BAB II LAPORAN PENDAHULUAN BENIGNA PROSTAT HIPERPLASIA (BPH)
A. PENGERTIAN BPH (Benigna Prostat Hiperplasia) adalah suatu keadaan di mana kelenjar prostat mengalami pembesaran, memanjang ke atas ke dalam kandung kemih dan menyumbat aliran urin dengan menutup orifisium uretra (Smeltzer, 2011). Pembesaran progresif dari kelenjar prostat (secara umum pada pria lebih tua dari 50 tahun) menyebabkan berbagai derajat obstruksi uretral dan pembatasan aliran urinarius (Mansjoer, 2011). BPH (Benigna Prostat Hyperplasia) adalah pembesaran progresif dari kelenjar prostat (makin memburuk/ makin bertambah berat) yang dapat menyebabkan obstruksi dan ristriksi pada urethra (Johnson, 2010). B. ETIOLOGI Penyebab yang pasti dari terjadinya BPH sampai sekarang belum diketahui secara pasti, tetapi hanya 2 faktor yang mempengaruhi terjadinya BPH yaitu testis dan usia lanjut. Karena etiologi yang belum jelas maka melahirkan beberapa hipotesa yang diduga timbulnya BPH antara lain : 1. Hipotesis Dihidrotestosteron (DHT) Peningkatan 5 alfa reduktase dan reseptor androgen akan menyebabkan epitel dan stroma dari kelenjar prostat mengalami hiperplasia. 2. Ketidak seimbangan estrogen – testoteron Dengan meningkatnya usia pada pria terjadi peningkatan hormon Estrogen dan penurunan testosteron sedangkan estradiol tetap. yang dapat menyebabkan terjadinya hyperplasia stroma. 3. Interaksi stroma - epitel Peningkatan epidermal gorwth faktor atau fibroblas gorwth faktor dan penurunan transforming gorwth faktor beta menyebabkan hiperplasia stroma dan epitel. 4. Penurunan sel yang mati Estrogen yang meningkat menyebabkan peningkatan lama hidup stroma
1
dan epitel dari kelenjar prostat. 5. Teori stem cell Sel stem yang meningkat mengakibatkan proliferasi sel transit. C. TANDA DAN GEJALA Gejala iritatif meliputi : 1. Peningkatan frekuensi berkemih 2. Nokturia (terbangun pada malam hari untuk miksi) 3. Perasaan ingin miksi yang sangat mendesak/tidak dapat ditunda (urgensi) 4. Nyeri pada saat miksi (disuria) Gejala obstruktif meliputi : 1. Pancaran urin melemah 2. Rasa tidak puas sehabis miksi, kandung kemih tidak kosong dengan baik 3. Kalau mau miksi harus menunggu lama 4. Volume urin menurun dan harus mengedan saat berkemih 5. Aliran urin tidak lancar/terputus-putus 6. Urin terus menetes setelah berkemih 7. Waktu miksi memanjang yang akhirnya menjadi retensi urin dan inkontinensia karena penumpukan berlebih. 8. Pada gejala yang sudah lanjut, dapat terjadi Azotemia (akumulasi produk sampah nitrogen) dan gagal ginjal dengan retensi urin kronis dan volume residu yang besar. Berdasarkan keluhan dapat dibagi menjadi : 1. Derajat I : penderita merasakan lemahnya pancaran berkemih, kencing tak puas, frekuensi kencing bertambah terutama pada malam hari 2. Derajat II : adanya retensi urin maka timbulah infeksi. Penderita akan mengeluh waktu miksi terasa panas (disuria) dan kencing malam bertambah hebat. 3. Derajat III : timbulnya retensi total. Bila sudah sampai tahap ini maka bisa timbul aliran refluk ke atas, timbul infeksi ascenden menjalar ke ginjal dan dapat menyebabkan pielonfritis, hidronefrosis.
2
D. PATOFISIOLOGI Perubahan mikroskopik pada prostat telah terjadi pada pria usia 30-40 tahun. Bila perubahan mikroskopik ini berkembang, akan terjadi perubahan patologi anatomi yang ada pada pria usia 50 tahunan. Perubahan hormonal menyebabkan hiperplasia jaringan penyangga stromal dan elemen glandular pada prostat.
E. PATHWAY Faktor resiko umur
Perubahan hormonal
Trauma berulang
Perubahan mikroskopik pada prostat
Hiperplasia jaringan penyangga Stromal dan glanduler pada prostat
Pembesaran prostat
Mual, muntah Tidak nafsu makan Rasa tidak nyaman di epigastrik
Lobus yang hipertropi menyumbat kolom vesikal atau uretra prostatik
-
Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan
-
Pengosongan urin inkomplit atau retensi urin Retensi urin pada leher buli-buli prostat meningkat Otot detrusor menebal dan menegang
Timbul sakulasi atau divertikel
Lama kelamaan otot detrusor menjadi lelah dan mengalami dekompensasi
3
Tidak mampu berkontraksi Retensi urin Terjadi dilatasi ureter/hidroureter dan hidronefrosis Resiko infeksi Disfungsi saluran kemih atas
disuria
Nyeri akut
Sering berkemih, Keinginan miksi yang mendesak
Inkontinensia urin fungsional
cemas
Kalau berkemih harus menunggu lama Kencing terputus-putus Berkemih pada malam hari Merasa tidak puas setelah berkemih Urin terus menetes setelah berkemih Berkurangnya pancaran urin
Kerusakan pola berkemih
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG 1. Urinalisa Analisis urin dan mikroskopik urin penting untuk melihat adanya sel leukosit, sedimen, eritrosit, bakteri dan infeksi. Bila terdapat hematuri harus diperhitungkan adanya etiologi lain seperti keganasan pada saluran kemih, batu, infeksi saluran kemih, walaupun BPH sendiri dapat menyebabkan hematuri.
4
Elektrolit, kadar ureum dan kreatinin darah merupakan informasi dasar dari fungsi ginjal dan status metabolik. Pemeriksaan prostate spesific antigen (PSA) dilakukan sebagai dasar penentuan perlunya biopsi atau sebagai deteksi dini keganasan. Bila nilai PSA < 4 ng/ml tidak perlu biopsi. Sedangkan bila nilai PSA 4-10 ng/ml, dihitung Prostate specific antigen density (PSAD) yaitu PSA serum dibagi dengan volume prostat. Bila PSAD > 0,15, sebaiknya dilakukan biopsi prostat, demikian pula bila nilai PSA > 10 ng/ml. 2. Pemeriksaan darah lengkap Karena perdarahan merupakan komplikasi utama pasca operatif maka semua defek pembekuan harus diatasi. Komplikasi jantung dan pernafasan biasanya menyertai penderita BPH karena usianya yang sudah tinggi maka fungsi jantung dan pernafasan harus dikaji. Pemeriksaan darah mencakup Hb, leukosit, eritrosit, hitung jenis leukosit, CT, BT, golongan darah, Hmt, trombosit, BUN, kreatinin serum. 3. Pemeriksaan radiologis Biasanya dilakukan foto polos abdomen, pielografi intravena, USG, dan sitoskopi. Tujuan pencitraan untuk memperkirakan volume BPH, derajat disfungsi buli, dan volume residu urin. Dari foto polos dapat dilihat adanya batu pada traktus urinarius, pembesaran ginjal atau buli-buli. Dapat juga dilihat lesi osteoblastik sebagai tanda metastase dari keganasan prostat serta osteoporosis akibat kegagalan ginjal. Dari Pielografi intravena dapat dilihat supresi komplit dari fungsi renal, hidronefrosis dan hidroureter, gambaran ureter berbelok-belok di vesika urinaria, residu urin. Dari USG dapat diperkirakan besarnya prostat, memeriksa massa ginjal, mendeteksi residu urin dan batu ginjal. BNO /IVP untuk menilai apakah ada pembesaran dari ginjal apakah terlihat bayangan radioopak daerah traktus urinarius. IVP untuk melihat /mengetahui fungsi ginjal apakah ada hidronefrosis. Dengan IVP buli-buli dapat dilihat sebelum, sementara dan sesudah isinya dikencingkan. Sebelum kencing adalah untuk melihat adanya tumor,
5
divertikel. Selagi kencing (viding cystografi) adalah untuk melihat adanya refluks urin. Sesudah kencing adalah untuk menilai residual urin.
G. MANAGEMEN TERAPI Rencana pengobatan tergantung pada penyebab, keparahan obstruksi, dan kondisi pasien. Jika pasien masuk RS dengan kondisi darurat karena ia tidak dapat berkemih maka kateterisasi segera dilakukan. Pada kasus yang berat mungkin digunakan kateter logam dengan tonjolan kurva prostatik. Kadang suatu insisi dibuat ke dalam kandung kemih (sitostomi supra pubik) untuk drainase yang adekuat. Jenis pengobatan pada BPH antara lain: 1.
Observasi (watchfull waiting) Biasa dilakukan pada pasien dengan keluhan ringan. Nasehat yang diberikan adalah mengurangi minum setelah makan malam untuk mengurangi nokturia, menghindari obat-obat dekongestan, mengurangi minum kopi dan tidak diperbolehkan minum alkohol agar tidak terlalu sering miksi. Setiap 3 bulan dilakukan kontrol keluhan, sisa kencing, dan pemeriksaan colok dubur
2.
Terapi medikamentosa Penghambat adrenergik (prazosin, tetrazosin) : menghambat reseptor pada otot polos di leher vesika, prostat sehingga terjadi relaksasi. Hal ini akan menurunkan tekanan pada uretra pars prostatika sehingga gangguan aliran air seni dan gejala-gejala berkurang. Penghambat enzim 5--reduktase, menghambat pembentukan DHT sehingga prostat yang membesar akan mengecil.
3.
Terapi bedah Tergantung pada beratnya gejala dan komplikasi. Indikasi absolut untuk terapi bedah yaitu : a. Retensi urin berulang b. Hematuri c. Tanda penurunan fungsi ginjal d. Infeksi saluran kemih berulang e. Tanda obstruksi berat seperti hidrokel
6
Pembedahan seperti prostatektomi dilakukan untuk membuang jaringan prostat yang mengalami hiperplasi. Komplikasi yang mungkin terjadi pasca prostatektomi
mencakup
perdarahan,
infeksi,
retensi
oleh
karena
pembentukan bekuan, obstruksi kateter dan disfungsi seksual. Kebanyakan prostatektomi tidak menyebabkan impotensi, meskipun pada prostatektomi perineal dapat menyebabkan impotensi akibat kerusakan saraf pudendal. Pada kebanyakan kasus aktivitas seksual dapat dilakukan kembali dalam 6 sampai 8 minggu karena saat itu fossa prostatik telah sembuh. Setelah ejakulasi maka cairan seminal mengalir ke dalam kandung kemih dan diekskresikan bersama urin. Perubahan anatomis pada uretra posterior menyebabkan ejakulasi retrogard.
H. JENIS- JENIS OPERASI BPH 1.
TURP (Transurethral Resection Of The Prostate) Merupakan salah satu jenis operasi prostat yang paling sering digunakan karena tidak merugikan potensi kesembuhan penyakit BPH. TURP merupakan teknik operasi yang memanfaatkan resektroskop untuk mengangkat jaringan yang menyumbat. Pengangkatan ini dilakukan melalui saluran uretra atau saluran kencing. Indikasi operasi TURP ini adalah jika kondisi penyumbatan sudah menetap, pembesaran prostat sudah tidak bisa lagi ditolong dengan terapi maupun obatobatan, dan adanya reaksi agresif karena pembesaran ini.
2.
TIUIP (Transuretra Incision Of The Prostat) Jenis operasi ini dilakukan untuk pasien dengan gejala ringan dengan besar prostat sekitar 30 gram. Teknik operasi ini dilakukan dengan memasukkan instrumen yang berupa insisi yang dibuat pada prostat yang dimasukkan melalui uretra.
3.
Open Simple Prostatektomy Dilakukan pasien dengan gejala berat dimana ukuran prostat sudah mencapai 100 gram atau lebih. Dengan pembekakan prostat yang sedemikian besar maka pengeluaran prostat dengan endoskopi tidak bisa lagi dilakukan melainkan dilakukan dengan enukleasi terbuka.
7
I. MASALAH KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL 1. Pre operasi a. Nyeri akut b. Cemas c. Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh d. Kerusakan eleminasi urin 2. Post operasi a. Nyeri akut b. Resiko infeksi c. Kurang pengetahuan tentang penyakit, diit, dan pengobatan d. Defisit perawatan diri
8
RENCANA KEPERAWATAN No 1
Diagnoa Keperawatan
Tujuan Setelah
Nyeri akut
Intervensi Keperawatan
dilakukan
asuhan 1. Manajemen Nyeri
keperawatan selama ….x 24
Definisi : perubahan atau pengurangan nyeri ke tingkat kenyamanan
Definisi : Sensori dan pengalaman jam, klien dapat:
yang dapat diterima pasien
emosional
Intervensi:
yang
tidak 1. Mengontol nyeri
menyenangkan yang timbul dari
Definisi : tindakan seseorang - Kaji
kerusakan
untuk mengontrol nyeri
karakteristik,waktu
potensial, muncul tiba-tiba atau
ndikator:
intensitas/beratnya nyeri, dan faktor-faktor pencetus
lambat dengan intensitas ringan
Mengenal
faktor-faktor - Observasi isyarat-isyarat non verbal dari ketidaknyamanan, khususnya
sampai berat dengan akhir yang
penyebab
dalam ketidakmampuan untuk komunikasi secara efektif
bisa diantisipasi atau diduga dan
Mengenal
jaringan
aktual
atau
berlangsung kurang dari 6 bulan.
Batasan karakteristik : - Laporan secara verbal atau non verbal adanya nyeri
menyeluruh
tentang
kejadian,
lama,
nyeri,
meliputi:
frekuensi,
lokasi, kualitas,
onset/waktu - Berikan analgetik sesuai dengan anjuran
kejadian nyeri tindakan
secara
- Gunakan komunkasi terapeutik agar klien dapat mengekspresikan nyeri
pertolongan
non- - Kaji latar belakang budaya klien
analgetik
- Tentukan dampak dari ekspresi nyeri terhadap kualitas hidup: pola tidur,
Menggunakan analgetik
nafsu makan, aktifitas mood, hubungan, pekerjaan, tanggungjawab
melaporkan
peran
gejala-gejala
- Fakta dari observasi
kepada tim kesehatan (dokter, - Kaji pengalaman individu terhadap nyeri, keluarga dengan nyeri kronis
- Posisi untuk menghindari nyeri
perawat)
- Gerakan melindungi
nyeri terkontrol
- Evaluasi tentang keefektifan dari tindakan mengontrol nyeri yang telah digunakan
- Tingkah laku berhati-hati
- Berikan dukungan terhadap klien dan keluarga
- Muka topeng - Gangguan
Keterangan:
tidur
(mata
sayu, 1 = tidak pernah dilakukan
tampak capek, sulit atau gerakan 2 = jarang dilakukan kacau, menyeringai) - Terfokus pada diri sendiri
- Berikan informasi tentang nyeri, seperti: penyebab, berapa lama terjadi, dan tindakan pencegahan - Kontrol faktor-faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi respon
3 = kadang-kadang dilakukan
klien terhadap ketidaknyamanan
4 = sering dilakukan
penyinaran, dll)
- Fokus menyempit (penurunan 5 = selalu dilakukan
(contoh : temperatur ruangan,
- Anjurkan klien untuk memonitor sendiri nyeri
persepsi waktu, kerusakan proses
- Ajarkan penggunaan teknik non-farmakologi
berpikir,
- (ex: relaksasi, guided imagery, terapi musik, distraksi, aplikasi panas-
penurunan
interaksi 2. Menunjukkan tingkat nyeri
dengan orang dan lingkungan) - Tingkah laku distraksi, contoh : jalan-jalan, menemui orang lain dan/atau
aktivitas,
autonom
atau ditunjukan
digunakan
Melaporkan nyeri
- Berikan informasi tentang nyeri, seperti: penyebab, berapa lama terjadi, dan tindakan pencegahan
diaphoresis, perubahan tekanan
Frekuensi nyeri
darah, perubahan nafas, nadi dan
Lamanya episode nyeri
klien terhadap ketidaknyamanan
dilatasi pupil)
Ekspresi nyeri: wajah
penyinaran, dll)
- Perubahan tonus
otot
nyeri yang telah
- Berikan dukungan terhadap klien dan keluarga Indikator:
(seperti
dingin, massase)
dari nyeri yang dilaporkan - Evaluasi keefektifan dari tindakan mengontrol
aktivitas
berulang-ulang) - Respon
Definisi : tingkat keparahan
- Kontrol faktor-faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi respon (contoh : temperatur ruangan,
autonomic
dalam
Posisi melindungi tubuh
- Anjurkan klien untuk memonitor sendiri nyeri
(mungkin
dalam
Kegelisahan
- Ajarkan penggunaan teknik non-farmakologi
rentang dari lemah ke kaku) - Tingkah laku ekspresif (contoh : gelisah, merintih, menangis,
Perubahan Respirasirate Perubahan Heart Rate
- (ex: relaksasi, guided imagery, terapi musik, distraksi, aplikasi panasdingin, massase)
Perubahan tekanan Darah
- Evaluasi keefektifan dari tindakan mengontrol nyeri
Perubahan ukuran Pupil
- Modifikasi tindakan mengontrol nyeri berdasarkan respon klien
Perspirasi
- Tingkatkan tidur/istirahat yang cukup
Kehilangan nafsu makan
- Anjurkan klien untuk berdiskusi tentang pengalaman nyeri secara tepat - Beritahu dokter jika tindakan tidak berhasil atau terjadi keluhan
Keterangan: 1 : berat 2 : agak berat
- Informasikan kepada tim kesehatan lainnya/anggota keluarga saat tindakan nonfarmakologi dilakukan, untuk pendekatan preventif - monitor kenyamanan klien terhadap manajemen nyeri
3 : sedang 4 : sedikit 5 : tidak ada
2. Pemberian Analgetik Definisi : penggunaan agen farmakologi untuk mengurangi atau menghilangkan nyeri Intervensi: - Tentukan lokasi nyeri, karakteristik, kualitas,dan keparahan sebelum pengobatan - Berikan obat dengan prinsip 5 benar - Cek riwayat alergi obat - Libatkan klien dalam pemilhan analgetik yang akan digunakan
- Pilih analgetik secara tepat /kombinasi lebih dari satu analgetik jika telah diresepkan - Tentukan pilihan analgetik (narkotik, non narkotik, NSAID) berdasarkan tipe dan keparahan nyeri - Monitor tanda-tanda vital, sebelum dan sesudah pemberian analgetik - Monitor reaksi obat dan efeksamping obat - Dokumentasikan respon dari analgetik dan efek-efek yang tidak diinginkan - Lakukan tindakan-tindakan untuk menurunkan efek analgetik (konstipasi/iritasi lambung)
3. Manajemen lingkungan : kenyamanan Definisi : memanipulasi lingkungan untuk kepentingan terapeutik Intervensi : - Pilihlah ruangan dengan lingkungan yang tepat - Batasi pengunjung - Tentukan hal-hal yang menyebabkan ketidaknyamanan seperti pakaian lembab - Sediakan tempat tidur yang nyaman dan bersih - Tentukan temperatur ruangan yang paling nyaman
- Sediakan lingkungan yang tenang - Perhatikan hygiene pasien untuk menjaga kenyamanan - Atur posisi pasien yang membuat nyaman. 2
Setelah dilakukan asuhan
Resiko infeksi Definisi
:
Peningkatan
resiko keperawatan selama … x 24
masuknya organisme patogen
Faktor-faktor resiko :
1. Kontrol Infeksi Definisi : Meminimalkan mendapatkan infeksi dan trasmisi agen
jam, klien menunjukan
infeksi
1. Pengetahuan klien tentang
Itervensi :
kontrol infeksi meningkat
- Bersikan lingkungan secara tepat setelah digunakan oleh klien
-
Prosedur Invasif
Definisi : Tindakan untuk
- Ganti peralatan klien setiap selesai tindakan
-
Ketidakcukupan
mengurangi
- Batasi jumlah pengunjung
pengetahuan untuk
kesehatan secara aktual dan
- Ajarkan cuci tangan untuk menjaga kesehatan individu
menghindari paparan
potensial
- Anjurkan klien untuk cuci tangan dengan tepat
patogen
Indikator:
- Gunakan sabun antimikrobial untuk cuci tangan
-
Trauma
-
Kerusakan jaringan dan peningkatan paparan
ancaman
Menerangkan cara-cara penyebaran Menerangkan factor-faktor
- Anjurkan pengunjung untuk mencuci tangan sebelum dan setelah meninggalkan ruangan klien - Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan klien
lingkungan
yang berkontribusi dengan
- Lakukan universal precautions
-
Ruptur membran amnion
penyebaran
- Gunakan sarung tangan steril
-
Agen farmasi (imunosupresan)
Menjelaskan tanda-tanda dan gejala
- Lakukan perawatan aseptic pada semua jalur IV - Lakukan teknik perawatan luka yang tepat
Menjelaskan aktivitas yang
-
Malnutrisi
-
Peningkatan paparan
dapat meningkatkan resistensi
- Anjurkan asupan cairan
lingkungan patogen
terhadap infeksi
- Anjurkan istirahat
-
Imonusupresi
-
Ketidakadekuatan imum
-
-
Keterangan: 1 : Tidak pernah menunjukkan
Tidak adekuat pertahanan
2 : Jarang menunjukkan
sekunder (penurunan Hb,
3 : Kadang-kadang menunjukkan
- Ajarkan klien dan keluarga tentang tanda-tanda dan gejala dari infeksi - Ajarkan klien dan anggota keluarga bagaimana mencegah infeksi
2. Proteksi infeksi
respon inflamasi)
4 : Sering menunjukkan
Definisi : Meminimalkan mendapatkan infeksi dan trasmisi agen
Tidak adekuat pertahanan
5 : Selalu menunjukkan
infeksi
tubuh primer (kulit tidak
Intervensi :
utuh, trauma jaringan,
-
Bersihkan lingkungan setelah dipakai pasien lain
-
Pertahankan teknik isolasi
penurunan kerja silia, cairan
-
- Berikan terapi antibiotik
buatan
Leukopenia, penekanan
- Tingkatkan asupan nutrisi
2. pengetahuan tentang deteksi
tubuh statis, perubahan
resiko meningkat
-
Batasi pengunjung bila perlu
sekresi pH, perubahan
Definisi : Tindakan untuk
-
Instruksikan pada pengunjung untuk mencuci tangan saat
peristaltik)
mengidentifikasi ancaman
Penyakit kronik
kesehatan
-
Gunakan sabun antimikrobia untuk cuci tangan
Indikator :
-
Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah tindakan kperawtan
-
Gunakan baju, sarung tangan sebagai alat pelindung
- Mengenali tanda dan gejala
berkunjung dan setelah berkunjung meninggalkan pasien
yang mengindikasikan resiko - Mengidentifikasi resiko
-
Pertahankan lingkungan aseptik selama pemasangan alat
-
Ganti letak IV perifer dan line central dan dressing sesuai dengan
kesehatan potensial - Mencari pembenaran resiko
petunjuk umum -
yang dirasakan - Memeriksakan diri pada interval waktu yang ditentukan - Berpartisipasi dalam
Gunakan kateter intermiten untuk menurunkan infeksi kandung kencing
-
Tingktkan intake nutrisi
-
Berikan terapi antibiotik bila perlu
3. Manajemen Nutrisi Definisi : membantu dengan memberikan diet makanan dan cairan
screening pada interval waktu
yang seimbang.
yang ditentukan
Tindakan :
- Mengetahui keadaan kesehatan keluarga saat ini - Selalu mengetahui / memonitor keadaan kesehatan keluarga - Selalu mengetahui / memonitor kesehatan diri - Menggunakan sumber-sumber informasi untuk tetap
- Tanyakan pada klien tentang alergi terhadap makanan - Tanyakan makanan kesukaan klien - Kolaborasi dengan ahli gizi tentang jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan - Anjurkan masukan kalori yang tepat yang sesuai dengan gaya hidup - Anjurkan peningkatan masukan zat besi yang sesuai - Anjurkan peningkatan masukan protein dan vitamin C - Anjurkan untuk banyak makan buah dan minum - Pastikan diit tidak menyebabkan konstipasi
mendapatkan informasi tentang resiko potensial - Menggunakan sarana pelayanan kesehatan sesuai kebutuhan
Keterangan: 1 : Tidak pernah menunjukkan 2 : Jarang menunjukkan 3 : Kadang-kadang menunjukkan 4 : Sering menunjukkan 5 : Selalu menunjukkan
3. Status nutrisi yang baik, Definisi : Nutrisi cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolisme tubuh Indikator : - Masukan nutrisi
- Berikan klien diit tinggi protein, tinggi kalori
- Masukan makanan dan cairan - Tingkat energi cukup - Berat badan stabil - Nilai laboratorium
Keterangan: 1 : Sangat bermasalah 2 : Cukup bermasalah 3 : Masalah sedang 4 : Sedikit bermasalah 5 : Tidak ada masalah
4. Luka sembuh, dengan indikator: Kulit utuh Berkurangnya drainase purulen Drainase serousa pada luka berkurang Drainase sanguinis pada luka
berkurang Drainase serosa sangunis pada luka berkurang Drainase sangunis pada drain berkurang Drainase serosasanguinis pada drain berkurang Eritema disekitar kulit berkurang Edema sekitar luka berkurang Suhu kulit tidak meningkat Luka tidak berbau 3
Kurang pengetahuan tentang :
Setelah dilakukan asuhan
1. Pendidikan kesehatan: Proses penyakit
penyakit, diet, pengobatan
keperawatan selama 1 x 24 jam
-
pengetahuan klien dan keluarga
- Jelaskan patofisiologi penyakit
Definisi : tidak adanya atau
meningkat tentang:
- Jelaskan tanda dan gejala penyakit
kurangnya informasi kognitif
1. Proses penyakit
- Terangkan proses penyakit
sehubungan dengan topik spesifik Batasan
karakteristik
memverbalisasikan
Indikator: : - Mengenal nama penyakit
adanya - Menjelaskan proses penyakit
Gali pengetahuan tentang proses penyakit
- Identifikasi proses kemungkinan penyebab - Berikan informasi tentang kondisi pasien - Hindari memberi harapan palsu
masalah,
ketidakakuratan - Menjelaskan penyebab/fakor
mengikuti instruksi, perilaku tidak sesuai. Faktor
yang berkontribusi - Menjelaskan factor-faktor
yang
berhubungan
:
resiko
- Berikan informasi kondisi pasien pada keluarga - Diskusikan perubahan gaya hidup untuk mencegah komplikasi di masa depan - Diskusikan pilihan terapi
keterbatasan kognitif, interpretasi - Menjelaskan efek dari
- Terangkan rasional tindakan
terhadap informasi yang salah,
- Terangkan komplikasi kronik
penyakit
kurangnya keinginan untuk mencari - Menjelaskan tanda-tanda dan
- Terangkan tanda dan gejala yang harus dilaporkan
informasi,
- Jelaskan cara mencegah atau meminimalkan efek samping penyakit.
tidak
mengetahui
sumber-sumber informasi.
gejala - Menjelaskan tentang komplikasi dan tanda
2. Ajarkan : Diet
gejalanya
- Kaji pengetahuan klien tentang diet yang dianjurkan
- Menjelaskan tentang perawatan dirumah
- Tentukan sikap keluarga klien terhadap diet - Jelaskan tujuan diet - Informasikan berapa lama diet harus diikuti
Keterangan: 1 : tidak pernah 2 : terbatas
- Anjarkan klien tentang makanan yang boleh dan tidak boleh dimakan - Bantu klien untuk mencatat makanan kesukaan dalam diet yang dianjurkan
3 : sedang
- Observasi pilihan makanan klien sesuai dengan diet yang dianjurkan
4 : Sering
- Anjurkan membuat rencana makan
5 : Selalu
- Dorong untuk mengikuti informasi yang diberikan oleh tenaga
kesehatan lain 2. Diet, dengan indikator: - Menggambarkan diet yang
- Konsul ahli gizi - Libatkan keluarga
dianjurkan - Menyebutkan keuntungan
2. Ajarkan : pengobatan
dari mengikuti anjuran diet
- Jelaskan klien utk mengenal karakteristik obat
- Menyebutkan tujuan dari diet
- Informasikan nama generik dan nama dagang
yang yang dianjurkan - Menyebutkan makanan-
- Jelaskan tujuan dan kerja obat - Jelaskan dosis, rute dan durasi obat
makanan yang diperbolehkan
- Evaluasi kemampuan klien menggunakan obat
dalam diet
- Ajarkan klien untuk melakukan prosedur sebelum minum obat
- Menyebutkan makananmakanan yang dilarang - Memilih makanan-makanan yang dianjurkan dalam diet
- Informasikan apa yang dilakukan jika dosis obat hilang - Informasikan akibat tidak minum obat - Informasikan efek samping obat - Jelaskan tanda dan gejala over dosis obat - Jelaskan cara menyimpan obat
Keterangan:
- Jelaskan interaksi obat
1 : Tidak pernah
- Jelaskan cara mencegah atau mengurangi efek samping obat
2 : Terbatas
- Berikan informasi tertulis tentang aksi, tujuan, efek samping obat, dll
3 : Sedang
4 : Luas 5 : Sangat luas
3. Pengobatan, dengan indikator: - Menggambarkan metode pengobatan yang tepat - Menggambarkan tindakantindakan dalam pengobatan - Menggambarkan efek samping dalam pengobatan - Menyebutkan interakasi obat dengan agen yang lainnya - Menyebutkan rute pemberian obat yang tepat
Keterangan : 1 : Tidak pernah 2 : Terbatas 3 : Sedang
4 : Luas 5 : Sangat luas
4
Setelah dilakukan asuhan
Defisit Perawatan Diri
1.Bantu dalam perawatan diri (mandi, berpakaian, berhias, makan,
(kurang perawatan diri : mandi, keperawatan selama … x 24
toileting)
berpakaian, makan, dan toileting)
jam, klien mampu melakukan
Definisi : membantu pasien untuk memenuhi ADL
perawatan diri: Activities of
Intervensi :
Daily Living (ADL), dengan
Definisi : Gangguan
kemampuan
untuk indikator:
melakukan ADL pada diri
Monitor kemempuan klien untuk perawatan diri yang mandiri. Monitor kebutuhan klien untuk alat-alat bantu untuk kebersihan diri,
-
makan
-
berpakaian
:
-
toileting
mandi,
-
mandi
ketidakmampuan untuk berpakaian,
-
hygiene
ketidakmampuan
-
oral hygiene
-
ambulasi: berjalan
-
ambulasi: wheelchair
Ajarkan klien/ keluarga untuk mendorong kemandirian, untuk
-
transfer performance
memberikan bantuan hanya jika pasien tidak mampu untuk
Batasan
karakteristik
ketidakmampuan
untuk
untuk
makan,
ketidakmampuan untuk toileting
Faktor
yang
berhubungan
: Keterangan:
kelemahan, kerusakan kognitif atau 1: bergantung total
berpakaian, berhias, toileting dan makan. Sediakan bantuan sampai klien mampu secara utuh untuk melakukan self-care. Dorong klien untuk melakukan aktivitas sehari-hari yang normal sesuai kemampuan yang dimiliki. Dorong untuk melakukan secara mandiri, tapi beri bantuan ketika klien tidak mampu melakukannya.
melakukannya. Berikan aktivitas rutin sehari- hari sesuai kemampuan.
perceptual,
kerusakan 2 : dibantu orang dan alat
neuromuskular/ otot-otot saraf.
3 ; dibantu orang 4 : dibantu alat 5: mandiri
Pertimbangkan usia klien jika mendorong pelaksanaan aktivitas sehari-hari.
DAFTAR PUSTAKA Johnson, M; Maas, M; Moorhead, S. 2010. Nursing Outcomes Classification (NOC). Mosby: Philadelphia. Mansjoer, A, et all, 2011, Kapita Selekta Kedokteran, Jilid I, Media Aesculapis, Jakarta. McCloskey, J dan Bulechek, G. 2009. Nursing Interventions Classification (NIC). Mosby: Philadelphia. Nanda
(2012),
Nursing
Diagnosis:
Prinsip-Prinsip
dan
Clasification,
Philadelphia, USA. Smeltzer, S.C, 2011, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth, EGC, Jakarta