79
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB ini akan membahas mengenai hasil penelitian tentang “Pengaruh Pendidikan
Kesehatan
terhadap
tingkat
pengetahuan
keluarga
tentang
oemeriksaan gula darah puasa pada pasien Diabetes Melitus di ruang Aster, Bougenvil RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya. Data tersebut diperoleh dari hasil pembagian kuesioner pre dan post pendidikan kesehatan tentang pemeriksaan gula darah puasa dan data yang disajikan terdiri dari dua macam yaitu data umum dan data khusus. Data tersebut didapatkan responden yang sesuai dengan kriteria inklusi yaitu Keluarga pasien yang memiliki anggota keluarga Diabetes Melitus yang sedang
rawat inap di ruang Aster dan Bougenvil.
Karakteristik data umum dalam penelitian ini yaitu meliputi jenis kelamin, usia, pendidikan terakhir, lama menderita Diabetes Melitus sedangkan data khusus berupa pertanyaan yang meliputi tingkat pengetahuan keluarga pre dan post. 4.1
Hasil Penelitian
4.1.1
Karakteristik Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya yang
didirikan pada tgl 30 juni 1959. Perkembangan RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya dimulai pada tahun 1959 sampai dengan tahun 1973 rumah sakit palangka raya masih dibawah pengelolaan/milik pemerintah daerah tingkat II Kota Madya Palangka Raya dan selanjutnya dialihkan pengelolaan/menjadi milik pemerintah provinsi daerah tingkat I Kalimantan Tengah. Kemudian pada tahun 2011 setelah mendapatkan akreditas dengan rumah sakit tipe B non pendidikan
80
maka RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya di ubah menjadi BLUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya (Badan Layanan Umum Daerah). Fasilitas yang terdapat di rumah sakit ini antara lain:
Gambar 4.1 RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya
Gambar 4.2 Ruang Aster dan Bougenvil RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya
81
1) Poliklinik rawat jalan mencakup layanan kesehatan anak, mata, THT, gigi dan mulut, jantung, bedah, neurologi, penyakit dalam, paru, dan layanan VCT. 2) Ruang rawat inap, terdiri dari 16 ruangan yang mencakup ruang A penyakit dalam pria, ruang B penyakit dalam wanita, ruang C nifas dan bersalin, ruang D yaitu bedah pria dan ruang E bedah wanita, ruang perinatology, ruang F anak, ruang H penyakit persarafan dan THT, ruang G paru, ICU, ICCU, kelas utama VIP 1, VIP 2, dan VIP 3 dan pada tahun 2014 telah dibuka ruang rawat inap baru yaitu VVIP. 3) Instalasi Gawat Darurat, terdiri dari ruang tindakan bedah minor, ruang operasi ruang non bedah, ruang resusitasi dan ruang triase. 4) Instalasi bedah sentral, meliputi 4 kamar operasi. 5) Instalasi radiologi/rontgen. 6) Instalasi patologi klinik/laboratorium. 7) Instalasi farmasi. 8) Instalasi gizi. 9) Instalasi kamar jenazah. 10) Pelayanan hemodialisa. 11) Klinik VCT (Voluntary Courselling Of Testing HIV/AIDS). Klinik ini merupakan program pelayanan unggulan dengan memberikan konseling pada kasus ODHA. 12) Rehabilitas medik. 13) Ruang khusus flu burung. 14) Fasilitas pendidikan dan penelitian, RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya menjalani kerja sama dengan institusi pendidikan, seperti pelatihan dan
82
penelitian bagi mahasiswa praktek dari berbagai perguruan tinggi baik dari kota Palangka Raya maupun dari luar kota Palangka Raya. 15) Pusat sterilisasi atau CSSD yang merupakan unit baru dibuka pada tahun 2014 yang mengurus suplai dan peralatan bersih dan steril. VISI dan MISI RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya: 1) VISI RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya adalah menjadi rumah sakit terbaik dan pusat rujukan Kalimantan Tengah pada tahun 2010. 2) MISI RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya adalah: 1. Meningkatkan pelayanan yang bermutu prima 2. Meningkatkan sumber daya manusia yang profesional dan bermutu tinggi. 3. Meningkatkan kualitas dan kuantitas sarana dan prasarana. 4. Meningkatkan manajemen yang efektif dan efisien.
83
4.1.2 Data Umum Data umum dalam hasil penelitian ini merupakan data demografi yang meliputi identitas meliputi jenis kelamin, usia, pendidikan terakhir, lama menderita Diabetes Melitus. 4.1.2.1 Berikut merupakan gambaran data umum responden dalam penelitian berdasarkan jenis kelamin.
Sumber: Data Primer, Arga (2016). Diagram 4.1 Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin responden di ruang Aster, Bougenvil RSUD dr. Sylvanus Palangka Raya.
Berdasarkan diagram di atas menunjukan gambaran hasil penelitian mengenai karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin responden di ruang Aster, Bougenvil dari 36 responden (100%) diketahui bahwa 26 responden (72%) yang jenis kelamin perempuan dan 10 responden (28%) yang jenis kelamin lakilaki.
84
4.1.2.2 Usia Berikut merupakan gambaran data umum responden dalam penelitian berdasarkan umur.
Sumber: Data Primer, Arga (2016). Diagram 4.2 Karakteristik responden berdasarkan umur responden di ruang Aster, Bougenvil RSUD dr. Sylvanus Palangka Raya.
Berdasarkan diagram di atas menunjukan gambaran hasil penelitian mengenai karakteristik responden berdasarkan umur responden di ruang Aster dan Bougenvil RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya, dari 36 responden (100%) diketahui bahwa 15 responden (41%) yang umur 35-54 tahun, 10 responden (28%) yang umur 25-34 tahun, 6 responden (17%) yang umur 15-24 tahun, dan 5 responden (14%) yang umur > 45 tahun.
85
4.1.2.3 Pendidikan Terakhir Berikut merupakan gambaran data umum responden dalam penelitian berdasarkan pendidikan terakhir.
Sumber: Data Primer, Arga (2016). Diagram 4.3 Karakteristik responden berdasarkan pendidikan terakhir responden di ruang Aster, Bougenvil RSUD dr. Sylvanus Palangka Raya.
Berdasarkan diagram di atas menunjukan gambaran hasil penelitian mengenai karakteristik responden berdasarkan pendidikan responden di ruang Aster, Bougenvil RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya, dari 36 responden (100%) diketahui bahwa 17 responden (47%) yang berpendidikan SD, 9 responden (25%) berpendidikan SMA, 5 responden (14%) berpendidikan SMP, 2 responden (6%) berpendidikan diploma/sarjana, dan 1 responden (8%) yang pendidikan tidak sekolah.
86
4.1.2.4 Lama Menderita Diabetes Melitus Berikut merupakan gambaran data umum responden dalam penelitian berdasarkan lama menderita Diabetes Melitus.
Sumber: Data Primer, Arga (2016). Diagram 4.4 Karakteristik responden berdasarkan lama menderita Diabetes Melitus di ruang Aster, Bougenvil RSUD dr. Sylvanus Palangka Raya.
Berdasarkan diagram di atas menunjukan gambaran hasil penelitian mengenai karakteristik responden berdasarkan lama menderita Diabetes Melitus di ruang Aster, Bougenvil RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya, dari 36 responden (100%) diketahui bahwa 15 responden (42%) yang < 1 tahun menderita Diabetes Melitus, 11 responden (30%) yang ± 1 tahun, dan ada 10 responden (28%) yang > 1 tahun menderita Diabetes Melitus.
87
4.1.3
Data Khusus Bagian ini meliputi data mengenai tingkat pengetahuan keluarga tentang
pemeriksaan gula darah pada pasien Diabetes Melitus sebelum dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan terhadap tingkat pengetahuan. 4.1.3.1 Hasil
Identifikasi
Tingkat
Pengetahuan
Keluarga
Tentang
Pemeriksaan Gula Darah Puasa Pada Pasien Diabetes Melitus Sebelum Dilakukan Pendidikan Kesehatan Berikut ini adalah hasil dari identifikasi tingkat pengetahuan keluarga tentang pemeriksaan gula darah sebelum diberikan pendidikn kesehatan di ruang Aster, Bougenvil RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya.
Diagram 4.4 Hasil identifikasi tingkat pengetahuan keluarga tentang pemeriksaan gula darah sebelum diberikan pendidikan kesehatan di ruang Aster, Bougenvil RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya.
Berdasarkan diagram diatas diketahui bahwa dari 36 responden (100%), 30 orang (83%) memiliki pengetahuan kurang, 5 orang (14%) memiliki pengetahuan cukup, dan terdapat 1 orang (3%) memiliki tingkat pengetahuan baik.
88
4.1.3.2 Hasil
Identifikasi
Tingkat
Pengetahuan
Keluarga
Tentang
Pemeriksaan Gula Darah Puasa Pada Pasien Diabetes Melitus Sesudah Dilakukan Pendidikan Kesehatan Berikut ini adalah hasil identifikasi tingkat pengetahuan keluarga tentang pemeriksaan gula darah puasa sesudah diberikan pendidikan kesehatan di ruang Aster, Bougenvil RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya
Diagram 4.5 Hasil Identifikasi tingkat pengetahuan keluarga tentang pemeriksaan gula darah puasa sesudah diberikan pendidikan kesehatan di ruang Aster, Bougenvil RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya.
Berdasarkan diagram diatas diketahui bahwa dari 36 orang (100%), terdapat 28 orang (78)%) yang memiliki pengetahuan cukup, 8 orang (22%) memiliki tingkat pengetahuan baik, dan 0 (%) memiliki pengetahuan kurang.
89
4.1.3.3 Hasil Analis Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Tingkat Pengetahuan Keluarga Tentang Pemeriksaan Gula Darah Puasa Pada Pasien Diabetes Melitus. Berikut ini akan disajikan hasil analisa mengenai pengaruh variabel independen yaiu pendidikan kesehatan terhadap variabel dependen tingkat pengetahuan. Tabel 4.1 Hasil analisa statistik pengaruh pendidikan kesehatan terhadap tingkat pengetahuan keluarga tentang pemeriksaan gula darah puasa pada pasien Diabetes Melitus di ruang Aster, Bougenvil RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya. Wilcoxon Signed Ranks Test Ranks N Mean Rank Negative Ranks Post_Peng Positive Ranks Pre_Peng Ties Total a. Post_Peng < Pre_Peng b. Post_Peng > Pre_Peng c. Post_Peng = Pre_Peng
Sum of Ranks
29a
16,76
486,00
3b 4c 36
14,00
42,00
Test Statisticsa Post_Peng Pre_Peng Z -4,487b Asymp. Sig. (2,000 tailed) a. Wilcoxon Signed Ranks Test b. Based on positive ranks. Berdasarkan hasil analisa pengaruh dengan menggunakan uji statistik didapatkan nilai significancy ρ value < nilai α dengan tingkat significancy α = 0,05 sehingga H0 ditolak dan H1 yang menunjukkan terdapat pengaruh
90
pendidikan kesehatan terhadap tingkat pengetahuan keluarga diterima. Hal ini dibuktikan dengan hasil ρ value 0,000 <
0,05 yang menunjukan adanya
perbedaan tingkat pengetahuan yang bermakna antara sebelum dengan sesudah diberikan pendidikan kesehatan.
4.2 Pembahasan 4.2.1 Tingkat Pengetahuan Sebelum Diberikan Pendidikan Kesehatan Tentang Pemeriksaan Gula Darah Puasa Pada Pasien Diabetes Melitus Di Ruang Aster, Bougenvil RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya Berdasarkan hasil penelitian saat pre-test pendidikan kesehatan didapatkan keluarga yang memiliki anggota keluarga Diabetes Melitus di ruang Aster, Bougenvil RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya berjumlah 36 orang (100%), 30 orang (83%) memiliki pengetahuan kurang, 5 orang (14%) memiliki pengetahuan cukup dan terdapat 1 orang (3%) memiliki tingkat pengetahuan baik. Dominan responden dengan pendidikan Sekolah Dasar sebanyak 15 orang, usia 35-45 tahun sebanyak 15 orang dan lama anggota keluarga menderita Diabetes Melitus < 1 tahun sebanyak 15 orang. Berdasarkan teori, pengetahuan adalah sebagai suatu pembentukan yang terus menerus oleh seseorang yang setiap saat
mengalami organisasi karena
adanya pemahaman-pemahaman baru (Budiman, 2013: 4). Pengetahuan seseorang diperoleh melalui indera pendengaran, dan indera pengelihatan (Notoatmojo, 2012: 138). Dalam proses mencapai tingkat pengetahuan ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi yaitu pendidikan, minat, pengalaman, usia, ekonomi, informasi, dan kebudayaan (Notoatmojo, 2003: 58).
91
Hasil dari teori diatas mennyebutkan bahwa dalam proses pencapaian tingkat pengetahuan ada beberapa faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang yaitu pendidikan, minat, pengalaman, usia, ekonomi, informasi dan kebudayaan. Sedangkan menurut hasil penelitian sebagian besar responden sebelum diberikan pendidikan kesehatan responden memiliki pengetahuan yang kurang, dengan sebagian besar responden berpendidikan Sekolah Dasar, usia 3545 tahun dan lama anggota keluarga yang menderita Diabetes Melitus < 1 tahun. Jadi terdapat kesamaan antara teori dan fakta yang ditemukan oleh peneliti yaitu pendidikan, pengalaman dan usia. Karena semakin tinggi pendidikan seseorang terhadap maka semakin mudah pula untuk menerima informasi, sebaliknya bila semakin rendah pendidikan seseorang akan menghambat sikap seseorang terhadap penerimaan informasi dan nilai-nilai yang baru diperkenalkan. Tetapi tidak menuntut kemungkinan bahwa seseorang yang memiliki tingkat pendidikan yang rendah akan memiliki pengetahuan yang baik karena meskipun responden tersebut memiliki tingkat pendidikan yang rendah tetapi responden tersebut mempunyai usia yang matang yang akan mempengaruhi dalam proses berpikir saat penerimaan informasi.Selain itu , pengalaman juga mempengaruhi tingkat pengetahuan karena semakin bertambahnya pengalaman seseorang maka akan semakin banyak pengeahuan baru yang akan ditemukan seperti dalam hasil penelitian di dapatkan lama anggota keluarga yang menderita Diabetes Melitus < 1 tahun.
92
4.2.2 Tingkat Pengetahuan Sesudah Diberikan Pendidikan Kesehatan Tentang Pemeriksaan Gula Darah Puasa di ruang Aster, Bougenvil RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya. Berdasarkan hasil penelitian saat post-test pendidikan kesehatan di dapatkan keluarga yang memilki anggota keluarga Diabetes Melitus di ruang Aster, Bougenvil RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya berjumlah 36 orang (100%), terdapat 28 orang (78%) memiliki tingkat pengetahuan cukup, 8 orang (22%) pengetahuan baik, dan 0 orang (0%) memiliki pengetahuan kurang. Tujuan pendidikan kesehatan untuk meningkatkan derajat kesehatan (kesejahteraan) dan menurunkan ketergantungan serta memberikan kesempatan pada individu, keluarga, kelompok, dan komunitas untuk mengaktualisasi dirinya dalam mempertahankan keadaan sehat optimal (Nursalam, 2009: 194). Pada dasarnya pendidikaan kesehatan merupakan suatu usaha atau kegiatan untuk membantu
individu,
keluarga,
atau
masyarakarat
dalam
meningkatkan
kemampuan/perilaku untuk mencapai kesehatan optimal (Nursalam, 2009: 195). Faktor eksternal dalam memperoleh pengetahuan adalah ekonomi, informasi dan kebudayaan/lingkungan (Notoatmodjo, 2003: 59). Terdapat kesamaan antara teori dan fakta yaitu sumber informasi mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang. Dimana hal tersebut dapat dibuktikan dengan hasil penelitian yang ditemukan dengan dominasi pengetahuan cukup setelah diberikan pendidikan kesehatan. Karena sesuai dengan teori, pendidikan kesehatan merupakan suatu usaha untuk membantu individu, keluarga atau masyarakat dalam meningkatkan kemampuan/perilaku.
93
4.2.3 Pendidikan Kesehatan Terhadap Tingkat Pengetahuan Keluarga Tentang Pemeriksaan Gula Darah Puasa Pada Pasien Diabetes Melitus di ruang Aster, Bougenvil RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya Berdasarkan hasil uji Wilcoxon pengaruh pendidikan kesehatan terhadap tingkat pengetahuan keluarga tentang pemeriksaan gula darah puasa pada pasien Diabetes Melitus di ruang Aster, Bougenvil RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya, nilai significancy diperoleh sig. (2-tailed) 0,000 yang berarti lebih kecil dari 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa ρ value < α (0,000 < 0,05) maka H0 ditolak, yang menunjukan adanya perbedaan tingkat pengetahuan yang bermakna antara sebelum dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan. Hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat perbedaan dari hasil pre-test dan post-test, di dapatkan terjadi peningkatan tingkat pengetahuan keluarga karena adanya informasi yang terima. Hal ini dibuktikan dari hasil penelitian yang menunjukan bahwa sebelum diberikan pendidikan kesehatan masih banyak responden yang memiliki tingkat pengetahuan kurang, tetapi setelah diberikan pendidikan kesehatan terjadi peningkatan jumlah responden yang memiliki tingkat pengetahuan cukup dan baik. Hal tersebut karena pendidikan kesehatan merupakan cara seseorang untuk menyampaikan informasi tentang kesehatan kepada sekelompok orang dari yang tidak tahu menjadi tahu, yang bertujuan untuk menambah pengetahuan atau wawasan kepada responden agar dapat terlaksananya perilaku hidup sehat dalam upaya meningkatkan kesehatannya. Dengan adanya pemberian pendidikan kesehatan tersebut dapat mempengaruhi kesejahteraan diri, keluarga dan masyarakat. Sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal maupun
94
non-formal
dapat
memberikan
pengaruh
perubahan
atau
peningkatan
pengetahuan. Namun, perlu ditekankan bahwa seseorang yang berpendidikan rendah tidak berarti mutlak berpengetahuan rendah pula. Berdasarkan teori, pada dasarnya pendidikaan kesehatan merupakan suatu usaha atau kegiatan untuk membantu individu, keluarga, atau masyarakarat dalam meningkatkan
kemampuan/perilaku
untuk
mencapai
kesehatan
optimal
(Nursalam, 2009: 195). Faktor pendukung dalam pendidikan kesehatan (predisposing factors) ini mencakup pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap kesehatan; tradisi dan kepercayaan masyarakat terhadap hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan; sistem nilai yang dianut masyarakat; tingkat pendidikan; tingkat sosial ekonomi; dan sebagainya. Untuk perilaku kesehatan misalnya: pemeriksaan kesehatan bagi ibu hamil diperlukan pengetahuan dan kesadaran ibu tersebut tentang manfaat pemeriksaan kehamilan, baik bagi kesehatan ibu sendiri maupun janinnya. Disamping itu, kadang-kadang kepercayaan, tradisi, dan sistem nilai masyarakat juga mendorong atau menghambat ibu untuk memeriksakan kehamilan. Misalnya, orang hamil tidak boleh disuntik (pemeriksaan kehamilan termasuk memperoleh suntikan antitetanus), karena suntikan dapat menyebabkan anak cacat. Faktor-faktor ini akan mempermudah terwujudnya perilaku baru, maka sering disebut faktor yang mempermudah. Tingkatan pengetahuan di mulai dari tahu, memahami, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi (Notoatmodjo, 2012: 138) Berdasarkan penelitian Lis (2015) yang membahas tentang pendidikan kesehatan terhadap tingkat pengetahuan, perilaku dan gula darah pada pasien Diabetes Melitus Tipe-2 mengatakan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan
95
antara pre test pengetahuan dan perilaku dengan post test pengetahuan dan perilaku (ρ value 0,001). Kesimpulan dari penelitian ini adalah penerapan pendidikan kesehatan dapat meningkatkan pengetahuan dan perilaku pasien Diabetes Melitus Tipe-2. Terdapat kesamaan antara teori dan analisa data dari penelitian ini yaitu terjadi peningkatan tingkat pengetahuan sebelum dan sesudah dilakukan Pendidikan Kesehatan terhadap keluarga pasien. Karena sesuai dengan teori, Faktor pendukung dalam pendidikan kesehatan (predisposing factors) ini mencakup pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap kesehatan; tradisi dan kepercayaan masyarakat terhadap hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan; sistem nilai yang dianut masyarakat; tingkat pendidikan; tingkat sosial ekonomi; dan sebagainya. Faktor ini akan mempermudah tercapainya perilaku baru seseorang yang nantinya akan mengubah tingkat pengetahuan seseoraang dari tahu hingga memahami, dari sebelum dan sesudah dilakukan pendidikan kesehatan 4.3 Keterbatasan Penelitian Adapun keterbatasan yang ditemukan peneliti pada saat melakukan penelitian diantaranya adalah: 1) Tenggang waktu yang terlalu lama saat mengurus surat menyurat dalam penelitian. 2) Responden masih kebingungan saat melalukan pengisian kuesioner sehingga perlu dijelaskan berulang-ulang. 3) Bahan referensi terbaru berupa buku mengenai pemeriksaan gula darah guna menambah materi dan bahasan mengenai pemeriksaan gula darah