TUGAS PRAKTIKUM METODOLOGI PENELITIAN
PENGARUH KOMBINASI MIRROR THERAPY DAN AKUPRESURE TERHADAP PENINGKATAN KEKUATAN OTOT EKSTREMITAS ATAS PADA PASIEN PASCA STROKE ISKEMIK DI RUMAH SAKIT ISLAM A.YANI SURABAYA
DI SUSUN OLEH: SITI MAISAROH
(1110018004)
PROGRAM STUDI MAGISTER TERAPAN KEPERAWATAN FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA SURABAYA 2019
BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Stroke menjadi masalah yang semakin serius untuk ditangani di seluruh dunia. Sindrom klinis defisit neurologis dengan gejala gangguan fungsi pada otak fokal atau global dengan tanda dan gejala yang terjadi selama 24 jam atau lebih, dan disebabkan oleh penyakit serebrovaskular. Stroke atau cerebrovascular accident disebabkan oleh putusnya aliran darah ke otak atau oleh karena pecahnya pembuluh darah di otak yang dapat mengakibatkan gangguan muskuloskeletal yang berkontribusi berupa kelemahan otot pada sisi kontralateral dengan lesi di otak (Junaidi, 2014). Gangguan kesehatan yang disebabkan oleh stroke bagi kehidupan manusia sangat kompleks. Adapun gangguan fungsi vital otak seperti gangguan koordinasi, gangguan keseimbangan, gangguan control postur, gangguan sensasi dan gangguan reflek gerak akan menurunkan kemampuan aktivitas fungsional individu setiap hari. Pasien stroke akan mengalami kelumpuhan untuk sementara waktu sehingga terjadi kelemahan otot pada pasien dikarenakan hal ini akan memberi gangguan pada saraf kepala yang akan membuat vena untuk mengaliri darah kesemua bagian oto tidak teraliri dengan baik. Stroke secara jelas dapat berdampak pada penurunan fungsi ekstremitas atas berupa kehilangan kontrol ektremitas atas yang dapat menurunkan kekuatan otot dan rentang gerak serta merupakan komplikasi yang yang paling sering terjadi, yaitu sebanyak 88% pasien pasca stroke. Hemiparesis didapatkan pada 88% penderita stroke yang bertahan hidup, dan 55%-75% berlanjut menjadi
keterbatasan fungsional pada anggota gerak atas (Sutbeyaz, 2017). Pada individu dengan hemiparesis seringkali didapatkan spastisitas, kelemahan otot, dan gangguan menetap pada koordinasi gerakan. Inkoordinasi ini dikarenakan jaringan saraf yang bertanggung jawab untuk merefleksikan gerakan secara tepat, mengalami kerusakan dikarenakan cedera otak, maupun sebab sekunder karena disuse (Junaidi, 2014). Komplikasi ini dapat berlangsung lama dan akan memengaruhi kualitas hidup pasien dan keluarganya karena fungsi ekstremitas atas merupakan hal yang fundamental dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Menurut WHO (World Health Organization) tahun 2013, kematian yang diakibatkan stroke di Amerika Serikat setiap tahunnya sebesar 795.000 orang dikategorikan 610.000 orang terkena stroke pertama dan 185.000 orang yang merupakan terkena stroke berulang. Empat juta orang di Amerika Serikat yang hidup post stroke, 15-30% mengalami kecacatan menetap (Center For Disease Control And Prevention Stroke Fact, 2013). Prevelensi penderita stoke di Indonesia pada tahun 2018 sebanyak 10 dari 1000 orang mengalami penyakit stroke dan setiap 7 dari orang meninggal dunia, 3 diantaranya terkena stroke (Profil Kesehatan Indonesia 2017). Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (RIKESDA) tahun 2018, pravelensi penyakit stroke di Indonesia meningkat seiring bertambahnya usia. Untuk kasus stroke tertinggi yang terdiagnosis tenaga kesehatan adalah usia 75 tahun keatas (43,1%) dan yang terendah pada kelompok usia 15-24 tahun yaitu (0,2%). Pravelensi stroke berdasarkan jenis kelamin lebih banyak laki laki (7,1%) dibandingkan dengan perempuan (6,8%). Berdasarkan tempat tinggal, pravelensi stroke diperkotaan lebih tinggi (9,2%) dan dibandingkan dengan daerah pedesaan
(5,7%). Menurut data dari RIKESDA dalam Profil Kesehatan Wilayah Jawa Timur jumlah pasien didiagnosa stroke oleh tenaga kesehatan ataupun dengan gejala stroke di wilayah Jawa Timur adalah sebesar 18% dimana Jawa Timur menduduki daerah tertinggi ke empat di Indonesia. Data rekapitulasi penyakit stroke tahun 2018 dari Dinas Kesehatan Surabaya pada Profil Kesehatan Surabaya didapatkan jumlah total penderita stroke tahun 2018 adalah berjumlah 1217 orang dengan jumlah laki laki dan 364 orang perempuan. Adapun pasien stroke iskemik mengalami hemiparesis ektremitas atas berjumlah 64% dan pasien stroke hemoragik 36% dan jumlah seluruhnya (100%). Kelemahan fisik dan mental akan menghalangi seseorang dalam beraktivitas sehari-hari. Pada pasien stroke 90% infark sering terjadi pada area brodman 4-6 yang merupakan pusat motoric ini akan menyebabkan tidak ada implus yang dikirimkan ke jari-jari tangan dan tidak ada gerakan sehingga kekuatan otot jari tangan menurun. Sebanyak 65% pasien yang mengalami stroke iskemik lebih banyak mengalami kelemahan tangan khususnya pada jari jari tangan (Kadek, Ketut, Wayan, 2014). Hal ini didukung oleh adanya penelitian yang dilakukan oleh Anggriadi (2016) tentang Pengaruh Mirror Therapy Terhadap Kekuatan Otot Ekstremitas Atas Pada Pasien Stroke Di RSUD Dr. Moewardi didapatan hasil bahwa kekuatan otot ekstremitas atas pada pasien pasca stroke iskemik meningkat setelah dilakukan Mirror Therapy dengan durasi selama 7 hari dan dilakukan 2 kali sehari dengan durasi 30 menit. Penelitian lain dilakukan oleh Muhammad Adam (2014) tentang Aplikasi Akupresur Untuk Meningkatkan Kekuatan Otot Dan Rentang Gerak Ekstremitas Atas Pada Pasien Stroke Iskemik menunjukkan hasil
peningkatan kekuatan otot rerata pada usia 68 tahun dengan jumlah laki laki 10 orang dan perempuan 4 orang dengan durasi latihan 2 kali dalam seminggu dengan waktu 30 menit selama 4 minggu. Pemulihan motorik terhadap kontrol gerakan volunter pasca stroke iskemi merupakan sesuatu yang cukup sulit. Pemulihan fungsi tangan sangat penting untuk melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari. Enam bulan pasca stroke, hanya 38% pasien yang mengalami pemulihan kemampuan tangan, dan hanya 12% menunjukkan pemulihan fungsional, meskipun telah menjalani rehabilitasi (Junaidi, 2014). Hal ini menunjukkan bahwa dengan adanya latihan secara rutin pada pasien pasca stroke iskemik dapat meningkatkan kekuatan otot ekstremitas atas. Intervensi untuk penyembuhan yang bisa dilakukan pada pasien stroke selain terapi medikasi atau obat obatan yaitu dilakukan fisioterapi/latihan seperti: latihan aerobic, latihan koordinasi dan latihan penguat. Mirror therapy merupakan salah satu intervensi terapi yang difokuskan pada gerakan tangan atau kaki yang paresis. Teknik ini relatif baru, sederhana, murah, dan mampu memperbaiki fungsi anggota gerak atas. Prosedur ini dilakukan dengan menempatkan cermin pada bidang midsagital pasien, sehingga pasien dapat melihat bayangan tangan yang sehat, dan memberikan suatu umpan balik visual yang dapat memperbaiki tangan sisi paresis. Terapi ini mengandalkan interaksi persepsi visual-motorik untuk meningkatkan pergerakan anggota tubuh yang mengalami gangguan kelemahan otot dimana korteks prefrontal area pramotor korteks, korteks parietalis dan otak kecil yang merupakan area gerakan motoric sehingga stimulasi yang berulang menyebabkan peningkatan kekuatan otot dan mencegah penyebaran ke area lain (Dohle, 2018).
Akupresur merupakan metode non-invasif berupa penekanan pada titik akupunktur tanpa menggunakan jarum, biasanya hanya menggunakan jari atau benda tertentu yang dapat memberikan efek penekanan sehingga lebih bisa diterima dan ditoleransi oleh pasien dibandingkan akupunktur yang menggunakan jarum. Meskipun, manfaat akupresur telah diuji pada penelitian di Korea, pada populasi di Indonesia perlu dilakukan penelitian kembali dengan metode yang lebih singkat, yaitu selama tujuh hari. Akupresur melalui reseptor di cutaneous dapat memberikan rangsangan pada system neuromuscular dalam mengaktivitasi kinerja saraf dan otot saat melakukan gerakan fungsional. Akupresur memberikan rasa nyaman pada area yang dirangsang dengan pijatan pada beberapa titik. Kedua tindakan ini untuk memperbaiki kekuatan otot pada pasien stroke, sehingga dapat meningkatkan hasil perawatan pada pasien stroke. Kekuatn otot yang dilakukan menggunakan skala Manual Muscle Testing (MMT) 0-5. Skala ini digunakan sebagai bahan untuk mengukur kelemahan motoric dan melihat kemajuan dari waktu ke waktu untuk kekuatan oto yang mengalami kelemahan (Harris, 2016). Penelitian tentang pengaruh kombinasi Mirror Theraphy dan Akupresur terhadap peningkatan kekuatan otot ekstremitas atas pada pasien pasca stroke iskemik sejauh ini belum ada yang meneliti. Berdasarkan uraian tersebut maka peneliti tertarik untuk meneliti pengaruh kombinasi kombinasi Mirror Theraphy dan Akupresur terhadap peningkatan kekuatan otot ekstremitas atas pada pasien pasca stroke iskemik di Rumah Sakit Islam A. Yani Surabaya.
B.
Batasan Masalah Rehabilitasi medik secara mandiri sebagai kontrol gerakan volunter
ekstremitas atas pasca stroke iskemik belum sepenuhnya dipahami oleh masyarakat. Maka dalam penelitian ini penulis hanya membatasi masalah pengaruh kombinasi mirror therapy dan akupresure terhadap peningkatan kekuatan otot ekstremitas atas pada pasien pasca stroke iskemik di Rumah Sakit Islam A.Yani Surabaya sebagai salah satu alternatif rehabilitasi dan tidak bergantung pada terapi farmakologi. C.
Rumusan Masalah Bagaimanakah pengaruh kombinasi Mirror Therapy dan Akupresur
terhadap peningkatan kekuatan otot ekstremitas atas pada pasien pasca stroke iskemik di Rumah Sakit A.Yani Surabaya. D.
Tujuan penelitian
1.
Tujuan umum Mengidentifikasi pengaruh kombinasi Mirror Therapy dan Akupresur
terhadap peningkatan kekuatan otot ekstremitas atas pada pasien pasca stroke iskemik di Rumah Sakit A.Yani Surabaya. 2.
Tujuan Khusus
a.
Mengidentifikasi kekuatan otot ekstremitas atas sebelum pemberian kombinasi Mirror Therapy dan Akupresur terhadap peningkatan kekuatan otot ekstremitas atas pada pasien pasca stroke pada kelompok perlakuan dan kelompok control.
b.
Mengidentifikasi kekuatan otot ekstremitas atas sesudah pemberian kombinasi Mirror Therapy dan Akupresur terhadap peningkatan kekuatan
otot ekstremitas atas pada pasien pasca stroke pada kelompok perlakuan dan kelompok control. c.
Menganalisa pengaruh kombinasi Mirror Therapy dan Akupresur terhadap peningkatan kekuatan otot ekstremitas atas pada pasien pasca stroke di rumah sakit a.yani Surabaya.
E. Manfaat Penelitian 1.
Manfaat teoritis Menambahkan pengetahuan, wawasan, serta untuk bahan kajian tentang
pengaruh kombinasi kombinasi Mirror Therapy dan Akupresur terhadap peningkatan kekuatan otot ekstremitas atas pada pasien pasca stroke iskemik. 2.
Manfaat praktis
a.
Bagi pelayanan Meningkatkan pengetahuan dan kemampuan perawat dalam usaha untuk
meningkatkan kemampuan fungsional ekstremitas yang mengalami gangguan atau kelemahan pada pasien stroke yaitu kombinasi Mirror Therapy dan Akupresure b.
Bagi ilmu keperawatan Menambah wawasan dan pengetahuan dalam praktik keperawatan tentang
kombinasi Mirror Therapy dan Akupresur. Selain itu membantu meningkatkan pengembangan dan pemahaman kualitas tindakan keperawatan dalam bidang keperawatan medikal bedah c.
Bagi penelitian keperawatan Bagi penelitian keperaatan, penelitian ini dapat dijadikan suatu dasar
untuk melakukan penelitian selanjutnya tentang kombinasi Mirror Therapy dan Akupresur