Bab 1.docx

  • Uploaded by: ruri
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Bab 1.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 1,435
  • Pages: 6
Hubungan spiritualitas dengan tingkat depresi pada lansia yang tinggal di institusi sosial BAB 1 PENDAHULUAN 1.1

Latar Belakang Depresi merupakan gangguan mood, dimana kata “mood” menggambarkan

perasaan emosi seseorang atau serangkaian perasaan emosi yang datang dan pergi. Mood juga dapat diartikan sebagai emosi yang bertahan lama yang mewarnai kehidupan dan keadaan kejiwaan seseorang (Meier, atterburn dan Minirth, 2000, dalam Lubis, 2009). Depresi merupakan masalah penyakit psikiatrik yang paling umum yang mempengaruhi lansia. Depresi digunakan untuk menggambarkan alam perasaan, gejala atau penyakit. Faktor-faktor yang berkaitan dengan depresi yaitu fisik, hormonal, psikologis, dan sosial. Adapun gejala dari depresi seperti perasaan tertekan, penurunan kesenangan dan aktivitas sehari-hari, gangguan tidur, rasa bersalah yang tidak tepat, konsentrasi buruk, kehilangan ingatan jangka pendek, dan kecemasan (Ayu, 2007:90). Insiden terjadinya depresi bervariasi di setiap daerah di dunia. Data World Health Organization (2010) menunjukkan sebanyak 450 juta orang di dunia menderita gangguan jiwa, dan lebih dari 150 juta orang mengalami depresi. Prevalensi keseluruhan kejadian depresi pada lansia di masing-masing daerah secara umum bervariasi antara 10-20%, hal ini juga tergantung pada situasi budaya di masing-masing daerah di dunia (Bhayu, Ratep, Westa, 2014: 2). Data WHO pada tahun 2009 menunjukkan lansia berjumlah skitar 7,49% dari total populasi, tahun 2011 menjadi 7,69% dan pada tahun 2013 didapatkan proporsi lansia sebesar 8,1% dari total populasi (Depkes, 2016). Di Indonesia sendiri menunjukkan prevalensi gangguan mental emosional seperti gangguan kecemasan dan depresi sebesar 11,6% dari populasi orang dewasa. Berarti dengan jumlah populasi orang dewasa Indonesia lebih kurang 150.000.000 ada 1.740.000 orang saat ini mengalami gangguan mental emosional (Rakerdas, 2007). Masalah depresi pada lansia ini merupakan hal perlu di cegah ataupun di atasi agar para lansia dapat hidup dengan produktif.

Lansia produktif adalah lansia yang dapat mempertahankan kualitas hidup nya dengan baik dan terhindar dari depresi. Adapun penuaan spiritual yang merujuk pada perubahan diri dan persepsi diri, cara lansia berhubungan dengan orang lain, atau menempatkan diri di dunia dan pandangan dunia terhadap dirinya Destiningrum (2008, dalam Indriana et al., 2011). Disini aspek spiritual harus diperhatikan, karena keyakinan spiritual berpengaruh terhadap kesehatan. Melalui do’a orang dapat mengekspresikan perasaan, harapan, dan kepercayaan kepada tuhan. Beberapa penelitian telah menunjukkan hubungan positif antara komitmen religius dan kesehatan mental. Dalam meta-analisis, Larson et al.,. (1992) mengumpulkan semua penelitian yang berkaitan dengan spiritualitas dan kesehatan mental selama periode 11 tahun dari 2 jurnal psikiatri terkemuka. Dalam kajian tersebut, 84% penelitian menunjukkan hubungan positif antara sikap spiritual dan kesehatan mental, 13,5% penelitian menunjukkan tidak ada asosiasi statistik, dan 2,5% penelitian menunjukkan hubungan negatif. Berbagai aspek spiritualitas dikaitkan dengan prevalensi depresi yang lebih rendah pada berbagai populasi spesifik, termasuk mahasiswa, lansia, veteran cacat, dan wanita pulih dari patah tulang pinggul (Doolittle & Farrell, 2012: 1). Dampak dari depresi pada lansia yaitu biasanya lansia sering menunjukkan keluhan nyeri fisik, kecemasan, dan perlambatan berfikir, gangguan aktifitas seharihari, dan dapat berpikir atau melakukan percobaan bunuh diri (Irawan, 2013 : 2). Hal ini tidak menguntungkan karena dapat memperpendek harapan hidup dengan mencetuskan atau memperburuk kemunduran fisik. Dampak terbesarnya sering terjadi di kurangnya kepuasan dan kualitas hidup menurun, juga dapat menghambat pemenuhan tugas-tugas perkembangan lansia. Lebih lanjut lagi, depresi dapat menguras habis emosi dan finansial orang yang dekat seperti keluarga dan sistem pendukung sosial informal dan formal yang dimilikinya. Akhirnya, angka bunuh diri yang tinggi menjadi konsekuensi yang serius dari depresi yang tidak ditangani. Bunuh diri mungkin merupakan konsekuensi dari depresi yang paling menghancurkan dan bunuh diri merupakan fenomena yang paling umum terjadi baik pada usia tua maupun muda. Namun tidak seperti pada kaum muda, kebanyakan lansia yang mencoba bunuh diri benar-benar ingin membunuh dirinya sendiri. Jarang sekali bunuh diri merupakan permintaan bantuan belaka atau mekanisme mendapatkan perhatian di antara lansia lain, tentu saja hal ini merupakan hal yang harus mendapatkan pencegahan karena

dapat mengancam nyawa.(Stantley, 2006 : 368). Individu termasuk lansia hidup dalam sistem dengan kata lain banyak sistem yang turut mempengaruhi perkembangan individu. Salah satu sistem tersebut adalah nilai-nilai ketuhanan dan keyakinan kepada kekuatan sang pencipta atau kesejahteraan spiritualnya. Konsep yang terkait dengan spiritual salah satunya adalah Agama, dimana agama merupakan sistem kepercayaan dan praktik yang berhubungan dengan Yang Maha Kuasa. Agama sebagai suatu pencarian kebenaran, dimana seringkali kata spiritual dan agama digunakan secara bertukaran tetapi sebenarnya ada perbedaan diantara keduanya. Dari definisi agama, dapat digunakan sebagai dasar bahwa agama merupakan sebuah konsep yang lebih sempit dari pada spiritual. Dimana spiritual lebih mengacu pada suatu bagian dari dalam diri manusia, yang berfungsi untuk mencari makna hidup melalui hubungan intrapersonal, interpersonal, dan transpersonal. Jadi dapat dikatakan bahwa agama merupakan jembatan menuju spiritualitas yang membantu cara berpikir, merasakan dan berperilaku serta membantu seseorang menemukan makna hidup. Sementara religi merupakan cara individu mengekspresikan spiritualnya (Mubarak, et al., 2015 : 64). Spiritual berasal dari bahasa latin spiritus, yang memiliki arti bernafas atau angin. Yang memiliki arti sesuatu yang menjadi aspek semua pusat kehidupan seseorang. Spiritual merupakan suatu keyakinan dimana berkaitan dengan hubungan kepada yang Maha Kuasa dan Maha Pencipta. Spiritual sendiri merupakan suatu kesatuan yang unik yang bergantung pada budaya, perkembangan, pengalaman hidup, kepercayaan, dan ide-ide tentang kehidupan seseorang. Spiritual memiliki beberapa aspek yaitu berhubungan dengan sesuatu yang tidak diketahui, menemukan arti dan tujuan hidup, menyadari kemampuan untuk menggunakan sumber dan kekuatan dalam diri sendiri (Mubarak, et al., 2015 : 60). Dari beberapa penelitian yang pernah dilakukan, salah satunya penelitian yang dilakukan oleh Hyun Woong Rooh, et al., (2015) dalam “ Participation in Physical, Social, and Religious Activity and Risk of Depression in the Elderly: A Community-Based Three-Year Longitudinal Study in Korea” menunjukkan hasil yang baik dari aktifitas fisik, aktifitas sosial dan aktifitas religi terhadap, Namun terdapat kesenjangan dalam penelitiannya yaitu menargetkan beberapa aktivitas perlindungan resiko depresi secara bersamaan sehingga kurang memperkuat hasil faktor secara independennya.

Maka dari itu perlu dilakukan penelitian lanjutan yang ditekankan secara independen terhadap aktivitas yang diberikan, untuk memperkuat efek perlindungan mereka. Sedangkan dari penelitian yang dilakukan oleh Dimitrios Anyfantakis, (2015) dalam “Effect of religiosity/spirituality and sense of coherence on depression within a rural population in Greece:

the

Spili

III

project”

menunjukkan

hasil

yang

signifikan

antara

religiusitas/spiritualitas terhadap depresi, namun dalam penelitian ini parameter keagamaan yang digunakan kurang menambahkan item seperti waktu sholat, kehadiran di greja, pengakuan kebiasaan makan dan pengakuan tidak diperiksa. Penelitian ini dilakukan untuk lebih memahami hubungan antara spiritualitas dengan depresi pada lansia yang tinggal di institusi sosial untuk mendapatkan wawasan baru tentang mekanisme penanggulangan kejadian depresi pada lansia. Berdasarkan latar belakang di atas maka peneliti tertarik meneliti tentang hubungan spiritualitas dengan tingkat depresi pada lansia yang tinggal di institusi sosial. 1.2 Perumusan Masalah Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah ada hubungan antara status religiusitas dengan tingkat depresi pada lansia 1.3 Tujuan Penelitian 1. Mengidentifikasi kesejahteraan spiritualitas pada lansia 2. Mengidentifikasi tingkat depresi yang terjadi pada lansia 3. Menganalisis hubungan spiritualitas dengan tingkat depresi pada lansia 1.4 Manfaat penelitian 1.4.1.1 Manfaat Teoritis Diharapkan penelitian ini mampu mengembangkan ilmu keperawatan komunitas dan ilmu keperawatan gerontik serta dapat memberikan informasi tambahan bagi pendidik untuk diterapkan dalam pembelajaran terkait dengan ilmu komunitas dan ilmu gerontik. 1.4.1.2 Manfaat Praktis 1. Bagi Institusi Program Studi Ilmu Keperawatan

Sebagai bahan masukan/informasi dan referensi kepustakaan intitusi pendidikan, serta dapat menjadi sumber informasi untuk melakukan penelitian lebih lanjut yang berhubungan dengan penelitian yang dilakukan penulis. 2. Bagi Responden Dapat memberikan pengetahuan dan pemahaman kepada masyarakat tentang manfaat dari mendekatkan diri dengan sang pencipta untuk mencegah depresi 3. Bagi Peneliti yang Akan Datang Hasil penelitian dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan dan dapat diperdalam dan dikembangkan oleh peneliti selanjutnya.

1.5 Keaslian Penelitian No.

Peneliti

Judul

Metode

(th) 1.

Hyun

Perbedaan

Hasil

variabel penelitian

Participation in

Woong Roh Physical, Social, dkk, (2015)

dan Kesamaan

and

Religious

Activity

and

Risk

of

Depression

in

the Elderly: A CommunityBased

Three-

Year

Metode

penelitian Pada variabel Variabel

menggunakan cluster

penelitian

sampling tentang

bertingkat dua tahap depresi .

independen

menunjukkan

yang

bahwa

pada digunakan

lansia,

Variabel independen menggunakan

Hasilnya

partisipasi

dan metode dalam penelitian

aktivitas fisik,

: aktivitas sosial dan kuesioner

sosial,

aktivitas religius

keagamaan

GDS

dan

Variaber dependen : (Geriatric

berhubungan

depresi

Depression

dengan

Scale)

penurunan

Longitudinal

risiko depresi

Study in Korea

pada

orang

tua 2.

Dimitrios Anyfantakis dkk, (2015)

Effect

of

religiosity/spirit uality and sense

Metode

penelitian Pada variabel Variabel

menggunakan

penelitian

Analisis regresi linier tentang berganda

spiritualitas

Penelitian ini

dependen

menunjukkan

yang

hasil

yang

signifikan

of coherence on

terhadap

digunakan

atara

depression

depresi

berbeda

religiusitas

within a rural

atau

population

spiritualisan

in

Greece: the Spili

terhadap

III project

depresi

Sedangkan peneliti sendiri tertarik untuk mengambil judul Hubungan Spiritualitas Dengan Tingkat Depresi Pada Lansia Yang Tinggal Di Institusi Sosial. Yang membedakan dengan penelitian sebelumnya terletak pada variabel yang di gunakan, dan penelitian ini juga bermaksud untuk memperjelas signifikan hubungan spiritual dengan depresi pada lansia terkait dengan penelitian yang sudah dilakukan sebelumnya.

Related Documents

Bab
April 2020 88
Bab
June 2020 76
Bab
July 2020 76
Bab
May 2020 82
Bab I - Bab Iii.docx
December 2019 87

More Documents from "Indrastika Wulandari"

Bab 1.docx
May 2020 25
Abstrak Fix.docx
May 2020 18
Bab Ii.docx
May 2020 23
Kuisioner Indo 2.docx
May 2020 27
Diagnosa Icu.docx
May 2020 37