BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang HIV ditemukan oleh Dr. Luc Montaigner dan kawan-kawan dari Institute Pasteur Perancis. Mereka berhasil mengisolasi virus penyebab AIDS ini dengan mengisolasi virus dari kelenjar getah bening dalam tubuh ODHA (orang dengan HIV/AIDS) yang membengkak. Kemudian pada bulan juli 1994 Dr. Robert Ballo dari lembaga kanker Nasional di Amerika Serikat menyatakan bahwa ia menemukan virus baru dari seorang penderita AIDS yang diberi nama HTLV-III kemudian ilmuwan lainnya J. Levy juga menemukan virus penyebab AIDS yang ia namakan AIDS related virus yang disingkat ARV. Akhir mei 1986 komisi taksonomi internasional sepakat menyebut nama virus AIDS ini dengan HIV. Menurut Data Kemenkes RI (Kementrian Kesehatan Republik Indonesia), Kasus HIV periode Juli-September tahun 2015 sejumlah 6.779 kasus. Faktor risiko penularan HIV tertinggi adalah hubungan seks tidak aman pada heteroseksual (46,2 persen) penggunaan jarum suntik tidak steril pada Penasun (3,4 persen), dan LSL (Lelaki sesama Lelaki) (24,4 persen). Sementara, kasus AIDS sampai September 2015 sejumlah 68.917 kasus. Berdasarkan kelompok umur, persentase kasus AIDS tahun 2015 didapatkan tertinggi pada usia 20-29 tahun(32,0 persen), 30-39 tahun (29,4 persen), 4049 tahun (11,8 persen), 50-59 tahun (3,9 persen) kemudian 15-19 tahun (3 persen). Acquired immunodeficiency syndrome (AIDS) pertama kali dikenal pada tahun
1981
di
Amerika
Serikat
dan
disebabkan
oleh
human
immunodeficiency virus (HIV-1). AIDS adalah suatu kumpulan gejala penyakit kerusakan system kekebalan tubuh; bukan penyakit bawaan tetapi didadapat dari hasil penularan. penyakit ini merupakan persoalan kesehatan masyarakat yang sangat penting di beberapa negara dan bahkan mempunyai implikasi yang bersifat internasional dengan angka moralitas yang peresentasenya di atas 80 pada penderita 3 tahun setelah timbulnya manib
1
festasi klinik AIDS. Pada tahun 1985 Cherman dan Barre-Sinoussi melaporkan bahwa penderita AIDS di seluruh dunia mencapai angka lebih dari 12.000 orang dengan perincian, lebih dari 10.000 kasus di Amerika Serikat, 400 kasus di Francis dan sisanya di negara Eropa lainnya, Amerika Latin dan Afrika. Pada pertengahan tahun 1988, sebanyak lebih dari 60.000 kasus yang ditegakkan diagnosisnya sebagai AIDS di Amerika Serikat telah dilaporkan pada Communicable Disease Centre (CDC) dan lebih dari setengahnya meninggal. Menurut data WHO (World Health Organization) Di seluruh dunia, di perkirakan terjadi sekitar 500.000 kanker serviks baru dan 250.000 kematian setiap tahunnya yang kurang lebih 80% terjadi di negara sedang berkembang. Di Indonesia, insiden kanker serviks di perkirakan kurang lebih 40.000 kasus pertahun dan masih merupakan kanker wanita yang tersering. Dari jumlah itu, 50% kematian terjadi di negara - negara berkembang. Hal itu terjadi karena pasien datang dalam stadium lanjut. Menurut data Departemen Kesehatan RI (Republik Indonesia) tahun 2010, penyakit kanker leher rahim saat ini menempati urutan pertama daftar kanker yang di derita kaum wanita. Saat ini di Indonesia ada sekitar 100 kasus per 100 ribu penduduk atau 200 ribu kasus setiap tahunnya. Kanker serviks yang sudah masuk ke stadium lanjut sering menyebabkan kematian dalam jangka waktu relatif cepat. Selain itu, lebih dari 70% kasus yang datang ke rumah sakit di temukan dalam keadaan stadium lanjut. Selama kurun waktu 5 tahun, usia penderita antara 30 - 60 tahun, terbanyak antara 45 - 50 tahun. Periode laten dari fase prainvasif untuk menjadi invasif memakan waktu sekitar 10 tahun. Hanya 9% dari wanita berusia <35 tahun menunjukkan kanker serviks yang invasif pada saat di diagnosis, sedangkan 53% dari kanker insitu terdapat pada wanita di bawah usia 35 tahun. Kanker leher rahim (Ca Cervix) merupakan penyakit kanker kedua terbanyak yang dialami oleh wanita di seluruh dunia. Menurut International Agency for Research on Cancer (IARC) tahun 2012, menyebutkan 85% dari kasus kanker di dunia, yang berjumlah sekitar 493.000 dengan 273.000
2
kematian, terjadi di Negara-negara berkembang, dan Indonesia merupakan mempunyai jumlah pengidap kanker serviks kedua terbesar setelah Cina. Pada tahun 2000 terdapat sekitar 256,000 anak dan dewasa di seluruh dunia yang menderita penyakit sejenis leukemia, dan 209,000 orang diantarnya meninggal karena penyakit tersebut, hampir 90% dari semua penderita yang terdiagnosa adalah dewasa. Leukemia umumnya
muncul pada diri
seseorang sejak dimasa
kecilnya,sumsum tulang tanpa diketahui dengan jelas penyebabnya telah memproduksi sel darah putih yang berkembang tidak normal atau abnormal. Normalnya,
sel
darah
putih
memproduksi
ulang
bila
tubuh
memerlukanya,atau ada tempat bagi sel darah itu sendiri. Tubuh manusia akan memberikan tanda/signal secara teratur kapankah sel darah diharapkan bereproduksi kembali, (Lawrence,2003). Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis mengambil kasus (HIV/AIDS Stadium I pada anak,CA Cerviks/kanker leher rahim Stadium IIIB di ruang VK (Gynekologi) dan Acute miolositik Leukemia/AML) di RSUP Sanglah mulai tangal 24 april 2017 sampai 13 mei 2017, yang merupakan salah satu persyaratan untuk menyelesaikan pendidikan DIII Kebidanan di STIKes Citra Husada Mandiri Kupang (CHM-K) dan mendapat gelar Ahli Madya Kebidanan. 1.2 Tujuan A. Tujuan umum Mahasiswa dapat menerapkan asuhan kebidanan pada Klien/Pasien dengan HIV/AIDS stadium I, Kanker Serviks stadium IIIB dan anak dengan
AML
sehingga
dapat
memperluas
dan
meningkatkan
keterampilan dalam memberikan asuhan Kebidanan berdasarkan 7 langkah Varney. B. Tujuan khusus 1. Mengidentifikasi pengkajian pada klien dengan HIV/AIDS stadium I, CA Cerviks stadium IIIB dan AML
3
secara komperhensif melalui
pendekatan asuhan kebidanan di ruangan Poli Klinik Anak, ruang VK/IRD (ginekologi) dan ruang Pudak RSUP Sanglah Denpasar. 2. Menginterpretasikan data untuk mengidentifikasi diagnosa atau masalah pada klien dengan HIV/AIDS, kanker serviks dan AML secara komperhensif melalui pendekatan asuhan kebidanan di RSUP Sanglah Denpasar. 3. Mengidentifikasi
masalah
potensial
pada
klien/pasien
dengan
HIV/AIDS,kaker serviks dan AML secara komperhensif melalui pendekatan asuhan kebidanan di RSUP Sanglah Denpasar. 4. Mengidentifikasi
tindakan
segera
pada
klien/pasien
dengan
HIV/AIDS,Kanker Serviks dan AML untuk mencegah masalah potensial di RSUP Sanglah Denpasar. 5. Merencanakan
asuhan
kebidanan
pada
klien/pasien
dengan
HIV/AIDS,Kanker Serviks dan AML melalui pendekatan asuhan kebidanan di RSUP Sanglah Denpasar. 6. Melaksanakan asuhan kebidanan
yang telah direncanakan pada
Klien/pasien dengan HIV/AIDS, Kanker Serviks dan AML di RSUP Sanglah Denpasar. 7. Mengevaluasi tindakan yang telah diberikan pada klien/ pasien dengan HIV/AIDS,Kanker Serviks dan AML di RSUP Sanglah Denpasar. 1.3 Manfaat 1. Manfaat secara teori Sebagai dasar pengetahuan dari berbagai sumber untuk mengetahui lebih dalam tentang penyakit-penyakit yang mengakibatkan kematian pada Anak dan Ibu di dunia terutama penyakit HIV/AIDS, CA Cerciks dan AML. 2. Manfaat secara praktek a. Bagi Mahasiswa Mahasiswa dapat memahami tentang konsep dasar HIV/AIDS, Ca Cerviks
dan
AML
Serta
penanganan,pencegahan
pengobatannya serta menambah wawasan bagi pembaca.
4
dan
b. Bagi institusi Dapat menambah literatur atau daftar pustaka pada STIKes Citra Husada Mandiri Kupang dan Institusi dapat mengetahui sejauh mana mahasiswa akademi kebidanan Stikes Citra Husada Mandiri Kupang mampu membuat asuhan kebidanan dengan konsep tujuh langkah Varney pada klien dengan HIV/AIDS, Kanker Serviks dan AML. c. Bagi lahan praktek di rumah sakit Dapat meningkatkan asuhan Kebidanan secara komprehensif sesuai kasus yang ada. d. Bagi Responden/Pasien Dapat mengetahui secara lebih dini tanda dan gejala penyakit yang dapat mengancam jiwa bahkan kematian.
5
BAB II TINJAUAN TEORI 2.1
Konsep HIV/AIDS 2.1.1
Pengertian Menurut (Hasdianah,Prima Dewi.2014). HIV (Human Imm unodeficiency Virus). Virus yang dapat menyebabkan AIDS dengan cara menyerang sel darah putih yang bernama sel CD4 sehingga dapat merusak system kekebalan tubuh manusia.setelah beberapa tahun jumlah virus semakin banyak sehingga system kekebalan tubuh tiak lagi mampu melawan penyakit yang masuk. Virus HIV menyerang sel CD4 dan merubahnya menjadi tempat berkembang biak Virus HIV baru kemudian merusaknya shingga tidak dapat digunakan lagi. Sel darah putih sangat diperlukan untuk system kekebalan tubuh. Dampak kekebalan tubuh maka ketika diserang penyakit maka tubuh kita tidak memilki pelindung. Dampaknya adalah kita dapat meninggal dunia terkena pileks biasa. AIDS
(acquired
immunodeficience
syndrome)
atau
kumpulan berbagai gejala penyakit akibat turunnya kekebala tubuh individu akibat HIV. Ketika individu sudah tidak lagi memilki system kekebalan tubuh maka semua penyakit dapat dengan mudah masuk kedalam tbuh. Karena system kekebalan tubuhnya sangat lemah, penyakit yang tadinya tidak berbahanya akan menjadi sangat berbahaya.
2.1.2
Tanda dan Gejala HIV/AIDS Menurut H. JH. Wartono, Abu Chanif, dkk, (1999. 43) : Gejala AIDS timbul setelah 5 – 10 tahun setelah teinfeksi HIV yang sering terlihat gejalanya antara lain : 1. Gejala awal seperi orang terserang flu biasa
6
2. Nampak sehat, tetapi dapat menularkan Virus HIV ke siapa saja 3. Muncul gejala ARC (AIDS Related Domplex) seperti : a. Rasa lelah yang bekepanjangan b. Sering demam (lebih dari 38 derajad C) c. Sesak nafas dan batuk berkepnjangan d. Berat badan menurun secara menolok dengan cepat e. Bercak merah kebiruan pada kulit/mulut f. Diare lebih dari satu bulan tanpa sebab yang jelas g. Bercak putih atau luka alam mulut Gejala – gejala tersebut juga bisa dijumpai pada penykit lain, sebab itu untuk memastikannya perlu pemeriksaan darah. 4. AIDS dengan tanda-tanda yang spesifik :
2.1.3
a.
Sarhana kapossi
b.
Pnemocystus cemiri
Penyebab HIV/AIDS Penyebab penyakit AIDS adalah virus HIV yaitu virus yang masuk dalam kelompok retrovirus yang biasanya menyerang organ-organ vital system kekebalan tubuh manusia. Penyakit ini dapat ditularkan mealui penularan seksual, kontaminasi pathogen di dalam darah, dan penularan masa perinatal. Sekali virus AIDS menginfeksi seseorang, maka virus tersebut akan berada dalam tubuh korban untuk seumur hidup. Badan penderita akan mengadakan reaksi terhapat invasi virus AIDS dengan jalan membentuk antibodi spesifik, yaitu antibodi HIV, yang agaknya tidak dapat menetralisasi virus tersebut dengan cara-cara yang biasa sehingga penderita tetap akan merupakan individu yang infektif dan merupakan bahaya yang dapat menularkan virusnya pada orang lain di sekelilingnya.
7
Kebanyakan orang yang terinfeksi oleh virus AIDS hanya sedikit yang menderita sakit atau sama sekali tidak sakit, akan tetapi pada beberapa
orang
perjalanan
sakit
dapat
berlangsung
dan
berkembang menjadi AIDS yang berkembang lebih cepat dan mendadak. 2.1.4
Tahap Perubahan HIV/AIDS Menurut (Hasdianah,Prima Dewi.2014). tahap-tahap perubahan pada HIV/AIDS antara lain : 1. Fase pertama Umur infeksi 1-6 bulan (sejak terinfeksi HIV) individu sudah terpapar dan terinfeksi. Tetapi ciri-ciri terinfeksi belum terlihat meskipun ia melakukan tes darah. Pada fase ini antibody
terhadap
HIV
belum
terbentuk,
bisa
saja
terlihat/mengalami gejala-gejala ringan seperti flu (biasanya dua sampai tiga hari dan sembuh sendiri) 2. Fase kedua Umur infeksi 2 sampai 10 tahun setelah terinfeksi HIV pada fase kedua ini individu sudah positif HIV dan belum menampakan gejala sakit. Tidak dapat menularkan pada orang lain. Bisa saja terlihat/mengalami gejala-gejala ringan seperti flu (biasanya 2-3 hari dan sembuh sendiri) 3. Fase ketiga Mulai muncul gejala-gejala awal penyakit belum disebut sebagai gejala AIDS. Gejala-gejala yang berkaitan antara lain keringat yang berlebihan pada waktu malam, diare terus menerus, pembengkakakan kelenjar getah bening, flu yang tidak sembuh-sembuh, nafsu makan berkurang dan badan menjadi lemah serta berat badan terus berkurang. Pada fase ketiga ini system kekebalan tubuh mulai berkurang. 4. Fase keempat
8
Sudah masuk pada fase AIDS. AIDS baru terdiagnosa setelah kekebalan tubuh sangat berkurang dilihat dari jumlah selTnya. Timbul penyakit tertentu yang disebut dengan infeksi oportunistik yaitu TBC, infeksi paru-paru yang menyebabkan radang paru-paru dan kesulitan bernapas, kanker khususnya sariawan, kanker kulit atau sarkoma Kaposi, infeksi usus yang menyebabkan diare parah beminggu-minggu, dan infeksi otak yang menyebabkan kekacauan mental dan sakit kepala.
2.1.5
Cara Penularan HIV/AIDS Menurut (Hasdianah,Prima Dewi.2014). Cara penularan HIV/ AIDS antara lain : Media penyebaran HIV/AIDS a. Aliran darah, bisa berbentuk luka b. Cairan sperma c. Cairan vagina Cara penularan HIV/AIDS 1. Hubungan seksual Hubungan seksual yang tidak aman dengan orang yang terpapar HIV 2. Transfusi darah Melalui transfuse darah yang tercemar HIV 3. Penggunaan jarum suntik Penggunaan jarum suntik, tindik, tattoo, pisaucukur dan lain-lain yang dapat menimbulkan luka yang tidak disterilkan
secara
bersama-sama
dipergunakan
dan
sebelum telah dipakai orang yang terinfeksi HIV. Caracara ini dapat menularkan HIV karena terjadi kontak darah 4. Ibu hamil kepada anak yang dikandungnya a. Antenatal
9
Sat bayi masih berada dalam rahim, melalui placenta b. Intranatal Saat proses persalinan, bayi terpapar dari ibu atau cairan vagina c. Postnatal Setelah proses persalinan, melalui ASI. Kenyataannya 2535% dari semua bayi yang dilahirkan oleh ibu yang sudah terinfeksi di Negara berkembang tertular HIV dan 90% bayi dan anak yang tertular HIV tertular dari ibunya.
2.1.6
Pencegahan HIV/AIDS Menurut (Hasdianah,Prima Dewi.2014). Secara umum 5 cara pokok untuk mencegah penularan HIV (A,B,C,D,E) yaitu : A : Abstinence- memilih untuk tidak melakukan hubungan seks beresiko tinggi terutama seks pranikah B : Be Faitful- saling setia C : Condom- menggunakan kondom secara konsisten dan benar D : Drugs- tolak penggunaan NAPZA E : Equipment – jangan pakai jarum suntik bersama-sama Untuk remaja : Karena semua orang tanpa kecuali dapat tertular HIV apabila perilakunya sehari-hari termasuk tidak melakukan hubungan seks sebelum menikah. Yang ditekankan disini yaitu, hubungan seks yang tidak aman beresiko IMS (Infeksi Menular Seksual), dan IMS memperbesar resiko penularan HIV/AIDS. Mencari informasi yang lengkap dan benar yang berkaitan dengan HIV/AIDS. Mendiskusikan secara terbuka permasalahan yang sering dialami remaja dalam hal ini tentang masalah perilaku seksual dengan orang tua, guru, teman maupun orang yang memang paham mengenai hal ini.
10
Menghindari penggunaan obat-obat terlarang dan jarum suntik, tato
dan
tindik.
Tidak
melakukan
kontak
langsung
bercampuran darah dengan orang yang sudah terpapar HIV. Menghindari perilaku yang dapat mengarah pada perilaku yang tidak sehat dan tidak bertanggung jawab.
2.1.7
Pemeriksaan Penunjang Cara untuk mengetahui seseorang yang terinfeksi HIV/AIDS adalah : a. Test darah HIV/AIDS. Orang tidak akan tahu apakah dia terpapar. HIV/AIDS atau tidak tanpa melakukan test HIV/AIDS lewat contoh darah yang bersangkutan b. Test HIV/AIDS Test HIV adalah test yang dilakukan untuk memastikan apakah individu yang bersangkutan telah dinyatakan terkena HIV atau tidak. Test HIV berfungsi untuk mengetahui adanya antibody terhadap HIV atau mengetes adanya antigen HIV dalam darah. Ada beberapa jenis test yang biasa dilakukan diantarnya yaitu test ELISA,test Dipstik dan test western blood. Masing masing alat test ini memiliki sensitifitas atau kemampuan untuk menemukan orang yang mengidap HIV dan spesifitas atau kemampuan untuk menemukan individu yang tidak mengidap HIV. Untuk tes antibody HIV semacam ELISA memilki sensitifitas yang tinggi. Dengan kata lain presentase pengidap HIV yang memberikan hasil negative palsu sangat kecil sedangkan spesifitasnya adalah antara 99,7% sampai 99,90% dalam arti 0,1%-0,3% dari semua orang yang tidak berantibodi HIV akan dites positif untuk antibody tersebut. Untuk itu hasil ELISA positif perlu diperiksa ulang
11
(dikonfirmasi)
dengan
metode
western
blood
yang
mempunyai spesifita yang lebih tinggi.
2.1.8
Pengobatan HIV/AIDS HIV/AIDS belum dapat disembuhkan. Untuk menahan lajunya
tahap perkembangan virus
beberapa obat yang ada adalah antiretroviral dan infeksi oportunistik.
Obat
antiretroviral
dipergunakan
untuk
retrov
virus
adalah seperti
obat
yang
HIV
guna
menghambat perkembangbiakan virus. Obat-obatan yang termasuk anti retroviral yaitu : 1. Nucleoside atau nucleotide reverse tranciptase inhibitor (NRTI). NRTI adalah Nukleosida atau nukleotida terbalik analog transcriptase
inhibitor
dengan
aktivitas
retroviral.
Mereka diindikasikan untuk pengobatan infeksi HIV dan mereka menunda perkembangan penyakit a.) Abacavir (abc,ziagen) b.) Ddl (dideoxynosime) c.) Lamivudin d.) Stavudine e.) Etravirine (intelence) 2. Nonnucleoside atau nucleotide reverse tranciptase inhibitor (NNRTI) a.) Delavirdine (DLV) b.) Efavirens c.) Nevirapine (NVP) 3. Protease inhibitor (PI) Menghambat protease HIV yang diperlukan untuk replikasi HIV dan pembentukan matang,partikel virus menular.
12
a.) Indinavir (IDV) b.) Nelfinavir(NPV) c.) Ritonavir (RTV) d.) Tipranavir (TPV) 4. Integrase inhibitor (IIS) 5. Fusion Inhibitor (FIS) 6. Kemokin reseptor antagonis (Cras) Terapi antiretroviral (ARV) adalh terapi pengobatan bagi orang dengan HIV. Di Indonesia kita kenal dengan dua jenisregimen terapi ARV yang sering kita kenal dengan terapi Lini pertama dan Lini kedua. Lini I : AZT,3TC,d4T (stavudin),nevirapin,efavirenz Penggunaan stavudin dalam waktu tidak terlalu lama karena efek samping jangka panjang Lini II : tenovofir, Lopi/ritonavir. Efek samping dari tenovofir adalah gangguan fungsi ginjal dan osteoporosis dan metabolic Dosis pemberian : Tenovofir, Lamivudin,efavirens (FDC/fixed dose combinatio n) satu kali malam hari Sampai saat ini belum ada obat-obatan yang dapat menghilangkaan HIV dari dalam tubuh individu. Ada beberapa kasus yang menyatakan bahwa HIV/AIDS dapat disembuhkan. Setelah diteliti lebih lanjut, pengobatan tidak dilakukan dengan standar medis, tetapi dengan pengobatan alternative atau pengobatan lainnya. Obat-obat yang selama ini digunakan berfungsi menahan perkembangbiakan viru HIV dalam tubuh, bukan menghilangkan HIV dari dalam tubuh. Hal ini yang dialami Magic Monshon, pebasket tim LA Lakers konsumsi obat-obatan dilakukan untuk menahan jalannya virus sehingga kondisi tubuh tetap terjaga. Obat-obatan ARV sudah
13
dipasarkan secara umum untuk obat generic, biaya obat ARV yaitu sekitar 380 ribu per paket namun tidak semua orang yang HIV positif sudah membutuhkan obat-obat ARV, ada kriteria kusus. Jadi pengobatan HIV Magic Jonshon belum tentu dapat diterapkan pada orang lain, meskipun semakin hari makin banyak individu yang dinyatakan positif HIV, namun sampai saat ini belum ada informasi adanya obat yang menyembuhkan HIV/AIDS. Bahkan sampai sekarang belum ada perkiraan resmi kapan obat yang dapat menyembuhkan AIDS atau vaksin yang dapat mencegah AIDS ditemukan.
2.1.9
Stigma dan Diskriminasi Diskriminasi terhadap ODHA dan OHIDHA a. Oleh masyarakat Masyarakat banyak meminta ODHA untuk di karantina ke shelter kusus pengidap HIV/AIDS padahal tanpa media dan cara diatas HIV/AIDS tidak akan tertular Sebagian masyarakat melakukan diskriminasi karena : a.) Kurang informasi yang benar bagaiman cara penlaran HIV/AIDS, hal-hal apa saja yang dapat menularkan dan apa yang tidak menularkan b.) Tidak percaya pada informasi yang ada sehingga ketskutsn mereks terhadap HIV/AIDS berlebihan b. Pelayanan kesehatan Pelayanan kesehatan dasar pada penderita yang dengan HIV/AIDS masih terjadi diskriminasi oleh petugas kesehatan
maupun
masyarakat
tentang
penularan
HIV/AIDS yang dapat mengancam jiwa seseorang. Oleh sebab itu, perlu dukungan support baik oleh petugas kesehatan maupun masyarakat. Yang harus dilakukan oleh ODHA yaitu :
14
a.) Mendekatkan diri pada Tuhan b.) Menjaga kesehatan fisik c.) Tetap bersikap atau berpikir positif d.) Tetap mengaktualisasikan dirinya e.) Masuk ke dalam kelompok dukungan (support group) f.) Menghindari penyalahgunaan NAPZA g.) Menghindari seks bebas dan tidak aman h.) Berusaha mendapatkan terapi HIV/AIDS Yang dapat dilakukan masyarakat terhadap ODHA : Sebenarnya banyak hal yang dapat dilakukan kepada ODHA yaitu dengan memberikan dukungan. Dukungan disini tentunya dalam pengertian yang luas, yaitu misalnya memberikan kesempatan, dan sebagainya. Diantaranya anggota masyarakat harus peduli dengan penanggulangan epidemic AIDS dan mendukung ODHA untuk melawan diskriminasi, peduli terhadap ODHA yang sering mendapatkan penolakan dari orang lain.
2.2
Konsep Kanker Serviks (CA Cerviks) 2.2.1
Pengertian Menurut Notodiharjo (2002), kanker serviks adalah tumor ganas primer berasal dari sel epitel skuamosa. Kanker serviks merupakan kanker yang terjadi pada serviks atau leher rahim,suatu daerah pada organ reproduksi wanita yang merupakan pintu masuk kearah rahim, letaknya antara rahim dan liang senggama (vagina). Kanker serviks adalah kanker yang tumuh dan berkembang pada mulut rahim/ serviks, khusunya berasal dari lapisan epitel atau lapisan terluar permukaan serviks. Gejala kanker serviks sering kali tidak begitu disadari oleh wanita sehingga 70% dari kasus serviks yang terjadi ditemukan dalam kondisi stadium lanjut atau stadium kanker diatas IIB. Hal ini tentu tidak bisa terlepas
15
dari masi rengahnya partisipasi aktif wanita untuk melakukan skrining atau pendeteksian dini kanker serviks misalnya PAPsmear. Sebagian besar kanker serviks bermula dari infeksi pada lapisan sel-sel serviks. Sel ini tidak tiba-tiba berubah menjadi sel kanker, tetapi berkembang secara bertahap karena berpengaruh zatzat yang bersifat karsinogen (zat pemicu kanker) awalnya sel normal berubah menjadi sel prakanker, kemudian menjadi sel kanker. Terdapat dua jenis kelainan pra kanker dan kanker serviks sesuai dengan asal sel yang terinfeksi, yaitu sel skuamosa dan sel silindris.
Perbedaan antara keduanya bisa
dilihat melalui
pemeriksaan histology dibawah mikroskop. Jika sel skuamosa yang terinfeksi, maka berunbah menjadi karsinoma sel skuamosa, sedangkan jika sel silindris yang terkena infeksi HPV, maka berubah menjadi adenokarsinoma. Kanker serviks yang paling banyak ditemukan adalah jenis karsinoma sel skuamosa, mencapai 80% dari kasus kanker serviks yang ada. Tidak semua sel prakanker akan berubah menjadi sel kanker, karena berdasarkan penelitian hanya sedikit dari wanita dengan pra kanker leher rahim berkembang menjadi kanker. Dibutuhkan waktu yang cukup lama atau bertahun-tahun untuk terjadi perubahan dari sel prakanker menjadi kanker. Namun dalam kasus tertentu, bisa jadi prosesnya menjadi lebih cepat, bahkan kurang dari 1 tahun.
2.2.2
Etiologi/Penyebab Human papiloma virus
atau biasa disingkat
HPV
merupakan penyebab dari kanker serviks. Virus ini bersifat ekslusif dan spesifik karena hanya bisa tumbuh dan menyerang sel-sel manusia,terutama pada sel epitel mulut rahim. HPV merupakan virus yang berukuran sangat kecil dan bisa menular saat bagian
16
vagina anda mengalami perlukaan karena penularan terjadi saat melakukan hubungan seksual. Ukuran virus HPV adalah 8000 pasang
basa,
berbentuk
icosahendral
dengan
ukuran
55
nanometer,memiliki 72 kapsomer dan 2 protein kapsid. HPV adalah sekelompok virus yang terdiri dari sekitar 150 jenis virus yang bisa menginfeksi sel-sel pada permukaan kulit. Tidak semuanya bisa menyebabkan kanker, terdapat sekitar 30-40 jenis HPV yang bisa menyebabkan penyakit kelamin, beberapa Jenis lainnya bisa menyebabkan kutil kelamin dan sebagian besar diantaranya menyebabkan kanker serviks. Berikut ini pembagian tipe HPV berdasarkan tingkat resiko yang bisa ditimbulkannya, yaitu : 1. Resiko rendah, yaitu tipe HPV 6,11,42,43, dan 44. Tipe-tipe ini disebut sebagai tipr HPV nononkogenik, jika terinfekasi hanya menimbukan lesi jinak berupa kutil atau jeger ayam. 2. Resiko
tinggi,
yaitu
tie
16,18,31,33,35,,39,45,51,52,56,58,59,68 disebut sebagai tipe onkogenik, jika terinfeksi bisa beresiko menimnulkan kanker. HPV resiko tinggi ditemukan pada sebagian besar (98%) kasus kanker serviks. Pada serviks terdapat bagaian dalam serviks atau disebut endoserviks dan ada bagian luar serviks yang disebut ektoserviks, sedangkan perbatasan antara keduanya disebut dengan zona transformasi. Pada zona inilah sebagian besar kanker serviks bermula. Infeksi HPV ini menyebabkan terjadinya dysplasia, yaitu sel-sel yang sudah mulai berubah atau mulai mengarah menjadi sel kanker. Namun pada tahapan ini, sel kanker hanya bersifat local pada lapisan epitel mulut rahim dan belim menyerang bagian lainnya. Ini disebut dengan lesi prakanker, belum terjadi kanker tetapi prosesnya mengarah menjadi sel kanker.
17
Setidaknya dibutuhkan waktu sekitar 26 bulan sejak mulai terdeteksi hingga akhirnya dysplasia yang menimnulkan lesi prakanker itu berubah menjadi dysplasia berat. Sedangkan 15% dari dysplasia ringan akan menjadi dysplasia berat dalam waktu 2 tahun. Dua per tiga dari dyspalasia berat biasanya akan berakhir menjadi kanker yang bersifat invasive atau menyerang organ tubuh lainnya dalam waktu 10 tahun, jika tidak ditangani dengan tepat. Bisa jadi waktu penginfeksian sel kanker terhadap jaringan lainnya bisa sedikit ditunda dengan proses pemberian pengobatan dan penanganan secara dini dan dilakukan dengan tepat. Infeksi bisa terjadi karena berbagai penyebab termasuk diketahuinya banyak factor pencetus yang bisa menimbulkan kanker serviks dan penyebab mutlaknya adalah virus HPV. Secara garis besar, terdapat 3 faktor penyebab kanker serviks, yaitu : a. The seed, yang dimaksud adalah HPV. Infeksi HPV merupakan penyakit menular seksual yang ditularkan melalui aktivitas seksual dengan pasangan yang sudah terinfeksi HPV. Resiko semakin meningkat, jika sering berganti-ganti
pasangan
atau
berhubungan
dengan
pasangan yang mempunyai mitraseksual multipel. b. The soil, yaitu perubahan yang terjadi pada sel-sel epithelium mulut rahim terutama pada zona transformasi sebagaimana sudah dipaparkan sebelumnya. Perubahan sel yang berkembang secara ridak terkendali pada daerah yang kritis bia beresiko terjadi perkembangan kanker serviks. Melakukan hubungan seksual di usia muda, yaitu dibawah 16 tahun juga bisa meningkatkan resiko terkena kanker serviks. c. The nutrient, yaitu pengaruh nutrisi dan gaya hidup yang memengaruhi secara langsung imunitas tubuh seseorang secara spesifik, seperti kebiasaan merokok, penggunaan
18
alat kontrasepsi terutama pil, termasuk apakah tubuh terinfeksi penyakit yang menurunkan daya tahan seperti terserang HIV,HSV, atau Chlamydia. Setiap wanita beresiko tinggi terinfeksi virus HPV sepanjang hidupnya. Meskipun pada akhirnya hanya sebagian kecil yang menderita kanker serviks. Namun, resiko terjangkitnya kanker serviks sudah wajib menjadi perhatian utama wanita untuk menjaga kesehatan organ intimnya dan melakukan skrining untuk melakukan pendeteksian secara dini. Dua belas bulan semenjak ditemukannya infeksi,70% wanita tidak terinfeksi lagi dan < 24 bulan kurang dari 9% yang masih terinfeksi. Hal ini menggambarkan bahwa hanya sedikit dari wanita yang terinfeksi mengalami kondisi yang semakin buruk menjadi kanker servik. System pertahanan tubuh sangatlah penting dalam menangkal virus atau memerbaiki kondisi tubuh yang sudah terinfeksi. Tidak hanya dipengaruhi oleh kekebalan tubuh saja, tetapi juga oleh faktor lainnya.
2.2.3
Gejala Kanker Serviks (CA Serviks) Menurut (Riksani Ria.2016) Gejala Awal : Berikut ini merupakan gejala yang dirasakan pada stadium awal kanker yaitu : a. Pendarahn pervaginam (melalui vagina). Pendarahn yang dimaksud
adalah
pendarahn
yang
terjadi
setelah
melakukan hubungan atau pendarahan spontan yang keluar di luar masa haid. b. Keputihan berulang. Keputihan merupakan cairan vagina yang keluar secara berlebihan. Terdapat 2 jenis keputihan yaitu, keputihan yang bersifat fisiologis atau normal dan keputihan patologis atau disebabkan oleh penyakit.
19
Keputihan normal niasanya keluar di masa subur sebelum dan sesudah mentruasi. Terdapat 3 jenis infeksi vagina yang umum ditemukan. Ketiga jenis infeksi ini juga menunjukan keputihan sebagai tanda atau gejala adanya infeksi dalam alat kelamin wanita yaitu : 7. Bakteri baginosis Secara umum, penyebab bakteri vaginosis tidak diketahui. Mirip dengan infeksi jamur yaitu adanya pertumbuhan
bakteri
yang
berlangsung
secara
berlebihan. 8. Trikomoniasis Infeksi ini disebabkan oleh organism protozoa ber sel satu dan hamper selalu menyebar melalui kontak seksual. Tanda dan gejal infeksi ini adalah : a. keputihan berwarna hijau, berlendir, bau busuk, jumlah pengeluran cairan meningkat, b. peradangan di vulva vagina c. peningkatan frekuensi buang air kecil d. gatal di sekitar vagina. Akan tetapi baik pria atau wanita yang menderita infeksi trikomoniasis terkadang tidak menunjukan gejala apapun 9. infeksi monilia monilia biasanya disebabkan oleh infeksi jamur candida albicans yang menyerang vagina. Infeksi ini terjadi akibat ketidak seimbangan pH vagina. Tanda dan gejala infeksi monilia adalah : a. peningkatan jumlah cairan keputihan yang berwarna putih abu-abu
20
b. merah, gatal, dan perih di daerah vulva vagina. Keputihan yang harus diwaspadai adalah keputihan yang terjadi bersamaan dengan penyakit kelamin, misalnya Gonore dan Sifilis karena virus HPV bisa di tularkan bersamaan dengan Kuman penyebab penyakit kelamin tersebut. Oleh karena itu, jika anda merasakan keputihan yang mengarah kepada kanker serviks, sebaiknya melakukan skrining kanker serviks, salah satunya dengan pemeriksaan pap smear, IVA test, kolposkopi, dan biopsy jika diperlukan. Gejala Lanjutan Gejala selanjutnya yang akan dirasakan seiring dengan peningkatan stadium kanker adalah keluarnya cairan dari vagina yang berbau tidak sedap, terasa nyeri di bagian panggul, pinggang dan tungkai, gangguan saat berkemih atau kesulitan buang air kecil karena adanya sumbatan pada saluran kencing, nyeri didaerah kandung kemihserta anus, penurunan berat badan dan mudah merasa lelah. Keluhan-keluhan semakin
bertambah
karena
pertumbuhan
kanker
yang
mendesak atau menginvasi organ sekitarnya.
2.2.4
Tahapan Kanker Serviks Berikut ini merupakan pembagian stadium kaker menurut FIGO (international federation gynecologic and obstetric) Tahap I : Kanker terbatas pada daerah serviks 0
: Karsinoma in situ, yaitu kanker yang masih terbatas pada lapisan epitel mulut rahim dan belum memilki potensi untuk menyebar ke tempat organ lain.
1
: Terbatas di uterus
IA : Terdeteksi kanker invasive hanya mikroskopis IA1 : Invasive dengan kedalaman kurang dari 3 mm dan lebar kurang dari 5 mm
21
IA2 : Invasive dengan kedalamn lebih dari 3 mmtetapi kurang dari 5 mm,dan lebar kurang dari 7 mm IB : Kanker dapat terlihat dengan jelas di permukaan serviks IB1 : Kanker di leher rahim kurang dari 4 cm IB2 : Kanker di leher rahim lebih besar 4 cm Tahap II : Penyebaran ke struktur yang berdekatan II : Invasi tidak sampai ke dinding panggul atau mencapai 1/3 bagian bawah vagina IIA : Menyebar ke bagian vagina IIB : Menyebar membujur dinging panggul Tahap III : Berkembang lebih luas, tetapi masih dalam panggul III : Invasi mencapai dinding panggul, 1/3 bagian bawah vagina atau timbul IIIA : Kanker berkembang panjang ke daerah vagina yang leboh rendah IIIB : Kanker berkembang panjang ke dinding panggul, hingga menhambat saluran kencing Tahap IV : Menyebar luas dan melibatkan organ panggul IV : Kanker sudah keluar dari panggul IVA : Meliputi bagian dalam kandung kemih dan rectum IVB : Metastasis jauh hingga ke bagian paru-paru, hati dan tulang. Secara sederhana, kita dapat menbagi stadium-stadium diatas menjadi yang belum menyebar di luar leher rahim (stadium I), yang sudah menyebar ke jaringan sekitar (stadium II,III dan IVA) bahkan ke tempat yang lebih jauh (metastasis) seperti hati atau paru-paru (stadium IVB). Idikator perkiraan perkembangan penyakit untuk pasien dengan kanker serviks stadium I termasuk beberapa faktor, diantaranya :
22
1. Ukuran tumor. Ada hubungan pasti antara ukuran kanker serviks dengan hasil akhirnya. 2. Kedalaman
kanker
serviks
masuk
ke
leher
rahim.kedalaman dari penyebaran ini telah ditunjukan untuk memperkirakan resiko penyebaran dan hasilnya. 3. Tipe sel. Tipe yang semakin umum, karsinoma sel seperti sisik dan adenokarsinoma mempunyai hasil serupa stadium demi stadium. 4. Keberadaan sebaran ke organ ditempat yang jauh. Hal ini merupakan indikator perkiraan perkembangan penyakit yang paling buruk.
2.2.5
Patofisiologi Kanker serviks biasa timbul di daerah yang disebut squamo - columnar junction (SCJ), yaitu batas antara epitel yang melapisi ektoserviks (porsio) dan endoserviks kanalis serviks, dimana secara histologik terjadi perubahan dari epitel ektoserviks yaitu epitel skuamosa berlapis dengan epitel endoserviks yaitu epitel kuboid atau kolumnar pendek selapis bersilia. Letak squamo - columnar junction (SCJ) dipengaruhi oleh faktor usia, aktivitas seksual dan paritas. Pada wanita muda squamo - columnar junction (SCJ) berada di luar ostium uteri eksternum, sedangkan pada wanita berusia di atas 35 tahun squamo - columnar junction (SCJ) berada di dalam kanalis serviks, Oleh karena itu pada wanita muda, squamo columnar junction (SCJ) yang berada di luar ostium uteri eksternum ini rentan terhadap faktor luar berupa mutagen yang akan displasia dari SCJ tersebut. Pada wanita dengan aktivitas seksual tinggi, SCJ terletak di ostium eksternum karena trauma atau retraksi otot oleh prostaglandin.
23
Pada masa kehidupan wanita terjadi perubahan fisiologis pada epitel serviks, epitel kolumnar akan digantikan oleh epitel skuamosa yang diduga berasal dari cadangan epitel kolumnar. Proses pergantian epitel kolumnar menjadi epitel skuamosa disebut proses metaplasia dan terjadi akibat pengaruh pH vagina yang rendah. Aktivitas metaplasia yang tinggi sering dijumpai pada masa pubertas. Akibat proses metaplasia ini maka secara morfogenetik terdapat 2 squamo - columnar junction (SCJ), yaitu SCJ asli dan SCJ baru yang menjadi tempat pertemuan antara epitel skuamosa baru dengan epitel kolumnar. Daerah di antara kedua SCJ ini disebut daerah transformasi. Penelitian akhir-akhir ini lebih memfokuskan virus sebagai salah satu faktor penyebab yang penting, terutama virus DNA. Pada proses karsinogenesis asam nukleat virus tersebut dapat bersatu ke dalam gen dan DNA sel tuan rumah sehingga menyebabkan terjadinya mutasi sel, sel yang mengalami mutasi tersebut dapat berkembang menjadi sel displastik sehingga terjadi kelainan epitel yang disebut displasia. Dimulai dari displasia ringan, displasia sedang, displasia berat dan karsinoma
in-situ
dan
kemudian
berkembang
menjadi
karsinoma invasif. Tingkat displasia dan karsinoma in-situ dikenal juga sebagai tingkat pra-kanker.
2.2.6 Pengobatan dan Penanganan 1. Pengobatan Pengobatan terhadap kanker serviks tergantung pada beberapa faktor. Misalnya stadium kanker, jenis kanker, usia pasien, keinginan untuk memiliki anak, kondisi medis lain yang sedang dihadapi, dan pilihan pengobatan yang diinginkan. Memutuskan cara pengobatan terbaik bisa sangat
24
membingungkan. Kanker serviks biasanya akan ditangani oleh tim yang terdiri dari dokter dari berbagai spesialisasi. Tim ini akan membantu memilih cara terbaik melanjutkan pengobatan, tapi keputusan akhir tetap ada di tangan Anda. Jenis penanganan menurut stadium kanker terbagi dua. Yang pertama adalah penanganan kanker serviks tahap awal, yaitu operasi pengangkatan sebagian atau seluruh organ rahim, radioterapi, atau kombinasi keduanya. Dan yang kedua adalah penanganan kanker serviks stadium akhir, yaitu radioterapi dan/atau kemoterapi, dan kadang operasi juga perlu dilakukan. Jika diagnosis kanker serviks sudah diketahui sejak awal, kemungkinan pulih sepenuhnya cukup bagus. Tapi jika kanker sudah menyebar, peluang pulih total akan berkurang. Pada kasus kanker serviks yang tidak bisa disembuhkan, mungkin akan
disarankan
Perawatan penyebaran
jenis
untuk ini
kanker,
dilakukan
berfungsi
perawatan
untuk
memperpanjang
paliatif.
memperlambat
usia
pasien
dan
mengurangi gejala yang muncul, misalnya rasa sakit dan pendarahan vagina. Pengobatan bisa dilakukan dengan cara : 1.) Radioterapi Pada pengobatan kanker serviks, radioterapi ditetapkan dengan melakukan radiasi eksternal yang diberikan bersama dengan kemoterapi dosis rendah. Untuk jenis pengobatan radiasi internal,zat radioaktif dimasukan ke dalam silinder di dalam vagina. Kadang-kadang bahanbahan radioaktif ini ditempatkan ke dalam jarum tipis yang dimasukkan langsung ke dalam tumor. 2.) Kemoterapi
25
Kemoterapi
adalah
penggunaan
obat-obatan
untuk
mebunuh sel-sel kanker. Biasanya obat-obatan tersebut diberikan melalui infus ke dalam pembuluh darah atau melalui mulut. Setelah obat masuk ke dalam aliran darah, maka akan menyebar keseluruh tubuh. Terkadang ada beberapa obat yang diberikan dalam satu waktu. 2. Penanganan Tindakan/penanganan
pada
penderita
dengan
kanker
serviks/kanker leher rahim adalah : 1. Operasi Ada beberapa jenis operasi untuk pengobatan kanker serviks. Beberapa pengobatan melibatkan pengangkatan rahim (histerektomi). Daftar ini mencakup beberapa jenis operasi yang paling umum dilakukan pada pengobatan kanker serviks. a. Cryosurgery Sebuah probe metal yang diinginkan dengan nitrogen cairan dimasukkan ke dalam vagina dan leher rahim. Cara ini dapat membunuh sel-sel abnormal dengan cara membekukannya. Cryosurgery digunakan untuk mengobati kanker serviks yang ada hanya di leher rahim(stadium 0). Bukan kanker invasive yang telah menyebar keluar leher rahim. b. Bedah laser Cara ini menggunakan sebuah sinar laser untuk mebakar sel-sel atau menghapus sebagian kecil jaringan sel rahim untuk dipelajari. Pembedahan laser hanya digunakan sebagai pengobatan kanker serviks pra-invasif (stadium 0). c. Konisasi
26
Sepotong jaringan berbentuk kerucut akan diangkat dari leher rahim. Pemotongan dilakukan dengan menggunakan piasau bedah, laser atau kawat tipis, yang dipanaskan oleh listrik. Pendekatan ini dapat digunakan untuk menemukan atau mengobati kanker serviks tahap awal (stadium 0 dan 1) d. Histerektomi 1. Histerectomi sederhana Cara
kerja
metode
ini
adalah
mengangkat
rahim,tetapi tidak mencakup jaringan yang berada didekatnya. Vagina maupun kelenjar getah bening panggul tidak diangkat. Rahim dapat diangkat dengan cara operasi di bagian depan perut atau melalui vagina. Setelah dilakukan operasi ini, seorang wanita tidak bisa hamil. Histerectomi digunakan untuk mengobati beberapa kanker serviks stadium awal (stadium 1), dan mengobati kanker stadium prakanker (stadium 0), jika sel-sel kanker ditemukan pada batas tepi konisasi. 2. Histerectomi radikal dan diseksi kelenjar getah bening panggul. Pada operasi ini dokter bedah akan mengangkat seluruh rahim, jaringan didekatnya. Vagina bagian atas yang berbatasan dengan leher rahim, dan beberapa kelenjar getah bening yang berada di daerah panggul. Operasi ini [aling sering dilakukan melalui pemotongan bagian depan perut, bukan dilakukan melalui vagina e. Trachlektomi Sebuah prosedur yang disebut trachlektomi radikal memungkinkan wanita muda dengan kanker stadium awal
27
dapat diobati dan masih dapat mempunyai anak. Metode ini meliputi pengangkatan serviks dan bagian atas vagina, kemudian meletakkannya pada jahitan berbentuk kantong yang bertindak sebagai pembukaan leher rahim di dalam rahim. Kelenjar getah bening di dekatnya juga diangkat. Operasi ini bisa juga dilakukan melalui vagina atau perut. f. Ekstenterasi panggul Selain mengambil semua organ dan jaringan vagina dan perut, pada operasi jenis ini juga dilakukan pengangkatan kandung kemih, vagina,dubur, dan sebagian usus besar. Operasi ini dilakukan saat kanker serviks kambuh
kembali
setelah
pengobatan
sebelumnya.
Diperlukan waktu 6 bulan atau lebih untuk pulih dari operasi radikal ini. Namun, wanita yang pernah menjalani operasi ini tetap dapat menjalani kehidupan dengan bahagia dan produktif.
2.2.7
Komplikasi Komplikasi dibagi menjadi : a. Komplikasi berkaitan dengan pembedahan sudah sangat menurun
yang
berhubungan
dengan
teknik-teknik
pembedahan tersebut. Komplikasi tersebut meliputi : fistula uteri,disfungsi kandung kemih, emboli pulmona, limfosit,infeksi pelvis, obstruksi usus besar dan fistula tetrovagina. b. Komplikasi yang alami segera saat terapi radiasi adalah reaksi kulit, sistitis radiasi dan enteritis. Komplikasi berkaitan pada kemoterapi tergantung pada kombinasi obat yang digunakan. Masalah efek samping yang sering terjadi adalah supresi sumsum tulang, mual dan muntah
28
karena
penggunaan
kemoterapi
yang
mengandung
sisplatin (Gane, Danielle,2000).
2.3
Konsep AML (Acute Miolositik Leukemia) 2.3.1
Pengertian Menurut
(Kurniawan
Reiza.2015).
Leukemia
mielositik
akut
(LMA/AML) yang disebabkan pada sel mielosit yang normal berkembang menjadi granulosit (sel darah putih yang mengandung granula) dan berubah menjadi ganas dan akan segera berinfiltrasi ke dalam jaringan tubuh , terutama sumsum tulang yang berperan penting dalam pembentukan sel darah normal. Akibatnya, sumsum tulang akan menjadi
rusak
dan akan kehilangan fungsinya
dalam
pembentukan sel darah normal. Acute Nonlymphoid (myelogenous) Leukemia (ANLL atau AML) adalah salah satu jenis leukemia; dimana terjadi proliferasi neoplastik dari sel mieloid (ditemukannnya sel mieloid : granulosit, monosit imatur yang berlebihan). AML meliputi leukemia mieloblastik akut, leukemia monoblastik akut, leukemia mielositik akut, leukemia monomieloblastik, dan leukemia granulositik akut .
2.3.2
Gejala Menurut (Kurniawan Reiza.2015). Gejala kanker darah yang sangat beragam. Setiap penderita biasanya mengalami indikasi yang berbeda-beda tergantung kepada jenis leukemia yang diidap. Indikasiindikasi kanker ini yang cenderung sulit untuk dikenali karena cenderung mirip dengan kondisi lain seperti flu. Karena itu, kita perlu mewaspadai gejala-gejala yang umum yang tidak semakin membaik atau mereda diantaranya yaitu : a. Lemas atau kelelahan yang berkelanjutan b. Sakit kepala c. Muntah-muntah
29
d. Keringat yang berlebihan terutama pada malam hari e. Nyeri pada tulang atau sendi f. Penurunan berat badan g. Pembengkakan pada limfa noda, hati atau limpa h. Muncul infeksi yang parah atau sering terjadi i. Mudah mengalami pendarahan (misalnya sering mimisan) atau memar j. Muncul bintik-bintik merah pada kulit
2.3.3
Patofisiologi Jaringan pembentuk darah ditandai oleh pergantian sel yang sangat cepat. Normalnya, produksi sel darah tertentu dari prekusor sel stem diatur sesuai kebutuhan tubuh. Apabila mekanisme yang mengatur produksi sel tersebut terganggu, sel akan membelah diri sampai ke tingkat sel yang membahayakan (proliferasi neoplastik). Proliferasi neoplastik dapat terjadi karena kerusakan sumsum tulang akibat radiasi, virus onkogenik, maupun herediter. Sel polimorfonuklear dan monosit normalnya dibentuk hanya dalam sumsum tulang. Sedangkan limfosit dan sel plasma dihasilkan dalam berbagai organ limfogen (kelenjar limfe, limpa, timus, tonsil). Beberapa sel darah putih yang dibentuk dalam sumsum tulang, khususnya granulosit, disimpan dalam sumsum tulang sampai mereka dibutuhkan dalam sirkulasi. Bila terjadi kerusakan sumsum tulang, misalnya akibat radiasi atau bahan kimia, maka akan terjadi proliferasi sel-sel darah putih yang berlebihan dan imatur. Pada kasus AML, dimulai dengan pembentukan kanker pada sel mielogen muda (bentuk dini neutrofil, monosit, atau lainnya) dalam sumsum tulang dan kemudian menyebar ke seluruh tubuh sehingga sel-sel darah putih dibentuk pada banyak organ ekstra medula. Sedangkan secara imunologik, patogenesis leukemia dapat diterangkan sebagai berikut. Bila virus dianggap sebagai penyebabnya
30
(virus onkogenik yang mempunyai struktur antigen tertentu), maka virus tersebut dengan mudah akan masuk ke dalam tubuh manusia dan merusak mekanisme proliferasi. Seandainya struktur antigennya sesuai dengan struktur antigen manusia tersebut, maka virus mudah masuk. Bila struktur antigen individu tidak sama dengan struktur antigen virus, maka virus tersebut akan ditolaknya. Struktur antigen ini terbentuk dari struktur antigen dari berbagai alat tubuh, terutama kulit dan selaput lendir yang terletak di permukaan tubuh atau HL-A (Human Leucocyte Locus A). Sistem HL-A diturunkan menurut hukum genetik, sehingga etiologi leukemia sangat erat kaitannya dengan faktor herediter. Akibat proliferasi mieloid yang neoplastik, maka produksi elemen darah yang lain tertekan karena terjadi kompetisi nutrisi untuk proses metabolisme (terjadi granulositopenia, trombositopenia). Sel-sel leukemia juga menginvasi tulang di sekelilingnya yang menyebabkan nyeri tulang dan cenderung mudah patah tulang.
Proliferasi sel
leukemia dalam organ mengakibatkan gejala tambahan : nyeri akibat pembesaran limpa atau hati,
2.3.4
Alat Diagnosa Leukemia akut bisa di diagnose melalui beberap alat seperti : 1. Pemeriksaan morfologi : darah tepi, aspirasi sumsum tulang, biopsy sumsum tulang 2. Pewarnaan sitokimia 3. Immunofenotipe 4. Sitogenetika 5. Diagnostis molekuler
2.3.5
Pencegahan Mencegah leukemia sejak dini :
31
Kanker yang sepertinya menjadi penyakit yang harus benar-benar diperhatikan oleh semua orang, apabila negara- Negara maju dihebohkan dengan kanker servik, bahkan Indonesia kabarnya lagi ramai dengan penyakit kanker serviks karena seks bebas saat ini ancaman penyakit leukemia atau yang sering disebut dengan kanker darah mulai mengancam orang diseluruh dunia. Leukemia merupakan kanker yang menyerang anak-anak dan ini adalah jenis kanker yang menyerang sel-sel darah putih yang diproduksi oleh sumsum tulang (bone marrow). Sumsum tulang atau bone marrow ini dalam tubuh manusia yang memproduksi tiga tipe sel darah diantaranya sel darah putih (yang berfungsi sebagai daya tahan tubuh untuk melawan infeksi), sel darah merah (yang berfungsi untuk membawa oksigen ke dalam tubuh), dan platelet (bagian kecil sel darah yang membantu proses pembekuan darah). Penyakit
leukemia
ini
sangat
berbahanya.
Kemudian,
bagaimanakah cara pencegahan kanker darah ini? Cara mencegah Leukemia antara lain sebagai berikut : 1. Olahraga teratur Cara mencegah leukemia yang pertama yaitu dengan cara olahraga yang teratur, olahraga yang teratur akan membuat tubuh menjadi sehat. Sehat yang berarti bebas dari penyakit termasuk penyakit kanker. Menurut American cancer society (ACS), olahraga teratur terbukti mampu mengurangi resiko kanker, ACS yang merekomendasikan minimal 30 menit per hari untuk berolahraga dapat dilakukan minimal 5 hari perminggu. Ada banyak yang dapat dilakukan untuk berolahraga seperti jalan cepat, jogging, latihan kekuatan atau berenang. 2. Diet Cara mencegah leukemia yaitu dengan cara melakukan diet. Penelitian menyatakan bahwa diet yang sehat bisa membantu
32
mencegah perkembangan kanker, termasuk leukemia. Diet ini dapat dilakukan dengan cara mengonsumsi makanan yang kaya
biji-bijian,
buah-buahan,
dan
sayuran,
serta
meminimalkan konsumsi lemak, kusunya lemak hewan. Menjaga berat badan yang ideal karna obesitas adalah faktor resiko yang bisa meningkatkan peluang anda terkena kanker. Hindari makanan siap saji, karena ini berbahaya. Konsumsi sayuran dan buah yang segar angat menyehatkan. Selain terhindar dari kanker anda dapat menghindari penyakipenyakit lainnya. 3. Menghindari rokok dan alkohol Cara mencegah leukemia ini yaitu dengan cara menghindari rokok dan alkohol. Selain olahraga dan diet, anda harus menghindari rokok, baik sebagai perokok aktif maupun pasif. Rokok merupakan penyebab sebagian kanker yang terjadi. Rokok
selain
menyebabkan
kanker
paru,
bisa
pula
menyebabkan kanker jenis lain, seperti leukemia dan kanker leher rahim. Selain itu, anda harus menghindari alkohol. Alkohol sama berbahanya dengan rokok. 4. Menghindari zat karsinogenik Cara mencegah leukemia selanjutnya yaitu dengan cara menghindari zat karsinogenik. Hindarilah zat karsinogenik, karena bisa menyebabkan kanker. Zat karsinogenik merupakan zat penyebab kanker, zat ini bisa dihasilkan dari proses pemasakan dengan cara digoreng,ditumis atau dibakar. Akan jauh lebih baik memasak dengan cara mengukus atau merebus. Buah dan sayuran non organic kemungkinan akan bersifat karsinogen.
33
2.3.6
Manifestasi AML (Acute Miolositik Leukemia) Manifestasi leukemia akut adalah akibat dari komplikasi yang terjadi pada neoplasma hematopoetik secara umum. Tetapi setiap leukemia akut mempunyai cirri khasnya masing-masing. Secara garis besar, leukemia akut mempunyai 3 tanda utama yaitu diantaranya : 1. Jumlah sel yang di perifer sangat tinggi, sehingga dapat menyebabkan terjadinya infiltrasi jaringan atau leokostatis 2. Pergantian elemen sumsum tulang normal yang bisa menghasilkan komplikasi sebagai akibat dari anemia, trombositopenia dan leucopenia 3. Pengeluaran factor faali yang mengakibatkan komplikasi yang signifikan Leukemia akut yang ditandai dengan suatu perjalanan penyakit yang sangat cepat,mematikan dan memburuk. Apabila tidak diobati dengan segera, maka penderita dapat meninggal dalam hitungan minggu sampai hari. Sedangkan leukemia kronis mempunyai perjalanan penyakit yang tidak begitu cepat sehingga mempunyai harapan hidup yang lebih lama sampai lenoh dari 1 tahun bahkan ada yang mencapai 5 tahun. 1. Tipe sel predominan yang terlibat : limfoid dan myeloid Kemudian, penyakit yang diklasifikasikan dengan jenis sel yang ditemukan pada sediaan darah tepi. 1.) Pada saat leukemia yang memengaruhi limfosid atau sel
limfoid,
maka
disebut
dengan
leukemia
limfositik. 2.) Pada saat leukemia memengaruhi sel mieloid seperti neutrofil, basofil dan eosinofil, maka disebut dengan leukemia mielositik.
34
2.3.7
Pemeriksaan Diagnostik Pemeriksaan diagnostic antara lain adalah : 1. Hitung darah lengkap Complete Blood Count(CBC). Anak dengan Pemeriksaan lengkap atau disebut Complete Blood Count (CBC) kurang dari 10.000/mm3 saat didiagnosis, memiliki prognosis paling baik. Jumlah leukosit lebih dari 50.000/mm3 adalah tanda prognosis kurang baik pada anak sembarang umur. 2. Pungsi lumbal, untuk mengkaji keterlibatan SSP (susunan 3. saraf pusat). 4. Foto thoraks, untuk mendeteksi keterlibatan mediastinum 5. Aspirasi sumsum tulang, ditemuakannya 25% selblast me mperkuat diagnosis. 6. Pemindaian tulang atau survei kerangka, mengkaji keterlibatan tulang. 7. Pemindaian ginjal, hati, dan limpa, mengkaji infiltrat leukemik 8. Jumlah trombosit, menunjukkan kapasitas pembekuan
2.3.8
Penyembuhan Sebagian besar bentuk leukemia dapat diobati dengan obat farmasi, biasanya digabungkan dala, sejenis kemoterapi obatobatan multi. Bisa diobati dengan terapi radiasi. Dalam beberapa
kasus,
pencangkokan
sumsum
tulang
bisa
menyembuhkan leoukemia. Bunga dan daun tapak darah yang berpotensi dapat menjadi sumber obat untuk leukemia.
2.4
Konsep Manajemen Kebidanan (7 langkah Varney) 2.4.1
Pengkajian Pengkajian
atau
mengumpulkan
pengumpulan
semua
35
data
data
yang
dasar
dibutuhkan
adalah untuk
mengevaluasi keadaan pasien yang merupakan langkah pertama untuk mengumpulkan semua informasi yang akurat dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi pasien (Jannah, 2011). 1.) Data Subyektif
Data subjektif adalah data yang didapatkan dari hasil wawancara langsung dengan pasien atau dari keluarga (Sudarti, 2010). a. Identitas pasien 1) Agama Mengetahui norma-norma agama yang dianut sehingga dalam pendekatan KIE bisa disesuaikan dengan kaidah agama. 2) Suku/Bangsa Ras sangat berpengaruh dalam insidens terjadinya suatu penyakit. Wanita Asia menurut Prawirohardjo (2011), rentan terkena tumor ovarium karena negara Asia merupakan negara industri. 3) Pendidikan Berpengaruh dalam tindakan kebidanan dan untuk mengetahui
sejauh
mana
tingkat
intelektualnya,
sehinggabidan dalam memberikan KIE tentang Pneomina disampaikan sesuai
dengan
pendidikannya
(Varney,
2007). 4) Pekerjaan Selain sebagai tolak ukur tingkat social ekonominya (Varney, 2007). 5) Alamat Untuk mengetahui tempat tinggal dalam mempermudah kunjungan rumah. b. Keluhan Utama
36
c. Riwayat Kesehatan g. Riwayat Kesehatan dahulu Untuk mengetahui penyakit-penyakit apa yang pernah diderita (Prawirohardjo, 2008). h. Riwayat kesehatan sekarang Kejadian penyakit yang dialaminya, kronologi dari penyakit saat ini (Varney, 2007). d. Riwayat kebidanan 1. Riwayat Kehamilan, Persalinan dan Nifas Dikaji untuk mengetahui ibu pernah hamil, berapa kali ibu hamil, apakah pernah abortus, jumlah anak, cara persalinan yang lalu, penolong persalinan, keadaan nifas yang lalu (Varney, 2007. 2. Intra Natal Proses persalinan ditolong oleh siapa, apakah persalinan secara normal atau tidak, dan bagaiman keadaan bayi saat lahir,. 3. Post natal Bagaimana keadaan bayi saat lahir, apakah mendapat ASI sesuai kebutuhan atau PASI serta bagaimana refleks mengisap dan menelan. 4. Riwayat Imunisasi Pemberian
Imunisasi
pada
anak
apakah
sudah
mendapatkan imunisasi BCG,DPT atau belum, karen imunisasi sangatlah penting. e. Riwayat kesehatan keluarga Dikaji kesehatan keluarga apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit menular seperti TBC, penyakit saluran pernapasan dan penyakit keturunan seperti Asma. f. Pola Kebiasaan sehari-hari 1. Pola Nutrisi
37
Menggambarkan
tentang pola makan dan
frekuensi,banyaknya,
jenis
makanan,
dan
minum, makanan
pantangan (Ambarwati dkk, 2010). 2. Pola Eliminasi Menggambarkan pola fungsi sekresi yaitu kebiasaan buang air besar meliputi frekuensi, jumlah konsistensi, dan bau serta keluhan penyerta saat berkemih (Varney, 2007). 3.
Istirahat Menggambarkan pola istirahat dan tidur pasien, berapa jam pasien tidur, kebiasaan sebelum tidur, mengkonsumsi obat tidur, kebiasaan tidur siang, (Ambarwati dkk, 2011). Manifestasi klinik menurut Norman (2011) salah satunya adalah lelah, yang dikarenakan nyeri yang dialami oleh penderita.
4. Personal Hygine Salah satu faktor penyebab adalah virus dan bakteri, dan tubuh merupakan media penyebaran penyakit bila tidak terjaga personal higiene (Ambarwati dkk, 2011). 2.) Data Obyektif
Data objektif adalah data yang sesungguhnya dapat diobservasi dan dilihat oleh tenaga kesehatan (Sudarti, 2010). a.
Pemeriksaan umum
1.) Keadaan Umum Untuk mengetahui keadaan umum apakah baik, sedang, jelek, tingkat kesadaran pasien apakah composmentis (sadar penuh memberikan respon yang cukup terhadap stimulus yang diberikan), apatis (acuh tak acuh terhadap keadaan sekitarnya), somnolen (gelisah tidak responsive terhadap rangsangan ringan dan masih memberikan respon terhadap rangsangan yang kuat), delirium (keadaan kacau
38
motorik memberontak, berteriak-teriak, tidak mengenali orang disekitar, tempat dan waktu), semi koma/sopor (keadaan menyerupai koma, rangsangan hanya dapat ditimbulkan dengan rangsang nyeri) dan koma (tidak dapat
bereaksi
terhadap
stimulus
atau
rangsangan
apapun)(Priharjo, 2012). 2.) Tanda-tanda vital a. Suhu : Untuk mengetahui suhu badan apakah ada peningkatan atau tidak dari suhu tubuh normal yang berkisar 36,5ºc-37,5ºc. Bila suhu dibawah 36,5 ºc pasien dalam keadaan hipotermi dan suhu tubuh diatas 37,5 ºc pasien dalam keadaan hiperpireksia (Suparmi, 2008).). b. Nadi : Untuk mengetahui kecepatan nadi pasien yang dihitung dalam 1 menit. Batas normal kecepatan nadi 50100 x / menit. Kecepatan nadi diatas 100 x/menit disebut takikardia, kecepatan nadi dibawah 50 x/menit disebut bradikardia (Suparmi, 2008). c. Respirasi : Untuk mengetahui frekuensi pernafasan pasien yang dihitung dalam 1 menit. Batas normal 30-40 x/menit. Frekuensi pernapasan lebih dari 50 x/menit disebut takipnea, sedangkan pernapasan yang sulit disebut dyspnea (Suparmi, 2008). 3.) Berat Badan b.
Pemeriksaan fisik
1.) Kepala a. Mata : bentuk mata bulat/sferik, amati warna iris serta ukuran,
dan
bentuk
pupil,
normal
bentuk
pupil
isokor/sama besar, pupil mengecil disebut miosis,amat kecil/pinpoint, pupil melebar disebut dilatasi/midriasis. Pergerakan bola matanya searah atau tidak. Untuk, konjungtiva warna merah muda dan sklera warna putih
39
(Priharjo, 2012) pada pasien bisa terjadi anemia oleh karena adanya perdarahan (Norman, 2011). b. Mulut, gigi dan gusi : Untuk mengetahui mulutnya bersih apa tidak, ada caries dan karang gigi tidak, serta ada stomatitis atau tidak(Priharjo, 2012). Keadaan mukosa mulut dapat mengetahui kondisi anemia (Suparmi, 2008). 2.) Leher Untuk mengetahui adakah pembesaran kelenjar limfe, tiroid, kedudukan trakea yang bergeser kesalah satu sisi menjadi petunjuk adanya proses desak ruang/fibrosis pada paru-paru dan mediastinumtumor dan pembesaran getah bening (Priharjo, 2012). 3.) Dada Inspeksi : irama napas teratur atau tidak, pernapasan dangkal,penggunaan obat bantu napas. Palpasi tidak ada nyeri Pada Payudara dan ketiak Untuk mengetahui ada massa pada payudara, simetris atau tidak, retraksi puting susu, ada lesi dan pembesaran kelenjar pada ketiak (Priharjo, 2012) 4.) Ekstremitas Bagaimana keadaanya oedema atau tidak, Kalau baik saat dilakukan pemeriksaan reaksi kaki menendang ke depan, kalau tidak baik kaki tidak memberi reaksi (Priharjo, 2012).Biasanya akan didapatlkan data pergerakan sendi terbatas karena terjadi nyeri sendi, kelelahan, kelemahan. c.
Pemeriksaan Penunjang
Data penunjang dilakukan sebagai pendukung diagnosa, apabila diperlukan misalnya pemeriksaan laboratorium (Varney, 2007). Pada kasus AML dilakukan pemeriksaan Foto toraks.
40
2.4.2
Analisa masalah dan Diagnosa Mengindentifikasi diagnose kebidanan dan masalah berdasa rkan interpretasi
yang
benar
atas
data-data
yang
telah
dikumpulkan. Interpertasi data tersebut sebatas lingkup praktik kebidanan dan memenuhi standar nomenklatur atau tata nama diagnosis kebidanan yang diakui oleh profesi. Dalam langkah ini data yang telah dikumpulkan di interpretasikan menjadi diagnosa kebidanan, masalah dan kebutuhan. Ketiganya digunakan karena beberapa masalah tidak dapat diselesaikan seperti diagnosa tetapi membutuhkan penanganan yang dituangkan dalam rencana asuhan terhadap pasien (Sudarti.2010). 1. Diagnosa Kebidanan Diagnosa kebidanan adalah diagnosa yang ditegakkan dalam lingkungan praktek kebidanan dan memenuhi standar
nomenklatur
diagnosa
kebidanan
yang
dikemukakan dari hasil pengkajian atau yang menyertai diagnosa (Varney, 2007). a. Data Subjektif : didapat dari pasien (keluhan pasien) b. Data Objektif : didapat dari pemeriksaan umum terhadap pasien seperti KU,kesadaran,TTV dan pemeriksaan penunjang 2. Masalah Masalah
adalah
masalah
yang
berkaitan
dengan
pengalaman pasien yang ditemukan dari hasil pengkajian atau yang menyertai diagnosa sesuai dengan keadaan pasien (Varney, 2007). 3. Kebutuhan Kebutuhan adalah hal-hal yang dibutuhkan pasien sebelum teridentifikasi
dalam
diagnosa
atau
masalah
yang
didapatkan dengan melakukan analisa data (Varney, 2007).
41
2.4.3
Antisipasi Masalah Potensial Mengidentifikasi diagnosa atau masalah potensial yang mungkin akan terjadi. Pada langkah ini di identifikasikan masalah atau diagnose potensial berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosa, hal ini membutuhkan antisipasi, pencegahan, bila memungkinkan menunggu mengamati dan bersiap-siap apabila hal tersebut benar-benar terjadi (Sudarti, 2010).
2.4.4
Tindakan Segera Langkah
ini
memerlukan
kesinambungan
dari
manajemen
kebidanan. Identifikasi dan menetapkan perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter dan atau untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan lain sesuai dengan kondisi pasien (Ambarwati dkk, 2010).
2.4.5
Perencanaan Langkah ini ditentukan oleh langkah sebelumnya yang merupakan lanjutan dari masalah atau diagnosa yang telah diidenfikasi atau diantasipasi. Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi apa yang sudah dilihat dari kondisi pasien atau dari setiap masalah yang berkaitan (Ambarwati dkk, 2010). Rencana asuhan yang diberikan yaitu : a) Observasi keadaan umum dan TTV b) Jelaskan pada pasien tentang kondisinya saat ini c) Kolaborasi dengan dokter dalam memberikan penanganan. d) Berikan antibiotik sesuai advis dokter
2.4.6
Pelaksanaan Langkah ini merupakan langkah pelaksanaan dari asuhan yang menyeluruh ditentukan dengan langkah-langkah sebelumnya.Semua keputusan yang dikembalikan dalam asuhan menyeluruh ini harus
42
rasional dan benar-benar valid berdasarkan pengetahuan, serta sesuai dengan asumsi tentang apa yang dilakukan pasien (Varney, 2007). Sehingga setiap rencana asuhan haruslah disetujui oleh ke dua belah pihak yaitu bidan dan pasien, agar dapat dilaksanakan dengan efektif karena pasien juga akan melaksanakan rencana tersebut.
2.4.7
Evaluasi Langkah ini merupakan evaluasi rencana tindakan yang meliputi kebutuhan pada pasien telah terpenuhi secara efektif dengan melakukan kolaborasi dengan petugas kesehatan lainnya (Varney,2007). Evaluasi yang diharapkan setelah dilakukan tindakan menurut Sudarti (2010), adalah : 1) Keadaan umum 2) Kesadaran 3) Tanda-tanda vital 4) Persiapan obat antibiotika Data Perkembangan dengan menggunakan SOAP. Menurut Varney (2007), data perkembangan menggunakan SOAP meliputi : S: Subyektif Menggambarkan pendokumentasian, hasil pengumpulan data pasien melalui anamnesa sebagai langkah I Varney. O : Obyektif Menggambarkan pendokumentasian hasil pemeriksaan fisik pasien, hasil laboratorium dan tes diagnostik lain yang dirumuskan dalam data fokus untuk mendukung asuhan kebidanan langkah I Varney. A : Assesment\ Hasil analisis dan interprestasi data subyektif dan obyektif suatu identifikasi : 1) Diagnosa suatu masalah
43
2) Antisipasi diagriosa atau masalah potensial 3) Perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter, konsultasi atau kolaborasi. P : Planning Menggambarkan pendokumentasian dari tindakan (I) dan evaluasi, perencanaan (E) berdasarkan assessment sebagai langkah 5, 6, 7 Varney.
44
BAB III TINJAUAN KASUS
3.1
Asuhan Kebidanan Patologi Pada Anak P.A.P Umur 8 Tahun,11 Bulan Dengan HIV/AIDS Stadium I Di Ruang Poli Klinik Anak RSUP Sanglah Denpasar-Bali.
3.2
Asuhan Kebidanan Patologi Pada Ny.S Umur 45 Tahun Dengan Kanker Serviks Stadium IIIB Di Ruang VK (Gynekologi) Kebidanan RSUP Sanglah Denpasar-Bali.
3.3
Asuhan Kebidanan Patologi Pada Anak I.K.T.E Umur 6 Tahun Dengan AML (Acute Miolositik Leukemia) Di Ruang Pudak RSUP Sanglah Denpasar-Bali.
45
ASUHAN KEBIDANAN PATOLOGI PADA ANAK P.A.P UMUR 8 TAHUN,11 BULAN DENGAN HIV/AIDS STADIUM I DI RUANG POLI KLINIK ANAK RSUP SANGLAH DENPASAR-BALI I.
PENGKAJIAN Nama mahasiswa
: SIFERA KUMAN
Tanggal pengkajian : 28 April 2017 Waktu
1.
: 07.45 WITA
No MR
: 15046931
Tempat
: Poli Klinik Anak RSUP Sanglah Denpasar Bali
DATA SUBYEKTIF (S) I. a.
IDENTITAS Identitas Anak
Nama
: An. P.A.P
Tanggal lahir/umur
: 21 Mei 2008 /8 tahun,11 bulan
Jenis Kelamin
: Laki-laki
b. Identitas Orang Tua/Wali Nama Wali
: Tn. Kade Yudi Sastrawan
Umur
: 36 Tahun
Agama
: Hindu
Pendidikan
: SMA
Alamat
: Goblek Singaraja
Telepon
: 085333547238
Alasan Datang
: Untuk memeriksakan keadaan anaknya
Keluhan Utama : kontrol ulang HIV,obat-obatannya habis,. 1.
Riwayat Kesehatan
Dahulu
: Terdiagnosa HIV sejak 2016
Minum obat ARV Lini I : 1.
ARV (anti retroviral) lini I : - Lamivudin 4 mg/kg/kali ~ 84 mg
46
- zidovudine 2x3 4/168 mg - nevirapin 200 mg/lpt/kali ~160 mg 2. Dalam fix dose combination (FDC) anak 1/3 tablet tiap 12 jam 3. Cotrimoxaxole 5 mg/kg/kali ~ 105 mg ~ 21/2 setiap 24 jam. 4. zamel syrup setiap 24 jam Cek DL,LFT juni 2017, dan cek CDD September 2017 Sekarang
:
- Pasien dikeluhkan demam hilang timbul. - Pasien dikeluhkan flu yang berkepanjangan - Pasien dikeluhkan mengalami kemerahan atau bintik-bintik merah di badan. Keluarga
: Ibu kandung mengidap HIV juga
2. Riwayat Kehamilan, persalinan dan Nifas Keluarga mengatakan bahwa An.P.A.P dilahirkan secara section caesarea, ditolong oleh dokter, BB 2800 gram, segera menangis saat lahir. 4. Riwayat Tumbang (Tumbuh Kembang) Pertumbuhan BB
: beberapa bulan terakhir BB An.
P.A.P menurun. Kelainan bawaan
: Tidak Ada
5.
:
Riwayat Imunisasi
keluarga
tidak
megetahui/lupa
riwayatnya. 6.
Pola Kebiasaan sehari-hari Pola Nutrisi
sebelum sakit
: Makan 3x sehari dengan porsi
sedang minum air putih kurang lebih 6-8 gelas/hari sekarang
: Makan sendiri kadang dibantu
dengan orang tua Pola Eliminasi Sebelum sakit
: BAB : 1-2x/ hari
47
BAK : 4-5x/hari
Sekarang
: BAB : 1 x/hari
BAK : 1-2x/hari
Pola Istirahat Sebelum sakit
: Tidur siang : 1-2 jam/hari Tidur malam :
6-8 jam/hari Sekarang
: Tidur siang 1-2 jam/hari
Tidur malam
:5-8 jam/hari Pola Aktifitas Sebelum sakit
: Dapat melakukan aktifitasnya sehari-hari
Sekarang
: Beraktifitas seperti biasa
Personal Hygine Sebelum sakit
: Mandi : 2x/hari ; ganti baju : 2x/hari ;
keramas : 2x/minggu Sekarang
2.
: Dimandikan setiap pagi dan sore.
DATA OBYEKTIF (O) I.
Pemeriksaan Umum Keadaan umum
: Baik
Kesadaran
: Komposmetis
Vital Signs
:
N : 88 x/menit RR
: 26 x/menit
S : 37,4 ‘c II.
III.
Pengukuran antropometri BB
: 21 Kg
TB
: 122 cm
Status Present Kepala
: Bulat, tidak ada massa.
Muka
: Tidak ada kelainan
Mata
: Sklera berwarna putih,konjungtiva merah
muda, tidak pucat
48
Hidung
: Tidak ada peradangan, tidak ada reaksi alergi, dan
Tidak ada kelainan. Mulut
: Bersih, lidah agak kotor,mukosa bibir pucat
Telinga
: Simetris, serumen tidak ada, pendengaran baik
Leher
: Tidak ada pembengkakan kelenjar tiroid,
vena jugularis dan kelenjar getah bening/limfe. Dada
: Dada simetris, tidak ada retrkasi dinding
dada. Pulmo/jantung
: 100x/menit
Abdomen
: Tidak kembung, tidak ada luka operasi,tidak ada
distensi
3.
Genetalia
: Tida dilakukan pemeriksaan
Punggung
: Tidak dilakukan pemeriksaan
Anus
: Tidak dilakukan pemeriksaan
Ekstermitas
: Atas bawah tidak ada kelainan.
Kulit
: Tidak ada kelainan
ASESSMENT (A) Dx
: An. P.A.P usia 8 tahun,11 Bulan,8 hari dengan HIV AIDS
Stadium I Masalah : anak umur 8 tahun dengan mengidap HIV/AIDS stadium I
4.
PLANNING (P) Tanggal
: 28 April 2017
Waktu
: 08.00 Wita
S
(SUBYEKTIF)
Ibu mengatakan bahwa ingin mengontrol ulang HIV anaknya dan obat habis O (OBYEKTIF) 1. Melakukan pemeriksaan TTV
49
N
: 88 x/menit
S
: 37,6 ‘c
RR
: 26 x/menit
2. Kesadaran : composmetis dan Keadaan umum baik A (ASSESMENT) Dx
: An. P.A.P usia 8 tahun,11 Bulan, dengan HIV
AIDS Stadium I Masalah
:
Anak
melakukan
kontrol
ulang
HIV,dan
memeriksakan keadaannya agar tidak terjadi resiko infeksi. P (PLANNING) 1. Menginformasikan hasil pemeriksaan pada ibu/keluarga Dan hasilnya S : 40 ‘c, N : 94 x/Mnt, RR : 24 x/mnt 2. Menganjurkan ibu/keluarga untuk memberikan minum yang cukup dan makan makanan yang bergizi seimbang M/ keluarga mengerti dan keluarga telah memberikan makanan bergizi pada anaknya. 3. Menyiapkan obat-obatan dan memberikan obat-obatan sesuai instruksi dokter 1.) ARV (Anti Retroviral) Lini I - Lamivudin 4 mg/kg/kali ~ 84 mg - zidovudine 2x3 4/168 mg - nevirapin 200 mg/lpt/kali ~160 mg Dalam FDC anak 1/3 tablet tiap 12 jam 2.) Cotrimoxaxole 5 mg/kg/kali ~ 105 mg ~ 21/2 setiap 24 jam. 3.) zamel syrup setiap 24 jam 4.) cek DL,LFT juni 2017, dan cek CDD September 2017 M/ obat-obatan telah diberikan sesuai instruksi dokter 4. Menganjurkan pada ibu untuk tetap menjaga personal hygiene anaknya agar mencegah terjadinya infeksi M/ ibu mengerti dan mau menjaga kebersihan diri anaknya terutama personal hygiene.
50
5. Menganjurkan pada ibu/keluarga untuk anaknya istirahat yang cukup dengan tidur malam kurang lebih 8-10 jam per hari dan tidur siang 2 jam perhari agar dapat membantu proses pemulihan. M/ Keluarga mengerti dan bersedia menjaga anaknya untuk tetap istirahat yang cukup. 6. Menjelaskan pada ibu tentang tanda bahaya yang terjadi pada anak yaitu : a. Anak panas tinggi b. Anak kejang-kejang c. Banyaknya pergerakan tubuh yang dapat membahayakan anak d. Anak tak sadarkan diri. e. Anak tidak mau makan dan minum Dan minta ibu untuk segera melaporkan pada petugas kesehatan apabila terjadi salah satu hal di atas. M/ Ibu mengerti dan bersedia memberitahu petugas kesehatan apabila terjadi salah satu tanda bahaya pada anaknya. 7. Menyampaikan support secara moril kepada pasien maupun keluarganya. M/ ibu mengerti dan mau menerima support yang diberikan 8. Kolaborasi dengan dokter anak atau dokter spesialis imunologi untuk tindakan selanjutnya M/ kolaborasi telah dilakukan 9. Jadwalkan kunjungan ulang sesuai instruksi dokter atau jika ada keluhan sewaktu-waktu. M/ ibu dan keluarga mengerti dan mau melakukan kunjungan ulang sesuai jadwal yang ditentukan 10. Mendokumentasikan semua asuhan yang telah diberikan di status pasien/lyst pasien. M/ Pendokumentasian sudah dilakukan dan sebagai salah satu bukti tanggung jawab dan tanggung gugat atas tindakan yang dilakukan.
51
ASUHAN KEBIDANAN PATOLOGI PADA NY.S UMUR 45 TAHUN DENGAN KANKER SERVIKS STADIUM IIIB DI RUANG VK (GYNEKOLOGI) KEBIDANAN RSUP SANGLAH DENPASAR BALI
Nama Mahasiswa
: SIFERA KUMAN
Tanggal Pengkajian
: 04 Mei 2017
Jam Pengkajian
: 08.00 WITA
I.
PENGKAJIAN A. data subjektif a. Bioadata Nama Istri
: Ny. S
Nama Suami : Tn. I. G. T
Umur
: 45 tahun
Umur
: 51 tahun
Pendidikan
: SMP
Pendidikan
: SMP
Pekerjaan
: Ibu rumah tangga
Pekerjaan
: Petani
Agama
: Islam.
Agama
: Hindu
Alamat
: jl. Letda Kajeng N0.19
Alamat
: Jl.Letda
kajeng a. Keluhan
: Ibu mengatakan sudah 3 tahun ibu menggalami
sakit dengan keluar darah dari kemaluan dan merasa nyeri pada perut bagian bawah dari panggul sampai dengan kaki kanan dan kiri tidak bisa digerakan serta tidak bisa beraktifitas lagi seperti biasa. b. Riwayat Menstruasi Menarche
: 14 tahun
Siklus
: 28 hari
Lamanya
: 4-5 hari
Banyaknya : 3-4 X ganti pembalut/hari Keluhan saat haid : tidak ada c. Riwayat Perkawinan Status perkawinan
: syah
52
Umur saat menikah
: 17 tahun
Berapa kali menikah
: 1 kali
d. Riwayat Kehamilan, Persalinan, dan Nifas yang Lalu Anak
UK
Jenis
Penolong
BB/PB
L/P
Persalinan
Usia
Nifas
Sekarang
1
Aterm
Normal
Dukun
2.800/50
P
22 tahun
Normal
2
Aterm
Normal
Bidan
2.600/50
L
10 tahun
Normal
e.
Riwayat Pemakaian Alat Kontrasepsi Ibu mengatakan pernah menggunakan KB suntikan 3 bulan selama 5 tahun.
f. Riwayat Penyakit Keluarga Di dalam keluarga tidak ada yang menderita penyakit syphilis,g onorhoe kondolima hipertensi, diabetes militus, sakit kuning, kanker, tumor, dan lain-lain. g. Penilaian Nyeri Nyeri
: Ibu merasa nyeri pada perut bagian bawah
Ferkuensi nyeri
: ada pada saat ibu disentuh.
Menjalar
: Menjalar ke kaki bagian kanan
h. Kondisi Psikologis Ibu mengatakan tidak ada masalah dalam perkawinan, tidak mengalami kekerasan fisik, tidak ada trauma dalam kehidupan, dan ibu mulai bisa menerima kondisinya saat ini. i. Pemenuhan kebutuhan sehari-hari Makan, minum : Pola makan 3 X/hari, jenis makanan : Nasi, telur/ ikan/ daging, sayur, buah, pola minum 8-9 gelas/hari, tidak ada pantangan makanan.
53
Eliminasi
:Masalah perkemihan tidak ada, warna : jernih
kekuningan, masalah defekasi tidak ada, warna : kuning kecoklatan. Istirahat
: Tidur siang : 2-3 jam/hari, tidur malam : 8-9
jam/hari, tidak ada kesulitan tidur. Mobilisasi : dibantu oleh keluarga j. Aktivitas Seksual Ibu mengatakan sejak menderita sakit (ca serviks) tidak pernah lagi melakukan hubungan seksual. k. Status Ekonomi, Sosial, dan Spiritual Status perkawinan
: Ibu sudah menikah syah sejak usia
17 tahun dan sudah menikah selama
: 28 tahun
Pekerjaan
: ibu rumah tangga
Pembiayaan keseahatan
: BPJS
Tinggal bersama
: Suami dan anak
Kegiatan beribadah
: Selalu
B. Data Objektif a. Pemeriksaan Secara Umum Keadaan umum
: lemah
Kesadaran
: Composmentis
Ekspresi wajah
: Meringis bila nyeri timbul
TTV
: TD : 120/70 mmHg, N : 82 x/m,
RR : 24 x/m, S : 36,8 ºc BB
: 32 Kg
b. Pemeriksaan Fisik Wajah
: Pucat
Mata
: Konjungtiva pucat, sclera putih pucat
Hidung
: Tidak ada secret
Mulut
: Mukosa bibir kering, ada caries
54
Telinga
: Simetris, ada sedikit serumen
Leher
: Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, kelenjar
limfe dan vena jugularis Dada
: Bentuk simetris, tidak ada pengeluaran, kebersihan
cukup Abdomen : tidak ada bekas luka operasi, tidak teraba masa, tidak ada kelainan, ada nyeri tekan Ekstremitas : tidak ada varises dan ada oedema Gentalia
: Ada pengeluaran pervaginan (darah), teraba masa
berdungkul rapuh. c.
Pemeriksaan Penunjang PAP Smear : Terdeteksi kanker serviks stadium IIIB HGB
: 4,90 gr/dl
HCT
: 15,16 gr%
WBC
: 34,27 gr%
PLT
: 552,90 gr%
Cl
: 81,9 gr%
BLN/SC
: 201/5,71 gr%
ALB/BS
: 3,1/100 gr%
SGOT/SGPT
: 38,1/19,10 gr%
HB
: 4,90 gr/dl
BE
: - 13,9
Na
: 125
II. ANALISA MASALAH DAN DIAGNOSA Diagnosa
Data Dasar
55
Ny. S dengan CA DS : serviks stadium IIIB Ny.S mengatakan keluar darah dari jalan lahir, nyeri + Anemia Berat
perut bagian bawah dan panggul sampai ke kaki kanan, dan tidak bisa melakukan aktifitas seperti biasa dikarenakan ibu tidak bisa berjalan dengan normal. DO : TTV: TD : 130/80 mmHg, N : 84 X/m, RR : 20 X/m, S : 36,3 ºc Inspeksi Ekspresi wajah: Meringis bila nyeri timbul Mata : Conjungtiva pucat, sclera putih pucat, tidak oedema Mukosa bibir : Kering, tidak lembab Gentalia : Ada pengeluaran pervaginam (darah) Leher
:
tidak
ada
pembesaran
kelenjar
tyroid,kelenjar limfe dan vena jugularis Palpasi Leher
:
tidak
ada
pembesaran
kelenjar
tyroid,kelenjar limfe dan vena jugularis Dada
: payudara tidak ada massa
Abdomen : ada nyeri tekan Ekstremitas : terdapat oedema pada kedua kaki. Tidak ada varises Pemeriksaan penunjang : Inspekulo : adanya perdarahan aktif Masalah : 1. Anemia berat
DS : Ibu mengeluh pusing yang berlebihan,dan terpasang 02 DO : Conjungtiva pucat,sclera putih pucat, mukosa bibir kering.
56
2. Nyeri
yang Pemeriksaan penunjang HB : 4,90 gr/dl
hebat
DS : ibu mengeluh terasa nyeri yang hebat pada perut ibu bagian bawah dan kesakitan saat dipegang/ diraba
III. ANTISIPASI MASALAH POTENSIAL
IV.
-
Resiko perdarahan
-
Perforasi
-
Syok
TINDAKAN SEGERA Memasang 02 (oksigen) 4 ml, memasang infuse dan memasang dower kat eter.
V.
PERENCANAAN Tanggal
: 04-05-2017
Jam
: 08.00 WITA
Diagnosa
: Ny. S dengan CA Cerviks Stadium IIIB
1. Lakukan pendekatan dengan pasien dan keluarga pasien R/ Pendekatan yang dilakukan agar terjalin kerjasama yang baik antara pasien dan petugas kesehatan. 2. Jelaskan hasil pemeriksaan pada ibu dan keluarga R/ ibu dan keluarga dapat mengetahui kondisi kesehatannya dan dapat lebih kooperatif dengan asuhan yang diberikan 3. Beri dukungan moril dan support
57
R/ dengan member dukungan ibu dapat lebih termotivasi dan tidak merasa cemas 4. Anjurkan pada ibu untuk memperhatikan pola istirahat yang cukup dan teratur R/ istirahat yang cukup dapat memberikan rasa nyaman dan membantu memulihkan tenaga ibu. 5. Anjurkan dan jelaskan pada ibu atau keluarga ibu
untuk tetap
menjaga personal hygiene ibu R/ personal hygiene yang baik dapat mencegah terjadinya infeksi 6. Ajarkan dan anjurkan pada ibu teknik relaksasi yang benar R/ teknik relaksasi yang diajarkan berguna menghilangkan rasa nyeri yang dialami ibu 7. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian terapi R/ sebagi bentuk pelayanan yang akan diberikan kepada pasien 8. Lakukan dokumentasi R/ sebagai bentuk tanggung jawab atas tindakan yang dilakukan
VI. PELAKSANAAN Tanggal
: 04-05-2017
Jam
: 08.00 WITA
Diagnosa
: Ny. S dengan CA Cerviks stadium III B
1. Melakukan pendekatan dengan pasien yaitu dengan senyum,menyapa pasien dengan sopan. M/ ibu dan keluarga merasa senang dengan pendekatan yang dilakukan 2. Menjelaskan hasil pemeriksaan pada ibu dan keluarga yaitu : Ku : baik
; kesadaran : Composmetis S : 36,5 0C
TTV : TD : 110/60 mmHg 20 x/mnt BB : 32 kg
58
N : 86 x/mnt
RR :
M/ ibu mengerti dengan kondisi kesehatannya sekarang yang disampaikan melalui pemeriksaan 3. Memberikan dukungan moril dan support M/ ibu dan keluarga mengerti dan menerima dukungan yang diberikan 4. Menganjurkan pada ibu untuk memperhatikan pola istirahat yang cukup teratur seperti tidur siang ± 8 jam perhari, tidur siang ± 2 jam perhari agar memulihkan tenaga ibu M/ ibu mengerti dan mau mengikuti anjuran yang diberikan untuk istirahat teratur 5. Menganjurkan dan menjelaskan pada ibu untuk tetap menjaga kebersihan dirinya terutama personal hygiene ibunya. Karena kebersihan diri akan mencegah terjadinya infeksi. M/ ibu mengerti dan keluarga juga mengerti tentang penjelasan yang disampaikan agar tetap menjaga personal hygiene. 6. Mengajarkan dan menganjurkan pada ibu untuk melakukan teknik relaksasi yang benar yaitu menarik napas melalui hidung, lalu keluarkan melalui mulut dengan dilakukan berulang-ulang agar mengurangi rasa nyeri pada perut. M/ ibu mengeri dan mau mengikuti anjuran yang diberikan 7. Melakukan kolaborasi dengan dokter untuk pemberian terapi obatobatan seperti : -
Injeksi leukagon 1 vial (sub cutan)
-
Sulfat ferosus 2x3 mg oral
-
Vitamin C 2x100 mg oral
-
IVFD NaCl 0,9% 20 tpm M/ ibu mengerti dan mau menerima pemberian obat-obatan yang diberikan dokter secara oral maupun injeksi
8. Melakukan dokumentasi hasil pemeriksaan yang dilakukan pada lyst/status pasien, M/ hasil pemeriksaan yang dilakukan telah didokumentasikan dengan baik
59
VII. EVALUASI Tanggal
: 04-05-2017
Jam
: 11. 00 wita
Diagnosa
: Ny. S dengan Ca Serviks stadium III B
1. Sudah terjalin hubungan yang baik antara pasien, keluarga pasien dengan petugas kesehatan. 2. Ibu mengerti dengan penjelasan yang diberikan tentang hasil pemeriksaan yang dilakukan. 3. Ibu dan keluarga pasien menerima dukungan yang telah diberikan. 4. Ibu mengerti dan bersedia memperhatikan pola istirahat yang cukup dan teratur. 5. Ibu mengerti dan mau tetap menjaga kebersihan dirinya teutama personal hygiene. 6. Ibu mengerti dan mau melakukan teknik relaksasi 7. Ibu telah meminum obat yang diberikan dan bersedia melakukan lanjutan terapi obat-obatan. 8. Dokumentasi telah dilakukan.
CATATAN PERKEMBANGAN Tanggal/ Jam
Data Dasar (SOAP)
04-05-2017/
S :
07.00 Wita
Ibu mengeluh sakit, perdarahan aktif tidak ada, terpasang 02 dan dower kateter dan mengatakan nyeri perut bagian bawah O: KU : lemah, kesadaran :Composmetis TTV : S :36,8 N: 82 x/mnt RR : 24 x/mnt TD : 120/70 mmHg BB : 32 kg TB : 155 cm Lila : 15 cm, status gizi buruk BE : -13,9 HB : 4,90 Na : 125 ALB :3,1 A:
60
Ny. S dengan CA Cerviks stadium IIIB P: -
Transfusi PRC sampai HB > 10 gr/dl dengan premedikasi
dexametazone
1
ampul
dan
diphenhydramin 1 ampul
13.00 wita
-
Paracetamol 500 mg setiap 8 jam
-
Sulfat ferosus 300 mg tiap 12 jam
-
Ranitidine 50 mg
-
Infuse NaCl 0,9%
S: ibu mengeluh lemas dan nyeri perut bagian bawah O: KU : lemah, TD : 119/69 mmHg
N: 98x/mnt
RR :
22x/mnt Skala nyeri 2, skor resiko jatuh 9 A : Ny.S dengan CA Cerviks stadium IIIB P: -
Fasilitas pemenuhan nutrisi dan personal hygiene
-
Pasien rawat bersama internal
-
Infuse NaCl 0,9%
-
Aminofusin 1:1:1 20 tetes/mnt
-
Oksigen nausal kanal 4 tpm
-
Transfuse PRC s/d HB > 10 gr/dl dengan premeditasi dexametason 5 mg(IV) dan diphenhidramin 10 mg (IV) sudah masuk kolf
-
Paracetamol 500 mg tiap 8 jam (intra oral) kalau perlu
-
SF 300 mg tiap 12 jam (oral) terakhir jam 04.00 wita
-
Ondonsentron 8 mg tiap 8 jam (IV)
-
Ranitidin 50 mg tiap 12 jam (IV) terakhir pukul 04.00 wita
61
-
Kulitake 1 sachet (IV) tiap 8 jam terakhir jam 07.00 wita
-
Ciprofloksasin 200 mg (IV) tiap 12 jam terakhir pukul 06.00 wita
-
Asam folat 2 mg tiap 12 jam (IV) terakhir jam 06.00 wita
05-05-2017/ WITA
Gut feeding air gula 10 gr/100 ml
09.00 S : ibu mengeluh lemas dan nyeri perut bagian bawah O : Ku : lemah TTV : S : 36,1
RR : 20x/mnt
N : 90 x/mnt
TD :
111/74 mmHg A: ibu dengan CA Cerviks stadium IIIB P:
12.00 Wita
-
Transfusi darah
-
Pasang NGT
S: Ibu mengeluh lemah, nafsu makan berkurang, nyeri perut bagian bawah O: Ku : lemas, kesadaran :composmetis TD : 119/69x/mnt N : 98 x/mnt S: 36,5 RR : 22 x/mnt A : ibu CA cerviks stadium IIIB P : Lanjutan observasi dan program dokter
13.00 Wita
Pasien dipindahkan ke Ruang Cempaka II Gynekologi
06-05-2017/
S:
09.00 Wita
ibu mengeluh lemas dan nyeri perut bagian bawah
62
O : Ku : lemah TTV : S : 37,1
RR : 18x/mnt N : 65x/mnt
TD : 100/70
mmHg A: ibu dengan CA Cerviks stadium IIIB P: -
NGT terpasang
-
Terpasang 02
07-05-2017/
NGT 6 cm 6 jam
07.00 Wita
Drip Lanzo 5 Ml/jam Post double lumen 4/5/17 Drip Vascon 1,8 110/60 Drip Vascon 3,6 100/50 AC anti HCV,AGD elektrolit fungsi petugas
07-05-2017
PASIEN ATAS NAMA SARIYAH UMUR 45 TAHUN DENGAN CA CERVIKS STADIUM IIIB TELAH MENINGGAL DUNIA
63
ASUHAN KEBIDANAN PATOLOGI PADA ANAK I.K.T.E UMUR 6 TAHUN DENGAN AML (ACUTE MIOLOSITIK LEUKEMIA) DI RUANG PUDAK RSUP SANGLAH DENPASAR BALI I. Pengkajian data Nama mahasiswa
: SIFERA KUMAN
NIM
: 132111139
Semester
: VI (Enam)
Ruangan
: Pudak, RSUP Sanglah Denpasar-Bali
Tanggal pengkajian
: 09-05-2017
Jam
: 09.00 Wita
1. Data subjektif 1) Biodata a) Nama anak (initial)
: An. I.K.T.E
Usia/tanggal lahir
: 6 Tahun
Jenis kelamin
: Laki-laki
Anak ke
:1
Jumlah saudara
:-
b) Orang tua Nama Ibu
: Ny.N.M.R
Nama ayah
: Tn. I.Wayan
Umur
: 22tahun
Umur
: 29 tahun
Suku/Bangsa
: Bali/Indonesia
Suku/Bangsa
: Bali /Indonesia
64
Agama
: Hindu
Agama
: Hindu
Pendidikan
: SMA
Pendidikan
: SMA
Pekerjaan
: Swasta
Pekerjaan
: Wiraswasta
Alamat
: Banjar Dinas munti gunung tengah baru
2) Keluhan utama : anak mengatakan mulutnya terasa nyeri dan mengeluarkan darah 1) Riwayat penyakit sekarang: anak dikeluhkan 2) Riwayat antenatal Ibu mengatakan selama hamil selalu memeriksakan kehamilannya di Bidan dan dokter praktek. 3) Riwayat natal Usia kehamilan
: Aterm
Cara persalinan
: spontan pervaginam
Keadaan saat lahir
: Normal, langsung menangis
Tempat dan penolong
: RSU, oleh bidan
Berat badan
: 2500 gram, Panjang badan : 52 cm
4) Riwayat Imunisasi BCG
: Sudah (1 kali)
HB
: Lengkap (4 kali)
DPT
: Lengkap (3 kali)
POLIO
: Lengkap (4 kali)
CAMPAK
: Sudah (1 kali)
5) Riwayat sosial Yang mengasuh anak
: Orang tua kandung
Hubungan dengan anggota keluarga
: Baik
Pembawaan secara umum
: Normal
6) Pemenuhan kebutuhan dasar a. Nutrisi 65
1) Jenis makanan
: Nasi
2)
: 3 x/hari
Frekuensi
3) Jenis minuman
: air putih dan jus
4) Nafsu makan
: Baik
5) Porsi makan
: 1 piring
b. Eliminasi (1) BAK Frekuensi
: 5-6 sehari
Warna
: kuning jernih
Bau
: khas amoniak
(2) BAB Frekuensi
: 1-2 kali sehari
Warna
: kuning
Konsistensi
: lunak
Bau
: khas feses
c. Istirahat dan tidur a) Tidur siang
: 1-2 jam
b) Tidur malam
: 7-8 jam
d. Kebersihan a) Mandi
: 2 kali sehari
b) Gosok gigi
: 2 kali sehari
c) Ganti pakaian dalam
: 2 kali sehari
2. Data obyektif 1) Pemeriksaan umum Keadaan umum
: Lemah
Kesadaran
: Composmentis
Ekspresi wajah
: Lesu
Tanda-tanda vital Suhu
: 36,40C
Nadi
: 100 x/menit
Pernapasan
: 24 x/menit
66
2) Pemeriksaan fisik Inspeksi dan palpasi Kepala
: Tidak ada bekas luka, tidak ada nyeri tekan
Rambut
: Hitam
Wajah Bentuk
: Oval
Pucat
: ya
Oedema
: Tidak
Mata a) Konjungtiva
: Pucat
b) Sclera
: Putih
c) Oedema
: Tidak ada
Telinga 1) Simetris
: Ya
2) Serumen
: Tidak ada
Hidung
:
Tidak ada secret dan polip
Mulut
:
Mukosa bibir agak kering dan pucat, ada perdarahan pada gusi
Dada
:
Frekuensi pernapasan teratur
Mammae
: Simetris, tidak ada kelainan
Abdomen a) Pembesaran/massa
: ada
b) Nyeri tekan
: ada
c) Bekas luka operasi
: Tidak ada
Ekstremitas ka/ki : Simetris 3) Pemeriksaan penunjang Hasil pemeriksaan : WBC 5,79 gr% HB 10,11 gr/dl PLT 90,82 gr%
67
4) Data medis 1. Diagnosa medis: An. I.K.T.E umur 6 tahun dengan AML 2. Terapi/obat-obatan: 1) Transfusi TC (trombocyte concentrate) 7 kantong 2) Cyclophosphamide 820 mg dalam 200 ml Nacl 0,9 % habis dalam 2 jam 3) Parasetamol IV 22 ml jika suhu ≥ 38 0 c 4) Kebutuhan cairan 1550 ml/hari 5) Kebutuhan kalori 1530 kkal/hari
II. Analisa masalah dan diagnosa Diagnosa An. I.K.T.E
Data dasar umur 6
Tahun dengan AML
DS : anak mengatakan mulutnya terasa nyeri dan mengeluarkan darah DO : Keadaan umum: Kesadaran
Lemah :
Ekspresi wajah:
Composmentis Lesu
Tanda-tanda vital Suhu
: 360C
Nadi
: 90 x/menit
Pernapasan
: 28 x/menit
BB
: 18,5 kg
Pemeriksaan fisik 1. Conjungtiva
: : pucat
2. Mulut : ada perdarahan pada gusi 3. Abdomen
: pembesaran pada
abdomen 4. Ekstremitas : pada kaki dan tangan tidak ada oedema Pemeriksaan penunjang : 1. HB
68
: 10,12 gr %
2. Limfosit
: 42,1 %
III. Antisipasi Masalah Potensial Resiko terjadi perdarahan dan infeksi IV. Tindakan segera Kolaborasi dengan dokter untuk tindakan selanjutnya V.
Perencanaan Tanggal
: 09 -05-2017
Jam
: 09.00 wita
Diagnosa
: Anak 6 tahun dengan Akut Myeloblastic leukemia (AML)
1. Lakukan pendekatan dengan ibu dan keluarga R/ Pendekatan yang dilakukan membantu mendekatkan hubungan dan rasa saling percaya antara ibu dan tenaga kesehatan. 2. Jelaskan dan pantau keadaan anaknya R/ Informasi tentang keadaan anak merupakan hak ibu dan keluarga sehingga ibu lebih kooperatif terhadap asuhan yang diberikan 3. Anjurkan ibu memperhatikan istirahat dan menjaga kebersihan anak serta lingkungan dengan mencuci tangan R/ Istirahat yang cukup dan teratur dapat membantu proses pemulihan, serta lingkungan yang bersih dapat mempertahankan daya tahan tubuh anak sehingga terhindar dari infeksi 4. Pantau asupan kalori. R/ Memastikan nutrisi adekuat. 5. Motivasi agar peningkatan asupan cairan dan makanan yang tinggi protein. R/ Meningkatkan produksi antibodi dan mencegah dehidrasi. 6. Observasi tanda-tanda vital, selama perubahan, terutama suhu. R/ Mengkaji adanya infeksi.
69
7. Anjurkan pada ibu untuk memberikan obat secara teratur dan sesuai dosis R/ Pemberian obat secara teratur dan sesuai dosis membantu proses pemulihan pada anak 8. Lakukan kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi R/ kolaborasi menjadi salah satu keputusan bidan dalam penanganan kegawatdaruratan 9. Administer transfusi granulosit yang diresepkan. R/ untuk mengganti leukosit yang rusak dan untuk melawan infeksi. 10. Lakukan pendokumentasian R/ Pendokumentasian merupakan bahan bukti hokum tertulis, tanggung jawab dan tanggung gugat terhadap asuhan yang diberikan serta sebagai bahan acuan asuhan selanjutnya.
VI. Pelaksanaan Tanggal
: 09-05-2017
Jam
: 09.15 wita
Diagnosa
: Anak umur 6 tahun dengan Akut Limfoblastik Leukemia
1. Melakukan pendekatan pada ibu dan keluarga M/ Pendekatan dengan ibu telah dilakukan 2. Menjelaskan pada ibu tentang keadaan anaknya dan tetap memantau keadaan anak M/ Ibu dan keluarga sudah mengetahui keadaan anaknya dan merasa tenang 3. Menganjurkan ibu memperhatikan istirahat dan menjaga kebersihan anak serta menjaga lingkungan dengan mencuci tangan M/ Ibu bersedia memperhatikan istirahat dan kebersihan lingkungan anaknya 4. Memantau asupan kalori
70
Kalori yang dianjurkan sesuai kebutuhan anak yang direkomendasikan oleh dokter yaitu kebutuhan cairan 1550 ml/hari dan kebutuhan kalori 1530 kkal/hari M/ Makanan telah disediakan dari rumah sakit sesuai dengan rekomendasi dari dokter 5. Memotivasi agar peningkatan asupan cairan dan makanan yang tinggi protein M/ Makanan direkomendasikan oleh dokter dan disediakan dari rumah sakit 6. Mengobservasi tanda-tanda vital selama perubahan terutama suhu M/ S: 360 C, pasien dalam keadaan normal 7. Menjelaskan pada ibu pentingnya memberikan obat secara teratur dan sesuai dosis, yaitu : MTX (methotrexate) – HD (High Dose) dalam 2000 ml Nacl 0,9 % dengan dosis 22 tetes per menit. Parasetamol IV 22 ml jika suhu ≥ 38 0 c M/ Ibu sudah mengerti dengan penjelasan yang diberikan dan akan memberikan obat pada anaknya secara teratur sesuai dosis 8. Melakukan kolaborasi dengan dokter dalam pemberian teapi dan pemeriksaan DL M/ telah dilakukan, terapi: MTX (methotrexate) – HD (High Dose)
dalam 2000 ml NaCl 0,9%
dengan dosis 22 tetes per menit. Parasetamol IV 22 ml jika suhu ≥ 38 0 c Hasil pemeriksaan DL: Neutrofil 42,29 % normal; HgB: 12,3 gr% (rendah); malaria (rapid) negatif 9. Mengadminister transfusi granulosit yang diresepkan M/ telah diberikan: Transfusi TC (trombocyte concentrate) 7 kantong 10. Melakukan pendokumentasian
71
M/ Semua hasil tindakan sudah didokumentasikan dalam buku register sebagai salah satu bukti tanggung jawab dan tanggung gugat.
VII.
EVALUASI 1. Sudah terjalin hubungan yang baik antara pasien, keluarga pasien dengan petugas kesehatan 2. Ibu/keluarga pasien telah mengetahui keadaan/kondisi anaknya 3. Ibu mau memantau anaknya untuk istirahat yang cukup 4. Ibu telah memberikan asupan makanan (kalori) yang diberikan oleh pihak Rumah sakit 5. Tanda-tanda vital masih dalam batas normal 6. Obat telah diberikan sesuai intruksi dokter dan telah diminum sesuai dosis yang diberikan 7. Pemberian terapi telah dilakukan oleh dokter 8. Transfusi TC (trombocite concentrate) telah dilakukan 9. Dokumentasi sudah dilakukan
CATATAN PERKEMBANGAN
Tanggal : 09-05-2017 Jam
: 10.00 wita
Pemeriksa
: (bidan/perawat)
S Keluhan : tidak ada O Ku : lemah, kesadaran : composmetis S : 36,4 0C, N : 100x/mnt, RR : 24 x/mnt, skala nyeri : 0, resiko jatuh : 11 A Resiko Infeksi P
72
-
Lanjutkan observasi
-
Observasi TTV
-
Rencana BMA (Bone Marrow Aspiration) atau pengambilan sample tulang belakang
Tanggal : 09-05-2017 Jam
: 13.00 wita
Pemeriksa
: (dokter)
S Keluhan : Merasa pusing O Ku : lemah, kesadaran : composmetis S : 36,1 0C, N : 100x/mnt, RR : 26 x/mnt, skala nyeri : 0, resiko jatuh : 11 A Anak dengan AML (acute miolositik leukemia) P -
Rencana BMA (Bone Marrow Aspiration)
Tanggal : 09-05-2017 Jam
: 14.15 wita
Pemeriksa
: (dokter)
S Keluhan : tidak ada O Ku : lemah, kesadaran : composmetis S : 36, 0C, N : 100x/mnt, RR : 24 x/mnt, skala nyeri : 0, A Anak dengan AML P -
Rencana Aspirasi sumormrelatif
73
Tanggal : 09-05-2017 Jam
: 17.30 wita
Pemeriksa
: (anastesi)
S Pro BMA Pasien AML (acute miolositik leukemia) sejak januari 2017, saat ini tidak ada keluhan O kesadaran : composmetis S : 36,5 0C, N : 111x/mnt, RR : 22 x/mnt, SP02 : 99 % room air, FLACC : 0, A ASA II : AML riwayat kemoterapi sansitopence P Pada prinsipnya kami siap memfasilitasi tindakan dengan resiko tinggi (puasa 8 jam pre edukasi lengkapi SIO) Tanggal : 10-05-2017 jam 08.00 Pasien Pulang S: Tidak ada keluhan O: Ku baik,kesadaran composmetis TTV: S : 36,3 OC, N : 115 x/mnt, RR : 20 x/mnt A: Anak umur 6 tahun dengan AML (acute miolositik Leukemia) P: -
makan minum teratur dan makan-makanan yang bergizi
-
istirahat yang cukup 74
-
menjaga personal hygiene
-
minum obat teratur sesuai dosis
-
lakukan kontrol ulang sesuai jadwal atau jika ada keluhan
75
BAB IV PEMBAHASAN Dalam Bab ini penulis membahas serta membandingkan kesejangan antara tinjauan teori dan tinjauan kasus yang terjadi di lahan praktek. 4.1 Anak P.A.P umur 8 tahun dengan HIV/AIDS Stadium I 1. Pengkajian Pengumpulan data dasar yaitu pada langkah pertama ini dilakukan pengkajian dengan mengumpulkan data dasar yang diperlukan untuk mengevaluasi keadaan klien secara lengkap. Tanda dan gejala HIV/AIDS meliputi demam yang menyerupai flu biasa sebelum tes serologi positif. Gejala dini lainnya berupa penurunan berat badan lebih dari 10% dari berat badan semula, berkeringat di malam hari, diare kronik, kelelahan, limfadenopati. Berdasarkan pengkajian data yang diteliti tidak mempunyai kesenjangan antara teori dan kasus karena dilakukan anamneses keluhan pada Anak P.A.P umur 8 tahun didapatkan data subjektif yaitu ibu mengatakan demam pada anaknya hilang timbul, flu dan hilang dengan sendirinya, berat badan anak menurun. 2. Analisa Masalah dan Diagnosa Interprestasi data dasar adalah tahap mengindentifikasi diagnosa atau masalah dan kebutuhan klien secara tepat berdasarkan interprestasi data yang akurat dan logis, sehingga dapat merumuskan masalah teori kebidanan. Berdasakan diagnosa masalah yang dikaji, tidak mempunyai kesenjangan antara teori dan kasus karena berdasarkan pengkajian data terdapat tanda dan gejala HIV AIDS yaitu demam hilang timbul, berat badan menurun, sedangkan data objektif pada pemeriksaan fisik, ekspresi wajah tampak ceria , berat badan semakin menurun, didapatkan dari riwayat penyakit sekarang bahwa Anak P.A.P terdiagnosa HIV AIDS stadium I. 3. Antisipasi Masalah Potensial
76
Identifikasi diagnosa atau masalah potensial adalah tahap mengidentifikasi atau diagnosis potensial lain berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosis yang sudah diidentifikasi sebelumnya. Masalah potensial yang dapat terjadi apabila tidak tertangani masalah yang ada dapat berpotensi terjadi infeksi dan kekebalan tubuh anak semakin menurun dan mengakibatkan tubuh semakin terserang penyakit bahkan terjadi komplikasi. Berdasarkan antisipasi masalah potensial yang ditentukan tidak adanya kesenjangan toeri dan kasus. 4. Tindakan Segera Mengindentifikasi kebutuhan yang memerlukan penangan segera adalah tahap dimana, bidan mngidentifikasi perlu atau tidaknya tindakan segera oleh bidan maupun oleh dokter dan kondisi yang perlu dikonsultasikan atau ditangani bersama-sama anggota tim kesehatan yang lainsesuai dengan kondisi klien. Berdasarkan pengkajian tidak adanya kesenjangan antara teori dan kasus karena tindakan segera yang diberikan yaitu memperbaiki keadaan umum anak, menjaga agar tidak terjadi infeksi, memberikan obat antiretrovirus untuk menahan virus yang ada dalam tubuh tidak berkembang atau menyebar. 5. Perencanaan Merencanakan asuhan menyeluruh adalah tahap dimana bidan merencanakan asuhan yang menyeluruh yaitu tahap masalah dan diagnosa yang telah ditegakkan. Berdasarkan pengkajian tidak adanya kesenjangan antara teori dan kasus karena telah dilakukan perencanaan – perencanaan terhadap asuhan HIV AIDS dengan masalah – masalah yang ditemukan. 6. Pelaksanaan Melaksanakan perencanaan adalah melakukan asuhan menyeluruh seperti yang telah diuraikan pada langkah kelima dilaksanakan secara efisien dan aman. Berdasarkan pengkajian tidak adanya kesenjangan antara teori dan kasus karena penatalaksanaan sesuai dengan prosedur tetap (protap) RSUP Sanglah untuk tata laksana pasien anak dengan HIV AIDS.
77
7. Evaluasi Evaluasi keefektifan dari asuhan yang sudah diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar-benar terpenuhi sesuai dengan kebutuhan sebagaimana telah diidentifikasi di dalam maslah dan diagnose. Berdasarkan evaluasi pelaksanaan yang dilakukan tidak adanya kesenjangan
antara teori dan kasus karena telah dilakukan evaluasi
perkembangan selama pasien measih mengidap virus HIV AIDS sampai pasien dikatakan sudah tidak ada lagi virus yang berkembang di dalam tubuh atau dikatakan sembuh.
4.2 Ny.S umur 45 tahun dengan Kanker Serviks Stadium IIIB Dalam Bab ini penulis membahas serta membandingkan kesejangan antara tinjauan teori dan kasus yang terjadi di lahan praktek 1. Pengkajian Pengumpulan data dasar yaitu pada langkah pertama ini dilakukan pengkajian dengan mengumpulkan data dasar yang diperlukan untuk mengevaluasi keadaan klien secara lengkap. Tanda dan gejala kanker serviks meliputi keluarnya cairan pervaginam yang berbau busuk dan nyeri perut bagian bawah menjalar ke pinggang. Berdasarkan pengkajian data yang diteliti tidak mempunyai kesenjangan antara teori dan kasus karena dilakukan anamneses keluhan pada Ny.S umur 45 tahun didapatkan data subjectif yaitu ibu mengatakan keluar caran berwarna putih dan berbau busuk dari jalan lahir serta nyeri pada perut bagian bawah. 2. Analisa Masalah dan Diagnosa Interprestasi data dasar adalah tahap mengindentifikasi diagnose atau masalah dan kebutuhan klien secara tepat berdasarkan interorestasi data yang akurat dan logis, sehingga dapat merumuskan masalah teori kebidanan. Berdasakan diagnose masalah yang dikaji, tidak mempunyai kesenjangan antara teori dan kasus karena berdasarkan pengkajian data terdapat tanda dan gejala kanker serviks yaitu ibu mengatakan keluar cairan berwarna putih dan berbau busuk dari jalan lahir serta nyeri pada
78
perut bagian bawah, sedangkan data objectif pada pemeriksaan fisik, ekspresi wajah tampak meringis , genetalia tampak keluar cairan berwarna putih, didapatkan dari riwayat penyakit sekarang bahwa Ny.S terdiagnosa Kanker Serviks Stadium IIIB pasca kemoterapi paxus carboplatin seri IV. 3. Antisipasi Masalah Potensial Identifikasi diagnose atau masalah potensial adalah tahap mengidentifikasi atau diagnosis potensial lain berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosis yang sudah diidentifikasi sebelumnya. Masalah potensial yang dapat terjadi apabila tidak tertangani masalah yang ada dapat berpotensi terjadi syok dan terjadi infeksi. Berdasarkan antisipasi masalah potensial yang ditentukan tidak adanya kesenjangan toeri dan kasus. 4. Tindakan Segera Mengindentifikasi kebutuhan yang memerlukan penangan segera adalah tahap dimana, bidan mngidentifikasi perlu atau tidaknya tindakan segera oleh bidan maupun oleh dokter dan kondisi yang perlu dikonsultasikan atau ditangani bersama-sama anggota tim kesehatan yang lainsesuai dengan kondisi klien. Berdasarkan pengkajian tidak adanya kesenjangan antara teori dan kasus karena tindakan segera yang diberikan yaitu memperbaiki keadaan umum ibu, transfuse PRC sampai dengan HB ≥ 10gr/dl, transfuse TC sampai PLT ≥ 100.000. 5. Perencanaan Merencanakan
asuhan
menyeluruh
adalah
tahap
dimana
bidan
merencanakan asuhan yang menyeluruh adalah tahap masalah dan diagnose yang telah ditegakkan. Berdasarkan pengkajian tidak adanya kesenjangan antara teori dan kasus karena telah dilakukan perencanaan – perencanaan terhadap asuhan kanker serviks dengan masalah – masalah yang ditemukan. 6. Pelaksanaan Melaksanakan perencanaan adalah melakukan asuhan menyeluruh seperti yang telah diuraikan pada langkah kelima dilaksanakan secara
79
efisien dan aman. Berdasarkan pengkajian tidak adanya kesenjangan antara teori dan kasus karena penatalaksanaan sesuai dengan prosedur tetap (protap) RSUP Sanglah untuk tata laksana pasien kanker serviks. 7. Evaluasi Evaluasi keefektifan dari asuhan yang sudah diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar-benar terpenuhi sesuai dengan kebutuhan sebagaimana telah diidentifikasi di dalam maslah dan diagnose. Berdasarkan evaluasi pelaksanaan yang dilakukan tidak adanya kesenjangan
antara teori dan kasus karena telah dilakukan evaluasi
perkembangan selama 3 hari sampai keadaan umum menjadi sedang.
4.3 Anak I.K.T.E umur 6 tahun dengan AML (Acute Miolositik Leukemia) Dalam bab ini saya akan membahas mengenai kesenjangan antara konsep dasar dan penggunaan pendekatan manajemen kebidanan menurut 7 (tujuh) langkah Varney, anak I.K.T.E dengan acute myeloblastik Leukimia di ruangan PUDAK RSUP Sanglah Denpasar tanggal 09 mei 2017 s/d 13 mei 2017, mulai dari pengkajian yang dilakukan, asuhan/penatalaksanaan dan evaluasi yang diberikan pada kasus acute myeloblastik Leukimia tidak jauh berbeda antara teori dengan kenyataan yang ada dilapangan. 1. Pengkajian Menurut Hani (2010), pada langkah pertama ini dikumpulkan semua informasi yang akurat dan lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien. Pengkajian data anak dengan leukimia terdiri atas anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang. Didukung oleh Nugroho (2010) pengkajian lebih ditekankan pada data subyektif yaitu keluhan utama dan data obyektif yakni pemeriksaan umum, pemeriksaan fisik anak, pemeriksaan laboratorium, pemeriksaan penunjang. Pada anak I.K.T.E pengkajian diawali dengan pengumpulan data melalui anamnesis identitas klien dan orang tua, keluhan utama (ibu mengatakan anaknya panas, batuk pilek, nyeri perut). Hasil anamnesa
80
dilanjutkan dengan data obyektif yaitu keadaan umum lemah, kesadaran composmentis, tanda-tanda vital : suhu : 37 ̊c, nadi : 119 x/ menit, RR : 33 x/menit, pemeriksaan fisik kepala tidak ada benjolan, conjungtiva pucat, tidak ada polip, mukosa kering bibir , ada stomatitis, nyeri abdomen dengan skala nyeri ringan, ekstremitas sianosis. Pada langkah ini tidak ada kesenjangan antara teori dan pengkajian, data yang mendukung atas diagnosa pasien telah dikaji secara menyeluruh. 2. Analisa masalah dan diagnosa. Menurut Hani (2010), dilakukan identifikasi terhadap diagnose atau masalah berdasarkan interpretasi yang benar atas data-data yang dikumpulkan. Dan didukung teori menurut Reeves (2002),
leukemia
ditandai dengan pilek tak sembuh–sembuh, pucat, lesu, mudah terstimulasi, demam, anoresia mual,muntah, berat badan menurun, picchiec, epistaksis, perdarahan gusi, memar tanpa sebab, nyeri tulang dan persendian,
nyeri
abdomen,
hepatosplenomegali,limfadenopati,
Abnormalitas WBC, nyeri kepala. Pada anak umur 6 tahun dengan penyakit leukemia data subyektif dan data obyektif yang mendukung yaitupilek tak sembuh–sembuh, pucat, lesu, demam, anoresia mual,muntah, berat badan menurun, nyeri abdomen, nyeri kepala. Hal ini jika dilihat dari teori maka sesuai dengan tanda dan gejala leukemia. Pada langkah ini tidak terdapat kesenjangan antara teori dan analisa kasus. 3. Diagnosa potensial. Menurut Hani (2010), mengidentifikasi masalah potensial atau diagnose potensial didasarkan diagnose atau masalah yang sudah diidentifikasi, didukung teori Lockart (2002), pada teori antisipasi masalah potensial yang mungkin terjadi meliputi intoleransi aktifitas, resiko tinggi infeksi, resiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan, resiko cidera (perdarahan), Resiko kerusakan integritas kulit, resiko kekurangan volume cairan, kurang pengetahuan, gangguan citra diri/gambaran diri.
81
Pada kasus anak I.K.T.E dilakukan observasi dan pengamatan yang cermat sehingga antisipasi masalah potensial yang ditemukan anak mengalami anemia, anak beresiko perdarahan, anak berisiko mengalami infeksi, anakburuk gizi buruk. Oleh karena itu penulis menarik kesimpulan bahwa tidak ada kesenjangan antara teori dan kasus yang didapat dilahan praktek. 4. Tindakan segera. Menurut Lockart (2002), pada teori tindakan segera yang dilakukan pada anak dengan penyakit leukemia yaitu tranfusi darah, kortikostiroid, sitostatika, dan imunoterapi sehingga klien harus dirawat secara intensif untuk pemulihan pasien. Pada kasus dilahan praktek dilakukan asuhan kebidanan yaitu segera berkolaborasi dengan dokter Sp,A dalam pemberian terapi untuk pencegahan terjadinya komplikasi pada anak I.K.T.E dengan leukemia seperti tranfusi darah, tranfusi trombosit berikan antibiotik, beri nutrisi yang adekuat. Oleh karena penulis menarik kesimpulan bahwa tidak ada kesenjangan antara teori dan kasus yang didapat dilahan praktek, karena yang terdapat pada tindakan segera diteori sama dengan tindakan segera yang terdapat pada kasus. 5. Perencanaan Pada kasus perencanaan yang dilakukan seperti : a. Mengatasi keletihan /intoleransi aktifitas 1) Kaji adanya tanda-tanda anemia : pucat,peka rangsang,cepat lelah,kadar Hb rendah 2) Pantau hitung darah lengkap dan hitung jenis 3) Berikan cukup istirahat dan tidur tanpa gangguan 4) Meminimalkan kegelisahan dan anjurkan bermain dengan tenang 5) Bantu pasien dalam aktifitas sehari-hari 6) Pantau frekuensi nadi,pernapasan sebelum dan selama aktifitas 7) Ketika kondisi membaik dorong aktifitas sesuai toleransi
82
8) Jika diprogramkan berikan parked RBC. b. Mencegah terjadinya infeksi 1) Observasi adanya tanda-tanda infeksi,pantau suhu badan laporkan jika suhu > 38ᵒc yang berlangsung > 24 jam,menggigil dan nadi > 100 x/m 2) Sadari bahwa ketika hitung neotrofil menurun(neotropenia),maka infeksi meningkat,maka : a) Tempatkan pasien dalam ruangan khusus b) Sebelum merawat pasien cuci tangan dan memakai pakaian pelindung masker dan sarung tangan c) Cegah kontak dengan individu yang terinfeksi 3) Jaga lingkungan tetap bersih,batasi tindakan infasif 4) Bantu ambulasi jika mungkin (membalik,batuk,napas dalam) 5) Lakukan higene oral dan perawatan parineal secara sering 6) Pantau masukan dan haluaran serta pertahankan hidrasi yang adekuat dengan minum 3 liter /hari 7) Berikan terapi antibiotik tranfusi granulosut jika diprogramkan 8) Yakinkan pemberian makanan yang bergizi c. Mencegah cedera (perdarahan) 1) Observasi
adanya
tanda-tanda
perdarahan
dengan
inpeksi
kulit,mulut,hidung,urine,feases,muntahan,dan lokasi kulit 2) Pantau tanda vital nilai trombosit 3) Hindari injeksi intravena intramuskuler seminimal mungkin tekan selama 5-10 menit setiap kali menyuntik 4) Gunakan sikat gigi yang lembut dan lunak 5) Hindari pengambilan temperatur rektal,pengobatan rekad dan enema 6) Hindari aktifitas yang dapat menyebabkan cidera fisik, atau mainan yang dapat melukai kulit d. Memberikan nutrisi yang adekuat 1) Kaji jumlah makanan dan cairan yang ditoleransi pasien
83
2) Berikan kebersihan oral sebelum dan sesudah makan 3) Hindari bau,parfum,tindakan yang tidak menyenangkan,gangguan pandangan dan bunyi 4) Ubah pola makan,berikan makanan ringan dan sering, libatkan pasien dalam memilih makanan yang bergizi tinggi,timbang BB tiap hari 5) Sajikan makanan dalam suhu dingin/hangat 6) Pantau masukan makanan,bila jumlah kurang berikan cairan parental dan NPT yang diprogramkan e. Mencegah kekurangan cairan 1) Kaji adanya tanda-tanda dehidrasi 2) Berikan antiemetik awal sebelum pemberian kemoterapi 3) Hindari
pemberian
makanan
dan
minuman
yang
hanya
merangsang mual/muntah 4) Anjurkan minum dalam porsi kecil dan sering 5) Kolaborasi pemberian cairan parental untuk mempertahankan hidrasi sesuai indikasi Pada kasus yang didapat dilahan praktek yaitu kolaorasi dengan dokter
dalam
pemberian
terapi
pada
anak
dengan
leukemia,pertahankan pertumbuhan berat badan,mencegah infeksi dan memberikan asupan gizi seimbang agar terhindar dari anemia Oleh karena itu penulis menarik kesimpulan tidak terjadi kesenjangan
antara
teori
dan
kasus.Sesuai
dengan
diagnoas
keperawatan yang ditemukan pada kasus. Dalam teori pelaksanaan yang dilakukan dalam pemberian terapi pada anak dengan penyakit leukemia yaitu dari perencanaan yang telah dibuat dapat dilakukan sesuai dengan asuhan yang ditentukan dalam
pencapaian
kesembuhan
dan
klien
dapat
merasakan
kenyamanan dalam pelayanan yang diberikan oleh tenaga kesehatan. Pada kasus dilahan praktek implementasi dilakukan sesuai degan intervensi yang sudah dibuat dalam 24 jam selama 4 hari
84
Implementasi sesuai preoritas kedalam tahap pengembangan karena anak sudah dirawat di ruangan,sehingga keluarga pun sudah paham akan asuhan yang dilakukan sesuai rencana asuhan keperawatan. Dalam implementasi tidak terlalu banyak hambatan dan anak mudah diatur sehingga dalam implementasi hanya terfokus dalam komunikasi serta tindakan yang terapeutik. 6. Evaluasi Pada teori evaluasi adalah suatu penilaian terhadap keberhasilan terhadap
keberhasilan
rencana
keperawatan
untuk
memenuhi
kebutuhan-kebutuhan klien.Hasil yang diharapkan pada klien dengan leukemia adalah : 1) Klien tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi 2) Berpartisipasi
dalam
aktifitas
sehari-hari
sesuai
tingkat
kemampuan,adanya laporan peningkatan toleransi aktifitas. 3) Klien tidak menunjukkan bukti-bukti perdarahan. 4) Klien menyerap makanan dan cairan, anak tidak mengalami mual dan muntah 5) Membran mukosa tetap utuh,ulkus menunjukkan tidak adanya rasa tidak nyaman 6) Masukan nutrisi adekuat 7) Klien beristirahat dengan tenang,tidak melaporkan dan atau menunjukkan bukti-bukti ketidaknyamanan,tidak mengeluhkan perasaan tidak nyaman 8) Kulit tetap bersih dan utuh 9) Klien mengungkapkan masalah yang berkaitan dengan kerontokan rambut,klien membabtu menentukan metode untuk mengurangi efek kerontokan rambut dan menerapkan metode ini dan klien tampak bersih,rapi,berpakaian menarik. 10) Klien
dan
keluarga
menunjukkan
pemahaman
tentang
prosedur,keluarga menunjukkan pengetahuan tentang penyakit
85
klien dan tindakannya.Keluarga mengekspresikan perasaan serta kekhwatirannya dan meluangkan waktu bersama klien 11) Keluarga
tetap
terbuka
keperawatan,keluarga
dan
untuk klien
konseling
dan
mendiskusikan
kontak rasa
takut,kekhwatiran,kebutuhan dan keinginan mereka pada tahap terminal,pasien dan keluarga mendapat dukungan yang adekuat Dalam kasus dilahan praktek memberikan asuhan kebidanan dengan memperhatikan gejala dan keluhan yang terjadi sehingga diharapkan tidak terjadi masalah lain yang bisa merugikan klien. Oleh karena itu penulis menarik kesimpulan bahwa tidak ada kesenjangan antara teori dan kasus yang didapat dilahan praktek,karena yang terdapat pada evaluasi diteori sama dengan evaluasi yang terdapat pada kasus.
86
BAB V PENUTUP 5.1 Simpulan a. Pengertian AIDS adalah suatu penyakit infeksi yang diderita seseorang, yang bermula dari tertularnya orang itu oleh satu jenis virus, termasuk jenis retrovirus, yang diberi nama HIV(humam immunnodeficiency virus). HIV/AIDS ditandai dengan gejala awal seperti flu biasa, munculnya rasa lelah yang berkepanjangan sering demam,berat badan menurun,diare berlebihan. Tindakan yang dilakukan pada pasien dengan HIV/AIDS adalah mengobati menurut tingkat stadium pada HIV dengan pemberian obat ARV Lini I. Hasil akhir dari kasus HIV/AIDS pada anak anak tersebut adalah pasien pulang dengan Keadaan umumnya baik. b. Menurut Notodiharjo (2002), kanker serviks adalah tumor ganas primer berasal dari sel epitel skuamosa. Kanker serviks merupakan kanker yang terjadi pada serviks atau leher rahim,suatu daerah pada organ reproduksi wanita yang merupakan pintu masuk kearah rahim, letaknya antara rahim dan liang senggama (vagina). Tanda dan gejala kanker leher rahim adalah perdarahan pervaginam,keputihan berulang yang terinfeksi bakteri baginosis, trikomoniasisdan monolia. Pengobatannya bisa dilakukan radioter api,kemoterapi sedangkan penanganannya adalah dengan cara operasi. Hasil akhir dari pada Ny.S adalah pasien meninggal dunia, c. Acute miolositik leukemia (AML) Adalah penyebab dari sel mielosit yang berkembang menjadi granulosit dan berubah menjadi ganas dan akan segera berinfiltrasi ke dalam jaringan tubuh.
Tanda
dan
Gejala
klinis
dari
acute
myeloblastik leukemia pada umumnya adalah anemia,trombositop enia,neorotropenia,infeksi,kelainan organ yang terkena infiltrasi,hi
87
permetabolisme.Kemudian dapat meningkat ke tingkat yang lebih tinggi sesuai dengan tingkat penyakitnya,Sasaran dan strategi pengobatan tergantung dari berbagai macam faktor,salah satu diantaranya berdasarkan jenis leukemianya. Hasil akhir dari Anak dengan acute miolositik leukemia (AML) adalah keadaan umumnya baik,dapat tertangani dengan baik dan akhirnya pasien diperbolehkan pulang. 5.2
Saran 1. Bagi Pembaca Pembaca agar lebih memahami tentang HIV/AIDS, Kanker Serviks dan AML terutama cara pencegahan,penanganan dan pegobatannya. 2. Bagi Institusi Kesehatan Institusi kesehatan diharapkan mengetahui gambaran tentang kejadian pada pasien/klien dengan HIV/AIDS, kanker serviks dan AML. Ketiga masalah ini dapat digunakan sebagai masukan dalam rangka meningkat kan kualitas pelayanan dalam rangka memberikan penanganan pada pasien HIV/AIDS, Kanker Serviks dan AML. 3. Bagi Institusi Pendidikan Institusi pendidikan diharapkan dalam Pelaksanaan Praktek Kerja Klinik (PKK III) Patologi, institusi pendidikan dapat menyediakan media yang dapat digunakan sebagai alat dalam kelancaran pelaksanaan PKK III dan dapat memfasilitasi program bersama sosialisasi dan pencegahan HIV/AIDS,Kanker serviks dan AML (Acute Miolositik Leukemia).
88
DAFTAR PUSTAKA Adhiyanti, Yulrina.dkk. 2015. Bahan Ajar AIDS Pada Asuhan Kebidanan. Jakarta: Budi Utama. Anonim,1994. Pedoman diagnosis dan terapi,Ilmu kesehatan anak. Fakultas Kedokteran Unair dan RSUD dr.Soetomo . Surabaya Hasdianah H.R, Prima Dewi. 2014 . Virologi mengenal virus, penyakit dan pencegahannya. Yogyakarta. Nuha Medika Kurniawan Reiza,S.Ked. 2015. Cegah Sejak Dini Pemicu Kanker Pada Anak. Niaga Swadaya. Jakarta Nelso; Berhrman; Klegman&Arvin. Ilmu Kesehatan Anak Nelson. Vol. II. . Jakarta: EGC. Riksani Ria, Re!MediaService. 2016. KENALI KANKER SERVIKS SEJAK DINI. Rapha Publising.Yogyakarta. Robbins dan Kumar,1995. Buku ajar patologi 1. Penerbit Buku Kedokteran EGC.jakarta Sjamsudin,Sjarul. Pencegahan dan Deteksi dini Kanker Serviks. Januari 2001. Diakses tanggal 6 mei 2009. Sumber :http/www.cerminduniakedokteran.c om Susan. Kanker Serviks pencegahan dan deteksi dini. November 2000. Diakses tanggal 12 mei 2009. Sumber : http// www.clinicwikiberita.com
89