Bab 4.docx

  • Uploaded by: Abdul Halim
  • 0
  • 0
  • December 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Bab 4.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 1,445
  • Pages: 10
Bab 4 Usulan dan Konsep Kawasan 4.1. Kawasan Selatan 4.1.1. Struktur Kawasan Untuk menstrukturkan kawasan rancangan digunakan teori figure-ground dari Roger Trancik. Dengan menggunakan identifikasi elemen solid dan void dari eksisting kawasan dan melacak pola jalan pada kawasan (analisa Bab 3). Diketahui bahwa kawasan cenderung memiliki struktur grid yang menjadi dasar dalam menstrukturkan kawasan.

Gambar 4.1. Struktur Kawasan Selatan Sumber: Peta garis Bappeda yang diolah

Sebelumnya Pola grid pada kawasan sudah dicitrakan melalui pola eksisting jalan yang saling bersilang sejajar membentuk persimpangan. Kemudian pola jalan ini mengelilingi lahan dengan bentuk persegi. Dengan memanfaatkan pola yang sudah ada, struktur kawasan hanya menegaskan pola grid ini dengan mempertemukan atau melanjutkan pola jalan yang ada. Dengan demikian terbentuk struktur kawasan seperti gambar 4.1. Kawasan yang berbentuk persegi panjang dibagi dua dengan garis jalan yang membelah pada sisi panjang pada tengah kawasan. Membagi kawasan menjadi dua dengan masjid Cheng-ho yang berada pada titik tengah garis jalan. Kemudian garis tengah ini saling bersilang dengan garis jalan eksisting dari sisi utara dan selatan kawasan. Lalu struktur jalan

membagi kawasan kedalam lahan-lahan persegi (lihat gambar 4.1. yang berwarna) yang menjadi tapak/ lokus yang lebih kecil. Sesuai dengan hasil analisa figure-ground diketahui juga bahwa kawasan memiliki pola terpusat tertutup. Keberadaan masjid Cheng-ho pada pusat kawasan dapat sudah menstrukturkan kawasan ini dengan orientasi ke pusat. 4.1.2. Usulan Kegiatan Berdasarkan hasil analisa dari fungsi lingkungan sekitar, rencana pengembangan kawasan Jakabaring sebagai Sport City dan kebutuhan kota Palembang diusulkan kawasan berfungsi sebagai Penunjang Jakabaring Sport City (selanjutnya disebut JSC), zona wisata dan informasinya, serta bisnis dan komersial. Dengan visi kawasan sebagai pusat kota baru yang akan memiliki harga lahan yang tinggi dan pusat bisnis baru (dekat pasar) fungsi hiburan juga diusulkan pada kawasan. Berikut usulan kegiatan pada kawasan berdasarkan fungsi yang dibagi sesuai lokus

Gambar 4.2. Diagram usulan aktivitas Kawasan Selatan Sumber: Peta garis Bappeda yang diolah

Dapat dilihat pada gambar 4.2 direncanakan fungsi apartemen dengan lokus yang paling dekat dengan wilayah JSC. Fungsi ini diusulkan sebagai respon dari kondisi kawasan yang didominasi dengan fungsi tempat tinggal. Dengan lokus (luas 4,5 Ha) yang berada dekat dengan wilayah JSC diharapkan penghuni apartemen memiliki aksesibilitas yang mudah untuk mencapai maupun keluar dari kawasan. Fungsi apartemen ini akan ditunjang dengan fungsi lain.

Bersebelahan dengan lokasi apartemen pada kawasan terdapat kolam retensi yang juga bersebelahan langsung dengan lapangan parker JSC (lihat gambar 4.2 pada zona biru muda). Kolam retensi ini direncanakan sebagai fasilitas kawasan memiliki karakter tanah rawa untuk difungsikan sebagai wilayah resapan air hujan. Selain itu kolam retensi ini juga direncanakan sebagai fasilitas rekreasi kawasan yang dapat dijadikan sebagai lintasan jogging track di sepanjang tepi kolam maupun adanya keberadaan kaki lima yang tertata. Selanjutnya pada sisi barat lokasi apartemen direncanakan fasilitas dengan fungsi Rental Office (luas 3,8 Ha). Fasilitas ini direncanakan sebagai respon dari visi Jakabaring sebagai kawasan kota baru (new town). Memprediksi kawasan sebagai kota baru yang membutuhkan pusat bisnis dan investasi serta potensi wisata maupun sumber daya alam kota Palembang (atau Sumatera Selatan), yang akan menarik minat investor asing maupun lokal. Fungsi Rental Office menjadi fasilitas yang akan menjawab prediksi ini. Dimana persuhaan dari investor lokal maupun asing yang ingin mendirikan bisnis baru di kota Palembang dapat difasilitasi dengan Rental Office sebagai kantor mereka. Dengan demikian Rental Office akan menjadi fasilitas yang memiliki kualitas pelayanan skala kota. Rental Office juga berada diantara fasilitas yang direncanakan sebagai apartemen dan mall sebagai fasilitas penunjang bagi orang yang akan bekerja pada Rental Office. Sebelah barat dari lokasi Rental Office direncakan kawasan pusat hiburan yang terdiri dari mall sebagai pusat perbelanjaan dan Concert Hall. Fasilitas ini direncanakan memiliki kualitas pelayanan skala kota, karena fungsi Rental Office yang juga akan melayani skala kota. Sehingga untuk mall dan concert hall berada pada lokus yang meimiliki lahan yang paling luas pada kawasan yaitu 5,5 Ha untuk concert hall dan 5,8 Ha untuk mall. Fasilitas concert hall direncanakan sebagai respon dari kebutuhan fasilitas konser kota Palembang. Jakabaring yang direncanakan sebagai kota baru dan masih memiliki lahan kosong menjadi strategis untuk perencanaan fasiltias concert hall. Pusat hiburan, selain akan dilengkapi dengan fasilitas parkir yang mencukupi juga akan dilengkapi dengan fasilitas plaza atau square sebagai ruang outdoor yang mewadahi pedagang kecil atau kaki lima pada pusat hiburan. Lalu pada sebelah utara Rental Office direncakan fasilitas Museum Olahraga dan Jakabaring (luas 5,4 Ha). Fasilitas ini berfungsi sebagai fasilitas wisata dan pusat informasi wisata dan edukasi dari perkembangan kawasan Jakabaring dari dahulu hingga saat ini. Lokus dari museum ini berada dekat dengan titik gerbang utama kawasan (lihat gambar 4.1). Sehingga dengan demikian diharapkan memiliki aksesibilitas yang mudah. Museum ini juga berbatasan langsung dengan kolam retensi kawasan.

4.1.3. Usulan konsep 4.1.3.1. Konsep Kawasan

Gambar 4.3. Diagram usulan konsep Kawasan Selatan Sumber: Peta garis Bappeda yang diolah

Dengan fasilitas dalam kawasan yang memiliki fungsi-fungsi yang saling menunjang dan saling terjalin dengan jalan (sirkulasi kawasan) diusulkan konsep interwining (jalinan) pada kawasan. Konsep ini akan menjalin elemen event dan movement. Pada kawasan konsep ini diadaptasi dimana fasilitas rancangan yang memiliki aktvitas didalamnya akan dianggap sebagai event dan movement merupakan jalur sirkulasi penghubung. Jalinan antar aktivitas dalam fasilitas diharapkan dapat terwujud dengan jalan kawasan sebagai movement. Selain melalui jalan, jalinan juga dapat diimplementasi secara visual baik melalui orientasi dan bukaan pada rancangan fasilitias. Seperti orienasi antar fasilitas maupun terhadap masjid Cheng-ho yang berada pada pusat kawasan yang menjadi pengikat juga. Konsep ini juga berupaya membuat wilayah rancangan menjadi tidak terisolir dengan tetangganya sehigga fasilitas dalam kawasan juga dapat mengambil jalinan dengan lingkungan sekitar. Seperti merencanakan orientasi kearah Tugu Parameswara Jakabaring maupun terhadap sungai yang ada di sekitar kawasan. Implementasii jalinan juga akan diwujudkan

dengan perencanaan jalur promenade disepanjang tepian aliran sungai Ogan yang membatasi kawasan di sisi utara dan selatan. Dalam upaya menjalin kawasan dengan lingkungan sekitar, sehingga juga dapat melalui peruuwjudan fasilitas yang terintegrasi dengan eksisting. 4.1.3.2. Konsep Arsitektur

Gambar 4.4. Ilustrasi Organic Form Sumber: berbagai sumber yang diolah

Pada konsep arsitektur diusulkan langgam organik. Usulan ini sebagai kontra dari pola kawasan yang berupa grid teratur. Langgam ini juga merupakan intepretasi dari kawasan yang merupakan wilayah waterfront terhadap aliran sungai. Sehingga intepretasi dari dinamisme air diwujudkan dalam fasilitas yang memiliki langgam organic yang dinamis juga.

Gambar 4.5. Referal langgam panggun Sumber: berbagai sumber yang diolah

Pada konsep arsitektur juga diusulkan tipologi panggung pada fasilitas. Merupakan adaptasi dari pembangunan diatas tanah rawa, namun pada fasiltias bagian panggung akan ikut menjadi ruang aktivitas. Panggung pada fasilitas berupa kontra dari tipologi podium, sehingga kualitas bentuk dari panggung ini adalah kesan bangunan yang melayang atau kantilever. Sehingga bagian bawah fasilitas atau bangunan akan tampil transparan atau terbuka. Tipologi ini juga sebagai perwujudan konsep interwining, dimana zona bawah fasilitas dapat saling menjalin secara visual dengan sirkulasi yang leluasa. 4.1.4. Regulasi

Gambar 4.6. Ilustrasi ketentuan kelompok untuk perancangan kawasan Sumber: Peta garis BAPPEDA yang diolah

Kawasan Jakabaring yang termasuk dalam kawasan Seberang Ulu I memiliki ketentuan dan regulasi yang diatur pemerintah kota. Pada kawasan ini fungsi yang dilayani berupa fungsi sport centre, perkantoran, perumahan, perdagangan dan jasa, pariwisata dan pendidikan (ketentuan RTRW Kota Palembang 2015-2032). Selanjutnya pada RDTR Kota Palembang diatur Ketentuan Intensitas Pemanfaatan Ruang dan Ketentuan Tata Massa Bangunan. Pada Ketetnuan Intensitas Pemanfaatan Ruang akan diatur mengenai KDB (Koefisien Dasar Bangunan), KLB (Koefisien Lantai Bangunan), dan KDH (Koefisien Dasar Hijau), ruas jalan dan Garis Sempadan Bangunan (GSB). Berikut penjabarannya menggunakan tabel berdasarkan jenis fungsinya.

Tabel 4.1. Ruas Jalan dalam kawasan tertentu di Kota Palembang Sumber: RDTR Kecamatan Seberang Ulu I

Tabel 4.2. Ketentuan Tata Massa Bangunan zona Kawasan Permukiman Sumber: RDTR Kecamatan Seberang Ulu I

Tabel 4.3. Ketentuan Tata Massa Bangunan zona Kawasan Perdagangan dan Jasa Sumber: RDTR Kecamatan Seberang Ulu I

Tabel 4.4. Ketentuan Tata Massa Bangunan zona Kawasan Perkantoran Sumber: RDTR Kecamatan Seberang Ulu I

Tabel 4.5. Ketentuan Tata Massa Bangunan zona Kawasan Industri Sumber: RDTR Kecamatan Seberang Ulu I

Tabel 4.6. Ketentuan Tata Massa Bangunan zona Kawasan Sarana Pelayanan Umum Sumber: RDTR Kecamatan Seberang Ulu I

Tabel 4.7. Ketentuan Tata Massa Bangunan zona Kawasan Khusus Sumber: RDTR Kecamatan Seberang Ulu I

Tabel 4.7. Ketentuan Tata Massa Bangunan zona Kawasan Campuran Sumber: RDTR Kecamatan Seberang Ulu I

Selain jenis fungsi, kawasan juga berada di antara dua aliran sungai Ogan. Sempadan terhadap aliran ini diatur sebagai gambar berikut.

Gambar 4.7. Peraturan sempadan sungai pada kawasan Sumber: Peta garis BAPPEDA yang diolah

Untung sungai bertanggul sempadan diukur dari kaki luar tanggul. Lebar GSB minimal 3 meter. Kemudian untuk sungai tak bertanggul diukur dari tepi sungai. Untuk kedalaman sampai dengan 3 m memiliki sempadan dengan lebar minimal 10 meter. Lalu unuk kedalaman 3 meter sampai dengan 20 meter memiliki sempadan dengan lebar minimal 15 meter. Dan diharuskan membuat jalan inspeksi selebar 2 meter minimal dengan fasilitas penerangan disepanjang sungai dan pohon pelindung sebagai sabuk hijau di kiri kanan sungai.

Related Documents

Bab
April 2020 88
Bab
June 2020 76
Bab
July 2020 76
Bab
May 2020 82
Bab I - Bab Iii.docx
December 2019 87
Bab I - Bab Ii.docx
April 2020 72

More Documents from "Putri Putry"

Doc1.docx
November 2019 21
Teori Edge City.doc
December 2019 18
Teks Merdeka.docx
December 2019 39
Bab 4.docx
December 2019 16