Bab I Dini Revisi.docx

  • Uploaded by: Dini Dwi Suryani
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Bab I Dini Revisi.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 1,221
  • Pages: 7
Hubungan Antara Dukungan Keluarga Dengan Tingkat Stres Akademik Pada Siswa SMK Kesehatan Letris Indonesia 1 Tangerang Selatan

PROPOSAL

Disusun Oleh Dini Dwi Suryani NIM. 1514201006

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN DAN PROFESI NERS FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH TANGERANG 2019

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dukungan keluarga menurut Fridman (2010) adalah sikap, tindakan penerimaan keluarga terhadap anggota keluargannya, berupa dukungan informasional, dukungan penilaian, dukungan instrumental dan dukungan emosional.Dukungan keluarga adalah suatu bentuk hubungan interpersonal yang meliputi sikap, tindakan dan penerimaan terhadap anggota keluarga, sehingga anggota keluarga merasa ada yang memperhatikannya. Dukungan sosial keluarga mengacu kepada dukungan-dukungan sosial yang dipandang oleh anggota keluarga sebagai sesuatu yang dapat di akses atau di adakan untuk keluarga yang selalu siap memberikan pertolongan dan bantuan jika diperlukan (Erdiana, 2015). Stress merupakan fenomena psikofisik yang manusiawi. Artinya, stress itu bersifat inheren pada diri setiap orang dalam menjalani kehidupan seharihari. Stress dialami oleh setiap orang dengan tidak mengenal jenis kelamin, usia, kedudukan, jabatan, atau status social-ekonomi. Stres bisa dialami oleh bayi, anak-anak, remaja, atau dewasa; pejabat atau warga masyarakat biasa; pengusaha atau karyawan; serta pria maupun wanita. Kejadian stres masih tinggi dan sangat bervariasi pada berbagai kelompok di Indonesia. Hasil Riset kesehatan dasar (Riskesdas) tahun 2007 menunjukkan bahwa 11,6% penduduk Indonesia berusia 15 tahun ke atas mengalami gangguan mental emosional. Pada Riskesdas tahun 2013, angka tersebut menunjukkan penurunan menjadi 6%.Hasil penelitian pada anggota majelis taklim di Jakarta Selatan menunjukkan bahwa prevalensi stres mencapai 13,3%. Sebagian besar sumber stress siswa berasal dari masalah akademik (Elias, 2011). Stres dibidang akademik pada anak muncul ketika harapan untuk meraih prestasi akademik meningkat, baik dari orang tua, guru ataupun teman sebaya. Harapan tersebut seringkali tidak sesuai dengan kemampuan yang mereka miliki (Shahmohammadi, 2011).

American College Health Association (dalam Kadapatti & Vijayalaxmi, 2012) memaparkan kendala terbesar bagi perilaku akademik adalah stres akademik. Stres akademik memiliki banyak dampak negatif tidak hanya dalam proses pembelajaran melainkan juga terhadap kesehatan fisik. Stres didefinisikan sebagai satu keadaan tertekan, baik secara fisik maupun psikologis (Chaplin, 2011). Stres yang paling umum dialami oleh siswa merupakan stres akademik. Rahmawati, W. K. (2017) menyatakan stres akademik merupakan respon siswa terhadap berbagai tuntutan yang bersumber dari proses belajar mengajar meliputi: (1) tuntutan naik kelas, (2) menyelesaikan banyak tugas, (3) mendapat nilai ulangan yang tinggi, (4) keputusan menentukan jurusan, (5) kecemasan menghadapi ujian, dan (6) tuntutan untuk dapat mengatur waktu belajar. Berdasarkan hasil penelitian dari Taufik dan Ifdil (2013) mengatakan, bahwa tingkat stres akademik siswa SMA N kota Padang terggolong dari beberapa kategori. Pada ketegori sedang 71,8%, kategori tinggi 13,2% dan kategori rendah 15%. Kemudian hasil penelitian Kinantie, Hernawaty dan Hidayati (2014) di SMA 3 Bandung tentang tingkatan stres menjelang ujian nasional, 49,74% dikelompokan menjadi tingkat stres sedang dan 30,05% tingkat stres berat. Persentase stres dapat meningkat setiap tahun dan dapat berdampak negatif jika tidak diatasi dengan cara yang tepat. Hasil penelitian Lilis dan Diana (2015) di SMKN 11 Semarang mengatakan bahwa dukungan sosial orang tua terhadap stres akademik adalah sebesar 13,1%. Hasil tersebut menunjukkan bahwa stres akademik sebesar 13,1% ditentukan oleh dukungan sosial orang tua. Cannon (Sarafino dan Smith, 2012) mengambarkan individu yang mengalami stres akademik secara biologis akan mengalami detak jantung meningkat. Sedangkan dari segi psikososial stres memberikan dampak kognitif, emosi dan perilaku sosial. Menurut Helmi dari segi kognitif akan memberikan dampak seperti susah berkonsentrasi dan mudah lupa. Sedangkan dari segi emosi menurut

Helmi akan memberikan dampak mudah marah dan cepat merasa tersinggung. Dari segi perilaku sosial menurut Helmi akan memberikan dampak malas belajar dan suka berbohong (Safaria dan Saputra, 2012). Menurut WHO, remaja adalah penduduk dalam rentang usia 10-19 tahun, menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 25 tahun 2014, remaja adalah penduduk dalam rentang usia 10-18 tahun dan menurut Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana (BKKBN) rentang usia remaja adalah 10-24 tahun dan belum menikah. Jumlah kelompok usia 10-19 tahun di Indonesia menurut Sensus Penduduk 2010 sebanyak 43,5 juta atau sekitar 18%dari jumlah penduduk. Di dunia diperkirakan kelompok remaja berjumlah 1,2 milyar atau 18% darijumlah pendudukdunia (WHO, 2014). Dalam budaya Amerika, periode remaja ini dipandang sebagai masa “Strom & Stress”, frustasi dan penderitaan, konflik dan krisis penyesuaian, mimpi dan melamun tentang cinta, dan perasaan teralineasi (tersisihkan) dari kehidupan social budaya oramg dewasa (Pikunas, 1976). Prospek SMK menurut Renstra Direktorat PSMK 2015-2019 masih sangat memprihatikan karena masih banyak lulusan Sekolah Menengah Kejuruan yang menganggur, padahal SMK mempunyai banyak peluang untuk menciptakan tenaga kerja yang ahli pada bidangnya dibandingkan dengan Sekolah Menengah Atas tetapi pada kenyataannya masih saja lebih banyak lulusan SMA yang bekerja dibandingkan dengan lulusan SMK. Menurut KEMENDIKBUD untuk meningkatkan pendidikan kejuruan adalah meningkatkan sarana prasarana yang ada, mempekerjakan tenaga pendidik yang kompeten dalam bidangnya, memperbaiki mutu lulusan. SMK memiliki potensi untuk bekerja sesuai kebutuhan, SMK memiliki lima elemen kompetensi sesuai kebutuhan lapangan kepentingan seperti kebutuhan masyarakat, kebutuhan dunia kerja, kebutuhan profesional, kebutuhan generasi masa depan dan ilmu pengetahuan. Dengan begitu kita siap mengahadipi era persaingan global. Berdasarkan latar belakang diatas penulis tertarik untuk mengetahui mengenai tingkat stres pada remaja oleh sebab itu judul dari penelitian ini

adalah “Hubungan antara dukungan keluaraga dengan tingkat stres akademik pada siswa SMK Kesehatan Letris Indonesia 1 Tangerang Selatan”.

B. Identifikasi Masalah Berdasarkan fenomena diatas masalah yang dapat diidentifikasi adalah sebagai berikut : 1. Kurangnya dukungan keluarga pada siswa/i di SMK Letris. 2. Meningkatnya stres akademik pada siswa/i baru masuk ke SMK Letris. 3. Kejadian pravelensi tingkat stres akademik pada siswa/i SMK Letris. 4. Kurangnya dukungan keluarga untuk siswa SMK sehingga siswa mengalami stres akademik. 5. Hubungan antara dukungan keluaraga dengan tingkat stres akademik pada siswa SMK Letris masih belum terlihat.

C. Batasan Masalah Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah, maka peneliti membatasi masalah yang ada yaitu : 1. Variabel yang akan diteliti pada penelitian ini sebagai berikut : a. Variabel independen pada penelitian ini adalah dukungan keluarga. b. Variabel dependen pada penelitian ini adalah tingkat stres akademik pada siswa SMK Letris Inodnesia 1 Tangerang Selatan. 2. Hubungan antara dukungan keluaraga dengan tingkat stres akademik pada siswa SMK Letris Indonesia 1 Tangerang Selatan.

D. Rumusan Masalah Dari pembatasan masalah membuat rumusan masalah sebagai berikut : Apakah terdapat hubungan antara dukungan keluarga dengan tingkat stres akademik pada siswa SMK Letris Indoneisa 1 Tangerang Selatan.

E. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Berdasarkan pokok permasalahan yang telah penulis rumuskan diatas maka tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara dukungan keluaraga dengan tingkat stres akademik pada siswa SMK Letris Tangerang Selatan. 2. Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui distribusi dan frekuensi variabel independen (dukungan keluarga). b. Untuk Mengetahui distribusi dan frekuensi variabel dependen (tingkat stres akademik pada siswa). c. Untuk Mengetahui hubungan dukungan keluarga dengan tingkat stres akademik pada siswa.

F. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis a. Institusi Pendidikan Manfaat bagi instasi pendidikan adalah sebagai sumber informasi dan referensi dalam pengembangan penelitian mengenai hubungan dukungan keluarga dengan tingkat stres akademik serta informasi untuk diintegrasikan dalam proses pendidikan dan pembelajaran. b. Penelitian Selanjutnya Sebagai

rujukan

dasar

untuk

melakukan

penelitian

selanjutnya. Penelitian yang berkesinambungan serta berkelanjutan sangat diperlukan dibidang keperawatan agar dapat memberikan intervensi yang tepat utnuk mengatasi tentang masalah tingkat stres akademik pada remaja. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Sekolah di Kota Tangerang Diharapkan penelitian ini dapat memberikan informasi kepada sekolah dan guru tentang hubungan dukungan keluarga dengan tingkat stres akademik pada siswa/i SMK.

b. Bagi Bidang Keperawatan Penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi perawat dalam menghadapi stres pada siswa SMK dan tindakan atau intervensi apa yang harus diambil oleh perawat.

Related Documents

Dini
October 2019 30
Dini
June 2020 15
Dini
December 2019 24
Bab I - Bab Iii.docx
December 2019 87

More Documents from "Indrastika Wulandari"

Dapus.docx
June 2020 5
B.indo.doc
June 2020 31
Print Revisi.docx
April 2020 4
Modul 3 Kd 2
July 2020 39