Bab 1-5

  • Uploaded by: taufik rahman
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Bab 1-5 as PDF for free.

More details

  • Words: 10,809
  • Pages: 74
1 Tugas Akhir

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah THS (Toyota Home Service) merupakan divisi yang memegang peranan penting dalam menjaga maupun meningkatkan Customer Satisfaction di bengkel AUTO 2000 Bumi Serpong Damai maupun di AUTO 2000 di seluruh Indonesia. Walaupun tidak semua jenis pekerjaan dapat dilakukan oleh teknisi THS namun semua pekerjaan service berkala dan kelipatannya mampu dilakukan oleh THS, beberapa pekerjaan lain yang dapat dilakukan oleh THS yaitu Tune Up, ganti oli, perbaikan body ringan, electrical, IT diagnosis, dsb. Selama menjalankan magang penulis melakukan pegamatan pada divisi THS tersebut, baik dari hal koordinasi ( pada ruang koordinator THS ) maupun dari pekerjaan dilapangan yang dilakukan oleh teknisi THS. Ternyata penulis mendapati beberapa kendala yang menghambat proses pekerjaan pada divisi THS, hal-hal tesebut juga telah dikeluhkan sebelumnya oleh para teknisi THS maupun koordinator THS. Salah satu dari permasalahan tersebut adalah pada saat terdapat pekerjaan penggantian oli mesin. Pada kendaraan-kendaraan dengan Ground Clereance yang sempit seperti Yaris, New Avanza, Altis, Camry, dan Soluna para teknisi THS mengalami kesulitan dalam melakukan pembuangan oli mesin melalui baut pembuangan yang terdapat pada bagian bawah oil pan mesin karena celah antara kendaraan dengan permukaan jalan yang sempit, terkadang ada beberapa teknisi yang sampai mendongkrak bagian depan dari kendaraan tersebut agar terdapat

2 Tugas Akhir

ruangan yang cukup leluasa untuk melanjutkan pekerjaannya. Pada kendaraan Fortuner dan Land Cruiser terdapat penutup plat yang menutupi bagian bawah dari oil pan-nya, hal tersebut akan menyulitkan para teknisi THS dalam membuang oli mesin selain itu oli mesin yang sudah keluar sebagian akan jatuh pada bagian penutupnya tersebut, hal itu tentunya akan mengurangi tingkat kebersihan dari pekerjaannya. Pada beberapa order pekerjaan sering pula terdapat pekerjaan yang dilakukan di tempat yang sempit maupun pada tempat yang permukaannya masih tanah dan tidak rata, hal tersebut akan menggangu pekerjaan para teknisi THS khususnya pada pekerjaan penggantian oli mesin yang memang bekerja pada bagian bawah kendaraan. Dan sebagai mahasiswa Politeknik Manufaktur Astra yang sedang magang penulis diberikan kepercayaan untuk menyelesaikan salah satu masalah yang terdapat pada divisi THS tersebut. 1.2 Identifikasi Masalah Penulis mengidentifikasikan suatu masalah yang dominan pada THS di lapangan yang berasal dari sempitnya ground clereance pada beberapa kendaraan costumer, sehingga mengakibatkan beberapa permasalahan yaitu: •

Efektifitas waktu pengerjaan penggantian oli mesin oleh teknisi THS menjadi berkurang, bahkan sampai diluar target standar waktu pekerjaan penggantian oli mesin.



Menyulitkan

dan

merepotkan

para

teknisi

THS

karena

harus

menggunakan dongkrak dan jack stand untuk dapat menjangkau bagian bawah kendaraan.

3 Tugas Akhir



Resiko tumpahan oli pada lokasi bekerja dapat mengurangi kepuasan pelanggan dan kebersihan pekerjaan.

1.3 Batasan Masalah Bertolak pada latar belakang diatas, maka akan sangat luas jika dibahas secara menyeluruh sehingga akan terdapat penyimpangan pembahasan dari perumusan masalah yang sudah dituliskan diatas. Penulis akan membatasi tugas akhir ini hanya pada : • Seputar efisiensi dan kemudahan dalam melakukan pekerjaan penggantian oli mesin pada divisi THS (Toyota Home Service) di AUTO 2000 Bumi Serpong Damai saja. • Kendaraan-kendaraan yang masuk dalam pembahasan tugas akhir ini adalah kendaraan Toyota non CBU dan kendaraan yang masuk dalam jangkauan kapasitas kemampuan THS saja. • Jenis pekerjaan yang dibahas permasalahannya pun adalah khusus pada pekerjaan penggantian oli mesin pada kendaraan Toyota mesin bensin saja, baik pada pekerjaan servis berkala maupun pekerjaan penggantian oli rutin. 1.4 Perumusan Masalah Dari latar belakang dan identifikasi masalah diatas maka dapat dirumuskan beberapa masalah yaitu sebagai berikut : • Kemudahan Pekerjaan Bagaimanakah caranya membuat suatu alat bantu yang dapat memudahkan para teknisi THS dalam melakukan pekerjaan penggantian oli mesin

4 Tugas Akhir

dilapangan, sehingga dapat menyelesaikan permasalahan yang telah diidentifikasikan sebelumnya. • Waktu Pekerjaan Bagaimanakah cara membuat pekerjaan pengurasan oli mesin tersebut menjadi efektif dalam hal waktu pengerjaannya, sesuai dengan target yang telah diberikan. 1.5 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.5.1 Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk menyelesaikan masalah yang terdapat pada divisi THS AUTO 2000 Bumi Serpong Damai yaitu saat melakukan pekerjaan penggantian oli mesin, sehingga nantinya akan tercipta sebuah improvement untuk meningkatkan kualitas dan efisiensi dari pekerjaan seperti yang telah dijabarkan diatas. 1.5.2 Manfaat • Manfaat dari penelitian dan pembuatan alat bantu ini diharapkan mampu menambah fasilitas prasarana bagi para teknisi THS dalam melakukan pekerjaan servis berkala khususnya untuk melakukan pekerjaan pengurasan dan penggantian oli mesin. • Manfaat untuk jangka panjang yang di dapatkan untuk bengkel khususnya pada THS ditujukan mampu membantu memudahkan para teknisi THS dalam mengerjakan proses pengurasan dan penggantian oli mesin, sehingga efisiensi waktu pekerjaannya pun akan lebih baik dan

5 Tugas Akhir

pada akhirnya akan menambah produktivitas dari teknisi sehingga mampu menambah tingkat revenue di bengkel. 1.6 Metodologi 1.6.1 Metodologi Penelitian Penelitian ini menggunakan metode kualitatif yang menghasilkan data deskriptif analisis, penulis menggambarkan permasalahan dengan didasari data-data yang ada dan dianalisa lebih lanjut untuk kemudian diambil kesimpulan. Sedangkan untuk memperoleh data yang berhubungan dengan tema penelitian ini, penulis menggunakan metode penggumpulan data sebagai berikut: a) Metode Observasi, yaitu pengamatan pada pekerjaan penggantian dan pengurasan oli mesin di THS. b) Metode survei, yaitu memberikan permintaan keterangan / jawaban kepada teknisi THS dan koordinator THS dengan menggunakan daftar pertanyaan / kuisioner / angket sebagai alatnya. c) Metode Studi Pustaka, yaitu metode untuk memperoleh data-data yang diperlukan dari buku-buku, internet, dan sumber lainnya. d) Menganalisa dan mengambil kesimpulan dari pengujian alat bantu tersebut.

6 Tugas Akhir

1.6.2 Riset Proses riset pembuatan alat bantu pengurasan ini menggunakan metode tepat guna dan Trial and Error. Metode tepat guna yaitu cara pembuatan alat bantu yang menggunakan komponen-komponen yang sudah ada pada kendaraan maupun pada peralatan-peralatan yang ada disekitar kita dimana komponen-komponen tersebut memang sudah teruji secara konstruksi dan durability-nya melalui perusahaan pembuat alat tersebut. Komponen komponen tersebut di antaranya adalah motor starter, rotak, vane pump, dan beberapa gauge meter sebagai indikatornya. Metode Trial and Error yaitu dimana percobaan dilakukan dengan membuat pompa penghisap dari komponen rotak dan vane pump lalu dilakukan analisa hasil dari penggunaan kedua komponen tersebut berdasarkan daya tahan pemakaian, ketepatan daya hisapnya, dan lain sebagainya. Sehingga dari metode tersebut dapat dihasilkan kesimpulan yang terbaik mengenai komponen apa yang tepat untuk digunakan dalam pembuatan alat bantu ini.

7 Tugas Akhir

1.6.3 Metode Pemecahan Masalah Diagram 1.1 Flow Chart pemecahan masalah

8 Tugas Akhir

1.7 Sistematika Penulisan Untuk ketertiban pembahasan serta untuk mempermudah analisa materi dalam penulisan tugas akhir ini, penulis menjelaskan dalam sistematika penulisan. Secara garis besar tugas akhir ini terdiri dari lima bab yang dibagi dalam sub bab dan setiap sub bab mempunyai pembahasan masing-masing yang saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya. BAB 1

: Pendahuluan Bab ini membahasa latar belakang dan dasar penulisan, maksud dan tujuan, metode penelitian, pembatasan masalah serta sistematika penulisan.

BAB 2

: Landasan Teori Bab ini dimaksudkan untuk memberikan uraian tentang teori yang berkaitan, seperti pengertian oli mesin, pengertian vane pump yang akan digunakan, pengertian servis berkala serta pengertian produktivitas dan efektifitas.

BAB 3

: Metodologi Penelitian Bab ini membahas tentang tata cara pencarian pokok permasalahan

yang

ada

pada

bengkel,

serta

tehnik

pemecahan masalah tersebut. Pembuatan bentuk diagram pareto untuk menentukan permasalahan yang dominan.

9 Tugas Akhir

BAB 4

: Analisa dan Pembahasan Bab ini membahas proses riset alat bantu yang dibuat serta berisi tentang hasil perubahan pada proses pengurasan dan penggantian oli mesin dengan membandingkan data-data sebelum dan sesudah menggunakan alat bantu yang baru diimplementasikan.

BAB 5

: Kesimpulan dan Saran Pada bab ini merupakan tahapan kesimpulan akhir dari penelitian ini, dan saran yang dapat diberikan kepada perusahaan berdasarkan penelitian yang telah dilakukan.

10 Tugas Akhir

BAB II LANDASAN TEORI

Pada bab ini akan dijelaskan mengenai teori-teori yang melandasi dari penelitian ini juga rumus-rumus yang menjadi acuan perhitungan dan penyelesaian masalah pada penelitian ini juga akan dituliskan dalam bab ini. Teori-teori yang dituliskan dalam bab ini berdasarkan referensi dari buku-buku yang dapat dipertanggung jawabkan kepastiannya. Teori-teori yang dibahas dalam bab ini diantaranya adalah teori Efisiensi, mesin bensin 4-langkah, pengertian THS (Toyota Home Service), Pengertian Servis Berkala, Pengertian Oli dan Pelumas, sistem pelumasan dan Pengertian Pompa Hisap.

2.1 Efisiensi Setiap perusahaan pasti menginginkan adanya suatu efisiensi dalam proses produksinya, karena dengan terciptanya suatu efisiensi dalam perusahaan maka suatu perusahaan akan mendapatkan hasil yang berupa keuntungan materiil. Untuk itu dengan adanya pembahasan tentang efisiensi maka ada beberapa pengertian yang muncul sebagai definisi dari efisiensi itu sendiri. Efisiensi adalah usaha mencapai prestasi yang sebesar-besarnya dengan menggunakan kemungkinan-kemungkinan yang tersedia (material, mesin, dan manusia) dalam tempo yang sependek-pendeknya, di dalam keadaan yang nyata

11 Tugas Akhir

(sepanjang keadaan itu bisa berubah) tanpa mengganggu keseimbangan antara faktor-faktor tujuan, alat, tenaga, dan waktu. Efisiensi adalah perbandingan terbaik antara suatu hasil dengan usahanya. Perbandingan ini dapat dilihat dari dua segi beikut ini: 1.Hasil Suatu kegiatan dapat disebut efisien, jika suatu usaha memberikan hasil yang maksimum. Maksimum dari segi mutu atau jumlah satuan hasil itu. 2.Usaha Suatu kegiatan dapat disebut efisien, jika suatu hasil tertentu tercapai dengan usaha yang minimum, mencakup lima unsur: pikiran, tenaga jasmani, waktu, ruang, dan benda (termasuk uang). Efisien menurut Ghiselli & Brown: The term efficiency has a very exact definition. It is expressed as the ratio of output to input (E.E Ghiselli & C.W. Brown, 1955, hlm 251) Jadi, menurut Ghiselli & Brown, istilah efisiensi mempunyai pengertian yang sudah pasti, yaitu menunjukkan adanya perbandingan antara keluaran (output) dan masukkan (input). Dari ketiga pendapat tersebut tiga perbedaan yaitu sebagai berikut: 1. Batasan efisiensi menurut Wirapati hanya menunjukkan efisiensi yang dilihat dari segi pengorbanan saja. Dengan pengorbanan material, mesin, tenaga dan waktu yang tersedia, mencapai suatu hasil. Kalau hasilnya baik maka termasuk efisien, tetapi kalau hasilnya tidak baik, maka termasuk tidak efisien.

12 Tugas Akhir

2. Batasan efisien dari The Liang Gie dan M. Thoha dilihat dari segi output dan input, dengan ketentuan efisiensi adalah perbandingan terbaik antara suatu hasil dengan usahanya. Efisien (daya guna) adalah proses penghematan dengan cara melakukan pekerjaan dengan benar (do things right). Efisiensi kerja dapat ditingkatkan melalui -

pelaksanaan fungsi manajemen secara tepat.

-

Pemanfaatan sumber-sumber daya secara tepat.

-

Pelaksanaan fungsi-fungsi organisasi sebagai alat pencapaian tujuan yang setepat-tepatnya.

-

Pengarahan organisasi

Untuk menentukan apakah suatu kegiatan dalam organisasi itu termasuk efisien atau tidak maka prinsip-prinsip / persyaratan efisien harus terpenuhi, yaitu sebagai berikut : •

Efisien harus dapat diukur. Standar untuk menetapkan batas antara efisien dan tidak efisien adalah ukuran normal. Ukuran normal ini merupakan patokan (standar) awal, untuk selanjutnya menentukan apakah suatu kegiatan itu eisien atau tidak. Batas ukuran normal untuk pengorbanan adalah pengorbanan maksimum, sedangkan batas ukuran normal untuk hasil adalh hasil maksimum. Kalau tidak dapat diukur maka tidak akan dapat diketahui apakah suatu cara kerja atas suatu kegiatan itu efisien atau tidak.

13 Tugas Akhir



Efisien mengacu pada pertombangan rasional. Rasional artinya segala pertimbangan harus berdasarkan akal sehat, masuk akal logis, bukan emosional. Dengan pertimbangan rasional, objektivitas pengukuran dan penilaian akan lebih terjamin.



Efisien tidak boleh mengorbankan kualitas ( mutu ) Dengan demikian, kuantitas boleh saja ditingkatkan tetapi jangan sampai mengorbankan kualitasnya. Jangan mengejar kuantitas tapi dengan mengorbankan kualitas. Jangan sampai hasil ditingkatkan tetapi kualitasnya rendah. Mutu harus tetap dijaga dengan baik.



Efisiensi merupoakan teknis pelaksanaan. Sehingga jangan sampai bertentangan dengan ekerjaan pimpinan. Tentu saja kebijakan pimpinan itu sudah dipertimbangkan dari berbagai segi yang luas cakupannya, pelaksanaan operasionalnya dapat diusahakan seefisien mungkin, sehingga tidka terjadi pemborosan.



Pelaksanaan efisiensi harus disesuaikan dengan kemampuan organisaasi yang bersangkutan. Ini berarti bahwa penerapannya disesuaikan dengan kemampuan sumber daya manusia, dana, fasilitas dan sebagainya, yang dinilai oleh

organisasi

yang

bersangkutan

sambil

diusahakan

peningkatannya. Setiap organisasi apakah itu instansi pemerintah, badan swasta, ataupun perusahaan mempunyai kemampuan yang tidak selalu sama. Pengukuran efisiensi hendaknya didasarkan pada

14 Tugas Akhir

tingkat kemampuannya, baik mengenai sumber daya manusianya, dananya maupun fasilitasnya. •

Efisiensi itu ada tingkatannya. Secara sederhana dapat ditentukan penggolongan tingkat efisiensi, misalnya saja : -

Tidak efisien

-

Kurang efisien

-

Efisien

-

Lebih efisien, dan

-

Paling efisien (optimal)

Tingkatan efisiensi dapat juga menggunakan angka persentase (%). Tentu saja masing-masing golongan tingkatan itu harus ditentukan dengan cermat dan jelas batasannya. Ke-enam syarat itu harus dipenuhi untuk menentukan tingkat efisiensinya. Jika persyaratan-persyaratan tersebut tidak terpenuhi maka tidak dapat digunakan untuk mengetahui apakah suatu kegiatan atau cara kerja itu efisien atau tidak, dan tidak dapat menentukan seberapa tinggi tingkat efisiensinya. Rumus untuk menentukan suatu kegiatan atau cara kerja itu efisien atau tidak adalah sebagai berikut : Jam terpakai Rumus efisiensi =

________ x 100% Jam tersedia

15 Tugas Akhir

Menurut pendapat penulis mengenai efisiensi, hal yang akan diangkat sebagai panduan bagaimana ukuran suatu efisiensi telah dicapai atau belum dari suatu pekerjaan dilihat berdasarkan pendapat yang mengemukakan bahwa efisiensi adalah suatu perbandingan terbaik antara suatu hasil dna usahanya yang dapat dilihat dari 2 segi yaitu hasil dan usahanya. Penulis berusaha untuk mendapatkan hasil yang terbaik dari alat yang akan dibuat dengan menghasilkan usaha yang minimum baik dari segi pikiran, tenaga, waktu, jasmani, ruang, dan benda tetapi menghasilkan efisiensi dan hasil yang maksimal dengan menghilangkan pekerjaan yang memungkinkan terjadinya penyimpangan waktu. Penulis berpendapat bahwa jika suatu efisiensi telah dicapai maka efek selanjutnya adalah peningkatan produktifitas. 2.2 Prinsip Kerja Mesin Bensin 4-Langkah Dalam sistem kerja mesin bensin campuran udara dan bahan bakar dihisap ke dalam silinder, kemudian dikompresikan oleh torak saat bergerak naik. Bila campuran tersebut terbakar oleh adanya percikan api dari busi yang panas sekali, maka akan menghasilkan tekanan gas pembakaran yang besar di dalam silinder. Tekanan gas pembakaran ini mendorong torak bgergerak ke bawah, yang menggerakkan torak bergerak bebas turun naik di dalam silinder. Dari gerak lurus (naik turun) torak dirubah menjadi gerak putar pada poros engkol melalui batang torak. Gerak putar inilah yang menghasilkan tenaga pada mobil. Posisi tertinggi yang dicapai oleh torak didalam silinder disebut titik mati atas (TMA), dan posisi terendah yang dicapai torak disebut titik mati

16 Tugas Akhir

bawah(TMB). Jarak bergeraknya torak antara TMA dan TMB disebut langkah torak (stroke). Campuran udara dan bensin dihisap ke dalam silinder dan gas yang telah terbakar harus keluar, dan ini harus berlangsung secara tetap. Pekerjaan ini dilakukan dengan adanya gerakan torak yang turun naik di dalam silinder. Proses

menghisap

campuran

udara

dan

bensin

dalam

silinder,

mengkompresikan, membakarnya, dan mengeluarkan gas bekas dari silinder, disebut satu siklus. Ada juga mesin yang tiap siklusnya terdiri dari dua langkah torak. Mesin ini di sebut mesin dua langkah (two stroke engine). Poros engkolnya berputar satu kaliselama torak menyelesaikan dua langkah. Sedangkan mesin lainnya, tiap siklusnya terdiri dari empat langjkah torak. Mesin ini di sebut mesin empat langkah (four strouke engine). Poros engkol berputar dua putaran penuh selama torak menyelesaikan empat langkah dalam tiap satu siklus. LANGKAH HISAP Dalam langkah ini, campuran udara dan bensin dihisap ke dalam silinder. Katup hisap terbuka sedangkan katup buang tertutup. Waktu torak bergerak ke bawah, menyebabkan ruang silinder menjadi vakum, masuknya campuran udara dan bensin kedalam silinder disebabkan adanya tekanan udara luar (atmospheric pressure) LANGKAH KOMPRESI Dalam langkah ini, campuran udara dan bensin dikompresikan. Katup hisap dan katup buang tertutup. Waktu torak mulai naik dari titik mati

17 Tugas Akhir

bawah(TMB) kle titik mati atas (TMA) campuran yang dihisap tadi dikompresikan. Akibatnya tekanan dan temperatutnya menjadi naik, sehingga akan mudah terbakar. Poros engkol berputar satu kali, ketrika torak menjadi TMA. LANGKAH USAHA Dalam langkah ini, mesin menghasilakn tenaga untuk menggerakkan kendaran. Seaat sebelum torak mencapai TMA pada sat langkah kompresi, busi memberi loncatan api pada campuran yang telah dikompresikan. Dengan terjadinya pembakaran, kekuatan dari tekanan gas pembakaran yang tinggi mendorong torak ke bawah. Usaha ini yang menjadi tenaga mesin (engine power). LANGKAH BUANG Dalam langkah ini, gas yang terbakar di buang dari dalam silinder. Katup buang terbuka, torak bergerak dari TMB ke TMA, mendorong gas bekas keluar dari silinder. Ketika torak mencapai TMA, akan mulai lagi untuk persiapan berikutnya, yaitu langkah hisap. Poros engkol telah melakukan 2 putaran penuh dalam 1 siklus terdiri dari 4 langkah, hisap, kompresi, usaha, buang yang merupakan dasar kerja dari mesin 4 langkah.

Gambar 2.1 Langkah-langkah dalam siklus 4-Tak

18 Tugas Akhir

2.3 Pengetian THS (Toyota Home Service) Toyota Home Service atau THS adalah suatu divisi pada bengkel AUTO 2000 yang khusus menangani dan melayani pelanggan di luar area bengkel. Divisi ini dibuat sebagai wujud totalitas pelayanan pelanggan oleh AUTO 2000 sendiri waupun dalam pelaksanaannya divisi ini tidak banyak menghasilkan profit sekalipun. Dalam pelaksanaannya THS menggunakan kendaraan operasional dalam mengunjungi dan melayani pelanggan. Kendaraan operasional tersebut dirancang sedemikian rupa agar dapat menjangkau pekerjaan-pekerjaan para teknisi THS seperti standard tools kit, special tools, jack, jack stand, creeper, electrical repair equipment, dan lain-lain. Selain itu berbagai kebutuhan bahan-bahan dan spare parts pun disiapkan pada kendaraan tersebut seperti, saringan oli,saringan uidara, oli mesin, oli gardan, minyak rem, dan lain sebagainya.

Gambar 2.2 THS

Namun walau bagaimanapun juga THS tidaklah seperti bengkel berjalan yang dapat menangani seluruh pekerjaan yang ada, THS hanya menangani pekerjaan servis berkala, perbaikan ringan body, electrical, chassis, dan

19 Tugas Akhir

engine, ganti oli, tune up, IT diagnosis dan lain sebagainya. Hal tersebut dikarenakan THS

tidak

dilengkapi

dengan

peralatan-peralatan

yang

menunjang pekerjaan-pekerjaan berat. 2.4 Servis Berkala 2.4.1 Definisi Perawatan berkala terrmasuk dalam kategori routine maintenance yang berarti melakukan perawatan secara rutin tanpa dipanggil, sesuai petunjuk perawatan mesin untuk mencegah menurunnya fungsi komponen yang berakibat pada penurunan kinerja mesin secara keseluruhan (misal: pelumasan dan penggantian oli). Perwatan ini berdasarkan petunjuk buku servis yang ditetapkan oleh produsen kendaraan berdasarkan jarak yang ditempuh oleh kendaraan. 2.4.2 Tujuan Kendaraan dibuat dari begitu banyak part, yang dapat menjadi rusak, melemah atau berkarat sehingga menurunkan performanya, tergantung dari kondisi atau masa pemakaian. Part-part yang dapat membuat performa kendaraan menurun, perlu dirawat secara berkala, disetel atau diganti guna memelihara performa kendaraan.

Dengan melaksanakan perawatan berkala,

hasil-hasil sebagai berikut dapat memastikan kepercayaan dan ketenangan pelanggan akan kendaraannya: •

Masalah yang lebih besar dengan kendaraan yang mungkin muncul dikemudian hari dapat dihindari.

20 Tugas Akhir



Kendaraan dapat dijaga pada kondisi yang memenuhi persyaratan hukum yang berlaku.



Kendaraan dapat menjadi lebih awet.



Pelanggan dapat menikmati pengendaraan yang ekonomis dan aman.



Syarat utama untuk garansi kendaraan.

2.5 Oli dan Pelumas pelumasan mobil termasuk oli mesin untuk mesin bensin dan oli diesel untuk mesin diesel, oli roda gigi (gear oil), gemuk dan lain-lain. Minyak transmisi otomatik dan power steering juga sebagai pelumas komponen-konponen yang ada pada transmisi otomatis dan power steering tersebut. Umumnya pelumas mobil paling banyak dibuat dari minyak dasar ( base oil) dengan berbagai macam bahan tanbahan (additive). Dan beberapa diantaranya terbuat dari synthetic base. 2.5.1 Oli Mesin Perbedaan yang besar sekali antara oli mesin dengan pelumas lainnya, oli mesin menjadi kotor dengan adanya karbon, asam dan zat kotoran lainnya dari hasil pembakaran. Sebagai contoh, sulfuric acid dan hydrochloric acid dibentuk dari hasil pembakaran. bahan baker yang harus dinetralisir. Bahan bakar yang tidak terbakar, kotoran dan karbon juga harus dilarutkan atau dibawa oleh oli mesin sehingga tidak mengumpul dalam mesin itu sendiri. 2.5.1.1 Sifat Utama Oli Mesin Sifat utama dari oli mesin seperti dijelaskan berikut ini :

21 Tugas Akhir

1.

Sebagai Pelumasan Oli mesin melumasi permukaan metal yang bersinggungan dalam mesin dengan cara membentuk lapisan oil film. Lapisan oli (oil film) tersebut berfungsi mencegah kontak langsung antara permukaan metal dan membatasi keausan dan kehilangan tenaga yang minim.

Gambar 2.3 Oil Coating Film pada sebuah Shaft Sumber : Toyota New Step 1

2. Bersifat Pendingin Pembakaran menimbulkan panas dan komponen mesin akan menjadi panas sekali. Hal ini akan menyebabkan keausan yang cepat, bila tidak diturunkan temperaturnya. Untuk melakukan ini oli mesin harus disirkulasi di sekeliling komponen-komponen agar dapat menyerap panas dan mangeluarkannya dari mesin. 3. Sebagai Perapat Oli mesin membentuk semacam lapisan antara torak dengan silinder. Ini berfungsi sebagai perapat (seal) yang dapat mencegah hilangnya

22 Tugas Akhir

tenaga mesin. Sebaliknya apabila ada kebocoran maka gas campuran yang dikompresikan atau gas pembakaran akan menekan di sekeliling torak dan masuk kedalam bak engkol dan ini berasti akan kehilangan tenaga. 4. Sebagai Pembersih Kotoran (lumpur) akan mengendap dalam komponen-komponen mesin. Ini menambah pergesekan dan menyumbat saluran oli. Oli mesin akan membersihkan kotoran yang menempel tersebut untuk mencegah tertimbun didalam mesin. 5. Sebagai Penyerap Tegangan Oli mesin menyerap dan menekan tekanan lokal yang beraksi pada komponen yang dilumasi, serta melindungi agar komponen tersebut tidak menjadi tajam saat terjadi gesekan-gesekan pada bagian-bagian yang saling bersinggungan. 2.5.1.2 Syarat-Syarat Oli Mesin Oli mesin harus memiliki syarat sebagai berikut : 1. Harus memiliki kekentalan yang tepat 2. Apabila terlalu rendah lapisan oli ini akan mudah rusak dan akan menyebabkan keausan pada komponen. Apabila terlalu tinggi akan menambah

tahanan

dalam

gerakan

komponen

dan

akan

menyebabkan mesin berat saat di start dan tenaga akan kurang 3. Kekentalan harus relatif stabil tanpa terpengaruh adanya perubahan dalam temperatur

23 Tugas Akhir

4. Oli mesin harus sesuai dengan penggunaan metal 5. Tidak merusak atau anti karat terhadap komponen 6. Tidak menimbulkan busa 2.5.1.3 Jenis Oli Mesin Oli mesin diklasifikasikan oleh kualitas atau kekentalannya. 1. Klasifikasi Kekentalan Kekentalan menunjukkan ketebalan atau kemampuan untuk menahan aliran suatu cairan (umumnya kami menyebut weight viscosity dalam penjelasan tentang oli mesin). Oli cenderung menjadi encer dan mudah mengalir ketika panas dan cenderung menjadi kental dan tidak mudah mengalir ketika dingin. Tapi masing-masing kecenderungan tersebut tidak sama untuk semua oli. Ada tingkatan permulaan besar (kental) dan ada yang dibuat encer (tingkatan kekentalannya rendah). Kekentalan atau berat dari oli dinyatakan dengan angka yang disebut indek kekentalan (menunjukkan kekentalan). Semakin tinggi indeknya maka semakin kental pula olinya dan begitu pula sebaliknya. Suatu badan internasional SAE (Society of Automotive Engineers) mempunyai standar kekentalan dengan awalan SAE di depan indek kekentalannya. Umumnya menentukan temperatur yang sesuai dimana oli tersebut dapat digunakan. Tapi memilih oli harus hati-hati, tidak hanya yang sesuai dengan temperatur setempat tetapi kondisi kerja mesin juga perlu diperhatikan. Hubungan antara temperatur sekeliling dan indek kekentalan dari oli mesin diperlihatkan dalam tabel 2.2.

24 Tugas Akhir

Tabel 2.1 Oil Viscosity Index

Sumber : Toyota New Step 1

PENTING : Hubungan yang diperlihatkan ini hanya sebagai contoh, saat mengganti oli mesin ikuti selalu petunjuk yang ada dalam buku pedoman pemilik (owners manual book) tentang kekentalan oli yang disarankan untuk

penggunaan

dalam

mesin

kendaraan. 2. Maksud Kekentalan Indek Oli dengan kekentalan rendah memberikan kekentalan indek rendah. Oli yang indek kekentalannya dinyatakan dalam range (10W-30, 15W40, dll) disebut oli multi grade. Kekentalannya tidak terpengaruh oleh adanya perubahan temperatur dan umumnya digunakan sepanjang tahun (musim). Indek kekentalan diikuti dengan huruf W (10W dan lain-lain) yang menunjukkan ukuran kekentalan oli pada -20°C. menggunakan oli dengan kekentalan rendah memudahkan mesin dihidupkan saat musim dingin. Derajat kekentalan tidak termasuk kekentalan yang ditunjukkan “W” menyatakan kekentalannya pada 100°C. sebagai contoh SAE 10W-

25 Tugas Akhir

30 maksudnya bahwa oli mesin standar olinya SAE 10 pada -20°C dan standar oli sampai SAE 30 pada 100°C.

Diagram 2.1 Contoh Viscosity Index

Viscosity Index

SAE 20W

SAE 10W

30

SAE 20

Number Indicating Viscosity

Number Indicating Viscosity

At -20ºC (-4ºF)

At 100ºC (212ºF)

Sumber : Toyota New Step 1

3. Klasifikasi Kualitas kualitas oli mesin diklasifikasikan sesuai dengan standar API (American Petroleum Institute) dan dites dengan cara API. Klasifikasi api biasanya tercantum pada masing-masing kemasan oli mesin untuk menambahkan tingkatan SAE sehingga pemilihan akan lebih mudah bila dilihat dari perbandingan kondisi pengoperasian kendaraan. Tabel 2.4 memperlihatkan klasikasi dari oli mesin.

26 Tugas Akhir

Tabel 2.2 KLASIFIKASI OLI MESIN UNTUK MESIN BENSIN

Klasifikasi

PENGGUNAAN DAN KUALITAS OLI

API SA SB SC

Minyak murni tanpa bahan tambahan (additive) Digunakan untuk mesin operasi ringan yang mengandung sedikit jumlah anti-oxidant Oli yang mengandung detergent-dispersant, anti-oxidant, dll Digunakan untuk mesin operasi dengan temperatur tinggi atau

SD

kondisi lainnya yang mengandung detergent-dispersant, resisting agent, anti-oxidant, dll Digunakan untuk mesin sedang dengan kandungannya lebih

SE

banyak dari detergent-dispersent, resisting agent, anti-oxidant, dll

SF

Tingkat olinya tinggi dengan pemakaian resistance dan daya tahan paling baik

Sumber : Toyota New Step 1

4. Klasifikasi API Untuk Oli Mesin Diesel Mesin diesel mempunyai kompresi yang sangat tinggi dan tekanan pembakaran didalamnya besar serta membutuhkan tenaga yang besar untuk dipakai menggerakkan komponen-komponennya. Oleh karena itu oli mesin untuk mesin diesel harus memiliki lapisan oil film yang lebih kuat. Bahan bakar diesel mengandung sulfur bereaksi menjadi asam belerang akibat pembakaran. Reaksi kimia ini menguap didalam mesin menjadi asam belerang. Oli mesin diesel harus memiliki daya/kekuatan untuk menetralisir asam ini dengan baik dan tenaga

27 Tugas Akhir

detergent-dispersant yang baik akan mencegah timbulnya jelaga didalam mesin. Tabel 2.3 KLASIFIKASI OLI MESIN UNTUK MESIN DIESEL

Klasifikasi API CA

PENGGUNAAN DAN KUALITAS OLI Digunakan untuk mesin diesel operasi beban ringan yang mengandung detergent-dispersent,anti-oxidant,dll Digunakan untuk mesin diesel operasi beban sedang

CB

dengan bahan bakar kualitas rendah, yang mengandung detergent-dispersant, anti-oxidant, dll Mengandung sejumlah besar detergent-dispersant, anti-

CC

oxidant, dll. Dapat digunakan dalam mesin diesel turbo charged dan mesin bensin dengan kerja mesin operasi temperatur sedang Digunakan untuk mesin diesel turbo charged dengan

CD

kandungan sulfur solar kecil. Sedangkan kandungan detergent-dispersant dalam jumlah besar

Sumber : Toyota New Step 1

2.5.2 Gear Oil (Oli Roda Gigi) Oli roda gigi adalah untuk melumasi transmisi manual, differential, dan steering gear. 2.5.2.1 Syarat-Syarat Oli Roda Gigi Gesekan disertai tenaga interaksi fisik antara objek, dan gesekan selalu mengabibatkan keausan. Permukaan gigi adalah subyek gesekan akibat skip dan akibat gesekan putaran. Besarnya beban permukaan gigi, permukaan yang kasar, dan kecepatan meluncur menghasilkan gesekan yang besar dan

28 Tugas Akhir

menghasilkan panas yang ditimbulkan. Untuk alas an tersebut oli roda gigi diperlukan dengan memenuhi persyaratan berikut : 1. Kekentalannya Sesuai Pada umumnya oli roda gigi yang mempunyai tingkat kekentalan yang tinggi sangat efektif untuk mencegah kerusakan pada roda gigi dan bantalan,

bunyi, dan kebocoran oli.

Bagaimanapun kekentalan

mempunyai efek pada saat start mesin, dan feeling perpindahan tuas transmisi pada saat temperatur masih rendah. Oleh sebab itu harus digunakan oli roda gigi yang mempunyai kekentalan yang sesuai. Kekentalan oli cenderung bertambah pada saat temperatur turun dan kemudian sifat fluidanya menjadi lemah. Oli yang kekentalannya hanya merubah sedikit bila terjadi perubahan temperatur yang sangat diperlukan. 2. Mempunyai Kemampuan Memikul Beban Saat gigi berhubungan antara satu dengan yang lainnya, tekanan dan beban goncangan yang timbul besar. Jadi fungsi utama oli roda gigi yang sangat penting adalah untuk menolong menggantikan beban tersebut saat roda gigi bersinggungan dan mencegah panas dari pemakaian roda gigi dan bantalan. Kemampuan oli untuk dapat melakukan ini disebut ”kemampuan memikul beban”. 3. Tahan Tehadap Panas dan Oksidasi Saat oli roda gigi memburuk karena panas atau oksidasi, kotoran akan membentuk kadar asam, menyebabkan perubahan kekentalan (oli

29 Tugas Akhir

menjadi kental). Endapan kotoran menyebabkan tidak sempurnanya pelumasan pada bantalan, dan endapan yang mengeras dapat merusak komponen karena bersinggungan dengan permukaan gigi atau bantalan. Naiknya kekentalan disebabkan oleh kotoran sehingga kemampuan pendinginannya berkurang dan daya tahanannya bertambah. Selain itu kadar asam yang terbentuk menyebabkan timbulnya karat. Untuk mengatasi hal itu diperlukan oli pelumas roda gigi yang baik, stabil terhadap panas dan oksidasi. 2.5.2.2 Tipe Oli Roda Gigi Oli roda gigi diklasifikasikan khusus untuk kekentalan dan kemampuan dalam menahan beban. Seperti oli mesin , oli roda gigi juga diklasifikasikan dakam kekentalan SAE dan kualitas API. 1. Klasifikasi dalam Kekentalan Oli pelumas gigi mempunyai angka dibelakang SAE seperti pada oli mesin. 6 indek kekentalan SAE (75W, 80W, 85W, 140, 250) adalah yang ada saat ini. Transmisi dan differential umumnya memakai oli dengan kekentalan SAE90 atau 80W-90. 2. Klasifikasi dalam Kualitas dan Penggunaan API (American Petroleum Institute) mempunyai standar klasifikasi oli roda gigi, yang pembagiannya tergantung pada penggunaan. Oli roda gigi diklasifikasikan oleh tipe gigi yang akan dipakai seperti hypoid, bevel, dan lain-lain. Juga perhatian khusus perlu ditempelkan untuk

30 Tugas Akhir

permintaan penggunaan oli roda gigi yang memerlukan karakteristik yang lain dari biasanya. Pada kendaraan TOYOTA, oli pelumas GL 4 digunakan untuk melumasi steering gear. Sedangkan GL 4 dan GL 5 untuk melumasi transmisi manual dan GL 5 untuk differentialyang dilengkapi hypoid gear Tabel 2.4 KLASIFIKASI OLI RODA GIGI

Klasifikasi API

PENGGUNAAN DAN KUALITAS OLI Mineral oli murni untuk roda gigi, jarang digunakan

GL 1

untuk mobil Untuk worm gear, mengandung minyak hewani dan

GL 2

tumbuh-tumbuhan Untuk manual transmisi dan steering gear mengandung bahan tambahan extreme-pressure

GL 3

resisting, dll Untuk hypoid gear digunakan untuk melayani diatas GL 3 mengandung bahan tambahan extreme-pressure

GL 4

resisting tapi lebih besar jumlahnya dibanding GL 3 Digunakan untuk hypoid gear dengan pelayanan lebih sedikit dari GL 4. Kandungan extreme-pressure resisting lebih besar dibanding GL 4 dan kondisi kerja lebih berat karena untuk menahan beban kejutan yang

GL 5

lebih besar dan mnerima kecepatan luncur yang tinggi

Sumber : Toyota New Step 1

31 Tugas Akhir

2.6 Sistem Pelumasan Mesin terdiri dari bagian-bagian logam (metal parts) yang bergerak, beberapa diantaranya ada yang berhubungan langsung secara tetap satu sama lainnya. Termasuk poros engkol, batang torak dan bagian mekanisme katup. Saat mesin mulai berputar, gesekan yang terjadi antara bagian-bagian mesin akan menyebabkan hilangnya tenaga, dan bagian-bagian mesin tersebut menjadi aus. Oli pelumas melumasi secara kontinyu ke bagian-bagian mesin untuk mencegah keausan tersebut. Oli pelumasan ini diatur oleh sistem pelumasan di dalam mesin. 2.6.1 Fungsi Sistem Pelumasan 1. Oli membentuk lapisan oli (oil film) mencegah kontak langsung permukaan logam. Mengurangi gesekan dan mencegah keausan dan panas. 2. Oli mendinginkan pada bagian-bagian mesin. 3. Berfungsi sebagai seal antara torak dengan dinding silinder. 4. Mengeluarkan kotoran dari bagian-bagian mesin. 5. Mencegah karat pada bagian-bagian mesin. 2.6.2 Aliran Oli Pada Sistem Pelumasan Oli pada sistem pelumasan dialirkan oleh pompa oli yang berada pada oil pan lalu dialirkan melewati bagian-bagian mesin dan kembali lagi ke oil pan.

32 Tugas Akhir

Diagram 2.2 Diagram sistem pelumasan

CAMSHAFT DRIVE & DRIVEN GEAR

VALVE LIFTERS & VALVE STEMS PISTONS & CYLINDERS

CAMS CAMSHAFT JOURNALS

CONNECTING RODS

CYLINDER HEAD CRANKSHAFT OIL FILTER

RELIEF VALVE

OIL PUMP

OIL STRAINER

OIL PAN

BY-PASS VALVE

33 Tugas Akhir

2.7 Pengertian Pompa Hisap 2.7.1 Pengertian Pompa Pompa adalah suatu alat yang digunakan untuk memindahkan suatu cairan dari suatu tempat ke tempat lain dengan cara menaikkan tekanan cairan tersebut. Kenaikan tekanan cairan tersebut digunakan untuk mengatasi hambatanhambatan pengaliran. Hambatan-hambatan pengaliran itu dapat berupa perbedaan tekanan, perbedaan ketinggian atau hambatan gesek. 2.7.2 Klasifikasi Pompa Secara umum pompa dapat diklasifikasikan menjadi 2 bagian yaitu pompa kerja positif (positive displacement pump) dan pompa kerja dinamis (non positive displacement pump). 2.7.2.1 Pompa Kerja Positif Pada pompa kerja positif kenaikan tekanan cairan di dalam pompa disebabkan oleh pengecilan volume ruangan yang ditempati cairan tersebut. Adanya elemen yang bergerak dalam ruangan tersebut menyebabkan volume ruangan akan membesar atau mengecil sesuai dengan gerakan elemen tersebut. Secara umum pompa kerja positif diklasifikasikan menjadi : 1. Pompa Reciprocating Pompa reciprocating adalah pompa dimana energi mekanik dari penggerak pompa diubah menjadi energi aliran dari cairan yang dipompa dengan menggunakan elemen yang bergerak bolak-balik di dalam silinder.

34 Tugas Akhir

Elemen yang bergerak bolak-balik itu dapat berupa piston atau plunger. Ketika volume silinder membesar akibat gerakan piston atau plunyer maka tekanan dalam silinder akan turun dan relatif lebih kecil daripada tekanan pada sisi isap, sehingga fluida pada sisi isap akan masuk ke dalam pompa. Sebaliknya ketika volume silinder mengecil akibat gerakan piston atau plunyer maka tekanan dalam silinder akan naik sehingga fluida akan tertekan keluar. Pompa reciprocating mempunyai tekanan yang tinggi sehingga mampu melayani sistem dengan head yang tinggi. Namun kapasitas pompa ini biasanya rendah. Tekanan yang dihasilkan tidak tergantung pada kapasitas tetapi tergantung pada daya penggerak dan kekuatan bahan. Pompa ini juga dapat bekerja pada pengisapan kering. Kekurangan pompa reciprocating adalah alirannya tidak kontinu (berpulsa) dan tidak steady yang disebabkan adanya gaya enersia akibat gerakan bolak-balik oleh piston atau plunyer. 2. Pompa Rotari Pompa rotari adalah pompa perpindahan positif dimana energi mekanis ditansmisikan dari mesin penggerak ke cairan dengan menggunakan elemen yang berputar (rotor) di dalam rumah pompa (casing). Pada waktu rotor berputar di dalam rumah pompa, akan terbentuk kantong-kantong yang mula-mula volumenya besar (pada sisi isap) kemudian volumenya berkurang (pada sisi tekan) sehingga fluida akan tertekan keluar. Beberapa pompa rotari yang banyak ditemukan antara lain :

35 Tugas Akhir

a. Pompa roda gigi luar, rotornya berupa sepasang roda gigi yang berputar di dalam rumah pompa. Roda gigi itu dapat berupa gigi heliks-tunggal, heliks-ganda atau gigi lurus.

Gambar 2.4 Pompa roda gigi luar Sumber : Tyler G. Hicks, 1996

b. Pompa roda gigi dalam, mempunyai rotor yang berupa roda gigi dalam yang

berpasangan dengan roda gigi luar yang bebas (idler).

Gambar 2.5 Pompa roda gigi dalam Sumber : Tyler G. Hicks, 1996

c. Pompa kam dan piston, disebut juga pompa plunyer rotari, terdiri dari lengan eksentrik dan lengan bercelah pada bagian atasnya.

36 Tugas Akhir

Gambar 2.6 Pompa rotari kam & piston Sumber : Tyler G. Hicks, 1996

d. Pompa cuping (pompa lobe), mempunyai dua rotor atau lebih dengan dua, tiga, empat cuping atau lebih pada masing-masing rotor.

Gambar 2.7 Dari kiri ke kanan pompa rotari dua cuping, tiga cuping, empat cuping Sumber : Tyler G. Hicks, 1996

e. Pompa sekrup, mempunyai satu, dua, tiga sekrup yang berputar dalam rumah pompa yang diam.

Gambar 2.8 Dari kiri ke kanan pompa sekrup tunggal, pompa sekrup ganda Sumber : Tyler G. Hicks, 1996

37 Tugas Akhir

f. Pompa Vane, rotornya berupa elemen berputar yang dipasang eksentrik dengan rumah pompa. Pada keliling rotor terdapat alur-alur yang diisi bilah-bilah sudu yang dapat bergerak bebas. Ketika rotor diputar sudu-sudu bergerak dalam arah radial akibat gaya sentrifugal, sehingga salah satu ujung sudu selalu kontak dengan permukaan dalam rumah pompa membentuk sekat-sekat ruangan di dalam pompa.

Gambar 2.9 Pompa vane Sumber : Tyler G. Hicks, 1996

38 Tugas Akhir

BAB III METODE PENELITIAN DAN PENGUMPULAN DATA Didalam suatu percobaan dikenal dua macam cara pengukuran yaitu pengukuran langsung (Direct Measurement) dimana hasil pengukuran dapat langsung dipresentasikan atau dibaca dan pengukuran tak langsung (Indirect Measurement) dimana diperlukan proses lebih lanjut untuk penjabaran dan penalaran terhadap hasil pengukuran. Pada percobaan ini dilakukan dengan menggunakan metode langsung dan tak langsung. Dalam bab 3 ini akan dijelaskan mengenai metode-metode yang digunakan dalam penelitian ini dan juga penjelasan mengenai tolak ukur keberhasilan dari penelitian ini. Tehnik pengunpulan data-data yang mendukung dan menjelaskan latar belakang permasalahan dalam penelitian ini juga akan dijelaskan disini.

3.1 Metodologi 3.1.1 Metode Dengan Activity Plan Penulis membuat perencanaan dan target waktu dalam melakukan kegiatan pencarian masalah yang terjadi di bengkel agar tercapai suatu hasil yang baik sesuai dengan target yang telah ditentukan.

39 Tugas Akhir

Tabel 3.1 Activity Plan

3.1.2 Metode Pengumpulan Data 3.1.2.1 Observasi Selama penulis melaksanakan magang di bengkel Auto 2000 Bumi Serpong Damai, penulis melakukan observasi pada divisi THS dan menemukan beberapa kekurangan di dalam pelaksanaan pekerjaannya. Dalam hal ini yang menjadi fokus penelitian adalah peningkatan efisiensi waktu pekerjaan penggantian oli mesin oleh tehnisi THS. Dengan mencatat durasi waktu pekerjaan penggantian oli mesin secara aktual maka permasalahan mengenai tidak efisiennya waktu pekerjaan tersebut terhadap flate rate yang telah ditetapkan dapat terindetifikasi. Penggunaan Fishbone Diagram

akan dipakai sebagai lanjutan dari

observasi untuk mencari pokok permasalahan yang terjadi.

40 Tugas Akhir

3.1.2.2 Survei Metode survei yaitu memberikan permintaan keterangan atau jawaban kepada subjek penelitian dengan menggunakan daftar pertanyaan atau kuisioner atau angket sebagai alatnya. Kuisioner dilakukan untuk memperoleh data dilapangan dan hasil analisa tersebut dapat memberikan gambaran untuk memecahkan masalah yang ada. Dalam hal ini subjek penelitiannya adalah para tehnisi THS dan koordinator THS. 3.1.2.3 Studi Pustaka Metode studi pustaka adalah tehnik penalaran dalam penelitian dengan menggunakan data-data dari berbagai sumber tulisan baik dari buku-buku maupun dari internet Data-data yang diambil oleh penulis dilakukan melalui studi di perpustakaan dan eksplorasi media internet yang berasal dari literaturliteratur ilmiah maupun media lain yang berhubungan dengan topik penelitian yang akan dibahas, yaitu Meningkatkan Efisiensi Waktu Pekerjaan Pengurasan dan Pengisian Oli Mesin di THS AUTO 2000 Bumi Serpong Damai. 3.1.3 Metodologi Pemecahan Masalah 3.1.3.1 Pareto Diagram pareto merupakan diagram yang terdiri atas grafik balok dan grafik garis yang menggambarkan perbandingan masing-masing jenis data terhadap keseluruhan. Dengan memakai pareto, dapat terlihat masalah aman

41 Tugas Akhir

yang dominan dan tentunya kita dapat mengetahui prioritas penyelesaian masalah. Sebagai analogi, dalam menyelesaikan maslah yang besar tentu hasilnya akan lebih besar dibanding bila menyelesaikan masalah yang kecil. Biarpun maslah besar hanya terselesaikan 50%, tapi umumnya masil lebih besar hasilnya bila dibandingkan menyelesaikan maslah yang kecil apalagi bila masalah kecil tidak dapat diselesaikan secara tuntas. Adapun kegunaan diagram pareto adalah sebagai berikut : § Menunjukan prioritas sebab-sebab kejadian atau persoalan yang perlu ditangani § Diagram pareto dapat membantu dalam memusatkan perhatian pada persoalan utama yang harus ditangani dalam upaya perbaikan. § Menyusun data menjadi informasi yang berguna. Dengan diagram pareto, sejumlah data yang besar disaring menjadi informasi yang berarti. 3.1.3.2 FishBone Diagram ini berguna untuk memperlihatkan parameter-parameter yang berpengaruh pada kualitas hasil. Prinsip yang dipakai untuk membuat diagram sebab akibat ini adalah sumbangan saran atau ‘brainstroming’. Pada umumnya ada 5 parameter utama yang perlu diperhatikan dalam penyusunan diagram fishbone, yaitu : Manusia, Alat, Metode, Lingkungan dan Material. Namun dalam penelitian ini penulis hanya akan menggunakan empat parameter saja, yaitu : Manusia, alat, lingkungan dan metode.

42 Tugas Akhir

Faktor-faktor tersebut merupakan yang berpengaruh terhadap kualitas hasil. Dengan demikian diagram dapat dibagi menjadi 2 sisi, yaitu sisi faktor-faktor yang

berpengaruh atau sisi sebab dan sisi yang menjadi

akibatnya. Jadi diagram menunjukan hubungan antara akibat (kualitas) dengan sebab (faktor-faktor yang berpengaruh atau mengakibatkan sesutau pada kualitas). Diagram dapat berguna untuk memahami hubungan karakteristik akibat dan faktor penyebabnya. Selain itu dapat juga menjelaskan area masalah untuk menentukan tindakan selanjutnya. Dari diagram yang sudah lengkap, penulis mencari penyebab utama dengan meganalisis data yang ada. Bila analisis data tidak dapat dilakukan, maka penulis akan menganalisis faktor-faktor mana yang berpengaruh dan mana yang tidak berpengaruh. 3.2 Data Unit Entry Data berupa tabel mengenai unit enty pekerjaan penggantian oli mesin yang dilakukan oleh para tehnisi THS diambil untuk mengetahui kendaraan apa saja yang lebih dominan dibahas sebagai acuan untuk kendaraan lainnya. Data unit entry THS bulan Maret 2009 sebanyak 274 unit Sumber : Data unit entry THS AUTO 2000 Bumi Serpong Damai, Suharno

Jumlah kendaraan yang melakukan penggantian oli mesin dari unit entry bulan Maret tersebut ( servis berkala dan ganti oli saja ) sebanyak 166 unit Sumber : Data unit entry THS AUTO 2000 Bumi Serpong Damai, Suharno

43 Tugas Akhir

Tabel 3.2 Data Unit Entry THS Bulan Maret 2009 Pekerjaan Servis Berkala Non Servis Berkala Tanggal (unit) (unit) 1 2 5 2 7 3 3 7 4 4 6 4 5 7 3 6 5 3 7 5 3 8 2 4 9 5 3 10 5 3 11 5 4 12 7 3 13 5 3 14 5 4 15 2 3 16 8 4 17 8 4 18 7 3 19 6 3 20 6 3 21 6 3 22 2 4 23 7 4 24 6 3 25 7 3 26 6 3 27 5 5 28 4 3 29 1 4 30 5 3 31 7 4 Total 166 108 274 Sumber : Data unit entry THS AUTO 2000 Bumi Serpong Damai, Suharno

44 Tugas Akhir

Dari tabel 3.2 ternyata diketahui bahwa unit entry yang melakukan servis berkala lebih banyak dibandingkan dengan yang melakukan non-servis berkala. Hal tersebut berarti banyak kendaran yang melakukan pekerjaan penggantian oli mesin dan oil filter karena didalam servis berkala tersebut terdapat pekerjaan penggantian oli mesin. Diagram 3.1 menunjukkan grafik jumlah perbandingan antara kendaraan yang melakukan servis bekala dengan yang non-servis berkala setiap harinya. Diagram 3.1 Grafik jumlah unit entry per hari pada bulan Maret 2009 9 8 7 Unit .

6 5 4 3 2 1 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1112 1314 15 1617 1819 2021 2223 2425 26 2728 293031 Tanggal Servis Berkala

Non-Servis Berkala

Pada grafik 3.1 garis biru menunjukkan unit entry kendaraan yang melakukan servis berkala sedangkan garis yang berwarna merah adalah jumlah kendaraan yang non-servis berkala. Grafik 3.1 tersebut menunjukkan jumlah unit entry setiap harinya selama bulan Maret 2009 pada divisi THS AUTO 2000 Bumi Serpong Damai.

45 Tugas Akhir

3.3 Proses Urutan Pekerjaan Penggantian Oli Mesin dan Oil Filter Secara urutan dan standar target waktu pekerjaan pengganatian oli mesin dan oil filter memang memungkinkan untuk memenuhi standar waktu flat rate sebesar 18 menit, namun dalam aktual pengerjaannya dilapangan kecil untuk memungkinkan tercapai target tersebut. Hal tersebut dikarnakan adanya berbagai faktor penghambat yang terjadi (dapat dilihat pada bab 4). Untuk lebih memahami berikut ini adalah detail urutan proses pekerjaan penggantian oli mesin dan oil filter beserta waktu pengerjaannya secara SOP (standard operational procedure) di THS.

Diagram 3.2 Flow pekerjaan penggantian oli mesin

Mulai

Membuang Oli Mesin

Alat Persiapan Bahan

Mengganti oil filter

Mengisi Oli yang Baru

Administrasi dan Penyerahan

46 Tugas Akhir

Dari diagram 3.2 dapat dilihat bahwa besar kemungkinan terjadi penyimpangan yang terjadi pada aktualnya mulai dari proses pembuangan oli mesin yang harus menggunakan dongkrak terlebih dahulu untuk mendapatkan celah yang luas pada bagian bawah kendaraan, melepas gasket oli dan membersihkan sisanya karena jika baut oli sudah dilepas maka gasketnya pun harus diganti dengan yang baru, membersihkan sisa-sisa ceceran oli yang tumpah saat melepas oil filter, juga berbagai hambatanhambatan yang terjadi dilapangan yang menyebabkan penyimpangan waktu dan pengurangan efisiensi. Tabel 3.3 Detail uraian waktu pekerjaan penggantian oli mesin No.

1

Pekerjaan

Alat

Persiapan

Bahan 2

3

Membuang oli mesin

Mengganti OF

4

Isi kembali oli mesin

5

Selesai

Uraian menyiapkan fender cover, kunci-kunci, bak penampungan, creeper, corong

Waktu (menit) 1,5

Oli mesin, OF, Gasket Ring

1,5

Buka baut pembuangan oil pan

1

Tunggu sampai oli keluar semua

3

Pasang kembali bautnya

1

Buka OF

1

Pasang yang baru

1 1.5

Merapihkan peralatan

1.5

Membuat PKB manual 6

Administrasi

Menyelesaikan pembayaran

5

Costumer, dan Penyerahan Total

18

47 Tugas Akhir

3.4 Kondisi Sebelum Perbaikan Di bawah ini terdapat data penyimpangan waktu berupa tabel 3.4 yang menunjukan waktu yang dibutuhkan dalam proses pengerjaan penggantian oli mesin selama 3 minggu pada bulan Maret sebelum menggunakan alat bantu. Penulis menggunakan 3 jenis kendaraan yang dinilai sebagai kendaraan dengan unit entry terbanyak dan 4 variabel tehnisi THS, diantaranya adalah tehnisi A, B, C, D dengan bulan yang sama namun dalam tanggal yang berbeda. Tabel 3.4 Waktu Penyimpangan yang terjadi Waktu Pengerjaan (menit) Tehnisi

A

B

C

D

Jenis Avanza A Innova A Yaris A Avanza B Innova B Yaris B Avanza C Innova C Yaris C Avanza D Innova D Yaris D

Tanggal Pengerjaan 2 Maret 2009 2 Maret 2009 3 Maret 2009 5 Maret 2009 6 Maret 2009 6 Maret 2009 10 Maret 2009 10 Maret 2009 10 Maret 2009 14 Maret 2009 15 Maret 2009 20 Maret 2009

Flate Rate 0,3 = 18 Menit 0,3 = 18 Menit 0,3 = 18 Menit 0,3 = 18 Menit 0,3 = 18 Menit 0,3 = 18 Menit 0,3 = 18 Menit 0,3 = 18 Menit 0,3 = 18 Menit 0,3 = 18 Menit 0,3 = 18 Menit 0,3 = 18 Menit

Aktual

Penyimpangan

23

5

35

17

20

2

30

12

35

17

25

7

28

10

40

22

24

6

27

9

33

15

25

7

48 Tugas Akhir

Dari tabel 3.4 diatas terlihat telah terjadi penyimpangan waktu pengerjaan penggantian oli mesin pada setiap pekerjaan tehnisi THS, jika di rata-rata maka aktual waktu pekerjaan mereka adalah 28.75 menit dan telah terjadi penyimpangan sebesar 10.75 menit hal tersebut tentu saja akan mengurangi tingkat efisiensi pekerjaan penggantian oli mesin. Untuk lebih jelasnya besar penyimpangan tersebut akan disajikan dalam diagram 3.3 seperti berikut ini. Diagram 3.3 Grafik besar penyimpangan waktu yang terjadi

50 40 30 20 10 0 teknisi 1 Avanza

teknisi 2 Innova

teknisi 3

teknisi 4

Yaris

Terlihat dari grafik 3.3 bahwa sebelum dilakukan perbaikan waktu pengerjaan penggantian oli mesin dan OF selalu melebihi waktu standar flat rate sebesar 18 menit (garis merah pada diagram). Hal itu tentu saja akan membuat

pekerjaan tersebut

tidak

efisien

dan akan

pengurangan profitabilitas jika dibiarkan begitu saja.

menyebabkan

49 Tugas Akhir

3.5 Analisa Sebelum Perbaikan Dari metode pengurasan oli mesin yang sudah ada ternyata sering kali terdapat kesulitan dalam pelaksanaanya, karena metode tersebut adalah metode yang lebih tepat untuk dilakukan di bengkel, sedangkan untuk THS masih sering kali terdapat hambatan jika menggunakan metode tersebut. Hal inlah yang menyebabkan proses pengurasan dan penggantian oli mesin menjadi lama dan dan tidak efektif. Untuk memperbaiki metode yang sudah ada maka penulis membuat suatu metode yang lebih efisien dengan menggunakan suatu alat bantu dalam pengurasan oli mesin tersebut. Metode yang akan dibuat akan disesuaikan dengan kondisi perlengkapan THS sehingga akan memudahkan para tehnisi THS dalam menggunakan metode ini. 3.6 Konsep Pembuatan Alat Proses riset pembuatan alat bantu pengurasan ini menggunakan metode tepat guna dan Trial and Error. Metode tepat guna yaitu cara pembuatan alat bantu yang menggunakan komponen-komponen yang sudah ada pada kendaraan maupun pada peralatan-peralatan yang ada disekitar kita dimana komponenkomponen tersebut memang sudah teruji secara konstruksi dan durability-nya melalui perusahaan pembuat alat tersebut. Komponen komponen tersebut di antaranya adalah motor starter, vane pump, dan beberapa gauge meter sebagai indikatornya. Metode Trial and Error yaitu dimana percobaan dilakukan dengan membuat pompa penghisap dari komponen vane pump yang menggunakan electric motor ac sebagai penggeraknya lalu dilakukan analisa hasil dari penggunaan komponen-komponen tersebut berdasarkan daya tahan pemakaian,

50 Tugas Akhir

ketepatan daya hisapnya, dan lain sebagainya. Sehingga dari metode tersebut dapat dihasilkan kesimpulan yang terbaik mengenai komponen apa yang tepat untuk digunakan dalam pembuatan alat bantu ini.

51 Tugas Akhir

BAB IV ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN 4.1 Menentukan Tema 4.1.1 Observasi Permasalahan THS Selama penulis melaksanakan magang di bengkel Auto 2000 Bumi Serpong Damai, penulis melakukan observasi pada divisi THS dan menemukan beberapa kekurangan di dalam pelaksanaan pekerjaannya, yaitu : • Sering kali terdapat kesulitan dalam proses pembuangan oli mesin kendaraan dikarnakan seringnya terdapat kendaraan costumer yang memiliki ground clearance sempit (karena modifikasi kendaaraan oleh costumer

tersebut),

sehingga

menyebabkan

tehnisi

THS

harus

menggunakan dongkrak untuk membuat celah yang cukup untuk melakukan proses pembuangan oli mesin. • Kompresor udara yang menggunakan listrik untuk menghidupkannya, hal ini mengurangi kenyamanan tehnisi dalam bekerja karena mereka hanya dapat menghidupkan kompresor tersebut di bengkel sebelum berangkat untuk mengisi tekanan udara dalam tabung kompresornya. • Tidak adanya alat untuk membantu melepas tromol rem kendaraan Rush dan Innova, padahal beberapa kendaraan tersebut sulit sekali dalam melepas tromol-nya tersebut. • Perlu penambahan main power pada setiap armada THS menjadi dua orang dalam satu kendaraan THS, dikarenakan seringnya terdapat order

52 Tugas Akhir

pekerjaan servis berkala berat yang membutuhkan lebih dari satu orang main power dalam melekukan pekerjaan tersebut. Dan juga demi menjaga keamanan dari inventaris dan kendaraan THS tersebut selama berada diluar. Dari masalah-masalah yang ditemukan di divisi THS tersebut, penulis mencoba mendiskusikannya dengan koordinator THS dan instruktur sehingga dapat didapatkan dan disimpulkan bahwa kesulitan dalam proses pekerjaan penggantian oli mesin merupakan masalah yang berpotensi untuk dapat diselesaikan karena penyebab dominan terjadinya penyimpangan waktu terjadi saat proses penggantian oli tersebut harus menggunakan dongkrak terlebih dahulu. 4.1.2 Memilih Tema Setelah observasi, selanjutnya penulis berkonsultasi dengan instruktur sebagai pembimbing lapangan, akhirnya penulis memutuskan untuk mengambil tema berdasarkan poin nomor satu pada hasil observasi diatas, yaitu “Meningkatkan Efisiensi waktu pekerjaan pengurasan dan pengisian oli mesin di Toyota Home Service pada AUTO 2000 Bumi Serpong Damai . Tema tersebut akan disajikan dan di pilih dalam tiga parameter pembahasan yang diukur, yaitu parameter alat, parameter manusia dan parameter metode. Parameter tersebut nantinya akan memberikan petunjuk untuk menyelesaikan masalah mengenai proses pekerjaan penggantian oli mesin yang tidak efisien.

53 Tugas Akhir

4.1.3 Parameter Pengukuran Diagram 4.1 Banyak terdapat hambatan Alat Tidak ada alat khusus

fishbone parameter permasalahan

Metode Metode kurang tepat Tehnisi kesulitan membuang oli

Manual

Tidak memiliki improvement

Proses Pengurasan Oli Mesin di THS Lama

Skill dan level training berbeda

Kurang proaktif Manusia

4.1.3.1 Parameter Alat Penyebab proses pembuangan oli mesin oleh tehnisi THS menjadi lama dipengaruhi oleh faktor alat. Faktor alat yang berpengaruh pada proses penggantian oli mesin adalah cara yang digunakan masih menggunakan bantuan tenaga mekanis tangan dengan bantuan kunci ring, creeper, kape dan dongkrak. Tidak adanya alat khusus yang dapat mempermudah proses pembuangan oli mesin dengan kapasitas yang lebih baik.

54 Tugas Akhir

4.1.3.2 Parameter Manusia Proses pengerjaan penggantian oli mesin menjadi lama dipengaruhi juga oleh faktor manusia. Faktor manusia yang akan dibahas adalah mengenai para tehnisi THS, faktor penyebab utama dari tehnisi ialah kurangnya pengetahuan (skill) mekanik tentang SOP (Standart Operational Procedure) dalam mengerjakan pekerjaan penggantian oli mesin, dan kemampuan mereka dalam menghadapi hambatan-hambatan yang terjadi dilapangan. kelelahan yang terjadi dalam proses pekerjaan juga menjadi faktor penyebab berkurangnya efisiensi pekerjaan tersebut. 4.1.3.3 Parameter Metode Metode yang digunakan kurang tepat karena masih menggunakan metode yang seharusnya digunakan di bengkel. THS merupakan divisi yang sangat riskan dalam hal pekerjaannya dan sering kali terdapat hambatan yang tidak terduga dilapangan dalam menyelesaikan pekerjaannya. Hal ini juga seringkali berakibat pada proses pekerjaan penggantian oli mesin menjadi lama. Lemahnya metode yang ada juga berakibat tidak tercapainya efisiensi pada proses ini. 4.1.4 Menentukan Parameter Dominan Penyebab Permasalahan Untuk memilih faktor penyebab dominan dari permasalahan tersebut penulis membuat kuisioner mengenai keempat parameter diatas kepada petugas yang bersangkutan yaitu tehnisi THS dengan cara model skala likert lalu di jabarkan

55 Tugas Akhir

dalam bentuk skala pareto. Sehingga didapatkan data hasil kuisioner tersebut seperti yang dijabarkan dalam tabel 4.1 dan diagram 4.2. Tabel 4.1 Hasil persentase kuisioner THS mengenai parameter yang diukur

Keterangan: 1-3 = Kurang Setuju 4-6 = Setuju 7-9 = Sangat Setuju Diagram 4.2

20

120 100

15

80

10

60 40

5

20

0

0 1

2

3

4

5

masalah Masalah

Akumulatif

6

7

8

Akumulatif ....

Persentase masalah .....

Grafik persentase parameter masalah dominan

56 Tugas Akhir

Dari tabel 4.1 dan diagram 4.2, penulis menarik kesimpulan bahwa penyebab waktu pekerjaan penggantian oli mesin menjadi tidak efisien adalah belum adanya metode yang tepat bagi tehnisi untuk mempercepat proses pengerjaan penggantian oli mesin sehingga pengerjaannya tersebut tidak mencapai efisiensinya. Hal ini dapat terlihat dari jumlah jawaban responden sebesar 4 dengan persentase sebesar 100%. Oleh karena itu penulis membatasi permasalahan pada tugas akhir ini pada penyelesaian penyebab dominan pada faktor metode dan uji coba dari alat baru tersebut yang memungkinkan tercapainya efisiensi waktu proses pekerjaan penggantian oli mesin. 4.1.5 Merencanakan Perbaikan Setelah menganalisa data dan mendapatkan faktor dominan yang paling berpengaruh terhadap permasalahan yang terjadi penulis merencanakan perbaikan terhadap permasalahan tersebut melalui parameter dominan tersebut sebagai titik acuan untuk menyelesaikan permasalahan tersebut. Tabel 4.2 Rencana perbaikan Faktor

Metode

what

why

Masalah

Alasan

Menggunaakan dongkrak

Tidak adanya

untuk membuang oli mesin

Metode alternatif yang Lebih baik

how Rencana Perbaikan Pembuatan

alat bantu sebagai metode

where

when

who

Tempat

Waktu

Pelaksana

Bengkel

Selama magang

Penulis dan THS

AUTO 2000 Bumi Serpong Damai

57 Tugas Akhir

Rencana perbaikan yang akan dilakukan oleh penulis adalah dengan membuat alat bantu pengurasan oli mesin sehingga nantinya didapatkan sebuah metode penggantian oli mesin kendaraan yang lebih efisien pada divisi THS. Tingkat efisiensi dari metode tersebut (dengan menggunakan alat bantu) nantinya akan dihitung besarnya dengan menggunakan rumus efisiensi seperti yang tertulis pada bab dua. 4.1.6 Menetapkan Target Penulis membuat target yang akan dicapai dalam penelitian ini yaitu, bagai manakah proses waktu pekerjaan penggantian oli mesin di THS tersebut tidak melebihi flat rate yang ditetapkan yaitu sebesar 18 menit. Key Performance Indicator dari penelitian ini adalah tercapainya target tersebut sehingga dapat menghasilkan efisiensi dan kemudahan pekerjaan tersebut. Besaran efisiensi tersebut nantinya akan di proyeksikan dalam bentuk peningkatan produktifitas sehingga meningkatkan profitabilitas pula. 4.2 Implementasi Rencana Perbaikan Seperti yang telah dibahas pada bab tiga tentang konsep pembuatan alat, maka penulis mengimplementasikan perancangan tersebut sesuai dengan kebutuhan untuk melengkapi metode pengurasan oli mesin yang akan diperbaiki, yaitu pada proses pengurasan oli mesin saja. Konsep dari alat bantu penghisap oli ini adalah dengan memanfaatkan pompa power steering yang digerakkan (diputar) oleh electric motor sebagai alat penghisap oli mesin. Kedua komponen tersebut akan disatukan sedemikian rupa

58 Tugas Akhir

pada sebuah rangka dasar yang berfungsi sebagai mounting. Beberapa komponen pendukung juga dipasang pada perakitannya agar mendukung fungsi dari alat bantu tersebut. 4.2.1 komponen utama Komponen utama yang digunakan dalam pembuatan alat bantu ini yaitu vane pump dan electric motor (ac). Vane pump yang fungsi dasarnya digunakan sebagai pompa fluida untuk power steering akan digunakan sebagai alat penghisap oli mesin. Sadangkan electric motor sendiri akan digunakan sebagai motor penggerak dari vane pump tersebut.

Gambar 4.1 Vane pump

Gambar 4.2 electric motor (ac)

Vane pump yang digunakan diambil dari kendaraan Mitsubishi Lancer IV sedangkan electric motor-nya sendiri menggunakan motor penggerak pompa hidrolik pada lift. Electric motor tersebut nantinya akan mendapatkan suplai arus listrik dari inverter yang ada pada kendaraan THS itu sendiri. Komponen tersebut dipilih karena setelah melakukan survei pemilihan komponen pada beberapa tempat ternyata tidak sulit untuk mencari komponen-komponen ini sehingga nantinya tidak akan menyulitkan dalam memperbanyak pengadaan alat bantu ini.

59 Tugas Akhir

4.2.2 Perancangan Alat Bantu Penulis melakukan perancangan alat bantu tersebut sesederhana mungkin agar mudah dalam penggunaan maupun penyimpanannya didalam kendaraan THS. 4.2.2.1 Rangka Dasar Rangka dasar berfungsi sebagai mounting (dudukan) dari komponenkomponen yang akan digunakan.

Gambar 4.3 Model rangka dasar

Rangka tersebut terbuat dari plat besi siku dengan ketebalan 2mm, lalu dibuat sedemikian rupa sehingga dapat menumpu komponen-komponen yang akan dipasang pada rangka tersebut.

Gambar 4.4 Sketsa 3 dimensi rangka dasar

60 Tugas Akhir

4.2.2.2 Peralatan Pendukung A. Cooling Fan

Gambar 4.5 Cooling fan

Cooling fan berfungsi untuk menghembuskan udara kepada electric motor dan mendinginkannya. Cooling fan dipasang secara paralel terhadap electric motor dengan menggunakan penyearah tegangan (adaptor) sehingga akan menyala jika motor dihidupkan. (4.6)

(4.7)

Gambar 4.6 dan 4.7 Penempatan Cooling fan

Cooling Fan

B. Selang Hisap

gambar 4.8 Selang hisap

Selang hisap yang digunakan yaitu selang berdiameter 4mm merek J.H. PU TUBE 4x6mm, selang tersebut memiliki ukuran diameter luar lebih kecil dari pipa oil stick sehingga dapat masuk ke dalam ruang oil pan.

61 Tugas Akhir

C. Penyearah Tegangan (Adaptor)

Gambar 4.9 adaptor

Adaptor atau penyearah arus AC ke DC digunakan untuk menyuplai arus kepada cooling fan. Adaptor ini menggunakan NELLES tipe PE-1000, sehingga memungkinkan kesesuaian pemakaiannya dengan inverter yang ada pada kendaraan THS dan menghasilkan output 12 volt sesuai dengan yang dibutuhkan oleh cooling fan. D. Spline (4.11)

(4.10)

Gambar 4.10 dan 4.11 Spline dan penggunaannya

Spline atau poros penghubung berfungsi sebagai poros yang menyalurkan putaran dari electric motor kepada vane pump. Spline dibuat dengan tingkat presisi run out yang baik sehingga memungkinkan untuk tidak terjadinya keolengan pada poros tersebut.

62 Tugas Akhir

Gambar 4.12 Alat bantu penguras oli

4.3 Aplikasi Metode 4.3.1 Target Time Line Pekerjaan Dengan Alat Bantu Tabel 4.3 Uraian metode dan waktu pengerjaan penggantian oli mesin dengan alat bantu No.

Pekerjaan

1

Persiapan peralatan

2

Persiapan bahan

3

Membuang oli mesin dan mengganti OF

4 5

Isi kembali oli mesin yang baru Selesai

6

Administrasi

Uraian Menyiapkan alat bantu penguras oli, kabel rol, selang-selang, bak penampungan Oli mesin, OF Menguras oli mesin Buka OF Pasang yang baru

Waktu (menit) 3 1.5 4 1.5

Merapihkan Peralatan Membuat PKB manual, menyelesaikan pembayaran oleh costumer

3

Total

18

5

Pada tabel 4.3 tertera bahwa SOP penggunaan alat bantu tersebut dapat menghasilkan proses pekerjaan penggantian oli mesin sesuai target flat rate

63 Tugas Akhir

dan tentu saja sesuai pula dengan target yang diharapkan dalam penelitian ini. Oleh karena itu penulis pun melakukan uji coba penggunaan alat tersebut dan mencatat waktu pencapaiannya untuk dibandingkan dengan data sebelumnya. 4.3.2 Hasil Perbaikan Trial percobaan menggunakan metode dengan alat bantu tersebut dilakukan pada tiga jenis kendaraan Toyota, dan ternyata dapat menghasilkan peningkatan kecepatan pengerjaan pada ketiga kendaraan tersebut. Hasil dari perbaikan dengan alat bantu tersebut dijabarkan dalam bentuk diagram dan tabel berikut ini. Tabel 4.4 Data waktu aktual pengerjaan setelah menggunakan alat Lama Pengerjaannya Tanggal No.

1

Tehnisi

A

Jenis

Pengerjaan

Sebelum

Sesudah

Avanza

15 Maret 2009

23 menit

15 menit

Innova

15 Maret 2009

35 menit

17 menit

Yaris

17 Maret 2009

20 menit

15 menit

Avanza

17 Maret 2009

30 menit

15 menit

Innova

19 Maret 2009

35 menit

17 menit

2

B

Yaris

19 Maret 2009

25 menit

15 menit

3

C

Avanza

21 Maret 2009

28 menit

16 menit

Innova

21 Maret 2009

40 menit

18 menit

64 Tugas Akhir

4

D

Yaris

21 Maret 2009

24 menit

15 menit

Avanza

25 Maret 2009

27 menit

16 menit

Innova

27 Maret 2009

33 menit

18 menit

Yaris

26 Maret 2009

25 menit

15 menit

Dari tabel diatas terlihat perbedaan waktu pengerjaan antara sebelum dan sesudah perbaikan dimana waktu sesudah perbaikan lebih cepat dibandingkan waktu sebelum perbaikan, hal ini bisa disebut efisien karena waktu pengerjaan tersebut sudah bisa lebih cepat atau sama dengan waktu standar pengerjaan yang tersedia dalam flat rate, yang mana hal tersebut merupakan target dari penelitian ini. Untuk lebih memahami detail besar efisiensi yang tercapai penulis membuat tabel (4.5, 4.6, 4.7) hasil perbaikan yang lebih mendetail dan grafik (diagram 4.3) yang menunjukkan besarnya efisiensi yang terjadi. Tabel 4.5 Selisih waktu setelah perbaikan untuk kendaraan Avanza Waktu Pengerjaan (menit) Tanggal Kendaraan

Tehnisi

Flate Rate

Sebelum

Sesudah

Selisih

23

15 menit

8

30

15 menit

15

Pengnerjaan 0,3 = 18 Avanza

A

15 Maret 2009 Menit 0,3 = 18

B

17 Maret 2009 Menit

65 Tugas Akhir

0,3 = 18 C

21 Maret 2009

28

16 menit

12

27

16 menit

11

27

15.50

11.50

Menit 0,3 = 18 D

25 Maret 2009 Menit Rata-Rata

Dari tabel 4.5 terlihat bahwa rata-rata tehnisi dapat mengurangi waktu pengerjaannya sampai dengan 11.50 menit, dan menghasilkan rata-rata pengerjaannya sebesar 15.50 menit, dengan begitu efisiensi secara selisih waktu pengerjaan sebelum dan sesudah telah tercapai. Tabel 4.6 Selisih waktu setelah perbaikan untuk kendaraan Innova Waktu Pengerjaan (menit) Kendaraan

Tehnisi

Tanggal Pengnerjaan

Flate Rate

Sebelum

Sesudah

Selisih

35

17 menit

19

35

17 menit

18

40

18 menit

22

Menit

33

18 menit

15

RataRata

35.75

17.50

18

0,3 = 18 A 15 Maret 2009

Menit 0,3 = 18

B 19 Maret 2009

Menit

Innova 0,3 = 18 C 21 Maret 2009

Menit 0,3 = 18

D 27 Maret 2009

66 Tugas Akhir

Dari tabel 4.6 terlihat bahwa rata-rata tehnisi dapat mengurangi waktu pengerjaannya sampai dengan 18 menit, dan menghasilkan rata-rata pengerjaannya sebesar 17.50 menit, dengan begitu efisiensi secara selisih waktu pengerjaan sebelum dan sesudah telah tercapai. Tabel 4.7 Selisih waktu setelah perbaikan untuk kendaraan Yaris Waktu Pengerjaan (menit) Tanggal Kendaraan

Tehnisi

Flate Rate

Sebelum

Sesudah

Selisih

20

15 menit

5

25

15 menit

10

24

15 menit

9

25

15 menit

10

23.5

15.00

8.50

Pengnerjaan 0,3 = 18 A

17 Maret 2009 Menit 0,3 = 18

B

19 Maret 2009 Menit

Yaris 0,3 = 18 C

21 Maret 2009 Menit 0,3 = 18

D

26 Maret 2009 Menit Rata-Rata

Dari tabel 4.7 terlihat bahwa rata-rata tehnisi dapat mengurangi waktu standar pengerjaannya sampai dengan 8.50 menit, dan menghasilkan rata-rata pengerjaannya sebesar 15.00 menit, dengan begitu efisiensi secara selisih waktu pengerjaan sebelum dan sesudah telah tercapai.

67 Tugas Akhir

Secara grafik, perbaikan waktu tersebut dijabarkan seperti diagram 4.3 berikut ini. Diagram 4.3 Grafik perbandingan waktu pengerjaan sebelum dan sesudah

Standar FlateRate 18 menit

.7 5

40

35

35

15

.5 15

.5

20

17 .5

23 .

5

25

15

menit.

27

30

Sebelum Sesudah

10 5 0 Avanza

Innova

Yaris

Grafik 4.3 menunjukkan bahwa perbaikan yang dilakukan telah memberikan efisiensi untuk pekerjaan tersebut karena dari grafik tersebut waktu pengerjaan setelah perbaikan selalu berada dibawah garis merah yang menunjukkan standar waktu pengerjaannya sebesar 18 menit. Sedangkan rata-rata penghematan waktu pengerjaan dari kendaraan tersebut adalah ; 15.5 + 17.5 + 15.5 3

= 16.17 menit

Sehingga didapatkan selisih dari flate rate dengan waktu sesudah perbaikan tersebut sebagai waktu penghematan yang tercapai, yaitu ; 18 menit – 16.75 = 1.25 menit

68 Tugas Akhir

4.4 Pencapaian Target, Efisiensi Waktu, Efisiensi Ekonomis dan Return Of Assets (ROA) 4.4.1 Pencapaian Target Dari penetapan target pada sub-bab 4.1.6 dan data-data setelah improvement seperti yang dituliskan diatas maka dapat disimpulkan bahwa telah terjadi pencapaian target pada penelitian ini. Dimana flate rate pekerjaan penggantian oli mesin dan oil filter sebesar 0,3 atau 18 menit telah tercapai. Hal tersebut terlihat dari data-data waktu pekerjaan diatas dimana rata-rata pekerjaan tersebut hanya menggunakan waktu tidak lebih dari 18 menit. 4.4.2 Efisiensi Waktu Tingkat efisiensi waktu yang tercapai adalah persentase dari selisih ratarata waktu sesudah perbaikan dengan flat rate standar-nya lalu dibagi dengan flate rate–nya itu sendiri, seperti rumus dibawah ini, : Rumus Efisiensi : Waktu sebelum perbaikan –- waktu sesudah perbaikan Ef =

x 100% Waktu sebelum perbaikan

28.75 –- 16.17 Ef =

x 100% 28.75

=

43.76 %

69 Tugas Akhir

4.4.3 Efisiensi Ekonomis Harga jasa = Rp. 18.200 FR = 0.3 = 18 menit Harga 1 menit

= Rp. 18.200 : 18 = Rp. 1.011

Ø Penghematan yang dilakukan menggunakan metode yang baru sebesar 16.17

menit, jadi penghematan waktu terhadap waktu sebelum

perbaikan sebesar 28.75 menit – 16.17 menit = 12.58 menit Ø Maka penghematan biaya yang didapat untuk setiap pekerjaan adalah sebesar Rp. 1.011 x 12.58 menit = Rp. 12.718 Ø Jika unit entry rata-rata perbulan (1 bulan = 30 hari), untuk pekerjaan penggantian oli mesin dan oil filter adalah 166 unit, o

Maka dalam 1 bulan bengkel dapat menghemat sebesar = Rp 12.718 X 166 unit = Rp 2.111.251

o Maka dalam setahun, penghematan biaya yang didapat = Rp 2.111.251 X 12 = Rp 25.335.013

70 Tugas Akhir

4.4.4 Return Of Assets (ROA) Return of assets adalah biaya yang harus dibayar agar dapat kembali modal dalam pembuatan suatu alat bantu. Dalam penelitian ini metode yang diperbaharui adalah dengan menambahkan suatu alat bantu di dalam metode tersebut yakni alat bantu pengurasan oli mesin. Sehingga ROA yang dibahas disini adalah mengenai pembuatan alat bantu tersebut. Berikut ini adalah rincian biaya pembuatan alat bantu pengurasan oli mesin : •

Vane Pump Mitsubishi Lancer Evo IV (bekas)

= Rp 400.000



Electric motor hidraulic lift (bekas)

= Rp 200.000



Selang – selang

= Rp

25.000



Adaptor AC ke DC

= Rp

25.000



Electric fan

= Rp

15.000



Rangka dasar dan perakitan 1. Plat siku 3 meter

= Rp 24.000

2. Roda

= Rp 20.000

3. Spline

= Rp

4. Pengelasan dan perakitan

= Rp 100.000

• Biaya lain-lain

50.000

= Rp 100.000 Total

= Rp

959.000

Dengan kata lain jika dilakukan perbandingan terhadap biaya pembuatan alat bantu tersebut dengan jumlah penghematan yang dapat tercapai pada sub-bab 4.4.3 maka tidak akan terjadi masalah pada biaya balik modal,

71 Tugas Akhir

karena dengan kemampuan penghematan sebesar Rp 2.111.251 per bulan maka biaya balik modal untuk alat tersebut sudah pasti didapatkan dalam kurun waktu kurang dari 1 bulan. Jika dilakukan perhitingan maka sebagai berikut, 959.000 X 30 hari

= 13.62 hari atau mendekati 14 hari

2.111.251 4.5 SOP (Standard Operationing Procedure) Penggunaan alat tersebut adalah sebagai berkut : A. Persiapan 1. Siapkan alat penghisap oli (tempatkan pada meja kerja kendaraan) 2. Bak oli (tempatkan pada meja kerja kendaraan) 3. Siapkan bahan-bahan (oli, OF ) 4. Buka kap mesin mobil costumer dan lepas oil stick indicator (letakkan pada meja kerja) B. Membuang Oli 1. Masukkan selang hisap (transparan) ke dalam oil stick indicator sampai dasar oil pan. 2. Letakkan selang buang (hijau) ke dalam bak oli

72 Tugas Akhir

3.

Putar kunci kontak mobil THS ke posisi “ON” untuk menyalakan inverter (jika baterai mobil THS sedang dalam kondisi tidak baik hidupkan mesin mobil THS agar inverter mendapat suplai charging.)

4. Hubungkan kabel power alat hisap ke kontak.(jika alat ditempatkan pada tempat lain gunakan kabel rol yang tersedia untuk menjangkau kontak). Pastikan

switch

power

alat

bantu

dalam

keadaan

“OFF”

saat

menghubungkan kabel. 5. Tekan switch ke posisi “ON”. Tunggu sampai oli terhisap seluruhnya. 6. Matikan kembali switch jika sudah terhisap seluruhnya. C. Setelah seluruh oli dipastikan terhisap*, maka mesin dapat di isi oleh oli yang baru * 1.

Pastikan jumlah oli yang terbuang kurang lebih sama dengan jumlah kapasitas oli mesin kendaraan tersebut (toleransi max 0.5 liter tersisa pada oil filter dan sekat pad oil pan).

2.

Jumlah oli :

- Avanza + OF

= 3.9 Liter

- Innova + OF

= 5.9 Liter

- Yaris + OF

= 3.00 Liter

D. Rapihkan kembali alat bantu tersebut. Jangan melipat selang, cukup gulung selang tersebut lalu tempatkan pada bagian atas alat tersebut.

73 Tugas Akhir

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini antara lain adalah : A. Dengan rata-rata waktu pengerjaan penggantian oli mesin sebesar 32 menit oleh teknisi THS dilapanganmaka telah terjadi penyimpangan dari target flate rate sebesar 14 menit, hal tersebut tentu saja tidak efisien dan akan menyebabkan rerugian ekonomis. Dengan metode penggantian oli mesin yang baru setelah improvement tercatat pekerjaan tersebut ratarata hanya membutuhkan waktu 16.17 menit lebih sedikit dari target flate rate nya sebesar 18 menit. B. Dengan waktu penyelesaian sebesar 16.17 menit maka telah terjadi efisiensi pada pekerjaan tersebut terhadap standar flate rate pekerjaan itu sendiri sebesar 10.16%. dengan begitu target pada penelitian ini pun telah tercapai. 5.2 Saran Penulis memberikan saran kepada pengguna metode atau alat bantu ini khususnya pada divisi THS yang menggunakan metode atau alat bantu ini. A. Agar metode pengurasan oli mesin dengan alat bantu ini dapat berjalan dengan semestinya maka disarankan kepada para teknisi THS agar mengoperasikan alat bantu ini sesuai dengan SOP yang telah disediakan.

74 Tugas Akhir

B. Disarankan pula agar tidak menggunakan alat bantu ini tidak lebih dari 30 menit, karena dikhawatirkan akan menyebabkan kerusakan pada motor electric-nya. C. Disarankan pula agar tidak menggunakan alat bantu ini untuk keperluan lain atau untuk menyedot zat selain oli mesin, karena dikhawatirkan akan menyebabkan kerusakan pada komponen vane pump dan selangselang penghisap maupun pembuangnya. D. Untuk kemajuan selanjutnya penulis menyarankan beberapa masukan untuk alat bantu yang telah dibuat : 1) Disarankan agar membuat Strainer yang di tempatkan pada sisi selang hisap sebelum menuju vane pump ,agar kotoran dan gram-gam dari oil pan tidak masuk kedalam pompa. 2) Disarankan untuk membuat penutup yang menutupi alat tersebut terutama pada bagian yang berputar. Penutup tersebut disarankan berupa isolator agar tidak terjadi hubungan arus pendek

Related Documents

15. Bab Ii Yoga.docx
May 2020 14
15 - Bab Ii
July 2020 13
15.bab Iv
August 2019 32
Bab 15.docx
December 2019 12
Samkok Bab 15
October 2019 23
15. Bab I Bismillah.doc
October 2019 22

More Documents from "rio ferdi"