Bab 1 & Bab 3 Bblr

  • Uploaded by: Yogi
  • 0
  • 0
  • August 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Bab 1 & Bab 3 Bblr as PDF for free.

More details

  • Words: 2,779
  • Pages: 18
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Bayi lahir dengan berat lahir rendah (BBLR) merupakan masalah kesehatan yang sering dialami pada sebahagian masyarakat yang ditandai dengan berat lahir kurang dari 2500 gram. Kejadian BBLR pada dasarnya berhubungan dengan kurangnya pemenuhan nutrisi pada masa kehamilan ibu dan hal ini berhubungan dengan banyak faktor dan lebih utama pada masalah perekonomian keluarga sehingga pemenuhan kebutuhan konsumsi makanan pun kurang. Namun kejadian BBLR juga dapat terjadi tidak hanya karena aspek perekonomian, dimana kejadian BBLR dapat saja tejadi pada mereka dengan status perekonomian yang cukup. Hal ini dapat berkaitan dengan paritas, jarak kelahiran, kadar hemoglobin dan pemanfaatan pelayanan antenatal. BBLR termasuk faktor utama dalam peningkatan mortalitas, morbiditas dan diabilitas neonatus, bayi dan anak serta memberikan dampak jangka panjang terhadap kehidupannya di masadepan. BBLR yang tidak ditangani dengan baik dapat mengakibatkan timbulnya masalah pada semua sistem organ tubuh meliputi gangguan pada pernafasan (aspirasi mekonium, asfiksia neonatorum), gangguan pada sistem pencernaan (lambung kecil), gangguan sistem perkemihan (ginjal belum sempurna), gangguan sistem persyarafan (respon rangsangan lambat). Selain itu bayi berat lahir rendah dapat mengalami gangguan mental dan fisik serta tumbuh kembang. BBLR berkaitan dengan tingginya angka kematian bayi dan balita, juga dapat berdampak serius pada kualitas generasi mendatang, yaitu akan memperlambat pertumbuhan dan perkembangan anak, serta berpengaruh pada penurunan kecerdasan. Bayi yang lahir dengan berat lahir rendah (BBLR) memerlukan perawatan yang tepat agar tidak terjadi hal-hal yang membahayakan bayi seperti yang telah disebutkan diatas. Bidan dan perawat adalah bagian dari

1

pemberi pelayanan yang ikut berperan penting dalam memberikan perawatan pada bayi dengan berat lahir rendah (BBLR). Perkembangan bayi dengan BBLR yang dirawat di RS ini sangat tergantung pada ketepatan tindakan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan. B. Rumusan Masalah a. Apa definisi BBLR? b. Apa etiologi BBLR? c. Apa patofisiologi BBLR? d. Apa pathway BBLR? e. Apa manifestasi klinis BBLR? f. Apa pathway BBLR? g. Apa pemeriksaan penunjang BBLR? h. Apa komplikasi BBLR? i. Apa penatalaksanaan BBLR? j. Bagaimana Asuhan Keperawatan pada pasien BBLR? C. Tujuan Penulisan 1. Tujuan Umum Untuk mendapatkan gambaran dan mampu menerapkan Asuhan keperawatan melalui pendekatan proses keperawatan pada masalah bayi berat lahir rendah. 2. Tujuan Khusus a. Mampu memahami konsep teori dari BBLR (Bayi Berat Lahir Rendah) b. Mampu melakukan pengkajian keperawatan secara tepat pada bayi dengan berat badan lahir rendah c. Mampu merumuskan diagnosa keperawatan sesuai dengan prioritas masalah pada bayi dengan berat badan lahir rendah d. Mampu merumuskan perencanaan asuhan secara tepat pada bayi dengan berat badan lahir rendah sesuai dengan hasil pengkajian prioritas masalah keperawatan dan mampu melaksanakan asuhan

2

keperawatan sehingga dapat mengatasi masalah yang dihadapi pada bayi dengan berat badan lahir rendah

3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi Bayi berat badan lahir rendah (BBLR) ialah bayi baru lahir yang BB < 2.500 gram (sampai dengan 2.499 gram). BBLR dapt dibagi menjadi 2 golongan : 1. Prematur murni Masa gestasi kurang dari 37 minggu dan BB sesuai dengan berat badan untuk masa gestasi itu atau biasa disebut neonatus kurang bulan sesuai untuk masa kehamilan. 2. Dismaturitas Bayi lahir dengan BB kurang dari BB seharusnya untuk masa gestasi itu, berarti bayi mengalami retardasi pertumbuhan intra uterin dan merupakan bayi yang kecil untuk masa kehamilannya. (Indrasanto, 2008) B. Etiologi 1. Faktor Ibu a. Penyakit, penyakit yang berhubungan langsung dengan pasien misalnya perdarahan antepartum, trauma fisik dan psikologis, DM, toksemia gravidarum, dan nefritis akut. b. Usia ibu, angka kejadian prematuritas tertinggi ialah pada usia < 20 tahun, dan multi gravida yang jarak kelahiran terlalu dekat. Kejadian terendah ialah pada usia antara 26-35 tahun. c. Keadaan sosial ekonomi, keadaan ini sangat berperan terhadap timbulnya prematuritas. Kejadian tertinggi teradapat pada golongan social ekonomi rendah. Hal ini disebabkan oleh keadaan gizi yang kurang baik dan pengawasan antenatal yang kurang. Demikian pula kejadian prematuritas pada bayi yang lahir dari perkawinan yang tidak sah, ternyata lebih tinggi bila dibandingakan dengan bayi yang lahir perkawinan yang sah. 4

d. Sebab lain, karena ibu merokok, ibu peminum alkohol dan pecandu obat narkotik. 2. Faktor Janin Faktor janin diantaranya hidramnion, kehamilan ganda dan kelainan kromosom 3. Faktor Lingkungan Faktor lingkungan di antaranya tempat tinggal di dataran tinggi radiasi dan zat-zat tertentu. (Suryadi dan Yuliani, 2006 ) C. Patofisiologi Secara umum bayi BBLR ini berhubungan dengan usia kehamilan yang belum cukup bulan (prematur) disamping itu juga disebabkan dismaturitas. Artinya bayi lahir cukup bulan (usia kehamilan 38 minggu), tapi berat badan (BB) lahirnya lebih kecil ketimbang masa kehamilannya, yaitu tidak mencapai 2.500 gram. Biasanya hal ini terjadi karena adanya gangguan pertumbuhan bayi sewaktu dalam kandungan yang disebabkan oleh penyakit ibu seperti adanya kelainan plasenta, infeksi, hipertensi dan keadaan-keadaan lain yang menyebabkan suplai makanan ke bayi jadi berkurang. Gizi yang baik diperlukan seorang ibu hamil agar pertumbuhan janin tidak mengalami hambatan, dan selanjutnya akan melahirkan bayi dengan berat normal.

Dengan kondisi kesehatan yang baik, sistem reproduksi

normal, tidak menderita sakit, dan tidak ada gangguan gizi pada masa pra hamil maupun saat hamil, ibu akan melahirkan bayi lebih besar dan lebih sehat daripada ibu dengan kondisi kehamilan yang sebaliknya. Ibu dengan kondisi kurang gizi kronis pada masa hamil sering melahirkan bayi BBLR, vitalitas yang rendah dan kematian yang tinggi, terlebih lagi bila ibu menderita anemia. Sistem pernapasan pada dasarnya cenderung kurang berkembang pada bayi prematur. Kapasitas vital dan kapasitas residual fungsional paru-paru pada dasarnyakecil berkaitan dengan ukuran bayi. Sebagai akibatnya sindrom gawat napas sering merupakan penyebab umum kematian. Masalah besar

5

lainnya pada bayi premature adalah pencernaan dan absorpsi makanan yang inadekuat. Bila prematuritas bayi lebih dari dua bulan, system pencernaan dan absorpsi hampir selalu inadekuat. Absorpsi lemak juga sangat buruk sehingga bayi premature harus menjalani diet rendah lemak. Lebih jauh lagi, bayi premature memiliki kesulitan dalam absorpsi kalsium yang tidak lazim dan oleh karena itu dapat mengalami rikets yang berat sebelum kesulitan tersebut dikenali. Imaturitas organ lain yang sering menyebabkan kesulitan yang berat pada bayi premature meliputi system imun yang menyebabkan daya tahan tubuh terhadap infeksi berkurang karena rendahnya kadar IgG gamma globulin, serta bayi premature relatif belum sanggup membentuk antibody dan daya fagositosis serta reaksi terhadap peradangan masih belum baik sehingga bayi premature beresiko mengalami infeksi, system integumen dimana jaringan kulit masih tipis dan rawan terjadinya lecet, system termoregulasi dimana bayi premature belum mampu mempertahankan suhu tubuh yang normal akibat penguapan yang bertambah karena kurangnya jaringan lemak di bawah kulit dan pusat pengaturan suhu yang belum berfungsi sebagaimana mestinya sehingga beresiko mengalami hipotermi atau kehilangan panas dalam tubuh. (Ngastiyah, 2005)

6

D. Pathways

Faktor Pencetus

Faktor Ibu 1. Faktor penyakit (toksemia gravidarum, trauma fisik, dll) 2. Faktor usia

Faktor Janin 1. Hydroamnion 2. Kehamilan multiple/ganda 3. Kelainan kromosom

Faktor Lingkungan 1. Tempat tinggal di dataran tinggi 2. Radiasi 3. Zat-zat beracun

BBLR

Kulit tipis dan lemak

Imaturitas system pernafasan

Reflek menelan dan menghisap blm sempurna

subcutan kurang Tidak dapat menyimpan

Pernafasan belum

Intake nutrisi tidak

panas

sempurna

adekuat

Mudah kehilangan panas

kedinginan

O2 dalam darah CO2

Asupan gizi kurang

Sel-sel kekurangan nutrisi O2 dalam sel darah rendah Co2 tinggi Kerusakan sel

Hipotermia (D.0131)

Asidosis respiratoris Penurunan BB/kematian Gangguan pertukaran gas (D.0003) Defisit Nutrisi (D.0019) 7

E. Manifestasi Klinis Gambaran klinis BBLR secara umum adalah : 1.

Berat kurang dari 2500 gram

2.

Panjang kurang dari 45 cm

3.

Lingkar dada kurang dari 30 cm

4.

Lingkar kepala kurang dari 33 cm

5.

Umur kehamilan kurang dari 37 minggu

6.

Kepala lebih besar

7.

Kulit tipis, transparan, rambut lanugo banyak, lemak kurang

8.

Otot hipotonik lemah

9.

Pernapasan tak teratur dapat terjadi apnea

10. Eksremitas : paha abduksi, sendi lutut / kaki fleksi-lurus 11. Kepala tidak mampu tegak 12. Pernapasan 40 – 50 kali / menit 13. Nadi 100 – 140 kali / menit (Prawirohardjo. 2005) F. Pemeriksaan Penunjang 1. Pemeriksaan glucose darah terhadap hipoglikemia 2. Pemantauan gas darah sesuai kebutuhan 3. Titer Torch sesuai indikasi 4. Pemeriksaan kromosom sesuai indikasi 5. Pemantauan elektrolit 6. Pemeriksaan sinar X sesuai kebutuhan ( missal : foto thorax ) (Ngastiyah, 2005)

G. Komplikasi Menurut (Potter, 2005) komplikasi pada masa awal bayi berat lahir rendah antara lain yaitu : 1.

Hipotermia.

2.

Hipoglikemia.

3.

Gangguan cairan dan elektrolit.

8

4.

Hiperbilirubinemia.

5.

Sindroma gawat nafas (asfiksia).

6.

Paten suktus arteriosus.

7.

Infeksi.

8.

Perdarahan intraventrikuler.

9.

Apnea of prematuruty.

10. Anemia Komplikasi pada masa berikutnya yaitu : 1.

Gangguan perkembangan.

2.

Gangguan pertumbuhan.

3.

Gangguan penglihatan (retionopati).

4.

Gangguan pendengaran.

5.

Penyakit paru kronis.

6.

Kenaikan angka kesakitan dan sering masuk rumah sakit.

7.

Kenaikan frekuensi kelainan bawaan.

H. Penatalaksanaan Menurut Prawirohardjo (2005), penanganan bayi dengan berat badan lahir rendah adalah sebagai berikut : 1. Penanganan bayi Semakin kecil bayi dan semakin premature bayi, maka semakin besar perawatan yang diperlukan, karena kemungkinan terjadi serangan sianosis lebih besar. Semua perawatan bayi harus dilakukan didalam incubator 2. Pelestarian suhu tubuh Bayi dengan berat lahir rendah, mempunyai kesulitan dalam mempertahankan suhu tubuh. Bayi akan berkembang secara memuaskan, asal suhu rectal dipertahankan antara 35,50 C s/d 370 C. Bayi berat rendah harus diasuh dalam suatu suhu lingkungan dimana suhu normal tubuhnya dipertahankan dengan usaha metabolic yang minimal. Bayi berat rendah yang dirawat dalam suatu tempat tidur terbuka, juga memerlukan pengendalian lingkungan secara seksama. Suhu

9

perawatan harus diatas 25 0 C, bagi bayi yang berat sekitar 2000 gram, dan sampai 300 C untuk bayi dengan berat kurang dari 2000 gram 3. Inkubator Bayi dengan berat badan lahir rendah, dirawat didalam incubator. Prosedur perawatan dapat dilakukan melalui “jendela“ atau “lengan baju“. Sebelum memasukkan bayi kedalam incubator, incubator terlebih dahulu dihangatkan, sampai sekitar 29,4 0 C, untuk bayi dengan berat 1,7 kg dan 32,20C untuk bayi yang lebih kecil. Bayi dirawat dalam keadaan telanjang, hal ini memungkinkan pernafasan yang adekuat, bayi dapat bergerak tanpa dibatasi pakaian, observasi terhadap pernafasan lebih mudah. 4. Pemberian oksigen Ekspansi paru yang buruk merupakan masalah serius bagi bayi preterm BBLR, akibat tidak adanya alveoli dan surfaktan. Konsentrasi O2yang diberikan sekitar 30- 35 % dengan menggunakan head box, konsentrasi o2 yang tinggi dalam masa yang panjang akan menyebabkan kerusakan pada jaringan retina bayi yang dapat menimbulkan kebutaan 5. Pencegahan infeksi Bayi preterm dengan berat rendah, mempunyai system imunologi yang kurang berkembang, ia mempunyai sedikit atau tidak memiliki ketahanan terhadap infeksi. Untuk mencegah infeksi, perawat harus menggunakan gaun khusus, cuci tangan sebelum dan sesudah merawat bayi, memakai masker, gunakan gaun/jas, lepaskan semua asessoris dan tidak boleh masuk kekamar bayi dalam keadaan infeksi dan sakit kulit. 6. Pemberian makanan Pemberian makanan secara dini dianjurkan untuk membantu mencegah terjadinya hipoglikemia dan hiperbillirubin. ASI merupakan pilihan pertama, dapat diberikan melalui kateter ( sonde ), terutama pada bayi yang reflek hisap dan menelannya lemah. Bayi berat lahir rendah secara relative memerlukan lebih banyak kalori, dibandingkan dengan bayi preterm.

10

7. Petunjuk untuk volume susu yang diperlukan

Umur/hari

Jmlh ml/kg BB

1

50- 65

2

100

3

125

4

150

5

160

6

175

7

200

14

225

21

175

28

150

I. Konsep Asuhan Keperawatan BBLR 1.

PENGKAJIAN a.

Biodata Terjadi pada bayi prematur yang dalam pertumbuhan di dalam kandungan terganggu

b.

Keluhan utama Menangis lemah, reflek menghisap lemah, bayi kedinginan atau suhu tubuh rendah

c.

Riwayat penyakit sekarang

d.

Lahir spontan, SC umur kehamilan antara 24 sampai 37 minnggu ,berat badan kurang atau sama dengan 2.500 gram, apgar pada 1 sampai 5 menit, 0 sampai 3 menunjukkan kegawatan yang parah, 4 sampai 6 kegawatan sedang, dan 7-10 normal

e.

Riwayat penyakit dahulu Ibu memliki riwayat kelahiran prematur,kehamilan ganda,hidramnion

11

f.

Riwayat penyakit keluarga Adanya penyakit tertentu yang menyertai kehamilan seperti DM,TB Paru, tumor kandungan, kista, hipertensi

g.

ADL 1) Pola Nutrisi : reflek sucking lemah, volume lambung kurang, daya absorbsi kurang atau lemah sehingga kebutuhan nutrisi terganggu 2) Pola Istirahat tidur: terganggu oleh karena hipotermia 3) Pola Personal hygiene: tahap awal tidak dimandikan 4) Pola Aktivitas : gerakan kaki dan tangan lemas 5) Pola Eliminasi: BAB yang pertama kali keluar adalah mekonium, produksi urin rendah

h.

Pemeriksaan 1) Pemeriksaan Umum a) Kesadaran compos mentis b) Nadi : 180X/menit pada menit, kemudian menurun sampai 120-140X/menit c) RR : 80X/menit pada menit, kemudian menurun sampai 40X/menit d) Suhu : kurang dari 36,5 C 2) Pemeriksaan Fisik a) Sistem sirkulasi/kardiovaskular : Frekuensi dan irama jantung rata-rata 120 sampai 160x/menit, bunyi jantung (murmur/gallop), warna kulit bayi sianosis atau pucat, pengisisan capilary refill (kurang dari 2-3 detik). b) Sistem pernapasan : Bentuk dada barel atau cembung, penggunaan otot aksesoris, cuping hidung, interkostal; frekuensi dan keteraturan pernapasan rata-rata antara 4060x/menit, bunyi pernapasan adalah stridor, wheezing atau ronkhi.

12

c) Sistem gastrointestinal : Distensi abdomen (lingkar perut bertambah, kulit mengkilat), peristaltik usus, muntah (jumlah, warna, konsistensi dan bau), BAB (jumlah, warna, karakteristik, konsistensi dan bau), refleks menelan dan mengisap yang lemah. d) Sistem

genitourinaria

:

Abnormalitas

genitalia,

hipospadia, urin (jumlah, warna, berat jenis, dan PH). e) Sistem neurologis dan musculoskeletal : Gerakan bayi, refleks moro, menghisap, mengenggam, plantar, posisi atau sikap bayi fleksi, ekstensi, ukuran lingkar kepala kurang dari 33 cm, respon pupil, tulang kartilago telinga belum tumbuh dengan sempurna, lembut dan lunak. f)

Sistem thermogulasi (suhu) : Suhu kulit dan aksila, suhu lingkungan.

g) Sistem kulit : Keadaan kulit (warna, tanda iritasi, tanda lahir, lesi, pemasangan infus), tekstur dan turgor kulit kering, halus, terkelupas. h) Pemeriksaan fisik : Berat badan sama dengan atau kurang dari 2500 gram, panjang badan sama dengan atau kurang dari 46 cm, lingkar kepala sama dengan atau kurang dari 33 cm, lingkar dada sama dengan atau kurang dari 30cm, lingkar lengan atas, lingkar perut, keadaan rambut tipis, halus, lanugo pada punggung dan wajah, pada wanita klitoris menonjol, sedangkan pada laki-laki skrotum belum berkembang, tidak menggantung dan testis belum turun., nilai APGAR pada menit 1 dan ke 5, kulitkeriput. (Pantiawati, 2010)

13

2.

DIAGNOSA KEPERAWATAN a. Hipotermia berhubungan dengan kekurangan lemak subkutan. b. Gangguan

pertukaran

gas

berhubungan

dengan

ketidakseimbangan ventilasi-perfusi c. Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan menelan makanan

3.

RENCANA TINDAKAN a. Hipotermia berhubungan dengan kekurangan lemak subkutan. 1) Tujuan: suhu tubuh dalam rentang normal 2) Kriteria hasil: a) Suhu 36-37C. b) Kulit hangat. c) Sianosis (-) d) Ekstremitas hangat 3) Tindakan keperawatan: a) Observasi tanda-tanda vital. b) Tempatkan bayi pada incubator. c) Awasi dan atur control temperature dalam incubator sesuai kebutuhan. d) Monitor tanda-tanda Hipertermi. e) Hindari bayi dari pengaruh yang dapat menurunkan suhu tubuh. f) Ganti pakaian setiap basah g) Observasi adanya sianosis.

b. Gangguan

pertukaran

gas

ketidakseimbangan ventilasi-perfusi Tujuan : Pertukaran gas adekuat Kriteria hasil : 1) Tidak sianosis.

14

berhubungan

dengan

2) Analisa gas darah normal 3) Saturasi oksigen normal. Intervensi : 1) Lakukan isap lendir kalau perlu 2) Berikan oksigen dengan metode yang sesuai 3) Observasi warna kulit 4) Ukur saturasi oksigen 5) Observasi tanda-tanda perburukan pernafasan 6) Lapor dokter apabila terdapat tanda-tanda perburukan pernafasan 7) Kolaborasi dalam pemeriksaan analisa gas darah 8) Kolaborasi dalam pemeriksaan surfaktan

c. Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan menelan makanan 1) Tujuan : Nutrisi dapat terpenuhi 2) Kriteria hasil: 1.

Reflek hisap dan menelan baik

2.

Muntah (-)

3.

Kembung (-)

4.

BAB lancar

5.

Berat badan meningkat 15 gr/hr

6.

Turgor elastis

3) Tindakan keperawatan: 7.

Observasi intake dan output.

8.

Observasi reflek hisap dan menelan.

9.

Beri minum sesuai program

10. Pasang NGT bila reflek menghisap dan menelan tidak ada. 11. Monitor

tanda-tanda

parenteral.

15

intoleransi

terhadap

nutrisi

12. Kaji kesiapan untuk pemberian nutrisi enteral 13. Kaji kesiapan ibu untuk menyusu. 14. Timbang BB setiap hari.

16

BAB III PENUTUP

A. KESIMPULAN Bayi berat badan lahir rendah (BBLR) ialah bayi baru lahir yang BB < 2.500 gram (sampai dengan 2.499 gram). BBLR dapt dibagi menjadi prematur murni dan dismaturitas. Etiologi dari BBLR bisa karna Bayi berat badan lahir rendah (BBLR) ialah bayi baru lahir yang BB < 2.500 gram (sampai dengan 2.499 gram). BBLR dapt dibagi menjadi faktor ibu, faktor janin, dan faktor lingkungan. Manifestasi klinis BBLR secara umum adalah berat kurang dari 2500 gram, panjang kurang dari 45 cm, lingkar dada kurang dari 30 cm, dan lainnya. Pemeriksaan Penunjang untuk BBLR adalah pemeriksaan glucose darah terhadap hipoglikemia, pemantauan gas darah sesuai kebutuhan, titer Torch sesuai indikasi, dan lainnya. Komplikasi pada masa awal BBLR antara lain yaitu hipotermia, hipoglikemia, gangguan cairan dan elektrolit, dan lainnya. Penanganan BBLR yaitu dengan penanganan bayi, pelestarian suhu tubuh, pemakaian inkubator, dan lainnya.

B. SARAN Pembaca dapat meningkatkan pengawasan pada bayi baru lahir dengan BBLR, menambah informasi dan pengetahuan tentang asuhan keperawatan pada bayi baru lahir dengan BBLR, serta meningkatkan pelayanan pada bayi baru lahir dengan BBLR.

17

DAFTAR PUSTAKA Ngastiyah. 2005. Perawatan Anak Sakit. Edisi 2. Jakarta : EGC. Prawirohardjo, Sarwono. 2005. ILMU KEBIDANAN. Jakarta : YBP-SP. Suriyadi, Yuliani. 2006. Buku Pegangan Praktik Asuhan Keperawatan Pada Anak. Ed.2. Jakarta : CV. Agung Seto. Potter, P. A, Perry, A. G. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses, dan Praktik. Ed.4 Vol.2. Jakarta : EGC. Pantiawati, I. 2010. Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah. Yogyakarta: Nuha Medika Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.

18

Related Documents

Bab 1 & Bab 3 Bblr
August 2019 49
Bab 1-bab 3 Diubah.docx
December 2019 39
Bab 1-bab 3.docx
April 2020 28
Bab 1 Bab 2 Bab 3.docx
October 2019 58
Bab 1- Bab 3.docx
December 2019 47
Bab 1 & Bab 3.docx
May 2020 25

More Documents from "Rita Anggraini"

Bab 1 & Bab 3 Bblr
August 2019 49
Mobmagz April 45
May 2020 44
Pancasila 5.pptx
April 2020 30
Lap.steady State.docx
December 2019 24
Askep Pada Bblr
August 2019 41