BAB IV STUDI KASUS PADA PT. CITRA TUBINDO Tbk
Kris Wiluan (CEO Citra Tubindo) berjalan didalam gedung kantor pusat Citra Tubindo di Kabil, Pulau Batam menuju ruangannya. Terletak dan berdiri kokoh diatas tanah yang seluruhnya seluas 20 hektar dimana selain Citra tubindo sendiri juga terdapat anak-anak perusahaan didalam lokasi tersebut. Perusahaan ini telah tercatat sebagai salah satu perusahaan terbesar yang bergerak dibidang pemasokan pipa tampa kampuh dan assesories untuk industri minyak dan gas bumi. 26 tahun usia yang sudah cukup dewasa bagi suatu perusahaan sejak berdiri tahun 1983, dimana telah melewati berbagai macam masalah dan hambatan untuk dapat menjaga existensi dan konsistensi diindustri yang digelutinya sejak berdiri.
Sejarah Perusahaan PT. Citra Tubindo didirikan pada tanggal 23 agustus 1983 oleh seorang berkewarganegaraan Indonesia bernama Kris Taenar Wiluan dalam rangka penanaman modal dalam negeri (PMDN), di mana pada saat pertama kali pendirian perusahaan menempati 2 lokasi yaitu lokasi pembuatan uliran pipa (end finishing of oil country tubular Goods/OCTG) seluas 3,7 Hektar di Batu Ampar dan lokasi pabrik
79
80
pemrosesan pipa baja tanpa kampuh secara perawatan panas di Kabil seluas 20 hektar. Kedua lokasi tersebut berada dipulau Batam, propinsi Riau, yang merupakan daerah yang khusus dikembangkan oleh pemerintah sebagai pusat pengembangan industri penunjang operasi minyak dan gas bumi di Indonesia. Pada permulaan usahanya, PT. Citra Tubindo pada tahun 1984 sampai dengan 1986 perusahaan bekerja sama dengan Texas-Y, perusahaan penguliran pipa terkemuka dari Amerika Serikat. Hasil kerjasama alih teknologi dalam bidang penguliran pipa tanpa kampuh dan asesorisnya tersebut telah memenuhi standar official dan diizinkan menggunakan monogram sesuai American Petroleum Industries (API) untuk jenis uliran pipa tersebut. Berkat prestasi terbaik yang telah dicapai oleh perusahaan dalam standar mutu produksi, maka perusahaan memperoleh penghargaan dari MEPSI (Mobil Exploration and Production Services Inc.,) jenis LEVEl IV, dan hal ini adalah pertama kalinya diberikan kepada perusahaan di luar Amerika Serikat. Pada tanggal 28 November 1989 perusahaan menjadi terbuka dan telah mencatatkan saham-sahamnya untuk pertama kali di Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya. Terhitung sejak tanggal 3 April 2002, PT. Citra Tubindo saat itu menjadi PT. Citra Tubindo Tbk dan saham perusahaan sebanyak 80.000.000 saham telah dicatatkan ke dalam penitipan kolektif PT. Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI). (Lampiran 1. Struktur Organisasi pada tahun 1993)
81
Perusahaan memiliki visi adalah menjadi perusahaan bertaraf internasional, terdaftar pada bursa saham regional dan dapat mengekspor lebih dari 50% kapasitas produksinya ke seluruh dunia. Dan misi perusahaan adalah memberikan pelayanan terbaik kepada para pemakai jasa perusahaan di seluruh dunia dengan mempertahankan kebanggaan sebagai produsen yang berdaya saing dan bermutu tinggi.
Bidang usaha perusahaan PT. Citra Tubindo Tbk merupakan perusahaan yang bergerak di bidang pemrosesan pipa baja dan jasa untuk menunjang industri minyak dan gas bumi, dengan rincian sebagai berikut : •
Pemrosesan green pipe menjadi pipa-pipa dengan grade yang diperlukan oleh pembeli melalui heat treatment.
•
Pembuatan uliran pipa baja tanpa kampuh (seamless) sesuai standar API (American Petroleum Institute) mulai ukuran 2-3/8” sampai dengan 20”.
•
Memproduksi berbagai jenis uliran pipa dan asesorisnya atas dasar lisensi dari berbagai pabrik terkemuka di dunia termasuk mendapatkan bantuan teknisnya dari Vallourec (Perancis), Mannesmann, Sumitomo Metal Industries (Jepang), Hydrill (Amerika Serikat).
•
Pemeriksaan, reparasi dan pembersihan pipa serta ulirannya.
82
Fasilitas- fasilitas produksi yang tersedia adalah : •
Fasilitas perawatan panas (heat treatment) Fasilitas ini merupakan fasilitas untuk proses perawatan untuk memproses green pipe menjadi pipa dengan grade yang diminta pembeli, dengan kapasitas 120.000 metrik ton pipa berukuran diameter antara 2-3/8” sampai dengan 13-3/8” sesuai dengan standar American Petroleum Insttitute (API) maupun Premium Grade dan mendapat sertifikat pengakuan mutu dari API.
•
Fasilitas pengujian yang terdiri dari : Pengujian Destruktif Adapun pengujian ini untuk mengetahui apakah bahan yang diuji memiliki sifat-sifat yang sesuai dengan standar dan spesifikasi yang ditetapkan terdiri atas 5, yaitu : Uji tarik, Uji spectrometer, Uji kekerasan, Uji kelenturan dan Uji metalurgi. Pengujian tidak merusak Terdiri atas beberapa macam pengujian, diantaranya : Special End Area Magnetic Particle, Magnetic Particle Inspection, Pengujian Ultra sonic, Pengujian Electro Magentic, Pengujian Hydrostatic, Pengujian Dimensi, Fasilitas manufakturing pipa “Double Submerged Arc Weld (DSAW)”
•
Fasilitas manufakturing pipa “Double Submerged Arc Weld (DSAW)”
83
PT. Dwi Sumber Arca Waja (DSAW) adalah salah satu anak perusahaan Citra Tubindo, yang bidang usahanya memproduksi pipa-pipa baja DSAW yang telah bersertifikasi ISO 9001:2000 dan berlisensi untuk memproduksi API 2B dan 5L.
Industri perlengkapan untuk minyak dan gas di Indonesia Indonesia merupakan produsen minyak bumi dan gas. Negara yang berada pada posisi ke 16 produksi minyak dunia dan adalah eksportir terbesar dunia untuk produksi minyak dan gas bumi. Meskipun harga minyak dunia jatuh, sektor energi hulu Indonesia sampai saat ini tidak secara signifikan terpengaruh oleh krisis ekonomi Asia. Faktanya, bersama dengan sektor pertanian dan pertambangan, minyak dan gas diharapkan menjadi sumber utama pendapatan Negara. Meskipun peranan sektor-sektor tersebut dalam perekonomian negara secara terus menerus menurun selama beberapa tahun terakhir, sebagai pemberi kontribusi tunggal untuk pendapatan pemerintah dan pendapatan lewat ekspor, minyak dan gas memainkan peranan penting dalam perekonomian Indonesia. Berdasarkan riset yang dilakukan oleh Wood Mckenzie pada tahun 1998, perusahaan minyak dan gas di Indonesia akan menghabiskan sekitar US$ 7,3 miliar untuk material, peralatan dan perlengkapan selama lebih dari 7-8 tahun kedepan. Pasar untuk perlengkapan minyak dan gas bergantung dengan kondisi dari sektor minyak dan gas. Sektor ini dalam putaran sebagian besar dipengaruhi oleh tingkat produksi Negara seperti yang ditetapkan oleh OPEC, oleh iklim investasi dan
84
sebagai permulaan untuk konstruksi dari proyek utama. Pasar Indonesia untuk perlengkapan minyak dan gas mencapai sekitar US$ 1,01 miliar dalam tiga tahun terakhir.
Risiko usaha Untuk mengatasi risiko usaha perseroan telah mengambil langkah-langkah sebagai berikut : bahan baku utama yang dipakai seperti pipa mentah, lembaran baja gulung dan biji plastik, semuanya diimpor oleh perusahaan yang senantiasa menjalin hubungan yang baik dengan para pemasoknya dimana sebagaian besar pemasok tersebut juga merupakan pemegang saham strategis. Dalam upaya meminimalkan risiko atas fluktuasi mata uang asing, perusahaan menjual hasil produknya dalam mata uang asing. Menghadapi risiko terhadap bangunan, prasarana, alat-alat produksi, alat-alat transportasi, serta hilang/rusaknya pengiriman
barang-barang
hasil
produksi
ke
konsumen
telah
sepenuhnya
diasuransikan dengan nilai pertanggungan yang cukup untuk menutup kemungkinan kerugian yang dapat terjadi. Kemudian pada tahun 2002 telah terjadi Perang Baja (“Steel War”) dimana banyak negara termasuk Amerika Serikat, telah menaikkan tarif bea masuk impor baja, termasuk pipa, untuk melindungi industri baja dalam negeri mereka. Akibat “Steel War” semua produsen pipa yang biasanya mengekspor ke AS sebagai konsumen pipa terbesar di dunia terpaksa mencari pangsa pasar baru, termasuk
85
Indonesia yang bea masuknya rendah. Sehingga dampak yang dihadapi oleh perusahaan adalah harus menurunkan harga jual untuk bersaing dengan pipa impor.
Anak perusahaan •
PT. Citra Pembina Pengangkutan Industries (CPPI), bergerak dibidang jasa transportasi.
•
PT. Bandar Kabil Indonusa (BKI), bergerak di bidang jasa kepelabuhan.
•
PT. Citra Madya Cargindo (CMC), bergerak di bidang jasa kargo.
•
PT. Pelayaran Citranstirta Tatasarana (PCT), bergerak di bidang jasa pengapalan.
•
NS Connection Technology Pte., Ltd. (NSCT), bergerak di bidang pemasaran. (Lampiran 2. Pemegang saham PT. Citra Tubindo)
Sumber daya manusia di Citra Tubindo Perseroan menyadari bahwa para karyawan mempunyai peranan yang sangat penting dalam mendukung kegiatan serta keberhasilan perseroan. Oleh karena itu, perseroan secara terus menerus memusatkan perhatian pada upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusianya melalui berbagai program latihan, pengembangan dan pelayanan kesejahteraan bagi seluruh karyawan. Selain tenaga kerja Indonesia juga terdapat dua belas tenaga kerja asing yakni satu orang untuk jabatan General Manager dan satu orang Marketing Manager serta
86
10 orang sebagai tenaga bantuan teknik dari kontraktor asing yang membangun pabrik, antara lain sebagai teknisi quality control, teknisi kimia dan teknisi produksi. Segala hak dan kewajiban karyawan telah tercakup secara jelas dalam peraturan perusahaan yang telah disahkan oleh Kepala Kantor Wilayah Departemen Tenaga Kerja Republik Indonesia, propinsi Riau. (Lampiran 3. Komposisi Karyawan pada 31 Desember 1993). Dalam rangka menunjang upaya peningkatan kesejahteraan karyawan beserta keluarganya, Perusahaan telah melaksanakan/menyediakan fasilitas antara lain : Pembayaran upah minimum sesuai dengan ketentuan pemerintah, Fasilitas kesejahteraan
untuk pemeriksaan kesehatan, pengobatan dan perawatan, Keanggotaan Serikat Pekerja Seluruh Indonesia, Sarana olah raga, ibadah dan rekreasi, Jaminan sosial tenaga kerja (JAMSOSTEK), Pemberian tanda jasa dan penghargaan.
Upaya Menjaga Keseimbangan Sosial dan Lingkungan Karyawan Di bidang sumber daya manusia, peningkatan penggajian dilakukan antara lain dengan menyempurnakan skala penggajian dan penerapan Upah Minimum Perusahaan (UMP) yang lebih tinggi daripada Upah Minimum kota Batam. Perseroan memprioritaskan
peningkatan
pengetahuan,
ketrampilan
dan
kemampuan
karyawannya, dengan mengadakan pelatihan di perusahaan sendiri maupun menyertakan karyawan dalam pelatihan di luar perseroan. Untuk mencapai sasaran yang lebih baik dalam perkembangan karir karyawan, perseroan lebih membuat pola “MAPPING” yang lebih terarah dalam rencana pengembangan karir. Juga mulai dilakukan pengujian ketrampilan dan
87
pengetahuan setiap karyawan untuk mengetahui secara tegas kemampuan riil karyawan agar dapat ditentukan jenis pelatihan yang dibutuhkan. Perusahaan senantiasa menerima pendapat dari seluruh pekerja masing-masing departemen yang ada, dan manajemen memberikan pengarahan dan komunikasi dua arah yang baik. Ada juga kegiatan sosial dan keagamaan dimana sarana ruang pertemuan, lapangan oleh raga maupun tempat beribadah tersedia di lingkungan perseroan. Wisata bersama karyawan maupun peringatan hari-hari besar keagamaan menjadi agenda tetap perusahaan. Dalam mengembangkan komunitas sosial di sekitar pabrik, perusahaan telah memberi bantuan untuk mengembangkan di sektor perikanan dan peternakan, pendidikan, pengobatan dan pemeliharaan kesehatan untuk komunitas lokal. Perusahaan juga membantu pertumbuhan usaha kecil, menengah dan koperasi.
Pesaing dan pelanggan perusahaan Untuk pesaing yang memiliki fasilitas dan kelengkapan hampir setara dengan PT. Citra Tubindo hanya ada satu yaitu Seamless Pipe Indonesia Jaya, anak perusahaan dari Bakrie & Brothers. Bergerak di bidang usaha yang sama dan memiliki pelanggan dan pelayanan yang dimiliki kurang lebih sama dalam bidang industri minyak dan gas untuk penyediaan pipa baja pengeboran minyak lepas pantai. Kedua perusahaan merupakan perusahaan raksasa untuk industri pipa perminyakan, sehingga bisnis yang dimiliki menjadi sesuatu yang menjanjikan bagi perusahaan tersebut dalam industri yang digelutinya. Para pelanggannya juga sama
88
dengan Citra Tubindo yaitu perusahaan minyak dan gas bumi, antara lain : PERTAMINA, CONOCO PHILIPS , PETROCINA (untuk lokal domisili), Ras Gas Company Limited, Jublian Oil & Gas Pvt Ltd ( untuk domisili diluar Indonesia), dan sebagainya. Pada dasarnya untuk kompetitor perusahaan sebenarnya dibagi menjadi dua bagian, yaitu : •
Pabrikan -> High Grade, diantaranya : Seamless Pipe Indonesia Jaya (Heat Treatment, Threading), Purna Bina Nusa (Threading), Patraindo (Threading), Pipa Mas Putih (Threading).
•
Trader (Importir) -> Low Grade, diantaranya : Penta Adi, Tarub Kirana, Tridaya Esa Pakarti.
Market share industri pipa baja untuk pemasok perusahaan minyak dan gas bumi Untuk market share industri pipa pemasok perusahaan minyak dan gas bumi pada tahun 2003 hanya dipegang oleh dua produsen besar yaitu Citra Tubindo dan Seamless Pipe Indonesia Jaya, dimana Citra Tubindo dengan 37 % berada diposisi kedua setelah SPIJ (Seamless Pipe Indonesia Jaya) dengan 40 % untuk kapasitas penyediaan pipa yang diproduksi hanya di Indonesia dan tidak termasuk produksi pipa untuk kebutuhan ekspor. Kemudian untuk sisanya sebesar 23 % itu dipegang oleh beberapa pemain kecil dan importir. (Lampiran 4. Market Share in oil and gas pipe industries)
89
EDP Departemen perusahaan diawal tahun 90an EDP (Electronic Data Processing) Departemen Citra Tubindo pada tahun 1993 yang berlokasi di Batu Ampar hanya terdiri dari 3 orang diantaranya satu orang IT manajer yang berkebangsaan Filipina dan 2 orang technical support berkebangsaan Indonesia. Dimana pada saat ini semua komputer belum terintegrasi, melainkan masih berdiri sendiri-sendiri baik dalam satu plant maupun dengan plant yang lainnya (ada 3 plant) dan perusahaan mempergunakan sistem operasi Unix SCO. Kemudian pada tahun 1995, disaat Citra Tubindo berpindah lokasi ke Kabil mulailah EDP departemen melakukan integrasi dengan membuat jaringan lokal (LAN). EDP di Citra Tubindo kedepannya semakin berkembang sehingga mulai memikirkan untuk melakukan integrasi secara online antar plant dan monitoring secara real time untuk semua mesin-mesin dipabrik agar dapat dikontrol melalui komputer. Kemudian kedepannya perusahaan merencanakan untuk mempergunakan perangkat lunak ERP (Enterprise Resource Planning) karena melihat perkembangan perusahaan yang semakin pesat.
Kondisi dan permasalahan perusahaan Pada awal 1980an Batam masih termasuk golongan daerah terpencil. Pada pendatang yang datang ke Batam, termasuk tenaga kerja seperti halnya pendatang ke daerah terpencil. Terdiri dari orang-orang : “Pemberani” yang memiliki visi dan
90
berjiwa petualang yang datang untuk mengadu nasib, “Pengikut” termasuk tenagatenaga kerja yang sudah putus asa (desperate) karena tidak mampu bersaing di tempat asalnya dan bersedia menerima pekerjaan apa saja ketimbang menganggur. Umumnya kompetensi mereka rendah (keterampilan dan pengetahuannya pas-pasan). Menerima tenaga kerja yang berkompetensi dan terampil sulit, yang masih terasa sampai saat ini. Tenaga-tenaga seperti ini lebih senang bekerja di Pulau Jawa ketimbang di Batam bila remunerasi yang tawarkan tidak berbeda jauh. Citra Tubindo yang baru mulai berkembang menghadapi masalah ini. Mau tidak mau perusahaan memanfaatkan tenaga yang tersedia di pasar. Akibat yang terjadi adalah tidak ada satu pun tenaga untuk departemen sumber daya manusia (HR) yang berkualifikasi dan bahkan pejabat HR ada yang belum membaca UU Perburuhan dan tidak mengerti bagaimana peraturan lembur. Kesemuanya ini mengakibatkan hal-hal sebagai berikut : (a). Tidak adanya skala gaji yang secara konsisten diberlakukan, walaupun perusahaan selalu menjadi market leader di bidang penggajian di Batam, (b). Tidak ada job description tertulis, (c). Terjadi cronyism dan nepotisme, dimana para supervisor dan manajer merekrut anggota keluarga/family dan teman walaupun tidak memenuhi kualifikasi, (d). Tidak terpadat “Equal job equal pay”, karena akibat butir (c) diatas, (e). Tenaga-tenaga yang kompetensi dan ketrampilannya pas-pasan dapat ditekan gajinya, sedangkan tenaga-tenaga yang berkompetensi dan terampil umumnya mendapat gaji yang jauh lebih tinggi karena memiliki posisi tawar menawar. Disparitas gaji ini cukup tinggi,
91
melalui banyak terjadi gaji senang bawahan lebih tinggi daripada gaji atasannya (ada juga pada butir (3) diatas). Hal-hal tersebut dipengaruhi dengan kenyataan bahwa keadaan ini berujung dengan pemogokan yang pertama dalam sejarah perusahaan. Sejak berdirinya perusahaan Citra tubindo sampai tahun 1993 memiliki 3 plant yang berada pada 3 lokasi yang berlainan, antara lain : Heat Treatment Plant, Threading Plant, Accessories Plant. Dengan demikian sikap plant manajer menerapkan peraturan perusahaan menurut interpretasi masing-masing yang karena perbedaan kondisi disetiap lokasi yang berjauhan dan tidak terkendali dengan baik oleh general manager. Dengan demikian terjadi anomali dalam penerapan norma-norma.
Proses penyempurnaan kondisi perusahaan Untuk menuntaskan permasalahan dan ketimpangan-ketimpangan yang menjadi pemicu pemogokan tersebut. Citra Tubindo pada tahun 1996 menggunakan jasa konsultan khusus bidang sumber daya manusia yaitu Hay Group Indonesia. Hay Group dipilih berdasarkan pertimbangan : Reputasi Hay Group yang sangat baik dalam bidang sumber daya manusia dan Dewan Direksi sudah cukup mengenal Hay Group dengan kredibilitasnya dalam bidang sumber daya manusia. Hal pertama yang dilakukan oleh pihak Hay terhadap perusahaan yaitu dengan melakukan climate survey (dengan cara wawancara dan observasi langsung), dimana survey
dilakukan terhadap karyawan dan manajemen Citra Tubindo.
92
Pelaksanaan survey ini dilakukan dalam waktu + 2 minggu dan dilakukan secara transparan. Dari survey tersebut menghasilkan hal yang sangat penting bagi perusahaan, dimana ternyata tingkat kepercayaan karyawan terhadap perusahaan sangat rendah sehingga dapat disimpulkan bahwa penyebabnya karena adanya perbedaan perlakuan manajemen masing-masing plant terhadap karyawannya. Kemudian berdasarkan hasil survey pihak Hay memberikan solusi untuk diaplikasikan pada perusahaan yaitu dengan melakukan pembentukan uraian pekerjaan (job description) secara tertulis untuk setiap karyawan dan proses grading untuk sistem renumerasi perusahaan berdasarkan standard grade yang dimiliki oleh Hay Group. Dalam suatu rapat besar Dewan Komisaris, HR Departemen bersama dengan Hay Group (Konsultan HR) di kantor pusat Citra Tubindo Batu Ampar, Batam pada tahun 1996. dipaparkan beberapa masalah sekaligus solusi yang ditawarkan dari pihak Hay Group untuk mengatasi masalah tersebut. Sehingga hal itu membuat Kris Wiluan CEO Citra Tubindo dalam keadaan dilema dalam menentukan solusi mana yang terbaik untuk menyelesaikan masalah yang sedang dihadapi perusahaan, apakah akan menggunakan solusi dari Hay Group atau akan mencari solusi lainnya ?
93
Lampiran 1
Gambar 4.1. Struktur Organisasi pada tahun 1993
94
Lampiran 2
Gambar 4.2. Pemegang Saham perusahaan pada tahun 1993 (dalam %)
Lampiran 3 Komposisi karyawan perusahaan pada 31 Desember 1993 adalah sebagai berikut : a. Komposisi menurut pendidikan Tingkat Pendidikan
Pria
Wanita
Jumlah
%
S1
43
1
44
5,41
Sarjana Muda (D3)
42
3
45
5,53
SLTA / sederajat
561
11
572
70,72
SLTP / sederajat
78
-
78
9,58
95
SD / sederajat
75
-
75
9,21
Jumlah
799
15
814
100,00
Tabel 4.1. Komposisi Karyawan menurut jenjang pendidikan
b. Komposisi menurut jenjang jabatan Jabatan
Jumlah
Persentase
General Manager
1
0,12 %
Manager
12
1,47 %
Superintendent
13
1,60 %
Foreman
43
5,28 %
Tenaga Administrasi
100
12,29 %
Tenaga Pelaksana
645
79,24 %
Jumlah
814
100,00 %
Tabel 4.2. Komposisi Karyawan menurut jenjang jabatan
c. Komposisi menurut kelompok umur Umur
Jumlah
Persentase
96
18 – 20 tahun
24
2,95 %
21 – 25 tahun
306
37,59 %
26 – 30 tahun
228
28,01 %
31 – 35 tahun
132
16,22 %
35 – 40 tahun
69
8,48 %
41 tahun keatas
55
6,75 %
Jumlah
814
100,00 %
Tabel 4.3. Komposisi Karyawan menurut kelompok umur
Lampiran 4
Gambar 4.3. Market Share Oil and Pipe Industries in Indonesia (year 2003)