1.2 SUMBER DAYA MANUSIA 1.2.1 Rumah Sakit Kabelota
INDIKATOR SDM RS KABELOTA Pelatihan yang pernah dilakukan dalam 1 tahun terakhir Keberlanjutan program (fungsi)
Kehadiran Pemegang Program Kehadiran tenaga kesehatan dokter, perawat, bidan, lainnya Jumlah tenaga yang ada
0 Sesudah
0.5
1
1.5
2
2.5
Sebelum
Berdasarkan tabel diatas jumlah ketersediaan tenaga kesehatan belum sesuai dengan kebutuhan rumah sakit, dan terdapat penurunan skor pada jumlah tenaga kesehatan pada rumah sakit, karena terdapat dokter umum dan spesialis yang mengundurkan diri dari rumah sakit setelah kejadian gempa, selain itu setelah kejadian gempa SDM masih belum dapat memberikan pelayanan secara optimal, karena ada beberapa tenaga kesehatan yang merupakan korban langsung dari gempa, sehingga membutuhkan pemulihan terlebih dahulu. Hal ini mengganggu keberlanjutan program pelayanan di rumah sakit, namun keberlanjutan semua program rumah sakit masih dapat dilaksanakan dengan jumlah tenaga yang terbatas disertai bantuan dari relawan dan tenaga kontrak sementara dalam kondisi tanggap bencana. Berdasarkan hasil wawancara, saat ini 2 orang dokter umum rumah sakit kabelota mengundurkan diri dan pindah tugas setelah bencana, dan satu orang dokter spesialis masih menjalani pemulihan pasca bencana, selain itu saat ini rumah sakit masih kekurangan dokter spesialis anestesi, sehingga tindakan operasi di rumah sakit masih terkendala, beberapa minggu setelah bencana tindakan operasi dibantu oleh dokter spesialis dari relawan. Pihak rumah sakit menyatakan bahwa kegiatan pelatihan, seminar, workshop untuk tenaga kesehatan di rumah sakit satu tahun terakhir ini tidak dapat dilakukan karena keterbatasan biaya, sehingga pihak rumah sakit mengupayakan pendanaan mengenai pelatihan tenaga kesehatan dapat dibantu melalui anggaran PEMDA, namun hingga saat ini masih belum dapat terwujud, hal ini yang mengakibatkan jumlah tenaga kesehatan yang sudah mengikuti pelatihan, seminar maupun workshop tidak mencapai target.
1.2.2 Puskesmas Donggala
Pelatihan yang pernah dilakukan dalam 1 tahun terakhir Keberlanjutan program (fungsi) Sesudah
Kehadiran Pemegang Program
Sebelum Kehadiran tenaga kesehatan dokter, perawat, bidan, lainnya Jumlah tenaga yang ada 0
0.5
1
1.5
2
2.5
Berdasarkan tabel diatas skor mengenai jumlah tenaga kesehatan, kehadiran, keberlanjutan program sangat stabil, karena tidak ada perubahan skor sebelum bencana dan setelah bencana. Pelayanan yang diberikan dapat dilaksanakan dengan baik langsung di puskesmas donggala, namun setelah bencana terdapat beberapa kendala pada program puskesmas yaitu puskesmas keliling (pusling) karena kendaraan yang digunakan untuk pelayanan rusak total karena tsunami, sehingga sampai saat ini program pusling dilakukan menggunakan mobil bantuan dari masyarakat, namun pelayanan yang diberikan tetap diusakan sesuai dengan jadwal dan tenaga kesehatan yang memadai. Berdasarkan wawancara pelatihan untuk tenaga kesehatan masih belum dapat mengikutsertakan sebagian besar tenaga, karena keterbatasan biaya yang dianggarkan oleh dinas kesehatan dan puskesmas itu sendiri, dan masih terdapat beberapa tenaga kesehatan yang belum mengikuti pelatihan wajib, dan direncakan akan diikutsertakan di tahun berikutnya sesuai dengan target peserta yang akan dibiayai oleh PEMDA.
1.2.3 Puskesmas Lembasada
Pelatihan yang pernah dilakukan dalam 1 tahun terakhir Keberlanjutan program (fungsi) Sesudah
Kehadiran Pemegang Program
Sebelum Kehadiran tenaga kesehatan dokter, perawat, bidan, lainnya Jumlah tenaga yang ada 0
0.5
1
1.5
2
2.5
Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala tata usaha puskesmas lembasada didapatkan data jumlah tenaga kesehatan belum sesuai dengan kebutuhan, karena saat ini belum ada dokter gigi dan perawat gigi, sehingga pelayanan kesehatan gigi dan mulut tidak dapat dilakukan secara optimal di puskesmas. Selain itu puskesmas juga belum memiliki tenaga analis dan keterbatasan dalam melakukan pelayanan. Setelah kejadian bencana beberapa program, terutama program puskesmas keliling masih belum dapat dilakukan di beberapa wilayah karena terdapat kendala pada akses jalan setelah bencana. Kegiatan pelatihan pada tenaga kesehatan masih belum mencapai target jumlah yang diharapkan karena keterbatasan anggaran. 1.2.4 Puskesmas Delatope
Pelatihan yang pernah dilakukan dalam 1 tahun terakhir Keberlanjutan program (fungsi) Sesudah
Kehadiran Pemegang Program
Sebelum Kehadiran tenaga kesehatan dokter, perawat, bidan, lainnya Jumlah tenaga yang ada 0
0.5
1
1.5
2
2.5
Berdasarkan hasil wawancara dengan bidan koordinator puskesmas delatope didirikan pada tahun 2017, sehingga sampai saat ini jumlah tenaga kesehatan belum sesuai dengan kebutuhan. Saat ini puskesmas belum memiliki tenaga dokter gigi dan untuk sementara pelayanan kesehatan gigi dan mulut dilakukan oleh perawat gigi yang berstatus sebagai pengabdi, namun masih keterbatasan dalam memberikan pelayan karena petugas merangkap tugas untuk menjalankan program kesehatan khusus kesehatan gigi dan mulut di wilayah kerja puskesmas. Hal yang mempengaruhi perubahan skor pada indikator kehadiran tenaga kesehatan adalah kondisi setelah gempa terdapat beberapa tenaga kesehatan masih berada di kota asal dan belum aktif memberikan pelayanan di puskesmas delatope, dan beberapa tenaga kesehatan lainnya mengikuti pelatihan dan rapat koordinasi yang dilakukan di provinsi. Skor pada keberlanjutan program dan kehadiran pemegang program tidak terdapat perubahan sebelum dan sesudah bencana, karena tenaga kesehatan masih mampu melanjutkan program kesehatan meskipun dilakukan di tenda darurat termasuk dalam memberikan pelayanan kesehatan. Pada indikator pengembangan SDM masih belum mencapai target karena saat ini puskesmas masih menugaskan beberapa tenaga kesehatan untuk mengikuti pelatihan pada satu tahun terakhir, karena keterbatasan biaya dari pihak puskesmas dan pemerintah daerah. 1.2.5 Puskesmas Batusuya
Pelatihan yang pernah dilakukan dalam 1 tahun terakhir Keberlanjutan program (fungsi) Sesudah
Kehadiran Pemegang Program
Sebelum Kehadiran tenaga kesehatan dokter, perawat, bidan, lainnya Jumlah tenaga yang ada 0
0.5
1
1.5
2
2.5
Berdasarkan hasil wawancara terdapat satu indikator yang mengalami perubahan sebelum dan setelah bencana yaitu pada indikator kehadiran tenaga kesehatan, karena saat ini dokter umum puskesmas di bantu tugaskan ke puskesmas balukang, dan sementara waktu pelayanan yang diberikan di puskesmas batusuya hanya dilakukan oleh perawat dan bidan. Setelah bencana jumlah kehadiran tenaga kesehatan belum mencapai 100% karena masih terkendala akses menuju puskesmas dari kota asal tenaga, dan 2 orang pengabdi mengundurkan diri setelah bencana. Setelah bencana kegiatan pelayanan kesehatan diberikan di luar gedung atau di tenda darurat karena kondisi bangunan yang belum aman untuk kegiatan pelayanan, namun hal ini tidak mengganggu kegiatan program program kesehatan puskesmas yang sudah ada sebelumnya, karena tenaga kesehatan yang sudah aktif bertugas melanjutkan program dengan keterbatasan dengan adanya bantuan dari relawan, terkait transportasi untuk kelanjutan program puskesmas keliling, obatobatan untuk kelanjutan program posyandu, dan bantuan tenaga kesehatan dan program kesehatan di sekolah sekitar wilayah puskesmas batusuya. 1.2.6 Puskesmas Toaya
Pelatihan yang pernah dilakukan dalam 1 tahun terakhir Keberlanjutan program (fungsi) Sesudah
Kehadiran Pemegang Program
Sebelum Kehadiran tenaga kesehatan dokter, perawat, bidan, lainnya Jumlah tenaga yang ada 0
0.5
1
1.5
2
2.5
Data diatas menunjukkan adanya perubahan skor pada indikator SDM kehadiran tenaga kesehatan dan keberlanjutan setelah bencana. Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala tata usaha menunjukkan bahwa terdapat beberapa tenaga kesehatan yang masih belum aktif bertugas pasca bencana yaitu dokter umum yang saat ini masih berada di luar kota namun dengan keterangan yang belum jelas, kemudian dokter gigi yang sedang menjalani tugas belejar semenjak 2 bulan terakhiir yang pelayanan kesehatan gigi dan mulut di lakukan oleh perawat gigi. Berdasarkan data yang diperoleh melalui kepala tata usaha, sebelum bencana puskesmas mengalami kesulitan dan kendala memberikan pelayanan kesehatan karena jumlah tenaga kesehatan belum sesuai dengan kebutuhan, terutama keterbatasan jumlah dokter umum, dan tenaga analis yang sementara dilakukan oleh perawat. Indikator keberlanjutan program juga mengalami penurunan skor, karena terdapat beberapa program kesehatan terutama puskesmas kelilling, promosi kesehatan ke instansi pendidikan, dan program posyandu belum terlaksana sesuai jadwal, karena beberapa tenaga kesehatan masih memberikan pelayanan kesehatan pasca bencana di posko dan tenda darurat di sekitar puskesmas. Pada indikator pengembangan SDM atau pelatihan yang diikuti oleh tenaga kesehatan puskesmas Toaya adalah puskesmas yang aktif untuk mengikutsertakan tenaga kesehatan dalam mengikuti setiap pelatihan yang ada di daerah kabupaten maupun provinsi, terkait dana puskesmas menganggarkan dari JKN khusus pelatihan tenaga kesehatan, dana sukarela dan anggaran dari pemerintah daerah. 1.2.7 Puskesmas Labuan
Pelatihan yang pernah dilakukan dalam 1 tahun terakhir Keberlanjutan program (fungsi) Sesudah
Kehadiran Pemegang Program
Sebelum Kehadiran tenaga kesehatan dokter, perawat, bidan, lainnya Jumlah tenaga yang ada 0
0.5
1
1.5
2
2.5
Data diatas menunjukkan terdapat beberapa indikator yang tidak mengalami perubahan sebelum dan sesudah bencana yaitu pada indikator jumlah tenaga yang bertugas di puskesmas labuan, kehadiran pemegang program, dan pelatihan yang pernah dilakukan dalam 1 tahun terakhir. Namun terdapat indikator yang mengalami penurunan skor yang signifikan yaitu kehadiran tenaga kesehatan dan keberlanjutan program. Berdasarkan wawancara dengan salah satu koordinator program puskesmas kehadiran tenaga kesehatan setelah bencana mengalami penurunan karena terdapat beberapa tenaga kesehatan yang belum aktif memberikan pelayanan di puskemas . Hal ini disebabkan oleh tenaga dokter umum saat ini masih sering mengikuti pertemuan dan rapat koordinasi pasca bencana di provinsi, dan beberapa bidan, dan ahli gizi mengikuti pelatihan, sehingga tenaga kesehatan yang memberikan pelayanan dan melanjutkan program terbatas. Saat ini puskesmas sedang mengajukan penambahan tenaga kesehatan terutama dokter umum, dokter gigi, perawat gigi, ahli gizi, analis, tenaga teknisi, dan administrasi. Pada indikator keberlanjutan program penurunan skor tersebut karena terdapat beberapa program yang masih belum dapat dilaksanakan sesuai jadwal pasca bencana, karena keterbatasan tenaga, transportasi dan akses jalan menuju beberapa wilayah terpencil.
1.2.8 Puskesmas Wani
Pelatihan yang pernah dilakukan dalam 1 tahun terakhir Keberlanjutan program (fungsi) Sesudah
Kehadiran Pemegang Program
Sebelum Kehadiran tenaga kesehatan dokter, perawat, bidan, lainnya Jumlah tenaga yang ada 0
0.5
1
1.5
2
2.5
Data diatas menunjukkan terdapat dua indikator yang mengalami penurunan skor setelah bencana yaitu pada indikator kehadiran tenaga kesehatan dan keberlanjutan. Berdasarkan hasil wawancara dengan staff puskesmas bidang kepegawaian hal ini disebabkan oleh beberapa perawat dan bidan mengikuti rapat koordinasi pasca bencana, dan terdapat beberapa tenaga kesehatan yang masih belum aktif memberikan pelayanan karena terdampak langsung oleh bencana. Selain itu pada indikator keberlanjutan program mengalami penurunan skor pasca bencana karena beberapa program, masih belum dilaksanakan pasca bencana, karena puskesmas masih fokus dalam memberikan pelayanan pasca bencana di puskemas maupun di posko posko setempat, namun berkaitan dengan kondisi sudah mulai memasuki masa transisi puskesmas akan segera aktif untuk menjalankan program program puskesmas sesuai dengan jadwal sebelumnya. Saat ini puskesmas sangat membutuhkan tenaga dokter umum tambahan, karena dalam memberikan pelayanan dan keberlanjutan program puskesmas keliling, puskesmas merasa kesulitan dengan jumlah tenaga dokter dan perawat yang terbatas.
1.2.9 Puskesmas Lalundu
Pelatihan yang pernah dilakukan dalam 1 tahun terakhir Keberlanjutan program (fungsi) Sesudah
Kehadiran Pemegang Program
Sebelum Kehadiran tenaga kesehatan dokter, perawat, bidan, lainnya Jumlah tenaga yang ada 0
0.5
1
1.5
2
2.5
Data diatas menunjukkan bahwa setiap indikator tidak mengalami perubahan skor sebelum dan sesudah bencana, karena puskesmas Lulundu merupakan puskesmas yang tidak terdampak langsung oleh bencana. Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala puskesmas Lulundu data yang di dapat yaitu saat ini puskesmas kekurang tenaga dokter, dan selama ini pelayanan yang diberikan dengan tenaga dokter terbatas tidak optimal. Kegiatan pelatihan untuk tenaga kesehatan puskesmas Lalundu sering terkendala yang berkaitan dengan akses jalan dan jarak antara puskesmas menuju dinas kabupaten, maupun dinas provinsi. Saat ini puskesmas sudah mendapatkan distribusi alat kesehatan yang memadai namun tidak dapat digunakan semestinya karena tidak ada tenaga teknisi maupun tenaga kesehatan yang mampu mengoperasikan alat tersebut, hal ini dikarenakan oleh saat distribusi alat tidak ada pendampingan untuk penggunaan dan cara mengoperasikan alat-alat medis tersebut.
1.2.10 Puskesmas Kayuwou
Pelatihan yang pernah dilakukan dalam 1 tahun terakhir Keberlanjutan program (fungsi) Sesudah
Kehadiran Pemegang Program
Sebelum Kehadiran tenaga kesehatan dokter, perawat, bidan, lainnya Jumlah tenaga yang ada 0
0.5
1
1.5
2
2.5
Data diatas menunjukkan skor pada semua indikator tidak terdapat perubahan, namun puskesmas kayuwou yang baru didirikan pada tahun 2017, masih belum memiliki tenaga kesehatan yang sesuai dengan kebutuhan. Saat ini puskesmas kayuwou belum memiliki dokter umum, dokter gigi, dan ahli gizi, sebagian besar pelayanan dilakukan oleh perawat, bidan atau tenaga kesehatan bidang kesmas. Berdasarkan data diatas skor pada indikator pelatihan yang pernah dilakukan dalam satu tahun terakhir belum memenuhi target, karena kondisi rumah sakit yang baru didirikan sehingga program pelatihan belum dapat terlaksana.
1.2.11 Puskesmas Malei
Pelatihan yang pernah dilakukan dalam 1 tahun terakhir Keberlanjutan program (fungsi) Sesudah
Kehadiran Pemegang Program
Sebelum Kehadiran tenaga kesehatan dokter, perawat, bidan, lainnya Jumlah tenaga yang ada 0
0.5
1
1.5
2
2.5
Data diatas menunjukkan setiap indikator belum mencapai target yang diharapankan terutama pada indikator pelatihan, karena kondisi puskesmas yang memiliki akses jalan menuju ke puskesmas lain, dinas kabupaten dan dinas provinsi cukup sulit terutama jika cuaca buruk akan tambah mempersulit akses, sehingga program pelatihan yang diadakan diluar puskesmas tidak dapat terlaksanan dan diikuti secara maksimal oleh tenaga kesehatan puskesmas malei. Indikator jumlah tenaga kesehatan belum sesuai kebutuhan karena saat ini puskesmas belum memiliki tenaga dokter umum dan dokter gigi, sehingga pelayanan yang diberikan belum maksimal dan menggunakan tenaga kesehatan yang ada. Setelah bencana puskesmas merasakan terdapat kendala semakin bertambah yang berkaitan dengan beberapa progaram harus terhenti dan terkendala akibat akses jalan yang sering rusak akibat longsor.
1.2.12 Puskesmas Ogoamas
Pelatihan yang pernah dilakukan dalam 1 tahun terakhir Keberlanjutan program (fungsi) Sesudah
Kehadiran Pemegang Program
Sebelum Kehadiran tenaga kesehatan dokter, perawat, bidan, lainnya Jumlah tenaga yang ada 0
0.5
1
1.5
2
2.5
Data diatas menunjukkan bahwa setiap indikator tidak mengalami perubahan skor sebelum dan sesudah bencana, karena puskesmas Ogoamas merupakan puskesmas yang tidak terdampak langsung oleh bencana. Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala puskesmas Ogoamas data yang di dapat yaitu saat ini puskesmas kekurang tenaga dokter, dan selama ini pelayanan yang diberikan dengan tenaga dokter terbatas tidak optimal. Kegiatan pelatihan dapat terlaksana dan diikuti oleh tenaga kesehatan, meskipun jarak dari puskesmas menuju dinas kabupaten maupun dinas provinsi cukup jauh, sehingga tenaga kesehatan yang mengikuti pelatiha membutuhkan persiapan transportasi yang lebih lama dibandingkan petugas dari puskesmas lain. 1.2.13 Puskesmas Tambu
Pelatihan yang pernah dilakukan dalam 1 tahun terakhir Keberlanjutan program (fungsi) Sesudah
Kehadiran Pemegang Program
Sebelum Kehadiran tenaga kesehatan dokter, perawat, bidan, lainnya Jumlah tenaga yang ada
0
0.5
1
1.5
2
2.5
Data diatas menunjukkan tidak ada perubahan yang signifikan pada skor setiap indikator, namun data yang didapat dari kepala puskesmas terkait sumber daya manusia tidak lengkap, yaitu mengenai jumlah tenaga kesehatan, angka kehadiran, dan data mengenai pelatihan yang pernah diikuti dan dilakukan tidak dapat di akses. Selain itu keberlanjutan program puskesmas masih berjalan dengan baik dilaksanakan oleh tenaga kesehatan yang sudah aktif bertugas di puskesmas. 1.2.14 Puskesmas Balukang Data SDM puskesmas balukang belum dapat ditampilkan karena assesment ke puskesmas tidak dapat dilakukan dengan alasan jarak yang cukup jauh baik dari kota palu maupun dinas kesehatan donggala, dan keterbatasan waktu yang menyebabkan tim tidak dapat mengakses puskesmas balukang dan tidak dapat melakukan assesment terkait semua indikator yang diperlukan. 1.2.15 Puskesmas Tonggolobibi Data SDM puskesmas Tonggolobibi belum dapat ditampilkan karena assesment ke puskesmas tidak dapat dilakukan dengan alasan jarak yang cukup jauh baik dari kota palu maupun dinas kesehatan donggala, dan keterbatasan waktu yang menyebabkan tim tidak dapat mengakses puskesmas balukang dan tidak dapat melakukan assesment terkait semua indikator yang diperlukan. 1.2.16 Puskesmas Tompe Data SDM pada puskesmas Tompe belum dapat ditampilkan, karena kesulitan perolehan data dan wawancara dengan staff puskesmas maupun kepala puskesmas, karena pasca bencana bangunan puskesmas mengalami rusak berat, sebagian besar data berada di puskesmas, dan akses menuju puskesmas tompe cukup sulit. Saat ini puskesmas belum melakukan aktif dalam memberikan pelayanan kesehatan, karena puskesmas tidak layak untuk di operasikan, dan saat ini staff puskesmas, beserta kepala puskesmas tidak aktif bertugas, sehingga tidak bisa untuk dilakukan wawancara. 1.2.17 Puskesmas Pinembani Data SDM puskesmas Pinembani belum dapat ditampilkan, karena kesulitan akses menuju puskesmas. Hal ini terkait dengan akses jalan yang rusak akibat longsor dan tidak bisa di akses untuk sementara waktu, hal ini sesuai dengan informasi yang disampaikan oleh pihak pendamping dinas kesehatan kabupaten Donggala. Sehingga pengambilan data dan wawancara tidak bisa dilakukan oleh tim.
INDIKATOR SDM 12 10 8 6
4 2 0
SKOR SEBELUM SKOR SESUDAH
Berdasarkan diagram diatas dapat dijelaskan mengenai ketersediaan sumber daya manusia, dan pengembangan sumber daya manusia itu sendiri yang terdapat pada 18 pelayanan kesehatan yang ada di Kabupaten Donggala, Provinsi Sulawesi Tengah sebelum dan sesudah kejadian gempa dan Tsunami. Data ini diperoleh dari hasil wawancara dengan kepala puskesmas, kepala tata usaha, beberapa data absensi pegawai rumah sakit, dan data kepagawaian yang dimiliki oleh puskesmas, namun tidak semua puskesmas memiliki data kepagawaian yang sudah baku dan lengkap, sebagian besar data kami peroleh melalui wawancara dengan absensi pegawai. Berdasarkan diagram diatas data ketersediaan sumber daya manusia (Tenaga Kesehatan) yang terdapat di Rumah Sakit Kabelota Kabupaten Donggala terdapat perubahan sebelum kejadian gempa dan sesudah gempa, dimana setelah gempa terdapat pengurangan jumlah tenaga karena beberapa dokter umum, dokter spesialis yang mengundurkan diri dan permohonan perpindahan tugas. Pada puskesmas donggala juga terdapat perubahan skor sebelum dan sesudah bencana, yaitu terkait dengan kehadiran tenaga kesehatan, hal ini terkait dengan sering diadakannya rapat koordinasi di provinsi yang menyebabkan tenaga kesehatan tidak aktif bertugas dalam memberikan pelayanan, selain itu program puskesmas kelilling juga mengalami kendala karena kerusakan pada mobil pusling pasca bencana. Selain puskesmas Donggala, puskesmas Lembasada, Delatope, batusuya, toaya, labuan dan Wani juga mengalami kekurangan tenaga kesehatan pasca bencana, dan juga mengalami kendala dan kesulitan dalam memberikan pelayanan, dan juga melanjutkan program sesuai dengan jadwal seperti sebelumnya. Indikator lain yang mempengaruhi penurunan skor adalah masih kurangnya tenaga kesehatan pada setiap puskesmas yang mengikuti kegiatan pelatihan baik di kabupaten maupun provinsi, hal ini disebabkan oleh kurang nya biaya untuk kegiatan pelatihan. Terdapat 5 puskesmas yang tidak dapat kami tampilkan datanya, karena tidak dapat di kunjungi dan dilakukan pengambilan data, hal ini disebabkan oleh kondisi akses jalan yang sangat jauh dan tidak dapat ditempuh dengan waktu yang sudah disediakan, serta akses jalan yang rusak, sehingga tidak dapat kami kunjungi.
Kesimpulan Pengambilan data menggunakan indikator yang sudah disediakan dengan beberapa pertanyaan yang digunakan untuk memperoleh data SDM di setiap layanan kesehatan di kabupaten donggala, sudah mampu mewakili keseluruhan data SDM yang ingin diperoleh, namun terdapat beberapa pertanyaan yang juga terdapat pada indikator program. Pertanyaan terkait kehadiran pemegang program sedikit susah untuk perolehan data yang real, karena pada umumnya layanan kesehatan tidak memiliki data atau absensi khusus kehadiran pemegang program, sehingga data ini diperoleh dari absensi secara umum dan hasil wawancara dari kepala puskesmas atau kepala tata usaha yang menyebabkan data yang diperoleh termasuk kategori subjektif. Selain pertanyaan ini pertanyaan terkait pelatihan yang sudah dilakukan selama 1 tahun juga sulit untuk memepoleh data yang jelas, karena puskesmas tidak mempunyai rekapan jumlah dan tenaga kesehatan yang sudah mengikuti pelatihan, termasuk rekapan data jenis pelatihan apa saja yang sudah diikuti, sehingga data yang tim peroleh berdasarkan wawancara saja.