Ternyata, Alquran Bicara Banyak Tentang Remaja Edgar Hamas 3 Juni 2015 dakwatuna.com – “Sebagian besar Alquran berisi kisah. Sebagian besar kisahnya adalah kisah para Nabi. Kisah para Nabi itu bukan ketika mereka telah menua, namun sungguh ceritera itu ditulis indah dalam Quran ketika mereka remaja.” *** Kata siapa Alquran memiliki 6666 ayat? Sejatinya jika kita mau menghitungnya, maka akan kita temukan Ayat Alquran berjumlah 6236 ayat, keseluruhannya adalah petunjuk hebat nan paripurna yang mengantar manusia dari tak tahu menahu sampai menjadi soko guru. Adapun mengapa ada yang mengatakannya 6666 ayat, hal itu dilandasi dari kalimat cerdas yang terucap lihai yang diriwayatkan Said Jubair bin Abbas, dari Ulama besar Ibnu Abbas radhiallahu anhu, ketika beliau berkata, “Alquran ini, 6000 ayatnya adalah kisah, 600 ayatnya berupa tanda kebesaran Allah, 60 ayatnya adalah aturan muamalah, sedangkan 6 ayatnya adalah berisi hukum-hukum hudud.” Namun kuncinya, tidak mesti satu ayat mengandung satu makna bukan? Kadang satu ayat begitu kaya mengandung kisah, muamalah juga hudud. Seperti itulah Alquran, kaya! Namun sahabat, tulisan ini akan menggambarkan pelita yang belum terungkap, hati kita begitu berdebar dan agaknya takjub bahwa Alquran yang setiap hari kita baca ini didominasi isinya dengan kisah, kisah, lalu kisah, kemudian kisah lagi, hingga hampir dua pertiga isi Alquran adalah kisah dan sejarah. Memukau! Sebenarnya kisah-kisah di Alquran bicara tentang siapa? Tentang apa? SubhanAllah, ternyata sebagian besar kisah dalam quran ini adalah cerita pemuda tangguh yang mengemban tugas memperbaiki dunia, dan di satu sisinya, mengisahkan pemuda ringkih dan rapuh, jangankan membela Islam, mereka malah menyumpah serapah risalah. Alquran mengantar umatnya dengan kisah-kisah pemuda, agar kapanpun, siapapun dan bagaimanapun keadaan umat ini, selalu terbit semangat muda yang bergelora untuk menjaga panji umat ini hingga tak akan jatuh, sampai Israfil meniupkan sangkakalanya, kelak di akhir umur dunia. Inilah remaja dan pemuda yang terukir indah sekaligus pedih dalam Alquran, kita ingat-ingat, lalu kembali me-review, sejurus kemudian mari mengambil hikmah dengan segera, agar intisari ilmu tak menguap-uap di atas kepala lalu hilang layaknya asap yang ditelan awan. Habil Yang Giat Berkarya, Qabil yang Malas Bekerja
Sahabat tahu siapa penghuni bumi pertama? Sudah terkenal kisahnya, dan tak diragu lagi bahwa Nabi Adam a.s dan Siti Hawa, adalah penduduk awal bumi yang menakjubkan ini. Dalam Alquran, kisah Nabi Adam dan Siti Hawa dikemas sedemikian rupa, digambarkan dengan begitu indah nan berhikmah, agar kita bisa mengambil pelajaran. Mari kita simak, dalam skenario besar hidup Nabi Adam, beliau mempunyai anak yang terabadikan namanya dalam sejarah. Yang satu dikenang sebagai pahlawan, yang satunya disebut pembunuh pertama di muka bumi. Mari kita berkenalan dengan mereka; Habil juga Qabil, kakak adik yang di usia remaja mereka, Allah rekamkan jejaknya hingga hari ini kita dapat mengambil hikmah sejarah darinya. Inilah kisah remaja perdana di wajah bumi, dalam indahnya untaian Qur’ani: “Ceritakanlah kepada mereka kisah kedua putra Adam -Habil dan Qabil- menurut yang sebenarnya, ketika keduanya mempersembahkan kurban, maka diterima dari salah seorang dari mereka berdua -Habil- dan tidak diterima dari yang lain –Qabil-. Ia berkata (Qabil): “Aku pasti membunuhmu!” Berkata Habil: “Sesungguhnya Allah hanya menerima (korban) dari orangorang yang bertakwa”. “Sungguh kalau kamu menggerakkan tanganmu kepadaku untuk membunuhku, aku sekali-kali tidak akan menggerakkan tanganku kepadamu untuk membunuhmu. Sesungguhnya aku takut kepada Allah, Tuhan seru sekalian alam.” “Sesungguhnya aku ingin agar kamu kembali dengan (membawa) dosa (membunuh) ku dan dosamu sendiri, maka kamu akan menjadi penghuni neraka, dan yang demikian itulah pembalasan bagi orang-orang yang lalim.” Maka hawa nafsu Kabil menjadikannya menganggap mudah membunuh saudaranya, sebab itu dibunuhnyalah, maka jadilah ia seorang di antara orang-orang yang merugi. Kemudian Allah menyuruh seekor burung gagak menggali-gali di bumi untuk memperlihatkan kepadanya (Kabil) bagaimana dia seharusnya menguburkan mayit saudaranya. Berkata Kabil: “Aduhai celaka aku, mengapa aku tidak mampu berbuat seperti burung gagak ini, lalu aku dapat menguburkan mayit saudaraku ini?” Karena itu jadilah dia seorang di antara orangorang yang menyesal. (Al-Ma’idah : 27-31) Saya tergelitik membuat sebuah kalimat untuk meringkas hikmah nan bermartabat ini, beginilah bunyinya : “Jadi pemuda itu yang mempersembahkan apa yang terbaik untuk Allah, seperti Habil yang giat dan tekun memilah persembahan teragung untuk Allah. Jangan jadi pemuda malas yang bekerja enggan, berkarya susah, ketika melihat yang lain sukses dia malah mendengki, seperti Qabil yang tak suka kesalihan Habil, maka ia membunuhnya.”
Habil bekerja giat, optimistis dan tak setengah-setengah dalam berjuang, maka Allah mencintai remaja tipe yang seperti ini. Remaja yang punya orientasi melaksanakan yang terbaik dan berkontribusi yang terbaik akan dicintai lingkungannya, dihormati orang-orang di sekelilingnya dan diberi penghargaan dari Allah atas jerih payahnya. Habil, beliaulah inspirasi remaja yang tak setengah-setengah berkontribusi, Qabil, lihatlah dia, sudah pendengki, pemalas, enggan pula berkarya. Habil yang seorang peternak, bersemangat mencari hewan ternak terbaik untuk dipersembahkan pada Tuhannya, Qabil malah beralasan banyak, abai dan tak mau bersusah-susah, maka ia yang bekerja sebagai petani, memilih hasil panen yang sudah jelek, busuk, yang aromanya sudah memuakkan seakan tak punya harga. Remaja dengan tipe seperti ini, jangankan cinta Tuhan, cinta wanita pun sepertinya tak bisa diraihnya. Kan’an si Remaja Pemberontak Dalam lintasan sejarah, Nabi Nuh adalah Nabi yang begitu sabar, rentang waktu 900 tahun untuk berdakwah beliau lalui dengan berbagai intimidasi dan celaan. Dari awal dakwahnya hingga bahteranya berlayar melewati bumi yang tertutup air bah , hanya 70 orang yang menyambut seruannya untuk menyembah Allah. Naasnya lagi, keluarga beliau menjadi salah satu penentang kerasnya. Sang anak yang bernama Kan’aan, sudah diingatkan berkali-kali masih saja ia tak gunakan nurani. Sudah dinasehati berulang-ulang tetap saja pikirannya berkabut kelam penuh dendam. Inilah karakter remaja nakal dan pembangkang. Kan’an adalah ibrah yang mesti kita ambil; bahwa Ayah yang shalih tidak menjamin anaknya kelak menjadi shalih pula. Kan’an terpengaruh lingkungan yang buruk, ia dididik masyarakatnya untuk membenci ayahnya sendiri, mengutamakan egoisme dan nafsu belaka, sehingga puncaknya, kebenaran walau terlihat jelas di hadapan mata, tak ada arti baginya selain harus menjauh dan mencela. Beginilah Alquran menceritakan dengan singkat namun memikat, surat Hud ayat 42 hingga 43, “Dan bahtera itu berlayar membawa mereka dalam gelombang laksana gunung. Dan Nuh memanggil anaknya sedang anak itu berada di tempat yang jauh terpencil: “Hai anakku, naiklah ke kapal bersama kami dan janganlah kamu berada bersama orang-orang yang kafir.” Lalu Kan’an dengan kedengkiannya menjawab ketus, “Aku akan mencari perlindungan ke gunung yang dapat memeliharaku dari air bah!” Nuh berkata: “Tidak ada yang melindungi hari ini dari azab Allah selain Allah saja Yang Maha Penyayang”. Dan gelombang menjadi penghalang antara keduanya; maka jadilah anak itu termasuk orang-orang yang ditenggelamkan.” Maka selesailah kisah hidup Kan’an, bukannya berakhir baik, ia malah membantah nasihat ayahnya untuk naik bahtera, berbekal keangkuhan ia bertekad menaiki puncak gunung yang dia kira akan menyelamatkannya dari air bah, naas, seribu naas, wajah bumi tertutup semua dengan birunya samudera, bukan sehari dua hari, namun bertahun-tahun lamanya. Itulah nasib keangkuhan, merasa menang, akhirnya jadi pecundang di akhir skenario. Kasian kasian kasian.
Ini Ismail, Remaja dengan Aqidah Paling Mantap Tipe remaja yang satu ini adalah yang ‘The Best’. Nabi Ismail yang digambarkan sebagai seorang pemuda berhati bersih, terabadikan dalam Qur’an dengan begitu nyata, dan jujur mengharukan. Jika ini dibuat film, dijamin orang-orang yang menontonnya akan menangis, bagaimana tidak? Nabi Ismail yang lama tak jumpa dengan ayahanda tercinta, setelah melepas rindu, ayahnya, Nabi Ibrahim diperintahkan Allah untuk menyembelihnya. Ah, kisahnya sungguh berhikmah, beginilah Alquran melukiskannya: “Maka tatkala anak itu sampai pada umur sanggup berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: “Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!” Ia menjawab: “Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar”. Tatkala keduanya telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan anaknya atas pelipisnya), nyatalah kesabaran keduanya. Dan Kami panggillah dia: “Hai Ibrahim, sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu”, sesungguhnya demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata. Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar.” (QS. Ash-Shaffat, ayat 102 sampai 107) “Seorang pemuda yang mempersembahkan nilai-nilai pengorbanan dan pembelaan dengan gambaran yang sangat indah dan menakjubkan”, tulis Syaikh Muhammad Said Hawwa dalam bukunya ‘Shina’ah Asy-Syabaab’ “Hal ini berbekas pada keimanan yang sempurna, sehingga dia mempersembahkan dirinya untuk disembelih. Apakah ada buah keimanan dan pengorbanan yang melebihi ini? Dialah pemuda yang bernama Ismail, yang berjiwa muda yang bertaqwa dan suci.” Sungguh Ismail muda menjadi inspirasi generasi muda Islam hari ini di Palestina dan dunia Islam seluruhnya. Bagaimana tidak? Keimanan yang tinggi membuat seorang pemuda menjadi kokoh prinsipnya, gaya pikirnya melampaui zamannya, kedewasaannya begitu matang, dan sikap ketaatannya begitu totalitas. Satu catatan penting yang mesti kita petakan dengan benar. Kan’an anak nabi, Ismail juga anak nabi, namun apa yang membedakannya? Kedua remaja ini hidup dalam gaya yang berbeda. Kan’an mengikuti hawa nafsu, sedangkan Ismail mengikuti kemauan risalah. Kan’an menjadikan angkuh sebagai prinsip utamanya, Ismail menjadikan taat menjadi pondasi cara berpikirnya. Banyak lagi kisah dan inspirasi remaja dalam Alquran yang sangat sayang jika tidak kita ulas dengan seksama. Akan banyak lagi tipe-tipe remaja, masalah dan cara solusinya yang tertuang menakjubkan dalam Alquran, seperti kisah remaja Nabi Yusuf, inspirasi hikmah Nabi Yahya muda, dan yang paling fenomenal adalah Ashabul Kahfi. Semoga di lain kesempatan bisa kita ulas bersama, hingga hati makin hidup, hikmah makin terkumpul, dan keyakinan pada Alquran makinlah berjaya.
Untuk memudahkan kita menjelajah hikmah ini, ayat-ayat ini recommended untuk kita selami samudera hikmahnya; “Sebagian besar Alquran berisi kisah. Sebagian besar kisahnya adalah kisah para Nabi. Kisah para Nabi itu bukan ketika mereka telah menua, namun sungguh cerita itu ditulis indah dalam Quran ketika mereka remaja” 1. Ibrahim muda, mengajak bangsanya berlogika untuk menemukan keesaan Tuhan (AlAnbiya ayat 60) 2. Yahya muda, semenjak kecil telah dikaruniai hikmah dan kebijaksanaan. (Maryam ayat 15) 3. Nabi Yusuf menjadi pejuang kebenaran semenjak mudanya (Yusuf ayat 22) 4. Ismail muda, begitu hebat meyakini perintah Allah dan taat pada ketentuan-Nya (AshShaffat ayat 102-107) 5. Pemuda Ashabul Kahfi, legenda remaja yang mempertahankan Aqidah (Al-Kahfi : 1315) 6. Inspirasi Pemuda Dai di Kisah Ashabul Ukhdud (Al-Buruj)
Sumber: http://www.dakwatuna.com/2015/06/03/69647/ternyata-alquran-bicara-banyak-tentangremaja/#ixzz3by8XGe5i Follow us: @dakwatuna on Twitter | dakwatunacom on Facebook