KASUS KESALAHAN AUDIT KAP PURWANTONO, SUNGKORO & SURJA MITRA ERNST & YOUNG INDONESIA TERHADAP PT INDOSAT, Tbk A. LATAR BELAKANG Ernst & Young (dikenal sebagai EY) adalah firma jasa profesional multinasional yang berpusat di London, Inggris, Britania Raya. EY merupakan firma jasa profesional terbesar ketiga di dunia menurut pendapatan pada tahun 2012 dan merupakan salah satu dari firma audit Empat Besar. Organisasi EY beroperasi sebagai jaringan dari firma-firma anggota yang merupakan badan hukum terpisah di tiap-tiap negara. EY memiliki 190.000 karyawan dan lebih dari 700 kantor di lebih dari 150 negara. EY menyediakan jasa asurans (mencakup audit keuangan), pajak, konsultansi dan jasa advisory untuk perusahaan. Di Indonesia, EY berafiliasi dengan Kantor Akuntan Publik Purwantono, Sungkoro & Surja (PSS). Klien utama Ernst & Young antara lain Bank Rakyat Indonesia (BRI), PT Krakatau Steel & Group, Coca Cola Bottling Indonesia, Indofood, Indosat, PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk., PT Unggul Indah Cahaya, Tbk., dan lain-lain. B. MASALAH Kantor akuntan publik mitra Ernst & Young’s (EY) di Indonesia dikenakan vonis denda atas hasil laporan audit laporan keuangan kliennya tepatnya operator telekomunikasi, PT Indosat Tbk (ISAT) atau Indosat Ooredoo pada tahun 2011 yang tidak disertai bukti yang memadai. Kantor akuntan publik mitra Ernst & Young’s (EY) di Indonesia, yakni KAP Purwantono, Suherman & Surja sepakat membayar denda senilai US$ 1 juta (sekitar Rp 13,3 miliar) kepada regulator Amerika Serikat.
Kesepakatan itu diumumkan oleh Badan Pengawas Perusahaan Akuntan Publik AS (Public Company Accounting Oversight Board/PCAOB) pada Kamis, 9 Februari 2017, waktu Washington. Kasus itu merupakan insiden terbaru yang menimpa kantor akuntan publik, sehingga menimbulkan keprihatinan apakah kantor akuntan publik bisa menjalankan praktek usahanya di negara berkembang sesuai kode etik. Anggota jaringan EY di Indonesia yang mengumumkan hasil audit atas perusahaan telekomunikasi pada 2011 memberikan opini yang didasarkan atas bukti yang tidak memadai. Temuan itu berawal ketika kantor akuntan mitra EY di AS melakukan kajian atas hasil audit kantor akuntan di Indonesia. Mereka menemukan bahwa hasil audit atas perusahaan telekomunikasi itu tidak didukung dengan data yang akurat, yakni dalam hal persewaan lebih dari 4 ribu unit tower selular. Namun afiliasi EY di Indonesia itu merilis laporan hasil audit dengan status wajar tanpa pengecualian.
Mitra EY Indonesia (KAP Purwantono, Suherman, & Surja) melanggar Prinsip Standar Teknis karena tidak memenuhi tanggung jawab untuk mematuhi standar teknis dan standar pekerjaan lapangan dalam memperoleh bukti audit kompeten yang cukup. Mitra EY Indonesia (KAP Purwantono, Suherman, & Surja) melanggar Prinsip Kepentingan Publik karena terbukti tidak bertindak dalam kerangka pelayanan kepada public terkait dengan penyajian laporan keuangan audit yang gagal sebagai informasi yang dibutuhkan public.
C. PENYELESAIAN PT Indosat Tbk (ISAT) memberikan konfirmasi menanggapi vonis denda yang dihadapi oleh kantor akuntan publik mitra Ernst & Young (EY) di Indonesia. Group Head Corporate Communication Indosat Ooredoo Deva Rachman mengemukakan bahwa pada 9 Februari 2017, Badan Pengawas Perusahaan Akuntan Publik Amerika Serikat (Public Company Accounting Oversight Board/PCAOB) mengeluarkan putusan
sanksi
atau
proceedings, making
disebut
findings
dengan an
and
imposing
order
instituting
disciplinary
sanctions sehubungan
dengan
pemeriksaan PCAOB terhadap kantor akuntan publik (KAP) Purwanto, Sungkoro & Surja (EY-Indonesia) dan beberapa mitra afiliasinya (disebut responden).
Tugas Individu
AUDITING KASUS HUKUM YANG BERKAITAN DENGAN AKUNTAN PUBLIK
NAMA
: TUTI RAHAYU
STAMBUK
: B1C1 17 123
KELAS
:C
AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS HALUOLEO KENDARI 2019