BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Wilayah Penelitian 4.1.1 Keadaan Geografis Daerah Penelitian `
Kelurahan Tandebura berada dalam wilayah Kecamatan Watubangga Kabupaten
Kolaka Provinsi Sulawesi Tanggara, dengan jarak tempuh dari ibu kota kabupaten + 60 Km lama jarak tempuh 1-2 jam. 4.1.2 Luas Wilayah dan Batas Wilayah Luas wilayah Kelurahan Tandebura 25,60 Km2 yang terdiri dari 3 dusun dengan batasan-batasan wilayah sebagai berikut: 1) Sebelah Utara berbatasan dengan Kelurahan Watubangga; 2) Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Gunung Sari; 3) Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Wowoli; 4) Sebelah Barat berbatasan dengan Watubangga Pantai. 4.1.3 Keadaan Iklim dan Curah Hujan Keadaan iklim di daerah ini sebagian besar sama seperti daerah lain di Indonesia, yaitu mempunyai iklim tropis dengan suhu rata-rata 25-270 C. demikian juga dengan musim, yaitu musim kemarau dan musim penghujan. Musim kemarau padaumumnya terjadi pada bulan Mei sampai Oktober, dimana angin timur yang bertiup dari Australia tidak banyak mengandung uap air sehingga mengakibatkan musim kemarau. Sebaliknya musim hujan terjadi antara bulan November sampai Maret, dimana angin barat bertiup dari Benua Asia dan Samudra Pasifik banyak mengandung uap air sehingga terjadi musim hujan. Khusus pada bulan April arah angin tidak menentu, demikian pula curah hujan sehingga pada bulan ini dikenal sebagai musim pancaroba.
18
4.1.4 Keadaan Penduduk Penduduk adalah suatu kekuatan sumber daya manusia, tetapi apabila tidak berkualitas akan menambah masalah yang besar bagi perkembangan pembangunan kemampuan membuka lapangan kerja dan kalah bersaing dalam dunia kerja (BPS Kabupaten Kolaka, 2010). Keadaan penduduk dapat diklarifikasi berdasarkan jumlah dan kepadatans penduduk, kelompok umur, tingkat pendidikan dan lapangan pekerjaan. Jumlah Kelurahan Tandebura 1.600 jiwa. Dari 1.600 jiwa yang ada,penduduk laki-laki berjumlah 762 jiwa dan penduduk perempuan berjumlah 838 jiwa yang dirinci berdasarkan umurseperti pada Tabel 2 berikut. Tabel 2.
Jumlah Penduduk Kelompok Umur dan Jenis Kelamin di Kelurahan Tandebura Tahun 2018 Jenis kelamin
No
Kelompok umur (Tahun)
Laki-laki
Perempuan
Jumlah jiwa
Presentase (%)
1.
0-14
257
289
546
34,13
2.
15-54
452
493
945
59,06
3.
> 55
53
56
109
6,81
762
838
1.600
100
Jumlah
Sumber : Kantor Lurah Tandebura, data diolah Tahun 2018. Tabel 2 menunjukkan bahwa usia yang belum produktif berada kisaran 0-14 tahun sebanyak 546 jiwa atau 34,13 persen, sedangkan yang tergolong usia produktif yaitu 15-54 tahun sebanyak 945 jiwa atau 59,06 persen, dan yang tidak produktif berada pada usia 55 tahun keatas berjumlah 109 berjumlah 109 jiwa atau 6,81 persen, sehingga kondisi tersebut akan sangat mendukung dalam pelaksanaan pembangunan. 4.2 Efisiensi Reproduksi Efisiensi reproduksi adalah ukuran kemampuan seekor kambing PE untuk bunting dan menghasilkan keturunan yang layak. Tabel efesiensi reproduksi kambing PE betina di Kelurahan Tandebura Kecamatan Watubangga dapat dilihat pada Tabel 3. 19
Tabel 3. Efesiensi Reproduksi Kambing PE Betina di Kelurahan Tandebura Bangsa Kambing
Jumlah Kambing (Ekor)
Jumlah Kawin Alami
CR %
NRR (%)
Kambing PE (Peranakan Ettawa)
71
83
83,09
90,14
Berdasarkan hasil penelitian, ada 71 ekor kambing peranakan Ettawa (PE) yang dikawinkan secara alami oleh peternak kambing peranakan Ettawa (PE) di Kelurahan Tandebura Kecamatan Watubangga. Jumlah kawin alami yang dilakukan yaitu sebanyak 83 kali, dimana 59 ekor kambing mengalami kebuntingan dan 64 ekor kambing tidak mengalami birahi kembali setelah dilakukan kawin alami. 4.3.1 Conception Rate (CR) Conception Rate (CR) adalah persentase kambing PE betina yang bunting pada kawin alami pertama. Berdasarkan hasil penelitian yang didapat pada Tabel 4, nilai CR kawin alami kambing PE betina di Kelurahan Tandebura sebesar 83,09%, nilai ini merupakan nilai yang baik. Hal ini sesuai dengan Fanani (2013) yang menyatakan nilai CR yang baik untuk kambing PE adalah 60-70%. Semakin tinggi nilai CR maka semakin baik efesiensi reproduksinya dan tinggi rendahnya CR dipengaruhi oleh kesuburan induk, dan pejantan. 4.3.2 Non Return Rate (NRR) Non Return Rate (NRR) yaitu persentase kambing peranakan ettawa (PE) yang tidak birahi kembali dalam waktu 30-60 hari setelah dikawinkan. Berdasarkan hasil penelitian yang dapat dilihat pada Tabel 4, nilai NRR kambing peranakan ettawa (PE) yang dikawinkan secara alami di Kelurahan Tandebura sebesar 90,14%. Nilai ini merupakan nilai NRR yang baik hal ini sesuai dengan Iswoyo dan Widiyaningrum (2006) nilai NRR yang baik adalah 79,53%, semakin tinggi NRR maka semakin baik efisiensi ternak betina tersebut.
20
4.4 Korelasi Korelasi merupakan analisis data yang digunakan untuk menentukan ada tidaknya hubungan 2 variabel dan arah hubungan tersebut. Nilai korelasi antar variabel dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Nilai Kolerasi Kolerasi antar Variabel CR - NRR
Koef. Kolerasi
Keterangan
1
Sangat Kuat
Pada tabel 4, menunjukan bahwa nilai kolerasi dari CR-NRR yaitu +1 yang artinya merupakan kofesien positif sempurna dimana semakin tinggi nilai CR maka semakin tinggi pula nilai NRR (berbanding lurus). Untuk lebih jelas, arah hubungan kolerasi CRNRR dapat dilihat pada Gambar 2. CR-NRR 100
90.14
80
83.09 60
40 20 0
50
100
Gambar 2. Arah Hubungan Korelasi CR-NRR Arah Kolerasi ini juga sesuai dengan pendapat siregar (2015) dimana +1 artinya korelasi positif sempurna dimana semakin tinggi nilai X maka semakin tinggi pula nilai Y (berbanding lurus). Adanya korelasi antara CR-NRR ini sesusi dengan pendapat Fanani (2013) bahwa nilai CR mempunyai hubungan dengan NRR, apabila terdapat CR yang tinggi maka nilai NRR akan tinggi.
21