dinamakan zona neritik. Zona oseanik terdapat di atas lembah lautan
Kehidupan di laut Meskipun dilaut terdapat kehidupan yang beraneka ragam, tetapi lazimnya biota laut hanya dikelompokkan ke dalam tiga kategori utama, yakni palankton, nekton, dan bentos. Plankton hidup di zona pelagic dan meengapung, menghanyut, atau berenang sangat lemah. Plankton terdiri dari fito plankton dan zooplankton. Nekton adalah biota yang berenangrenang, yang hanya terdiri dari hewan. Sedangkan benthos adalah biota yang hidup di atas atau di dalam dasar laut , baik itu tumbuhan atau hewan . Di laut tumbuhan merupakan produsen yang sesungguhnya. Dari keempat divisi tumbuhan, hanya ada dua divisi yang dapat ditemukan di laut, yaitu Thallophyta dan Spermatophyta. Kelas Thallophyta adalah Myxophyceae (alga hijau-biru), Chlorophyceae (alga hijau) , phaephyceae (alga coklat), Rhodophyceae (alga merah) d. Pengelolaan Ekosistem Perairan River continuum concept a. Pengelolaan pesisir Pengelolaan sumberdaya pesisir secara terpadu menghendaki adanya keberlanjutan (sustainability) dalam pemanfaatan sumberdaya pesisir. Sebagai kawasan yang dimanfaatkan untuk berbagai sektor pembangunan, wilayah pesisir memiliki kompleksitas isu, permasalahan, peluang dan tantangan. Terdapat beberapa dasar hukum pengelolaan wilayah pesisir yaitu: 1) UU No. 5 tahun 1990, tentang Konservasi Sumberdaya Alam dan Ekosistemnya. 60
2) UU No. 24 tahun 1992, tentang Penataan Ruang. 3) UU No. 23 tahun 1997, tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup. 4) UU No. 22 tahun 1999, tentang Pemerintahan Daerah. 5) PP No. 69 tahun 1996, tentang Pelaksanaan Hak dan Kewajiban, Serta Bentuk dan Tata Cara Peran Serta Masyarakat Dalam Penataan Ruang. 6) Keputusan Presiden RI No. 32 tahun 1990, tentang Pengelolaan Kawasan Lindung. 7) Permendagri No. 8 tahun 1998, tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang di Daerah. 8) Berbagai Peraturan Daerah yang relevan. Pemanfaatan sumberdaya pesisir dan laut yang tidak memenuhi kaidah-kaidah pembangunan yang berkelanjutan secara signifikan mempengaruhi ekosistemnya. Kegiatan pembangunan yang ada di kawasan ini akan dapat mempengaruhi produktivitas sumberdaya akibat proses produksi dan residu, dimana pemanfaatan yang berbeda dari sumberdaya pesisir kerap menimbulkan konflik yang dapat berdampak timbal balik.
Oleh karena itu pemanfaatan sumberdaya pesisir untuk tujuan pembangunan nasional akan dapat berhasil jika dikelola secara terpadu (Integrated Coastal Zone Management, ICZM). Pengalaman membuktikan bahwa pengelolaan atau pemanfaatan kawasan pesisir secara sektoral tidaklah efektif (Dahuri et. al 1996; Brown 1997; Cicin-Sain and Knecht 1998; Kay and Alder 1999). Pengelolaan sumberdaya pesisir secara terpadu adalah suatu proses iteratif dan evolusioner untuk mewujudkan pembangunan kawasan pesisir secara optimal dan berkelanjutan. Tujuan akhir dari ICZM bukan hanya untuk mengejar pertumbuhan ekonomi (economic growth) jangka pendek, melainkan juga menjamin pertumbuhan ekonomi yang dapat dinikmati secara adil dan proporsional oleh segenap pihak yang terlibat (stakeholders), dan memelihara daya dukung serta kualitas lingkungan pesisir, sehingga pembangunan dapat berlangsung secara lestari. Dalam rangka mencapai tujuan tersebut maka unsur esensial dari ICZM adalah keterpaduan (integration) dan koordinasi. Setiap kebijakan dan strategi dalam pemanfaatan sumberdaya pesisir harus berdasarkan kepada : (1) pemahaman yang baik tentang proses-proses alamiah (eko-hidrologis) yang berlangsung di kawasan pesisir yang sedang dikelola; (2) kondisi ekonomi, sosial, budaya dan politik masyarakat; dan (3) kebutuhan saat ini dan yang akan datang terhadap barang dan (produk) dan jasa lingkungan pesisir. 61
Di dalam proses pengelolaan dilakukan identifikasi dan analisis mengenai berbagai isu pengelolaan atau pemanfaatan yang ada maupun yang diperkirakan akan muncul dan kemudian menyusun serta melaksanakan kebijakan dan program aksi untuk mengatasi isu yang berkembang. Proses pengelolaan kawasan pesisir secara terpadu dan berkelanjutan ini paling kurang memiliki empat tahapan utama : (1) penataan dan perencanaan, (2) formulasi, (3) implementasi, dan (4) evaluasi (Cicin-Sain and Knecht 1998). Pada tahap perencanaan dilakukan pengumpulan dan analisis data guna mengidentifikasi kendala dan permasalahan, potensi dan peluang pembangunan dan tantangan. Atas dasar ini, kemudian ditetapkan tujuan dan target pengelolaan atau pemanfaatan dan kebijakan serta strategi dan pemilihan struktur implementasi untuk mencapai tujuan tersebut.
Oleh karena tujuan ICZM adalah mewujudkan pembangunan kawasan pesisir secara berkelanjutan maka keterpaduan dalam perencanaan dan pengelolaan kawasan pesisir dan laut mencakup empat aspek, yaitu : (a) keterpaduan wilayah/ekologis; (b) keterpaduan sektor; (c) keterpaduan disiplin ilmu; dan (d) keterpaduan stakeholder. Dengan kata lain, penetapan komposisi dan laju/tingkat kegiatan pembangunan pesisir yang optimal akan menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang dapat dirasakan oleh segenap stakeholders secara adil dan berkelanjutan. Pengelolaan wilayah pesisir dan lautan secara terpadu pada dasarnya merupakan suatu proses yang bersifat siklikal. Dengan demikian terlihat bahwa pendekatan keterpaduan pengelolaan/pemanfaatan kawasan pesisir dan laut menjadi sangat penting, sehingga diharapkan dapat terwujud one plan dan one management serta tercapai pembangunan yang berkelanjutan dan kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan. e.
Pencemaran Dan Kesehatan Lingkungan
Aspek fisika pencemaran perairan
Aspek kimia pencemaran perairan
Aspek biologi pencemaran lingkungan
62
b. Berdasarkan Kelompok Atau Golongan Utama 1.
Ekologi tumbuhan
Pengertian Ekologi Tumbuhan Ekologi tanaman mengandung dua pengertian, yaitu ekologi sebagai ilmu dan tanaman sebagai obyek. Ekologi berasal dari kata eikos = rumah, dan logos = ilmu. Tanaman mengandung arti tumbuhan yang telah dibudidayakan untuk maksud tertentu, sehingga hasilnya dijadikan sebagai alat pemenuhan kebutuhan yang memiliki nilai ekonomi. Secara etimologis, ekologi tanaman berarti ilmu tentang tanaman di rumah (lingkungan) sendiri Ekologi Tanaman yaitu ilmu yang membicarakan tentang spektrum hubungan timbal balik yang terdapat antara tanaman dan lingkungannya serta antara kelompok-kelompok tanaman. Dalam hal ini penting disadari bahwa tanaman tidak terdapat sebagai individu atau kelompok individu yang terisolasi. Semua tanaman berinteraksi satu sama lain dengan lingkungan sejenisnya, dengan tanaman lain dan dengan lingkungan fisik tempat hidupnya. Dalam proses interaksi ini, tanaman saling mempengaruhi satu dengan lainnya dan dengan lingkungan sekitarnya, begitu pula berbagai faktor lingkungan mempengaruhi kegiatan hidup tanaman. Ciri khas ekologi tanaman (plant ecology) adalah tanaman dapat mengubah energi kimia menjadi energi potensial dan mengubah bahan anorganik menjadi bahan organik. a.
Sejarah dan perkembangan Ekologi Tumbuhan
1. Sejarah Ekologi Tumbuhan Sedangkan interaksinya dengan sesama biotik menyebabkan terjadinya simbiotik dari berbagai makhluk hidup. Kajian ekologi komunitas berkembang ke dalam dua kutub, yaitu di Eropa yang dipelopori oleh Braun-Blaunquet (1932) yang kemudian dikembangkan oleh para ahli lainnya. Mereka tertarik untuk mempelajari komposisi, struktur, dan distribusi dari komunitas. Kutub lainnya di Amerika, seperti Cowles (1899), Clements (1916), dan Gleason (1926) yang mempelajari perkembangan dan dinamika komunitas tumbuhan. Sedangkan Shelford (1913,1937), Adams (1909), dan Dice (1943) di Amerika dan Elton di Inggris mengungkapkan hubungan timbal balik antara tumbuhan dan hewan.Biladitinjau dari peristilahannya, telah diperkenalkan oleh seorang ekologiwan Jerman yang bernama
63
Ernest Haeckle (1866). Ekologi berasal dari kata Latin “oekologie” yang berasal dari kata oikos yang berarti rumah dan logos yang berarti kajian atau ilmu. Jadi ekologi berarti kajian organisme di habitatnya atau di tempat hidupnya. Menurut Ernest Haeckle ekologi adalah ilmu yang mempelajari seluk beluk ekonomi alam, suatu kajian hubungan anorganik serta lingkungan organik di sekitarnya. Menurut C. Elton (1927) ekologi adalah ilmu yang mengkaji sejarah alam atau perkehidupan alam (natural history) secara ilmiah, dan menurut Andrewartha (1961) ekologi adalah ilmu yang membahas penyebaran (distribusi) dan kemelimpahan organisme. Sedangkan Eugene P. Odum (1963) menyatakan bahwa ekologi adalah ilmu pengetahuan tentang struktur dan fungsi alam. Charles J. Krebs (1978) menyatakan ekologi adalah ilmu pengetahuan yang mengkaji interaksi-interaksi yang menentukan penyebaran dan kemelimpahan organisme. Sekarang definisi ekologi adalah ilmu yang mempelajari interaksi makhluk hidup dengan lingkungannya, baik lingkungan biotik maupun lingkungan abiotik. Interaksi
makhluk
hidup
dengan
lingkungan
abiotiknya,
bagaimana
lingkungan
mempengaruhinya, dan bagaimana makhluk hidup merespon pengaruh tersebut. Pada saat yang bersamaan perhatian terhadap dinamika populasi juga banyak dikembangkan para ahli. Pendekatan secara teoritis dikembangkan oleh Lotka (1925), dan Voltera (1926) menstimuli pendekatan secara eksperimen. Pada tahun 1940-an dan 1950-an Lorenz dan Tinbergen mengembangkan konsep-konsep tingkah laku yang bersifat instink dan agresif. Sedangkan tingkah laku sosial dalam regulasi populasi dikembangkan oleh Wynne dan Edward (1960) secara mendalam di Inggris. Berdasarkan penemuan-penemuan dari Darwin (1859) dan Wight (1931) ekologi berkembang kearah kajian genetika populasi, kajian evolusi, dan adaptasi. Leibig (1840) mengkaji pengaruh lingkungan nonbiotik terhadap organisme, sehingga ekologi berkembang ke arah eko-klimatologi dan ekofisiologi. 2. Perkembangan Ekologi Tumbuhan Ahli-ahli ekologi tumbuhan mencoba menemukan faktor-faktor yang men-dukung dan berperanan dalam kehidupan vegetasi. Mereka terus menerus mencoba melakukan penelitian ke arah yang lebih baik, sebagaimana ahli biologi lainnya dengan mengikuti perkembangan kemajuan bidang kimia dan fisika, seperti ditemukannya DNA, ikatan hidrogen dan partikel sub atom dan lain-lain.
64
Manusia selalu berusaha untuk mengetahui hasil penemuan yang sudah ada, dan dalam rangka untuk menggali penemuan yang akan datang. Ahli ekologi tumbuhan sangat berkeinginan untuk mengetahui hubungan yang lengkap antara tumbuhan yang satu dengan yang lainnya dan dengan lingkungannya. Secara lebih mendasar, ekologiwan tumbuhan ingin menjawab beberapa perta-nyaan seperti; Bagaimana tumbuhan mengatasi masalah dispersal, perkecambahan pada tempat yang cocok, kompetisi, nutrien dan pembebasan energi? Bagaimana tumbuhan dapat bertahan terhadap keadaan yang kurang baik atau yang membahayakan, seperti api, banjir, kemarau panjang dan lain-lain? Bagaimana tumbuhan dapat menjelaskan keberadaannya, kekuatan tumbuh dan jumlahnya pada masa yang lalu, sekarang dan masa yang akan datang pada habitat mereka?Dengan mengembangkan pertanyaan tersebut di atas, maka banyak sekali informasi yang bisa digali dari hubungan sesama tumbuhan dan dengan lingkungannnya. Ada ekologiwan yang tertarik kepada masalah-masalah yang bersifat mendasar dalam melakukan deskripsi vegetasi, tetapi ada juga ekologiwan yang yang tertarik pada masalah penerapan informasi dasar tersebut, sehingga memunculkan ekologi terapan. Ekologiwan tumbuhan terapan banyak dikenal sebagai manajer
penggembalaan ternak, rimbawan atau
agronomiwan. Mereka berusaha untuk mengetahui bagaimana tumbuhan beradaptasi dengan lingkungannya, sehingga tumbuhan tersebut dapat tetap berada pada habitatnya. Peletak dasar ekologi tumbuhan adalah Friedrich Heinrich Alexander von Humbolt (1769-1859) ahli botani. Ia banyak meneliti tentang botani, dan memperkenalkan term assosiasi, fisiognomi, hubungan antara distribusi tipe vegetasi dengan faktor-¬faktor lingkungan seperti elevasi, ketinggian, dan temperatur. Humbolt juga dikenal sebagai tokoh geografi tumbuhan. Ekologi tumbuhan berkembang dengan cepat setelah beberapa ahli botani juga tertarik meneliti ekologi tumbuhan. Johannes Warming (1841-1924) berhasil mengidentikasi 2600 spesimen tumbuhan dan menulis sebuah buku tentang vegetasi (1982), dimana di dalamnya diuraikan tentang geologi, tanah dan iklim, tipe-tipe vegetasi dan komunitas, dominan dan subdominan, nilai adaptasi bermacam-macam life form, pengaruh api terhadap komposisi komunitas dari suksesi serta fenologi dari komunitas dan taxa.
65
Andreas Franz Wilhelm Shimper (1856-1901) ahli botani Jerman, ia menerbitkan buku yang berjudul Plant Geography on a Physiological Basis (1898 dan 1903), sebagai pemula ekofisiologi. Selanjutnya Jozep Paczoski (1864-1941) dan Leonid Ramensky (18841953) telah menulis hal-hal yang berkenaan dengan fito-sosiologi dan fitocoenocis. Clinton Hart Merriam (1855-1942) dari Universitas Columbia, juga telah melakukan ekspedisi yang panjang dalam melakukan penelitian vegetasi dalam hubungannya dengan zona elepasi. Anton Kerner von Marilaun (1831-1898) dikenal setelah dia menerbitkan hasil penelitiannya yang berjudul Plant Life of the Danube Basin (1863), dengan tuntas ia menjelaskan pengertian dari suksesi. August Grisebach (1814-1879) telah melakukan perjalanan yang luas dan telah mendeskripsikan lebih dari 50 tipe-tipe vegetasi utama dalam term fisiognomi modern. Ia menjelaskan hubungan distribusi tumbuhan dengan faktor-faktor lingkungan. Tokoh biologi lain yang mempunyai kontribusi dalam perkembangan ekologi tumbuhan adalah Oscar Drude (1890 dan 1896), Adolf Engler (1903), George Marsh (1864), Asa Gray (1889) dan Charles Darwin yang terkenal dengan bukunya Origin of Species. Ahli ekologiwan yang sangat terkenal Frederick Edward Clements (1874-1945) besar sekali sumbangannya terhadap kemajuan Ekologi Tumbuhan. Pada tahun 1898 ia telah menerbitkan sebuah karya yang berjudul The Phytogeography of Nebraska. Ia juga banyak menulis keadaan vegetasi di Amerika Utara, tentang formasi dan suksesi, varian lokal dan lain-lain. Sejak tahun 1925, ekologi tumbuhan terus berkembang dengan pesat, hal ini terjadi karena sumbangan yang sangat besar dari para ekologiwan dari Eropa dan Amerika. Di antara ekologiwan tersebut adalah Henry Gleason yang tahun 1926 dengan panjang lebar menulis tentang asosiasi dan komunitas tumbuhan. Ekofisiologi telah dikembangkan sekitar tahun 1940 dan 1950 an. Dari tahun 1940 an sampai 1970 an telah pula mengembangkan sinekologi. Di Eropa, Christen Raunkier telah mengembangkan klasifikasi life form dan metode sampling vegetasi. Tokoh yang juga besar andilnya dalam pengembangan ekologi tumbuhan adalah Josias Braunn-Blanquet (1884-1980) yang mengembangkan metode sampling komunitas, reduksi data, dan nomenklatur asosiasi. 3. Manfaat Terapan Dari Eekologi Tumbuhan a. Ekologi pertanian 66
Pada tahun 1230 sampai 1307 terbit buku yang berjudul OPUSRURALIUM COMMODORUM oleh Pietro De Crecenzi, yang berisi tentang masalah-masalah lingkungan pertanian. Terbitnya buku tersebut membuka sejarah baru di bidang pertanian, terutama yang bersangkutan dengan masalah lingkungan tanaman, hingga menjelma menjadi ilmu lingkungan tanaman yang lazim disebut dengan ekologi tanaman. Ekologi merupakan salah satu ilmu dasar bagi ilmu lingkungan. Berbicara ekologi pasti berbicara mengenai semua makhluk hidup dan benda-benda mati yang ada di dalamnya termasuk tanah, air, udara dan lain – lain. Dimana lingkungan yang ditempati berbagai jenis makhluk hidup tersebut saling mempengaruhi dan dipengaruhi. Makhluk hidup dalam memenuhi kebutuhannya tidak terlepas dari bantuan makhluk hidup lain, contohnya makhluk hidup membutuhkan pelepas dahaga yaitu air, manusia membutuhkan energy yaitu makanan baik sumber makanannya dari tumbuhan-tumbuhan maupun hewan, dan sebagainya. Adanya interaksi dan hubungan antara manusia dengan lingkungannya disebut ekologi. Ilmu lingkungan dapat juga dianggap sebagai titik pertemuan “ilmu murni” dan “ilmu terapan”. Ilmu lingkungan sebenarnya ialah ekologi (ilmu murni yang mempelajari pengaruh faktor lingkungan terhadap jasad hidup), yang menerapkan berbagai asas dan konsepnya kepada masalah yang lebih luas, yang menyangkut pula hubungan manusia dengan lingkungannya. Dalam ilmu lingkungan, seperti dalam halnya ekologi, jasad hidup pada dasarnya dipelajari dalam unit populasi. Populasi dapat dikatakan sebagai kumpulan individu spesies organism hidup yang sama. Menentukan populasi memang sukar, kalau anggotanya terpisah-pisah dalam sebuah wilayah, dimana jarak menjadi sebagi penghalang antar individu, seperti halnya gajah atau harimau di Asia, pohon cemara di Eropa, bahkan manusia di dunia. b. Ekologi Hutan Adapun ekologi hutan adalah cabang dari ekologi yang khusus mempelajari ekosistem hutan. Hutan dipandang sebagai suatu ekosistem karena hubungan antara masyarakat tumbuh-tumbuhan pembentuk hutan dengan binatang liar dan alam lingkungannya sangat erat. Hutan dipandang sebagai suatu ekosistem adalah sangat tepat, mengingat hutan itu dibentuk atau disusun oleh banyak komponen yang masing-masing komponen tidak bisa
67
berdiri sendiri, tidak bisa dipisah-pisahkan, bahkan saling memengaruhi dan saling bergantung. Berkaitan dengan hal tersebut, perlu diperhatikan beberapa definisi tentang hutan sebagai berikut:Istilah Ekologi diperkenalkan oleh Ernest Haeckel (1869), berasal dari bahasa Yunani, yaitu : Oikos = Tempat Tinggal (rumah) Logos = Ilmu, telaah. Oleh karena itu Ekologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan timbal balik antara mahluk hidup dengan sesamanya dan dengan lingkungnya. Odum (1993) menyatakan bahwa ekologi adalah suatu studi tentang struktur dan fungsi ekosistem atau alam dan manusia sebagai bagiannya. Struktur ekosistem menunjukkan suatu keadaan dari sistem ekologi pada waktu dan tempat tertentu termasuk keadaan densitas organisme, biomassa, penyebaran materi (unsur hara), energi, serta faktor-faktor fisik dan kimia lainnya yang menciptakan keadaan sistem tersebut. Fungsi ekosistem menunjukkan hubungan sebab akibat yang terjadi secara keseluruhan antar komponen dalam sistem. Ini jelas membuktikan bahwa ekologi merupakan cabang ilmu yang mempelajari seluruh pola hubungan timbal balik antara makhluk hidup yang satu dengan makhluk hidup lainnya, serta dengan semua komponen yang ada di sekitarnya. Hutan adalah kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya, yang satu dengan lainnya tidak dapat dipisahkan (UU RI No. 41 Tahun 1999). Hutan adalah lapangan yang ditumbuhi pepohonan yang secara keseluruhan merupakan persekutuan hidup alam hayati beserta alam lingkungannya atau ekosistem (Kadri dkk., 1992).Hutan adalah masyarakat tumbuh-tumbuhan yang dikuasai atau didominasi oleh pohon-pohon dan mempunyai keadaan lingkungan yang berbeda dengan keadaan diluar hutan (Soerianegara dan Indrawan, 1982). Hutan adalah masyarakat tumbuh-tumbuhan dan binatang yang hidup dalam lapisan dan di permukaan tanah dan terletak pada suatu kawasan, serta membentuk suatu kesatuan ekosistem yang berada dalam keseimbangan dinamis (Arief, 1994). Menurut Dwidjoseputro (1994) Ekologi hutan adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara mahluk hidup dengan lingkungan. Hubungan ini sangat erat dan kompleks sehingga menyatakan bahwa ekologi adalah biologi lingkungan (enviromental biology). Hutan adalah masyarakat tumbuh-tumbuhan yang dikuasai pohon-pohon dan mempunyai keadaan 68
lingkungan yang berbeda dengan keadaan diluar hutan. Hubungan antara masyrakat, tumbuhtumbuhan hutan, margasatwa dan alam lingkungannya begitu erat sehingga hutan dapat dipandang sebagai suatu sistem ekologi atau ekosistem. Ekologi hutan adalah cabang ekologi yang khusus mempelajari masyarakat atau ekosisitem hutan. Hutan dapat dipelajari dari segi autekologi dan sinekologi (Anonymous, 2010). Dari segi autekologi, maka di hutan bisa dipelajari pengaruh suatu faktor lingkungan terhadap hidup dan tumbuhnya suatu jenis pohon yang sifat kajiannya mendekati fisiologi tumbuhan, dapat juga dipelajari pengaruh suatu faktor lingkungan terhadap hidup dan tumbuhnya suatu jenis binatang liar atau margasatwa. Bahkan dalam autekologi dapat dipelajari pola perilaku suatu jenis binatang liar, sifat adaptasi suatu jenis binatang liar, maupun sifat adaptasi suatu jenis pohon. Dari segi sinekologi, dapat dipelajari berbagai kelompok jenis tumbuhan sebagai suatu komunitas, misalnya mempelajari pengaruh keadaan tempat tumbuh terhadap komposisi dan struktur vegetasi, atau terhadap produksi hutan. Dalam ekosistem hutan itu bisa juga dipelajari pengaruh berbagai faktor ekologi terhadap kondisi populasi, baik populasi tumbuhan maupun populasi binatang liar yang ada di dalamnya. Akan tetapi pada prinsipnya dalam ekologi hutan, kajian dari kedua segi (autekologi dan sinekologi) itu sangat penting karena pengetahuan tentang hutan secara keseluruhan mencakup pengetahuan semua komponen pembentuk hutan, sehingga kajian ini diperlukan dalam pengelolaan sumber daya hutan. Dahulu berlaku suatu ketentuan , bahwa hutan harus tetap merupakan 60% dari luas suatu wilayah atau suatu negara. Jikalau orang mau membangun rumah dusuatu pekarangan, pembangunan tidak boleh mengambil tempat lebih daripada 30% luas pekarangan. Dibeberapa negara maju yang tidak megalami masalah ledakan penduduk, misalnya negaranegara skandivania, ketentuan itu dipegang teguh. Pekarangan, halaman yang ada disekitar rumah merupakan lingkungan untuk memberi kesegaran para penghuni rumah. Bagi suatu negara, hutan diharapkan berfungsi seperti halnya suatu penyegar bagi kehidupan penduduknya. Selain itu hutan merupakan sumber kekayaan alam yang pemanfaatannya dapat menunjang kesejahteraan hidup masyarakat (dwidjoseputro, 1994). 4. Pengembangan Wilayah Perkotaan
69
Meskipun hutan masuk sumber daya alam yang dapat dipulihkan kembali lewat reboisasi atau penghijauan kembali, namun pelaksanaannya tidak semudah seperti perencanaannya. Dalam hal ini campur tangan manusia mutlak diiperlukan untuk mencegah berbubahnya hutan menjadi padang rumput atau lebih buruk lagi menjadi gurun. Pada ekologi tumbuhan sebagaimana kita ketahui , bahwa tidak ada diseluruh daerah tropik terdapat hutan basah. Di wilayah-wilayah yang curah hujannya kering sama sekali, terdapat hutub ranggas. Hutan jati dalam musim kemarau kehilangan daunnya sama sekali, karena ia beradaptasi dengan lingkungannya untuk mengurangi penguapan. Perhatian yang lebih harus dilakukan untuk hutan Indonesia demi mewujudkan bumi yang lebih sehat. Secara definitif, Ruang Terbuka Hijau (Green Openspaces) adalah kawasan atau areal permukaan tanah yang didominasi oleh tumbuhan yang dibina untuk fungsi perlindungan habitat tertentu, dan atau sarana lingkungan/kota, dan atau pengamanan jaringan prasarana, dan atau budidaya pertanian. Selain untuk meningkatkan kualitas atmosfer, menunjang kelestarian air dan tanah, Ruang Terbuka Hijau (Green Openspaces) di tengah-tengah ekosistem perkotaan juga berfungsi untuk meningkatkan kualitas lansekap kota. Sejumlah areal
di
perkotaan, dalam beberapa dasawarsa terakhir
ini,
ruang
publik, telah tersingkir akibat pembangunan gedung-gedung yang cenderung berpola “kontainer” (container
development)yakni
bangunan
yang
secara
sekaligus
dapat
menampung berbagai aktivitas sosial ekonomi, seperti Mall, Perkantoran, Hotel, dan lainsebagainya, yang berpeluang menciptakan kesenjangan antar lapisan masyarakat. Hanya orang-orang kelas menengah ke atas saja yang “percaya diri” untuk datang ke tempat-tempat semacam itu. Ruang terbuka hijau yang ideal adalah 30 % dari luas wilayah. Hampir disemua kota besar di Indonesia, Ruang terbuka hijau saat ini baru mencapai 10% dari luas kota. Padahal ruang terbuka hijau diperlukan untuk kesehatan, arena bermain, olah raga dan komunikasi publik. Pembinaan ruang terbuka hijau harus mengikuti struktur nasional atau daerah dengan standar-standar yang ada. Pola pengembangan ruang terbuka hijau di berbagai kota memiliki keragaman penanganan yang disesuaikan dengan kondisi fisik wilayah, pola hidup masyarakat, dan konsistensi kebijakan pemerintah.Berikut beberapa kasus pengembangan ruang terbuka hijau kota sebagai bahan komparasi untuk memperoleh masukan yang komprehensif mengenai 70
rumusan bentuk pengaturan yang akan dihasilkan.Kebijaksanaan pertanahan di perkotaan yang sejalan dengan aspek lingkungan hidup adalah jaminan terhadap kelangsungan ruang terbuka hijau. Ruang terbuka hijau ini mempunyai fungsi “hidro-orologis”, nilai estetika dan seyogyanya sekaligus sebagai wahana interaksi sosial bagi penduduk di perkotaan. Tamantaman di kota menjadi wahana bagi kegiatan masyarakat untuk acara keluarga, bersantai, olah raga ringan dan lainnya. Demikian pentingnya ruang terbuka hijau ini, maka hendaknya semua pihak yang terkait harus mempertahankan keberadaannya dari keinginan untuk merobahnya. a. Ruang Terbuka Hijau di Luar Negeri Kesadaran pembangunan perkotaan berwawasan lingkungan di negara-negara maju telah berlangsung dalam hitungan abad. Pada jaman Mesir Kuno, ruang terbuka hijau ditata dalam bentuk taman-taman atau kebun yang tertutup oleh dinding dan lahan-lahan pertanian seperti di lembah sungai Efrat dan Trigis, dan taman tergantung Babylonia yang sangat mengagumkan, The Temple of Aman Karnak, dan taman-taman perumahan. Selanjutnya bangsa Yunani dan Romawi mengembangkan Agora, Forum, Moseleum dan berbagai ruang kota untuk memberi kesenangan bagi masyarakatnya dan sekaligus lambang kebesaran dari pemimpin yang berkuasa saat itu. Gerakan baru yang lebih sadar akan arti lingkungan melahirkan taman kota skala besar dan dapat disebut sebagai pemikiran awal tentang sistem ruang terbuka kota. Central Park New York oleh Frederick Law Olmested dan Calvert Voux melahirkan profesi Arsitektur Lansekap yang kemudian mengembang dan mendunia. Melihat kenyataan tersebut tampaknya kebutuhan ruang terbuka yang tidak hanya mengedepankan aspek keleluasaan, namun juga aspek kenamanan dan keindahan di suatu kota sudah tidak dapat dihidari lagi, walaupun dari hari ke hari ruang terbuka hijau kota menjadi semakin terdesak. Beberapa pakar mengatakan bahwa ruang terbuka hijau tidak boleh kurang dari 30%, Shirvani (1985), atau 1.200 m2 tajuk tanaman diperlukan untuk satu orang, Grove (1983). Bagaimana kota-kota di Mancanegara menghadapi hal ini, berikut diuraikan beberapa kota-kota yang dianggap dapat mewakili keberhasilan Pemerintah Kota dalam pengelolaan ruang terbuka hijau kota.Tokyo, melakukan perbaikan ruang terbuka hijau pada jalur hijau 71
jalan, kawasan industri, hotel dan penutupan beberapa jalur jalan. Walaupun luas kota Tokyo sangat terbatas, namun Pemerintah kota tetap mengusahakan taman-taman tersebut, yang memiliki standar 0,21 ha per 1.000 orang.Singapura, dengan luas 625 Km2 dan penduduk 3,6 juta pada tahun 2000 dan kepadatan 5.200 jiwa/ km2, diproyeksikan memiliki ruang terbangun mencapai 69% dari luas kota secara keseluruhan. Dalam rencana digariskan 24% atau 177 Km2 sebagai ruang terbuka, sehingga standar ruang terbukanya mencapai 0,9 ha per 1.000 orang. Sementara itu, pendekatan penyediaan ruang terbuka hijau yang dilakukan di Bombay – India, dapat pula dijadikan masukan awal untuk dapat memahami Hirarki Ruang Terbuka Hijau di lingkungan permukiman padat.Jakarta dengan tingkat kepadatan penduduk yang cukup tinggi, mencapai 8.000.000 jiwa, merupakan kenyataan. Oleh karenanya penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan perbandingan dalam menentukan besarnya Ruang Terbuka Hijau pada kawasan permukiman padat. Untuk menentukan standar RTH perlu dibuatkan suatu penelitian berdasarkan studi banding standar yang berlaku di negara lain. b. Ruang Terbuka Hijau di Dalam Negeri Di Surabaya, kebutuhan ruang terbuka hijau yang dicanangkan oleh Pemerintah Daerah sejak tahun 1992 adalah 20 – 30%. Sementara kondisi eksisting ruang terbuka hijau baru mencapai kurang dari 10% (termasuk ruang terbuka hijau pekarangan). Hasil studi yang dilakukan oleh Tim Studi dari Institut Teknologi 10 November Surabaya tentang Peranan Sabuk Hijau Kota Raya tahun 1992/1993 menyebutkan bahwa luas RTH berupa taman, jalur hijau, makam, dan lapangan olahraga adalah +418,39 Ha, atau dengan kata lain pemenuhan kebutuhan RTH baru mencapai 1,67 m2/penduduk. Jumlah ruang terbuka hijau tersebut sangat tidak memadai jika perhitungan standar kebutuhan dilakukan dengan menggunakan hasil proyeksi Rencana Induk Surabaya 2000 saat itu yaitu 10,03 m2/penduduk. Di Jogyakarta, luas ruang terbuka hijau kota berdasarkan hasil inventarisasi Dinas Pertamanan dan Kebersihan adalah 51.108 m2 atau hanya sekitar 5,11 Ha (1,6% dari luas kota), yang terdiri dari 62 taman, hutan kota, kebun raya, dan jalur hijau. Bila jumlah luas tersebut dikonversikan dalam angka rata-rata kebutuhan penduduk, maka setiap penduduk Yogyakarta hanya menikmati 0,1 m2 ruang terbuka hijau. Dibandingkan dengan dua kota yang telah disebutkan di atas, barangkali pemenuhan kebutuhan ruang terbuka hijau bagi penduduk di Kota Bandung masih lebih tinggi. Hingga 72
tahun 1999, tiap penduduk Kota Bandung menikmati + 1,61 m2 ruang terbuka hijau. Angka ini merupakan kontribusi eksisting ruang terbuka hijau yang mencover Kota Bandung dengan porsi + 15% dari total distribusi pemanfaatan lahan Kota. Hampir semua studi mengenai perencanaan kota (yang dipublikasikan dalam bentuk rencana umum tata ruang kota dan pendetailannya) menyebutkan bahwa kebutuhan ruang terbuka di perkotaan berkisar antara 30% hingga 40%, termasuk di dalamnya bagi kebutuhan jalan, ruang-ruang terbuka perkerasan, danau, kanal, dan lain-lain. Ini berarti keberadaan ruang terbuka hijau (yang merupakan sub komponen ruang terbuka) hanya berkisar antara 10 % – 15 %. Kenyataan ini sangat dilematis bagi kehidupan kota yang cenderung berkembang sementara
kualitas
lingkungan
mengalami
degradasi/kemerosotan
yang
semakin
memprihatinkan. Ruang terbuka hijau yang notabene diakui merupakan alternatif terbaik bagi upaya recovery fungsi ekologi kota yang hilang, harusnya menjadi perhatian seluruh pelaku pembangunan yang dapat dilakukan melalui gerakan sadar lingkungan, mulai dari level komunitas pekarangan hingga komunitas pada level kota. 2. Ekologi hewan a. Pengertian Lingkungan Bagi Hewan Sebagai Kondisi Dan Sumber Daya Lingkungan bagi hewan adalah semua faktor biotic dan abiotik yang ada di sekitarnya dandapat mempengaruhinya. Hewan hanya dapat hidup, tumbuh dan berkembang biak dalamsuatu lingkungan yang menyediakan kondisi dan sumberdaya serta terhindar dari faktor-faktor yang membahayakan.Begon (1996), membedakan faktor lingkungan bagi hewan ada 2 kategori,yaitu;Kondisi dan Sumberdaya. Kondisi adalah faktor-faktor lingkungan abiotik yangkeadaannya berbeda dan berubah sesuai dengan perbedaan tempat dan waktu.Hewan bereaksi terhadap kondisi lingkungan, yang berupa perubahan-perubahanmorfologi, fisiologi dan tingkah laku. Kondisi lingkungan antara lain berupa.; temperature,kelembaban, Ph, salinitas, arus air, angina, tekanan, zat-zat organic dan anorganik. Sumberdaya adalah segala sesuatu yang dikonsumsi oleh organisme,yang dapatdibedakan atas materi, energi dan ruang. Sumberdaya digunakan untuk menunjukkan suatufaktor abiotik maupun biotikyang diperlukan oleh hewan, karena tersedianya di lingkungan berkurang apabila telah dimanfaatkan oleh hewan. Setiap hewan akan bervariasi menurut ruang (tempat) dan waktu. Oleh karena itu setiap hewan senantiasa berusaha untuk selaludapat beradaptasi terhadap setiap perubahan lingkungan tersebut.
73
Dalam penyesuaian diritersebut hanya hewan yang mampu beradaptasi dengan lingkungan yang dapat bertahanhidup, sementtara yang tidak mampu beradaptasi akan mati atau beremigrasi bahkan akan punah.Perubahan lingkungan terhadap waktu, secara garis besarnya terdiri atas 3, yaitu; Perubahan siklik, perubahan yang terjadi berulang-ulang secara berirama seperti malam dan siang laut pasang dan surut , kemarau dan penghujan ,dll. Perubahan siklik dapat berskala harian, bulanan, musiman, dan tahunan. Prubahan terarah, suatu perubahan yang terjadi berangsur-angsur , terus menerus, dan progresif dan menuju ke satu arah tertentu , prosesnya bisa lama. Contohnya mendangkalnya danau Limboto di Gorontalo Perubahan eratik, suatu perubahan yang tidak berpola dan tidak menunjukkan arah
perubahan.
Contohnya
perubahan
lumpur
Lapindo
di
Jawa
Timur(Ponorogo), kebakaran hutan , letusan gunung berapi dan lainnya. b. Hewan Sebagai Organisme Heterotrof Dalam
konsep
rantai
makanan,
hewan
ditempatkan
sebagai
konsumen,
sedangkan tumbuhan sebagai produsen. Hal ini karena hewan tidak dapat mensintesis makanannya
sendiri
dari
bahan
anorganik
di
lingkungannya.
Untuk
memenuhi
kebutuhannyaakan bahan – bahan organik berenergi tinggi guna menyediakan energi untuk aktivitas hidup dan menyediakan bahan – bahan untuk membangun tubuhnya, hewan mengambil bahan organik dari makhluk hidup lain, baik tumbuhan atau hewan lain. Karena itulah hewan disebut sebagai makhluk hidup yang heterotrof, sebagai lawan dari tumbuhan yang bersifat autotrof atau dapat mensintesis makanannya sendiri yang berupa bahan organik dengan cara melakukan fotosintesis. Dalam dunia hewan dapat dibedakan 3 macam nutrisi heterotrof yaitu : Tipe nutrisi holozoik. Dalam tipe makanan ini baik yang berupa tumbuhan atau jenis hewan lain, pertama – tama harus dicari dan didapatkan dahulu, baru kemudian dimakan sertaselanjutnya dicerna sebelum dapat diabsorpsi dan dimanfaatkan oleh sel – sel tubuh hewan itu. Untuk mencari dan mendapatkan makanan diperlukan peranan berbagai struktur indera, saraf serta mekanisme otot. Selanjutnya, untuk mengubah substansi makanan itu kedalam bentuk yang dapat diabsorpsi, diperlukan juga mekanisme dari sistem pencernaan. Tipe nutrisi saprozoik. Dijumpai pada berbagai hewan protozoa, yang memperoleh nutrien – nutrien organik yang diperlukan dari organisme – organisme yang telah
74
mati, membusuk, dan telah terurai. Nutrien – nutrien tersebut diabsorpsi melalui membran sel dalam bentuk molekul – molekul terlarut. Tipe nutrisi parasitik. Dijumpai pada hewan – hewan parasit. Hewan – hewan ini mencerna partikel – partikel padat dari tubuh organisme inangnya atau secara langsung mengabsorpsi molekul – molekul organik dari cairan atau jaringan tubuh inangnya. Sebagai contoh dari fenomena ini adalah berbagai jenis cacing parasit pada tubuh hewan atau manusia, misalnya cacing hati di dalam hati, cacing pita dan cacing perut di dalam usus. Dengan dasar yang lain, yakni ukuran hewan yang menentukan cara makannya, hewan heterotrof dikelompokkan menjadi makrokonsumen dan mikrokonsumen. Makrokonsumen disebut juga sebagai fagotrof, yakni kelompok hewan yang mengambil bahan organik dari makhluk hidup lain dengan cara memakan, misalnya kuda, kambing, harimau, ikan dan sebagainya. Mikrokonsumen adalah kelompok hewan yang mengambil makanannya dengan cara menguraikan jaringan dan mengabsorpsi bahan organiknya. Termasuk kelompok ini adalah saprofot atau pengurai atau osmotrof, termasuk juga parasit. Sebagai contoh adalah cacing parasit dan serangga pengurai di tanah. c. Hewan Ektotermi Atau Poikilotermi Hewan ektotermi adalah hewan yang untuk menaikkan suhu tubuhnya memperoleh panas yang berasal dari lingkungan. Dalam kaitannya dengan hal yang sama, hewan yang suhu tubuhnya berubah – ubah sesuai dengan perubahan suhu lingkungan disebut hewan poikilotermi, yang dalam istilah lain disebut hewan berdarah dingin. Dikatakan berdarah dingin karena rata – rata suhu tubuh lebih rendah dari suhu tubuh hewan homeotermi. Hampir semua hewan tergolong kelompok poikilotermi, yaitu mulai dari golongan protozoa sampai reptil, aves dan mamalia merupakan hewan – hewan homeotermi. Ini berarti bahwa hewan – hewan tersebut panas tubuhnya sangat bergantung pada sumber panas dari lingkungannya. Kemampuan mengatur suhu tubuh pada hewan – hewan ektoterm sangat terbatas sehingga suhu tubuh bervariasi mengikuti suhu lingkungannya atau disebut sebagai penyelaras (konfermer). Ada kondisi suhu lingkungan yang ekstrim rendah di bawah batas ambang toleransinya, hewan ektoterm mati. Hal ini karena praktis enzim tidak aktif bekerja, sehingga metabolisme berhenti. Pada suhu yang masih ditolelir, yang lebih rendah dari suhu optimumnya, laju metabolisme tubuhnya dan segala aktivitasnya pun rendah. Akibatnya 75
gerakan hewan tersebut menjadi sangat lamban, sehingga akan mudah bagi predator untuk menangkapnya. Sebenarnya hewan – hewan ektotermi berkemampuan juga untuk mengatur suhu tubuhnya, namun daya mengaturnya san gat terbatas dan tidak fisiologis sifatnya melainkan secara perilaku. Apabila suhu lingkungan terlalu panas, hewan ektoterm akan berlindung di tempat – tempat teduh, bila suhu lingkungan turun hewan tersebut akan berjemur di panas matahari atau berdiam diri ditempat – tempat yang memberikan kehangatan baginya.
d. Hewan Endotermi atau homeotermi Hewan endotermi adalah kelompok hewan yang dapat mengatur produksi panas dari dalam tubuhnya untuk mengkonstankan atau menaikkan suhu tubuhnya, misalnya golongan aves dan mamalia, termasuk manusia. Dalam istilah lain kelompok hewan ini disebut juga sebagai kelompok homeoterm. Hewan homeoterm adalah hewan – hewan yang dapat mengatur suhu tubuhnya sehingga selalu konstan berada pada kisaran suhu optimumnya. Hewan – hewan homeotermi, dalam kondisi suhu lingkungan yang berubah – ubah , suhu tubuhnya konstan. Hal ini karena hewan – hewan ini mempunyai kemampuan yang tinggi untuk mengatur suhu tubuhnya melalui perubahan produksi panas (laju metabolisme) dalam tubuhnya sendiri (terkait dengan sifat endotermi). Kemampuan untuk mengatur produksi dan pelepasan panas melalui mekanisme metabolisme ini dikarenakan hewan – hewan homeotermi memiliki organ sebagai pusat pengaturnya, yakni otak khususnyahipotalamus sebagai thermostat atau pusat pengatur suhu tubuh. Suhu konstan untuk tubuh hewan – hewan homeotermi biasanya terdapat di antara 3540 derajat celcius. Karena kemampuannya mengatur suhu tubuh sehingga selalu konstan,maka kelompok ini disebut hewan regulator. e. Hewan dan Lingkungan Biotik Setiap organisme di muka bumi menempati habitatnya masing-masing. Dalam suatuhabitat terdapat lebih dari satu jenis organisme dan semuanya berada dalam satu komunitas.Komunitas menyatu dengan lingkungan abiotik dan membentuk suatu ekosistem. Dalamekosistem hewan berinteraksi dengan lingkungan biotic , yaitu hewan lain, tumbuhan serta mikroorganisme lainnya. Interaksi tersebut dapat terjadi antar individu, antar populasi danantar komunitas. Interaksi tersebut merupakan fungsi ekologis dari suatu ekosistem.Interaksi antara individu dapat terjadi antar individu dalam suatu populasi atau berbeda populasi. Misalnya interaksi ayam jantan dengan pejantan lainnya untuk memperebutkan territorial, antarseekor 76
kucing dengan tikus. Interaksi populasi terjadi antar kelompok hewan dari suatu jenis organisme dengan kelompok lain yang berbeda jenis organisme. Misalnya sekelompok harimau berburu sekelompok rusa di padangrumput.Interaksi antar komunitas terjadi antar kelompok-kelompo singa, kerbau, bison dan bantengdi satu pihak dengan rumput dan semak-semak di pihak lain ketika hewan itu merumputdi padang rumput. Hubungan antar hewan dengan lingkungan biotiknya terjadi antar organisme yang hidup terpisah dengan organisme yang hidup bersama. Faktor-faktor biotic yang mempengaruhi kehidupan hewan adalah sebagai berikut: Ø
Komunitas
Komunitas (biocenose) adalah beberapa jenis organisme yang merupakan bagian dari jenisekologis tertentu yang disebut ekosistem unit ekologis, yaitu suatu satuan lingkungan hidupyang di dalamnya terdapat bermacam-macam makhluk hidup (tumbuhan, hewan danmikroorganisme) dan antar sesamanya dan lingkungan di sekitarnya (abiotik) membntuk hubungan timbale balik yang salingmempengaruhi.
Ø
Ekosistem
Ekosistem
adalah
suatu
hubunganyangfungsional
unit
antar
lingkungan
sesame
hidup
makhluk
hidup
yang
di
dan
dalamnya
antar
makhluk
terdapat hidup
dengan komponenlingkungan abiotik. Hubungan fungsional dalam ekosistem adalah prosesproses yangmelibatkan seluruh komponen biotic dan abiotik untukm mengelola sumberdaya yang masuk dalam ekosistem. Sumberdaya tersebut adalah sesuatu yang digunakan oleh o0rganismeuntuk kehidupannya, yaitu energi, cahaya dan unsure-unsur nutrisi.Interaksi antar komponen di dalam ekosistem menentukan pertumbuhan populasi setiaporganisme dan berpengaruh terhadap perubahan serta perkembangan struktur komunitas biotic. Ø
Produsen
Produsen terdiri dari organisme autotrof, yaitu organisme yang dapat menyusun bahanorganic dari bahan organic sebagai bahan makanannya. Penyusunan bahan organic itu berhubungan
dengan
pemenuhan
kebutuhan
energi
yang
diperlukan
untuk
aktivitasmetabolisme dan aktivitas hidup lainnya. Organisme autotrof adalah; sebagian besar adalah organisme berklorofil, yang sebagian besar terdiri dari tumbuhan hijau dan sebagian kecil berupa bakteri. Ø
Konsumen
Konsumen adalh komponen biotic yang terdiri dari organisme heterotrof, yaitu organismeyang tidak dapat memanfaatkan energi secara langsung untuk memenhuhi 77
kebutuhanenerginya. Organisme heterotrof sebagai organisme yang tidak dapat menyusun bahanorganic dari bahan anorganik. Energi kimia dan bahan organic yang diperlukan dipenuhidengan cara mengkonsumsi energi kimia dan bahan organic yang diproduksi oleh tumbuhanhijau (produsen).Organisme yang tergolong konsumen adalah; Ø
Herbivore
yaitu memakan tumbuhan.Misalnya sapi, kuda, kambing, kerbau, kupu-kupu, belalang dan siput. Ø
Karnivor
Adalah hewan pemakan hewan lain baik herbivore maupn sesame karnivor. Karnivor pada umumnyaadalah hewan buas (harimau, singa, ular), dan hewan pemakan bangkai (komodo, burunghantu, dll). Predator juga termasuk sebagai karnivor.
Ø
Omnivor
, adalah hewan pemakansegalanya baik tumbuhan maupun hewan yang sudah mati, misalnya kucing, ayam, musang ,tikus dan lain-lain.
Ø
Detritivor,
adalah organisme yang berperan sebagai pengurai(mikroorganisme) seperti bakteri. Ø
Predator
Predator adalah hewan yang makan hewan lain dengan cara berburu dan membunuh. Hewanyang dimangsanya adalah hewan yang masih hidup. Contohnya adalah kucing makan tikus,capung makan serangga. Ø
Parasit
Parasit adalah hewan yang hidup pada hewan lain. Hidupnya sangat mempengaruhiinangnya karena semua zat makanan dari inang diserapnya untuk memenuhi kebutuhannya.Parasit berupa hewan kecil dan organisme kecil yanmg termasuk jamur dan bakteri pathogen. Ø
Parasitoid
Parasitoid adalah serangga yang pada fase dewasanya hidup bebas, tetapi pada fase larva berkembang di dalam tubuh (telur, larva dan pupa) serangga lain yang merupakan inangnya.Serangga parasitoid pada umumnya termasuk pada ordo Hymenoptera dan Diptera. Hewandewasa parasitoid meletakkan telurnya di dekat atau pada tubuh serangga lain (telur, larvadan pupa). Ketika telur parasitoid yang diletakkan pada tubuh inangnya menetas, selam faselarva itu belum dewasa akan hidup terus dalam tubuh inang. Larva
78
tersebut akan makansebagian atau seluruh tubuh dari inang sehingga menyebakan kematian bagi inangnya. Ø
Pengurai
Pengurai adalah organisme yang berperan sebagai pengurai. Cara mengkonsumsimakanan tidak dapat menelan dan mencerna makanan di dalam sel tubuhnya, melainkanharus mengeluarkan enzim pencerna keluar sel untuk dapat menguraikan makanannya yang berupa organic mati menjadi zat-zat yang molekulnya kecil sehingga dapat diserap oleh sel. Ø
Mikrobivor
Mikrobivor adalah hewan-hewan kecil yang makan mikroflora (bakteri dan fungi). Hewan ini berupa protozoa dan nematoda. Ø
Detritivor
Detritivor adalah hewan yang makan detritus, yaitu bahan-bahan organic mati yang berasal dari tubuh tumbuhan dan hewan. Hewan yang tergolong detritus antara lain; rayap,anjing tanah dan cacing tanah.
Intraspesifik dan interspesifik Hubungan timbal balik antara dua individu dalam suatu jenis organisme (intraspsifik) danhubungan antara dua individu yang berbeda jenis (interspesifik). Hubungan-hubungan inimeliputi: Ø
Kompetisi Kompetisi adalah hubungan antara dua individu untuk memperebutkan satu
macamsumberdaya, sehingga hubungan itu bersifat merugikan bagi salah satu pihak. Sumberdaya berupa; makanan, energi dan tempat tinggal. Persaingan ini terjadi pada saat populasimeledak sehingga hewan akan berdesak-desakan di suatu tempat tertentu. Dalam kondisidemikian biasanya hewan yang kuat akan mengusir yang lemah dan akan menguasai tempatitu sedangkan yang lemah akan beremigrasi atau mati bahkan punah. Ø
Simbiosis Hubungan interspesifik ada yang berifat simbiosis ada yang non simbiosis.
Hubungansimbiosis adalah hubungan antara dua individu dari dua jenis organisme yang keduanyaselalu bersama-sama. Contoh dari simbiosis adalah Flagellata yang hidup dalam usus rayap.Flagellata itu mencerna selulosa kayu yang dimakan rayap. Dengan demikian rayap dapatmenyerap karbohidrat yang berasal dari selulosa itu. Hubungan nonsimbiosis adalahhubungan antara dua individu yang hidup secara terpisah, dan hubungan terjadi jika keduanya bertematau berdekatan. Contohnya adalah kupu-kupu dengan tanaman bunga. 79
Bunga akanterbantu dalam penyerbukan yang disebabkan terbawanya serbuk sari bunga oleh kaki kupu- kupu dengan tidak sengaja ke bunga yang lain pada saat kupu-kupu mengisap nectar dari bunga tersebut. Simbiosis sebagai hidup bersama antara dua individu dari dua jenisorganisme, baik yang menguntungkan maupun yang merugikan. Ø
Pemisahan Kegiatan Hidup Peristiwa ini adalah hubungan kompetitif antara satu hewan dengan hewan yang
laindapat berkembang menjadi kegiatan pemisahan hidup (partition). Dalam hubungan inihewan-hewan yang hidup di suatu habitat mengadakan spesialisasi dalam hal jenis makananatau dalam metode dan tempat memperoleh makanannya. Misalnya burung Flaminggomempunyai kaki dan leher yang panjang yang berfungsi dalam hal pengambilan makanannya berupa organisme kecil dan di tempat berlumpur sehingga burung tersebut mudah meraihnya. Ø
Kanibalisme Kanibalisme adalah sifat suatu hewan untuk menyakiti dan membunuh
bahkanmemakannya terhadap individu lain yang masih sejenis. Contoh belalang sembah betinamembunuh belalang jantan setelah melakukan perkawinan, ayam dalam satu kandang yang berdesak-desakan sehingga ruangan dan makananya terbatas menyebabkan persaingan yanghebat. Ø
Amensalisme Hubungan antara dua jenis organisme yang satu menghambat atau merugikan yang
lain,tetapi dirinya tidak berpengaruh apa-apa dari organisme yang dihambat atau dirugikan. Ø
Komansalisme Hubungan antara dua jenis organisme yang satu memberi kondisi yang
menguntungkan bagiyang lain sedangkan dirinya
tidak terpengaruh
oleh kehadiran
organisme yang lain itu. Ø
Mutualisme Hubungan antara dua jenis organisme atau individu yang saling menguntungkan
tanpa adayang dirugikan. f. Hewan dan Lingkungan Abiotik Hewan adalah organisme yang bersifat motil, yaitu dapat bergerak dan berpndahtempat. Gerakannya disebabkan oleh rangsangan tertentu yang berasal dari lingkungannya.Faktor-faktor yang merangsang hewan untuk bergerak adalah makanan, air, cahaya, suhu,kelembaban,dan lain-lain.Faktor lingkungan yang berpengaruh pada kehidupan hewan dibedakan atas kondisidan sumberdaya. Sumberdaya terdiri atas: 80
Ø
Materi adalah
bahan-bahan
atau
zat
yang
diperlukan
oleh
organisme
untuk
membanguntubuh. Materi terdiri atas; zat-zat anorganik (air, garam-garam mineral) dan zatzat organic(tubuh organisme lain atau sisa-sisa tubuh organisme yang sudah mati). Ø
Energi adalah daya yang diperlukan oleh organisme untuk melakukan aktivitashidup.
Ø
Ruang adalah
tempat
yang
digunakan
organisme
untuk
menjalankan
siklus
hidupnya.Hewan dan organisme lain mempunyai hubungan yang saling ketergantungan denganlingkungannya, sehingga timbullah hubungan timbal balik antara keduanya. Hubungan timbal balik tersebut meliputi; Aksi, Reaksi dan Koasi.Lingkungan abiotik hewan meliputi faktor-faktor Medium dan Substrat Ø
Medium adalah bahan yang secara langsung melingkupi organisme dan organismetersebut
berinteraksi dengan medium, seperti; Ikan menerima zat-zat mineral dari air,sebaliknya air menerima kotoran ikan dalam air.Bagi beberapa jenis hewan, mediummerupakan habitatnya.Beberapa fungsi medium bagi hewan; Tempat tinggalnya misalnya : ikan hidup di air, cacing hidup di tanah Sumber materi yang di perlukan untuk metabolisme tubuh, misalnya hewan darat memperoleh oksigen dari udara. Tempat membuang sisa metabolisme, seperti karbondioksida dan feses Tempat berproduksi, misalnya katak pergi ke air untuk kawin dan bertelur Menyebarkan keturunan, misalnya larva ketam air tawar (megalopa) menyebar di perairan sungai setelah berimigrasi dari laut ke arah hulu sungai. Setiap medium berbeda komposisi merambatkan panas, sifat perubahnya sebagaiakibat perubahan suhu, tegangan permukaan kekentalan, massa jenis dan tekanan. Ø
Substrat adalah permukaan tempat organisme hidup terutama untuk menetap atau bergerak,
atau benda-benda padat tempat organisme menjalankan seluruh atau sebagianhidupnya. Setiap organisme memerlukan medium, tetapi tidak semua mempunyai substrat.Hewan air yang bersifat pelagic (berenang) tidak mempunyai substrat. Medium juga tidak berubah sebagai akibat adanya aktifitas organisme. Substrat mengalami modifikasi olehaktivitas organisme, misalnya tanah padang rumput yang gembur menjadi padat jikadigunakan untuk gembala kambing atau kerbau terus menerus. Substrat sebagai 81
tempat berpijak, membangun rumah atau kandang dan tempat makanan. Beberapa hewanmenggunakan substrat sebagai tempat berlindung, karena warna substrat sama dengan warnatubuhnya, misalnya; bunglon dan belalang kayu. Beberapa faktor fisik yang berpengaruh pada kehidupan hewan adalah a) Tanah Tanah merupakan substrat bagi tumbuhan untuk tumbuh, merupakan medium untuk pertumbuhan akar dan untuk menyerap air dan unsure-unsur hara makanan. Bagi hewantanah adalah substrat sebagai tempat berpijak dan tempat tinggal, kecuali hewan yang hidupdi dalam tanah. Kondisi tanah yang berpengaruh terhadap hewan tersebut adalahkekerasannya.Faktor dalam tanah yang mempengaruhi kehidupan hewan tanah antara lainkandungan air (drainase), kandungan udara (aerase), suhu, kelembaban serta sisa-sisa tubuhtumbuhan yang telah lapuk. Jika tanah banyak mengandung air maka oksigen di dalam tanahakan berkurang dan karbondioksidanya akan meningkat. Air juga menyebabkan tanahmenjadi cepat asam, karena eir mempercepat pembusukan. Kurangnya oksigen menyebabkangangguan pernapasan , dan zat-zat yang bersifat asam dapat meracuni hewan. Tanah yangterlalu kering menyebabkan hewan dalam tanah tidak dapat mengekstrak air secara normal. Kandungan karbondioksida dalam tanah lebih banyak daripada di atmosfir. Jika tanah banyak mengandung rongga pertukaran udara antar tanah dengan atmosfir menjadi lancar,karbondioksida dapat keluar sementara oksigen masuk.Rongga-rongga tanah dapatdiperbanyak jika dalam tanah tersebut banyak hewan penggali tanahseperti cacing tanah dananjing tanah. b) Air Air sangat menentukan kondisi lingkungan fisik dan biologis hewan. Perwujudan air dapat berpengaruh terahadap hewan. Misalnya jika air dalam tubuh hewan akan berubahmenjadi dingin atau membeku karena penurunan suhu lingkungan, menyebabkan sel dan jaringan
tubuh
akan
rusak
dan
metabolosme
tidak
akan
bejalan
noremal,
sebaliknya penguapan air yangb berlebihan dari dalam tubuh hewan menyebabkan tubuh kekeuranganair.Hewan dapat dibedakan atas 3 kelompok ditinjau dari pengaruh air, yaitu; Hidrosol (Hydrosoles) atau hewan air,Mesosol (Mesocoles), hewan yang hidup di tempat yang tidak terlalu basah dan tidak terlalu kering dan Xeroso (Xerosole), hewan yang hidup di tempatyang kering karena tingginya penguapan.Penyebaran dan kepadatan hewan air di lingkungan air ditentukan olehkemampuannya mempertahankan osmotic dalam tubuhnya dan berhubungan dengankemampuannya untuk bertoleransi dengan salinitas air. 82
c) Temperatur Temperatur merupakan faktor lingkungan yang dapt menembus dan menyebar ke berbagai
tempat.
Temperatur
dapat
berpengaruh
terhadap
hewan
dalam
proses reproduksi,metabolisme serta aktivitas hidup lainnya. Suhu optimum adalah batas suhu yang dapatditolerir oleh hewan, lewat atau kurang dari suhu tersebut menyebabkan hewan terganggu bahkan menuju kematian karena tidk tahan terhadap suhu. d) Cahaya Cahaya dapat mempengaruhi hewan, misalnya warna tubuh, gerakan hewan dantingkah laku.
e)
Gravitasi Pengaruh gravitasi dirasakan oleh hewan jika hewan sedang berpijak pada
substratyang horizontal.Hewan yang berdiri di suatu bidang yang miring atau tegak, berenang di air dan terbang di udara merasakan adanya pengaruh gravitasi bumi. Gravitasi juga berpengaruh pada perbedaan tekanan air dan udara. f)
Gelombang Arus dan Angin Kehidupan hewan juga dipengaruhi oleh arus dan angina. Hewan yang hidup di
lingkunganair mengalir menghadapi resiko hanyut karena adanya aliran dan arus air. Demikian denganhewan yang hidup di darat dan udara menghadapi arus angina. Namun demikian arus air danangina yang normal sangat berpengaruh positif terhadap hewann, karena air dan angina dapatmembantu sebagian aktivitas hewan. g)
pH Pengaruh pH terhadap organisme terjadi melalui 3 cara, yaitu; 1) secara
langsung,mengganggu osmoregulasi, kerja enzim dan pertukaran gas di respirasi, 2) tidak langsung,mengurangi kualitas makanan yang tersedia bagi organisme, 3) meningkatkan konsentarasiracun logam berat terutama ion AI.Di lingkungan daratan dan perairan, pH menjadi faktor yang sangat berpengaruhterhadap kehidupan dan penyebaran organisme. Toleransi hewan yang hidup di lingkunganair umumnya pHnya bervartiasi. h)
Salinitas Salinitas adalah kondisi lingkungan yang menyangkut konsentrasi garam
dilingkungan perairan dan air yang terkandung di dalam tanah. Di lingkungan perairan tawar,air cenderung meresap ke dalam tubuh hewan karena salinitasi air lebih renadah daripadacairan tubuh. Hewan yang bhidup di phabitat laut umumnya bersifat isotonic terhadapsalinitas air laut sehingga tidak ada peresapan air ke dalam tubuh hewan. 83
g.
Kisaran Toleransi dan Faktor Pembatas serta Terapannya
Setiap
organisme
harus
mampu
beradaptasi
untuk
menghadapi
kondisi
faktor lingkungan abiotik. Hewan tidak mungkin hidup pada kisaran faktor abiotik yang seluas-luasnya. Pada prinsipnya masing-masing hewan memiliki kisaran toleransi tertentu terhadapsemua semua faktor lingkungan. HukumToleransi Shelford “Setiap organisme mempunyai suatu minimum dan maksimum ekologis, yang merupakan batas bawah dan batas atas dari kisaran toleransi organisme itu terhadapkondisi faktor lingkungan” Apabila
organisme
terdedah
yangmendekati batas kisaran tolrensinya,
pada maka
suatu
kondisi
organisme
tersebut
faktor
lingkungan
akan
mengalami
cekaman(stress). Fisiologis. Organisme berada dalam kondisi kritis. Contohnya, hewan yangdidedahkan pada suhu ekstrim rendah akan menunjukkan kondisi kritis Hipotermia dan padasuhu ekstirm tinggi akan mengakibatkan gejalaHipertemia apabila kondisi lingkungan suhuyang demikian tidak segera berubah maka hewan akan mati. Dalam menentukan batas-batas kisaran toleransi suatu hewan tidaklah mudah. Setiaporganisme terdedah sekaligus pada sejumlah faktor lingkungan, oleh adanya suatu interaksifaktor maka suatu faktor lingkungan dapat mengubah efek faktor lingkungan lainnya.Misalnya suatu individu hewan akan merusak efek suhu tinggi yang lebih kerasapabilakelembaban udara yang relative rendah. Dengan demikian hewan akan lebih tahan terhadapsuhu tinggi apabila udara kering disbanding dengan pada kondisi udara yang lembab. Dalam laboratorium juga sangat sulit untuk menentukan batas-batas kisaran toleransihewan terhadap sesuatu faktor lingkungan. Penyebabnya ialah sulit untuk menentukan secaratepat kapan hewan tersebut akan mati. Cara yang biasa dilakukan ialah denganmemperhitungkan adanya variasi individual batas-batas kisaran toleransi itu ditentukan atasdasar terjadinya kematian pada 50% dari jumlah individu setelah dideadahkan pada suatukondisi faktor lingkungan selama rentang waktu tertentu. Untuk kondisi suhu, misalnyaditentukan LT50 ± 24 jam atau LT50 ± 48 jam (LT= Lethal Temperatur). Untuk konsentrasisuatu zat dalam lingkungan biasanya ditentukan dengan LC 50 ± X jam ( LC= LethalConcentration; X dapat 24, 48, 72 atau 96 jam) dan untuk sesuatu dosis ditentukan LD50 ± XJam .Kisaran toleransi terhadap suatu faktor lingkungan tertentu pada berbagai jenis hewan berbeda-beda. Ada hewan yang kisarannya lebar (euri) dan ada hewan yang sempit
84
(steno).Kisaran toleransi ditentukan secara herediter, namun demikian dapat mengalami perubahanoleh terjadinya proses aklimatisasi (di alam) atau aklimasi (di lab). Aklimatisasi adalah
usaha
manusia
untuk
menyesuaikan
hewan
terhadap
kondisifaktor lingkungan di habitat buatan yang baru. Aklimasi adalah usaha yang dilakukan manusia untuk menyesuaikan hewan terhadap kondisi suatu faktor lingkungan tertentu dalamlaboratorium. Konsep kisaran toleransi, faktor pembatas maupun preferendum diterapkan di bidang- bidang pertanian, peternakan, kesehatan, konservasi dan lain-lain. Hal ini dilakukan denganharapan kinerja biologi hewan, pertumbuhan dan reproduksi dapat maksimum dan untuk kondisi hewan yang merugikan kondisi lingkungan biasanya dibuat yang sebaliknya. Setiap hewan memiliki kisaran toleransi yang bervariasi, maka kehadiran di suatuhabitat sangat ditentukan oleh kondisi dari faktor lingkungan di tempat tersebut. Kehadirandan kinerja populasi hewan di suatu tempat menggambarkan tentang kondisi faktor-faktor lingkungan di tempat tersebut. Oleh karena itu ada istilah spesies indicator ekologi, baik kajian ekologi hewan maupun ekologi tumbuhan. Species indikatoe ekologi adalah suatuspecies organisme yang kehadirannya ataupun kelimpahannya dapat memberi petunjuk mengenai bagaimana kondisi faktor-faktor fisiko ± kimia di suatu tempat. Beberapa
species
hewan
adalahCapitellacapitata (Polychaeta)
sebagai
sebagai
spcies
indicator
indicator untuk
antara
pencemaran
lain bahan
organic.Cacing Tubifex (Olygochaeta) dan lain-lain. Faktor pembatas adalah suatu yang dapat menurunkan tingkat jumlah dan perkembangan suatu ekosistem. Keterbatasan dan toleransi di dalam ekosistem Pertumbuhan organisme yang baik dapat tercapai bila faktor lingkungan yang mempengaruhi pertumbuhan berimbang dan menguntungkan. Bila salah satu faktor lingkungan tidak seimbang dengan faktor lingkungan lain, faktor ini dapat menekan atau kadang-kadang menghentikan pertumbuhan organisme. Faktor lingkungan yang paling tidak optimum akan menentukan tingkat produktivitas organisme. Prinsip ini disebut sebagai prinsip faktor pembatas. Justus Von Liebig adalah salah seorang pioner dalam hal mempelajari pengaruh macam-macam faktor terhadap pertumbuhan organisme, dalam hal ini adalah tanaman. Faktor Pembatas Fisik dan Indikator Ekologi Kehadiran atau keberhasilan suatu organisme atau kelompok organisme terganltung kepada komples
keadaan.
Kadaan 85
yang
manapun
yang.mendekati
atau
melampaui batas-batas toleransi dinamakan sebagai yang membatasi atau faktor pembatas. Dengan adanya faktor pembatas ini semakin jelas kemungkinannya apakah suatu organisme akan mampu bertahan dan hidup pada suatu kondisi wilayah tertentu. Jika suatu organisme mempunyai batas toleransi yang lebar untuk suatu faktor yang relatif mantap dan dalam jumlah yang cukup, maka faktor tadi bukan merupakan faktor pembatas. Sebaliknya apabia organisme diketahui hanya mempunyai batas-batas toleransi tertentu untuk suatu faktor yang beragam, maka faktor tadi dapat dinyatakan sebagai faktor pembatas. Beberapa keadaan faktor pembatas, termasuk diantaranya adalah temperatur, cahaya, air, gas atmosfir, mineral, arus dan tekanan, tanah, dan api. Masing-masing dari organisme mempunyai kisaran kepekaan terhadap faktor pembatas. Dengan adanya faktor pembatas, dapat dianggap faktor ini bertindak sebagai ikut menseleksi organisme yang mampu bertahan dan hidup pada suatu wilayah. Sehingga seringkali didapati adanya organisme-organisme tertentu yang mendiami suatu wilayah tertentu.pula. Organisme ini disebut sebagai indikator biologi (indikator ekologi) pada wilayah tersebut. 3. Ekologi manusia Ekologi manusia adalah ilmu yang mempelajari rumah tangga manusia secara objektif, apa adanya. Ekologi Manusia menurut para ahli : a. Amos H Hawley (1950:67) dikatakan, “Ekologi manusia, dengan demikian bisa diartikan, dalam istilah yang biasa digunakan, sebagai studi yang mempelajari bentuk dan perkembangan komunitas dalam sebuah populasi manusia.” (Human ecology may be defined, therefore, in terms that have already been used, as the study of the form and the development of the community in human population). b. Menurut Gerald L Young (1994:339) dikatakan, Dengan demikian ekologi manusia, adalah suatu pandangan yang mencoba memahami keterkaitan antara spesies manusia dan lingkungannya.” (Human ecology, then, is “an attempt to understand the inter-relationships between the human species and its environment). Sejarah
perjalanan
manusia
dimulai
dengan
penemuan Homo
sapiens
soloensis, laluHomo sapiens wajakensis lalu Homo sapiens australomelanozoid. Homo Sapiens adalah Jenis manusia purba yang memiliki bentuk tubuh yang sama dengan manusia sekarang. Mereka telah memiliki sifat seperti manusia sekarang. Kehidupan mereka sangat sederhana, dan hidupnya mengembara. 86
Jenis fosil Homo Sapiens yang ditemukan di Indonesia terdiri dari: 1)
Homo Sapien Soloensis Fosil ini setelah diteliti oleh Von Koenigswald dan Weidenreich diberi nama Homo
Sapien Soloensis. Fosil manusia yang ditemukan di daerah Ngandong Blora di Sangiran dan Sambung Macan, Sragen, lembah Sungai Bengawan Solo tahun 1931 - 1934. 2)
Homo Sapiens Wajakensis Fosil manusia yang ditemukan di Wajak (Tulung Agung) tahun 1889 oleh Van
Reitschotten diteliti oleh Eugene Dubouis kemudian diberi nama menjadi Homo Sapiens Wajakensis. Fosil Homo Wajakensis mempunyai tinggi badan sekitar 130-210 cm, dengan berat badan antara 30-150 kg. Volume otak mencapai 1300 cc. Manusia purba jenis ini hidup sekitar 40.000-25.000 tahun yang lalu, pada lapisan Pleistosen Atas. Tempat penemuan kedua fosil manusia di atas adalah lapisan Ngandong atau Pleistocen Atas dan hidupnya diperkirakan 100.000 - 50.000 tahun yang lalu. Masyarakat industri dimulai perkembangannya sejak revolusi industri di Inggris pertengahan abad 18 dnegan menganti berbagai pekerjaan dengan menggunakan mesin tenaga uap untuk industri tekstil dan industry lainnya. Berturut-turut industri ini akhirnya menuju teknologi peralatan atau mesin, otomisasi atau cybernetic, yang menggantikan tenaga manusia, bahkan juga otak manusia dengan mesin, melalui komputerisasi dan seterusnya. Padahal betapa pun pentngnya mesin itu hanya alat, yang menentukan sikap dan mengarahkan perilaku akhir adalah pikiran dan nurani kita sendiri. Fungsi Manusia Sebagaimana
kita
maklumi
bahwa
manusia
dalam
pengertian ekologi
manusiamerupakan sosok yang memegang fungsi dan peranan penting dalam konteks lingkungan hidupnya. Namun perlu diingat pula bahwa manusia secara fisik merupakan makhluk yang lemah. Perikehidupan dan kesejahteraannya sangat tergantung kepada komponen lain. Artinya keberhasilan manusia dalam mengelola rumah tangganya dengan baik, ditentukan oleh berhasilnya manusia dalam mengelola makhluk hidup lainnya secara keseluruhan dengan baik pula.
87
Untuk memperkuat kelemahan manusia, ia diberi kelebihan akal atau alam pikiran (noosfer). Dengan akal pikirannya manusia memiliki budaya serta dengan budayanya (yang disebut extra somatic tool) manusia mampu menguasai dan mengalahkan makhluk yang lebih besar dan menaklukan alam yang dahsyat. Masalahnya apabila noosfer dengan prilakunya digunakan untuk kepentingan kesejahteraan diri dan makhluk hidup lainnya dan didukung oleh rasa tanggung jawab terhadap kelestarian kemampuan daya dukung lingkungannya, maka sejahteralah manusia dan makhluk hidup lainnya. Sebaliknya, dikembangkan pokok (primery
manusia biological
dalam
dengan noosfer (extra somatic tool) yang
mempermudah
needs)manusia
dapat
hidup
dan
bersifat
memenuhi tamat,
egois,
kebutuhan serakah
mengeksploitasi sumber daya alam dengan semena-mena, tanpa pertimbangan dampak yang akan terjadi kelak. Bahkan merasa dirinyalah yang paling memerlukan, dengan memanfaatkan sumber daya alam itu yang pada gilirannya mereka terancam hidupnya dan makhluk hidup lain, kini dan generasi mendatang.
9. Ekologi lingkungan hidup A. LINGKUNGAN HIDUP 1.
arti lingkungan hidup Di bumi manusia tidak sendirian, melainkan bersama mahiuk lain, yaitu tumbuhan,
hewan dan jasad renik. Mahluk hidup yang lain itu bukanlah sekedar kawan hidup yang hidup bersama secara netral atau pasif terhadap manusia, melainkan hidup manusia itu terkait erat pada mereka. k. Tanpa mereka manusia tidaklah dapat hidup. Kenyataan INI dengan mudah dapat kita lihat dengan mengandaika di bumi INI tidak ada tumbuhan dan hewan. Dan manakah kita mendapatkan oksigen dan makanan? Sebaliknya se; andainya tidak ada manusia, tumbuhan, hewan dan jasa. Ia renik akan dapat melangsungkan kehidupannya, seperti terlihat dan scjarah bumi sebelum ada manusia. Karena itu anggapan bahwa manusia adalah mahluk yang paling berkuasa sebenarnya tidaklah betul. Seyogyanya kita menyadan bahwa kitalah yang membutuhkan mahiuk hidup yang lain untuk kelangsungan hidup kita dan bukannya mereka ia yang membutuhkan kita untuk kelangsungan hidup mereka. Karena itu sepantasnyalah kita bersikap lebih
88
merendahkan din. Sebab faktor penentu kelangsungan hidup kita tidaklah di dalam tangan kita, sehingga kehidupan kita sebenarnya amat rentan. 2.
mutu lingkungan hidup Pengertian tentang mutu Iingkungan sangatlah penting, karena ia merupakan dasar
dan pedoman untuk mencapai tujuan pengelolaan lingkungan. Perbineangan tentang lingkungan pada dasarnya adalah perhincangan tentang mutu lingkungan. Namun dalam perbincangan flu apa yang dimaksud dengan mutu Iingkungan tidaklah jelas, karcna tidak diuraikan secara eksplisit. Mum Iingkungan hanvalah dikaitkan dengan masalah lingkungan, misalnya pencemaran, crosi dan banjir. Dengan lain perkataan mutu lingkungan itn diuraikan secara negatif, yaitu apa yang tidak kita kehendaki, sepcrti misalnya air tercemar. Agar kita dapat mengelola Iingknngan dengan baik, kita tidak saja pcrlu mengetahui apa yang tidak kita kehendaki, melainkan juga apa yang kita kehendaki. Dengan demikian kita dapat mcngctahui ke arah mana lingkungan itu ingin kita kembangkan untuk mcndapatkan mutu yang kita kehendaki. Eliminasi hal yang tidak kita kehendaki, belum tentu menghasilkan lingkungan dengan mutu yang kita inginkan. Misainva, bila suatu ruangan dengan dinding yang berwarna mcrah dianggap sehagai lingkungan yang tidak baik dan warna biru adalah yang balk, eliminasi warna mcrah tidaklah a priori menghasilkan ruangan yang berwarna him. Untuk mendapatkan mutu yang kita kchcndaki itu secara eksplisit haruslah kita nyatakan keinginan kita untuk mendapatkan ruangan dengan dinding hiru tersehut. Tidaklah mudah untuk menentukan apa yang dimaksud dengan mutu lingkungan, olch karena persepsi orang terhadap maw lingkungan berbeda-heda. Dalam hidupnya orang selalu berusaha untuk pertamatama memenuhi kebutuhan dasarnya, apapun yang diartikannya pada keadaan dan waktu itu. Mutu hidupnya sangatlah tergantung pada pemenuhan kebutuhan dasarnya. Makin baik kebutuhan dasar itu dipenuhi, makin balk pula mutu hidupnya. Mutu hidupnya itu sering dapat dipertinggi lagi, apabila kebutuhan hidup yang tidak esensiai dapat pula dip enuhi. Akan tetapi apabila kebutuhan dasar tidak dapat dipenuhi, pemenuhan kebutuhan yang tidak esensial tidaklah banyak artinya. Pcng lolaan lingkungan untuk mcndapatkan kondisi upada- timum, didasarkan pada p in Ltiici ii cilitung rugi. Orang rus- bcrscdia untuk mcngurcmgi itau nicngorl)ankaii suatu kesag- untungall iiiituk mcndapatkan Re ntungui lain atau mcngurangi suatil Rcrugiaii 89
3.
lingkungan hidup sebagai sumber daya Air adalah faktor lain yang kita perlukan untuk berproduksi. Pertanian, perikanan dan
peternakan, misalnya, tak mungkin ada tanpa air. Dengan mengaitkan mutu lingkungan dengan derajat pemenuhan kebutuhan dasar, berarti lingkungan itu merupakan sumberdava. Dan lingkungan itu kita mendapatkan unsur-unsur yang kita perlukan untuk produksi dan konsumsi. Sebagian dan sumberdaya itu dimiiki oleh perorangan dan badan tertentu, misalnya lahan dan sepetak hutan. Sebagian lagi sumberdaya itu merupakan milik umum, misalnya udara, sungai, pantai, laut dan ikan laut. Udara misalnya, kita perlukan untuk menjalankan mesin kita, karena dalam udara itu terdapat gas oksigen. Apabila tidak ada udara, mesin pun tak dapat berjalan. Sumberdaya milik umum mempunyai sifat-sifat yang herbeda dan modal yang biasa kita kenal dalam perusahaan yang dimiliki secara pribadi atau badan tertentu. Karena milik umum, orang dapat menggunakannya tanpa pungutan bayaran atau hanya dengan pungutan ringan. Misalnya, orang dapat menghirup udara untuk pernafasan atau menggunakan udara untuk membakar bahan bakar mesin dan mengangkut limbah tanpa bayaran. Kita dapat juga dengan bebas membuat sumur dan menggunakan airnya untuk keperluan rumab tangga, menggunakan sungai dan laut untuk pelayaran dan menangkap ikan di sungai dan laut, serta menikmati hawa segar dan pemandangan indah daerah pegunungan. Akan tetapi sumberdaya mempunyai daya regenerasi dan asimilasi yang terbatas. Selama eksploatasi atau permintaan pelayanan ada di bawah batas daya regenerasi atau asimilasi, sumberdaya terperbarui itu dapat digunakan secara lestari. Akan tetapi apabila batas itu dilampaui, sumberdaya itu akan mengalami kerusakan dan fungsi sumberdaya itu sebagai faktor produksi dan konsumsi atau sarana pelayanan akan mengalami gangguan. 4.
manfaat dan resiko lingkungan Kebutuhan dasar dapat dibagi secara hirarkis berturutturut dan atas ke bawah dalam
tiga golongan, yaitu 1) kebutuhan dasar untuk kelangsungan hidup hayati, ii) kebutuhan dasar untuk kelangsungan hidup manusiawi dan iii) kebutuhan dasar untuk memilih. Batas antara kebutuhan dasar golongan pertama dan kedua tidaklah jelas, melainkan merupakan suatu daerah peralihan. Dalam daerah peralihan mi kebutuhan dasar dapatlah dikategorikan baik sebagai kebutuhan dasar untuk kelangsungan hidup hayati, maupun sebagai kebutuhan dasar untuk kelangsungan hiclup yang manusiawi. 90
faktor, antara lain undang-undang dan peraturan pemerintab yang lain serta faktorsosial-budaya dan ekonomi. Orang yang berpendapatan tinggi, misalnya, mempunyai kebebasan mernilib pakaian, makanan dan rumab yang lebih hesar dan orang yang berpendapatan rendab. Orang yang sedang menjalani hukuman dalam penjara, kesempatan memilihnya sangat terbatas. Ia tidak dapat pergi ke mana ia kehendaki; jadwal dan jenis kegiatan serta menu makanan telah ditentukan. Karena itu, walaupun dan segi pangan ia serba kecukupan, tetapi mutu hidupnva rendah. Contoh yang tenakhir mi menunjukkan dengan jelas betapa pentingnya kesempatan memilih dalam menentukan niutu hidup manusia. Faktor Iingkungan sebagian membantu dan sehagian lagi merintangi kita untuk mendapatkan kehutuhan dasar kita. Faktor yang membantu untuk mendapatkan kebutuhan dasar itu merupakan manfaat lingkungan dan yang merintangi merupakan risiko lingkungan. Manfaat dan nisiko lingkungan itu berupa faktor hayati dan fisik kimia serta dapat bersifat alamiah atau buatan manusia. Misalnya, nyamuk malaria adalah nisiko lingkungan yang bersifat hayati dan mata air manfaat lingkungan yang hersifat fisik. Keduanya merupakan faktor alainiah. Racun hama, misalnya DDT, yang mencemari suatu perairan adalah risiko lingkungan yang hersifat kimia buatan manusia. B. PENGGOLONGAN LINGKUNGAN HIDUP PENGOLOLAAN LINGKUNGAN HIDUP 1.
pendahuluan Pengelolaan lingkungan dapatlah kita artikan scbagai usaha secara sadar untuk
memelihara atau dan memperbaiki mutu lingkungan agar kebutuhan dasar kita dapat terpenuhi dengan sebaik-haiknva. Karena persepsi tentang kebutuhan dasar, terutama untuk kelangsungan hidup yang manusiwi, tidak sama untuk semua golongan masyarakat clan hcrubahubah dan waktu ke waktu, pcngelulaan lingkungan haruslah hersifat lentur. Dengan kelenturan itu kita berusaha ubtuk tidak menutup pilihan golongan masyarakat tertentu untuk mendapatkan kebutuhan dasarnya atau menutup secara dini pilihan kita untuk kemudian hari. Untuk mendapatkan mutu Iingkungan yang haik, usaha kita ialah memperbesar manfaat lingkungan atau dan memperkecil resiko ingkungan. Cagar alam adalah scbidang lahan yang dijaga untuk melindungi fauna dan flora yang ada di dalamnva. Di dalam cagar alam ticlak dibolchkan adanya segala jenis eksploatasi. Menurut kai’nus Poervadarmiiita cagar herarti bcnda yang dipakai schagai tanggungan pinjaman atau hutang. 91
Mencagar berarti memberikan barang scbagai tanggungan pinjaman. Apabila dihubungkan dengan arti cagar dalarn karrius Pocrvadarminta, pcnggunaan istilah cagar alam sesuai dengan konscp, bumi ini bukanlah milik kita, mclainkan milik anak-cucu kita. Kita hanvalah rnerninjamnva dan anak cucukita dan hanis rnengcmhalikannva kepada inereka dalam kcadaan yang haik. Bahkan harus lchih baik dan sernula sehagai pernba’ axon bunganya. Cagar alam itu merupakan tanggungan atau jaminan, bahwa kita akan mengcrnbalikan pinjaman itu. Apakah pencetus istilab cagar alam menganut konscp ini, tidaklah diketahui. 2.
kelestarian lingkungan hidup Keseimbangan ling ngan sering pula disebut keseimbangan ekologi. Dalam kamus
W.J.S. Poerwadarmirita (PN Balai Pustaka, Jakarta, 1976): lestari = tetap selama-lamanya, kekal, tidak b erubah sebagai sediakala melestarikan menjadikan membiarkan tetap tak berubah dan serasi cocok, sesuai, kena benar. Berdasarkan arti dalam kamus ini melestarikan keserasian dan keseimbangan lingkungan berarti membuat tetap tak berubah atau kekal keserasian dan keseimbangan Iingkungan. Keserasian adalah suatu hal yang relatif dan subyektif. Waktu mempunyai pengaruh yang besar terhadap rasa keserasian. Karena itu mode berubah-ubah dan waktu ke waktu. Kini tak ada kota yang membuat taman seperti alunalun. Gaya itu telah dianggap tidak serasi lagi dengan lingkungan kota yang modem. Dulu wanita Bali berpakaian tanpa kutang. Hal itu dianggap biasa dan serasi dengan nilai kebudavaan yang hidup pada waktu itu. Sekarang tidak lagi ada wanita yang tak berkutang, kecuali orang tua dan di desa yang sangat terpencil. Seorang wanita yang berjalan-jalan di kota tanpa kutang dianggap tidak lagi Serasi, bahkan tidak susila. Demikian pula mode rok mini. Dalam permulaan 1970-an wanita tua-muda memakai rok mini. Mode itu dianggap serasi. Tetapi mode itu kemudian hilang. Jangankan wänita tua, gadis muda pun tidak dianggap serasi memakai rok mini itu. Namun dalam tahun 198 7/ 1988 mode itu muncul kembali: rok mini itu dianggap baik lagi. Jadi jelaslah keserasian bukanlah suatu hal yang kekal, melainkan berubah-ubah menurut umur orang atau golongan, tempat dan waktu. Anjuran untuk melestarikan keseimbangan lingkungan harus pula dipertanyakan. Dalam Bab .1 telah diuraikan ling kungan selalu berubah. Iklim berubah, permukaan laut berubah, kepulauan berubah, flora dan fauna berubah.
92
Kepulauan Indonesia dahulu sekali terdiri atas dua blok daratan, yaitu di barat tanah Sunda yang merupakan bagian benua Asia dan di Timur tanah Sahul yang bersatu dengan benua Australia. Aktivitas geologi, erosi, volkanisme dan perubahan permukaan laut membentuk apa yang kini dikenal sebagai kepulauan Indonesia yang merentang dan Sumatera sampai Irian Jaya. Dengan perubahan itu keseimbangan ekologi pun berubah. Aktivitas erosi, geologi dan volkanisme kini masih terus berjalan. Delta tumbuh terus dan bertambah besar. Misalnya, delta di muara sungai Citarum, Cimanuk dan Cisanggarung. Gerak lempeng tektonik masih terus berjalan dan mengubah morfologi bumi. Kepunahan jenis dan pembentukan jenis hewan dan tumbuhan baru terus berlangsung. Jelaslah keseimbangan yang kekal tidakiab ada. Dan kita tidak mampu untuk menahan proses perubahan alamiah itu Pembangunan pada hakekatnya adalah pengubahan lingkungan, yaitu mengurangi risiko lingkungan atau dan memperbesar manfaat lingkungan. Sejak berabad tahun yang lalu nenek moyang kita telah mengubah hutan menjadi daerah pemukiman dan pertanian. Pengubahan hutan menjadi sawah merupakan usaha untuk memanfaatkan lahan untuk produksi bahan makanan dalam kondisi curah hujan yang tinggi dan juga untuk mengurangi risiko erosi di daerah yang banyak bergunung. Hingga sekarang pencetakan sawah masih berjalan terus. Dengan pengubahan hutan atau tataguna lahan lain menjadi sawah berubahlah pula keseimbangan lingkungan. Dalam usaha untuk mengubah keseimbangan lingkungan yang ada pada mutu lingkungan yang rendah ke keseimangan lingkungan baru pada tingkat mutu lingkungan yang tinggi diusahakan agar lingkungan tetap dapat menukung mutu hidup yang lebih tinggi itu. Dengan demikian e1aslah yang kita lestarikan bukanlah keserasian dan keseimbangan lingkungan, melainkan kita ingin melestarikan daya dukung lingkungan yang dapat menopang secara terlanjutkan pertumbuhan dan perkembangan yang telah diusahakan adalam pembangunan. 3.
pandangan holistic Interaksi antara manusia dengan lingkungan hidupnya menjadi bagian penting
kebudayaan manusia yang mengandung nilai-nilai tertentu. Dengan demikian pengelolaan lingkungan merupakan pula bagian kebudayaan manusia, Keserasian merupakan unsur pokok dalam kebudayaan kita. Kita diajar untuk hidup serasi dengan alam sekitar kita, dengan 93
sesama manusia dan clengan Tuhan YME. Ajaran mi kita dapatkan juga dalam kehiclupan bernegara kita, vaitu di dalam GBHN. Pandangan hidup mi mencermmnkan pandangan yang holistis terhadap kehidupan kita, yaitu bahwa manusia adalah bagian dan lingkungan tempat hidupnya. Dalam pandangan mi sistem sosial manusia bersama dengan sistem biogeofisi membentuk satu kesatuan yang dapat disebut ekosistem sosiobiogeofisik. 4.
daya dukung lingkungan yang berkelanjutan daya dukung lingkungan yang berkelanjutan ditentukan oleh banyak factor biofisik
maupun sosio budaya ekonomi. Pembangunan pada hakekatnya adalah “gangguan” terhadap suatu sistem, dalam arti sistem itu ingin kita ubah. Pengubahan itu dilakukan dengan tujuan dan rencana :ertentu, yaitu kita inginkan agar sistem itu berubah ke keseimbangan lain yang mempunyai mutu lingkungan yang :ebih tinggi. Setelah terjadi perubahan itu kita inginkan agar sistem itu tetap ada dalam kondisi yang baru itu dan :idak pulih ke keadaan yang semula. Dalil pengelolaan ialah sistem yang tidak kita ketahui dengan pasti kelakuannya, gangguan apa dan kapan akan terjadi serta bagaimana i eaksi sistern terhadap gangguan itu, hams dikelola secara longgar dan lentw. 5.
ruang lingkup penggolahan lingkungan Perencanaan pengelolaan lingkungan secara dini perlu dikembangkan untuk dapat
memberikan petunjuk pembngunan apa yang sesuai di suatu daerah, tempat pertbangunan itu dilakukan dan bagaimana pembangunan it dilaksanakan. Karena sifat dininya, konflik antara lingkunan dengan pembangunan dapat dihindari atau dikurangi dengan mencarikan pemecahan secara dini. Bahkan pemb ngunan itu dapat direncanakan untuk mengambil manfaat lingkungan dengan sebaik-baiknya. Dengan demikian aka. menjadi jelas pengelolaan lingkungan bukanlah penghambat pembangunan, melainkan pendukung pembangunan. Pengelolaan lingkungan yang akhirakhir mi banyak meniapat perhatian ialah yang mencakup aspek ketiga dan seempat, yaitu berturut-turut untuk rencana proyek pem:angunan dan untuk memperbaiki iingkungan yang mengaiami kerusakan. Oleh karena itu pengelolaan lingkungan ebih bersifat reaktif, yaitu bereaksi terhadap suatu peren:anaan atau keadaan tertentu. Hal mi menimbulkan citra ang kurang baik terhadap pengelolaan lingkungan, tertama karena reaksi itu sering terhadap halhal yang negaf. misalnya pencemaran, kematian satwa liar, dan banjir. :-arena hal-hal yang
94
negatif itu sering berkaitan dengan :embangunan, citra itu lalu menjurus pada anggapan bahwa engelolaan lingkungan menghambat pembangunan. C. PENCAGARALAMAN 1.
Pengertian Pencagaralaman adalah padanan oat are co ns ‘rca Izo a. IstiIah ini diambil dan istilah
cagar alam yang telah lama digunakan dan tclah menjadi baku. Akhir-akhir ini juga dipakai istilah cagar budava. Oleh pengaruh Unesco pada akhir dasawarsa 1 970-an dipakai juga istilah cagar biosfer. Cagar alam adalah scbidang lahan yang dijaga untuk melindungi fauna dan flora yang ada di dalamnva. Di dalam cagar alam ticlak dibolchkan adanya segala jenis eksploatasi. Menurut kai’nus Poervadarmiiita cagar herarti bcnda yang dipakai schagai tanggungan pinjaman atau hutang. Mencagar berarti memberikan barang scbagai tanggungan pinjaman. Apabila dihubungkan dengan arti cagar dalarn karrius Pocrvadarminta, pcnggunaan istilah cagar alam sesuai dengan konscp, humi mi bukanlah milik kita, mclainkan milik anak-cucu kita. Kita hanvalah meminjamnva dan anak cucu kita dan harus rnengembalikannva kepada mereka dalam kcadaan yang baik. Bahkan harus lehih baik dan semula sebagai pembanyaran bunganya. Cagar alam itu merupakan tanggungan atau jaminan, bahwa kita akan mengcrnbalikan pinjaman itu. Pencagaralaman seperti tertera dalam Strategi Pencagaran Sedunia (World Conservation Strategy) mempunyai tujuan i) mernelihara proses ekologi yang esensial sistem pendukung kehidupan, ii) mempertahankan keanekaan gen dan iii) menjamin pemanfaatan jenis dan ekosistem secara berkelanj utan. Ketiga tujuan itu saling berkaitan. Tujuan ke-3 menyatakan secara eksplisit, pencagaran tidak berlawanan dengan pemanfaatan jenis dan ekosistem. Tetapi pemanfaatan itu haruslah dilakukan dengan cara yang menjamin adanya kesinambungan, yang berarti kepunahan jenis dan kerusakan ekosistem tidak boleh terjadi. Dengan terjaganya keanekaan jenis dan tidak rusaknya ekosistem, proses ekologi yang esensial dalam sistem pendukung kehidupan akan dapat terpelihara pula, misalnya, fungsi hidro-ologi. Sifat keturunan di dalam populasi suatu jenis hanyalah sama secara rata-rata saja. 95
Tetapi selalu ada perbedaan antara individu yang satu dan yang lain. Misalnya, semua manumempunyai sifat umum yang sama. Kita dengan mudah dapat membedakan manusia dari orang hutan. 2.
Manfaat pencagaran jenis Sejak manusia ada di bumi, ia telah memanfaatkah hewan tumbuhan dalam
lingkungan. Mula-mula dengan cara seadanya. Proses pcmhudidavaan itu telah hanyak sekali hasilnya. Padi, jagung, kentang, sapi dan avam adalah contoh dan daftar yang sangat panjang. Proses pcrnbudidayaan turnbuhan dan hewan liar berjalan terus hingga sekarang. Dan waktu ke waktu hewan dan tumbuhan liar kita budidayakan. Proses mi sering dengan belajar dan orang yang masih primitif. Beberapa contoh. Dalam abad ke-17 ditemukan tanaman kina yang kemudian sangat berjasa dalam pengobatan pcnvakit malaria. Tanaman kina berasal dan hutan Amenika Latin antara 19° lintang selatan dan 100 lintang utara di lereng timur pegunungan Andes. Orang Indian Inca telah larna menggunakannya sebagai obat anti-malaria, tetapi khasiat obatnya barn dilcenal oleh para ahli obat Eropa sekitar tahun 1640. Di negara yang telah maju banyak sekali dilakukan peneitian untuk mendapatkan zat-zat baru. Thsalnya, dalam usa- ha untuk mengganti BBM orang telah menemukan zat kimia dalam tumbuhan dan suku Euphorbiaceae yang susunan kimianyasangat menyerupai minyak bumi. Tidaklah mustahil dalam waktu yang akan datang kita akan mempunyai perkebunan BBM. Orang juga telab menemukan zat kimia yang sangat manis dalam berjenis tumbuhan. Steviosid, misalnya, manisnya 500 kali gula tebu. Steviosid ditemukan dalam tumbuhan Stevia rebaudiana yang berasal dan Amerika Latin pada ketinggian 500—1.500 m di atas permukaan laut. Tanaman Stevia sudah mulai ditanam di Indonesia. Pandangan yang melihat pencagaran alam dan sudut manfaatnya bagi manusia aclalah pandangan yang antroposentris. Pandangan mi kita gunakan sebagai taktik, yaitu agar pencagaran alam dapat diterima oleh pemerintah dan masyarakat sebagai suatu kegiatan dalam pembangunan. Tetapi harus kita sadari bahwa taktik mi mengandung kelemahan, karena dalam kebanyakan hal hasil pencagaran alam tidak clapat diukur dengan uang ‘intangible,). Akhir-akhir mi memang berkembang ekonomi lingkungan yang dengan metode ilmiah tertentu berusaha untuk memberikan nilai uang pada lingkungan.
96
Misalnya, keuntungan dalam rupiah dan usaha penyelamatan badak dihitung berdasarkan asumsi bahwa badak dapat digunakan sebagai salah satu daya tank ekoturisme. Tetapi argumentasi mi sukar untuk dibela, karena sulit sekali untuk melihat badak di habitatnya yang berhutan. Lagi pula jumlahnya tidak banyak. Jadi nilainya sebagai daya tank ekoturisme tidaklah besar. Karena itu dalam era pembangunan yang dititikberatkan pada ekonomi argumentasi penyelamatan badak berdasarkan keuntungan ekonomi dengan mudah dapat dikalahkan oleh argumentasi keuntungan ekonomi yang nil. Untuk ilustrasi andaikan di Taman Nasional Ujung Kulon yang menjadi tempat hidup badak jawa ditemukan emas dalam I ‘umlah yang besar. Kemungkinan besar eksploitasi emas di Taman Nasional itu akan diijinkan oleh pemerintah.
3.
Keanekaan jenis di daerah liar Jumlah jenis di suatu daerah ditentukan oleh kecepatan kepunahan jenis dan
kecepatan imigrasi atau masuknya jenis ke dalam daerah tersebut. Kepunahan jenis mengurangi jumlah jenis. Proses ini terjadi terus-menerus, juga tanpa adanya campur tangan manusia, misalnya di pulau atau di hutan belantara yang tidak dihuni manusia. Kepunahan itu terjadi oleh, antara lain, persaingan antara jenis, iklim yang luar biasa dan bencana alam yang mematikan mahluk hidup dan merusak habitat jenis di daerah itu. Faktor penting yang menentukan kecepatan kepunahan jenis ialah kepadatan jenis, yaitu jumlah jenis per satuan luas. Makin tinggi kepadatan jenis, makin tinggi pula kecepatan kepunahan itu. Sebab makin tinggi kepadatan jenis, berarti ma- kin kecil populasi masing-masing jenis. Artinya, jumlab individu per jenis kecil. Hal ini dapat ditunjukkan dengan perhitungan sederhana. 4.
Erosi gen Yang dimaksud dengan erosi geri ialah berkurangnya keanekaan gen. Erosi gen dapat
terjadi oleh kepunahan jenis maupun oleh varietas jenis hewan dan tumbuhan tertentu. Sebab erosi gen ada bermacam-macarn, antara lain yang penting ialah berkurangnya luas habitat, rusaknya habitat, eksploatasi yang berlebih, dan penggunaan teknologi yang tidak bijaksana. Teori pulau biogeografi menunjukkan, makin sempit suatu dacrah makin besar kecepatan kepunahan jenis dalam daerah itu. Jadi, berkurangnva luas habitat secara umum akan mengurangi jumlah jcnis Berkurangnya luas habitat telah banyak terjadi karena populasi
97
manusia yang terus bertambah dan permintaan sumberdaya yang makin bertambah pula dalam jumlah dan macamnya. Sebagai akibatnya pemukiman makin luas. Demikian pula makin banyak lahan yang dipakai untuk pertanian, perkebunan, peternakan, pertambangan dan lain keperluan, sehingga luas hutan, padang rumput, pantai dan daerah yang tidak dibudidayakan makin sempit. Berkurangnya luas habitat sangat dirasakan oleh hewan yang besar yang memerlukan daerah yang luas untuk hidupnya. Misainva, gajah memerlukan ruang hidup antara 250 sampai 500 hektar per ekornya. Jarak jelajah harimau dalam satu malam dapat sampai 100 km. Di Ujung Kulon nisbah luas taman nasional terhadap jumlah badak lebih dan 1.500. Artinya, untuk seekor badak tersedia hutan seluas 1.500 hektar, sudah barang tentu bersama hewan lain. Namun ada gejala, luas itu tidak mencukupi, walaupun buktj yang nyata belum ada.
10. Masalah-Masalah Ekologi Masalah-masalah ekologi yang muncul, berkaitan erat dengan masalah-masalah lingkungan yang kita dengar dan hadapi sehari-hari. Jadi, bisa dikatakan bahwa masalah ekologi merupakan masalah lingkungan. Hal ini berkaitan erat dengan konsep dari ekologi itu sendiri. Menurut Odum (1996: 3), ekologi merupakan pengkajian organisme-organisme atau kelompok-kelompok organisme terhadap lingkungannya, atau ilmu hubungan timbal balik antara organisme-organisme hidup dan lingkungannya. Sehingga, masalah-masalah ekologi/lingkungan yang terjadi terkait erat dengan aktivitas organisme hidup terutama manusia yang mengakibatkan rusaknya lingkungan. Kerusakan alam dimulai secara aktif bersamaan dengan revolusi industri sekitar 2 abad yang lalu. Berbagai macam barang diproduksi untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia. Dengan ditemukannya mesin uap dan mesin motor bakar, lebih mempercepat pertumbuhan aneka industri untuk perbaikan kesejahteraan hidup umat manusia. Peningkatan kesejahteraan hidup juga mempercepat pertumbuhan jumlah penduduk yang membutuhkan segala sarana dan prasarananya terutama untuk memenuhi segala kebutuhan disektor pangan (Pramudya, 2001: 12). Pada dasarnya, masalah lingkungan hidup dapat dikelompokkan ke dalam 2 bentuk, yaitu pencemaran lingkungan (environmental pollution) dan terkurasnya sumberdaya alam 98
(resources depletion). Dalam undang-undang No. 23 Tahun 1997 tentang pengelolaan lingkungan hidup, pasal 1 ayat 12 dinyatakan bahwa pencemaran lingkungan adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi dan atau komponen lain ke dalam lingkungan hidup oleh kegiatan, sehingga kualitasnya turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan hidup tak berfungsi lagi sesuai peruntukkannya (Takdir, 2000: 1). Lebih lanjut, Setijati (2003: 121-122) mengemukakan bahwa karena produksi tidak mungkin terjadi secara 100% efisien, maka dapat dipastikan akan ada limbah yang masuk ke dalam lingkungan. Pencemaran sendiri mulai dibicarakan pada tahun 60-an, hal ini disebabkan semakin banyaknya limbah yang dihasilkan sejalan dengan semakin meningkatnya jumlah penduduk yang disertai dengan semakin banyaknya kegiatan yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhannya. Pengurasan sumber daya alam (natural depletion resources) diartikan sebagai pemanfaatan sumber daya alam secara tidak bijaksana sehingga sumber daya alam tersebut baik kualitas maupun kuantitasnya menjadi berkurang atau menurun dan pada akhirnya akan habis sama sekali. Ancaman akan habisnya sumber daya alam misalnya pada minyak bumi, gas alam, batu bara dan mineral pada umumnya. Jenis sumber daya alam yang tak terbarui akan cepat habis sebelum waktunya jika pemanfaatannya tidak disertai dengan kebijakan konservasi. Meskipun beberapa jenis sumber daya alam tergolong ke dalam sumber daya alam yang dapat diperbarui atau tersedia secara tetap, kegiatan-kegiatan manusia dapat menyebabkan sumber daya alam itu menjadi kurang kualitasnya. Misalnya penebangan hutan tanpa dibarengi dengan reboisasi dapat menyebabkan
kerusakan
lahan,
berkurangnya
keanekaragaman
hayati
dan
dapat
mengakibatkan bencana alam seperti banjir dan tanah longsor. Perbedaan pokok antara pencemaran lingkungan dengan terkurasnya sumber daya alam adalah bahwa pencemaran dapat terjadi karena masuknya atau hadirnya suatu zat, energi atau komponen ke dalam lingkungan. Kemudian zat, energi atau komponen itu merupakan sesuatu yang asing atau yang pada mulanya tidak ada di dalam suatu kawasan lingkungan hidup kemudian hadir atau dimasukkan manusia. Sebaliknya, pengurasan sumber daya alam mengandung arti sumber daya alam yang terletak atau hidup di dalam konteks asalnya atau kawasan asalnya, kemudian oleh manusia diambil sehingga terjadilah perubahan (Takdir, 2000: 1-2).
99
1.
Sebab Terjadinya Masalah Lingkungan
Menurut Takdir (2000: 4-7), setidak-tidaknya ada 5 faktor yang melatar belakangi timbulnya masalah-masalah lingkungan, yaitu :
Teknologi
Terjadinya revolusi ilmu pengetahuan alam seperti fisika dan kimia telah medorong perubahan-perubahan besar di bidang teknologi, dimana, hasil-hasil teknologi tersebut diterapkan dalam sektor industri, pertanian, transportasi dan komunikasi.
Pertumbuhan Penduduk
Ehrlich dan Holdren (dalam Stewart dan Krier, 1978: 45-49) berpendapat bahwa pertumbuhan penduduk dan peningkatan kekayaan memberikan sumbangan penting terhadap penurunan kualitas lingkungan. Lebih lanjut, jauh sebelum teknologi maju dikembangkan seperti apa adanya sekarang, bumi tempat manusia hidup manusia ini telah mengalami bencana lingkungan. Mereka mencontohkan terjadinya gurun pasir di lembah Sungai Eufrat dan Tigris yang pada zaman sebelum masehi dikenal sebagai kawasan subur. Terjadinya kerusakan pada kawasan ini disebabkan oleh sistem irigasi yang gagal dan pmbukaan lahan yang terus-menerus akibat pertumbuhan penduduk sehingga makin memperluas lahan pertanian. Irigasi seringkali harus mengatasi terjadinya salinisasi (peningkatan kandungan garam di tanah). Irigasi di daerah yang curah hujannya rendah berpotensi menyebabkan terjadinya penguapan dan kekeringan, dan pada akhirnya terjadi kegagalan yang menyebabkan terbentuknya gurun pasir. Ehrlich dan Holdren juga melihat bahwa usaha peternakan yang berlebihan, praktek usaha pertanian
yang
salah,
penggundulan
hutan
penggembalaan
ternak
besar-besaran,
perindustrian dan pertambangan ikut serta dalam terjadinya bencana lingkungan seperti pembentukan gurun pasir (desertifikasi) maupun bencana lingkungan lainnya.
Ekonomi
Hardin melihat bahwa alasan-alasan ekonomi yang seringkali menggerakkan perilaku manusia atau keputusan-keputusan yang diambil oleh manusia secara perorangan maupun
100
dalam kelompok, terutama dalam hubungannya dengan pemanfaatan common property (yaitu sumber daya-sumber daya alam yang tidak dapat menjadi hak perorangan, tetapi setiap orang dapat menggunakan atau memanfaatkannya untuk kepentingan masing-masing, seperti sungai, padang rumput, udara dan laut). Karena sumber daya itu dapat dan bebas untuk dimanfaatkan oleh setiap orang untuk memenuhi kebutuhannya masing-masing, maka setiap orang berusaha dan berlomba-lomba untuk memanfaatkan atau mengeksploitasi sumber daya semaksimal mungkin guna perolehan keuntungan pribadi yang sebesar-besarnya. Akibatnya, terjadi penurunan kualitan dan kuantitas sumber daya alam. Pada akhirnya, masyarakat sendirilah yang menderita kerugian. Jadi kebebasan untuk mengekploitasi sumber daya alam akan membawa kehancuran bagi masyarakat.
Politik dan tata nilai moral
Sebagian pakar berpendapat bahwa timbulnya masalah-masalah lingkungan disebabkan oleh tata nilai yang berlaku menempatkan kepentingan manusia sebagai pusat dari segalagalanya dalam alam semesta. Nilai dari segala sesuatu yang ada di alam semesta dilihat dari kepentingan manusia semata. Tata nilai ini dikenal dikenal dengan istilah anthropocentric atau homocentric. 2.
Terkurasnya Sumber Daya Alam Terkurasnya sumber daya alam dapat diartikan sebagai hilangnya sumber daya alam
akibat eksploitasi yang umumnya dilakukan untuk memenuhi kepentingan manusia. Beberapa contoh hilangnya sumber daya alam adalah semakin menipisnya bahan bakar yang berasal dari fosil seperti minyak bumi, batu bara dan gas dan penambangan mineral dari dalam bumi yang berlebihan. Selain itu, punahnya beberapa spesies hewan langka juga bisa dikatakan pengurasan sumber daya alam. Contoh lainnya adalah pembakaran hutan dan ilegal logging(pembalakan/penebangan liar). Kebakaran Hutan dan Lahan Api dapat dilihat sebagai bagian alami dari ekosistem, sebagai bagian dari ‘rezim gangguan’, atau sebagai bagian yang terintegrasi dalam manajemen sumberdaya alam. Manusia telah memodifikasi rezim api secara signifikan baik melalui perluasan kebakaran di 101
suatu tempat ataupun memperkecil peluang terjadinya kebakaran di tempat yang lain. Dalam banyak kasus; pertanian sistem tebas dan bakar (skala kecil dan skala besar), logging, dan proyek pembangunan berskala besar (misalnya: proyek transmigrasi dan proyek pembukaan lahan sejuta hektar); saling berhubungan satu dengan lainnya dalam menciptakan peluang terjadinya kebakaran. Lebih jauh lagi kegiatan-kegiatan tersebut membuat situasi yang mendukung pada peningkatan kejadian dan kerawanan kebakaran dengan menciptakan siklus umpan balik positif dimana hutan yang pernah terbakar menjadi lebih rawan terhadap kebakaran hutan berulang (Goldammer, 2006; Tacconi et al., 2006 dalam Arief, 2008).Penyalaan api (ignition) yang umumnya berasal dari api larian akibat pembakaran tidak terkendali untuk pertanian, dalam lingkungan yang mendukung, akan menjalar ke arah bahan bakar yang lebih besar, dalam hal ini hutan. Hutan hujan tropis dalam keadaan tidak terganggu adalah mendekati kondisi ‘tahan kebakaran’. Multistrata dalam lapisan vegetasi hutan menjaga kelembaban lingkungan di dalamnya dan mengeluarkan udara panas dari dalam. Dalam lingkungan ini kondisi yang mendukung untuk terjadinya kebakaran tidak terjadi. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Schindler dkk (1989) dalam Anonimus a (tt), bahwa Hutan-hutan tropis basah yang belum ditebang (belum terganggu) umumnya benar-benar tahan terhadap kebakaran dan hanya akan terbakar setelah periode kemarau yang berkepanjangan. Akan tetapi, ketika tajuk hutan terbuka, misalnya karena kegiatan logging atau pembuatan jalan, sinar matahari dan udara panas akan memasuki hutan, kelembaban menurun, dan biomassa hutan akan mengering. Dalam keadaan yang sama, hutan tidak hanya kehilangan ketahanan alaminya terhadap kebakaran, akan tetapi juga residu kayu dari logging atau pembukaan hutan akan tertinggal sehingga menjadi bahan bakar potensial untuk kebakaran mendatang. Setelah hutan terbakar, cahaya masuk dan ruang untuk tumbuhnya semak atau alang-alang akan semakin banyak tersedia. Vegetasi ini akan sangat cepat mengering dan terbakar saat musim kemarau, menciptakan suatu siklus dimana hutan akan lebih mudah terbakar. Perladangan berpindah (beberapa penulis mendefinisikannya sama dengan pertanian tebas dan bakar) adalah salah satu contoh dari bagaimana kegiatan pertanian dapat dilakukan secara berkesinambungan dan lestari di sekitar lingkungan hutan. Teknik ini didefinisikan 102
sebagai teknik pembersihan dan penyiapan sepenggal lahan hutan dengan cara penebangan dan pembakaran lahan yang kemudian menanami lahan ini dengan tanaman pangan selama satu atau dua tahun sebelum meninggalkan (membera)-nya untuk mencari lahan lain yang sudah tersuksesi sekunder. Setelah panen, setiap lahan akan kembali menjadi hutan sekunder dalam beberapa puluh tahun, sebelum kemudian dibersihkan dan dipersiapkan lagi untuk bercocok tanam di rotasi selanjutnya. Dalam teknik ini hanya tenaga manusia yang digunakan untuk memproduksi pangan tanpa adanya pupuk tambahan untuk tanah. Pada kasus lain, pembakaran lahan (land-clearing) untuk pembukaan perkebunan atau daerah transmigrasi seharusnya bukan menjadi suatu masalah kecuali jika aktifitas ini menghasilkan asap yang mengganggu dan api larian yang bisa menjadi sumber kebakaran hutan, semisal land-clearing di lahan gambut. Pembakaran untuk keperluan perkebunan merupakan contoh yang paling nyata dari perlunya mempertimbangkan isu api dalam konteks proses penggunaan lahan. Api digunakan untuk membersihkan lahan yang teralokasikan sebagai kawasan hutan konversi, dimana secara hukum hutan dapat dikonversi untuk peruntukan lain. Dalam kasus ini api bukanlah merupakan penyebab dari deforestasi melainkan sebagai bagian yang terintegrasi dari manajemen sumberdaya lahan (Arief, 2008). 3.
Pencemaran Lingkungan Suatu zat dinamakan sebagai zat pencemar/polutan apabila kadarnya melebihi batas
normal, berada pada tempat yang tidak semestinya dan berada pada waktu yang tidak tepat. Menurut wujudnya, zat pencemar dapat dibagi dalam 3 kategori, yaitu zat pencemar padat, cair dan gas; sedangkan menurut sifat kimianya zat pencemar dapat dibagi ke dalam 2 kategori, yaitu zat pencemar organik dan zat pencemar anorganik; dan menurut faktor-faktor yang dicemarinya pencemaran dapat dibagi ke dalam 3 macam kategori, yaitu pencemaran udara, pencemaran air dan pencemaran tanah (Setijati, 2003: 122-123). Proses pencemaran dapat terjadi secara langsung maupun tidak langsung. Secara langsung yaitu bahan pencemar tersebut langsung berdampak meracuni sehingga mengganggu kesehatan manusia, hewan dan tumbuhan atau mengganggu keseimbangan ekologis baik air, udara maupun tanah. Proses tidak langsung, yaitu beberapa zat kimia bereaksi di udara, air maupun tanah, sehingga menyebabkan pencemaran. 103
Pencemar ada yang langsung terasa dampaknya, misalnya berupa gangguan kesehatan langsung (penyakit akut), atau akan dirasakan setelah jangka waktu tertentu (penyakit kronis). Sebenarnya alam memiliki kemampuan sendiri untuk mengatasi pencemaran (self recovery), namun alam memiliki keterbatasan. Setelah batas itu terlampaui, maka pencemar akan berada di alam secara tetap atau terakumulasi dan kemudian berdampak pada manusia, material, hewan, tumbuhan dan ekosistem (Acehforum, tt).. 1. a.
Pencemaran Air
Pencemaran air menurpakan masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi dan atau komponen alin ke dalam air oleh kegiatan manusia, sehingga kualitas air turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan air tidak berfungsi lagi sesuai dengan peruntukkannya (Pramudya, 2001: 97). Untuk mengetahui apakah suatu air terpolusi atau tidak, diperlukan pengujian untuk menentukan sifat-sifat air, sehingga dapat diketahui apakah terjadi penyimpangan dari batasan-batasan polusi air. Sifat-sifat air yang umum diuji dan dapat digunakan untuk menentukan tingkat polusi air diantaranya adalah : 1. Nilai pH, keasaman dan alkalinitas 2. Suhu 3. Warna, rasa dan bau 4. Jumlah padatan 5. Nilai BOD/COD 6. Pencemaran mikroorganisme patogen 7. Kandungan minyak 8. Kandungan logam berat 9. Kandungan bahan radioaktif (Srikandi, 1992: 19-21). Berdasarkan kemampuan terurainya, bahan pencemar diklasifikasikan menjadi : 1)
Bahan yang cepat terurai (non persistent)
Bahan ini dapat diuraikan oleh proses-proses di alam sepanjang bahan pencemar tersebut tidak berlebih di alam. Artinya, pencemar yang masuk tersebut masih di bawah daya dukung lingkungan alam. Termasuk dalam kategori ini adalah limbah rumah tangga, limbah-limbah 104
yang rakus oksigen, pupuk tanaman dan bahan-bahan sintetik kimia organik. Normalnya bahan-bahan tersebut diuraikan ke dalam bentuk yang tidak atau kurang merugikan. 2)
Bahan yang lambat/sukar terurai (persistent)
Bahan ini memerlukan waktu yang relatif panjang untuk terurai. Namun akan terurai sejalan dengan bertambahnya waktu oleh proses-proses alami. Termasuk dalam kelompok ini adalah beberapa radioisotop dan beberapa bahan kimia organik seperti DDT, PCB, phenol dan deterjen. 3)
Bahan yang tidak dapat diuraikan (non degradable pollutants)
Bahan ini tidak dapat dihancurkan oleh proses-proses alami. Termasuk dalam kelompok ini adalah logam-logam seperti Hg, Pb, Cd, beberapa garam-garam logam, sedimen, beberapa bahan organik sintetik plastik dan bakteri serta virus. Pencemar-pencemar tersebut memerlukan penanganan khusus sebelum dibuang ke lingkungan (Setijati, 2003: 124). Penyebab Pencemaran Air Diantaranya adalah :
Bahan beracun
Bahan beracun yang yang menjadi pemcemar diantaranya adalah logam-logam berat dan limbah B3 seperti sampah-sampah elektronik. Populasi mikroba akan hancur oleh bahan beracun, yang terjadi bila limbah yang toksik masuk ke perairan. Berbagai tipe mikroorganisme mempunyai kemampuan terpengaruh yang berbeda oleh bahan-bahan beracun. Contohnya: phenol (kadang diketahui sebagi asam karbolik) merupakan racun bagi banyak mikroorganisme, dimana secara luas digunakan sebagai desinfektan. Namun, bakteri dari genus Pseudomonas dapat menggunakan phenol sebagai nutrien dan merombaknya, meskipun aktivitasnyan akan terhalangi bila phenol ada dalam konsentrai yang tinggi. Bioakumulasi, yaitu proses penumpukan logam berat di dalam tubuh organisme, dapat terjadi melalui peristiwa makan-memakan dalam sistem jaring-jaring makanan (food web). Dimana, konsentrasi zat pencemar semakin tinggi pada hewan dengan tingkatan trofik yang 105
lebih tinggi. Apabila dibandingkan dengan konsentrasi zat pencemar di dalam air, konsentrasinya pada makhluk hidup yang mempunyai tingkatan trofik yang tinggi dapat ribuan kali lipat (Setijati, 2003: 125-127).
Nutrien
Contohnya adalah nitrogen, fosfat dan oksigen. Kejadian pencemaran yang melibatkan kedua nutrien ini misalnya eutrofikasi. Eutrofikasi sering menimbulkan pertumbuhan algae dan tanaman air seperti enceng gondok (Eichornia crassipes) secara berlebihan (blooming). Akibatnya, tanaman akan menutupi perairan, sehingga mempersulit masuknya oksigen ke dalam air, memperlambat arus, menaikkan evapotranspirasi dan menyebabkan pendangkalan. Selain itu, akan terjadi pula kompetisi tanaman dalam memperebutkan ruang dan makanan hingga terjadi kematian. Tanaman yang mati akan terdekomposisi, sehingga air kekurangan oksigen dan menyebabkan kematian hewan perairan. Tanaman dan hewan air yang mati akan diuraikan secara anaerob. Sehingga terjadi ketidak seimbangan ekosistem perairan (Setijati, 2003: 127129).
Pencemaran panas
Pencemaran panas dapat menyebabkan ketidakseimbangan ekologi perairan. Ada 2 dampak dari peningkatan panas di perairan, yaitu oksigen akan berkurang seiring dengan meningkatnya
temperatur
akan
terjadi
peningkatan
aktivitas
metabolisme
dari
mikroorganisme. Pada kondisi ekstrim, peningkatan suhu pada perairan sampai 60°C akan mematikan populasi mikroba. Ketika perairan berangsur turun temperaturnya karena pergerakan air ke wilayah selanjutnya, kapasitas pemurnian diri menjadi normal dan populasi mikroba kembali pada kondisi semula (Setijati, 2003: 132-133).
Pencemaran oleh nitrogen
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, bahwa nitrogen merupakan salah satu bahan pencemar. Ammonia adalah salah satu karakteristik hasil penguraian bahan organik dan dapat dioksidasi oleh mikroba menjadi nitrit dan nitrat.
106
Ammonia, seperti ion ammonium atau ammonia bebas, adalah bagian yang terjadi karena pencemar nitrogen dan bagian dari hasil penguraian alamiah. Ammonia dapat terdeteksi dari baunya yang tidak enak dan dapat menyebabkan iritasi pada saluran pernapasan manusia. Ammonia dapat menyebabkan kondisi toksik bagi kehidupan perairan. Konsentrasi tersebut tergantung dari pH dan temperatur yang mempengaruhi air dan proporsi ammonia bebas, seperti dalam persamaan dengan ion ammonium yaitu : NH3 + H2O ↔ NH4+ + OH– Kehidupan air terpengaruh oleh ammonia pada konsentrasi 1 gr/m3 dan dapat menyebabkan mati lemas karena dapat mengurangi kapasitas oksigen dalam air. Ammonia juga dapat mengurangi keefektifan chlorin, dimana digunakan secara luas pada bagian akhir pengolahan air untuk mengubah bahan organik termasuk mikroorganisme. Aktivitas desinfektan dalam lanjutan chlorinasi terbentuk dari pengionan asam hipoklorus (HClO), yang terbentuk dari reaksi klorin dengan air, dan juga adanya ion hipoklorit (OCl–). Selain menimbulkan fenomena eutrofikasi, kontaminasi nitrat pada air juga dapat menyebabkan kondisi ‘Methaemoglobinaemia’ atau sindrom ‘bayi biru’. Nitrat yang masuk dalam haemoglobin darah menjadi methaemoglobin, menghasilkan kondisi ‘cyanosis’ yang diketahui dapat berakibat fatal karena methaemoglobin tidak dapat membawa oksigen menyebabkan kulit berwarna kebiruan. Air yang digunakan untuk pengawetan makanan dapat juga mengandung nitrit. Bila kondisi ini terjadi, akan menyebabkan adanya bahan karsinogenik yang dinamakan nitrosamin yang terbentuk akibat kombinasi antara komponen organik nitrogen hasil penguraian dengan protein dalam makanan (Setijati, 2003: 133-135). 1. b.
Pencemaran Tanah
Sebagaiamana air, tanah juga merupakan komponen abiotik yang sangat penting dalam suatu ekosistem daratan. Hampir semua aktivitas makhluk hidup di lakukan dipermukaan maupun di dalam tanah, namun karena aktivitas manusia pula tanah dapat menjadi tercemar oleh zat-zat beracun seperti minyak maupun logam berat. Tanah berperan penting dalam pertumbuhan makhluk hidup, memelihara ekosistem, dan memelihara siklus air. Kasus pencemaran tanah terutama disebabkan oleh pembuangan 107
sampah yang tidak memenuhi syarat (ilegal dumping), kebocoran limbah cair dari industri atau fasilitas komersial, atau kecelakaan kendaraan pengangkut minyak, zat kimia, atau limbah yang kemudian tumpah ke permukaan tanah. Ketika suatu zat berbahaya/beracun telah mencemari permukaan tanah, maka ia dapat menguap, tersapu air hujan dan atau masuk ke dalam tanah. Pencemaran yang masuk ke dalam tanah kemudian terendap sebagai zat kimia beracun di tanah. Zat beracun di tanah tersebut dapat dapat berdampak langsung kepada manusia ketika bersentuhan atau dapat mencemari air tanah dan udara di atasnya (Pencemaran Lingkungan Online, 2008). Dampak Pencemaran Tanah Dampak pencemaran tanah terhadap kesehatan tergantung pada tipe polutan, jalur masuk ke dalam tubuh dan kerentanan populasi yang terkena. Kromium, berbagai macam pestisida dan herbisida merupakan bahan karsinogenik untuk semua populasi. Timbal sangat berbahaya
pada
anak-anak,
karena
dapat
menyebabkan
kerusakan otak,
serta
kerusakan ginjal pada seluruh populasi. Paparan kronis (terus-menerus) terhadap benzena pada konsentrasi tertentu dapat meningkatkan kemungkinan terkena leukemia. Merkuri (air raksa) dansiklodiena dikenal dapat menyebabkan kerusakan ginjal, beberapa bahkan tidak dapat diobati. PCB dan siklodiena terkait pada keracunan hati. Organofosfat dankarmabat dapat dapat menyebabkan ganguan pada saraf otot. Berbagai pelarut yang mengandung klorin merangsang perubahan pada hati dan ginjal serta penurunan sistem saraf pusat. Terdapat beberapa macam dampak kesehatan yang tampak seperti sakit kepala, pusing, letih, iritasi mata dan ruam kulit untuk paparan bahan kimia yang disebut di atas. Yang jelas, pada dosis yang besar, pencemaran tanah dapat menyebabkan kematian. Pencemaran tanah juga dapat memberikan dampak terhadap ekosistem. Perubahan kimiawi tanah yang radikal dapat timbul dari adanya bahan kimia beracun/berbahaya bahkan pada
dosis
yang
rendah
sekalipun.
Perubahan
perubahan metabolisme dari mikroorganisme endemik
ini
dapat
danarthropoda yang
menyebabkan hidup
di
lingkungan tanah tersebut. Akibatnya bahkan dapat memusnahkan beberapa spesies primer dari rantai makanan, yang dapat memberi akibat yang besar terhadap predator atau tingkatan lain dari rantai makanan tersebut. 108
Bahkan jika efek kimia pada bentuk kehidupan terbawah tersebut rendah, bagian bawah piramida makanan dapat menelan bahan kimia asing yang lama-kelamaan akan terkonsentrasi pada makhluk-makhluk penghuni piramida atas. Banyak dari efek-efek ini terlihat pada saat ini, seperti konsentrasi DDT pada burung menyebabkan rapuhnya cangkang telur, meningkatnya tingkat kematian anakan dan kemungkinan hilangnya spesies tersebut. Dampak pada pertanian terutama perubahan metabolisme tanaman yang pada akhirnya dapat menyebabkan penurunan hasil pertanian. Hal ini dapat menyebabkan dampak lanjutan pada konservasi tanaman di mana tanaman tidak mampu menahan lapisan tanah dari erosi. Beberapa bahan pencemar ini memiliki waktu paruh yang panjang dan pada kasus lain bahanbahan kimia derivatif akan terbentuk dari bahan pencemar tanah utama (Wikipedia d, 2008).
1. c.
Pencemaran Udara
Menurut Setijati (2003: 138), pencemaran udara terjadi karena masuknya zat pencemar primer ke dalam udara dalam jumlah dan waktu serta kondisi yang dapat merusak lingkungan, mengganggu kenyamanan serta membahayakan kesehatan dan keselamatan manusia dan makhluk hidup yang lain. Zat pencemar primer diantaranya adalah sulfur dioksida, nitrogen oksida, karbon dioksida, karbon monoksida, hidrokarbon, partikulat dan sebagainya. Zat pencemar sekunder akan terjadi apabila zat pencemar primer bereaksi dengan senyawa-senyawa lain yang ada di udara. Pencemar sekunder diantaranya adalah hujan asam, kabut asap (smog) dan kabut kuning (yellowish haze). Pencemaran udara dapat diakibatkan oleh gas buang yang berasal dari cerobong asap, knalpot kendaraan bermotor, kebocoran gas di pabrik (lihat gambar 3) dan sebagainya. Gasgas buang tersebut dapat menyebabkan beragam penyakit, terutama penyakit-penyakit saluran pernapasan. Selain itu, juga dapat mempengaruhi kehidupan tumbuhan dan hewan. Parameter pencemaran udara ambien diantaranya adalah : Sulfur dioksida (SO2), Karbon monoksida (CO), Oksida nitrogen (NOx), Oksidan (O3), Debu, Timah hitam (Pb), Hidrogen sulfida (H2S), Amonia (NH3) dan Hidrokarbon (JICA, 1998). Selain itu, pencemar udara dapat berasal dari aktivitas gunung berapi (Acehforum, tt).
109
Dalam batas tertentu zat pencemar udara dapat dibersihkan secara alamiah oleh aliran udara, hujan, vegetasi dan sebagainya. Namun apabila jumlahnya melampaui ambang batas, akan menimbulkan penurunan daya dukung lingkungan, kerusakan lingkungan dan berpengaruh terhadap kesehatan manusia (Setijati, 2003: 139). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pencemaran Udara 1. Suhu Menurut Setijati (2003: 139), perbedaan suhu lapisan udara sangat mempengaruhi pencemaran. Pada siang hari lapisan udara di dekat permukaan bumi lebih panas dari pada lapisan atas, demikian pula sebaliknya. Hal ini disebabkan karena sinar ultra violet yang bergelombang pendek pada saat menyentuh permukaan bumi akan dipantulkan kembali dalam bentuk sinar infra merah yang panas. Pada malam hari lapisan udara di bagian bawah (dekat permukaan bumi) lebih dingin dari bagian atas, karena lapisan atas relatif tidak berubah, sedang bagian permukaan tidak menerima panas matahari. Apabila terjadi pencemaran di permukaan bumi, zat pencemar akan segera naik ke atas, mengikuti udara yang bersirkulasi. Oleh karena itu, apabila pada malam hari terjadi pencemaran, misalnya pembakaran sampah, maka asap tidak dapat naik ke atas dan tetap melayang-layang didekat permukaan bumi. 1. Topografi Pada pagi hari lapisan udara di bagian atas telah lebih dahulu mendapat sinar matahari. Suhu di puncak bukit lebih panas dari bagian lembah, karena udara di lembah belum terkena sinar matahari karena terlindung puncak bukit. Apabila di puncak bukit terdapat pabrik yang mengeluarkan asap, asap tidak akan naik ke lapisan atas, tetapi justru turun ke lapisan bawah. Hal ini disebabkan karena berat jenis udara di bagian bawah lebih besar dari bagian atas. Apabila terdapat daerah pemukiman di lembah, maka daerah ini akan tercemari oleh asap pabrik yang berada di puncak bukit (Setijati, 2003: 139-140) 1. Efek Pemanasan Tanah Dengan adanya gedung-gedung tinggi, pengerasan tanah maupun pemakaian AC di perkotaan, maka udara di permukaan tanah menjadi lebih panas dari lapisan uadara di bagian 110
atas. Udara akan naik ke lapisan atas dan akan digantikan oleh udara dari pinggiran kota. Apabila pada daerah pinggiran kota terdapat pabrik-pabrik yang mengeluarkan asap, maka asap akan mengalir ke arah kota dan menimbulkan pencemaran. Inversi suhu dapat menyebabkan polutan terkumpul di dalam atau yang lebih rendah akan mengembang dan normal, udara yang hangat densitasnya lebih kecil dari udara yang dingin, sehingga dapat menembus ke atas dan digantikan yang dingin dari atas. Apabila bagian dekat bumi dingin (malam hari) maka udara kurang mengembang sehingga tidak dapat naik ke atas pencemar terperangkap di dalamnya. Gerakan udara yang normal akan terganggu, misalnya, bila terdapat udara dingin (misal dari laut) yang mengalir pada lapisan udara dekat permukaan bumi. Lapisan di dekat bumi lebih dingin dari lapisan di atasnya. Pada keadaan normal, lapisan di bawah (dekat permukaan) lebih panas dari lapisan di atasnya udara di bawah mengembang, densitas lebih kecil, udara panas dari bawah menembus udara dingin di atasnya dan udara dingin akan menggantikannya sehingga terjadi pergerakan udara. Tabel 1. Zat pencemar udara utama, penyebab dan pengaruhnya bagi lingkungan Zat Pencemar Penyebab
Pengaruhnya bagi lingkungan Kesehatan/lingkungan hujan asam,
SO2
Pembakaran bahan bakar fosil
kerusakan
hutan,
monumen
dari
danau, batu,
metal, penyakit
saluran napas Hujan asam,
kabut
asap, asap
kuning, efek rumah kaca, penyakit NOx
Pembakaran bahan bakar fosil Pembakaran
tidak
saluran napas
sempurna
bahan bakar fosil (kendaraan Dapat CO
dan industri)
Pembakaran Hidrokarbon
dari
bahan
mengurangi
penyerapan
oksigen penyebab kabut asap
tidak
sempurna
bakar
fosil, 111
Penybab kabut asap dan penipisan lapisan ozon
kendaraan bermotor Kendaraan bermotor, industri, Kerusakan paru-paru dan penyakit Partikulat
pertanian
saluran pernapasan
Pengaruh Pencemaran Udara Dan Pengendaliannya 1)
Efek Rumah Kaca (Green house effect) Efek rumah kaca ialah suatu fenomena penyerapan sinar infra merah yang dilakukan
oleh gas-gas rumah kaca dan partikel-partikel yang ada di atmosfir bagian bawah. Dengan adanya fenomena tersebut, udara di dekat permukaan bumi menjadi hangat dengan rata-rata temperatur ± 15°C. Seandainya tidak ada efek rumah kaca temperatur rata-rata udara dipermukaan bumi diperkirakan ± -18°C. Gas-gas rumah kaca di antaranya adalah karbon dioksida (CO2), ozon (O3) yang ada di troposfir, uap air (H2O), metan (CH4), chlorofluorocarbon (CFC) dan nitrogen oksida (N2O). Disebut gas rumah kaca, karena mempunyai sifat seperti rumah kaca, yaitu dapat ditembus oleh sinar ultra violet (mempunyai λ pendek) tetapi tidak tertembus oleh sinar infra merah (mempunyai λ panjang), sehingga akan menahan panas yang dipantulkan oleh permukaan bumi (Setijati, 2003: 143-144). 2)
Pemanasan Global Di dalam atmosfer terdapat gas rumah kaca yang menahan radiasi sinar matahari yang
dipancarkan dari permukaan bumi, sehingga bumi dapat dihuni oleh tumbuhan, hewan dan manusia (JICA, 1998: 14). Berdasarkan
laporan
panel
PBB
untuk
perubahan
iklim
atau United
Nations
Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) pada 19 Nopember 2007, sebagaimana yang dikutip oleh Kompas Cyber Media (2007), bahwa manusia merupakan biang (penyebab) utama dari pemanasan global. Dimana, Emisi gas rumah kaca mengalami kenaikan 70 persen antara 1970 hingga 2004. Konsentrasi gas karbondioksida di atmosfer jauh lebih tinggi dari kandungan alaminya dalam 650 ribu tahun terakhir. Rata-rata temperatur global telah naik 1,3 derajat Fahrenheit (setara 0,72 derat Celcius) dalam 100 tahun terakhir. Muka air laut mengalami kenaikan rata-rata 0,175 centimeter setiap tahun sejak 1961. Sekitar 20 hingga 30 persen spesies tumbuh-tumbuhan dan hewan berisiko punah 112
jika temperatur naik 2,7 derajat Fahrenheit (setara 1,5 derajat Celcius). Jika kenaikan temperatur mencapai 3 derajat Celcius, 40 hingga 70 persen spesies mungkin musnah. Meski negara-negara miskin yang akan merasakan dampak sangat buruk, perubahan iklim juga melanda negara maju. Pada 2020, 75 juta hingga 250 juta penduduk Afrika akan kekurangan sumber air, penduduk kota-kota besar di Asia akan berisiko terlanda banjir dan rob. Di Eropa, kepunahan spesies akan ekstensif. sementara di Amerika Utara, gelombang panas makin lama dan menyengat sehingga perebutan sumber air akan semakin tinggi. Kondisi cuaca ektrim akan menjadi peristiwa rutin. Badai tropis akan lebih sering terjadi dan semakin besar intensitasnya. Gelombang panas dan hujan lebat akan melanda area yang lebih luas. Resiko terjadinya kebakaran hutan dan penyebaran penyakit meningkat. Sementara itu, kekeringan akan menurunkan produktivitas lahan dan kualitas air. Kenaikan muka air laut akan memicu banjir lebih luas, mengasinkan air tawar, dan menggerus kawasan pesisir. 3)
Perusakan Lapisan Ozon Ozon terdiri dari tiga molekul oksigen (lihat gambar 4) dan amat berbahaya pada
kesehatan manusia. Secara alamiah, ozon dihasilkan melalui percampuran cahaya ultraviolet dengan atmosfer bumi dan membentuk suatu lapisan ozonpada ketinggian 50 kilometer. Ozon tertumpu di bawah stratosfer di antara 15 dan 30 km di atas permukaan bumi yang dikenal sebagai ‘lapisan ozon’. Ozon dihasilkan dengan pelbagai persenyawaan kimia, tetapi mekanisme utama penghasilan dan perpindahan dalam atmosfer adalah penyerapan tenaga sinar ultraviolet (UV) dari matahari. Ozon (O3) dihasilkan apabila O2 menyerap sinar ultraviolet pada jarak gelombang 242 nanometer dan disingkirkan dengan fotosintesis dari sinar bagi jarak gelombang yang besar dari 290 nm. O3 juga merupakan penyerap utama sinar UV antara 200 dan 330 nm. Penggabungan proses-proses ini efektif dalam meneruskan kekonstanan bilangan ozon dalam lapisan dan penyerapan 90% sinar UV (Wikipedia b, 2008). Ozon adalah hasil reaksi antara oksigen dengan sinar ultraviolet dari matahari. Ozon di udara berfungsi menahan radiasi sinar ultraviolet dari matahari pada tingkat yang aman untuk kesehatan kita semua. Ozon juga diproduksi manusia untuk dipergunakan sebagai bahan pemurni air, pemutih, dan salah satu unsur pembentuk plastik (e-smartschool, tt).
113
Lapisan ozon di stratosfer menyerap sebagian besar sinar ultraviolet matahari yang berbahaya sehingga dapat melindungi makhluk hidup di bumi (JICA, 1998: 14).Ozon digunakan dalam bidang pengobatan untuk mengobati pasien dengan cara terawasi dan mempunyai penggunaan yang meluas seperti di Jerman. Di antaranya ialah untuk perawatan kulit terbakar. Sedangkan dalam perindustrian, ozon digunakan untuk:
mengenyahkan kuman sebelum dibotolkan (antiseptik),
menghapuskan pencemaran dalam air (besi, arsen, hidrogen sulfida, nitrit, dan bahan organik kompleks yang dikenal sebagai warna),
membantu proses flokulasi (proses pengabungan molekul untuk membantu penapis menghilangkan besi dan arsenik),
mencuci, dan memutihkan kain (dipaten),
membantu mewarnakan plastik,
menentukan ketahanan getah.
Lubang ozon di Antartika disebabkan oleh penipisan lapisan ozon antara ketinggian tertentu seluruh Antartika pada musim semi. Pembentukan ‘lubang’ tersebut terjadi setiap bulan September dan pulih ke keadaan normal pada lewat musin semi atau awal musim panas. Dalam bulan Oktober 1987, 1989, 1990 dan 1991, lubang ozon yang luas telah dilacak di seluruh Antartika dengan kenaikan 60% pengurangan ozon berbanding dengan permukaan lubang pra-ozon. Pada bulan Oktober 1991, permukaan terendah atmosfer ozon yang pernah dicatat telah terjadi di seluruh Antartika. 1. 4.
Masalah-masalah Lingkungan Hidup Lainnya
Limbah
Semakin tinggi perkembangan ekonomi suatu negara dan pendapatan nasional suatu negara, semakin banyak limbah limbah yang dihasilkan dan dibuang negara tersebut. Pembakaran limbah padat dapat menyebabkan pencemaran udara. Pembuangan limbah padat ke air tidak hanya menurunkan kualitas air tetapi juga mengakibatkan penyumbatan saluran yang dapat menyebabkan banjir (JICA, 1998: 10).
Hujan Asam 114
Hujan asam didefinisikan sebagai segala macam hujan dengan pH di bawah 5,6. Hujan secara alami bersifat asam (pH sedikit di bawah 6) karena karbondioksida(CO2) di udara yang larut dengan air hujan memiliki bentuk sebagai asam lemah. Jenis asam dalam hujan ini sangat bermanfaat karena membantu melarutkanmineral dalam tanah yang dibutuhkan oleh tumbuhan dan binatang. Secara alami hujan asam dapat terjadi akibat semburan dari gunung berapi dan dari proses biologis di tanah, rawa, dan laut. Akan tetapi, mayoritas hujan asam disebabkan oleh aktivitas manusia
seperti
industri, pembangkit
tenaga
listrik,kendaraan
bermotor dan
pabrik
pengolahan pertanian (terutama amonia). Gas-gas yang dihasilkan oleh proses ini dapat terbawa angin hingga ratusan kilometer di atmosfer sebelum berubah menjadi asam dan terdeposit ke tanah. Secara sederhana, reaksi pembentukan hujan asam sebagai berikut: Bukti terjadinya peningkatan hujan asam diperoleh dari analisa es kutub. Terlihat turunnya kadar pH sejak dimulainya Revolusi Industri dari 6 menjadi 4,5 atau 4. Informasi lain diperoleh dari organisme yang dikenal sebagai diatom yang menghuni kolam-kolam. Setelah bertahun-tahun, organisme-organisme yang mati akan mengendap dalam lapisanlapisan sedimen di dasar kolam. Pertumbuhan diatom akan meningkat pada pH tertentu, sehingga jumlah diatom yang ditemukan di dasar kolam akan memperlihatkan perubahan pH secara tahunan bila kita melihat ke masing-masing lapisan tersebut. Sejak dimulainya Revolusi Industri, jumlah emisi sulfur dioksida dan nitrogen oksida ke atmosfer turut meningkat. Industri yang menggunakan bahan bakar fosil, terutama batu bara, merupakan sumber utama meningkatnya oksida belerang ini. Pembacaan pH di area industri terkadang tercatat hingga 2,4 (tingkat keasaman cuka). Sumber-sumber ini, ditambah oleh transportasi, merupakan penyumbang-penyumbang utama hujan asam. Masalah hujan asam tidak hanya meningkat sejalan dengan pertumbuhanpopulasi dan industri tetapi telah berkembang menjadi lebih luas. Penggunaan cerobong asap yang tinggi untuk mengurangi polusi lokal berkontribusi dalam penyebaran hujan asam, karena emisi gas yang dikeluarkannya akan masuk ke sirkulasi udara regional yang memiliki jangkauan lebih luas. Sering sekali, hujan asam terjadi di daerah yang jauh dari lokasi sumbernya, di mana daerahpegunungan cenderung memperoleh lebih banyak karena tingginya curah hujan di sini.
115
Terdapat hubungan yang erat antara rendahnya pH dengan berkurangnya populasi ikan di danau-danau. pH di bawah 4,5 tidak memungkinkan bagi ikan untuk hidup, sementara pH 6 atau lebih tinggi akan membantu pertumbuhan populasi ikan. Asam di dalam air akan menghambat produksi enzim dari larva ikan trout untuk keluar dari telurnya. Asam juga mengikat logam beracun sepertialumunium di danau. Alumunium akan menyebabkan beberapa ikan mengeluarkan lendir berlebihan di sekitar insangnya sehingga ikan sulit bernafas. Pertumbuhan Phytoplankton yang menjadi sumber makanan ikan juga dihambat oleh tingginya kadar pH. Tanaman dipengaruhi oleh hujan asam dalam berbagai macam cara. Lapisan lilin pada daun rusak sehingga nutrisi menghilang dan tanaman tidak tahan terhadap keadaan dingin, jamur dan serangga. Pertumbuhan akar menjadi lambat sehingga lebih sedikit nutrisi yang bisa diambil, dan mineral-mineral penting menjadi hilang. Ion-ion beracun yang terlepas akibat hujan asam menjadi ancaman yang besar bagi manusia. Tembaga di air berdampak pada timbulnya wabah diare pada anak dan air tercemar alumunium dapat menyebabkan penyakit Alzheimer (Wikipedia a, 2008). Organ tubuh yang paling peka terhadap percemaran NOx adalah paru-paru. Apabila terkontaminasi gas NOx, paru-paru membengkak sehingga penderita sulit bernafas yang dapat mengakibatkan kematian. Kadar gas NO yang tinggi dapat menyebabkan gangguan pada sistim saraf yang mengakibatkan kejang-kejang. Bila keracunan ini terus berlanjut dapat menyebabkan kelumpuhan. Nitrat yang telah berubah menjadi nitrit dapat juga bereaksi dengan amina sekunder sehingga menghasilkan nitrosamina. Senyawa ini dapat menimbulkan kanker, mutasi dan abnormalitas. Dalam dosis tertentu, nitrosamina bahkan mampu menembus plasenta sehingga menyebabkan tumor pada janin. Dosis 50 ppm (bagian per sejuta) dalam makanan yang diberikan pada binatang percobaan (tikus) selama 20-40 minggu menyebabkan munculnya tumor ganas pada hati, sedang dosis 20-40 ppm menyebabkan tumor ganas pada ginjal. Oleh sebab itu, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan beberapa negara telah menetapkan standar kualitas air yang boleh dikonsumsi oleh manusia. Standar tertinggi kandungan nitratnya adalah 10 ppm nitrat (10 mg per liter air). Udara yang telah tercemar oleh SOx dapat menyebabkan manusia mengalami gangguan pada sistem pernapasan. Gas SOx menyerang selaput lendir pada hidung, 116
tenggorokan dan saluran nafas yang lain sampai ke paru-paru. Gas SOx dapat menmbulkan iritasi pada bagian tubuh yang terkena. Kadar SOx sebesar 6 ppm sudah cukup untuk menimbulkan iritasi pada manusia. Otot saluran pernafasan dapat mengalami kejang (spasme) akibat teriritasi oleh SOx. Jika waktu paparannya cukup lama akan timbul peradangan yang hebat pada selaput lendir yang diikuti oleh kelumpuhan sistim pernafasan (paralisis cilia), serta kerusakan pada epithelium yang menyebabkan kematian (Energi, 2003). Hujan
asam
mendatangkan
beberapa
masalah
lingkungan
hidup
dan
kesehatan.Pertama, adalah dampak keasamannya. Air yang amat asam dapat mematikan ikan dan membuat air tidak dapat diminum, asamnya air hujan juga menambah kemampuan air hujan untuk melarutkan dan membawa logam-logam berat keluar dari tanah, sehingga dapat membawa bahan pencemar berbahaya. Kedua, dapat menghilangkan zat hara penting dari daun atau tanah seputar pohon (Bernadette, 1998: 41-43). Lebih lanjut, Setijati (2003: 150) mengemukakan bahwa bila akar menyerap air yang bersifat asam, maka kemampuannya untuk menyerap garam-garam seperti garam Ca, Mg dan K akan menurun sehingga tanaman kekurangan zat hara, menjadi lemah dan pada akhirnya mati. Selain itu, hujan asam bersifat korosif, sehingga dapat merusak bangunan dan peralatan lain terutama yang terbuat dari bahan logam. Dari berbagai pendapat di atas, dapat dihimpun bahwa hujan asam menimbulkan berbagai dampak negatif, baik pada lingkungan maupun organisme itu sendiri. Diantaranya adalah : 1)
Berkurangnya populasi ikan
2)
Terhambatnya pertumbuhan phytoplankton
3)
Lapisan lilin pada daun menjadi rusak
4)
Pertumbuhan akar menjadi lambat
5)
Mengurangi kemampuan akar untuk menyerap garam-garam mineral, seperti Ca, Mg
dan K
117
6)
Menurunkan mutu air minum, sehingga dapat menyebabkan keracunan, seperti
keracunan alumunium 7)
Menambah kemampuan air hujan dalam melarutkan dan membawa logam-logam berat
keluar dari tanah 8) Merusak bangunan dan peralatan, terutama yang terbuat dari bahan logam (lihat gambar Penurunan Kualitas Ekosistem/Keanekaragaman Hayati Untuk mencapai pertumbuhan ekonomi dan menyediakan bahan makanan yang cukup bagi masyarakat; pemanfaatan tanah, hutan, rawa, pantai dan laut untuk berbagai tujuan sulit untuk dicegah (JICA, 1998: 10).
Beberapa faktor yang menyebabkan penurunan kualitas ekosistem dan keanekaragaman hayati adalah sebagai berikut : 1. Perusakan habitat flora dan fauna akibat berbagai aktivitas manusia seperti perkebunan, pertanian, kehutanan, perikanan, pertambangan dan sebagainya. 2. Pengambilan hasil laut dan penagkapan flora dan fauna liar secara berlebihan 3. Pencemaran lingkungan 4. Masuknya jenis-jenis dari luar yang bukan spesies asli suatu daerah Hilangnya keanekaragaman hayati berarti hilangnya nilai ekonomi, nilai sosial, keindahan dan nilai-nilai lingkungan hidup kita lainnya. Menurut skala dunia, banyak spesies punah akibat penurunan kualitas lingkungan hidup selama 4 juta tahun sejarah kehidupan di planet. Diperkirakan, laju kepunahan jenis flora dan fauna yang disebabkan oleh aktivitas manusia adalah 50 sampai 100 kali lebih cepat daripada laju kepunahan alami. Sekitar 10 ribuan jenis diperkirakan mengalami proses kepunahan akibat hilangnya habitat dan perburuan yang berlebihan (JICA, 1998: 10-12). 1. 5.
Akibat Terjadinya Masalah Lingkungan
118
Stewart dan Krier dalam Takdir (2000: 2-4) mengemukakan bahwa, dampak dari menurunnya kualitas lingkungan hidup baik karena terjadinya pencemaran atau terkurasnya sumber daya alam adalah timbulnya ancaman terhadap kesehatan, menurunnya nilai estetika, kerugian ekonomi (economic cost) dan terganggunya sistem alami (natural system). 1. Kesehatan Dampak pencemaran lingkungan seringkali baru dapat dirasakan setelah beberapa tahun atau puluhan tahun sejak masuknya suatu zat ke dalam lingkungan hidup. Zat-zat kimia tertentu memerlukan proses akumulatif hingga sampai waktu tertentu yang manusia tidak dapat mengetahuinya dengan pasti barulah dampaknya dirasakan dan dilihat oleh manusia. Dengan demikian, pencemaran lingkungan seringkali mengandung resiko terhadap kesehatan manusia. Beberapa peristiwa pencemaran lingkungan di beberapa negara yang berdampak negatif terhadap kesehatan manusia/masyarakat
diantaranya, pencemaran merkuri di Teluk
Minamata Jepang, pencemaran udara di London tahun 1952 dan pencemaran Sungai Wabigon di Kanada. 2. Estetika Banyak orang yang berharap dapat menikmati lingkungan hidup yang baik dan sehat. Hal ini berarti, tidak sekedar ingin bebas dari pencemaran lingkungan hidup yang dapat membahayakan kesehatan mereka, tetapi juga bebas dari gangguan-gangguan lain, yang meskipun tidak terlalu membahayakan kesehatan tetapi dapat merusak segi-segi estetika dari lingkungan hidup mereka atau lingkungan tempat tinggal mereka. Jadi, masalah keindahan (estetika) dan kebersihan juga merupakan kepedulian banyak orang. Masyarakat di negara maju, terutama, menolak adanya gangguan-gangguan berupa bau, kebisingan atau kabut yang melanda tempat tinggal mereka. 3. Kerugian ekonomi Secara umum, dapat digambarkan kerugian-kerugian ekonomi yang diderita oleh para penderita pencemaran berupa biaya pemeliharaan atau pembersihan rumah, biaya berobat atau dokter, dan hilang atau lenyapnya mata pencarian. Sungai yang tercemar menyebabkan nelayan yang biasa menangkap ikan menjadi kehilangan mata pencariannya. Para petani akan 119
mengalami kerugian karena sawah atau tambak ikannya rusak karena zat-zat pencemar. Kegiatan-kegiatan rekreasi seperti berenang, berperahu, memancing ikan menjadi lenyap sama sekali karena sungai, laut atau danau menjadi tercemar dan tidak layak lagi untuk tempat rekreasi. 4. Terganggunya sistem alami Kegiatan manusia dapat mengubah sistem alami. Misalnya, penebangan atau penggundulan hutan dapat mengubah iklim global, terjadinya musim kering/kemarau yang luar biasa atau timbulnya badai. Begitu pula penggundulan hutan dan penggembalaan ternak dalam jumlah besar secara tidak bijaksana dapat menimbulkan terjadinya gurun pasir atau memperluas gurun pasir yang telah ada, seperti pada gurun sahara di Afrika Utara. Pembangunan dam juga dapat mengubah sistem ekologis suatu kawasan, yang akibatnya tidak dapat segera diketahui oleh manusia.
120